• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cover Eko Prasetyo Endang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Cover Eko Prasetyo Endang"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

METAFORA

EDUCATION, SOCIAL SCIENCES, AND HUMANITIES JOURNAL

Diterbitkan:

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

METAFORA Vol. 2 No.2 HALAMAN

91 - 194

Surabaya, April 2016

(2)

METAFORA

EDUCATION, SOCIAL SCIENCES, AND HUMANITIES JOURNAL

Volume 2, Nomor 2, April 2016. ISSN : 2407-1757

Jurnal METAFORA Education, Social Sciences, and Humanities adalah wadah informasi bidang pendidikan, ilmu sosial, dan humaniora berupa hasil penelitian, hasil studi kepustakaan, maupun tulisan

ilmiah terkait. Terbit pertama kali tahun 2014 dengan frekuensi terbit dua kali setahun pada bulan November dan bulan April.

Pelindung

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya

Penanggung Jawab

Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya

Pemimpin Redaksi

Agus Suprijono

Redaksi Pelaksana

Sugeng Harianto Ari Wahyudi

M. Jacky Moh. Mudzakir

Arief Sudrajat

Pelaksana Tata Usaha

Tri Joko Martono, S.Kom

Alamat Redaksi

:

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya

Kampus Ketintang, Jalan Ketintang Surabaya 60291 Telp. 8280009 Pes.400/410

Fax. 031 8281466

(3)

METAFORA

EDUCATION, SOCIAL SCIENCES, AND HUMANITIES JOURNAL

Volume 2, Nomor 2, April 2016. ISSN : 2407-1757

DAFTAR ISI

Internalisasi Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran IPS pada Siswa SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro

Eko Prasetyo Utomo (SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro)

91 - 104

Penerapan Model Pembelajaran Discovery”Triple B-Net” pada Pelajaran Karakteristik Negara Maju dan Negara Berkembang Dunia sebagai Upaya Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa

Endang Purwaningsih (SMPN 4 Tanggul Jember)

105 - 114

Meningkatkan Kemampuan Belajar dan Motivasi Siswa dalam Membuat Jurnal Umum dengan Menggunakan Metode Kooperatif Learning (Berpasangan)

Ifta Zuroidah (SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo)

115 - 124

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa melalui Penggunaan Media Popilink Berkarakter pada Mata Pelajaran IPS

Ahmad Taufik (SMPN 2 Jogoroto)

125 - 132

Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS

Rina Ningsih ( SMP Negeri 2 Ngoro Mojokerto)

133 - 144

Peningkatan Hasil Belajar IPS melalui Pembelajar -An Kooperatif Teknik Jigsaw pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as

Syaiful Rijal Alinata (SMP Negeri 2 Ra’as)

145 – 156

Model Pembelajaran Berkirim Salam dan Soal dengan Media Bus Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS

Mamik Setiawati ( SMP Negeri 2 Tekung Lumajang)

157 - 170

Peningkatan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Menggunakan Media Benda Asli

Susi Rahayu Ningtiyas (SMP Negeri 1 Paciran Lamongan)

171 - 176

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar melalui Pembelajaran Bermain Peran dengan Memainkan Drama Singkat pada Materi Gerak terhadap Siswa Kelas VIIb

Ninik Sri Utami (SMP Negeri 1 Babat Lamongan)

177 - 184

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi dengan Media Film Kritik Sosial Uni Purwaningsih (SMA Negeri 1 Paciran Lamongan)

(4)

91 Eko Prasetyo Utomo

Pengajar IPS di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro email: tom.ekop10@gmail.com

Abstrak; Fokus penelitian ini adalah menggali proses internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS pada siswa dengan aspek-aspek meliputi pertama mengidentifikasi proses internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS pada diri siswa dan kedua mengidentifikasi makna internalisasi niali-nilai karakter dalam pembelajaran IPS. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama internalisasi nilai-nilai karakter pada dasarnya adalah proses penanaman nilai-nilai karakter ke dalam diri seseorang sehingga nilai-nilai tersebut menjadi bagian dalam dirinya, menjiwai pola pikir, pola sikap, dan perilakunya serta membangun kesadaran diri untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut. Kedua nilai-nilai karakter diinternalisasikan dalam tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi yaitu tahap transformasi nilai, tahap transaksi nilai, dan terakhir tahap transisternalisasi. Proses internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS melalui keteladanan guru dan kegiatan praktik langsung pengalaman belajar melalui model pembelajaran, metode pembelajaran, bahan ajar, dan evaluasi pembelajaran. Perilaku berkarakter yang diaktualisasikan oleh siswa SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro dalam kehidupan sehari-hari dalam pembelajaran IPS di kelas yaitu disiplin, jujur, gemar membaca, peduli lingkungan, toleransi, peduli sosial, bersahabat/ komunikatif, tanggung jawab.

Kata Kunci: Internalisasi, Nilai-nilai Karakter, Pembelajaran IPS

Abstract; The focus of this study is to explore the process of internalizing the character values in social studies learning in students with aspects of the internalization process includes first identifying character values in social studies learning on students and second-niali identify meaning internalization of the character values in social studies learning. This study used a qualitative approach with a phenomenological research design. The results of this study indicate that the first internalization of the values of character is essentially a process of cultivation of character values into one's self so that these values become part of him, animating mindset, attitude, and behavior and build self-awareness to apply the value the value. Second values are internalized characters in three stages or phases representing the internalization process that phase transformation of values, stages of the transaction value, and the last stage trans internalization. The process of internalization of character values in social studies learning by example and practice activities teachers direct learning experiences through learning model, learning methods, learning materials, and evaluation. Behavior characterized actualized by students of SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro in everyday life in a social studies lesson in class that is disciplined, honest, likes to read, care for the environment, tolerance, social care, friends/ communicative responsibility.

(5)

92

PENDAHULUAN

Masyarakat akhir-akhir ini sering dibuat miris melihat berbagai kasus yang dilakukan kalangan pelajar akhir-akhir ini seperti kekerasan yang dilakukan anak-anak usia sekolah (bullying), lunturnya kesopanan anak pada orang tua, narkoba, free sex dan kasus aborsi pada remaja. Pernyataan ini dibuktikan dengan beberapa berita baik melalui media cetak maupun elektronik. Salah satu kasus yang akhir-akhir ini diberitakan yaitu tentang kekerasan (bullying) dan tawuran.

Nampaknya apa yang membuat masyarakat miris akhir-akhir ini seperti yang telah di ungkapakan di atas merupakan kekuatiran yang telah diungkapkan juga oleh Lickona (2013, p. 13-18) bahwa terdapat sepuluh karakteristik jaman yang harus diwaspadai karena jika karakteristik tersebut ada di kalangan remaja berarti sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Kesepuluh karakteristik tersebut adalah 1) meningkatnya kekerasan dan pengrusakan (Viollencen and vandalisme); 2) meningkatnya pencurian yang dilakukan siswa (Stealing); 3) maraknya penjiplakan/ketidakjujuran (Cheating); 4) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua atau yang dituakan (disrespect of outhority); 5) pengaruh peer group yang kuat dalam tindakan kekerasan (peer cruelty); 6) berprasangka buruk, intoleransi, dan memusuhi orang-orang dari keyakinan yang berbeda (Bigotry); 7) penggunaan bahasa dan kata-kata yang semakin memburuk (bad language); 8) kebebasan sexualitas dan adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama (sexual precocity and abuse); 9) semakin rendahnya tanggung jawab individu dan warga negara (Increasing self-centeredness and declining civic resposibility); dan 10) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti: penggunaan narkoba, alkohol, dan lain-lain (self-destructive behavior).

Menurunnya kualitas moral seperti yang telah dikemukakan oleh Lickona diatas serta dan yang telah terjadi dalam kehidupan manusia Indonesia dewasa ini, terutama di kalangan pelajar sudah pada tingkat yang sangat memprihatinkan. Dekadensi moral pada generasi muda merupakan cerminan krisis karakter sehingga membutuhkan komitmen bersama dalam membentuk karakter generasi muda kita saat ini.

Komitmen perbaikan generasi melalui pendidikan telah tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003. Dalam Pasal 3 UU Sisdiknas disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan konsep pendidikan karakter di Indonesia saat ini yang lahir sebagai hasil Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan karakter bangsa yang dilaksanakan di Jakarta tanggal 14 Januari 2010. Kegiatan tersebut menghasilkan Grand Design Pendidikan Karakter yang memuat kerangka proses pembudayaan dan pemberdayaan karakter yang akan dilaksanakan dengan strategi makro berskala nasional dan mikro terkait pengembangan karakter pada suatu satuan pendidikan. Salah satu dampak dari kegiatan tersebut, sejak tahun 2010 yang lalu pendidikan karakter digalakkan kembali dalam pembelajaran di Indonesia

(6)

religius, nasionalis, produktif dan kreatif Kemdiknas (2010, p. 4). Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa.

Nilai-nilai karakter yang dikembangkan bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Nilai-nilai karakter tersebut yaitu 1) religious; 2) jujur; 3) toleransi; 4) disiplin; 5) kerja keras; 6) kreatif; 7) mandiri; 8) demokratis; 9) rasa ingin tahu; 10) semangat kebangsaan; 11) cinta tanah air; 12) menghargai prestasi; 13) bersahabat/komunikatif; 14) cinta damai; 15) gemar membaca; 16) peduli lingkungan; 17) peduli sosial; dan 18) tanggung jawab.

Prinsip implementasi di satuan pendidikan, pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tersendiri tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam Kurikulum, Silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada.

Pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya membawa siswa ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Inilah rancangan pendidikan karakter (moral) yang oleh Thomas Lickona disebut moral knowing, moral feeling, dan moral action (Lickona, 2013, p. 81).

Gambar 1

Komponen Pendidikan Karakter Yang Baik (Lickona, 2013, p. 86)

Moral knowing yang meliputi kesadaran moral, pengetahuan nilai-moral, pandangan ke depan, penalaran moral, pengambilan keputusan dan pengetahuan diri, adalah hal esensial yang perlu diajarkan kepada siswa. Namun, pendidikan karakter sebatas moral knowing tidaklah cukup. Untuk itu perlu berlanjut sampai pada moral feeling yang meliputi kata hati, rasa percaya diri, empati, cinta kebaikan, pengendalian

Desiring the good Moral Feeling 1.Hati nurani 2.Harga diri 3.Empati

4.Mencintai kebaikan 5.Control diri 6.Kerendahan hati Knowing the good

Moral Knowing 1. Kesadaran moral 2. Memahami nilai moral 3. Mengambil perspektif 4. Alasan moral

5. Pengambilan keputusan 6. Pengetahuan diri

(7)

94

diri dan kerendahan hati. Bahkan terus berlanjut pada tahap yang paling penting, yakni moral action. Disebut penting karena pada tahap ini motif dorongan seseorang untuk berbuat baik, tampak pada aspek kompetensi, keinginan dan kebiasaan yang ditampilkannya. Ketersusunan tiga komponen moral yang saling berhubungan secara sinergis, menjadi syarat aktualisasi pendidikan karakter dalam mengembangkan kecerdasan moral siswa.

Lebih lanjut pendidikan karakter yang diintegrasikan ke semua matapelajaran dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi murid-murid karena mereka memahami, menginternalisasi, dan mengaktualisasikannya melalui poses pembelajaran sehingga nilai tersebut dapat terserap secara alami lewat kegiatan sehari-hari. Apabila nilai-nilai tersebut juga dikembangan melalui kultur sekolah, maka kemungkinan besar pendidikan karakter lebih efektif. Pembentukan karakter harus menjadi prioritas utama karena sudah terbukti bahwa dalam kehidupan masyarakat sangat banyak masalah yang ditimbulkan oleh karakter yang tidak baik.

Ilmu Pengetahuan Sosial atau selanjutnya disebut dengan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai SD/ MI/ SDLB sampai SMP/ MTs/ SMPLB. Dalam Permendiknas No.26 tahun 2007 tentang Standar isi, Mata pelajaran IPS pada jenjang SMP/ MTs mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial sehingga siswa diharapkan dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.

Mata pelajaran IPS pada jenjang SMP/MTs mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan mata pelajaran lainnya yaitu merupakan perpaduan disiplin ilmu sosial yaitu Sosiologi, Geografi, Sejarah, dan Ekonomi. Sehingga ruang lingkup yang dikaji pada mata pelajaran ini sangatlah luas karena masing-masing disiplin ilmu mempunyai dimensi yang berbeda sebagai objek kajian yang dipelajari, tetapi dari ke empat disiplin ilmu tadi terdapat relasi, relevansi, dan fungsi yang cukup signifikan antara satu dengan yang lain.

Bila ditinjau dari karakteristik IPS yang telah diuraikan diatas, ternyata mata pelajaran ini mempunyai peranan yang lebih besar. Hal ini berkenaan kemampuan pribadi dan sosial dalam penguasaan karakteristik nilai-nilai sebagai pribadi dan sebagai warga masyarakat serta kemampuan untuk hidup bermasyarakat. Melalui pendidikan IPS, siswa dibina dan dikembangkan kemampuan mental-intelektualnya menjadi warga negara yang berketerampilan dan berkepedulian sosial serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalamnya.

Atas dasar pemikiran di atas, untuk membentuk karakter yang baik dalam mata pelajaran IPS, maka seharusnya pendidikan karakter bukan sekedar mengenalkan nilai-nilai kepada siswa tetapi juga harus mampu menginternalisasikan nilai-nilai-nilai-nilai karakter tersebut agar tertanam sebagai muatan hati nurani yang mampu membangkitkan penghayatan tentang nilai-nilai, dan bahkan sampai pada pengamalanya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang telah menjadi muatan hati nurani inilah yang nantinya akan berfungsi sebagai penyaring ketika terjadi pertemuan antar nilai yang saling berbenturan.

(8)

luar lingkungan sekolah, yakni di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat.

Fenomena dekadensi moral yang ditunjukkan oleh siswa SMP sebagai pelajar akhir-akhir ini menunjukkan bahwa siswa belum mampu menginternalisasi nilai-nilai karakter agar tertanam dan berfungsi sebagai muatan hati nurani sehingga mampu membengkitkan penghayatan tentang nilai-nilai karakter. Berdasarkan fokus penelitian yang telah ditetapkan tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi proses dan makna internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS pada diri siswa di SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian fenomenologi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro. Penentuan subjek penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan kuesioner. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa manusia, yaitu peneliti sendiri. Untuk menjaga keabsahan data, digunakan teknik perpanjangan waktu penelitian, triangulasi, dan expert opinion. Teknik analisis data mengacu pada langkah-langkah analisis data kualitatif Creswell (2013) sebagai berikut: (1) mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis, (2) membaca keseluruhan data dengan membangun general sense atas informasi yang diperoleh dan merefleksikan maknanya secara keseluruhan, (3) menganalisis lebih detail dengan meng-coding data, (4) melakukan proses coding untuk mendiskripsikan setting, orang-orang, kategori-kategori, dan tema-tema yang akan di analisis, (5) menyusun diskripsi dari tema-tema dan disajikan kembali dalam narasi/laporan kualitatif, dan (6) mengintepretasi atau memaknai data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Internalisasi Nilai-nilai Karakter dalam pembelajaran IPS

Internalisasi diartikan sebagai proses penanaman nilai kedalam jiwa seseorang sehingga nilai tersebut tercermin pada sikap dan prilaku yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari (menyatu dengan pribadi). Internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS melalui tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi yaitu tahap transformasi nilai, tahap transaksi nilai, dan terakhir tahap transisternalisasi.

(9)

96

dengan yang lain memberikan makna yang berbeda-beda dari kegiatan pembelajaran IPS yang mereka ikuti selama ini. Nilai-nilai karakter, seperti dari hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa intenalisasi nilai-nilai karakter melalui pembelajaran IPS melalui praktik langsung dalam memperoleh pengalaman belajar melalui model pembelajaran, metode pembelajaran, bahan ajar, dan evaluasi pembelajaran.

Model pembelajaran yang digunakan oleh guru IPS adalah model Project Based Learning, dan model Cooperative learning tipe Jigsaw. Berdasarkan hasil wawancara model pembelajaran yang digunakan oleh guru IPS dimaknai oleh siswa sebagai komunikasi dua arah yang mengandung nilai-nilai karakter bersahabat/ komunikatif melalui kerjasama, tanggung jawab, dan toleransi. Metode pembelajaran yang dipakai oleh guru IPS berdasarkan hasil wawancara oleh siswa yaitu metode ceramah, diskusi dan Role Playing, metode ceramah digunakan untuk menyampaikan informasi tentang nilai-nilai karakter sedangkan metode diskusi dan Role Playing digunakan untuk menanamkan nilai bersahabat/ komunikatif melalui kerjasama, tanggung jawab, dan toleransi.

Bahan ajar dalam proses transaksi nilai karakter sebagai media menanamkan nilai disiplin dan gemar membaca yang dilakukan secara rutin sebelum pembelajaran IPS dimulai. Sedangkan evaluasi pembelajaran untuk menanamkan nilai jujur saat ulangan harian dan tugas-tugas pelajaran IPS yang harus diselesaikan secara individu.

(10)

Gambar 2

Proses Internalisasi Nilai-nilai Karakter dalam Pembelajaran IPS (Sumber: Diolah Peneliti)

Pentingnya internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS

Pentingnya pendidikan karakter sebagai upaya memfasilitasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS. Meskipun sama tetapi setiap subjek penelitian memiliki sudut pandang yang berbeda.

SEV memaknai internalisasi sebagai berikut.

“Ketika guru memberikan nasehat kita harus mendengarkan, jangan masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Kita harus memasukannya dalam hati, kemudian memahaminya, dan selanjutnya mulai melakukannya dimulai dari hal yang terkecil misalnya.”

SEV memaknai internalisasi sebagai sebuah proses memasukkan nilai-nilai dalm hati, memahami nilai-nilai karakter tersebut dan selanjutnya melakukan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya. Ketika guru memberikan nasehat, anjuran, atau perintah untuk melakukan suatu kebaikan dalam hal ini membentuk pribadi siswa yang lebih baik maka siswa harus mencerna nasehat, anjuran, maupun perintah yang diberikan kepadanya, tidak sekedar mendengarkannya karen apabila siswa tidak mencerna dengan baik maka dia akan melupan nasehat tersebut dan tidak pernah tertanam dalam ingatan, pikiran, dan hatinya.

PSH memberikan pemaknaan internalisasi sebagai berikut.

“Nilai-nilai karakter yang disampaikan oleh guru dalam pembelajaran IPS membuat saya instrospeksi diri apakah saya mempunyai nilai tersebut atau tidak kalau belum saya lalu berusaha untuk melakukannya dari yang terkecil, karena susah bila harus menerapkannya semua.”

Perilaku

Pembelajaran IPS

Model Pembelajaran Guru

Metode Pembelajaran

Bahan Ajar Evaluasi

Pembelajaran

Proses Internalisasi dalam pembelajaran

IPS

(11)

98

PSH memaknai internalisasi nilai-nilai karakter sebagai upaya membentuk kesadaran diri tentang nilai-nilai karakter. Kesadaran diri tersebut terkait dengan sudah atau belum dalam memiliki nilai-nilai tersebut dalam diri mereka. Dengan kesadaran diri siswa akan melakukan nilai-nilai karakter tersebut dimulai dari melakukan hal-hal yang terkecil.

FNA memaknai internalisasi sebagai berikut.

“Ada banyak nilai karakter yang disampaikan oleh guru ketika pembelajaran IPS. Saya sadar bahwa ternyata ada benarnya juga nilai-nilai karakter itu dibiasakan kepada kami seperti membaca misalnya. Jadi mulai saat ini mencoba menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

FNA memaknai internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS sebagai upaya guru dalam membiasakan nilai-nilai karakter tersebut di kelas untuk menjadikannya milik siswa. Dengan pembiasaan tersebut akan membentuk kesadaran pada diri siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

ADP memaknai internalisasi sebagai berikut.

“Nasehat dari guru ketika pembelajaran IPS membuat saya sadar kalau kita melaksanakan nasehat itu akan menguntungkan kita. Dari situ saya mencoba memahami keuntungan dari nasehat-nasehat yang diberikan dan mulai melakukannya mulai dari hal yang sederhana.”

ADP memaknai internalisasi nilai-nilai karakter melalui nasehat yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran membentuk kesadaran pada dirinya tentang keuntungan-keuntungan dari nilai-nilai karakter tersebut yang selanjutnya menerapkannya dari hal yang sederhana.

TWI memaknai internalisasi sebagai berikut

“Penting untuk memiliki nilai-nilai karakter itu. Guru IPS kami beberapa kali menyampaikan pentingnya nilai-nilai karakter itu, dari situ saya sadar untuk mulai melakuakanya dalam kehidupan sehari-hari.”

TWI memaknai internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS sebagai sesuatu yang penting untuk memiliki nilai-nilai karakter itu dan menanamkannya dalam hati sehingga membentuk kesadaran diri untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai karakter itu diperoleh melalui kesadaran diri yang dibentuk dari nasehat-nasehat yang diperoleh dari guru di kelas.

TAP memaknai internalisasi sebagai berikut.

“Saya sadar, nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS yang saya ikuti menjadikan kita lebih berkarakter. Ada banyak nilai-nilai karakter yang disampaikan guru ketika pembelajaran. Selanjutnya saya mulai saya lakukan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari hal-hal yang terkecil.”

(12)

EDM memaknai internalisasi sebagai berikut.

“Nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS diberikan agar kita menjadi berkarakter. Nilai-nilai karakter itu menurut saya sangat penting untuk ditanamkan pada siswa. Saya sendiri sadar kadang terpengaruh teman untuk berbuat hal-hal yang jelek.”

EDM memaknai internalisasi nilai-nilai karakter penting untuk ditanamkan agar menjadi siswa yang berkarakter. Kesadaran siswa terbentuk dikarenakan merasa bahawa teman bisa berpengaruh untuk berbuat hal-hal yang negatif.

STG memaknai internalisasi sebagai berikut.

“Saya tahu, nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS yang diberikan oleh guru agar siswanya berperilaku berkarakter. Saya sadar bila nilai-nilai karakter itu saya terapkan dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan keuntungan untuk saya.”

STG memaknai internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS sebagai upaya yang diberikan oleh guru agar siswanya berperilaku berkarakter. Siswa sadar bila nilai-nilai karakter tersebut diterapkan dalam kehiduapn sehari-hari akan memberikan keuntungan buat dia.

Berdasarkan pendapat delapan subyek penelitian yang sudah dikemukakan oleh SEV, PSH, FNA, ADP, TWI, TAP, EDM, dan STG, dapat dimaknai bahwa internalisasi nilai-nilai karakter pada dasarnya adalah proses penanaman nilai-nilai karakter ke dalam diri seseorang sehingga nilai-nilai tersebut menjadi bagian dalam dirinya, menjiwai pola pikir, pola sikap, dan perilakunya serta membangun kesadaran diri untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut.

Sintesis

Berdasarkan temuan hasil penelitian, dapat disintesiskan bagaimana hubungan antara: 1) proses internalisasi nilai-nilai karakter; 2) makna internalisasi nilai-nilai karakter pada dasarnya adalah proses penanaman nilai-nilai karakter ke dalam diri seseorang sehingga nilai-nilai tersebut menjadi bagian dalam dirinya, menjiwai pola pikir, pola sikap, dan perilakunya serta membangun kesadaran diri untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut; dan 3) perilaku berkarakter yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pentingnya nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS untuk di internalisasikan pada diri siswa membuat siswa berperilaku berkarakter sesuai dengan nilai-nilai yang dia yakini. Namun perilaku berkarakter tersebut tidak bisa muncul dengan sendirinya tanpa adanya proses internalisasi dan proses internalisasi tidak bisa berjalan tanpa adanya penyampaian informasi melalui pembelajaran.

Proses internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS melalui keteladanan guru dan kegiatan praktik langsung pengalaman belajar melalui model pembelajaran, metode pembelajaran, bahan ajar, dan evaluasi pembelajaran. Nilai-nilai karakter diinternalisasikan dalam tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi yaitu tahap transformasi nilai, tahap transaksi nilai, dan terakhir tahap transisternalisasi.

(13)

100

lingkungan, toleransi, peduli sosial, bersahabat/ komunikatif, tanggung jawab. Nilai karakter yang sering muncul yaitu disiplin, gemar membaca, peduli lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dua proposisi yaitu: 1) internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS mempunyai peran dalam membentuk perilaku berkarakter; dan 2) internalisasi nilai-nilai karakter dalam membentuk perilaku berkarakter melalui pembelajaran IPS dengan mediator guru, dan melalui praktik pengalaman melalui model pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan bahan ajar.

Gambar 3 Sintesis Hasil Penelitian (Sumber: Temuan Penelitian, diolah peneliti)

Pembahasan

Internalisasi Nilai-nilai Karakter dalam pembelajaran IPS

Internalisasi diartikan sebagai proses prnanaman nilai kedalam jiwa seseorang sehingga nilai tersebut tercermin pada sikap dan perilaku yang ditampakkan dalam kehidupan sehari-hari (menyatu dengan pribadi). Proses internalisasi yang dikaitkan dengan pembinaan peserta didik atau anak asuh ada tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi yaitu: a) Tahap transformasi nilai, tahap ini merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pendidik dalam menginformasikan

nilai-Perilaku

Pembelajaran IPS

Model Pembelajaran Guru

Metode Pembelajaran

Bahan Ajar Evaluasi

Pembelajaran

Internalisasi dalam pembelajaran IPS

PROPOSISI:

1. Internalisasi Nilai-nilai Karakter dalam Pembelajaran IPS Mempunyai Peran dalam

Membentuk Perilaku Berkarakter

2. Internalisasi nilai-nilai karakter dalam membentuk perilaku berkarakter melalui

pembelajaran IPS dengan mediator guru, dan melalui praktik pengalaman melalui model pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan bahan ajar

Perilaku berkarakter: Disiplin, jujur, gemar membaca, peduli lingkungan, toleransi, peduli sosial,

bersahabat/ komunikatif, tanggung jawab

(14)

nilai yang baik dan kurang baik. Komunikasi yang terjadi dalam tahap ini adalah komunikasi verbal antara pendidik dan peserta didik atau anak asuh; b) Tahap transaksi nilai, adalah suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah atau komunikasi antar peserta didik dengan pendidik yang bersifat interaksi timbal balik; dan c) Tahap transisternalisasi, tahap ini jauh lebih mendalam dari tahap transaksi. Tahap ini tidak hanya dilakukan dengan komunikasi verbal tetapi juga dengan sikap mental dan kepribadian. Jadi pada tahap ini, komunikasi kepribadian berperan secara aktif (Muhaimin, 1996, p. 153).

Dalam proses internalisasi terjadi proses identifikasi pada diri siswa yaitu suatu kecenderungan yang ada dalam diri seseorang untuk menyamakan (menjadi sama) diri dengan orang lain. Karena adanya kecenderungan tersebut individu melakukakan suatu usaha yang disebut tindakan sosial untuk menjadikan dirinya sama dengan orang yang dimaksudnya. Berger dan Luckman (1990, p. 185) mengemukakan bahwa dengan kata lain terjadi pengidentifikasian dalam diri orang yang melakukan internalisasi. Si anak mengidentifikasikan dirinya dengan orang-orang yang mempengaruhinya dengan berbagai cara emosional. Internalisasi hanya akan berlangsung dengan berlangsungnya identifikasi.

Dalam proses identifikasi, faktor keteladanan guru yang mempunyai peran pada siswa untuk menjadi sama dengan gurunya. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan dalam teori perkembangan moral Kohlberg (Adisusilo, 2012, p. 24) bahwa tingkat perkembangan moral siswa SMP berada pada tahap konvensional. Pada tahap ini secara aktif siswa mengidentifikasikan diri dengan orang-orang dan kelompok yang terlibat di dalamnya.

Towaf (2014) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa pendidikan karakter dalam mata pelajaran IPS tidak terlepas dari karakter total sebagai tujuan dari sekolah/madrasah, lingkungan sekolah menjadi pendukung kuat dalam menanamkan karakter dan implementasi karakter dalam matapelajaran IPS. Pembelajaran IPS melatih siswa toleran. bergotong royong, peduli sosial, peduli lingkungan, mengasah kreativitas, dan kemandirian.

Proses internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS, guru mempunyai peran dalam proses internalisasi nilai-nilai karakter pada siswa yang pada akhirnya membentuk perilaku siswa yang berkarakter. Guru menggunakan berbagai macam cara dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada diri siswa. Dimulai dari cara paling umum yang digunakan yaitu metode ceramah yang digunakan oleh guru dalam menginformasikan kebaikan nilai-nilai karakter serta keburukannya apabila tidak/ kurang memiliki nilai-nilai karakter tersebut.

Selanjutnya selain dengan ceramah, guru sebagai symbol keteladanan bagi siswa dalam proses intenalisasi nilai-nilai karakter. Komunikasi kepribadian antara guru dan siswa menjadi begitu penting ketika siswa melihat secara langsung kepribadian guru dalam menerapkan nilai-nilai karakter tersebut. Towaf (2014) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa guru adalah adalah role model atau living example bagi siswa dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai dan karakter dalam diri mereka.

(15)

102

mengoptimalkan integrasi pendidikan karakter, maka para guru harus dapat mendesain model pembelajaran yang relevan agar para siswa tidak hanya mendapatkan materi saja dalam pembelajaran IPS tetapi mendapatkan nilai/makna sekaligus dari materi yang dipelajari.

Praktik pengalaman langsung sebagai wujud dari strategi pendidikan karakter melalui kegiatan pembiasaan dan pengkondisian dalam kelas untuk menumbuhkan kesadaran diri pada siswa yang selanjutnya nilai-nilai karakter tersebut diinternalisasi oleh siswa dan pada muaranya diaktualisasikan siswa pada kehidupan sehari-hari sebagai wujud perilaku berkarakter. Innayah (2012) dibutuhkan strategi dalam pendidikan karakter. Strategi dalam pendidikan karakter dapat dilakukan melalui sikap yaitu keteladanan, penanaman kedisiplinan, pembiasaan, penciptaan suasana yang kondusif, integrasi, dan internalisasi. Selain itu, hendaknya terdapat penanaman paradigma bagi siswa tentang pentingnya pengembangan karakter diri karena keberhasilan pengembangan karakter juga bergantung kesadaran diri anak.

Berdasarkan hasil diskusi di atas diketahui bahwa dalam proses internalisasi nilai-nilai karakter pada masing-masing individu tidaklah sama. Dalam hal ini ada perbedaan sikap, persepsi, dan partisipasi masing-masing individu dalam keterlibatan memproleh pengalaman secara langsung. Nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS yang berhasil diaktualisasikan oleh siswa yaitu disiplin, jujur, gemar membaca, peduli lingkungan, toleransi, peduli sosial, bersahabat/ komunikatif, tanggung jawab. Nilai karakter yang sering muncul yaitu disiplin, gemar membaca, peduli lingkungan.

Nilai-nilai karakter tersebut dalam pembelajaran IPS diperoleh melalui.

1. Keteladanan guru melalui kepribadian guru dalam menerapkan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS setiap harinya.

2. Praktik pengalaman langsung dalam aktivitas siswa. Aktivitas-aktivitas siswa tersebut meliputi.

a. Model pembelajaran melalui Project Based Learning dan Cooperative Learning tipe Jigsaw.

b. Metode pembelajaran kegiatan diskusi kelompok dan Role Playing c. Bahan ajar melalui buku IPS

d. Evaluasi pembelajaran melalui kegiatan e. Ulangan harian matapelajaran IPS.

Pentingnya internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS

Pendidikan budaya dan karakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif (Kemdiknas, 2010, p. 4). Pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut: 1) program pengembangan diri melalui kegiatan rutin sekolah, kegiatan spontan, kegiatan keteladanan, dan pengkondisian; 2) pengintegrasian dalam mata pelajaran; dan 3) budaya sekolah.

(16)

Pentingnya nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS untuk di internalisasikan pada diri siswa membuat siswa berperilaku berkarakter sesuai dengan nilai-nilai yang dia yakini. Namun perilaku berkarakter tersebut tidak bisa muncul dengan sendirinya tanpa adanya proses internalisasi. Internalisasi menurut Berger dan Luckman (1990, p. 185) yaitu sebagai bentuk pemahaman atau penafsiran yang langsung dari suatu peristiwa objektif sebagai pengungkapan suatu makna, artinya sebagai suatu manifestasi dari proses subjektif orang lain sehingga menjadi bermakna secara subjektif bagi saya sendiri. Internalisasi nilai karakter pada dasarnya adalah proses penanaman nilai-nilai karakter ke dalam diri seseorang sehingga nilai-nilai-nilai-nilai tersebut menjadi bagian dalam dirinya, menjiwai pola pikir, pola sikap, dan perilakunya serta membangun kesadaran diri untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut.

PENUTUP

Simpulan

Internalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS melalui tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi yaitu tahap transformasi nilai, tahap transaksi nilai, dan terakhir tahap transisternalisasi. Nilai-nilai karakter diinternalisasikan dalam tiga tahap yang mewakili proses atau tahap terjadinya internalisasi sebagai berikut.

Tahap pertama ditunjukkan dengan siswa menerima langsung nilai-nilai karakter yang diinformasikan oleh guru mereka. Pada tahap ini dalam pembelajaran IPS, guru menggunakan metode ceramah ketika menginformasikan kebaikan nilai-nilai karakter dan kejelekkan apabila tidak atau kurang mempunyai nilai-nilai karakter tersebut. Tahap kedua yaitu komunikasi dua arah antara guru dan siswa dalam pembelajaran IPS melalui kegiatan praktik langsung untuk memperoleh pengalaman belajar. Praktik pengalaman langsung dalam aktivitas siswa. Aktivitas-aktivitas siswa tersebut meliputi: 1) Model pembelajaran melalui Project Based Learning dan Cooperative Learning tipe Jigsaw; 2) Metode pembelajaran kegiatan diskusi kelompok dan Role Playing; 3) Bahan ajar melalui buku IPS; dan 4) Evaluasi pembelajaran melalui kegiatan Ulangan harian matapelajaran IPS.

Tahap ketiga yaitu melalui komunikasi kepribadian. Guru mempunyai pernanan penting dalam memberikan keteladanan bagi siswa. Pada tahap ini siswa melihat secara langsung kepribadian guru dalam menerapkan nilai-nilai karakter. Setelah melihat secara langsung kepribadian guru dan mendengar nasehat berupa kebaikan nilai-nilai karakter dan keburukan jika tidak/ kurang memiliki nilai-nilai karakter tersebut munculah kesadaran dalam diri siswa tentang kebaikan nilai-nilai karakter tersebut. Selanjutnya dari kesadaran diri yang terbentuk pada siswa munculah upaya untuk menginternalisasi nilai-nilai karakter tersebut ke dalam diri mereka untuk menjadi bagian dalam diri mereka yang akhirnya diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dari proses intenalisasi nilai-nilai karakter dalam pembelajaran IPS, perilaku berkarakter yang diaktualisasikan oleh siswa SMP Negeri Model Terpadu Bojonegoro dalam kehidupan sehari-hari di kelas yaitu disiplin, jujur, gemar membaca, peduli lingkungan, toleransi, peduli sosial, bersahabat/ komunikatif, tanggung jawab. Nilai karakter yang sering muncul yaitu disiplin, gemar membaca, peduli lingkungan.

(17)

104

dirinya, menjiwai pola pikir, pola sikap, dan perilakunya serta membangun kesadaran diri untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut.

Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka saran penelitian ini sebagai berikut: 1) Nilai-nilai karakter yang berhasil diinternalisasikan oleh siswa sebaiknya tetap dipertahankan keberadaannya dengan cara tetap melakukan pembiasaan dan keteladanan sehingga nilai-nilai tersebut tidak luntur dan hilang; 2) Pentingnya kesadaran guru bahwa pendidikan karakter merupakan “hidden curriculum”, dengan guru sebagai instrument kunci. Kurikulum tersembunyi ini ada perilaku guru, khususnya dalam berinteraksi dengan para peserta didik, yang disadari atau tidak akan berpengaruh besar pada diri peserta didik; 3) Perlu dikembangkan model-model pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan atau biasa disebut PAIKEM dengan berbagai program pembiasaan; 4) Perlu dilakukan sinergi antara guru dengan orang tua/wali dan masyarakat sekitar dalam upaya menanamkan nilai-nilai karakter; dan 5) Menciptaan lingkungan pendidikan yang kondusif-edukatif, misalnya dipajang berbagai slogan-slogan yang mampu memberikan motivasi kepada seluruh warga sekolah dalam semangat untuk kehidupan yang lebih berkarakter.

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo R. (2013). Pembelajaran Nilai Karakter-Konstruktivisme dan VCT Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Jakarta: Rajawali Pers. Berger, Peter. L dan Luckmann, Thomas (1990). Tafsir Sosial atas Kenyataan. Risalah

tentang Sosiologi Pengetahuan. Jakarta : LP3ES

Creswell, John W. (2013). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset: Memilih di antara Lima Pendekatan. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Innayah. (2012). “Dongeng Anak Nusantara radio Edukasi (RE) sebagai Media untuk Penanaman Karakter Bangsa”. Jurnal Teknodik: Terakreditasi LIPI No. 464/AU1/P2MI-LIPI/08/ 2012.

Kemdiknas. (2010). Bahan Pelatihan: Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemdiknas.

Lickona, Thomas. (2013). Educating for Character: Mendidik untk Membentuk Karakter, terj. Juma Wadu Wamaungu dan Editor Uyu Wahyuddin dan Suryani. Jakarta: Bumi Aksara.

Muhaimin. (2001). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ramdani, Zuhud dan Zamroni (2014). “Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di MTsN Model Selong Lombok Timur”. Jurnal ilmu-ilmu sosial Mei 2014 , Vol. 11, No. 1. Halm. 104-117.

(18)

105 BERKEMBANG DUNIA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN

KREATIVITAS BELAJAR SISWA

Endang Purwaningsih

Guru SMPN 4 Tanggul Jember, email: 19650912virgo@gmail.com

Abstrak; Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi hasil belajar dari 75% menjadi 90 % atau terjadi kenaikan sebesar 15%.,

sehingga peneliti berharap agar metode pembelajaran Discovry “TRIPLE B

-NET” dapat digunakan sebagai kontribusi untuk pembelajaran mata pelajaran

IPS Terpadu khususnya dan mata pelajaran lain secara umum PenelitianTindakan Kelas ini dilaksanakan dengan tujuan meliputi (1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.(2). upaya meningkatkan kualitas metode yang dikembangkan dalam pembelajaran. (3).Memberi motivasi kepada siswa untuk meningkatkan kreativitasnya. (4).Menciptakan suasana kelas yang lebih kondusif terhadap pembelajaran. Manfaat penelitian ini adalah sebagai upaya untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep geografi dengan cara belajar mandiri dan berpikir kreatif demi tercapainya peningkatan kreativitas secara maksimal.

Kata kunci : model pembelajaran Discovery “TRIPLE B-NET”, dan IPS Terpadu. kreativitas belajar.

Abstract;The results of this study showed that an increase in achievement of learning outcomes from 75% to 90% or an increase of 15%., So researchers hope that learning methods Discovry "TRIPLE B-NET" can be used as a contribution to the learning subjects Integrated IPS particular and other subjects generally PenelitianTindakan this class is implemented with the aim of covering (1) Increase student participation in the learning process. (2). efforts to improve the quality of the methods developed in learning. (3) .Memberi motivation to students to improve their creativity. (4) .Menciptakan the classroom atmosphere more conducive to learning. The benefits of this research is an attempt to help students understand the concept of geography by way of self-learning and creative thinking in order to achieve an increase in creativity to the fullest.

Keywords: Discovery learning model "TRIPLE B-NET", and Integrated IPS. creativity in learning.

PENDAHULUAN

(19)

106

Beralihnya sumber bahan ajar dari media cetak (buku, surat kabar, tabloid dll) ke media elektronik berbasis internet inilah yang menarik minat peneliti untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini.

IPS diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat didefinisikan.Penerapan IPS perlu dilakukan secara bijaksan agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan Sosial dan Lingkungan alam. Diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas ( Sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPS dan kompetensi belajar secara ilmiah dan bijaksana.

Pembelajaran IPS sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry)untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPS menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan bpengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Perkembangan disegala sector diberbagai dunia berkembang secara cepat.Indonesia sebagai Negara berkembang sedang mengadakan pembangunan di segala bidang, melakukan perbaikan- perbaikan di segala bidang termasuk perbaikan- perbaikan pada sistim pendidikan yang selama ini telah berlaku.Langkah dalam dinamika pendidikan nasional yang telah dilakukan oleh Depdiknas salah satunya dengan diterbitkannya kurikulum secara berkala.Pembaharuan kurikulum sekarang ini berbeda dengan masa lalu .Khususnya mata pelajaran IPS seiring dengan tuntutan masyarakat yang mengikuti perkembangan teknologi modern.

Pendidikan di Indonesia memasuki era reformasi dengan pembaharuan secara cepat dan mendasar. Hal ini sejalan dengan diberlakukannya UU no.22 tahun 1997 tentang otonomi daerah dan UU no.20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional, yaitu pendelegasian otoritas pendidikan pada daerah dan mendorong otonominasi di tingkat sekolah, serta pelibatan masyarakat dalam pengembangan sekolah Rosyanda, 2004; 1). Dalam UU no.20 tahun 2003 tentang pendidikan Nasional pasal 1 ;dijelaskan bahwa pendidikan adalah salah satu usaha yang sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara (Depdiknas, 2003 a;5).

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPS merupakan standart minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan.Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peeserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

(20)

pentingnya manfaat dari pelajaran IPS tidak mungkin dengan mudah dapat terwujud.Oleh karena itu, diperlukan strategi pembelajaran atau metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi siswa dimana proses pembelajaran diupayakan dapat mengaktifkan siswa serta mengikutsertakan siswa dalam proses belajar mengajar.

Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dipaparkan di atas adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa serta dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Hudojo (Purmiasa, 2002: 104) mengatakan bahwa model pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang selanjutnya menentukan hasil belajar. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada pendekatan, metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh guru. Untuk itu, guru diharapkan selektif dalam menentukan dan menggunakan model pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru harus menguasai prinsip–prinsip belajar mengajar serta mampu menerapkan dalam proses belajar mengajar. Prinsip – prinsip belajar mengajar dalam hal ini adalah model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pelajaran tertentu.

Pembelajaran melalui penerapan model Discovery TRIPLE B-NET” (Baca Buku & Browshing Internet) diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk membuat suasana yang menyenangkan diri sehingga pembelajaran lebih bermakna, tidak membosankan dan nyaman. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi permasalahan sebagai berikut: (1) Apakah penerapan model pembelajaran Discovery “TRIPLE B-NET’ (Baca Buku & Browshing Internet) pada Pembelajaran Karakteristik Negara Maju Dan Negara Berkembang Dunia, dapat meningkatkan kreativitas Siswa Kelas IX C Semester Ganjil Di SMPN 4 Tanggul Kabupaten Jember Tahun 2014 – 2015?, (2) Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Discovery “TRIPLE B-NET’ (Baca Buku & Browshing Internet) pada pembelajaran Karakteristik Negara Maju dan Negara Berkembang dapat meningkatkan antara nilai dari sebelum dilaksanakan dengan sesudah dilaksanakan ?. Sedangkan tujuannya; (a) mengetahui dan mengkaji tentang apakah penerapan model pembelajaran Discovery “TRIPLE B-NET” pada Pembelajaran IPS Terpadu dapat meningkatkan Kreativitas Siswa Kelas IX C Semester Ganjil Di SMPN 4 Tanggul Kab.Jember Tahun 2014- 2015, (b) mengetahui dan mengkaji tentang apakah dengan menggunakan model pembelajaran Discovery “TRIPLE B-NET’ (Baca Buku & Browshing Internet) pada pembelajaran Karakteristik Negara Maju dan Negara Berkembang dapat meningkatkan antara nilai mata pelajaran IPS Terpadu dari sebelum dilaksanakan dengan sesudah dilaksanakan..

Sesuai dengan uraian tujuan penelitian diatas, manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah : bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk memperluas suatu wawasan tentang disiplin ilmu yang ditekuni. Bagi guru secara umum, sebagai bahan masukan dalam menetukan model pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran IPS, sedangkan bagi lembaga pendidikan dan sekolah yang terkait, diharakan dapat memberikan sumbangan pemikiran demi peningkatan mutu pendidikan dan bagi peneliti yang lain, dapat bermanfaat sebagai referensi dalam kegiatan penelitian yang sejenis

(21)

108

internet. Kreativitas siswa adalah bentuk proses belajar mengajar yang lebih mengutamakan berfikir secara kreatif dalam memahami konsep-konsep pembelajaran

METODE

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan pada siswa kelas IX-C Kelas uji coba dan kelas IX-D ( kelas control) di SMP Negeri 4 Tanggul Jember, pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2014-2015 yang terdiri dari 2 (dua) siklus. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti berusaha mengkaji, merefleksi secara mendalam terhadap proses pembelajaran yang menggunakan model Discovery “TRIPLE B-NET” sebagai upaya meningkatkan kreativitas siswa. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : (1) Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (2) alat bantu belajar, yang berupa peta, atlas dan globe, (3) daftar siswa sesuai dengan kemapuannya berdasar atas nilai ulangan harian sebagai acuan dalam membentuk kelompok diskusi siswa, (4) lembar observasi untuk mengamati kreativitas siswa, (5) lembar pertanyaan – pertanyaan yang akan digunakan pada saat wawancara terhadap siswa mengenai tanggapan siswa pada kegiatan belajar dalam model pembelajaran discovery “TRIPLE B-NET”dan metode tes tertulis yang hasilnya dapat dilihat pada nilai pada raport yang dijadikan pada sasaran penelitian yaitu pada kelas uji coba (kelas IX-C) dan kelas kontrol (kelas IX-D).

Penggunaan metode observasi, wawancara dan metode tes dalam penelitian ini karena antara metode-metode tersebut satu dengan yang lain memiliki keterbatasan misalnya tes memiliki kelemahan tidak mampu menghubungkan value (nilai), namun metode tes mampu mengukur pencapaian kompetensi kognitif siswa dengan tepat.

Peneliti menggunakan metode observasi karena dapat digunakan untuk mengamati perilaku siswa ( afektif), minat dan motivasi ketika pembelajaran sedang berlangsung, dan menggunakan metode wawancara untuk menggali secara mendalam minat dan motivasi siswa untuk peningkatan pembelajaran umumnya dan mapel IPS Terpadu khususnya, serta menggunakan metode tes untuk mengetahui nilai antara kelas uji coba dan nilai kelas kontrol antara sebelum dilaksanakan dan setelah dilaksanakan penerapan metode Discovery ““TRIPLE B-NET”.

Metode pengumpulan data adalah cara- cara yang digunakan untuk mengumpulkan data ( Arikunto. 1993: 136) . Pengumpulan data dalam penelitian iniadalah untuk memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat dan dapat digunakan dengan tepat sesuai dengan tujuan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, dan metode tes.

Analisis data merupakan cara yang paling menetukan untuk menyusun dan mengolah data yang terkumpul, sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Analisa data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif terhadap dat yang di dapat dari hasil wawancara dan observasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(22)

Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman. Dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.

Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ie menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan prose induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.

Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.

Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.

Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.

Hasil Penelitian Pada Siklus I

Hal – hal yang diamati terhadap aktivitas siswa adalah mengenai perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan kreativitas diantaranya adalah mengenai hasrat keingintahuan, partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas, dan cara siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan guru.

(23)

110

Partisipasi Siswa Dalam Melaksanakan Tugas Dan Cara Siswa Menanggapi Pertanyaan Guru. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Terhadap Indikator : Latar Belakang Kegiatan Membaca Siswa

No. Indikator Aspek yang ingin diketahui Jumlah

siswa %

b. Mencari informasi dari satu buku c. Tidak berusaha mencari buku

apapun selain buku paket. kreativitas belum mencapai standar yang telah ditetapkan peneliti, yaitu peningkatan kreativitas siswa.Selain itu, masih banyak siswa yang memiliki kreativitas sangat rendah pada semua indikator yang diteliti. Demikian pula dengan hasil angket pada table 2 menunjukkan bahwa kreativitas siswa masih rendah karena lebih dari 50% siswa tidak mau mencari informasi dari buku apapun yang berkaitan dengan pelajaran.

Berdasarkan tindakan pada siklus I, baik yang dilihat dari hasil observasi maupun angket belum memenuhi standar yang ditetapkan peneliti. Hal tersebut dikarenakan oleh kekurangan – kekurangan yang terdapat pada siklus I diantaranya adalah :

1. Siswa kurang siap dalam menerima pelajaran, hal tersebut nampak pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung masih banyak siswa yang ramai di kelas akhirnya kurang fokus terhadap pelajaran.

2. Banyak diantara siswa yang tidak membawa buku penunjang, sehingga kegiatan discovery kurang berjalan efektif karena banyak siswa yang masih mondar – mandir ke kelompok lain.

Hal tersebut merupakan masalah dalam kegiatan belajar mengajar yang perlu diadakan tindakan perbaikan pada siklus II.

Hasil Penelitian Pada Siklus II

(24)

memperbaiki semua kekurangan yang terdapat pada siklus I diantaranya adalah ketika siklus I berakhir, guru mensosialisasikan kepada siswa mengenai metode pembelajaran

discovery”TRIPLE B-NET” sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan

kreativitasnya. Selain itu, saat mengawali pelajaran, guru membangun motivasi siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang materi yang lalu, dan ketika kegiatan

discovery”TRIPLE B-NET” berlangsung, guru memberikan penegasan dan pengarahan

terhadap tugas yang akan dikerjakan siswa.

Hal – hal yang diamati terhadap aktivitas siswa adalah mengenai perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan kreativitas diantaranya adalah mengenai hasrat keingintahuan, partisipasi siswa dalam melaksanakan tugas dan cara siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru. Berikut adalah hasil observasi terhadap siswa dan angket setelah pelaksanaan tindakan siklus II :

Tabel 3. Hasil Observasi Kreativitas Siswa Kelas IX-D (kelas kontrol) Setelah Pelaksanaan Tindakan Siklus II Terhadap Indikator : Hasrat Keingintahuan Siswa, Partisipasi Siswa Dalam Melaksanakan Tugas Dan Cara Siswa Menanggapi Pertanyaan Guru Pelaksanaan Tindakan Siklus II Terhadap Indikator : Latar Belakang Kegiatan Membaca Siswa

No. Indikator Aspek yang ingin diketahui

(25)

112

kreativitas sudah mencapai standar yang telah ditetapkan peneliti, yaitu peningkatan kreativitas siswa. Demikian pula dengan hasil angket tabel 4 menunjukkan bahwa kreativitas siswa sudah mengalami peningkatan karena lebih dari 50% siswa tidak hanya mencari dari satu buku bahkan untuk memenuhi keingintahuan mereka, para siswa mencari informasi yang terbaru (up to date) melalui media internet yang bisa di akses di sekolah.

Sebelum diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan discovery, kreativitas siswa masih rendah yaitu sebesar 2,7. Tetapi setelah diadakan tindakan kelas dengan teknik – teknik yang benar, kreativitaas siswa cenderung meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Perbandingan Tingkat kreativitas Siswa

No. Indikator Tingkat Kreativitas Siswa Sebelum

Sedangkan bila kreativitas siswa dilihat dari indikator latar belakang membaca siswa, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Table 6. Perbandingan Tingkat Kreativitas Siswa

(26)

signifikan yaitu dari skor rata – rata kreativitas pada siklus I sebesar 3,4 menjadi 4,1 pada siklus II yaitu mengalami peningkatan sebesar 0,7.

Pada tabel 5.2 terlihat bahwa dengan indikator latar belakang membaca siswa, kreativitas siswa untuk mencari informasi yang relevan dengan mata pelajaran selalu mengalami peningkatan.Sebelum PTK terlihat bahwa minat baca siswa sangat rendah namun hal tersebut mengalami peningkatan pada siklus I dimana telah ada siswa yang berinisiatif untuk membaca buku walaupun presentasenya belum memenuhi harapan peneliti. Namun pada siklus II terjadi peningkatan yang sangat mengejutkan, dimana minat baca siswa menjadi berbanding terbalik bila dibandingkan pada siklus I. Para siswa malah tidak hanya mencari materi dari buku penunjang saja mereka bahkan berusaha untuk meningkatkan pengetahuan mereka terhadap materi melalui media internet.

Dari hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prestasi hasil belajar dari 75% menjadi 90 % atau terjadi kenaikan sebesar 15%., sehingga peneliti berharap agar metode pembelajaran Discovry “TRIPLE B-NET” dapat digunakan sebagai kontribusi untuk pembelajaran mata pelajaran IPS Terpadu khususnya dan mata pelajaran lain secara umum.

Ternyara dari uji coba dan riset yang dilaksanakan oleh peneliti tidak bertentangan, sehingga hipotesis terjawab, dan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang lain demikian juga memiliki kesetaraan pada hasil yang telah disimpulkan (Elvira-yunita-utami.Penerapan Metode Dicsovery Learning pada Pembelajaran Matematika dalam Usaha Peningkatan Motivasi Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Neg 2 Pengasih Kabupatan.Kulon Progo).

SIMPULAN

Dari hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas melalui analisis data maka dapat disimpulkan bahwa: penerapan Model Pembelajaran Discovery”TRIPLE B-NET”

PenelitianTindakan Kelas ini dilaksanakan dengan tujuan meliputi (1) Meningkatkan

partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.(2). upaya meningkatkan kualitas metode yang dikembangkan dalam pembelajaran. (3).Memberi motivasi kepada siswa untuk meningkatkan kreativitasnya. (4).Menciptakan suasana kelas yang lebih kondusif terhadap proses belajar mengajar. siklus 2 yang dilakukan. minat baca siswa juga mengalami peningkatan secara signifikan bahkan siswa juga berinisiatif untuk mencari tambahan informasi untuk melengkapi materi pelajarannya dari browshing internet. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa dalam penelitian ini telah terajawab dengan model discovery”TRIPLE B-NET” selain meningkatkan kreativitas siswa, juga dapat meningkatkan pola berpikir kritis dan kontruktif dan menciptakan suasana kelas lebih kondusif terhadap proses belajar mengajar.

Dengan demikian penerapan dari metode Discovery”TRIPLE B-NET” dapat

(27)

114

Bagi lembaga pendidikan dan lembaga lain yang terkait, hasil penelitian dapat merupakan bahan masukkan yang berguna dan juga sebagai umpan balik bagi kebijaksanaan yang diambil dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan perlu dilakukan penelitian sebagai kelanjutan dari kajian ini demi tercapainya pembelajaran yang berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi-lamadi.blogspot.com/2010/02/peningkatan-hasil-belajar-matematika

Elvira-yunita-utami.Penerapan Metode Dicsovery Learning pada Pembelajaran Matematika dalam Usaha Peningkatan Motivasi Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Pengasih Kabupatan.Kulon Progo

http-3A-2Findex-of-ppt.com-2FMetode-2Pembelajaran-2FDiscovery-2FLearning-2F

Gambar

Gambar 1 Komponen Pendidikan Karakter Yang Baik (Lickona, 2013, p. 86)
Gambar 2  Proses Internalisasi Nilai-nilai Karakter dalam Pembelajaran IPS
Gambar 3 Sintesis Hasil Penelitian
Tabel 2. Hasil Angket Kreativitas Siswa Kelas IX –Pelaksanaan Tindakan Siklus I Terhadap Indikator : Latar Belakang Kegiatan Membaca  C (kelas uji coba) Setelah Siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pelatihan pengembangan pendidikan karakter melalui internalisasi nilai- nilai karakter dalam pembelajaran di kelas, dikatakan berhasil dengan disusunnya RPP

Pendidikan karakter membutuhkan proses internalisasi nilai-nilai. Untuk itu diperlukan pembiasaan yang bertahap sehingga akan menimbulkan kesadaran. Nilai- nilai

INTERNALISASI NILAI - NILAI MULTIKULTURAL MELALUI PEMBELAJARAN IPS DALAM MENUMBUHKAN SIKAP MULTIKULTURAL PADA SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

INTERNALISASI NILAI - NILAI MULTIKULTURAL MELALUI PEMBELAJARAN IPS DALAM MENUMBUHKAN SIKAP MULTIKULTURAL PADA SISWA. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

INTERNALISASI NILAI - NILAI MULTIKULTURAL MELALUI PEMBELAJARAN IPS DALAM MENUMBUHKAN SIKAP MULTIKULTURAL PADA SISWA. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

INTERNALISASI NILAI - NILAI MULTIKULTURAL MELALUI PEMBELAJARAN IPS DALAM MENUMBUHKAN SIKAP MULTIKULTURAL PADA SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Kegiatan pelatihan pengembangan pendidikan karakter melalui internalisasi nilai- nilai karakter dalam pembelajaran di kelas, dikatakan berhasil dengan disusunnya RPP

Penanaman Nilai-Nilai Sikap Sosial Dalam Membangun Karakter Siswa Melalui Pembelajaran IPS di MTs Darul Huda Mayak Ponorogo dapat dilaksanakan memalaui proses kegiatan pembelajaran IPS