• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI DAN PEMBEDAHA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM ANESTESI DAN PEMBEDAHA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI BIOTA AIR

ANESTESI DAN PEMBEDAHAN

NAMA : ARIANA

STAMBUK : L221 12 607 KELOMPOK : II (DUA)

ASISTEN : 1. ASIAH ZAHRAH ZAINUDDIN 2. JUNAEDI

3. UTAMI NACHDATULLAH

LABORATORIUM FISIOLOGI BIOTA AIR JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

(2)

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fisiologi dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi,

mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi

menerangkan faktor- faktor fisik dan kimia yang bertanggung jawab akan asal,

perkembangan, dan gerak maju kehidupan. Fisiologi ikan mencakup proses

osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme,

pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan sistem

reproduksi. Oleh karena itu, dilakukan percobaan Anestesi dan Pembedahan

(Fujaya, 2008).

Anestesi adalah suatu kondisi dimana tubuh atau bagian tubuh

kehilangan kemampuan untuk merasa (insensibility). Anestesi dapat disebabkan

oleh senyawa-senyawa kimia, suhu rendah dan arus listrik. Anestesi yang terjadi

pada system saraf pusat menyebabkan organisme tidak sadar dan pingsan

(Albani, ihlas rabani, dkk. 2008) Anestesi terbagi menjadi tiga tipe yaitu

pembiusan total, pembiusan lokal dan pembiusan regional. Pembiusan total

adalah hilangnya kesadaran total pada seluruh tubuh atau seluruh tubuh yang

tidak sadar, pembiusan lokal adalah hilangnya rasa pada daerah tubuh yang

diinginkan saja sedangkan pembiusan regional adalah hilangnya rasa pada

daerah yang lebih luas yaitu adanya blockade.

Pembedahan merupakan suatu perlakuan dimana praktikan dapat

mengamati bagian internal dari ikan. Melalui perlakuan ini, maka akan diketahui

anatomi internal dari ikan. Metode ini dilakukan dengan cara menyisik sisik ikan

Nila pada bagian truncus setelah dibius terlebih dahulu. Bagian truncus yang

(3)

bagian pinna pectoralis, venter, sampai dengan bagian pinna analis (Soni, Amad.

2009)

Ikan Nila merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sangat potensial

untuk dibudidayakan secara intensif berpola agribisnis ( Rukamana, 1997 dalam

Nurdiyanto dan Sumartono, 2006). Pada mulanya, ikan Nila berasal dari perairan

tawar di Afrika. Di Asia penyebaran ikan Nila pada mulanya berpusat di beberapa

negara seperti Filipina dan Cina. Dalam perkembangan selanjutnya, ikan Nila

meluas dibudidayakan di berbagai negara, antara lain Taiwan, Thailand,

Vietnam, Bangladesh, dan Indonesia. Pengembangan ikan Nila di perairan tawar

di Indonesia dimulai tahun 1969. Jenis atau strain ikan Nila yang pertama kali

didatangkan ke Indonesia adalah Nila hitam asal Taiwan. (Rukmana,1997). Ikan

Nila banyak dibudidyakan karena dagingnya mirip dengan ikan daging kakap dan

mempunyai daging sisi badan yang cukup tebal. Ikan Nila memiliki keunggulan

yang komparatif yaitu perkembangan dan budidaya yang reletif cepat

dibandingkan dengan ikan yang lain. Hal ini disebabkan dengan sifatnya yang

mudah berkembang biak dan pertumbuhan badannya cepat. Ikan Nila termasuk

jenis ikanyang omnivore dan sangat efisien dalam mencerna makanan (Santoso,

1996 dalam Nurdiyanto dan Sumartono, 2006).

Dalam bidang perikanan, percobaan ini dapat bermanfaat pada proses

budidaya ikan, misalnya dalam pemanenan hasil budidaya yang membutuhkan

waktu transportasi untuk menempuh jarak yang jauh, maka anestesi dapat

dilakukan pada ikan dengan menggunakan es batu agar tetap sehat sampai ke

tempat tujuan. Selain itu, percobaan ini dilakukan untuk dapat mengetahui teknik

pembiusan dan cara pembedahan pada ikan, melihat secara langsung seks

(4)

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum mengenai anestesi dan pembedahan

adalah untuk melihat dan mengetahui seks primer jantan (testis) dan betina

(ovarium) pada ikan Nila Oreochromis niloticus melalui teknik pembiusan dan

pembedahan

Kegunaan

Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah agar dapat mengetahui teknik

atau cara melakukan pembiusan dan pembedahan pada ikan dan dapat melihat

(5)

II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi

Adapun klasifikasi Ikan nila Oreochromis niloticus, yaitu :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Osteichthyes

Subclass : Actinopterygii

Order : Perciformes

Suborder : Labroidei

Family : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Specific name : niloticus

Scientific name :Oreochromis niloticus (www.zipcodezoo.com)

Gambar 1. Ikan Nila Oreochromis niloticus

Morfologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Berdasarkan morfologinya, ikan Nila umumnya memiliki bentuk tubuh

panjang dan ramping, dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol,

dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian

(6)

garis yang memanjang di atas sirip dada. Sirip punggung, sirip perut, dan sirip

dubur mempunyai jari-jari keras dan tajam seperti duri. Sirip punggungnya

berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip

punggung berwarna abu-abu atau hitam. Ikan Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip

punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus

(anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian

atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan

sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk agak

panjang. Sementara itu, sirip ekornya berbentuk berbentuk bulat dan hanya

berjumlah satu buah (Amri & Khairuman, 2002: 17-18).

Berdasarkan alat kelaminnya, ikan Nila jantan memiliki ukuran sisik yang

lebih besar daripada ikan Nila betina. Alat kelamin ikan Nila jantan berupa

tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan saluran sperma

yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan Nila jantan akan

mengeluarkan cairan bening (cairan sperma) terutama pada saat musim

pemijahan. Sementara itu, ikan Nila betina mempunyai lubang genital terpisah

dengan lubang saluran urin yang terletak di depan

anus. Bentuk hidung dan rahang belakang ikan Nila jantan melebar dan agak

lancip dan berwarna kuning terang. Sirip punggung dan sirip ekor ikan Nila jantan

berupa garis putus-putus. Sementara itu, pada ikan Nila betina, garisnya

berlanjut (tidak putus) dan melingkar (Amri & Khairuman, 2002: 19

Syarat Hidup Ikan Nila

Ikan Nila memiliki toleransi yang tinggi terhadap lingkungan hidupnya

sehingga dapat dipelihara di dataran rendah yang berair payau hingga dataran

tinggi yang berair tawar. Habitat hidup ikan Nila cukup beragam, dari sungai,

danau, waduk, rawa, sawah, kolam, hingga tambak. Ikan Nila dapat tumbuh

(7)

suhu 22-37oC. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu optimum bagi

ikan Nila adalah 25-30oC. Pertumbuhan ikan Nila biasanya terganggu jika suhu

habitatnya lebih rendah dari 14oC atau pada suhu tinggi 38oC.

Ikan Nila akan mengalami kematian pada suhu 6oC atau 42oC (Amri &

Khairuman, 2002: 20). Ikan Nila memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan

lingkungan hidup. Keadaan pH air antara 5 – 11 dapat ditoleransi oleh ikan Nila,

tetapi pH optimal untuk perkembangan dan pertumbuhan ikan ini adalah 7 – 8.

ikan Nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin pada kadar salinitas 0 – 35

permil. Oleh karena itu, ikan Nila dapat dibudidayakan di perairan payau, tambak,

dan perairan laut, terutama untuk tujuan usaha pembesaran (Rukmana, 1997:

24).

Siklus hidup

Secara alami, ikan Nila bisa berpijah sepanjang tahun di daerah tropis.

Frekuensi pemijahan yang terbanyak terjadi pada musim hujan. Di alamnya, ikan

nila bisa berpijah 6-7 kali dalam setahun. Berarti, rata-rata setiap dua bulan

sekali, ikan Nila akan berkembang biak. Ikan ini mencapai stadium dewasa pada

umur 4-5 bulan dengan bobot sekitar 250 gram. Masa pemijahan produktif

adalah ketika induk berumur 1,5-2 tahun dengan bobot di atas 500 gram/ekor.

Seekor ikan Nila betina dengan berat sekitar 800 gram menghasilkan larva

sebanyak 1.200 – 1.500 ekor pada setiap pemijahan. Sebelum memijah, ikan

Nila jantan selalu membuat sarang berupa lekukan berbentuk bulat di dasar

perairan. Diameter lekukan setara dengan ukuran ikan Nila jantan. Sarang itu

merupakan daerah teritorial ikan Nila jantan. Ketika masa birahi, ikan Nila jantan

kelihatan tegar dengan warna cerah dan secara agresif mempertahankan daerah

terotorialnya tersebut. Sarang tersebut berfungsi sebagai tempat pemijahan dan

(8)

Proses pemijahan ikan Nila berlangsung sangat cepat. Telur ikan Nila

berdiameter kurang lebih 2,8 mm, berwarna abu-abu, kadang-kadang berwarna

kuning, tidak lengket, dan tenggelam di dasar perairan. Telur telur yang telah

dibuahi dierami di dalam mulut induk betina kemudian menetas setelah 4-5 hari.

Telur yang sudah menetas disebut larva. Panjang larva 4-5 mm. Larva yang

sudah menetas diasuh oleh induk betina hingga mencapai umur 11 hari dan

berukuran 8 mm. Larva yang sudah tidak diasuh oleh induknya akan berenang

secara bergerombol di bagian perairan yang dangkal atau di pinggir kolam (Amri

& Khairuman, 2002: 20-21).

Telur ikan Nila bulat dengan warna kekuningan. Sekali memijah dapat

mengeluarkan telur sebanyak 300-1.500 butir tergantung ukuran induk betina.

Ikan Nila mulai berpijah pada bobot 100-150 gram, tetapi produksi telurnya masih

sedikit. Induk yang paling produktif bobotnya antara 500-600 gram (Suyanto,

1993: 12) Ikan Nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora, karena itulah,

ikan ini sangat mudah dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan yang disukai

ikan Nila adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp, Monia sp

atau Daphnia sp. Selain itu, juga memakan alga atau lumut yang menempel pada

benda-benda di habitat hidupnya. Ikan Nila dewasa ataupun induk pada

umumnya mencari makanan di tempat yang dalam. Jenis makanan yang disukai

ikan dewasa adalah fitoplankton, seperti algae berfilamen, tumbuh-tumbuhan air,

(9)

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Biota Air mengenai Anestesi dan Pembedahan

dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 04 Maret 2014 pukul 13.20 sampai 15.20

WITA, bertempat di Laboratorium Fisilogi Biota Air, Jurusan Perikanan, Fakultas

Ilmu Kelautan Dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

1) Menyiapkan semua peralatan dan bahan yang akan digunakan

2) Mengambil baskom yang berisi air lalu masukkan es batu ke dalam baskom

3) Memasukkan ikan ke dalam baskom dan menhitung waktu pingsan

4) Setelah ikan pinsan, letakkan ikan diatas papan preparat yang telah dialasi lap

(10)

5) Menyeterilkan semua peralatan yang akan digunakan menggunakan alcohol

70%

6) Pembadahan mulai dilakukan menggunakan pisau bedah dan hitung lamanya

pembedahan menggunakan stopwatch

7) Pembedahan dilakukan dengan teknik menghitung sisik ke tiga diatas sirp

perut dan dari bagian tersebut mulai dibedah hingga ke atas sirip dubur

8) Setelah ikan dibedah, kita melihat seks primer ikan dengan bantuan scapel,

lalu dimulailah penjahitan ikan.

9) Penjahitan ikan dilakukan dengan menggunakan jarum bedah dan benang cat

gut, penjahitan dilakukan dengan hati-hati agar organ dalam ikan tidak rusak

10) Setelah penjahitan luka selesai, ikan dimasukkan ke dalam akuarium yang

telah diberikan metylane blue untuk menyeterilkan air dan catat waktu yang

(11)

IV. Hasil dan Pembahasan

Waktu pingsan yaitu lamanya waktu yang digunakan oleh ikan saat mulai

dimasukkan dalam es batu sampai tidak sadarkan diri.Untuk menghitung

waktu saat ikan mulai pingsan dilakukan dengan cara memasukkan ikan

pada wadah dan diberi dengan es batu sebanyak enam bungkus untuk

melakukan pembiusan. Pada percobaan ini, saat melakukan pembiusan

waktu yang digunakan oleh ikan untuk mulai pingsan yaitu pada ikan jantan

adalah 1.31.66.s sedangkan pada ikan betina adalah 1.40.66 s. Pembiusan

dilakukan pada suhu yang rendah yaitu dengan menggunakan es batu.

Bahan anestetik dapat berupa bahan kimia sintetik atau bahan alami.

Bahan kimia yang biasa digunakan dalam anestetik diantaranya ms-222,

benzocaine, metomidate, phenoxy ethanol, quinaldine, chinaldine yang

merupakan cairan toksik. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan anestetik

dapat meninggalkan residu yang berbahaya bagi ikan, manusia dan

lingkungan. Sedangkan bahan anestetik alami yang biasa digunakan

misalnya es batu dan minyak cengkeh, dan pada percobaan ini bahan

anestetik yang digunakan adalah bahan anestetik alami yaitu dengan

(12)

Menurut ( Setiabudi. Et.al 1995 dalam Sari dan sukmiwati.2007). yaitu

untuk menekan aktivitas metabolisme agar kebutuhan oksigen maupun

menekan sekecil mungkin aktivitas metabolismenya, salah satu cara yang

dapat dilakukan dengan mengendalikan kondisi optimal ikan dengan

menggunakan suhu yang rendah yang dapat dilakukan dengan cara bertahap

maupun secara langsung. Cara umum yang dilakukan untuk menekan

aktivitas metabolisme adalah dengan pendinginan dengan penambahan es

batu dalam media ikan sehingga dalam percobaan ini es batu digunakan

sebagai bahan dalam melakukan pembiusan.

Waktu rentang pingsan

Waktu rentang pingsan yaitu lamanya waktu yang dibutuhkan ikan

mulai saat pingsan hingga pulih kembali. Pada percobaan ini, waktu rentang

pingsan yang dibutuhkan oleh ikan jantan adalah 14 menit 36 detik

sedangkan pada ikan betina waktu yang dibutuhkan adalah 12 menit 15

detik. Selama pingsan, proses fisiologis tetap terjadi dalam tubuh ikan. Pada

saat ini biasanya ikan akan menyekresikan kortisol dan epinephrine, dan

selanjutnya peningkatan glukosa dan gangguan osmoregulasi sebagai

indikator stress. Glukosa diproduksi dari proses glikogenolisis di hati sebagai

upaya pemenuhan kebutuhan energi selama stres. Sebagai steroid hormon,

kortisol diproduksi untuk berbagai aktivitas biologis, termasuk

glukoneogenesis dan peningkatan ketahanan tubuh (Davis dan Griffin, 2004

dalam H. Yanto. 2012).

Waktu pembedahan

Waktu pemebedahan adalah lamanya waktu yang dibutuhkan saat

mulai membedah tubuh ikan hingga selesai melakukan penjahitan. Untuk

(13)

dimulai saat ikan mulai pingsan, dibedah sampai dengan selesai melakukan

penjahitan pada bagian tubuh ikan yang luka dengan teknik menghitung sisik

ketiga diatas sirip perut, kemudian dari arah tersebut ikan dibedah hingga di

bagian atas sirip duburnya. Hasil percobaan yang didapatkan saat melakukan

pembedahan yaitu waktu yang dibutuhkan selama pembedahan untuk ikan

nila jantan adalah 5.22.37 s sedangkan untuk ikan nila betina waktu yang

dibutuhkan adalah 6.32.15 s. Pada saat melakukan pembedahan, dapat

diamati ciri seks primer pada ikan. Lagler et al. (1962)dalam (Haryono, 2006)

menyatakan bahwa ikan mempunyai penampakan yang berbeda antara

jantan dan betina, yang meliputi ciri primer antara ovarium dan testis maupun

ciri sekunder. Pada ciri kelamin sekunder (dimorfisme jenis kelamin) berguna

untuk membedakan jenis kelamin jantan dan betina secara morfologis tanpa

harus melakukan pembedahan terhadap organ reproduksinya.

Waktu pulih

Waktu pulih yaitu lamanya waktu yang digunakan oleh ikan pulih dari

perlakuan pembiusan dan pembedahan. Untuk waktu pemulihan, ikan yang

telah dibedah dimasukkan didalam akuarium yang telah diberi methylane

blue untuk mensterilkan air untuk dilakukan perhitungan waktu yang

dibutuhkan masing- masing ikan untuk sadar atau pulih. Pada ikan nila jantan

waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan adalah 1.40.08 sedangkan pada

ikan nila betina waktu yang dibutuhkan adalah 1.20.12 s. Setelah pulih, ikan

tersebut dipuasakan selama 2 hari.

Menurut (Irvina et al. 2010 )saat pemulihan pada ikan terjadi, laju

metabolisme tinggi (karena suhu lingkungan yang tinggi pada siang hari),

maka produksi CO2 juga akan semakin tinggi. Hal ini membuat pH air

(14)

dihasilkan oleh ikan. Molekul amonia yang terionisasi dapat menjadi toksik

bagi ikan nila dan dapat mengakibatkan kematian

.

Menurut Pickering (1981) dalam H.Arfah dan E.supriyono (2002) pada

proses pemingsanan ikan, produksi urin akan meningkat dan setelah 2 jam

penyembuhan dan pada saat ini ikan bergerak sangat aktif. Kondisi inilah

yang pada akhirnya diduga dapat meningkatkan kandungan CO2 dalam

(15)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilaksanakan yaitu:

1. Anestesi merupakan suatu tindakan yang dapat dilakukan untuk

menghilangkan rasa sakit saat melakukan pembedahan.

2. Pembedahan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk mengobati

luka melalui teknik operasi atau penjahitan.

3. Seks primer jantan dan betina dapat kita amati melalui teknik

pembedahan.

Saran Untuk laboratorium

Sebaiknya penataan alat- alat laboratorium ditata sedemikian rupa agar

terlihat rapi untuk memudahkan jalannya praktikum.

Untuk Asisten

 Asiah Zahrah Zainuddin

Meskipun sudah sangat tegas menjadi asisten tapi jangan juga terlalu

galak kak.

 Junaedi

Sudah cukup baik dalam mendampingi praktikan selama praktikum

berlangsung.

 Utami Nachdatullah

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Yayu Saskia et al. Toksisitas dan Kemampuan Anastetik Minyak Cengkeh (Sygnium aromaticum) terhadap benih ikan pelangi merah (Glossolepis incisus). Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan.

H. Yanto. 2012. Kinerja MS-222 dan Kepadatan Ikan Botia (Botia macracanthus) yang Berbeda Selama Transportasi. Jurnal Penelitian Perikanan 1(1) (2012) 43-51, online at www.jpp.ub.ac.id.

Adriyanto et al, 2009. Potensi Penggunaan Acepromazine Sebagai Sediaan Transquilizer Pada Transportasi Ikan Patin. Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2010, hlm 62-70 Vol 38 No.1 ISSN 0126-6265.

Soni, ahmad. 2009. Pengamatan Anatomi Eksternal dan Internal Pisces. http:// pdf.com. diakses pada tanggal 12 Maret 2014 pukul 22.00 WITA.

Haryono. 2006. aspek biologi ikan tambra (tor tambroides blkr.) yang eksotik dan langka sebagai dasar domestikasi. Biodiversitas ISSN: 1412-033X Volume 7, Nomor 2 April 2006 Halaman: 195-198.

Albani, Radi I, dkk. 2008. Laporan Akhir Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian. Teknik Anestesi Ikan Menggunakan Arus Listrik. Institut Pertanian Bogor : Bogor.

H. Arfah dan E. Supriyono. 2002. Penggunaan ms–222 pada pengangkutan benih ikan patin (pangasius sutchi). Jurnal Akuakultur Indonesia, 1(3) 119:122 (2012).

http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id.

Mery Sukmiwati dan N. Ira Sari. 2007. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Biji Karet (Havea brancilliensis Muel. ARG) Sebagai Pembius dan Aktivitas Kelulusan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio, L) Selama Transportasi.

Klasifikasi Ikan Nila Oreochromis niloticus. www.Zipcodezoo.com. Diakses pada tanggal 12 Maret 2014 pukul 22.30. WITA.

Gambar

Gambar 1. Ikan Nila Oreochromis niloticus
Tabel 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya:No    Alat                                                                       Fungsi
Tabel 3. Hasil pengamatan yang diperoleh yaitu:

Referensi

Dokumen terkait

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada pelaksanaan pengujian adalah dengan menggantungkan ketiga beban secara bergantian pada lengan ayun mesin gurdi dengan jarak

Kegunaan dragline adalah untuk penggalian material yang tidak terlalu keras yang letaknya dapat lebih rendah atau lebih tinggi dari posisi alat tersebut.. Alatnya terdiri

Pada tahap ini, edukasi dengan contoh-contoh penderita kanker karena rokok, hamil di luar nikah, sangatlah penting, mengingat remaja biasanya merasa bahwa ia adalah orang kuat

Pengungkapan akuntansi murabahah menurut PSAK 102 adalah sebagai berikut :penjual mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak

Peuyeum Bandung memang berbeda dengan peuyeum yang ada di daerah lain karena dibuat dari ketela yang cocok ditanam di daerah Jawa Barat.. Kalimat kedua-paragraf di

Diagram berjenjang (HIPO) pada Sistem Sistem informasi penilaian properti KJPP FAST Surabaya terdapat 7 proses utama, yaitu proses pengelolahan data master, proses

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Suryanawa (2008) pada penelitiannya menunjukan bahwa faktor kondisi yang memfasilitasi memiliki hubungan

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini,