• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 15dc4f7b6e BAB IIBAB II RPIJM Moker.compressed

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya - DOCRPIJM 15dc4f7b6e BAB IIBAB II RPIJM Moker.compressed"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

BAB II

Konsep Perencanaan Bidang Cipta Karya

2.1. Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Ditjen Cipta Karya

Penyusunan program adalah suatu rangkaian aktivitas kegiatan keciptakaryaan

di tingkat Kabupaten/Kota/Provinsi yang diambil dari kegiatan identifikasi, formulasi

dan sinkronisasi yang selaras dengan pencapaian sasaran kinerja Program

Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman, peningkatan kualitas

kegiatan, dan penanganan isu-isu strategis Bidang Cipta Karya. Penyusunan program

dalam lingkup Perencanaan dan Pengendalian Cipta Karya lebih difokuskan untuk

menghasilkan Dokumen Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

sebagai keluaran. Dokumen RPIJM disusun oleh Kabupaten/Kota sesuai dengan

kebutuhan di masing-masing daerah. Dengan adanya RPIJM diharapkan

Kabupaten/Kota dapat menggerakkan semua sumber daya yang ada untuk memenuhi

kebutuhan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan

kemiskinan serta mewujudkan lingkungan yang layak huni (livable).

RPIJM disusun dengan memperhatikan aspek kelayakan program

masing-masing sektor dan kelayakan spasial sesuai dengan Rencana Tata Ruang yang ada

serta kelayakan sosial dan lingkungannya. Sebagai dokumen teknis, RPIJM perlu

dikerjakan secara profesional, dengan tetap menekankan proses partisipasi melalui

dialog kebijakan dengan seluruh stakeholder, masyarakat, profesional dan lain-lain

pada tahap penyusunan rencana pembangunan Kabupaten/Kota dan melalui dialog

investasi dengan masyarakat dan dunia usaha maupun pihak lain yang terkait dengan

penyusunan prioritas program/kelayakan program investasi. Untuk mengetahui konsep

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya Tahun 2014 dapat

(2)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Gambar 2.1. Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

2.2. Amanat Pembangunan Nasional

2.2.1. RPJP Nasional 2005 - 2025 (UU No. 17 Tahun 2007)

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :

1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 yang

selanjutnya disebut sebagai RPJP Nasional adalah dokumen perencanaan

pembangunan nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun

2005 sampai dengan tahun 2025 ;

2) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005 - 2025 yang

selanjutnya disebut sebagai RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan

pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun

2005 sampai dengan tahun 2025 ;

3) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang selanjutnya disebut

RPJM Nasional adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk

periode 5 (lima) tahunan, yaitu RPJM Nasional I Tahun 2005 - 2009, RPJM

Nasional II Tahun 2010 - 2014, RPJM Nasional III Tahun 2015 - 2019, dan RPJM

Nasional IV Tahun 2020 – 2024 ;

4) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut

RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode

(3)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

daerah dengan berpedoman pada RPJP Daerah serta memerhatikan RPJM

Nasional.

RPJP Nasional sebagaimana tercantum dalam Lampiran UU merupakan satu

kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Undang-Undang tersebut. RPJP

Nasional sebagaimana dimaksud dalam UU No.17 tahun 2007 menjadi pedoman

dalam penyusunan RPJM Nasional yang memuat Visi, Misi dan Program Presiden.

UU No.17 tahun 2007 juga mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana

masih rendah aksesbilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan. Dalam rangka

menjaga kesinambungan pembangunan dan untuk menghindarkan kekosongan

rencana pembangunan nasional, Presiden yang sedang memerintah pada tahun

terakhir pemerintahannya diwajibkan menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

untuk tahun pertama periode Pemerintahan Presiden berikutnya. RKP sebagaimana

yang dimaksud digunakan sebagai pedoman untuk menyusun Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara tahun pertama periode Pemerintahan Presiden berikutnya. RPJP

Nasional menjadi acuan dalam penyusunan RPJP Daerah yang memuat visi, misi, dan

arah Pembangunan Jangka Panjang Daerah. RPJP Daerah menjadi pedoman dalam

penyusunan RPJM Daerah yang memuat Visi, Misi dan Program Kepala Daerah.

RPJM Daerah disusun dengan memerhatikan RPJM Nasional.

2.2.2. RPJM Nasional 2010 - 2014 (Perpres No.5 Tahun 2010)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 - 2014

merupakan tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2007. RPJMN 2010 - 2014 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi

kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis kementerian/lembaga

(Renstra-KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam

menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing-masing dalam

rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut,

RPJMN akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan

menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (RAPBN).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 - 2014

merupakan penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Presiden yang penyusunannya

berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), yang

(4)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Memuat strategi, kebijakan umum, dan kerangka ekonomi makro yang merupakan

penjabaran dari Visi, Misi, dan Program Aksi serta sebelas prioritas pembangunan

nasional dari Presiden-Wakil Presiden, dengan visi: “TERWUJUDNYA

INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN.

Memuat rencana pembangunan yang mencakup bidang-bidang kehidupan

masyarakat sebagaimana yang tertuang dalam RPJPN 2005 - 2025 dengan tema :

“MEMPERKUAT SINERGI ANTAR BIDANG PEMBANGUNAN” dalam rangka

mewujudkan visi pembangunan nasional.

Memuat rencana pembangunan kewilayahan yang disusun dengan tema :

“MEMPERKUAT SINERGI ANTARA PUSAT DAN DAERAH DAN ANTAR

DAERAH” dalam rangka mewujudkan visi pembangunan nasional.

Dengan demikian, RPJMN 2010 - 2014 adalah pedoman bagi Pemerintah

Pusat/Daerah, masyarakat, dan dunia usaha dalam melaksanakan pembangunan

dalam rangka mencapai tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2.2.3. MP3EI (Pepres No. 32 Tahun 2011)

Sebagai dokumen kerja, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia (MP3EI) berisikan arahan pengembangan kegiatan ekonomi utama

yang sudah lebih spesifik, lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan rekomendasi

perubahan/revisi terhadap peraturan perundang-undangan yang perlu dilakukan

maupun pemberlakuan peraturan-perundangan baru yang diperlukan untuk

mendorong percepatan dan perluasan investasi. Selanjutnya MP3EI menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. MP3EI

bukan dimaksudkan untuk mengganti dokumen perencanaan pembangunan yang telah

ada seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 - 2025

(Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional, namun menjadi dokumen yang terintegrasi dan komplementer yang penting

serta khusus untuk melakukan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi.

MP3EI juga dirumuskan dengan memperhatikan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah

Kaca (RAN-GRK) karena merupakan komitmen nasional yang berkenaan dengan

(5)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Gambar 2.2. Posisi MP3EI di dalam Rencana Pembangunan Pemerintah

Berdasarkan berbagai faktor di atas, maka kerangka desain dari Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011 - 2025

dirumuskan sebagaimana pada Gambar 2.3 berikut ini.

(6)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

2.2.4. MP3KI

Dalam upaya menekan angka kemiskinan, pemerintah sejak 2009 mendesain

program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia

(MP3KI). Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami

kemiskinan ekstrim di Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan

untuk mengimbangi rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Sebagaimana diketahui, program MP3EI dimaksudkan untuk mendorong

percepatan dan perluasan Pembangunan ekonomi melalui pembangunan di enam

koridor ekonomi yaitu (1) koridor ekonomi Sumatera, (2) koridor ekonomi Jawa, (3)

koridor ekonomi Kalimantan, (4) koridor ekonomi Sulawesi, (5) koridor ekonomi Bali -

NTT, dan (6) koridor ekonomi Papua-Kep.Maluku. Upaya tersebut diharapkan dapat

memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat serta penyerapan tenaga kerja.

Upaya ini diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran dan tingkat kemiskinan

di Indonesia. Hal inilah yang mendasarkan dipersiapkan program MP3KI.

MP3KI merupakan affirmative action atau program keberpihakan terhadap

rakyat miskin, sehingga pembangunan ekonomi yang terwujud tidak hanya pro-growth

atau pertumbunan ekonomi semata, tapi juga pro-poor, pro-job dan pro-environment,

temasuk penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat miskin. MP3KI merupakan

program yang memiliki target yang kongkrit, terukur dan fokus, serta sinergi dengan

berbagai program kemiskinan yang ada di Kementerian/Lembaga, termasuk ke-4

klaster program penanggulangan kemiskinan. Ke-4 klaster dimaksud adalah: (1)

Klaster I, antara lain: Beasiswa miskin, Jamkesmas, Raskin, PKH (Program Keluarga

Harapan), dan BLT (bila diperlukan saat krisis); (2) Klaster II, program-program

pemberdayaan masyarakat (PNPM); (3) Klaster III, Kredit Usaha Rakyat; dan (4)

Klaster IV: rumah sangat murah, kendaraan umum angkutan murah, air bersih, listrik

murah & hemat, peningkatan kehidupan nelayan dan peningkatan kehidupan

masyarakat miskin perkotaan.

Tujuan MP3KI adalah akselerasi pertumbuhan dengan pemerataan.

Pendekatannya dilakukan berdasarkan peningkatan nilai tambah berbasis komoditi

unggulan wilayah. MP3KI diharapkan akan menjadi gerakan nasional dengan

melibatkan unsur pemerintah, BUMN, swasta dan masyarakat. MP3KI ini tidak akan

berdiri sendiri, tapi akan komplemen dengan dokumen-dokumen perencanaan yang

telah ada (RPJP, RPJMN, MDG dan Penanggulangan Kemiskinan). Dengan demikian

pelaksanaan program MP3KI yang dilaksanakan pemerintah pusat harus sinkron

(7)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

perencanaan dan anggaran. Apabila sinkronisasi ini terjadi, maka kehadiran MP3KI

tidak akan menjadi pesaing dari program-program penanggulangan kemiskinan, baik

yang sudah ada di Kementerian/Lembaga maupun di daerah. Sebaliknya semua akan

merasa memiliki.

(8)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Gambar 2.5. Kerangka Desain Pendekatan MP3KI

2.2.5. KEK (UU No. 39 Tahun 2009)

Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional,

diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki

keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk

memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang

memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK (Kawasan Ekonomi Khusus)

bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan

pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata,

dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Ketentuan KEK

dalam Undang-Undang ini mencakup pengaturan fungsi, bentuk, dan kriteria KEK,

pembentukan KEK, pendanaan infrastruktur, kelembagaan, lalu lintas barang,

karantina, dan devisa, serta fasilitas dan kemudahan.

KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) merupakan kawasan dengan batas tertentu

dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk

menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. Fungsi

KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan,

jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan

telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri

(9)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan

untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK

adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu

kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam

pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber

daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan

pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri

atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan

Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan

pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di

KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.

Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing

agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal,

yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah,

dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian,

investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat

diberikan pada Zona di dalam KEK yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal pengawasan, ketentuan

larangan tetap diberlakukan di KEK, seperti halnya daerah lain di Indonesia. Namun,

untuk ketentuan pembatasan, diberikan kemudahan dalam sistem dan prosedur yang

ditetapkan oleh Pemerintah dengan tetap mengutamakan pengawasan terhadap

kemungkinan penyalahgunaan atau pemanfaatan KEK sebagai tempat melakukan

tindak pidana ekonomi.

2.2.6.

Direktif Presiden (Inpres No. 3 Tahun 2010)

Dalam rangka pencapaian pembangunan yang berkeadilan, Presiden Republik

Indonesia telah menerbitkan Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan

yang Berkeadilan. Untuk lebih memfokuskan pelaksanaan pembangunan yang

berkeadilan, disusun program-program :

1. Pro rakyat, untuk program pro rakyat dalam Inpres No. 3 Tahun 2010

memfokuskan pada :

a. Program Penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga ;

(10)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

c. Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro

dan kecil.

2. Keadilan untuk semua (justice for all), untuk program ini difokuskan pada :

a. Program keadilan bagi anak ;

b. Program keadilan bagi perempuan ;

c. Program keadilan di bidang ketenagakerjaan ;

d. Program keadilan di bidang bantuan hukum ;

e. Program keadilan di bidang reformasi hukum dan peradilan ;

f. Program keadilan bagi kelompok miskin dan terpinggirkan.

3. Pencapaian tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals),

memfokuskan pada :

a. Program pemberantasan kemiskinan dan kelaparan ;

b. Program pencapaian pendidikan dasar untuk semua ;

c. Program pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan ;

d. Program penurunan angka kematian anak ;

e. Program kesehatan ibu ;

f. Program pengendalian HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya ;

g. Program penjaminan kelestarian lingkungan hidup ;

h. Program pendukung percepatan pencapaian tujuan pembangunan milenium.

Pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan program-program dalam

Inpres No. 3 tahun 2010 ini, dilakukan oleh Kepala Unit Kerja Presiden Bidang

Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan atau yang biasa disebut UKP4 dan

akan melaporkannya kepada Presiden. Bagi daerah yang dalam hal ini digawangi oleh

Gubernur sebagai perwakilan Pemerintah di daerah, diharuskan melaksanakan dan

mengkoordinasikan kepada Bupati/Walikota dalam pelaksanaan program tersebut,

dengan merumuskan Rencana Aksi Daerah (RAD) untuk mendukung pencapaian

program-program dalam Inpres No. 3 tahun 2010 tersebut sehingga terjalin sinergi

antara pusat dan daerah.

2.3. Peraturan Perundangan Pembangunan Bidang PU/CK

2.3.1. UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman

Dapat dijelaskan dalam UU No. 1 Tahun 2011 ini, bahwa pemerintah perlu lebih

berperan dalam menyediakan dan memberikan kemudahan dan bantuan perumahan

dan kawasan permukiman bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan

(11)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik, kehidupan

ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup

sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; bahwa Undang-Undang Nomor

4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman sudah tidak sesuai dengan

perkembangan dan kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak dan terjangkau

dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur sehingga perlu diganti.

Di dalam UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman ini diatur

mengenai jenis-jenis rumah. Hal ini diatur didalam pasal 21, jenis-jenisnya yaitu:

Rumah komersial : diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan sesuai

dengan kebutuhan masyarakat ;

Rumah umum : diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR

dan mendapat bantuan dari pemerintah atau pemerintah daerah ;

Rumah swadaya : diselenggarakan atas upaya dan prakarsa masyarakat, baik

secara sendiri maupun berkelompok dan memperoleh bantuan dari pemerintah

atau pemerintah daerah ;

Rumah khusus : diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah

untuk kebutuhan khusus ;

Rumah negara : disediakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah.

Kemudian untuk bentuk-bentuk rumah, dalam UU No.1 Tahun 2011 ini diatur di

penjelasan pasal 22 angka 2, yaitu :

Rumah tunggal merupakan rumah yang mempunyai kaveling sendiri dan salah

satu dinding bangunan tidak dibangun tepat pada batas kaveling ;

Rumah deret : beberapa rumah yang satu atau lebih dari sisi bangunan menyatu

dengan sisi satu atau lebih bangunan lain atau rumah lain, tetapi masing-masing

mempunyai kavling sendiri ;

Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu

lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara

fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal, dan merupakan

satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,

terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda

(12)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Gambar 2.6. Pola Pikir UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

2.3.2. UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Pada dasarnya bangunan gedung memegang peranan yang sangat penting

sebagai tempat dimana manusia melakukan kegiatannya sehari-hari. Pengaturan

bangunan gedung secara khusus dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2002 tentang Bangunan Gedung. Pengetahuan mengenai UU Bangunan Gedung ini

menjadi penting mengingat hal-hal yang diatur dalam UU Bangunan Gedung tidak

(13)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

gedung serta masyarakat. Diatur dalam UU Bangunan Gedung, pemilik bangunan

gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang

menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan gedung. Pengaturan bangunan gedung

dalam UU ini bertujuan untuk:

a. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan

gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya ;

b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin keandalan

teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan

kemudahan ;

c. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

Secara umum UU Bangunan Gedung mengatur tentang beberapa hal yaitu

antara lain :

1. Fungsi Bangunan Gedung

Dalam UU Bangunan Gedung diatur bahwa setiap bangunan gedung memiliki

fungsi antara lain fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya, serta

fungsi khusus. Fungsi bangunan gedung ini yang nantinya akan dicantumkan

dalam Izin Mendirikan Bangunan (“IMB”). Dalam hal terdapat perubahan fungsi

bangunan gedung dari apa yang tertera dalam IMB, perubahan tersebut wajib

mendapatkan persetujuan dan penetapan kembali oleh Pemerintah Daerah.

2. Persyaratan Bangunan Gedung

Persyaratan bangunan gedung dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu persyaratan

administratif dan teknis bangunan gedung dimana diatur bahwa setiap bangunan

gedung harus memenuhi kedua persyaratan tersebut.

a. Yang masuk dalam ruang lingkup persyaratan administratif bangunan gedung

ini yaitu :

Persyaratan status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari

pemegang hak atas tanah ;

Status kepemilikan bangunan gedung ; dan

Izin mendirikan bangunan gedung.

b. Sementara itu, persyaratan teknis bangunan gedung dapat dibagi lagi menjadi

2 (dua) yaitu meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan

bangunan gedung.

Ruang lingkup persyaratan tata bangunan yaitu meliputi :

Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, yaitu

(14)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

kawasan, dan/atau fungsi prasarana dan sarana umum, serta ketinggian

gedung ;

Arsitektur bangunan gedung ; dan

Persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yaitu persyaratan

pengendalian dampak lingkungan yang hanya berlaku bagi bangunan

gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

Persyaratan terhadap dampak lingkungan ini sendiri berpedoman pada

undang-undang tentang pengelolaan lingkungan hidup yang mengatur

tentang kewajiban setiap usaha dan/atau kegiatan yang menimbulkan

dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup untuk wajib

memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup untuk memperoleh

izin melakukan usaha dan/atau kegiatan.

Persyaratan keandalan bangunan gedung, persyaratan ini ditetapkan

berdasarkan fungsi masing-masing bangunan gedung yang secara umum

meliputi persyaratan :

Keselamatan, yaitu berkenaan dengan persyaratan kemampuan

bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, kemampuan

bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya

kebakaran dengan melakukan pengamanan terhadap bahaya

kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif serta

bahaya petir melalui sistem penangkal petir ;

Kesehatan, yaitu berkenaan dengan persyaratan sistem sirkulasi udara,

pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung ;

Kenyamanan, yaitu berkenaan dengan kenyamanan ruang gerak dan

hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta

tingkat getaran dan tingkat kebisingan ; dan

Kemudahan, yaitu berkenaan dengan kemudahan akses bangunan

gedung, termasuk tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah,

aman, dan nyaman bagi penyandang cacat dan lanjut usia, serta

penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti,

ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas

(15)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung

Penyelenggaraan bangunan gedung tidak hanya terdiri dari penggunaan

bangunan gedung, melainkan juga meliputi kegiatan :

a. Pembangunan, yang dilakukan oleh penyedia jasa konstruksi melalui tahapan

perencanaan dan pelaksanaan dengan diawasi pembangunannya oleh pemilik

bangunan gedung. Pembangunan bangunan gedung dapat dilaksanakan

setelah rencana teknis bangunan gedung disetujui oleh Pemerintah Daerah

dalam bentuk IMB. Pembangunan bangunan gedung ini sendiri dapat dilakukan

baik di tanah milik sendiri maupun di tanah milik pihak lain.

b. Pemanfaatan, yang dilakukan oleh pemilik atau pengguna bangunan gedung

setelah bangunan gedung tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan laik

fungsi. Bangunan gedung dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi apabila

telah memenuhi persyaratan teknis. Agar persyaratan laik fungsi suatu

bangunan gedung tetap terjaga, maka pemilik gedung atau pengguna

bangunan gedung wajib melakukan pemeliharaan, perawatan, dan

pemeriksaan secara berkala terhadap bangunan gedung.

c. Pelestarian, yang dilakukan khusus untuk bangunan gedung yang ditetapkan

sebagai cagar budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan.

d. Pembongkaran, alasan-alasan bangunan gedung dapat dibongkar apabila

bangunan gedung yang ada :

Tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki ;

Dapat menimbulkan bahaya dalam pemanfaatan bangunan gedung dan/atau

lingkungannya ;

Tidak memiliki IMB.

Selain mengatur tentang persyaratan bangunan gedung, UU Bangunan gedung

juga mengatur mengenai hak dan kewajiban pemilik bangunan.

a. Pemilik bangunan gedung mempunyai hak yaitu antara lain :

Melaksanakan pembangunan bangunan gedung setelah mendapatkan

pengesahan dari Pemerintah Daerah atas rencana teknis bangunan gedung

yang telah memenuhi persyaratan ;

Mendapatkan surat ketetapan serta insentif untuk bangunan gedung

dan/atau lingkungan yang dilindungi dan dilestarikan dari Pemerintah

Daerah;

Mengubah fungsi bangunan setelah mendapat izin tertulis dari Pemerintah

(16)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Mendapatkan ganti rugi apabila bangunannya dibongkar oleh Pemerintah

Daerah atau pihak lain yang bukan diakibatkan oleh kesalahannya.

b. Pemilik bangunan gedung mempunyai kewajiban yaitu antara lain :

Melaksanakan pembangunan sesuai dengan rencana teknis bangunan

gedung ;

Memiliki IMB ;

Meminta pengesahan dari Pemerintah Daerah atas perubahan rencana

teknis bangunan gedung pada tahap pelaksanaan bangunan.

c. Pemilik dan pengguna bangunan gedung mempunyai hak yaitu antara lain:

Mengetahui tata cara atau proses penyelenggaraan bangunan gedung ;

Mendapatkan keterangan tentang peruntukan lokasi dan intensitas

bangunan pada lokasi dan/atau ruang tempat bangunan akan dibangun ;

Mendapatkan keterangan tentang ketentuan persyaratan keandalan dan

kelayakan bangunan gedung ;

Mendapatkan keterangan tentang bangunan gedung dan/atau lingkungan

yang harus dilindungi dan dilestarikan.

d. Pemilik dan pengguna bangunan gedung mempunyai kewajiban yaitu antara

lain :

Memanfaatkan serta memelihara bangunan gedung sesuai dengan

fungsinya secara berkala ;

Melengkapi petunjuk pelaksanaan pemanfaatan dan pemeliharaan

bangunan gedung ;

Membongkar bangunan gedung yang telah ditetapkan dapat mengganggu

keselamatan dan ketertiban umum serta tidak memiliki perizinan yang

disyaratkan.

4. Peran Masyarakat

Sebagai bagian dari pengguna bangunan gedung, dalam UU Bangunan Gedung

juga mengatur mengenai peran masyarakat dalam penyelenggaraan bangunan

gedung yang mencakup :

Pemantauan penyelenggaraan bangunan gedung ;

Memberi masukan kepada Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dalam

penyempurnaan peraturan, pedoman, dan standar teknis untuk bangunan

gedung ;

Menyampaikan pendapat dan pertimbangan kepada instansi yang

(17)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

bangunan gedung dan kegiatan penyelenggaraan yang menimbulkan

dampak penting terhadap lingkungan ;

Melaksanakan gugatan perwakilan terhadap bangunan gedung yang

mengganggu, merugikan, dan/atau membahayakan kepentingan umum.

5. Sanksi

Berkenaan dengan sanksi dalam hal adanya pelanggaran atas UU Bangunan

Gedung, pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung dapat dikenakan sanksi

administratif dan/atau sanksi pidana. Yang masuk dalam ruang lingkup sanksi

administratif yaitu dapat diberlakukan pencabutan IMB sampai dengan

pembongkaran bangunan gedung serta dapat dikenakan sanksi denda maksimal

10% (sepuluh persen) dari nilai bangunan yang sedang maupun telah dibangun.

Sedangkan sanksi pidana yang diatur dalam UU Bangunan Gedung ini dapat

berupa sanksi kurungan penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun penjara dan/atau

pidana denda paling banyak 20% (dua puluh persen) dari nilai bangunan gedung

jika karena kelalaiannya mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

2.3.3. UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Air merupakan salah satu sumber kehidupan mutlak untuk mahkluk hidup.

Ketersediaan dan kebutuhan harus seimbang untuk menjamin keberlanjutan sumber

daya air. Kelebihan air terutama di musim hujan di suatu tempat bisa menjadi masalah

seperti banjir atau longsor. Namun kekurangan air terutama pada musim kemarau juga

menimbulkan masalah, yaitu timbulnya bencana kekeringan. Keberadaaan,

ketersediaan, kebutuhan dan penggunaan sumber daya air tergantung dari banyak

aspek yang saling mempengaruhi saling memberikan dampak baik yang positif

maupun negatif. Sejarah terbitnya Undang-Undang Sumber Daya Air ini merupakan

suatu proses yang cukup panjang. Ada yang pro maupun ada yang kontra untuk

diterbitkan. Isu-isu timbul selama proses penerbitannya, antara lain privatisasi, ekspor

air, peningkatan fungsi ekonomi dan berkurangnya fungsi sosial yang akan

menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa air

merupakan kepentingan semua pihak (water is everyone's business).

Pengaturan hak atas air diwujudkan melalui penetapan hak guna air, yaitu hak

untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagai keperluan.

Hak guna air dengan pengertian tersebut bukan merupakan hak pemilikan atas air,

tetapi hanya terbatas pada hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan

(18)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

Hak guna air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, pertanian rakyat, dan

kegiatan bukan usaha disebut dengan hak guna pakai air, sedangkan hak guna air

untuk memenuhi kebutuhan usaha, baik penggunaan air untuk bahan baku produksi,

pemanfaatan potensinya, media usaha, maupun penggunaan air untuk bahan

pembantu produksi, disebut dengan hak guna usaha air.

Jumlah alokasi air yang ditetapkan tidak bersifat mutlak dan harus dipenuhi

sebagaimana yang tercantum dalam izin, tetapi dapat ditinjau kembali apabila

persyaratan atau keadaan yang dijadikan dasar pemberian izin dan kondisi

ketersediaan air pada sumber air yang bersangkutan mengalami perubahan yang

sangat berarti dibandingkan dengan kondisi ketersediaan air pada saat penetapan

alokasi. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi

perseorangan dan pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi dijamin oleh

Pemerintah atau pemerintah daerah. Hak guna pakai air untuk memenuhi kebutuhan

pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat tersebut termasuk hak untuk

mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan

dengan tanahnya. Pemerintah atau pemerintah daerah menjamin alokasi air untuk

memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan pertanian rakyat

tersebut dengan tetap memperhatikan kondisi ketersediaan air yang ada dalam

wilayah sungai yang bersangkutan dengan tetap menjaga terpeliharanya ketertiban

dan ketentraman.

Kebutuhan masyarakat terhadap air yang semakin meningkat mendorong lebih

menguatnya nilai ekonomi air dibanding nilai dan fungsi sosialnya. Kondisi tersebut

berpotensi menimbulkan konflik kepentingan antarsektor, antarwilayah dan berbagai

pihak yang terkait dengan sumber daya air. Di sisi lain, pengelolaan sumber daya air

yang lebih bersandar pada nilai ekonomi akan cenderung lebih memihak kepada

pemilik modal serta dapat mengabaikan fungsi sosial sumber daya air. Berdasarkan

pertimbangan tersebut undang-undang ini lebih memberikan perlindungan terhadap

kepentingan kelompok masyarakat ekonomi lemah dengan menerapkan prinsip

pengelolaan sumber daya air yang mampu menyelaraskan fungsi sosial, lingkungan

hidup, dan ekonomi.

Berdasarkan hal tersebut di atas, pengaturan kewenangan dan tanggung jawab

pengelolaan sumber daya air oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah

kabupaten/kota didasarkan pada keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:

a. Wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah

sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah ;

(19)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

c. Wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota

menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota.

Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan

sumber daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain

sepanjang kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh

pemerintah di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya

air tersebut termasuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan,

penyediaan, penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai

dengan tetap dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air.

Pola pengelolaan sumber daya air merupakan kerangka dasar dalam

merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi

sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air

pada setiap wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air

tanah. Pola pengelolaan sumber daya air disusun secara terkoordinasi di antara

instansi yang terkait, berdasarkan asas kelestarian, asas keseimbangan fungsi sosial,

lingkungan hidup, dan ekonomi, asas kemanfaatan umum, asas keterpaduan dan

keserasian, asas keadilan, asas kemandirian, serta asas transparansi dan

akuntabilitas. Pola pengelolaan sumber daya air tersebut kemudian dijabarkan ke

dalam rencana pengelolaan sumber daya air. Penyusunan pola pengelolaan perlu

melibatkan seluas-luasnya peran masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, badan

usaha milik negara, badan usaha milik daerah maupun badan usaha swasta. Sejalan

dengan prinsip demokratis, masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan

pola pengelolaan sumber daya air, tetapi berperan pula dalam proses perencanaan,

pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan

atas pengelolaan sumber daya air.

Rencana pengelolaan sumber daya air merupakan rencana induk konservasi

sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air

yang disusun secara terkoordinasi berbasis wilayah sungai. Rencana tersebut menjadi

dasar dalam penyusunan program pengelolaan sumber daya air yang dijabarkan lebih

lanjut dalam rencana kegiatan setiap instansi yang terkait. Rencana pengelolaan

sumber daya air tersebut termasuk rencana penyediaan sumber daya air dan

pengusahaan sumber daya air. Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok

sehari-hari dan irigasi pertanian rakyat dalam sistem irigasi yang sudah ada

merupakan prioritas utama penyediaan di atas semua kebutuhan lainnya. Karena

(20)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

pada suatu tempat, urutan prioritas penyediaan sumber daya air untuk keperluan

lainnya ditetapkan sesuai dengan kebutuhan setempat.

Pengusahaan sumber daya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan

fungsi sosial sumber daya air dan kelestarian lingkungan hidup. Pengusahaan sumber

daya air yang meliputi satu wilayah sungai hanya dapat dilakukan oleh badan usaha

milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumber daya air

atau kerja sama antara keduanya, dengan tujuan untuk tetap mengedepankan prinsip

pengelolaan yang selaras antara fungsi sosial, fungsi lingkungan hidup, dan fungsi

ekonomi sumber daya air. Pengusahaan sumber daya air pada tempat tertentu dapat

diberikan kepada badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah bukan

pengelola sumber daya air, badan usaha swasta dan/atau perseorangan berdasarkan

rencana pengusahaan yang telah disusun melalui konsultasi publik dan izin

pengusahaan sumber daya air dari pemerintah.

Pengaturan mengenai pengusahaan sumber daya air dimaksudkan untuk

mengatur dan memberi alokasi air baku bagi kegiatan usaha tertentu. Pengusahaan

sumber daya air tersebut dapat berupa pengusahaan air baku sebagai bahan baku

produksi, sebagai salah satu media atau unsur utama dari kegiatan suatu usaha,

seperti perusahaan daerah air minum, perusahaan air mineral, perusahaan minuman

dalam kemasan lainnya, pembangkit listrik tenaga air, olahraga arung jeram, dan

sebagai bahan pembantu proses produksi, seperti air untuk sistem pendingin mesin

(water cooling system) atau air untuk pencucian hasil eksplorasi bahan tambang.

Kegiatan pengusahaan dimaksud tidak termasuk menguasai sumber airnya, tetapi

hanya terbatas pada hak untuk menggunakan air sesuai dengan alokasi yang

ditetapkan dan menggunakan sebagian sumber air untuk keperluan bangunan sarana

prasarana yang diperlukan misalnya pengusahaan bangunan sarana prasarana pada

situ. Pengusahaan sumber daya air tersebut dilaksanakan sesuai dengan

rambu-rambu sebagaimana diatur dalam norma, standar, pedoman, manual (NSPM) yang

telah ditetapkan.

Air dalam siklus hidrologis dapat berupa air yang berada di udara berupa uap

air dan hujan; di daratan berupa salju dan air permukaan di sungai, saluran, waduk,

danau, rawa, dan air laut; serta air tanah. Air laut mempunyai karakteristik yang

berbeda dan memerlukan adanya penanganan serta pengaturan tersendiri, sedangkan

untuk air laut yang berada di darat tunduk pada pengaturan dalam undang-undang ini.

Pemanfaatan air laut di darat untuk keperluan pengusahaan, baik melalui rekayasa

teknis maupun alami akibat pengaruh pasang surut, perlu memperhatikan fungsi

(21)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

sesuai dengan wewenangnya, serta berdasarkan prosedur dan standar perizinan

menurut pedoman teknik dan administrasi yang telah ditetapkan.

Untuk terselenggaranya pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan,

penerima manfaat jasa pengelolaan sumber daya air, pada prinsipnya, wajib

menanggung biaya pengelolaan sesuai dengan manfaat yang diperoleh. Kewajiban ini

tidak berlaku bagi pengguna air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan untuk

kepentingan sosial serta keselamatan umum. Karena keterbatasan kemampuan petani

pemakai air, penggunaan air untuk keperluan pertanian rakyat dibebaskan dari

kewajiban membiayai jasa pengelolaan sumber daya air dengan tidak menghilangkan

kewajibannya untuk menanggung biaya pengembangan, operasi, dan pemeliharaan

sistem irigasi tersier.

Undang-undang ini disusun secara komprehensif yang memuat pengaturan

menyeluruh tidak hanya meliputi bidang pengelolaan sumber daya air, tetapi juga

meliputi proses pengelolaan sumber daya air. Mengingat sumber daya air menyangkut

kepentingan banyak sektor, daerah pengalirannya menembus batas-batas wilayah

administrasi, dan merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan kehidupan

masyarakat, undang-undang ini menetapkan perlunya dibentuk wadah koordinasi

pengelolaan sumber daya air yang beranggotakan wakil dari pihak yang terkait, baik

dari unsur pemerintah maupun non pemerintah. Wadah koordinasi tersebut dibentuk

pada tingkat nasional dan provinsi, sedangkan pada tingkat kabupaten/kota dan

wilayah sungai dibentuk sesuai dengan kebutuhan. Wadah koordinasi itu diharapkan

mampu mengoordinasikan berbagai kepentingan instansi, lembaga, masyarakat, dan

para pemilik kepentingan (stakeholders) sumber daya air lainnya dalam pengelolaan

sumber daya air, terutama dalam merumuskan kebijakan dan strategi pengelolaan

sumber daya air, serta mendorong peningkatan peran masyarakat dalam pengelolaan

sumber daya air. Dalam melaksanakan tugasnya wadah koordinasi tersebut secara

teknis mendapatkan bimbingan Pemerintah dalam hal ini kementerian yang

membidangi sumber daya air.

Kemudian untuk menjamin terselenggaranya kepastian dan penegakan hukum

dalam hal yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air selain penyidik

Kepolisian Negara Republik Indonesia diperlukan penyidik pegawai negeri sipil yang

diberi wewenang penyidikan. Selanjutnya, terhadap berbagai masalah sumber daya air

yang merugikan kehidupan, masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan,

sedangkan terhadap berbagai sengketa sumber daya air, masyarakat dapat mencari

(22)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

luar pengadilan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

2.3.4. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan

Hampir di setiap kabupaten/kota yang ada di Indonesia selalu dihadapkan

dengan permasalahan sampah. Pertambahan penduduk dan perubahan pola

konsumsi masyarakat telah menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan

karakteristik sampah yang semakin beragam yang harus dikelola. Pengelolaan

sampah yang ada selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan

sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif

terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Oleh karena sampah telah menjadi

permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif

dan terpadu dari hulu (sumber timbulan) ke hilir (tempat pemrosesan akhir) agar dapat

memberikan manfaat secara ekonomi, kehidupan yang sehat bagi masyarakat dan

aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

Definisi sampah, sebagaimana yang tertulis dalam Undang-Undang No. 18

Tahun 2008, adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang

berbentuk padat. Yang termasuk jenis sampah adalah sampah rumah tangga (tidak

termasuk tinja), sampah sejenis sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan

komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum dan

fasilitas lainnya serta sampah spesifik. Yang terakhir ini adalah sampah yang

mengandung bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan

beracun, sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah

yang secara teknologi belum dapat diolah; dan sampah yang timbul secara tidak

periodik.

Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah yang

ditujukan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta

menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengurangan sampah dapat dilakukan

melalui pembatasan timbulan sampah (reduce), pemanfaatan kembali sampah (reuse)

dan pendauran ulang sampah (recycle). Kegiatan penanganan sampah meliputi : 1)

pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis,

jumlah dan sifat sampah, 2) pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan

sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat

pengolahan sampah terpadu, 3) pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari

(23)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir, 4) pengolahan

dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah, 5) pemrosesan

akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah atau residu hasil pengolahan

sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Sementara untuk pengelolaan sampah

spesifik menjadi tanggung jawab Pemerintah yang diatur dengan Peraturan

Pemerintah.

Dalam undang-undang pengelolaan sampah ini juga disebutkan larangan bagi

setiap orang untuk memasukkan sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia, mengimpor sampah, mencampur sampah dengan limbah berbahaya dan

beracun, mengelola sampah yang menyebabkan pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan, membuang sampah tidak pada tempat yang telah ditentukan dan

disediakan, melakukan penanganan sampah dengan pembuangan terbuka di tempat

pemrosesan akhir serta membakar sampah yang tidak sesuai dengan persyaratan

teknis pengelolaan sampah. Dalam hal, suatu daerah masih menggunakan sistem

pembuangan terbuka (open dumping) dalam pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) sampahnya, maka pihak Pemerintah Daerah tersebut harus membuat

perencanaan penutupan tempat pemrosesan akhir sampah paling lama 5 (lima) tahun

terhitung sejak berlakunya Undang-Undang ini, yaitu 7 Mei 2013 dan harus segera

menerapkan sistem sanitary landfill padatempat pemrosesan akhir sampah di daerah

tersebut.

2.4. Amanat Internasional

2.4.1. Agenda Habitat

Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia

dan merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia. Selain

itu, kebutuhan tersebut berfungsi strategis di dalam mendukung terselenggaranya

pendidikan keluarga, persemaian budaya dan peningkatan kualitas generasi akan

datang yang berjati diri. Dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 Pasal 28 H ayat (1), diamanatkan bahwa setiap orang berhak hidup

sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang

baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Amanat tersebut

menjelaskan bahwa rumah merupakan hak setiap orang untuk dapat meningkatkan

mutu kehidupan dan penghidupannya. Sebagaimana juga diatur di dalam

Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman, menyebutkan

(24)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang berbasis kawasan serta

keswadayaan masyarakat sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud

tata ruang fisik, kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin

kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat demokrasi, otonomi daerah,

dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa hunian yang

layak merupakan hak dasar warga negara Indonesia.

Pemenuhan kebutuhan hunian yang layak bagi semua orang juga merupakan

amanat dari berbagai Agenda Internasional, diantaranya Agenda Habitat (The Habitat

Agenda,Istanbul Declaration on Human Settlements). Indonesia sebagai salah satu

dari 171 negara yang ikut menandatangani deklarasi tersebut dan turut melaksanakan

komitmen untuk menyediakan rumah layak huni yang sehat, aman, terjamin, dapat

mudah diakses dan terjangkau yang mencakup sarana dan prasarana pendukungnya

bagi masyarkat. Adapun tujuan utama Agenda Habitat adalah :

Hunian yang layak bagi semua ;

Urbanisasi yang berkelanjutan.

Indonesia pernah dua kali menjadi pusat penyelenggaraan hari habitat, yaitu

tahun 1989 dengan tema “Rumah, Kesehatan dan Keluarga” dan tahun 2005 dengan

tema “Tujuan Pengembangan Milenium (MDG) dan Kota”. Meski tidak selalu menjadi

pusat kegiatan tetapi peringatan Hari Habitat selalu diselenggarakan di Indonesia.

Tahun 2008 diselenggarakan di Denpasar, Bali dan tahun 2009 ini diselenggarakan di

Palembang.

Pada Tahun 2011 ini peringatan mengambil tema ‘Cities and Climate Change’

atau ‘Kota dan Perubahan Iklim’, yang dipilih karena perubahan iklim yang berlangsung

sangat cepat menjadi tantangan pembangunan terbesar di abad 21. Laporan dari UN

Habitat 2011 Global Report in Human Settlements yang memfokuskan pada kota dan

perubahan iklim, menyebutkan bahwa emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh kota

memberikan kontribusi 70% dari polusi dunia, sebagian besar berasal dari konsumsi

bahan bakar fosil untuk listrik, transportasi, penggunaan energi pada gedung-gedung

komersial dan perumahan, industri serta sampah.

Hal ini juga memperlihatkan meningkatnya resiko perubahan iklim di kawasan

perkotaan dan peningkatan populasi yang berdampak pada ketersediaan air,

infrastuktur fisik, transportasi, ekosistem barang dan pelayanan, penyediaan energi,

serta produksi industri dan ekonomi.

Dampak dari perubahan iklim dan peningkatan populasi ini sangat dirasakan,

(25)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

permasalahan yang dialami oleh beberapa kota di Indonesia. Ada beberapa langkah

yang dapat dilakukan dalam melakukan penghematan air yaitu :

a. Memeriksa tagihan air untuk memantau komsumsi air di rumah kita. Jika konsumsi

kita lebih dari biasanya, lihat kembali kebiasaan pemakaian air keluarga rumah

kita.

b. Mengusahakan penggunakan shower di bawah 5 menit. Matikan keran shower jika

tidak digunakan (saat memakai sabun/sampo). Apabila menggunakan bak dan

gayung hemat dengan menggurangi pengunaan air dalam gayung dengan cara

5-8 gayungan untuk membilas dan 5-5-8 lagi untuk menghilangkan sabun.

c. Cucilah sayuran dan piring dalam bak berisi air daripada mencucinya di bawah

aliran keran air.

d. Mengisi mesin cuci di rumah sampai penuh dengan pakaian saat mencuci.

e. Mengumpulkan air bilasan dari mesin cuci untuk menyiram toilet atau mengepel

lantai.

f. Memeperbaiki kebocoran dan tetesan pada pipa dan keran secepatnya untuk

mencegah pembuangan air dengan sia-sia.

2.4.2. Rio+20

Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan, dikenal juga sebagai Rio

2012 atau Rio+20 adalah sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh PBB sebagai

bentuk dari tindak lanjut atas Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan

atau KTT Bumi yang pernah diselenggarakan di kota yang sama pada tahun 1992.

Konferensi ini secara khusus diadakan oleh Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial

PBB bersama tuan rumah Brasil di Rio de Janeiro pada tanggal 20-22 Juni 2012.

Rio+20 merupakan sebuah tonggak penting dalam rangkaian konferensi utama

PBB, di mana KTT Bumi yang diselenggarakan pada tahun 1992 lalu menjadi sebuah

titik awal diprioritaskannya pembangunan berkelanjutan dalam agenda PBB dan

komunitas internasional. Dua puluh tahun setalah KTT Bumi tersebut, di mana

berbagai negara telah mengadopsi Agenda 21, PBB sekali lagi menyatukan kembali

para pemerintah, institusi internasional dan berbagai kelompok masyarakat lainnya.

Adapun tujuan Konferensi ini, yaitu (1) memperbaharui komitmen politik atas

pembangunan berkelanjutan, (2) mengidentifikasi kesenjangan antara progres

kemajuan dan implementasi dalam mencapai komitmen-komitmen lama yang telah

(26)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

2.4.3. Millenium Development Goals

Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs)

adalah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189

negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September

2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Targetnya adalah

tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015. Target ini

merupakan tantangan utama dalam pembangunan di seluruh dunia yang terurai dalam

Deklarasi Milenium, dan diadopsi oleh 189 negara serta ditandatangani oleh 147

kepala pemerintahan dan kepala negara pada saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

Milenium di New York pada bulan September 2000 tersebut. Pemerintah Indonesia

turut menghadiri Pertemuan Puncak Milenium di New York tersebut dan

menandatangani Deklarasi Milenium itu. Deklarasi berisi komitmen negara

masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah tujuan pembangunan

dalam Milenium ini (MDG), sebagai satu paket tujuan yang terukur untuk

pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penandatanganan deklarasi ini

merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin dunia untuk mengurangi lebih dari

separuh orang-orang yang menderita akibat kelaparan, menjamin semua anak untuk

menyelesaikan pendidikan dasarnya, mengentaskan kesenjangan jender pada semua

tingkat pendidikan, mengurangi kematian anak balita hingga 2/3, dan mengurangi

hingga separuh jumlah orang yang tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015.

Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000

menyetujui agar semua negara :

a. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

• Pendapatan populasi dunia sehari $10000.

• Menurunkan angka kemiskinan.

b. Mencapai pendidikan dasar untuk semua

• Setiap penduduk dunia mendapatkan pendidikan dasar.

c. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan

• Target 2005 dan 2015 : Mengurangi perbedaan dan diskriminasi gender dalam

pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005 dan untuk semua

tingkatan pada tahun 2015.

d. Menurunkan angka kematian anak

• Target untuk 2015 adalah mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak

(27)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

e. Meningkatkan kesehatan ibu

• Target untuk 2015 adalah Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam

proses melahirkan.

f. Memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya

• Target untuk 2015 adalah menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran

HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.

g. Memastikan kelestarian lingkungan hidup

• Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam

kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya sumber daya

lingkungan.

• Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari jumlah

orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat.

• Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan yang

signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang tinggal di

daerah kumuh.

h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan

• Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem keuangan

yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada diskriminasi. Termasuk

komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangungan dan pengurangan

tingkat kemiskinan secara nasional dan internasional.

• Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang berkembang,

dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan kepulauan-kepulauan

kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan -kuota untuk ekspor mereka;

meningkatkan pembebasan hutang untuk negara miskin yang berhutang besar;

pembatalan hutang bilateral resmi; dan menambah bantuan pembangunan

resmi untuk negara yang berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan.

• Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang

negara-negara berkembang.

• Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan

masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk

membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang.

• Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum muda.

• Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses obat

(28)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

• Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan

keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan

komunikasi.

2.4.4. Sustainable Development Goals

Dalam upaya untuk mencapai tujuan MDGs, pemerintah Indonesia telah

mencanangkan berbagai strategi, misalnya melalui pelibatan perusahaan. Melalui

program corporate social responsibility (CSR), perusahaan diminta untuk membantu

pemerintah guna mencapai tujuan MDGs. Akhir MDGs yang ditetapkan pada tahun

2015 semakin dekat dan pasca MDGs akan direalisasi sustainable development goals

(SDGs).

Adapun tiga pilar yang menjadi indikator dalam konsep pengembangan SDGs

yaitu, pertama indikator yang melekat pembangunan manusia (Human Development),

di antaranya pendidikan, kesehatan. Indikator kedua yang melekat pada lingkungan

kecilnya (Social Economic Development), seperti ketersediaan sarana dan prasarana

lingkungan, serta pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, indikator ketiga melekat pada

lingkungan yang lebih besar (Environmental Development), berupa ketersediaan

sumber daya alam dan kualitas lingkungan yang baik.

2.5. Prioritas Program Bidang Cipta Karya

2.5.1. Strategis Nasional

Untuk Prioritas Kabupaten/Kota Strategis Nasional antara lain terdiri dari :

a. Merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat-pusat Kegiatan Strategis

Nasional (PKSN) di dalam KSN dan Kabupaten/Kota di dalam kawasan

metropolitan, serta kawasan strategis lainnya (KEK, MP3EI) ;

b. Telah memiliki Perda RTRW dan tergabung dalam Program Kota Hijau, Kota

Pusaka, dan Perdesaan Lestari ;

c. Telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas di Bidang Cipta

Karya (RPIJK, SPPIP, RPKPP, RTBL, SSK, RISPAM).

2.5.2. Pemenuhan SPM

Untuk Prioritas Kabupaten/Kota Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM)

antara lain :

a. Telah memiliki pedoman rencana dan program yang berkualitas untuk pemenuhan

(29)

Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya Kota Mojokerto Tahun 2014-2018

b. Memiliki karakteristik daerah : rawan bencana alam, cakupan air minum/sanitasi

rendah, permukiman kumuh, daerah kritis (miskin) ;

c. Memiliki komitmen tinggi dan responsif program.

2.5.3. Inovasi/Kreatifitas Program

Adapun Prioritas Kabupaten/Kota dalam inovasi/kreatifitas program antara lain :

a. Di luar 2 (dua) kategori tersebut diatas (strategi nasional dan pemenuhan SPM),

terdapat usulan daerah dan program bersifat inovasi baru untuk dijadikan creative

program Direktorat Jenderal Cipta Karya ;

b. Diusulkan oleh daerah secara kompetitif dan selektif ;

Gambar

Gambar 2.1. Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Gambar 2.2. Posisi MP3EI di dalam Rencana Pembangunan Pemerintah
Gambar 2.4. Kolaborasi MP3EI dan MP3KI
Gambar 2.5. Kerangka Desain Pendekatan MP3KI
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari definisi perilaku konsumen diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan konsumen yang dimulai dengan

Hal ini dapat dihubungkan dengan kejadian angin laut yang teridentifikasi dengan jelas pada bulan kering (Hadi dkk, 2001). Angin laut yang teridentifikasi

Bila secara perhitungan astronomis, rencana penyatuan zona waktu Indonesia tidak mempunyai implikasi yang serius terhadap perhitungan awal waktu salat, maka akan ada

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang dilakukan oleh peneliti dan guru kolaborator pada IVB Sd Iqra’ melalui 3 siklus. Dimana

Tentunya banyak hal yang dapat dibahas, akan tetapi dalam buku ini hanya dibahas hal-hal yang berkaitan dengan masalah keamanan (security), masalah lain seperti pajak

Hubungan antara fraksi lumpur dengan bahan organik diduga memiliki hubungan positif ditunjukkan dengan semakin meningkatnya lumpur semakin banyak bahan organik

Bahan baku yang paling berpengaruh dalam pembuatan (formulasi) biskuit yaitu soft flour, pati modifikasi A, pati modifikasi B dan bahan pengembang dengan variabel (respon)

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.03.1.5.12.11.09955 Tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor