HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA
“RESUME PROSES JAWAB MENJAWAB”
Oleh :
Navika Kholisatul Hamami
1671010062
B71
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
PROSES JAWAB MENJAWAB
1. Perubahan Dan Pencabutan Gugatan
a. Perubahan Gugatan
 Perubahan gugatan diperkenankan, apabila diajukan sebelum tergugat mengajukan jawaban, dan jika sudah ada jawaban tergugat, maka perubahan terseut harus dengan persetujuan tergugat (Psl 127 Rv).
 Perubahan gugatan dapat dilakukan jika :
1. Tidak bertentangan dengan asas-asas hukum acara perdata 2. Tidak merubah atau menyimpang dari kejadian materiil
3. Tidak mengubah atau menambah petitum, poko perkara dan dasar gugatan (Psl 127 Rv)
 Perubahan Gugatan dilarang :
1. Jika berdasarkan atas keadaan/fakta/peristiwa hukm yang sama dituntut hal lain
2. Jika penggugat mengemukakan fakta hukum baru b. Pencabutan Gugatan
 Gugatan dapat dicabut secara sepihak apabila tergugat belum memberikan jawaban. Akibatnya penggugat dapat mengajukan gugatan kembali di masa mendatang.
 Tetapi jika tergugat sudah memberikan jawaban, maka pencabutan perkara harus mendapat persetujuan dari tergugat (Psl 271,272 Rv). Akibatnya penggugat tidak dapat lagi mengajukan gugatannya karna dianggap telah melepaskan haknya.
2. Jawaban Gugatan
a. Sebuah Jawaban harus disertai dengan alasan-alasan :
 Dalam pokok perkara.
 Posita : Pada hakekatnya kami menolak semua dalil-dalil penggugat kecuali secara tegas kami akui kebenarannya, dst.
 Menolak gugatan penggugat untuk seluruhnya atau gugatan penggugat dinyatakan tidak dapat diterima.
 Menghukum kepada penggugat untuk membayar biaya perkara. 2. Subsidair
 Mohon putusan seadil-adilnya. b. Jawaban tergugat ada 5 kemungkinan :
1. Eksepsi (tangkisan)
Adalah sanggahan terhadap suatu gugatan atau perlawanan yang tidak mengenai pokok perkara dengan maksud menghindari gugatan, sehingga hakim nanti menetapkan gugatan tidak diterima atau ditolak.
Terdapat 2 macam eksepsi:
a. Prosesual eksepsi (eksepsi formil), adalah eksepsi berdasar hukum formiil, yaitu :
 Eksepsi tidak berwenang secara absolut
 Eksepsi tidak berwenang secara relatif
 Eksepsi Nebis in idem
 Eksepsi Diskualifikator
 Eksepsi Gugatan kabur (Obscuur Libel)
b. Materiil eksepsi, Eksepsi berdasar hukum materiil (belum waktunya diajukan), yaitu :
 Dilatoir eksepsi, yaitu tuntutan penggugat belum dapat dikabulkan karna belum memenuhi syarat menurut hukum. Misal yang digugat masih dalam pemeriksaan.
 Peremtori eksepsi (terlambat mengajukan gugatan). Misal gugatan telah lampau.
Apabila eksepsi ini tidak disetujui, maka perkara diperiksa dan diputus dengan putusan sela. Tetapi jika eksepsi disetujui, maka gugatan penggugat dinyatakan tidak diterima dan pemeriksaaan terhadap pokok perkara dihentikan.
2. Mengaku bulat-bulat
3. Mungkir mutlak (membantah)
Jika tergugat mengaku dengan klausa, maka pengakuan itu harus diterima seutuhnya dan tidak boleh dipisahkan. Pemeriksaan dilanjutkan seperti biasanya.
5. Referte (jawaban berbelit-belit) atau menyerahkan kepada kebijakan hakim. Dalam hal ini pemeriksaan diteruskan.
6. Rekonpensi (gugat balik)
Pada dasarnya gugatan rekonpensi sama dengan gugatan konpensi. Hanya untuk mengajukan gugatan rekonpensi tidak perlu membayar panjar biaya perkara, melainkan telah menjadi satu dengan gugatan konpensi.
3. Replik Duplik
Setelah tergugat menyampaikan jawabannya, penggugat diberi kesempatan untuk menanggapinya. Dalam tahapan ini terdapat 3 kemungkinan :
1. Penggugat mempertahankan gugatannya
2. Penggugat menambah keterangan untuk memperjelas dali-dalilnya 3. Penggugat merubah sikap dengan membenarkan jawaban tergugat
Dalam tahap Duplik ini, tergugat bersikap seperti penggugat dalam repliknya. Acara replik duplik (jawab-menjawab) ini dapat diulangi sampai ada titik temu antara penggugat dan tergugat atau sampai dianggap hakim cukup.
4. Masuknya Pihak Ketiga
Masuknya pihak ketiga dalam acara persidangan, disebut intervensi. Intervensi ini dalam bentuk dibedakan atas :
 Tuseenkomst, maka pihak ketiga yang masuk dalam proses perkara disebut penggugat intervensi. Sedang pihak penggugata semula disebut tergugat I Intervensi dan tergugat semula menjadi tergugat II Intervensi.
 Voeging, maka pihak ketiga bergabung menjadi penggugat atau tergugat sesuai dengan kepentingannya.