• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Agama Islam Kesehatan Jiwa Da

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pendidikan Agama Islam Kesehatan Jiwa Da"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

KESEHATAN JIWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Disusun Oleh : Kelompok 4 (Kelas B)

S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan ridho-Nya-lah, Kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan materi tugas “KESEHATAN JIWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM” dengan tepat waktu.

Adapun kami menyelesaikan tugas ini untuk memenuhi tugas kelompok Agama Islam membuat makalah dan juga presentasi dengan judul “KESEHATAN JIWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM”.

Alhamdulilah kami mendapatkan judul “KESEHATAN JIWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM”, sehingga kami dapat mempelajarinya lebih dalam lagi tentang kesehatan jiwa dalam perspektif Islam.

Selama kami mengerjakan tugas kelompok ini, kami menjumpai banyak halangan, tetapi kami menganggap semua halangan itu sebagai motivasi dalam membuat tugas kelompok ini. Selain halangan, kami juga mengalami banyak suka saat mengerjakan tugas kelompok ini, sehingga kami lebih termotivasi lagi dalam mengerjakan tugas kelompok ini.

Kami ingin mengucapakan terima kasih kepada semua orang yang telah terlibat dalam pembuatan tugas kelompok makalah ini, baik itu dari segi dukungan moral maupun doa.

Akhir kata, kami berharap agar tugas kelompok ini agar dapat berguna dan dapat diambil manfaatnya bagi orang yang membacanya. Terima kasih.

Jakarta, 17 Desember 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan ... 1

D. Metode Penulisan ... 1

BAB II KESEHATAN JIWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM... 3

A. Pengertian Sehat Jiwa Menurut Ilmuan dan Pandangan Islam ... 3

B. Bentuk-Bentuk Penyakit Kejiwaan dan Gejalannya ... 21

C. Penyebab Timbulnya Penyakit Kejiwaan ... 32

D. Dampak Penyakit Kejiwaan Terhadap Individu dan Masyarakat ... 34

E. Amal Ibadat yang Dapat Mengatasi atau Mengurangi Penyakit Kejiwaan ... 39

BAB III PENUTUP ... 47

A. Kesimpulan ... 47

B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR NAMA KELOMPOK

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Adapun kami membuat makakalah yang berjudul “KESEHATAN JIWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM” adalah sebagai tugas pelengkap mata kuliah Agama Islam. Kami mengerjakan makalah ini untuk membahas pengertian sehat jiwa menurut ilmuan dan pandangan Islam, bentuk-bentuk penyakit kejiwaan dan gejalannya, penyebab timbulnya penyakit kejiwaan, dampak penyakit kejiwaan terhadap individu dan masyarakat, dan amal ibadat yang dapat mengatasi atau mengurangi penyakit kejiwaan

B.

Rumusan Masalah

1.

Apa pengertian sehat jiwa menurut ilmuan dan pandangan Islam ?

2.

Apa saja bentuk-bentuk penyakit kejiwaan dan gejalannya ?

3.

Apa penyebab timbulnya penyakit kejiwaan

4.

Bagaiman dampak penyakit kejiwaan terhadap individu dan masyarakat ?

5.

Apa saja amal ibadat yang dapat mengatasi atau mengurangi penyakit kejiwaan ?

C.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas kelompok mata kuliah Agama Islam. Selain itu kami meninginkan agar baik kami maupun pembaca dapat memahami pengertian kesehatan jiwa dalam perspektif Islam.

D.

Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah

(5)

BAB II

KESEHATAN JIWA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A.

Pengertian Kesehatan Jiwa Dalam Perspektif Islam

1. Pengertian Kesehatan Dalam Islam

Menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan

sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia

sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan- Nya, dan memelihara serta mengembangkannya.

Konsep tersebut ditinjau dari perspektif Islam yang mengacu dalam kitab suci Al- Quran. Islam sangat memperhatikan kondisi kesehatan sehingga dalam Al- Quran dan Hadits ditemui banyak referensi tentang sehat. Kosa kata sehat wal afiat dalam bahasa Indonesia mengacu pada kondisi ragawi dan bagian- bagiannya yang terbebas dari virus penyakit. Sehat wal afiat ini dapat diartikan sebagai kesehatan pada segi fisik, segi mental maupun kesehatan masyarakat.

Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum Komunikasi dan Studi Kesehatan Jiwa Islami Indonesia), pengertian kesehatan dalam Islam lebih merujuk kepada pengertian yang terkandung dalam kata afiat. Konsep sehat dan afiat itu mempunyai makna yang berbeda kendati tidak jarang hanya disebut dengan salah satunya, karena masing- masing kata tersebut dapat mewakili makna yang terkandung dalam kata yang tidak disebut.

(6)

Allah swt itu sudah barang tentu tidak dapat diperoleh secara sempurna kecuali bagi orang- orang yang mematuhi petunjuk- Nya. Dengan demikian makna afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Sesuai dengan Sunnah Nabi inilah, maka umat Islam diajarkan untuk senantiasa mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah swt. Bahkan bisa dikatakan kesehatan adalah nikmat Allah swt yang terbesar yang harus diterima manusia dengan rasa syukur. Bentuk syukur terhadap nikmat Allah swt karena telah diberi nikmat kesehatan adalah senantiasa menjaga kesehatan.

Untuk memahami sehat secara Islami, ada beberapa terminologi yang berkaitan dengan potensi manusia yang harus dipahami terlebih dahulu, yaitu :

a. Al- jasadu

Yaitu fisik manusia yang tersusun dari jaringan- jaringan tubuh seperti tangan, kaki, kepala dan lain sebagainya.

b. Ar- ruh

Yaitu sesuatu yang ditiupkan ke dalam badan manusia setelah berumur tiga kali empat puluh hari.

c. An- nafs

Yaitu sebutan dari ar- ruh apabila telah bersatu dengan badan / jasad manusia.

d. Al- aql

Yaitu alat untuk berfikir atau memahami sesuatu.

(7)

Dengan pendekatan secara jasmani mengandung arti jantung Dengan pendekatan secar ruhaniah mengandung artihati nurani.

Al-qalbu merupakan potensi dalam diri manusia yang terpenting karena mempunyai hubungan dengan jasad, an-nafs dan al-aql.Semua potensi yang ada pada manusia tersebut harus dimanfaatkan sebagai manifestasi khalifah di muka bumi yang mempunyai fungsi membangun dan memelihara alam.

2. Pengertian Kesehatan Jiwa

Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh organisasi, diantaranya menurut :

a. WHO

Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang

menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

b. UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1996

Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelectual, emocional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.

c. Stuart & Laraia

Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan

(8)

Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius.

3. Pengertian Gangguan jiwa

Diberbagai ayat dalam Al Qur‟an disebut istilah-istilah yang dapat dikatagorikan sebagai gangguan jiwa seperti Qalbu yang sakit (maradhun). Majnuun, maftuun dan jinnatuun ketiga-tiganya diterjemahkan sebagai “gila”.

Istilah tahzan yang berarti bersedih hati juga disebut beberapa kali dalam berbagai ayat Disamping itu ada istilah yang merupakan sebagai sifat manusia yag dapat menjadi sumber kegelisahan atau kecemasan seperti manusia bersifat tergesa-gesa, berkeluh-kesah, melampaui batas, ingkar tak mau bersyukur atau berterima kasih, serta banyak lagi istilah -istilah sebagai akhlak yang buruk.

Didalam Al Qur‟an disebut adanya Qalbu ( hati ), nafs, dan aql ( akal ) yang dapat dianggap sebagai potensi kejiwaan, yang ketiganya berkembang

sejak masa bayi sampai mencapai maturitas, dan ketiganya saling beritegrasi dengan baik dan membentuk jiwa yang sehat. Sebaliknya bila salah satu dari padanya terganggu perkembangannya terutama bila terjadi pada qalbu (hati), maka dapat terjadi gangguan jiwa.

4. Pengertian Kesehatan Mental

Ketika melihat kata kesehatan mental mungkin di benak kita akan terlintas beberapa gambaran mengenai ini, namun apakah yang kita prasangkakan itu benar sesuai dengan tinjauan keilmuan. Karena itu untuk meyakinkan akan pengetian dan pemahamana kita tentang Kesehatan Mental, kami akan telebih dahulu memberikan pengertian kesehatan mental.

a. Menurut tinjauan etimologi

(9)

diartikan dengan hyegine atau ilmu kesehatan, dan kesehatan mental masuk dalam bagian hyegine mental (ilmu kesehatan mental).

b. Istilah Kesehatan

Secara istilah kesehatan mental dipaparkan oleh Dr. Kartini Kartono adalah mereka yang memiliki kemampuan bertindak secara efisien, memiliki tujuan hidup yang jelas, memiliki koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya, memiliki regulasi diri, intergritas kepribadian, dan memiliki batin yang selalu tenang.

c. Prof. Zakiya Drajat

Menurut tokoh Psikologi nasional Prof. Zakiya Drajat kesehatan mental adalah mereka yang pertama, terbebas dari neorosis (penyakit jiwa yang sulit disembuhkan), dan terbebas dari psikosis (gangguan dan kerusakan dalam otak yang menyebabkan salah menefsirkan orang lain dan situasi). Kedua, mereka yang ada harmoni antara pikiran, jiwa, dan perbuatan.

Ketiga, mereka yang sehat mental adalah mereka yang mampu menyesuaikan diri. Dan keempat, mereka yang sehat mental adalah yang mampu mengembangkan minat dan bakat.

Kemudian dalam perkembangannya, para ahli ilmu jiwa melihat gejala kejiwaan manusia yang semakin hari semakin sulit diperkirakan, apalagi gejala tingkah laku manusia yang berbeda sekalipun di satu tempat yang sama membuat para ahli semakin penasaran, untuk menjawab penyebab itu semua- ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupan manusia-akhirnya para ahli memunculkan salah satu cabang dari ilmu jiwa yaitu kesehatan mental.

(10)

yang ditulis oleh Dr. Kartini Kartono dalam bukunya Hygene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam.

Sementara itu ilmu jiwa dan kesehatan jiwa juga ada dan dibahas dalam Islam, seperti istilah ilmu nafs, ilmu akhlak, dan irfan. Bila ditelusuri dari beberapa literatur keislaman, sebut saja saja Hadits Nabi, sesungguhnya Nabi pernah menerangkan apa yang dimaksud dengan ganguan jiwa.

Misalnya.

Suatu hari seorang sahabat bersama Nabi berkata “Lelaki itu orang

gila”, namun Nabi SAW menyanggahnya “Dia bukan orang gila, dia hanya orang sakit.” Lalu Nabi meneruskan “orang gila adalah orang yang

senantiasa berbuat dosa.

Dalam pandangan Islam yang diwakili oleh Nabi Muhammad memang terlihat sekali bahwa kecondongan kepribadian yang abnormal tidak lagi

disebut secara negatif, malahan Islam begitu agung dengan menempatkan manusia di tempat yang tinggi, sekalipun pada masalah kejiwaan, bukan gejala neorosis, namun menurut Nabi hanya orang sakit.

(11)

Maka jelas perbedaan antara pandangan Islam dan ahli kejiwaan apa yang dibahas oleh ahli kejiwaan kontenporer bahwa Islam memberikan definisi kesehatan mental dengan kaitannya kepda penghambaan diri terhdap Tuhannya, berbeda dengan ahli kejiwaan kontenporer bahwa kesehatan mental hanya berkaitan pada tidak adanya gangguan dalam jiwanya.

5. Pengertian Kesehatan Jiwa/Mental menurut Hadits

Jiwa yang sehat adalah kondisi dimana semua fungsi organ tubuh manusia serta qalbu manusia ada dalam kondisi terbaiknya.

Sesuai dengan sabda Rasulullah :

“Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia seringkali terperdaya dengannya, nikmat kesehatan dan waktu luang”. (HR. Bukhari).

Rasulullah juga bersabda :

“Tidak ada salahnya seseorang memiliki kekayaan asalkan dia tetap

bertakwa. Akan tetapi, bagi orang yang bertakwa, kesehatan lebih baik

daripada kekayaan. Selain itu, hati yang bahagia (thiib an nafs) adalah bagian

dari (kenikmatan) surge”. (HR Ibnu Maajah).

6. Kriteria Sehat Jiwa

Kesehatan mental (jiwa) meliputi 3 komponen, yaitu : a. Pikiran

b. Emosional c. Spiritual

Pikiran sehat tercermin dari cara memikirkan atau jalur pikiran. Emosional sehat tercermin dari kekuatan seorang untuk mengekspresikan emosinya, umpamanya takut, senang, cemas, sedih dsb.

(12)

Umpamanya sehat spiritual bisa dipandang dari praktek keagamaan seorang. Dengan pengucapan lain, sehat spiritual yaitu situasi di mana seorang menggerakkan beribadah serta semua aturan-aturan agama yang diyakininya.

Prof. Dr. Hamka mengemukakan bahwa kesehatan jiwa memerlukan empat syarat, yaitu :

1. Syaja‟ah

Berani pada kebenaran, takut pada kesalahan

2. Iffah

Pandai menjaga kehormatan batin.

3. Hikmah

Tahu rahasia dari pengalaman kehidupan

4. Adalah

Adil walaupun kepada diri sendiri.

Peranan ajaran Islam demikian dapat membantu orang dalam mengobati jiwanya dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kondisi kesehatan mental. Dengan menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam orang dapat pula memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan jiwa atau kesehatan mental.

Kriteria sehat jiwa menurut : a. WHO

WHO mengemukakan bahwa kriteria sehat jiwa terdiri dari: 1) Sikap positif terhadap diri sendiri

Hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total.

(13)

ada kekurangan dan kelebihan. Apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Ingat, jangan mimpi bahwa anda tidak punya kelemahan.

2) Tumbuh dan berkembang baik fisik dan psikologis dan puncaknya adalah aktualisasi diri.

3) Integrasi (Kesatuan)

Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan yang positif saja tapi yang negatif juga merupakan bagian anda. Jadi seluruh aspek merupakan satu kesatuan.

4) Otonomi

Orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima masukan dari orang lain dengan

keputusan sendiri sehingga keputusan pasienpun bukan diatur oleh perawat tapi mereka yang memilih sendiri

5) Persepsi sesuai dengan kenyataan

b. H. Maslow

Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri.

Cirinya adalah:

1) Persepsi akurat terhadap realitas

2) Menerima diri orang lain, dan hakekat manusia tinggi 3) Mewujudkan spontanitas

4) Promblem centered yang akhirnya memerlukan self centered 5) Butuh privasi

(14)

7) Penghargaan baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu memperbaiki diri

8) Mengalami pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi 9) Berminat terhadap kesejahteraan manusia

10)Hubungan intim dengan orang terdekat 11)Demokrasi

12)Etik kuat

13)Humor/tidak bermusuhan 14)Kreatif

15)Bertahan atau melawan persetujuan asal bapak senang

c. Yahoda

1) Sikap positif terhadap diri sendiri 2) Tumbuh kembang dan aktualisasi diri 3) Integrasi (keseimbangan/keutuhan) 4) Otonomi

5) Persepsi realitas

6) Environmental Mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan)

7. Indikasi Kesehatan Jiwa/Mental Menurut Hadits

Di dalam hadits-haditsnya, Rasulullah SAW. menjelaskan bahwa kesehatan dan kestabilan jiwa/mental seseorang memiliki beberapa indikasi/tanda, di antaranya yang terpenting adalah:

a. Adanya rasa aman Rasulullah bersabda :

“Siapa yang menyongsong pagi hari dengan perasaan aman

terhadap lingkungan sekitar, kondisi tubuh yang sehat, serta adanya

persediaan makanan untuk hari itu maka seakan-akan dia telah

(15)

b. Tidak meminta-minta kepada orang lain (merasa berkecukupan) Rasulullah SAW bersabda :

“Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya. Tindakan kalian mengambil seutas tali lalu mengambil kayu bakar kemudian

memikulnya di atas punggung adalah lebih baik (mulia serta terhormat)

ketimbang mendatangi seseorang lalu meminta -minta kepadanya, baik ia

kemudian diberi sedekah atau tidak”(HR. Bukhari)

c. Percaya diri

Rasulullah bersabda :

“Janganlah kalian menghinakan diri kalian sendiri “para sahabat bertanya (dengan rasa heran), “wahai Rasulullah saw. bagaimana mungkin kami akan menjadikan diri kami sendiri hina?”

Rasulullah menjawab, “seseorang mengetahui bahwa ada sebuah perintah Allah yang wajib dia sampaikan (kepada orang banyak), namun

dia tidak menyampaikannya.”

Terhadap orang yang seperti ini, pada hari kiamat kelak, Allah akan

bertanya, “Apa yang telah menyebabkanmu tidak menyampaikan hal ini

dan itu?”

Ia menjawab, “rasa takut terhadap manusia.” Allah kemudian berkata, “kepada Ku lah engkau lebih pantas untuk takut.”(HR Ibnu Majaah).

d. Tidak pernah merugikan hak orang lain Rasulullah SAW bersabda :

“Haram hukumnya bagi seorang mukmin merongrong harta, kehormatan, atau jiwa muslim yang lain. Seseorang telah dicatat

melakukan suatu kejahatan jika menghina saudaranya sesame muslim.”

(HR Abu Dawud).

Selain itu Rasulullah juga bersabda :

“Janganlah saling membenci, menyiarkan aib orang lain,

(16)

janganlah seseorang membeli (barang) yang telah dibeli oleh orang lain,

tetapi jadilah kalian hamba Allah yang saling bersaudara.

Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Oleh

karena itu, dia tidak boleh menzaliminya, merendahkan, maupun

menghinanya.

Takwa itu berada di sini (sambil menunjuk ke dada beliau tiga

kali). Seorang muslim sudah dipandang melakukan kejahatan jika dia

mengejek saudaranya sesama muslim.

Seorang muslim diharamkan mengganggu jiwa, harta maupun,

kehormatan muslim yang lain. (HR Ahmad).

e. Memiliki Rasa Tanggung Jawab

Abdullah Bin Umar berkata bahwa Rasulullah bersabda :

“Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian bertanggungjawab

terhadap yang dipimpinnya.

Seorang penguasa adalah pemimpin dan bertanggungjawab terhadap

rakyatnya. Seorang ayah adalah pemimpin di rumah tangganya dan

bertanggungjawab terhadap yang dipimpinnya.

Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan

bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya. Demikian juga,

pembantu adalah pemimpin (penjaga) harta tuannya dan

bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya itu.

Ketahuilah bahwa setiap kalian itu adalah pemimpin dan setiap

kalian bertanggungjawab terhadap apa yang dipimpinnya.” (HR.

Bukhari)

Berikut ini indikasi-indikasi kesehatan jiwa dalam Islam dari tiga sisi, yaitu :

1. Sisi spiritualitas

(17)

digariskan oleh-Nya, selalu merasakan kedekatan kepada Allah, memenuhi segala kebutuhan hidupnya dengan cara yang halal dan selalu berdzikir kepada Allah.

2. Sisi sosial

Cinta kepada orang tua, anak dan pasangan hidup, suka membantu orang-orang yang membutuhkan amanah, berani mengatakan kebenaran, menjauhi segala hal yang dapat menyakiti manusia dan mampu bertanggung jawab sosial.

3. Sisi biologis

Terhindarnya tubuh dari segala bentuk penyakit dan juga cacat fisik dengan adanya pemahaman akan selalu menjaga kesehatan tubuh dengan tidak membebaninya dengan suatu tugas yang tidak sesuai dengan kemampuannya.

Selain dari pemamaparan diatas masih ada indikasi-indikasi lain tentang bagaimana jiwa yang sehat dalam konsep islam diantaranya sebagai berikut :

1) Tersingkap Kesempurnaan Jiwa

Apabila seorang hamba allah telah berhasil melakukan pendidikan dan pelatihan penyehatan, pengembangan dan pemberdayaan jiwa maka ia dapat mencapai tingkat kejiwaan yang sempurna, yaitu :

a) Jiwa mutmainnah (yang tentram)

Jiwa mutmainnah adalah jiwa yang senantiasa mengajak kembali kepada fitrah ilahiya tuhannya. Etos kerja dan kinerja kepada fitrah indrawi dan fisiknya senantiasa dalam qudrat dan iradat tuhannya.

Firman allah swt :

(18)

mengucapkan “ innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji‟uun” (QS Al- Baqarah : 156).

Salah satu indikasi hadirnya jiwa mutmainnah dalam diri manusia adalah biasanya terlihat dalam tingkah lakuh, sikap dan gerak-gerik yang tenang, tidak tergesa-gesa, penuh pertimbangan dan perhitungan yang matang, tepat dan benar.

b) Jiwa radiyah (jiwa yang meridhai)

Jiwa radhiya adalah jiwa yang tulus, bening dan lapang dada terhadap allah swt. Jiwa inilah yang mendorong diri bersikap lapang dada, tawakal, tulus dan ikhlas dan sabar dalam mengaplikasikan seluruh perintahnya dan menjahui seluruh larangannya.

Biasanya dalam diri seseorang yang mempunyai tingkat jiwa radhiyah hamper-hampir tidak pernah berkeluh kesah, susah,

sedih dan takut dalam menjalani kehidupan ini.

Firman allah swt :

“Ingatlah sesungguhnya wali-wali allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih

hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu

bertaqwa.

Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia

dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat allah

yang demikian itu adalah kemenangan yang besar” (QS yunus:

62-64).

c) Jiwa mardiyah (yang diridhai)

(19)

dekandensi, dan distorsi.

Akan tetapi jiwa terus mendaki dan mi‟raj kehadirat allah

swt dalam ruang dan waktu yang tiada berwaktu dan ber-ruang.

2) Tersingkap Kecerdasan Uluhiyah

Kecerdasan uluhiyah adalah kecerdasan / kemampuan fitrah manusia yang salih untuk melakukan interaksi secara vertical kepada allah swt, kemampuan menaati segala apa yang telah diperinthakan, menjauhkn diri apa yang telah dilarang dan dimurkahi serta tabah terhadap ujian dan cobaan.

Kecerdasan inilah yang membuat seseorang mampu menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari sikap menyekutukan allah swt. Dan tanpa kecerdasan ini seseorang sangat sulit melakukan interaksi vertical yang bersifat transedental, empiric dan hidup, bikan spekulasi dan ilusi

Firman allah swt :

“Dan apabila hamba-ku bertanya kepadamu tentang aku, maka

sesungguhnya aku adalah dekat” (QS Al-baqarah : 186)

Kecerdasan uluhiyah bagi seorang hamba allah swt akan termanifestasi dalam kemampuan dalam mengembangkan dan memberdayakan beberapa hal diantaranya sebagai berikut :

a) Dapat merasakan kehadiran hakikat wujud allah dalam kehidupannya

b) Dapat merasakan bekasan-bekasan pengingkaran kedurhakaan dan dosa

c) Dapat menjalin hubungan rohaniyah yang baik dengan allah, para malaikat

d) Mengalami mukasyafah akal pikiran ,qalbu dan indrawi

3) Tersingkap Kecerdasan Rububiyah

(20)

diantaranya dalah sebagai berikut :

a) Memelihara dan mejaga diri dari hal-hal yang dapat menghancurkan kehidupannya baik di bumi maupun langit dan di akhirat (QS At-taubah : 112)

b) Mendidik dan mengajar diri agar menjadi seorang hamba yang pandai menemukan esensi jati diri dan esensi citra diri dengan kekuatan ilmu laduni (QS Al-kahfi : 65)

c) Memimpin dan membimbing diri jasmaniyah dan rohaniyah secara bersama-sama secara totalitas untuk dapat tunduk dan patuh kepada allah serta dapat memberikan kerahmatan pada diridan lingkungannya.

d) Menyembuhkan dan menyucikan diri dari penyakit dan gangguan

yang dapat `melemahkan pikiran potensi diri, qalbu dan inderawi di dalam memahami kebenaran-kebenaran hakiki dengan melakukan pertaubatan dan perbaikan diri seutuhnya (QS An-Nisa : 108)

Pendidikan, pengajaran, pengawasan, dan kepemimpinan sangat berhasil adalah yang dimulai dari dalam diri, karena esensi diri adalah

alam kecil “ mikrokosmos dan pintu kecil itu merupakan jalan untuk memasuki jalan besar “ makrokosmos”.

Oleh karena itu allah swt berfirman :

“Mengapa kamu perinthkan orang lain untuk mengajarkan kebaikan, sedang kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu selalu membaca

(21)

Ada beberapa indikasi bagi seseorang yang mendapatkan kecerdasan rububiyah biasanya memiliki kekuatan, kewibawaan dan otoritas yang sangat kuat dalam hal, yaitu :

a) Menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, baik kedalam dirinya sendiri maupun lingkungannya

b) Mempengaruhi dan mengajak hati nurani diri sendiri ataupun orang lain dan lingkungannya untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang positif pada perilaku, sikap dan lapang dada.

c) Memberikan penyembuhan terhadap penyakit, baik penyakit yang bersifat psikologis, spiritual, moral maupun fisik.

d) Memberikan perawatan terhadap kualitas keimanan, keislaman, keihlsan dan ketauhidan baik pada diri sendiri orang lain maupun

lingkungannya.

4) Tersingkap Kecerdasan Ubudiyah

Kecerdasan ubudiyah adalah kemampuan fitrah manusia yang salih dalam mengaplikasikan ibadah dengan tulus tanpa merasa terpaksa dan dipaksa, akan tetapi menjadikan ibadah sebagai kebutuhan yang sangat primer dan merupakan makanan bagi rohani dan jiwanya.

Firman allah swt :

“Adakah kamu hadir ketika yaqub kedatangan maut, ketika ia berkata

kepada anak-anaknya “ apa yang kamu sembah sepeninggalku ? mereka menjawab : kami mnyembah tuhanmu dan tuhan nenek moyangmu

Ibrahim, ismail, dan ishaq yaitu tuhan yang maha esa dan kami hanya

tunduk dan patuh kepadanya “ (QS Al-baqarah : 133)

(22)

dengan penuh rasa tulus, lapang dada, dan semangat yang tinggi kecuali allah menganugerahkan kepadanya kecerdasan ubudiyah.

Setiap ia memperbanyak ibadahnya kepada allah maka terasa baginya semakin berkurang ibadah itu. Ibarat seorang yang sangat dahaga dalam suatu perjalanan yang sangat jauh di tengah-tengah teriknya matahari, seakin banyak minum semakin terasa dahaganya. Begitulah orang-orang yang salih dalam melakukan ibadah di hadapan penciptanya.

Aisyah RA menyatakan :

“Bahwasanya nabiullah dulu bangun mengerjakan shalat di waktu malam sehingga kedua kakinya menjadi pecah-pecah lalu saya bertanya

“ mengapa rasulullah padahal sesungguhnya allah telah mngampuni segala dosamu yang lalu dan yang akan dating. Rasulullah menjawab “

apakah aku tidak boleh menjadi seorang yang hamba yang bersyukur” (HR bukhari dan musim).

5) Tersingkap Kecerdasan Khuluqiyah

Dalam makna etimologis kata “ khuluq” berasal dari kata “ khulq”

yang berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan atau adat, keperwiraan, kejantanan, agama dan kemarahan

Kecerdasan khuluqiyah adalah kemampuan fitrah manusia seorang yang salih dalam berperilaku, bersikap dan berpenampilan terpuji sebagaimana rasulullah sawperkataan yang keluar dari lisan mengandung kebenaran dan hikmah, tutur kata yang lembut sopan terlepas dari ugkapan-ungkapan yang dapat mengandung cela dan celaka diri dari orang lain.

Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai akhlak apabila telah memenuhi 2 syarat yaitu :

(23)

perbuatan hanya dilakukan sekali saja maka perbuatan itu tidak dapat dikatakan sebagai akhlak.

b) Perbuatan timbul dengan dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dalam sehingga ia benar-benar menjadi sebuah

kebiasaan. Firman allah swt “ sesungguhnya kamu benar-benar

memiliki akhlak yang agung” (QS Al-qalam : 4)

Selain itu rasululah bersabda :

“Sesungguhnya aku telah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (HR ahmad).

Akhlak yang islamiyah mempunyai identitas yang khas diantaranya :

a) Kebaikannya bersifat mutlak b) Kebaikannya bersifat menyeluruh c) Tetap, langgeng dan mantap d) Kewajibannya harus dipatuhi e) Pengawasannya yang menyeluruh

Seseorang yang telah menapak perjalanan puncak dari ketahuidan terhadap allah swt secara implikatif dan empiric maka akhlak perilaku dan sikapnya senantiasa berorbitrasi dalam cahaya dan sifatnya yang mulia dan suci. Ia akan berkata-kata, berbuat, bersikap, dan berpenampilan dengan dan di dalam dan sifat-sifatnya.

Siapa saja yang telah mencapai tingkat ketahuidannya dengan kesabaran menjalankan perintah dan menjahui segala larangannya dan menerima segala ujian, memelihara hak-haknya karena rasa takut serta berbuat kebajikan dan kebaikan kepada allah. Maka allah akan senantiasa hadir dan bersemayam dalam eksistensi diri, jatih diri dan citra dirinya.

(24)

Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw „Ilmiah Nafsi, membagi penyakit jiwa dalam sembilan bagian, yaitu:

1. Pamer (riya‟) 2. Marah (al-ghadhab)

3. Lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah) 4. Was-was (al-was-wasah)

5. Frustrasi (al-ya‟s) 6. Rakus (tama‟)

7. Terperdaya (al-ghurur) 8. Sombong (al-ujub)

9. Dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd).

Beberapa sifat tercela di atas ada relevansinya jika dianggap sebagai penyakit jiwa, sebab dalam kesehatan mental (mental hygiene) sifat-sifat tersebut merupakan indikasi dari penyakit kejiwaan manusia (psychoses). Jadi pada penderitanya sakit jiwa salah satunya ditandai oleh sifat-sifat buruk tersebut.

Bentuk-bentuk penyakit kejiwaan diantaranya: 1. Riya‟

Seperti yang dijelaskan oleh As-Syarqawi, bahwa dalam penyakit riya‟ terdapat unsur penipuan terhadap dirinya sendiri dan juga orang lain, karena hakikatnya ia mengungkapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan

yang sebenarnya. Penyakit riya‟ merasuk dalam jiwa seseorang dengan halus

dan tidak terasa sehingga hampir tidak ada orang yang selamat dari serangan penyakit ini kecuali orang arif yang ikhlas dan taat.

Dalam riya‟ terdapat unsur-unsur kepura-puraan, penipuan, munafik, seluruh tingkah-lakunya cenderung mengharap pujian orang lain, senang kepada kebesaran dan kekuasaan. Over acting, menutup-nutupi kejelekannya dan seterusnya.

(25)

“Yang paling aku kuatirkan terhadap umatku adalah riya‟ dan syahwat yang tersembunyi”.

Islam memberikan terapi riya‟ ini dengan cara mengikis nafsu syahwat sedikit demi sedikit dan menanamkan sifat merendahkan diri (tawadhu‟) dengan melihat kebesaran Allah SWT.

2. Emosi/Marah

Marah pada hakikatnya adalah memuncaknya kepanikan di kepala, lalu menguasai otak atau pikiran dan akhirnya kepada perasaan. Kondisi semacam ini seringkali sulit untuk dikendalikan.

Lebih lanjut As-Syarqawi mengungkapkan, bahwa emosi marah akan menimbulkan beberapa pelampiasan, misalnya secara lisan akan memunculkan caci-makian, kata-kata kotor/keji dan secara fisik akan menimbulkan tindakan-tindakan destruktif.

Dan jika orang marah tidak mampu melampiaskan

tindakan-tindakannya di atas, maka dia akan berkompensasi pada dirinya sendiri dengan cara misalnya merobek-robek pakaian, menampar mukanya sendiri, mencakar-cakar tanah, membanting perabot rumah tangga dan seterusnya seperti tindakan orang gila.

Marah juga dapat berpengaruh pada hati seseorang, yaitu sifat dengki dan iri hati, menyembunyikan kejahatan, rela melihat orang lain menderita, cemburu, suka membuka aib orang lain dan seterusnya.

Atas dasar inilah maka nabi melarang orang yang sedang marah untuk melakukan putusan atau memutuskan sesuatu perkara sebagaimana sabdanya:

“Seseorang jangan membuat keputusan diantara dua orang (yang berselisih)

sementara ia dalam keadaan marah”.

(26)

Berkaitan dengan hal di atas, Usman Najati berpendapat bahwa emosi marah yang menguasai seseorang dapat membuat kemandegan berpikir.

Di samping itu energi tubuh selama marah berlangsung akan membuat orang siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang akan disesali di kemudian hari, dengan jalan mengendalikan diri, sebab mengendalikan diri dari marah itu mempunyai beberapa manfaat, yaitu :

a. Dapat memelihara kemampuan berpikir dan pengambilan keputusan yang benar.

b. Dapat memelihara keseimbangan fisik, karena mampu melindungi dari ketegangan fisik yang timbul akibat meningkatnya energi.

c. Dapat menghindarkan seseorang dari sikap memusuhi orang lain, baik fisik maupun umpatan, sikap tersebut juga dapat menyadarkan diri untuk selalu berintrospeksi.

d. Dari segi kesehatan, pengendalian marah dapat menghindarkan seseorang dari berbagai penyakit fisik pada umumnya.

Dalam hal ini Nabi juga sangat memuji tindakan pengendalian diri terhadap emosi marah ini dan menganggapnya sebagai orang yang kuat, sebagaimana sabdanya:

“Tidaklah orang dikatakan kuat itu adalah orang yang pandai

bergulat, tetapi orang kuat adalah orang yang mampu menahan amarahnya”.

(27)

Lalai dan lupa termasuk salah satu dari penyakit mental. Lupa oleh sebagian psikolog juga digambarkan sebagai persoalan yang telah dilalaui sebelumnya.

Dan berdasarkan penelitian para ahli, bahwa penyebabnya antara lain adalah:

a. Perbedaan kadar kemampuan seseorang di dalam menangkap dan

mengingat sesuatu yang telah diketahui sebelumnya.

b. Bahwa pada mulanya proses kelupaan akan terjadi secara drastis dan berangsur-angsur.

c. Banyaknya informasi yang diterima akibatnya terjadi inferensi informasi.

Proses kelupaan juga sangat erat kaitannya dengan waktu dan konsentrasi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sebagian psikolog berpendapat, bahwa seseorang yang terlalu banyak mengurusi

persoalan-persoalan yang rumit, maka akan menyebabkan terjadinya proses kelupaan terhadap sesuatu yang telah diketahui sebelumnya.

Oleh karena itu dianjurkan seseorang tidak terlalu memforsir diri. Dan hendaknya menyisihkan sebagian waktunya untuk beristirahat (rekreasi, refresing). Daya tangkap seseorang, tidak selamanya menjamin kemampuan ingatan seseorang, sebab secara internal terdapat faktor-faktor yang dapat menghalangi seseorang untuk mengingat sesuatu, seperti rasa takut yang mencekam dan adanya interferensi dan seterusnya.

(28)

pada anak yang lebih mampu mengingat secara mendetail berbagai peristiwa pada masa lalu daripada orang dewasa.

Di sisi lain lupa merupakan sifat asal (tabiat) manusia. Tabiat inilah yang kadang-kadang membuat manusia lupa akan hal-hal yang penting, lalai akan Allah swt, dan perintah-Nya, sementara setan selalu menggodanya. Dari aspek ini kita melihat keberhasilan iblis dalam menggoda Adam a.s.

4. Was-was

Para ulama memandang bahwa penyakit was-was merupakan akibat dari bisikan hati dan adanya angan-angan keduniaan yang didasarkan pada hawa nafsu dan kesenangan duniawi. Penyakit was-was juga merupakan penyakit yang muncul akibat gangguan setan. Setan mengobarkan hawa nafsu dan membuat seseorang meragukan agamanya. Lupa daratan, cenderung melakukan perbuatan keji.

Dalam menanggulangi penyakit di atas, nampaknya metode yang

ditempuh oleh “psikologi Islam” berbeda dengan yang ditempuh oleh psikologi modern. Islam memandang bahwa sumber utama dari penyakit was-was adalah setan. Oleh sebab itu jalan keluarnya adalah terapi berzikir kepada Allah.

As-Samarqandi, seperti yang dikutip oleh As-Syarqawi menyebutkan bahwa setan senantiasa berusaha menggoda dang memperdaya manusia. Jalan yang ditempuhnya adalah antara lain: melalui sifat su‟uzzan baik kepada Allah maupun kepada manusia, melalui kemewahan hidup, melalui sikap menghina

(29)

5. Frustrasi

Frustrasi (al-Ya‟s) menurut as-Syarqawi adalah putus harapan dan cita. Munculnya perasaan ini biasanya ketika seseorang berhadapan dengan macam-macam cobaan dan persoalan hidup yang bertolak belakang dengan hawa nafsunya. Sifat tersebut sangat dicela oleh agama, karena menjadikan seseorang statis, kehilangan etos kerja, acuh-tak acuh terhadap lingkungan, selalu melamun, kehilangan kepercayaan baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.

Sebagaimana dalam al-Qur‟an, Allah swt melarang manusia berputus asa akan rahmat-Nya, sebagaimana firman-Nya:

“Jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tiada

berputus ada sari rahmat Allah kecuali kaum yang kafir”. (Q.S. Yusuf:87).

Dalam mental hygiene disebutkan bahwa munculnya perasaan frustasi disebabkan oleh kegagalan seseorang dalam mencapai tujuan, tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan atau terhambatnya usaha dan perjuangan di dalam mencapai suatu tujuan[20] dan bandingkan dengan Zakiat Darajat.

6. Rakus (Tamak)

(30)

Menurut as-Syarqawi, cara membendung sifat tamak ini ad lah dengan membiasakan diri dengan zuhud dan qana‟ah sehingga dengan demikian ia akan bebas dari perbuatan hawa nafsu.

7. Terpedaya

Terpedaya (al-Ghurur) merupakan suatu jenis penyakit mental yang

diakibatkan oleh salah persepsi tentang kehiduppan duniawi dan juga lupa tentang penciptanya.menurut as-Asyarqawi keterpedayaan dan salah persepsi berkisar kepada dua hal, yaitu :

a. Tentang Kehidupan Duniawi

Pemahaman yang tidak benar terhdap kehidupan duniawi dimaksudkan salah, bahwa dunia dianggap segala-galanya, dunia merupakan tujuan akhir, harapan dan cita-citanya. penderita penyakit ini selalu meragukan kehidupan akhrat, akhirat dianggap ilusi, tidak kekal, sementara kehiudupan dunia dianggapnya segala-galanya. Persepsi yang demikian ini dikenal dalam filsafat sebagai penganut hedonisme.

Menurut Islam, untuk menggulangi penyakit di atas adalah dengan terapi iman, sebab dengan iman seseorang akan menyadari bahwa kehidupan dunia sesungguhnya bersifat sementara (Ibid). Sebagaimana Allah berfirman dalam beberapa ayat-Nya, bahwa dunia ini hanyalah permainan dan senda-gurau saja (lihat: Q.S. Al-An‟am: 32, Al-Ankabut: 64, Al-Hadid: 20, Muhammad: 36).

b. Tentang Kepercayaan Kepada Allah

(31)

maka ia akan memberikan kenikmatan di akherat, mereka menganalogikan kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat.

Persepsi di atas jelas tidak benar, sebab adanya kedudukan, kenikmatan, harta dan kedudukan yang diperoleh seseorang tidak selamanya merupakan indikasi keridaan Tuhan, melainkan sebaliknya sebagai ujian dan cobaan.

Dari sisi lain sifat terpedaya juga sering merasuk ke dalam jiwa orang yang berkeyakinan, bahwa dengan sifat rahman rahim-Nya Allah akan mentolerir perbuatan-perbuatan hamba-Nya yang sengaja melalaikan perintah-perintah-Nya.

Dengan demikian, penderita penyakit ini cenderung selalu mengabaikan perintah-perintah Allah dengan tidak menyadari bahwa sesungguhnya ia terjebak dalam persepsi yang keliru.

8. Rasa Bangga Diri („Ujub)

Perasaan bangga diri („Ujub) sedikit berbeda dengan perasaan sombong (kibr).

Menurut al-Ghazali, kibr merupakan perasaan yang muncul pad diri seseorang , di mana ia menganggap dirinya lebih baik dan lebih utama dari

orang lain. Sedangkan „ujub adalah perasaan bangga diri yang dalam penampilannya tidak memerlukan atau melibatkan orang lain. „Ujub lebih

terfokus kepada rasa kagum terhadap diri sendiri, suka membanggakan dan

menonjolkan diri sendiri.

Kadang-kadang pada sebagian orang emosi ini merupakan tingkah laku

yang dominan dalam kepribadian dan dapat menimbulkan sikap sombong, angkuh serta merendahkan orang lain.

Penilaian yang tinggi terhdap suatu pemberian, sikap yang selalu

(32)

Menurut As-Syarqawi, bahwa „ujub merupakan perasaan senang yang berlebihan. Kemunculannya disebabkan adanya anggapan bahwa si pasien merupakan orang yang paling baik dan paling sempurna di dalam segalanya.

Sikap „ujub adalah penyakit mental yang sangat berbahaya, sebab eksistensinya membuat hati menjadi beku di dalam menerima kebaikan, memperingan dosa dan selalu menutup-nutupi kesalahan.

Sebagaimana firman Allah swt. :

“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia ia berpaling

dan menjauhkan diri, tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak

berdo‟a”. (Q.S. Fusilat: 51).

Dari sisi lain orang yang bangga dengan dirinya telah menyadari akan kepribadiannya dan mengerti akan kesalahannya, tetapi tidak tertarik untuk kembali kepada kebenaran, melainkan bersikap putus asa, tetap ingkar dan

bahkan “ogah” melakukan kebajikan dan pengabdian kepada Allah.

9. Iri Hati dan Dengki

Iri hati atau juga disebut dengki merupakan gejala-gejala luar yang

kadang-kadang menunukkan perasaan dalam hati. Akan tetapi gejala-gejala tersebut tidak mudah untuk diketahui, sebab seseorang kan berusaha semaksimal mungkin menyembunyikan gejala-gejala tersebut.

(33)

Meski demikian, tidak dapat dikatakan, bahwa rasa iri sebagai kumpulan dan rasa marah, rasa ingin memiliki dan rasa rendah diri, akan tetapi lebih dari itu adalah memiliki karekteristiknya sendiri. Dan di antara gejala-gejala yang nampak adalah marah dengan segala bentuknya mulai dari memukul, mencela, menghina, membuka rahasia orang lain, memberontak, membisu, menyendiri, mogok makan, sangat sensitif, dan seterusnya.

As-Syarqawi mejelaskan bahwa emosi ini secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua macam:

a. Iri yang melahirkan kompetisi sehat (al-munafasah);

b. Iri yang melahirkan kompetisi tidak sehat (al-hiqd wal hasad).

Iri jenis pertama merupakan kompetisi sehat untuk meniru hal-hal positif yang dimiliki orang lain tanpa didasari oleh interes jahat dalam rangka “fastabiqul khairat”. Iri dalam jenis ini merupakan sesuatu yang diharuskan bagi setiap muslim berdasarkan firman Allah:

“Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukannya kepadamu apa yang telah kamu

peraselisihkan”. (Q.S. al-Maidah: 48).

Sementara iri dalam jenis kedua lebih didasari oleh rasa benci terhdap

apa-apa yang dimiliki oleh orang lain, baik yang berkaitan dengan materi maupun yang berhubungan dengan jabatan/kedudukan

(34)

terhadap orang lain. Kemunculannya lebih disebabkan oleh rasa sombong,

bangga, riya‟, dan rasa takut kehilangan kedudukan.

Secara umum untuk mengatasi penyakit jiwa akibat tekanan mental, atau penyakit jiwa yang tergolong unorganik ini adalah dengan terapi pendidikan akhlak sejak dini, serta menciptakan keluarga dalam rumah tanga sakinah.

Oleh sebab itu dalam Islam pendidikan akhlak bagi anak sangat ditekankan. Anak diajari untuk santun, menghargai kepada orang lain dan senantiasa berbuat kebajikan. Di sini lantas orang tua pun dituntut utnuk berperan dalam keluarga, menjadi teladan bagi putra-putrinya.

Bukankah nabi diutus untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak?

Mengapa Islam juga melarang minum-minum keras, mabuk-mabukan, berbuat zina, homo seksual, dan menyuruh memelihara kebersihan dan kesehatan?

Ketahuilah bahwa yang demikian itu (mabuk-mabukan, zina, dan lebih dari itu adalah merusak diri sendiri dan tatanan sosial (destruktif), mengakibatkan penyakit dan seterusnya penyakit tersebut dalam Mental Hygiene disebut sebagai penyakit organik yang amat membahayakan.

C.

Penyebab

Penyebab Timbulnya Penyakit Kejiwaan

Banyak faktor yang menyebabkan penyakit jiwa, mulai dari pendidikan anak, konsep pribadi yang salah, sampai lingkungan yang kurang kondusif.

(35)

1. Kegagalan

Kegagalan seorang anak yang bright meraih cita-cita, atau tuntutan yang terlalu besar pada seorang anak yang kemampuannya terbatas, tuntutan yang terlalu besar dari orang tua terhadap prestasi anak, bisa menyebabkan anak menjadi individu yang memiliki konflik batin, gangguan mental, putus asa, grogi, bingung, pusing, merasa tidak mampu dan sebagainya.

2. Kebimbangan

Adanya fenomena yang kontras yang dihadapi anak, misalnya antara nasehat orang tua dan kenyataan orang tua sebagai suri tauladan yang keduanya tidak saling mendukung.

Fenomena kehidupan yang berbeda dengan konsep moralitas, juga menyebabkan kebingungan anak, bagaimana harus bersikap. Anak menjadi individu yang apatis, menyusun fantasinya sendiri, masa bodoh dan putus asa, serta tidak memiliki prinsip hidup dan serba kebingungan

3. Norma

Pantangan dan adat istiadat yang terlampau ketat; Penanaman norma, adat-istiadat yang tidak bijaksana bisa menyebabkan potensi dan dorongan keingin-tahuan anak menjadi terdesak, tenggelam, menjadi unsur kompleks-terdesak. Pada akhirnya timbulnya rentetan konflik batin.

4. Ove-protection yang kurang bijaksana

Kasih sayang yang melimpah, selalu dibantu, diawasi, menyebabkan anak menjadi individu yang kurang mandiri, serba ketakutan, ragu-ragu, kurang percaya diri, rapuh dan kurang berani berfikir.

(36)

5. Ditolak orang tua

Orang tua yang tidak memiliki tanggung jawab sebagai orangtua, keinginannya adalah kondisi sebagaimana mereka sebelum berkeluarga. Kehadiran anak bagi mereka adalah beban.

Pada akhirnya anak mereka menjadi individu yang merasa kehadirannya tidak dikehendaki, merana, kecewa, penuh dendam, penuh penyesalan, tidak betah dirumah, dan sebagainya.

6. Broken Homes

Keluarga yang berantakan menyebabkan anak menjadi bimbang, tidak punya figur teladan, susah, dan memunculkan konflik batin.

7. Cacat Jasmaniah

Kekurangan fisik pada anak perlu disikapi dengan bijaksana. Jika tidak maka anak menjadi individu yang mudah tersinggung, mudah sedih, terhina, merasa berdosa, dan sebagainya.

8. Lingkungan sekolah yang buruk

Disipilin yang sangat ketat, aturan-aturan yang sangat mengikat dengan tuntutan kegiatan yang padat,menyebabkan anak menjadi individu yang serba ketakutan, pasif, tidak memiliki pemikiran yang kreatif, dan sebagainya.

9. Pengaruh buruk orang tua

Orang tua adalah suri tauladan dan menjadi pusat figur anak. Kegagalan orang tua menjadi teladan menyebabkan anak menjadi bingung, dan pada akhirnya mencari figur lain yang menurut seleranya disukainya yang bisa jadi adalah figur yang tidak baik.

D.

Dampak Penyakit Kejiwaan Terhadap Individu dan Masyarakat

1. Dampak Penyakit Kejiwaan Terhadap Individu

a. Mengalami sulit konsentrasi

(37)

c. Bersikap siaga berlebihan d. Nafsu makan menurun

e. Nafsu seksual menurun terhadap pasangan Anda f. Emosi tidak stabil

Selain itu, dampak penyakit kejiwaan terhadap individu yang lain, yaitu :

a. Depresi

Kata „depresi‟ sering disalahartikan oleh masyarakat kita. Adapun yang

dimaksud dengan depresi adalah kumpulan gejala yang dialami oleh seseorang dalam dua minggu terakhir seperti secara terus menerus merasa sedih, murung yang dialami hampir sepanjang hari atau hampir setiap hari, menjadi kurang berminat terhadap banyak hal atau kurang bisa menikmati halhal yang biasanya disenangi, serta merasa cepat lelah atau tidak bertenaga.

Selain itu, seseorang yang mengalami gangguan depresi juga akan mengalami hal-hal seperti :

1) Nafsu makan berubah secara mencolok (berat badan dapat meningkat atau menurun tanpa upaya yang disengaja)

2) Mengalami kesulitan tidur hampir setiap malam (kesulitan untuk mulai tidur

3) Terbangun tengah malam, terbangun lebih dini, atau tidur berlebihan)

4) Berbicara atau bergerak lebih lambat daripada biasanya 5) Kehilangan kepercayaan diri atau merasa tidak berharga 6) Merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri 7) Mengalami kesulitan berpikir atau berkonsentrasi 8) Adanya keinginan untuk menyakiti diri sendiri

(38)

Terkadang seseorang tidak menyadari dirinya mengalami depresi karena biasanya gejala yang muncul berupa gangguan fisik seperti sakit di ulu hati (maag) yang tidak kunjung membaik, sakit kepala menahun, sakit kulit, dan lainlain.

b. Asietas (Cemas)

Begitu pula dengan gejala cemas dapat terlihat sebagai gejala fisik dan psikologis. Gejala-gejala yang biasanya muncul seperti jantung tibatiba berdebardebar, berkeringat, gemetar, merasa mulut kering, sulit menelan, kesulitan bernapas, merasa leher tercekik, merasa tertekan atau tidak enak

di dada, mengalami mual atau gangguan perut, kepala pusing, sempoyongan, merasa asing dengan sekelilingnya, takut menjadi gila, kehilangan kendali atau pingsan, takut mati, merasa nyeri atau tegang otot, merasa gelisah atau tidak bisa santai, merasa pikiran tegang, mudah kaget atau terkejut, sulit berkonsentrasi atau merasa pikiran kosong, merasa mudah tersinggung, sulit tidur karena khawatir akan suatu hal.

c. Gangguan Psikotik

Gangguan jiwa berat yang juga harus di deteksi dini adalah gangguan psikotik (skizofrenia) dengan munculnya gejalagejala seperti apakah Anda, keluarga atau orangorang di sekitar Anda pernah yakin bahwa seseorang

(39)

Apabila ditemukan salah satu gejalagejala seperti diatas tadi, maka Anda harus mencari pertolongan dengan segera berkonsultasi kepada seorang dokter ahli jiwa (Psikiater).

Karena semakin cepat diatasi maka proses pemulihannya juga cepat. Penatalaksanaannya dapat dengan obatobatan (psikofarmaka) dan dengan psikoterapi. Dengan semakin majunya ilmu kedokteran, maka pengobatanpun juga semakin canggih.

Obat-obatan jiwa tidak akan menyebabkan ‟ketergantungan‟ bagi

pasien bahkan merupakan suatu ‟kebutuhan‟. Keberhasilan pengobatan ditentukan oleh beberapa faktor seperti dukungan dari keluarga, lingkungan sekitar, keteraturan minum obat, rutin kontrol dengan Psikiater.

Selain obat-obatan (psikofarmaka), tidak kalah pentingnya adalah psikoterapi. Bermacam-macam jenis psikoterapi yang dapat diberikan kepada pasien sesuai dengan kebutuhannya. Antara satu pasien dengan pasien lainnya belum tentu sama terapinya.

Jika individu tersebut sudah mengalami gangguan kejiwaan dan tidak berupaya untuk menyembuhkannya maka cepat atau lambat keadaan psikologis akan terganggu dan berdampak juga pada fisiknya, seperti gangguan kesehatan atau sakit, seperti :

a. Jantung berdebar b. Sering pusing

c. Sakit perut (seperti mual & melilit) d. Sesak nafas

e. Gatal-gatal

f. Badan sering nyeri

g. Sering keluar keringat dingin h. Dll

(40)

yang serius dan permanen pada bagian organ tubuh yang terkait, bahkan dapat juga menjalar ke organ-organ tubuh lainnya.

2. Dampak Penyakit Kejiwaan Terhadap Masyarakat

Dampak gangguan jiwa pada masyarakat sangat besar dan luas karena memerlukan biaya perawatan, kehilangan waktu produktif, dan masalah yang berkaitan dengan hukum (melakukan tindakan kekerasan maupun mengalami penganiayaan).

Gangguan jiwa memang tidak menyebabkan kematian secara langsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan menimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat.

3. Efek Baik dan Buruk Penyakit Kejiwaan a. Efek baik : tekanan sebagai kelaziman

Tekanan adalah kelaziman hidup yang mustahil dicegah. Kalau pun mampu mampu, maka semua itu hanya akan membuatnya lelah dan jenuh.

Bila berwawasan luas, semua tekanan dalam kehidupan itu dianggap sebagai anugrah ilahi. Yang terpenting adalah memahami esensi tekanan dan bagaimana dampak yang ditimbulkan.

Berdasarkan firman tuhan dalam Al-qur‟an, manusia memang diciptakan dalam kesengsaraan. Allah menguji manusia dengan baik dan buruk, rasa takut dam lapar, kekurangan harta benda dan jiwa, juga keringnya ladang-ladang.

Dimata sejumlah peneliti dalam bidang psikoterapi, masalah-masalah emosional merupakan bentuk mekanisme psikoterapis. Mekanisme ini memungkinkan seorang pasien menyadari bahwa bukan hanya dirinya yang sedang mengalami kesusahan, melainkan juga orang lain.

(41)

b. Efek buruk

Efek-efek paling penting tekanan jiwa terhadap sistem fisiologis adalah sebagai berikut :

1) Sistem syaraf

Sakit kepala disertai rasa pusing, migrain, getaran ditangan, kaki, dan kelopak mata, gagap (susah bicara ) khususnya dalam keadaan marah dan cenderung tergesa-gesa.

2) Sistem pernapasan

Sinosit dan asma (sesak nafas)

3) Sistem peredaran darah

Gangguan jantung kronis, bertambahnya tekanan darah, jantung sedemikian cepat berdetak dan sementara otot-ototnya melemah.

4) Sistem pencernaan

Naiknya asam lambung, muntah-muntah dan berkurangnya nafsu makan. Rangkaian efek di atas dengan sendirinya menimbulkan beberapa jenis penyakit, yaitu :

a) Gangguan metabolisme

Diabetes, kegemukan dan kekurusan yang berlebih, impotensi dan batu ginjal.

b) Gangguan kulit

Gangguan jiwa dapat menyebabkan berbagai gangguan pada kesehatan kulit, seperti timbulnya jerawat, penyakit urtikaria, noda-noda putih pada kulit dan masih banyak lagi.

(42)

1. Psikoterapi Dzikir

Psikoterapi adalah pengobatan alam pikiran atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psiklogis. Istilah ini mencangkup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya. Dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran dan emosi, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikis.

Doa merupakan permintaan tolong kepada Allah swt, pemilik kekuatan tanpa batas. Saat berdoa kepada Tuhannya, individu akan merasakan adanya kekuatan mahabesar diatasnya karena telah menyatukan hatinya dengan Sang Pemilik kekuatan tak terbatas.

Apalagi jika individu dalam kondisi penuh bahaya yang kecil sekali kemungkinan untuk selamat; saat itu pula fitrahnya akan langsung menyeru dirinya untuk bersimpuh dan berdoa agar Allah swt menyelamatkannya. Adapun sebaliknya, orang yang enggan berdoa dan mengingat Allah swt akan mengalami kehidupan yang penuh sengsara. Dalam pada itu, orang beriman dan selalu

mengingat Tuhan tidak mengganggap materi segala-galanya. Karenanya, kalaupun sampai mengalami kerugian material, ia tidak akan terkapar dan kehilangan kesabaran.

Dalam berdoa, terjadi semacam jalinan batin antara hamba dengan Tuhan. Tentunya bobot jalinan ini berbeda-beda, tergantung pelakunya masing-masing. Umumnya individu tidak dapat mengadu dan mencurahkan isi hatinya sekalipun kepada orang terdekat; namun dihadapan Tuhan, ia bebas mengadukan apapun. Dengan demikian beban derita yang dipikulnya akan terasa lebih ringan. Iman Ali as berkata, “Wahai yang Nama-Nya obat dan dzikir-Nya adalah kesembuhan.”

2. Puasa

(43)

merusak nilai puasa pada waktu siang hari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari (MUI DKI Jakarta, 2006: 15).

Pendekatan yang paling dulu dikedepankan dalam memahami puasa menurut Djamaluddin Ancok (1995:20) adalah dengan menggunakan pendekatan keimanan. Dengan pendekatan ini, perilaku puasa lebih didasarkan kepada ketertundukan kepada Allah dan bukan kepada alasan-alasan lain.

Sejarah mencatat, puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dalam masyarakat manusia, yakni sejak manusia pertama Adam as. hingga umat terakhir dari segala Nabi dan rasul Muhammad saw. (Moede, 1990:14).

Bila ibadah puasa ditelaah dan direnungkan akan banyak sekali ditemukan hikmah dan manfaat psikologisnya. Misalnya saja, bagi mereka yang senang berpikir mendalam dan merenungkan kehidupan ini, maka puasa mengandung falsafah hidup yang luhur dan mantap, dan bagi mereka yang senang mawas diri dan berusaha turut mengahayati perasaan orang lain, maka mereka akan menemukan prinsip-prinsip hidup yang sangat berguna.

Disadari atau tidak disadari, puasa akan berpengaruh positif kepada rasa

(emosi), cipta (rasio), karsa (will), karya (performance), bahkan kepada ruh, jika syarat dan rukunnya dipenuhi dengan sabar dan ikhlas (Bastaman, 1995:181). Puasa merupakan momentum berharga untuk menghadirkan mental yang sehat, sebab dalam puasa terkandung latihan-latihan kejiwaan yang harus dilalui, misalnya berlaku jujur dengan menahan lapar dan dahaga baik di kala bersama orang lain mapupun saat sendirian.

a. Kolerasi Antara Puasa Dengan Kesehatan Mental

Dalam Islam pengembangan kesehatan mental terintegrasi dalam pengembangan pribadi pada umumnya, dalam artian kondisi kejiwaan yang sehat merupakan hasil sampingan (by-product) dari kondisi yang matang secara emosional, intelektual, dan sosial, serta matang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.

(44)

adalah unsur manusianya juga, atau dalam tulisan ini lebih tepat diganti menjadi the man behind the system.

Dengan demikian, jelas dalam Islam betapa pentingnya pengembangan pribadi untuk meraih kwalitas insan paripurna, yang otaknya sarat dengan ilmu-ilmu bermanfaat, bersemayam dalam kalbunya iman dan taqwa kepada Tuhan, sikap dan perilakunya meralisasikan nilai-nilai kiislaman yang mantap dan teguh, wataknya terpuji, dan bimbingannya kepada masyarakat membuahkan keimanan, rasa kesatuan, kemandirian, semangat kerja tinggi, kedamaian dan kasih sayang. Insan demikian pastilah jiwanya sehat. Suatu tipe manusia ideal dengan kwalitas yang mungkin sulit dicapai, tetapi dapat dihampiri melalui berbagai upaya yang dilakukan secara sadar, aktif, dan terencana.

Ditinjau secara ilmiyah, puasa dapat memberikan kesehatan jasmani maupun ruhani. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan para pakar. Penelitian Nicolayev, seorang guru besar yang bekerja pada lembaga psikiatri Mosow (the Moskow Psychiatric Institute),

mencoba menyembuhkan gangguan kejiwaan dengan berpuasa. Dalam usahanya itu, ia menterapi pasien sakit jiwa dengan menggunakan puasa selama 30 hari. Nicolayev mengadakan penelitian eksperimen dengan membagi subjek menjadi dua kelompok sama besar, baik usia maupun berat ringannya penyakit yang diderita.

Kelompok pertama diberi pengobatan dengan ramuan obat-obatan. Sedangkan kelompok kedua diperintahkan untuk berpuasa selama 30 hari. Dua kelompom tadi dipantau perkembangan fisik dan mentalnya dengan tes-tes psikologis.

Dari eksperimen tersebut diperoleh hasil yang sangat bagus, yaitu banyak pasien yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi medik, ternyata bisa disembuhkan dengan puasa. Selain itu kemungkinan pasien tidak kambuh lagi selama 6 tahun kemudian ternyata tinggi. Lebih dari separoh pasien tetap sehat.

(45)

hasil sejalan dengan penelitian Nicolayev. Pasien sakit jiwa ternyata bisa sembuh dengan terapi puasa.

Ditinjau dari segi penyembuhan kecemasan, dilaporkan oleh Alan Cott, bahwa penyakit seperti susah tidur, merasa rendah diri, juga dapat disembuhkan dengan puasa.

Percobaan psikologi membuktikan bahwa puasa mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. Hal ini dikaitkan dengan prestasi belajarnya. Ternyata orang-orang yang rajin berpuasa dalam tugas-tugas kolektif memperoleh skor jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa.

Di samping hasil penelitian di atas, puasa juga memberi pengaruh yang besar bagi penderita gangguan kejiwaan, seperti insomnia, yaitu gangguan mental yang berhubungan dengan tidur. Penderita penyakit ini sukar tidur, namun dengan diberikan cara pengobatan dengan berpuasa, ternyata penyakitnya dapat dikurangi bahkan dapat sembuh.

Dari segi sosial, puasa juga memberikan sumbangan yang cukup besar.

Hal ini dapat dilihat dari kendala-kendala yang timbul di dunia. Di dunia ini ada ancaman kemiskinan yang melanda dunia ketiga khususnya. Hal ini menimbulkan beban mental bagi sebagian anggota masyarakat di negara-negara yang telah menikmati kemajuan di segala bidang.

Menanggapi kemiskinan di dunia ketiga, maka di Amerika muncul gerakan Hunger Project. Gerakan ini lebih bersifat sosial, yaitu setiap satu minggu sekali atau satu bulan sekali mereka tidak diperbolehkan makan. Uang yang semestinya digunakan untuk makan tersebut diambil sebagai dana untuk menolong mereka yang miskin (Ancok, 1995:57).

(46)

uang yang terkumpul dengan metode ini??? Dan kemudian uang tersebut digunakan untuk santunan sosial.

Ibadah puasa yang dikerjakan bukan karena iman kepada Allah biasanya menjadikan puasa itu hanya akan menyiksa diri saja. Adapun puasa yang dikerjakan sesuai ajaran Islam, akan mendatangkan keuntungan ganda, antara lain: ketenangan jiea, menghilangkan kekusutan pikiran, menghilangkan ketergantungan jasmani dan rohani terhadap kebutuhan-kebutuhan lahiriyah saja.

Menurut Hawari (1995:251), puasa sebagai pengendalian diri (self control). Pengendalian diri adalah salah satu ciri utama bagi jiwa yang

sehat. Dan amnakala pengendalian diri seseorang terganggu, maka akan timbul berbagai reaksi patologik (kelainan) baik dalam alam pikiran, perasaan, dan perilaku yang bersangkutan. Reaksi patologik yang muncul tidak saja menimbulkan keluhan subyektif pada diri sendiri, tetapi juga dapat mengganggu lingkungan dan juga orang lain.

3. Shalat

Shalat tak lain dari meminta pertolongan kepada Allah swt melalui adab-adab tertentu yang ditetapkan. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa orang beriman hendaknya mencari pertolongan dari sabar dan shalat. Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan terhadap ritual ibadah dalam berbagai mazhab, dan terbukti bahwa ibadah dan berdoa berdampak sangat positif pada diri manusia.

Peranan shalat bagi kesehatan jiwa banyak dikupas oleh para ilmuwan. Ada empat aspek terapeutik yang terdapat dalam shalat : aspek olahraga, aspek meditasi, aspek auto-sugesti dan aspek kebersamaan. Dengannya, ketenangan hidup semakin terasa, semangat hidup semakin besar, stres berkurang, fikiran semakin jernih, jiwa semakin bugar dan seterusnya. Bahkan ibadah-ibadah semacam ini dapat dikategorikan sebagai obat penenang jiwa yang sangat mujarab.

Shalat mampu mengatasi persoalan yang sedang dihadapi seorang hamba, karena: a. Saat berdiri untuk mengerjakan ibadah shalat, pikiran dan ingatan seorang

(47)

hatinya hanya fokus pada Tuhan. Saat individu tidak hanyut dalam perasaan sedih sewaktu menghadapi masalah, saat itu pula beban persoalan tersebut terasa lebih ringan.

b. Dalam shalat, terjalin ikatan emosional antara hamba dengan Tuhannya. Ikatan inilah yang menciptakan kekuatan dalam hatinya sehingga dapat merasakan ketenangan.

c. Shalat memiliki serangkaian adab yang dapat mengantarkan jiwa manusia ke dalam suasana penuh ketenangan.

d. Memahami dan menghayati setiap dzikir yang diucapkan dalam shalat.

4. Tawasul

Salah satu pilar keyakinan yang dimiliki umat Islam adalah tawasul, yang merupakan cara meringankan beban perasaan dalam hati. Keyakinan terhadap tawasul (bahwa para hamba-hamba terdekat dengan Tuhan atau kekasih-Nya, dapat membantu kita-penerj) menghasilkan kesadaran bahwa segala sesuatu yang terjadi dialam semesta ini adalah kehendak Allah swt dan para wali-Nya merupakan perantara-Nya dalam mencurahkan rahmat dan karunia.

Selain itu, permohonan mereka juga niscaya didengar Tuhan, dan dapat memberikan syafaat dengan seizin-Nya. Oleh karena itu, saat sedang berada dalam kesusahan, disarankan untuk bertawasul kepada mereka (para kekasih Allah). Dalam pada itu, mereka adalah agensi bagi tercurahnya rahmat dari sisi Allah swt. Fakta didukung banyak bukti yang tak terbantah. Sudah banyak hamba-hamba Allah swt yang bersimupuh lalu mengadu kepada mereka mendapatkan pertolongan dan hajat-hajatnya terpenuhi.

(48)

punya kedudukan tinggi di sisi-Nya, serta memiliki pengaruh dalam mekanisme alam semesta, jiwa individu akan merasa tentram dan tidak kesepian.

5. Ziarah ke Tempat Suci

Ibadah yang dilakukan secara bersama-sama, dipastikan berpengaruh khusus bagi berkurangnya tekanan jiwa individu. Kegiatan semacam ini sudah dipraktikkan jauh sebelum Islam bahkan sejak sejarah belum dicatat. Mereka berkumpul bersama dan mempertautkan rasa, juga saling dekat satu sama lain, serta saling berbagi kebahagiaan dan kesedihan.

Dengan semua itu, rasa sakit yang mereka rasakan dengan sendirinya semakin berkurang. Salah satu jenis kegiatan ini adalah berziarah bersama. Saat ini pun dapat disaksikan fenomena semacam itu; sejumlah orang berkumpul dengan menggunakan pakaian rapi,bersih, wangi lalu beribadah bersama dengan khusuk dan khidmat. Mengingat esensi yang dikandung ajaran ini, kesucian dan keanggunan dari kegiatan kolektif itupun terlihat dengan jelas.

Dalam Islam, terdapat sejumlah tempat suci, seperti kota Makkah, Madinah,

Atabat, Masyahad, Qom, Gua Hira, Sumur Zamzam, Mina, Arafah, Shafa, Marwa, dan masih banyal lagi. Semua itu merupakan tempat ziarah hamba-hamba Allah Swt, yang sebagiannya bersifat wajib, sementara sebagian lainnya disunahkan-kendati dengan disertai penekanan penuh untuk melakukannya.

Ziarah merupakan upaya untuk mengikat janji, bertumpu pada tauhid, dan menyatukan jiwa dengan kebenaran wahyu. Ziarah adalah baiat dan sumpah setia kepada para imam dan wali Allah Swt yang paling dekat dengan-Nya.

(49)

BAB III

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Kesehatan jiwa dalam kehidupan manusia merupakan masalah yang amat penting karena menyangkut soal kualitas dan kebahagian manusia. Tanpa kesehatan yang baik orang tidak akan mungkin mendapatkan kebahagian dan kualitas sumber daya manusia yang tinggi.

Hal itu karena yang bisa menjamin kebahagian manusia tersebut adalah kejiwaan, kesehatan dan keberagamaan yang dimiliki manusia. Tiga faktor tersebut sangat sejalan sekali dalam mencapai kebahagian hidup manusia didunia dan akhirat, karena kebahagian yang harus dicapai itu tidak hanya kebahagian didunia melainkan

juga kebahagian diakhirat kelak.

Islam memiliki konsep tersendiri dan khas tentang kesehatan jiwa. Pandangan islam tentang kesehatan jiwa berdasarkan atas prinsip keagamaan dan pemikiran falsafat yang terdapat dalam ajaran-ajaran islam. Dapat ditegaskan bahwa iman dan takwa memiliki relevansi yang sangat erat sekali dengan soal kejiwaan. Iman dan takwa itulah arti psikologi dan kesehatan jiwa yang sesungguhnya bagi manusia dalam Islam.

B.

Saran

Sehat fisik bukan berarti juga sehat jiwa. Terkadang kita menyepelekan kesehatan jiwa, padahal jika kesehatan jiwa kita terganggu maka kesekatan fisik pun akan terganggu.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit UMM.

Bakan, Hamdani. 1990. Psikoterapi dan Konseling Islam. Jakarta : Erlangga.

Dep Kes, RI. 2001. Kebijakan Nasional Pembangunan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Dirjen Binkesmas

Depkes RI.

Depag RI. 1989. Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Terj. Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur‟an. Semarang : CV. Toha Putra.

Depkes, RI. 2004. Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa Dasar di Puskesmas. Jakarta : Dirjen Binkesmas Depkes RI.

El Quusiy, Abdul Aziz. Diterjemahan oleh Dzakia Drajat. 1974. Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental.

Hadits

Hamka, Tasauf Modern. 1996. Pustaka Panji Mas. Jakarta.

Hawari, H. Dadang Hawari. 1999. Al-Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Mental. Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Primayasa.

Heerdjan, S. 1987. Apa itu Kesehatan Jiwa. Jakarta : Penerbit FKUI.

Ishak Husaini Kehsari. 2012. Al-Qur‟an dan Tekanan Jiwa : Diagnosis Kejiwaan Manusia Modern

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh ini dikarenakan pada waktu kontak 3 jam selulosa daun mahkota nanas sebagai adsorben sudah mendekati titik jenuh sehingga logam yang sudah

judul laporan ini yaitu “ RANCANG BANGUN ALAT PENDETEKSI MAKANAN YANG MENGANDUNG FORMALIN BERBASIS DERET SENSOR ”.. Tujuan dari penulisan laporan ini adalah salah

Dalam hal ini, para pendidik dituntut kemampuan dan profesionalnya sesuai dengan tingkat dan jenjangnya masing-masing (Sumaatmadja, 2002: 124). SDN Jawilan Kab.

Hipotesis pertama yang diuji yaitu terdapat perbedaan rerata kemampuan koneksi Matematika antara kelompok yang belajar Matematika di pagi hari dengan kelompok yang

Sesuai dengan judul yang diungkapkan “Dampak Akuisisi terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur”, penelitian ini dilaksanakan dengan maksud menjelaskan hubungan

Pelatihan Keterampilan Teknik Pengelasan Tingkat Lanjut bagi Generasi Nuda Putus Sekolah Dalam Rangka Pembinaan Sikap Berwirausaha di Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto

adalah daya yang terpakai sebagai energi pembangkitan !lu magnetik sehingga timbul magnetisasi dan daya ini dikembalikan ke sistem karena e!ek induksi elektromagnetik itu

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri Ramdani (2015)tentang tingkat pengetahuan ibu menopause tentang perubahan fisiologi dan psikologi pada