• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI HAK PENGELOLAAN A. Pengertian Hak Pengelolaan - Tinjauan Hukum Terhadap Hak Pengelolaan Dalam Rangka Kewenangan Kepentingan Pelaksanaan Tugasnya Pada Pemerintah Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM MENGENAI HAK PENGELOLAAN A. Pengertian Hak Pengelolaan - Tinjauan Hukum Terhadap Hak Pengelolaan Dalam Rangka Kewenangan Kepentingan Pelaksanaan Tugasnya Pada Pemerintah Kota Medan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

A. Pengertian Hak Pengelolaan

Istilah Hak Pengelolaan tidak terdapat dalam peraturan Perundang - undangan khususnya dalam Undang – Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043). Meskipun Hak Pengelolaan merupakan hak yang berkaitan dengan hak atas tanah akan tetapi secara eksplist hak pengelolaan tidak terdapat dalam Undang – Undang Pokok Agraria yang pengaturannya tidak secara tegas diatur tentang kedudukannya. Meskipun Hak Pengelolaan tidak diatur secara eksplisit dalam batang tubuh Undang – Undang Pokok Agraria akan tetapi istilah Hak Pengelolaan disebutkan dalam penjelasan Umum II angka 2 Undang – undang Pokok Agraria yang disebutkan bukan Hak Pengelolaan tetapi “Pengelola” yang berbunyi :

Negara dapat memberikan tanah yang demikian itu kepada seseorang atau badan hukum dengan

sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya, misalnya : Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan, atau Hak Pakai atau memberikannya dalam Pengelolaan kepada suatu Badan

Penguasa (Departemen, Jawatan atau Daerah Swatantra) untuk di pergunakan bagi pelaksanaan

tugasnya masing –masing”.

Istilah Hak Pengelolaan sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yaitu “

Beheersrecht” yang artinya Hak Penguasaan. Dengan munculnya terjemahan Hak

(2)

seiring perkembangan hukum pertanahan nasional ( hukum agraria), Pengertian Hak Pengelolaan yang dahulu disebut dengan Hak Penguasaan ini tersebar di berbagai jenis peraturan hukum di bidang pertanahan yang sampai saat ini masih berlaku17. Dari berbagai peraturan perundang-undangan yang ada pengertian Hak Pengelolaan dapat dirumuskan dalam beberapa peraturan yaitu18 : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah – Tanah Negara ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 14 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 362). Dalam peraturan ini, istilah Hak Pengelolaan belum ada definisinya, melainkan dengan sebutan Hak Penguasaan.

2. Peraturan Menteri Agraria Noor 9 Tahun 1965 paal 6 menyebutkan Hak Pengelolaan adalah hak atas tanah negara yang berisi wewenang untuk :

a. Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah tersebut;

b. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya;

c. Menyerahkan bagian – bagian atas tanah tersebut kepada pihak ketiga dengan Hak Pakai berjangka waktu 6 Tahun;

d. Menerima uang pemasukan/ ganti rugi/ uang wajib tahunan.

3. Peraturan Menteri Agraria Nomor 1 Tahun 1966 hanya menyebutkan istilah Hak Pengelolaan tanpa memberikan pengertian atau definisi yang jelas

17

(3)

4. Sedangkan dalam Undang – Undang Nomor 21 Tahun 1997, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 jo Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2011 dan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahn Nasional Nomor 9 Tahun 1999, disebutkan Hak Pengelolaan adalah Hak Menguasai Negara yang Kewenangan pelaksanaannnya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1973, tentang Ketentuan – Ketentuan Mengenai Tata Cara Pemberian Hak Atas Tanah, disebutkan

bahwa Hak Pengelolaan adalah Hak Atas Tanah Negara seperti yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965, yang memberi wewenang kepada pemeganya untuk :

a. Menerncanakan Peruntukan dan Penggunaan tanah tersebut; b. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan

tugasnya

c. Menyerahkan bagian – bagian atas tanah tersebut kepada pihak ketiga dengan Hak Pakai berjangka waktu 6 tahun

d. Menerima uang pemasukan/ganti rugi/uang wajib tahunan.

(4)

Menurut R. Atang Ranoiharjdja sebagaimana dikutip Satrio Wicaksono Hak Pengelolaan adalah Hak atas tanah yang dikuasai negara dan hanya dapat diberikan kepada badan hukum atau pemerintah daerah baik dipergunakan untuk usahanya sendiri maupun untuk kepentingan pihak ketiga, ini menunjukan dari arti hak pengelolaan tersebut bersifat alternatif, dimana hak pengelolaan obyeknya adalah tanah yang dikuasai langsung oleh negara yang diberikan kepada badan badan hukum pemerintah atau pihak ketiga19. Sementara menurut pendapat Ramli

Zein pengertian hak Pengelolaan bersifat Kumulatif, bukan alternatif sebagaimana dikatakan Atang Ranoemihardja yang artinya tanah yang dikuasai oleh negara akan diberikan dengan hak pengelolaan kepada suatu badan usaha milik negara (BUMN) atau badan usaha milik daerah (BUMD), apabila tanah tersebut selain akan dipergunakan untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya, juga bagian – bagian tanah tersebut akan diserahkan dengan sesuatu hak tertentu kepada pihak ketiga20.

Pada pengertian hak pengelolaan yang dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa hak pengelolaan merupakan hak menguasai negara yang yang kewenangan pelaksanaan tugasnya dilimpahkan kepada pemegang haknya yang dapat dipergunakan sendiri untuk pelaksanaan kepentingan tugasnya dan dapat diberikan kepada pihak ketiga dengan suatu hak tertentu.

Dalam sejarahnya Hak Pengelolaan dimulai dari timbulnya penguasaan atas tanah dalam bentuknya yang modern yaitu sejak berlakunya agrarische wet pada

19 Satrio Wicaksono, 2008, Pelaksanaan Pemberian Hak Pengelolaan atas tanah dan

potensi Timbulnya Monopoli Swasta atas usaha – usaha dalam bidang Agraria, Tesis, Program

Pascasarjana Magister Kenoktariatan Universitas Diponegoro, Semarang, Tidak Dipublikasikan, hal. 12, dalam buku Irawan Soerodjo (2014) Hukum Pertanahan HPL.

(5)

tahun 1870 yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi usaha partikelir untuk melaksanakan agrarische wet yang kemudian dibuatlah agrarische besluit(stb 1870 nomor 118). Isi dari pasal agrarische besluit memuat tentang

domeinverklaring yang berisi domeinbeginsel (asas milik), yang menyatakan semua tanah yang diatasnya tidak terbukti adanya hak egeindom orang/ badan lain, adalah miliki negara (landsdomein),Hak Pengelolaan yang dahulunya dinamakan Hak Penguasaan jika diterjemahkan dalam bahasa Belnda disebut “Beheersecht” dan Sejarah Hak Pengelolaan telah ada sejak Pemerintahan Hindia

Belanda dengan menggunakan istilah “in beheer”, yang kemudian oleh Pemerintah Indonesia diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah Negara21. Filosofi penjajah terhadap eksistensi Hak Pengelolaan adalah ingin menguasai tanah jajahan sedangkan pada masa pemerintah Indonesia eksistensi Hak Pengelolaan adalah jawaban terhadap kebutuhan pembangunan dan kondisi objektif bangsa dan negara Indonesia22

Hak Penguasaan dulunya dimiliki oleh instansi pemerintah, jawatan atau departemen yang dipergunakan menurut peruntukannya. Hak penguasaan muncul karena dilihat dari keadaan pada waktu itu instansi peemerintah, perusahaan atau jawatan memerlukan tanah untuk keperluan tugsanya. Dengan demikian timbulnya hak penguasaan dilatarbelakangi adanya kebutuhan bagi pemerintah kota terhadap tanah untuk pelaksanaan tugasnya. Dalam pelaksanaannya hak Penguasaan atas tanah negara pada waktu itu banyak sekali penyimpangan yang

21

Irawan Soerodjo, op.cit,hal :18

22

(6)

terjadi terhadap penggunaan tanah negara oleh instansi pemerintah maupun jawatan salah satunya adalah memindahkan penggunaan tanah dari suatu instansi pemerintah atau jawatan ke instansi lainnya tanpa adanya pemberitahuan atau proses penyerahan yang jelas sehingga menimbulkan ketidakpastian atas instansi mana yang menguasai tanah. Dengan terjadinya permasalahan tersebut maka Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah – Tanah Negara. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah ini maka kedudukan Hak Penguasaan atas tanah negara jelas baik dari peruntukan maupun penggunannya. Kemudian setelah lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 tentang Penguasaan Tanah – tanah negara tidak lama kemudian keluarnya Undang – undang Pokok Agraria yang penjelasan Hak Penguasan atas tanah negara mengalami perubahan dan dikonversi dengan lahirnya Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak Penguasaan atas tanah negara dan ketentuan-ketentuan tentang kebijakan selanjutnya.

(7)

1965merupakan peraturan yang pertama kali menyebutkan istilah Hak Pengelolaan dalam sistem hukum pertanahan nasional yang sebelumnya Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1853 merupakan cikal bakal atau embrio lahirnya hak pengelolaan. Kemudian sesuai dengan perkembangan zaman maka keberadaan Hak Pengelolaan diatur lebih lanjut dan diikuti pada peraturan – peraturan lainnya yang didalam peraturan tersebut mencantumkan beberapa pengertian hak pengelolaan yang dari semua itu pada intinya merupakan hak menguasai negara yang dilimpahkan kepada pemegang haknya yang teknis pelaksaanaan hak pengelolaan dijelaskan sesuai dengan peraturan yang ada.

B.Hubungan Hak Pengelolaan dengan Hak Menguasai Negara

(8)

penguasaan hak atas tanah dalam UUPA yang lima jenis dengan sistem berjenjang tersebut agar tetap diperoleh batasan kepemilikan dan tidak menimubulkan penafsiran yang berbeda nantinya23.

Hak Menguasai Negara dari negara yang dipunyai negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia untuk pada tingkatan yang tertinggi yaitu24 :

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaannya

2. Menentukan dan mengatur hak – hak yang dapat dipunyai atas (bagian dari) bumi, air dan ruang angkasa itu

3. Menentukan dan mengatur hubungan – hubungan hukum antara orang – orang dan perbuatan – perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Dalam Hak Menguasai Negara pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah daerah swatantra dan masyarakat – masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional menurut ketentuan – ketentuan Peraturan Pemerintah, artinya bahwa dalam melaksanakan kehidupan pada daerah – daerah adat maupun swatantra maka tanah – tanah yang terdapat tersebut dapat diusahakan dan dipergunakan oleh masyarakat yang berasal dari negara sekedar diperlukan. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan zaman maka hak menguasai negara tidak hanya dikuasakan kepada sebatas yang

23

Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Kepemilikan Properti Di Indonesia

termasuk kepemilikan rumah oleh orang asing, CV Mandar Maju, Bandung, 2013, hal.16

24

(9)

disebutkan dalam Undang – Undang Pokok Agraria tetapidapat diserahkan kepada pemegang haknya berupa Hak penguasaan yang sudah dikonversi menjadi Hak pakai dan Hak Pengelolaan jika dipergunakan oleh perusahaan itu sendiri dan diserahkan sebagian haknya kepada pihak ketiga.

Jika ditanya hubungan Hak Menguasai negara dengan Hak Pengelolaan maka dapat dikaitkan dengan persoalan kewenangan dalam Hak Pengelolaan, apabila pengertian Hak Pengelolaan tersebut dikaitkan dengan Konsep Hak Menguasai dari Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (2) Undang- Undang Pokok agraria, maka timbul Pertanyaan, sebagian pelaksanaan kewenangan yang mana yang diserahkan kepada pemegang hak pengelolaan tersebut?, kata sebagian dalam pengertian hak pengelolaan dapat diartikan dalam dua makna yaitu25:

1. Wewenang Hak Menguasai Negara yang terdapat dalam Pasal 2 ayat (2) Undang – Undang Pokok Agaria tidak dapat diserahkan atau dilepaskan seluruhnya kepada pihak lain manapun. Dengan diberikannya sebagian wewenang kepada pihak lain dengan Hak Pengelolaan, maka tanah tersebut tetap dalam penguasaan Negara. Apabila wewenang Hak Menguasai Negaratersebut diserahkan atau dilepaskan seluruhnya kepada pihak lain dengan Hak Pengelolaan, maka hal demikian jelas bertentangan dengan prinsip dasar Undang – Undang Pokok Agraria dimana negara sebagai organisasi kekuasaan dari seluruh rakyat bertindak selaku pemegang kekuasaan tertinggi atas tanah

25

(10)

2. Bahwa pelaksanaan sebagai kewenangan oleh pemegang Hak Pengelolaan bukan berarti menghilangkan kewenangan hak menguasai negara yang dimiliki pemerintah, sehingga kewenangan pemegang Hak Pengelolaan merupakan sub ordinasi dari Hak Menguasai Negara yang dilakukan oleh pemerintah dan karenanya pemegang Hak Pengelolaan tetap tunduk kepada segala peraturan yang dikeluarakan oleh negara melalui pemerintah.

Jadi, kaitan Hak Pengelolaan dengan Hak Menguasai negara sebenarnnya sudah ada dalam peraturan semenjak timbulnya dari mulanya hak penguasaan atas tanah negara yang sudah dikonversi. Dalam kewenangannya meskipun Hak Pengelolaan memiliki kewenangan yang hampir sama dengan Hak Menguasai negara yang tercantum dalam pasal 2 ayat (2) Undang – Undang Pokok Agraria, pemegang Hak Pengelolaan tetap tunduk kepada Hak Mengusasi Negara yang regulasinya atau kebijakannya dibuat oleh pemerintah pusat26.

Dalam Hak Menguasai negara cakupannya lebih luas dari hak pengelolaan yang hanya sekedar pada penggunaan dan peruntukan tanah. Dan terhadap pengertian “sebagai kewenangan” yang dilimpahakan kepada pemegang Hak

Pengelolaan dari wewenang yang ada pada Hak Menguasai Negara adalah hanya tebatas pada peruntukan dan penggunaan tanah saja, tidak termasuk mengatur hak guna air dan hak guna ruang angkasa sebagaimana wewenang yang ada pada hak menguasai dari negara27. Jika dilihat dari kewenangannya maka sebagian kewenangan dari hak menguasai negara terdapat dalam pemegang Hak

26Ibid,

(11)

Pengelolaan dan dari aspek pengaturan dan praktik pemberian Hak Pengelolaan atas tanah itu merupakan derivasi dari Hak Menguasai atas tanah Negara.

C. Imlementasi Hak Pengelolaan dalam Rangka Kepentingan Tugasnya

Dalam praktek pelaksanaan Hak pengelolaan dalam rangka kepentingan tugasnya pada dasarnya diatur dalam peraturan yang ada. Akan tetapi dalam Undang – undang tersendiri belumlah diatur yang mengatur khusus tentang hak pengelolaan. selama ini pelaksanaan hak pengelolaan baik itu tata cara pemeberian maupun tata cara pemberian dan pembatalan hak atas tanah negara dan hak pengelolaan diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional dan Peraturan Pemerintah Lainnya yang terkait dengan Hak Pengelolaan. Dalam pelaksanaan Hak Pengelolaan Peraturan Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 lah yang mengatur tentang tata cara pemberian dan pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan. peraturan inilah yang menjadi acuan bagi tata cara pemberian dan pemebatalan Hak Pengelolaan selama hal yang tidak diatur dalam peraturan ini maka peraturan yang sama sebelumnya tetap berlaku. Dalam peraturan – peraturan yang tidak berlaku setelah berlakunya Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 maka satu – satunya inilah pengaturan mengenai tata cara pemberian hak atas tanah negara.

(12)

peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1985 tentang Tata Cara Pensertipikatan Tanah Bagi Program dan Proyek Departemen Pertanian dan Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1993 tentang Tata Cara Pemberian Perpanjangan dan Pembaharuan Hak Guna Bangunan dalam kawasan – kawasan tertentu di Provinsi Riau serta ketentuan – ketentuan lain yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dinyatakan tidak berlaku28. Hak Pengelolaan dalama praktek untuk pelaksanaan

kepentingan tugsanya mempunyai beberapa wewenang berdasarkan peraturan. Diantara wewenang itu adalah merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah, mempergunakan tanah tersebut untuk pelaksanaan tugasnya dan menyerahkan bagian tanah kepada pihak ketiga atau bekerjasama dengan pihak ketiga. Salah satu kewenangan implementasi dari pemegang Hak pengelolaan adalah menyerahkan bagian tanah hak pengelolaan kepada pihak ketiga dengan memberikan suatu hak yang baru yang hak tersebutdiatur dalam peraturan.

Pemberi Hak Pengelolaan dalam Hal ini Negara mempunyai kewenangan kepada siapa peruntukan tanah hak pengelolaan itu diberikan untuk dijadikan sebagai pemegang Hak pengelolaan akan tetapi kewenangannya tersebut adanya beberapa subyek hak pengelolaanyang diatur dalam aturan yaitu sebagi pemegang hak pengelolaan yang akan diperuntukan untuk pelaksanaan tugasnya. Oleh karena itu dalam implementasinya Hak Pengelolaan akan dijelaskan berdasarkan peraturan – peraturan yang ada baik itu pemegang, proses maupun tata cara pemberian dan hapusnya hak pengelolaan yang dalam impementasinyaapakah

28

(13)

sesuai dengan prakteknya yang ada dilapangan sebgaimana perusahahan – perusahan atau badan hukum dan instansi pemerintah atau pemerintah daerah sebagai pemegang Hak pengelolaan.

1. Proses Terjadinya Hak Pengelolaan

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya Hak Pengelolaan merupakan gempilan dari hak menguasai negara yang kewenangan pelaksanaan tugasnya sebagian dilimpahkan kepada pemegang haknya. Hak pengelolaan hanya dapat berdiri di atas tanah negara. Tanah negara adalah tanah yang dikuasai oleh negara yang tidak dipunyai dengan sesuatu hak diatasnya atau hak atas tanah.

Menurut Maria S.W Sumardjono, ruang lingkup tanah negara meliputi29 : a. Tanah – tanah yang diserahkan secara sukarela oleh pemiliknya;

b. Tanah – tanah yang berakhir jangka waktunya dan tidak diperpanjang lagi; c. Tanah-tanah yang pemegang haknya meninggal dunia tanpa ahli waris; d. Tanah-tanah yang diterlantarkan;

e. Tanah-tanah yang diambil alih untuk kepentingan umum sesuai dengan tata cara pencabutan hak atas tanah yang diatur dalam Undang Nomor 20 Tahun 1960 dan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang diatur dalam keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 yang telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Juncto Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006.

Hak Pengelolaan yang diberikan dapat terjadi karena dua hal yaitu30 :

29

Maria S.W. Soemardjo, 2008, tanah dalam perspektif Hak Ekonomi, sosial dan budaya, Penerbi Buku Kompas, Jakarta, Hal. 16 dalam buku Irawan Soerodjo, 2014, Hukum Pertanahan HPL, eksistensi, pengaturan dan praktik.

(14)

1. Melalui konversi

2. Melalui Penetapan Pemerintah

Yang dimaksud dengan melalui proses konversi adalah perubahan status hak atas tanah sebagai akibat berlakunya peraturan perundang – undangan di bidang agraria/pertanahan31. Sedangkan Menurut A.P Parlindungan, yang dimaksud dengan konversi adalah penyesuaian hak-hak atas tanah yang pernah tunduk kepada sistem hukum yang lama yaitu hak-hak atas tanah menurut BW dan tanah-tanah yang tunduk kepada hukum adat untuk masuk dalam sistem hak-hak atas tanah menurut UUPA32. Ketentuan yang mengatur tentang konversi tanah negara menjadi Hak Pengelolaan adalah Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965, yaitu Hak Penguasaan (beheer) yang diberikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 yang kemudian dikonversi menjadi Hak Pengelolaan, konversi itu ditujukan pada tanah – tanah yang secara nyata/riil dikuasai oleh instansi pemerintah, jawatan dan daerah swantantra yang diberikan dengan hak penguasaan atas tanah negara berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 195333.

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 Pasal 2disebutkan penguasaan tanah negara diserahkan kepada instansi pemerintah (kementrian), jawatan, atau daerah Swatantra. Kemudian dengan terbitnya Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 maka status hak penguasaan atas tanah negara dikonversi menjadi Hak pakai jika dipergunakan oleh instansi itu sendiri dan Hak

31Ibid.,

32 Ramli Zein, Hak Pengelolaan Dalam Sistem UUPA, (Jakarta: Rhineka Cipta, Maret

1995), hlm. 24 dalam Urip Santoso , Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.113

33

(15)

Pengelolaan dipergunakan selain untuk instansi itu sendiri juga dapat diserhakan sebagian haknya kepada pihak ketiga.Perolehan Hak Pengelolaan melalui konversi ini bukan berarti secara yuridis Hak Pengelolaan itu diakui, Untuk mendapatkan pengakuan status Hak Pengelolaan, Pemegang Hak Pengelolaan dalam hal ini isntansi pemerintah, jawatan atau daerah swatantra wajib mendaftarkan Hak Pengelolaan tersebut ke kantor pertanaan setempat34. Kewajiban mendaftrakan Hak Pengelolaan ini diatur pertama kalinya dalam pasal 1 Peraturan Agraria Nomor 1 Tahun 1996 yang menyebutkan bahwa selain Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Hak Pengelolaan pun wajib didaftarkan guna dicatatkan pada buku tanah untuk mendapatkan sertipikat tanah Hak Pengelolaan35. serta juga disebutkan dalam PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah bahwa Hak Pengelolaan merupakan salah satu objek pendaftaran tanah.

Berdasarkan Penetapan Pemerintah hak pengelolaan apabila ada instansi pemerintah menginginkan untuk memperoleh Hak Pengelolaan dengan mengajukan permohonan hak kepada negara melalui pemerintah cq Badan Pertanahan Nasional. Proses lahirnya Hak Pengelolaan melalui penetapan Pemerintah didahului adanya permohonan hak yang proses penetapan ini dilakukan apabila instansi pemerintah atau calon pemegang Hak Pengelolaan sebelumnya tidak menguasai tanah penguasaan (tanah negara) sebagaimana yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 Jo Peraturan Menteri agraria Nomor 9 Tahun 1965, dengan demikian instansi pemerintah atau jawatan

34

(16)

mengajukan permohonan hak pengelolaan kepada instansi yang berwenang untuk selanjutnya diproses menurut tata cara dan ketentuan yang berlaku36

berdasarkan penetapan pemerintah ini bahwa untuk memperoleh Hak Pengelolaan harus mengajukan beberapa syarat yang telah ditetapkan. Dikabulkan atau tidak dikabulkan permohonan untuk mengajukan Hak Pengelolaan hal tersebut kewenangan pemerintah pusat jika didaerah maka hak Pengelolaan dapat diberikan dari Provinsi/Gubernur atau Kab/Kota Bupati atau Walikota tentunya dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional. Jika dikabulkan permohonan Hak Pengelolaan maka pemerintah dalam hal ini Badan Pertanahn Nasional mengeluarkan Surat Keputusan Pemberian Hak (SKPH) yang kemudian Surat keputusan tersebut didaftarkan ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota untuk mendapatkan sertipikat sebagai tanda bukti Hak Pengelolaan.

Perlu dikemukakan bahwa pemberian status Hak Pengelolaan baik melalui proses konversi maupun melalui proses permohonan Hak, harus dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 9 Tahun 1999 yang menggantikan peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1973 tentang Tata Cara Pemberian Hak Atas Tanah37.

2. Tata Cara Permohonan Hak Pengelolaan

dalam mengajukan permohonan Hak Pengelolalan ada beberapa prosedur yang harus dilalui sama halnya dengan tata cara permohonan Hak atas tanah lainnya maupun permohonan untuk meningkatkan status hak atas tanah. Tata cara

36Ibid, Hal. 24

37

(17)

atau prosedur permohonan dan pemberian Hak Pengelolaan diatur dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan. permohonan Hak Pengelolaan yang diajukan oleh pemohon dilakukan secara tertulis kepada Menteri agraria/ Kepala Badan Pertanahn Nasional jika terletak di Kabupaten/Kota permohonan kepada Kepala Kantor Pertanahan sesuai letak dimana tanah yang dimohonkan berada. Permohonan Hak Pengelolaan diajukan secara tertulis yang memuat yaitu38 :

1. Keterangan mengenai pemohon, meliputi : nama badan hukum, tempat kedudukan, akta atau peraturan pendiriannya sesuai dengan ketentuan pertauran perundang-undangan yang berlaku

2. Keterangan mengenai tanahnnya yang meliputi data yuridis dan data fisik : a. Bukti pemilikan dan bukti perolehan tanah berupa sertipikat, penunjukan atau penyerahan dari pemerintah, pelepasan kawasan hutan dari instansi yang berwenang, akta pelepasan bekas tanah milik adat atau bukti perolehan tanah lainnya;

b. Letak, batas-batas dan luasnya (jika ada surat ukur atau gambar situasi sebutkan tanggal dan nomornya);

c. Jenis tanah (pertanian/non pertanian) d. Rencana Penggunaan Tanah;

e. Status Tanahnya (Tanah hak atau tanah negara);

38 Pasal 68 Peeraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 Tata cara

(18)

3. Lain – lain, seperti keterangan mengenai jumlah bidang, luas dan status tanah – tanah yang dimiliki oleh pemohon, termasuk bidang tanah yang dimohon dan keterangan lain yang dianggap perlu.

Kemudian syarat Permohonan Hak Pengelolaan sebagaimana hal yang dimuat dalam syarat sebelumnya yaitu39 :

a. Fotocopy identitas permohonan atau surat keputusan pembentukannya atau akta pendirian perusahaan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku;

b. Rencana pengusahaan tanah jangka pendek dan jangka panjang;

c. Izin lokasi atau surat izin penunjukan penggunaan tanah atau surat izin pencadangan tanah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah;

d. Bukti kepemilikan dan atau bukti perolehan tanah berupa sertipikat, penunjukan atau penyerahan dari pemerintah pelepasan kawasan hutan dari instansi yang berwenang, atau pelepasan bekas tanah milik adat atau surat-surat bukti perolehan tanah lainnya;

e. Surat persetujuan atau rekomendasi dari instansi terkait apabila diperlukan

f. Surat ukur apabila ada;

g. Surat pernyataanatau bukti bahwa seluruh modalnya dimiliki oleh pemerintah.

Maka setelah syarat permohonan dipenuhi dan setelah dilakukan penelitian mengenai data atau berkas yang diajukan oleh yang bersangkutan (pemohon) dan

39

(19)

setelah dilakukan pertimbangan yang dinilai cukup, maka Kepala Badan Pertanahan Nasionalberdasarkan wewenangnya menerbitkan Surat Keputusan (SK) tentang pemberian Hak Pengelolaan atas nama pemohon dan diberikan kepada pemohon yang bersangkutan (calon pemegang Hak Pengelolaan)40.

Apabila tanah negara yang dimohonkan Hak Pengelolaan tersebut berasal dari bekas sesuatu hak atas tanah (Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai) yang sebelumnya telah dilepaskan melalui mekanisme pelepasan hak, maka dalam bagian diktum Surat Keputusan (SK) tersebut ditetapkan mengenai persetujuan atas pelepasan hak atas tanah yang bersangkutan dan menetapkan pernyataan tidak berlakunya lagi tanda bukti hak atas tanah (sertipikat) hak atas tanah sebelumnya, dan karenanya memerintahkan kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat untuk mencoret atau menghapus hak atas tanah tersebut dalam buku tanah (warkah)41.

3. Subjek dan Objek Hak Pengelolaan

Dari tata cara permohonan Hak Pengelolaan yang telah disebutkan sebelumnya dipastikan ada yang memohonkan untuk dapat memiliki Hak Pengelolaan tersebut. dalam hal ini subjek Hak pengelolaan yang akan memiliki Hak Pengelolaan tersebut. Membahas tentang subjek hukum Hak Pengelolaan, akan menimbulkan pertanyaan siapa saja yang berhak memperoleh dengan status Hak Pengelolaan. pengertian Subjek hukum dimaknai sebagai pendukung hak dan kewajiban, dalam bahas Belanda disebut Recht Persoon sedangkan dalam istilah

40

Irawan Soerodjo, op.cit, hal 88

41

(20)

Inggris disebut legal entity. Subjek hukum atau person ini merupakan suatu bentukan hukum, artinya keberadaannya kerena diciptakan oleh hukum42.

Subjek hukum bukan hanya manusia tetapi juga badan hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban. Badan hukum tersebut kedudukannya sama dengan manusia, yaitu sama – sama mempunyai wewenang yang bersumber pada dasar pembentukannya, sehingga badan hukum tersebut adalah subjek hukum43.

Dalam Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 pasal 2 ayat 4 disebutkan hak penguasaan negara dapat dikuasakan kepada daerah-daerah swantantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat. Dalam penjelasan umum II

angaka (2) disebutkan pula “atau memberikannya dalam pengelolaan kepada suatu

badan penguasa (departemen, jawatan atau daerah swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing”. Penjelasan pasal 2 tersebut menyatakan :

“ ketentuan dalam ayat (4) adalah bersangkutan dengan azas otonomi medebewind

dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Soal agraria menurut sifatnya dan pada

azasnya merupakan tugas Pemerintah Pusat (pasal 33 ayat (3) Undang – Undang Dasar.

Dengan demikan maka pelimpahan wewenang untuk melaksanakan hak penguasaan dari

negara atas tanah itu adalah merupakan medebewind. Segala sesuatunya akan

diselenggarakan menurut keperluannya dan sudah barang tentu tidak boleh bertentangan

42

Peter Mahmud Marzuki, 2009, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 241 dalam buku Irawan Soerodjo, Hukum Pertanahan Hak Pengelolaan atas tanah, eksistensi, pengaturan dan praktik, 2014, hal.29

43

(21)

dengan kepentingan nasional. Wewenang dalam bidag agraria dapat merupakan sumber

keuangan bagi daerah itu”44

Dengan demikian berarti bahwa didalam pasal 2 ayat (4) Undang – Undang Pokok Agraria Subjek Hak Pengelolaan itu adalah daerah – daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, kemudian didalam penjelasan umum II angka(2) dijelaskan Subjek Hak Pengelolaan adalah Badan Penguasa yang berupa departemen, jawatan, atau daerah swatantra45 .

Subjek hak pengelolaan yang diterangkan dalam Undang – Undang Pokok Agraria tersebut dengan perkembangan zaman sekarang maka subjek Hak pengelolaan diatur dalam peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional. Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa tidak semua badan hukum untuk memperoleh dan/atau menguasai tanah dengan status Hak Pengelolaan. Menurutpasal 67 Peraturan Menteri Negara Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999, Hak Pengelolaan diberikan kepada :

a. Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah (Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota);

b. Badan Usaha Milik Negara (BUMN); c. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD); d. PT. Persero;

e. Badan Otorita; dan

f. Badan-badan hukum pemerintah lainnya yang ditunjuk oleh Pemerintah.

44

Bagir Manan, Hak Pengelolaan, bahan diskusi Tim Pengkajian Hukum Agraria, BPHN, Departemen, Kehakiman, Jakarta, 1986, hlm 5.

(22)

Pasal 67 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 diatas memberikan batasan bahwa Hak Pengelolaan hanya dapat diberikan kepada instansi pemerintahdan badan-badan hukum milik pemerintah46. Hal ini perlu dimaklumi mengingat Hak Pengelolaan merupakan Hak Menguasai dari Negara sehingga sudah dipastikan negara sebagai pemegang hak penguasaan atas tanah yang tertinggi sebagaimana diatur dalam pasal 2 ayat (1) Undang – Undang Pokok Agraria memberikan kepada instansi atau badan – badan hukum pemerintah dengan Hak Pengelolaan47. Pemberian Hak Pengelolaan tersebut dapat dilakukan apabila memenuhi dua syarat, yaitu48 :

1 Jika sebagian atas tanah tersebut dipergunakan untuk keperluan isntansi tersebut;

2 Jika sebagian tanah tersebut penguasaannya akan diserahkan kepada pihak ketiga dengan sesuatu hak atas tanah yang lain (misalnya dengan Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai).

Sebelum Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 yang menyebutkan Subyek Hak Pengelolaan maka adapun peraturan – peraturan lain sebelumnya yang menyebutkan subjek hak pengelolaan juga, diantaranya beberapa aturan tersebut adalah :

a. Undang – undang Pokok Agraria pasal 2 ayat (4) dan pada bagian penjelasan Umum II angka 2, yang dijelaskan bahwa subyek hukum Hak Pengelolaan adalah penguasa yaitu Departemen, Jawatan, dan Daerah Swatantra.

46 Irawan Soerodjo, Hukum Pertanahan Hak Pengelolaan atas tanah (HPL), op.cit. Hal. 30

47

Ibid,

48

(23)

b. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953, yang menyebutkan Kementrian atau jawatan dan Daerah Swatantra adalah subyek hukum Hak Pengelolaan yang merupakan hasil konversi dari hak Penguasaan. c. Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 (Pasal 4 dan Pasal 5)

yang didalamnya disebutkan bahwa yang menjadi subyek hukum Hak Pengelolaan adalah Departemen, Direktorat atau Daerah Swatantra. d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1973 pasal 29

dijelaskan bahwa Hak Pengelolaan dapat diberikan kepada Departemen dan Jawatan – jawatan Pemerintah.

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan Mengenai penyediaan dan pemberian tanah untuk keperluan Perusahaan Pasal 2 ayat (1), disebutkan bahwa untuk keperluan bidang usaha, maka dapat diberikan Hak Pengelolaan bagi perusahaan yang modalnya seluruh atau sebagian milik pemerintah. f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara

Permohonan dan Penyelesaian pemberian hak atas tanah bagian-bagian tanah hak pengelolaan serta pendaftarannya49.

Dari berbagai peraturan yang disebutkan diatas yang menyebutkan subyek Hak Pengelolaan memuat pengaturan dan pandangan yang sama mengenai subyek Hak Pengelolaan, hanya saja perbedaannya terletak pada penyebutan istilah

(24)

atauterminologi lembaga/instistusi pemerintah ( seperti Departemen/ Kementrian Jawatan/ Kementrian atau Direktorat)50.

Terkait dengan objek Hak Pengelolaan maka objek Hak Pengelolaan adalah tanah – tanah yang dikuasai langsung oleh negara. Berpedoman pada peraturan Undang – Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, maka obyek dari Hak Pengelolaan seperti juga hak – hak atas tanah lainnya, adalah yang dikuasai penuh oleh negara. Secara eksplisit obyek hak pengelolaan itu dapat dilihat dari penjelasan Umum II angka (2) Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 yang berbunyi :

kekuasaan negara atas tanah yang tidak mempunyai dengan sesuatu hak oleh

seseorang atau pihak lainnya adalah lebih luas dan penuh. Dengan berpedoman pada

tujuan yang disebutkan di atas negara dapat memberikan tanah yang demikian itu kepada

seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya,

misalnya hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan atau hak pakai atau diberikan

dalam pengelolaan kepada sesuatu Badan Penguasa (Departemen, Jawatan atau Daerah

Swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing.”

Dari penjelasan Umum II angka (2) di atas, dapat disimpulkan bahwa obyek Hak Pengelolaan itu adalah Tanah ynag dikuasai langsung oleh negara. Ditinjau dari dari sejarah terjadinya Hak Pengelolaan dimana Hak Pengelolaan berasal dari Hak Penguasaan (Beheer) yang selanjutnya dalam Pasal 2 Undang – Undang Pokok Agraria disebut sebagai Hak Menguasai dari Negara. Hal itu dapat dilihat dari sejarahpengaturan Hak Pengelolaan yang berasal dari Hak Penguasaan

(25)

Tanah Negara yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 195351. Pasal 1 (a) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 ini menyatakan, tanah negara ialah tanah yang dikuasai oleh negara. Memperhatikan juga ketentuan pasal 28 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1973 yang menyebutkan, bahwa hak pengelolaan adalah hak atas tanah negara seperti yang dimaksud dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965, jika dihubungkandengan ketentuan pasal 1 ayat (2) yang menyebutkan bahwa tanah negara adalah tanah yang langsung dikuasai oleh negara, maka jelas pula obyek Hak Pengelolaan menurut peraturan ini, adalah tanah yang langsung dikuasai oleh negara52. Hal yang sama dapat juga dapat ditarik kesimpulan dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974, maupun dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 serta Peraturan Penggantinya, yaitu Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tanggal 14 Oktober 1999 tentang tata cara pemberian dan pembatalan hak atas tanah negara dan hak pengelolaan53.

4. WewenangPemegang Hak Pengelolaan

Terhadap pemegang Hak Pengelolaan dalam hal ini subyek Hak Pengelolaan maka terdapat beberapa wewenang didalamnya. Kewenangan yang dimiliki sudah diatur dalam peraturan-peraturan yang ada. Berdasarkan kewenangan yang dimiliki maka pemegang Hak Pengelolaan dapat melakukan tindakan hukum berkaitan dengan hak yang dipunyainya. Namun demikian

51

Winahyu Erwiningsih op.cit. hal. 79

52

Ibid, hal. 80

53

(26)

wewenang pemegang Hak Pengelolaan tidaklah sama dengan pemegang hak atas tanah lainnya, karena perbedaan karakteristik dan sifat hak pengelolaan dengan jenis hak atas tanah lainnya sebagiamana diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria54.

Menurut R. Atang Ranoemihardja, Hak Pengelolaan mempunyai kewenangan – kewenangan sebagi berikut :

1. Kewenangan Publiekrechtelijk, yaitu memeberikan kewenangan kepada subyek pemegang Hak Pengelolalaan untuk mengatur rencana penggunaan dan peruntukan tanah, serta penyediaan tanah bagi pihak ketiga, dan kewenangan ini hanya dimiliki oleh pemerintah.

2. Kewajiban Privatrechtelijk, yaitu membuat perjanjian dengan pihak ketiga untuk kemudian memberikan hak baru kepada pihak ketiga tersebut dan memungut uang pemasukan dari pihak ketiga yang memperoleh hak atas tanah diatas HakPengelolaan yang diberikan kepadanya55.

Pada dasarnya kewenangan pemegang Hak pengelolan sudah ada diatur dalam peraturan menteri agraria maupun menteri dalam negeri sebelumnya. Berdasarkan ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 Pasal 6 Ayat 1, disebutkan bahwa isi wewenang pemegang Hak Pengelolaan adalah :

a. Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah tersebut;

54

Irawan Soerodjo,Hukum Pertanahan Hak Pengelolaan atas tanah (HPL), op.cit,hal.34 55Ranoemihardja, R. Atang, 1982, Perkembangan Hukum Agraria di Indonesia, Aspek

(27)

b. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan tugasnya; c. Menyerahkan bagian – bagian atas tanah tersebut kepada pihak ketiga

dengan Hak Pakai berjangka waktu 6 Tahun;

d. Menerima uang pemasukan/ganti rugi/uang wajib tahunan.

Tetapi isi kewenangan sebagaimana terdapat dalam pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 tersebut ditegaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang ketentuan – ketentuan mengenai Penyediaan dan Pemberian Tanah untuk keperluan perusahaan. Menurut Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974, Hak Pengelolaan berisikan wewenang untuk :

a. Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah;

b. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan usahanya c. Menyerahkan bagian – bagian daripada tanah itu kepada pihak ketiga

menurut persyaratan yang ditentukan oleh pemegang hak tersebut, yang meliputi segi – segi peruntukan, penggunaan, jangka waktu dan keuangannya.56

Beberapa wewenang pemegang Hak Pengelolaan tersebut juga dijumpai pada beberapa peraturan dan telah berubah rumusannya, yaitu dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 (Pasal 1 ayat 1), yang menyebutkan wewenang pemegang Hak Pengelolaan yaitu :

a. Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan b. Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaannya

56 Urip Santoso, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Kencana Prenada

(28)

c. Meyerahkan bagian – bagian atas tanah itu kepada pihak ketiga menurut persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan pemegang hak tersebut, yang meliputi segi peruntukan, penggunaan, jangka waktu dan keuangannya, dengan ketentuan bahwa pemberian hak atas tanah kepada pihak ketiga yang bersangkutan dilakukan oleh pejabat-pejabat yang berwenang, sesuai dengan peratran perundang-undangan yang berlaku.57 Pada dasarnya wewenang pemegang hak pengelolaan yang disebutkan sebelumnya sama dengan wewenang pemegang hak pengelolaan yang diatur dalam peraturan Menteri Agraria lainnya. pada wewenang meyerahkan sebagian tanah hak pengelolaan dengan pihak ketiga itu ditentukan oleh pemegang hak pengelolalan dengan beberapa persyaratan baik itu segi peruntukan, penggunaan, jangka waktu, dan keuangannya sesuai dengan kesepakatan. Beberapa kewenangan yang disebutkan itu diperoleh melalui delegasi (pelimpahan) wewenang dari Hak Menguasai Negara sebgaimana yang diatur dalam Undang – Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 Pasal 2 Ayat 2.

5. Syarat Hak Pengelolaan

Untuk memperoleh Hak Pengelolaan tentu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Oleh karena Hak Pengelolaan merupakan hak menguasai negara, maka negara melalui pemerintah pusat memberikan pembatasan terhadap pihak – pihak yang dapat menguasai atau memperoleh tanah Hak Pengelolaan. berdasarkan pasal 67 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

57 Pasal 1 (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1977 tentang tata cara

(29)

Nasional Nomor 9 Tahun 1999 beberapa sayarat pihak dapat diberikan atau memperoleh tanah dengan Hak Pengelolaan yaitu :

a. Instansi Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah (Pemda), Pemda Provinsi, Kabupaten/Kota

b. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) c. Badan Usaha Milik Daerah

d. PT. Persero e. Badan Otorita dan

f. Badan – badan pemerintah lainnya yang ditunjuk pemerintah.

Hal tersebut merupakan subjek hak pengelolaan artinya beberapa syarat terhadap pihak, instansi atau perusahaan yang dapat memliki hak pengelolaan. selain dari yang disebutkan dari instansi tersebut maka pihak lain tidak dapat menjadi pemegang Hak Pengelolaan oleh karenanya tidak dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh Hak Pengelolaan. dan terhadap persyaratan untuk mengajukan hak pengelolaan hal tersebut sudah dijelaskkan pada pembahasan sebelumnya yaitu tata cara mengajukan hak pengelolaan.

6. Hapusnya Hak Pengelolaan

(30)

pemakaiannya sebab hak pengelolaan hapus apabila tidak dipergunkan lagi dalam pelaksanaan tugasnya. Hapusnya Hak Pengelolaan dapat terjadi Karena :

1. dilepaskan oleh pemegang haknya.

2. Dibatalkan karena tanahnya tidak dipergunakan sesuai dengan pemberian haknya.

3. Dicabut untuk kepentingan umum.

Salah satu hapusnya Hak Pengelolaan adalah dilepaskannya Hak Pengelolaan. pelepasan Hak Pengelolaan tersebut mengakibatkan putusnya hubungan hukum antara pemegang Hak Pengelolaan dengan tanah yang dikuasainya. Pelepasan atau penyerahan Hak Pengelolaan tidak berakibat Hak Pengelolaan berpindah kepada pihak ketiga, melainkan Hak Pengelolaan tersebut menjadi hapus58. Selain itu hapusnya Hak Pengelolaan juga dapat terjadi karena

haknya dicabut kembali yang disebabkan oleh tanahnya tidak dipergunakan sesuai dengan tujuan pemberian haknya59

Menurut Budi Harsono suatu Hak atas tanah dapat hapus jika dibatalkan oleh pejabat yang berwenang sebagi sanksi terhadap tidak dipenuhinya suatu kewajiban atau dilanggarnya suatu larangan oleh pemegang hak yang

58 Irawan Soerodjo, op.cit. hal 113

(31)

bersangkutan60. Penyebab lain juga hapusnya Hak Pengelolaan adalah jika tanahnya musnah61

Hapusnya Hak Pengelolaan berakibat tanah tersebut menjadi tanah yang langsung dikuasai oleh negara, apabila tanah tersebut ingin dihakki menjadi hak pengelolaan oleh pihak lain maka dilakukan permohonan kembali oleh pihak lain atau calon pemegang hak.

D.Kedudukan Hak Pengelolaan dalam Sistem Undang – Undang Pokok

Agraria

Hak Pengelolaan merupakan gempilan dari hak menguasai negara yang memiliki kewenangan tesendiri. Dalam Undang – Undang Pokok Agraria Istilah Hak Penglolaan tidak disebutkan secara eksplisit didalam tubuh UUPA akan tetapi istilah Hak Pengelolaan dapat ditemukan pada penjelasan Umum II angka 2 Undang-Undang Pokok Agraria terdapat istilah “Pengelola” bukan Hak

Pengelolaan atau dalam bahasa Belandanya disebut “Beheersrecht” yang artinya

Hak Penguasaan.

Istilah “Pengelolaan” memang ada disebut di dalam penjelasan umum

Undang – Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Yang hal itu dapat dibaca penjelasan Umum II angka (2) yang menyatakan bahwa dengan berpedoman pada tujuan yang disebutkan diatas negara dapat memberikan tanah demikian itu

60 Budi Harsono, 1994, Hukum Agraria Indonesia : sejarah pembentukan Undang

undang Pokok Agraria, isi dan pelaksanaannya, jilid I (Hukum Tanah Nasional), Djambatan,

Jakrta, Hal. 263

61Budi Harsono, 1971, Undang undang Pokok Agraria: sejarah penyusunan, isi dan

(32)

kepada seseorang atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya, misalnya hak milik, hak guna usaha, hak bangunan, dan hak pakai atau memberikannya dalam pengelolaan kepada suatu badan penguasa (departemen, jawatan, atau daerah swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing – masing (Boedi Harsono, 1983 : 29-30)62.

Bertitik tolak dari penjelasan umum II angka (2) di atas, maka dapat disimpulkan bahwa landasan hukum dari Hak Pengelolaan di dalam Undang – Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, telah disinggung oleh penjelasan umum Undang – Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tersebut. namun hukum materiilnya berada di luar Undang – Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. (R. Atang Ranoemihardja, 1982 : 6)63.

Tetapi dalam konsep Hak Pengelolaan yang merupakan derivasi dari Hak Menguasai negara maka dalam UUPA menyebutkan Hak Menguasai Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada Daerah – daerah Swatantra dan masyarakat – masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan – ketentuan Peraturan Pemerintah64. Pada saat sekarang pelaksanaan dari Hak Menguasai

Negara tidak hanya dikuasakan terhadap daerah swatantra dan masyarakat hukum adat tetapi pelaksanaannya yang merupakan subjeknya Hak pengelolaan maka dalam peraturan Pemerintah hal tersebut dapat dikuasakan kepada instansi

62 Ramli Zein, S.H., M.S., Hak Pengelolaan dalam sistem UUPA, Rineka Cipta, Jakarta,

hal. 49

63Ibid.,

64

(33)

pemerintah atau perusahaan yang ditunjuk oleh pejabat yang berwenang atau berdasarkan kepada Peraturan Pemerintah.

Pasal 2 ayat 4 Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 telah memberikan kemungkinan untuk memberikan suatu hak baru yang namanya ketika itu belum ada. Hak itu merupakan suatu delegasi wewenang pelaksanaan hak menguasai negara kepada daerah – daerah otonom dan masyrakat hukum adat. Penjelasan umum II angka (2) yang juga menyebut pasal 2 Ayat (4), juga menyatakan ada kemungkinan bagi negara untuk memberikan tanah yang dikuasai negara dalam pengelolaan atau suatu badan penguasa (departemen, jawatan, atau daerah swatantra) untuk dipergunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing – masing. Untuk delegasi wewenang pelaksanaan hak menguasai negara itu, oleh peraturan yang ada disebutkan sebagai Hak Pengelolaan. (A.P. Parlindungan, 1989 : 1)65.

Oleh karena itu kedudukan Hak Pengelolaan dalam Sitem Undang – Undang Pokok Agraria diatur tetapi didalam tubuh UUPA tidaklah secara eksplisit menyebukan tentang Hak Pengelolaan itupun didalam Penjelasan II angka 2 istilah penyebutan Hak Pengelolaan yaitu pengelola. Ini menunjukan meskipun Hak Pengelolaan tidak secara tegas diatur dalam Undang – Undang Pokok Agraria kedudukan dan keberadaan Hak Pengelolaan masih eksis dilihat dari keberadaan peraturan – peraturan materilnya baik itu peraturan pemerintah atau peraturan menteri agraria yang merupakan turunan dari Undang – Undang

65

(34)

Referensi

Dokumen terkait

• Bagi Puskesmas telah akreditasi akan dapat melihat keberlangsungan mutu pelayanan kesehatan, yang merupakan aspek dari akreditasi...

Tujuan penelitian ini adalah mengem- bangkan  model  matematik  laju  pelindian kafein  dalam  biji  kopi  dengan  metode pelindian.  Proses  pelindian  kafein 

Tahap pelaksanaan memberikan perlakuan media poster pada kelas eksperimen dengan Project Based Learning dan tanpa media poster pada kelas kontrol yang

komunikasi terapeutik di RSU At-Turots Al- Islamy Yogyakarta sebesar 59,4% pada tahap orientasi, 79,1% pada tahap kerja dan 68,5% pada tahap terminasi DAN Persepsi

Puji syukur penulis panjatkan pada Allah S.W.T yang senantiasa menyertai dan memberi kekuatan kepada penulis dalam pembuatan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kualitas

(2002), pola makan yang lebih banyak buah dan sayuran dapat mempertahankan tulang dari kerusakan pada pria, sedangkan yang banyak mengonsumsi manisan diketahui mempunyai

Sebagian besar asupan balita picky eater berada dalam kategori cukup pada jenis makanan sayuran, sedangkan pada kelompok makanan dengan kalori tinggi seperti produk

Dengan dasar pemikiran tersebut diatas, penulis ingin meneliti pengaruh suplementasi seng 20 mg yang diberikan dua kali setiap minggu selama 12 minggu