• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEORI EKONOMI BISNIS INTERNASIONAL docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEORI EKONOMI BISNIS INTERNASIONAL docx"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

TEORI EKONOMI BISNIS INTERNASIONAL

Disusun Oleh :

Diar Mutiarani

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdagangan Internasional dapat kita pahami sebagai perdagangan yang

dilakukan oleh penduduk yang tinggal disuatu Negara dengan penduduk yang berada

di Negara lain, perdagangan tersebut terjadi atas adanya kesepakatan bersama.

Penduduk disini memiliki arti luas, yakni antar sesama individu, individu dengan

pemerintah suatu Negara,maupun pemerintah suatu Negara lain dengan pemerintah

Negara lainnya.

Perbedaan kebutuhan setiap Negara di dunia yang timbul dari berbagai faktor,

seperti faktor terbatasnya sumber daya alam, faktor tenaga kerja dan lain sebagainya

mendorong suatu Negara melakukan sejumlah perdagangan dengan Negara-negara

lainnya. Hal tersebut dilakukan karena dua alasan utama yang masing-masing

menjadi sumber bagi adanya keuntungan perdagangan (gains from trade) bagi mereka.

Negara-negara di dunia ini selalu memiliki peluang memperoleh keuntungan

dari perbedaan-perbedaan diantara mereka melalui suatu pengaturan yang dirancang

sehingga setiap pihak dapat melakukan sesuatu dengan lebih baik, maka adanya

perbedaan-perbadaan antarnegara adalah alasan pertama terjalinnya perdagangan

(3)

sama lain bertujuan untuk mencapai apa yang disebut sebagai skala ekonomis

(economies of scale) dalam suatu produksi. Sebagai contoh, seandainya setiap Negara bisa membatasi kegiatan produksinya untuk dapat memproduksi barang tertentu saja,

dimana mereka akan memfokuskan perhatiannya terhadap produksi barang tertentu

tersebut, sehingga dapat menghasilkan barang tersebut dalam skala besar dan lebih

efisien apabila dibandingkan dengan memproduksi berbagai macam barang (R.

Krugman, Maurice, 2004:15).

Dalam Jurnal Makro 36 (Perdagangan Internasional, Investasi Asing, dan

Efisiensi Perekonomian Negara) menyebutkan bahwa investasi asing dianggap

sebagai bagi suatu perkembangan industri maupun ekonomi pada Negara host. Selain sebagai modal masuk, investasi juga memiliki efek tidak langsung, sebagai contoh

adalah transfer teknologi asing, kemampuan manajerial, dan perbaikan daya saing

secara internasional bagi perusahaan domestic. Sehingga menurut Keller dan Yeaple

(2003), investasi asing dan perdagangan internasional telah sejak lama menjadi

sumber utama transfer teknologi internasional.

Dalam menjalankan suatu bisnis, maka penting bagi seorang manajer bisnis

untuk mengetahui bermacam-macam teori ekonomi guna dapat memahami strategi

pembangunan ekonomi disuatu Negara. Pembangunan ekonomi suatu Negara tentu

sangat bergantung pada kepercayaan dan pendidikan para perncana ekonomi

pemerintah. Seringkali seorang manajer bisnis menemukan teori-teori ekonomi yang

(4)

yang diambil suatu pemerintahan dalam sebuah Negara (Donald A. Ball,dkk,

2005:139). Hal tersebut menjadikan pentingnya mengetahui apa dan bagaiman

teori-teori perdagangan internasional berkembang dan dapat diterapkan.

Makalah ini akan membahas berbagai teori perdagangan internasional yang

memiliki arti penting khususnya bagi para pelaku bisnis internasional yang sering kali

berhubungan dengan para pejabat-pejabat pemerintah yang tentunya memiliki

pendidikan dan wawasan yang luas dalam bidang ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang ada diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah

sebagai berikut :

“ Apa saja dan bagaimana Teori-teori Perdagangan Internasional dan Teori Investasi Internasional?”

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memahami dan mengetahui

apa saja teori-teori perdagangan internasional dan teori investasi internasional.

Penulisan makalah ini adalah pemenuhan dari tugas kelompok yang akan

(5)

1.4 Metode

Penyusunan makalah ini menggunakan metode kepustakaan dan observasi

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Teori Perdagangan Internasional

Dalam Nopirin (2011:7) menjelaskan bahwa teori perdagangan internasional

dapat membantu menjelaskan arah dan komposisi perdagangan yang dilakukan antar

beberapa Negara kemudian apa saja efeknya terhadap struktir perekonomian dalam

suatu Negara. Selain dari itu, teori perdagangan internasional juga dapat

menunjukkan adanya keuntungan yang timbul dari adanya perdagangan internasional

(gains from trade).

2.1.1 Falsafah Merkantilisme

Merkantilis ialah suatu aliran filsafat yang berkembang pesat pada sekitar

abad 17 di Eropa Barat, dimana organisasi kegiatan ekonomi dan masyarakat tumbuh

secara cepat, dimana pada abad tersebut juga telah muncul perdagangan yang cukup

besar, baik didalam negeri maupun diluar negeri.

Dalam buku ajar yang berjudul Sejarah Pemikiran Ekonomi, menjelaskan

istilah Merkantilis berasal dari kata “merchant”, yang memiliki arti pedagang. Paham

ini mengemukakan pemikiran bahwa apabila suatu Negara ingin maju, maka Negara

tersebut harus melakukan perdagangan dengan Negara lain, Dari perdagangan antar

(7)

diterima dalam bentuk emas atau perak, sehingga kebijakan pada masa itu ialah

mendorong ekspor dan membatasi impor. Larangan-larangan impor seperti bea masuk

beakibat pada berkurangnya impor, sementara subsidi pemerintah kepada eksportir

tentu mengakibatkan meningkatnya kegiatan ekspor, maka hal tersebut yang

menciptakan surplus perdagangan.

Sebuah contoh merkantilisme modern adalah kebijakan industri yang

berdasarkan intervensi Negara yang sangat kuat yang dibuat orang-orang sosialis di

Prancis. Mereka menasionalisasikan industri-industri kunci dan bank-bank penting

agara dapat menggunakan kekuatan/kekuasaan Negara baik sebagai pemegang saham

dan penyandang dana, maupun pelanggan dan pemasar untuk merevitalisasi basis

industri Negara tersebut. Dengan hamper spertigakapasitas produktif Prancis dan 70

persen dari kapabilitas elektronik teknologi tingginya ditangan pemerintah, yang

kemudian kekuasaannya mendekati tingkat intervensi Negara pada abad ke-17. Pada

tahun 1986, setelah lima tahun mengalami sedikit pertumbuhan dan tingkat

pengangguran yang tinggi, pemerintah mengubah kebijakannya ketika seorang

konservatif terpilih sebagai perdana menteri (Donald A. Ball, dkk, 2005:141).

Dapat disimpulkan bahwa paham merkantilis sangat mengedepankan

perdagangan internasional dalam hal ini ialah meningkatkan kegiatan ekspor.

Merkantilis juga dapat dikatakan sebagai alat proteksi diri suatu Negara dengan

(8)

dari berapa banyak logam mulia yang dimiliki oleh suatu Negara, dilihat dari hal

tersebut maka dapat dilihat kemakmuran dan kekuasaan suatu Negara.

2.1.2 Teori Keunggulan Absolut

Munculnya tokoh klasik Adam Smith (1723-1790) member pengakuan

terhadap ilmu ekonomi sebagai cabang ilmu tersendiri yakni pada abad ke-18. Smith

mengembangkan sebuah aliran ekonomi klasik dimana dalam hal ini Smith

menentang falsafah ekonomi merkantilis yang berkembang di Eropa pada masanya.

Smith menyatakan bahwa pemerintah bukan sebagai pengendali atas

kekuatan-kekuatan pasar yang seharusnya menentukan arah, volume dan komposisi

perdagangan internasional, yang seharusnya perdagangan dilakukan secara bebas dan

tidak diregulasi, dengan demikian masing-masing Negara akan mengkhususkan diri

dalam memproduksi barang-barang yang dapat diproduksinya dengan lebih efisien

hal ini yang disebut memiliki keunggulan absolute, baik ilmiah maupun yang

diperoleh. Sebagian barang-barang tersebut akan diekspor untuk membayar impor

barang-barang yang dapat diproduksi lebih efisien di Negara lain. Maka, teori

keunggulan absolute dapat diartikan sebagai kemampuan sebuah bangsa untuk

memproduksi suatu barang lebih banyak dengan jumlah masukan yang sama dengan

Negara lain (Donald A. Ball,dkk, 2005:141).

Dalam buku Nopirin, menjelaskan bahwa teori ini lebih mendasarkan pada

(9)

pada variable riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur dengan banyaknya tenaga

kerja yang digunakan untuk menghasilkan barang, semakin banyak tenaga kerja yang

digunakan, akan semakin tinggi nilai/harga barang tersebut (Labor Theory of Value).

Teori ini memiliki dua manfaat, yakni pertama ialah memungkinkan kita

dengan secara sederhana menjelaskan tentang spesialisasi dan keuntungan dari

pertukaran, sedangkan yang kedua ialah meskipun pada teori-teori berikutnya kita

tidak menggunakan teori tenaga kerja namun prinsip teori ini tetap tidak bisa

ditinggalkan (Nopirin, 2011:9)

Teori Absolute Advantage yang sederhana, menggunakan teori nilai tenaga

kerja dapat dijelaskan sebagai berikut:

Misalnya hanya ada dua Negara yakni Amerika dan Inggris memiliki faktor produksi

tenaga kerja yang homogeny serta menghasilkan dua barang, yakni gandum dan

pakaian. Amerika masing-masing membutuhkan 8 unit tenaga kerja dan 4 unit tenaga

kerja. Inggris setiap unit gandum dan pakaian, masing-masing membutuhkan tenaga

kerja sebanyak 10 unit dan 2 unit.

Banyaknya Tenaga Kerja yang Diperlukan untuk Menghasilkan per Unit

Produksi Amerika Inggris

Gandum 8 10

Pakaian 4 2

Dari table di atas menunjukkan bahwa Amerika lebih efisien dalam

(10)

gandum diperlukan 10 tenaga kerja di Inggris, sedangkan di Amerika hanya 8 unit

(10>8). Satu unit pakaian di Amerika memerlukan 4 unit tenaga kerja, sedangkan di

Inggris hanya memerlukan 2 unit. Keadaan tersebut dapat dikatakan bahwa Amerika

memiliki keunggulan absolute pada produksi gandum dan Inggris pada produksi

pakaian. Dikatakan keuntungan absolute karena masing-masing Negara dapat

menghasilkan satu macam barang dengan biaya yang secara absolute lebih rendah

dengan Negara lain diukur berdasarkan dengan unit tenaga kerja.

Dari hal tersebut Adam Smith menjelaskan bahwa kedua Negara akan

memperoleh keuntungan dengan melakukan spesialisasi dan kemudian berdagang.

Amerika cenderung berspesialisasi pada produksi gandum, sedangkan Inggris pada

produksi pakaian. Dasar spesialisasi ini adalah keunggulan absolute tersebut.

Teori keunggulan absolute memiliki kelebihan yakni, akan terjadi sebuah

perdagangan bebas atara kedua Negara yang saling memiliki keunggulan absolute

yang berbeda, artinya akan timbul kegiatan ekspor maupun impor yang dianggap

akan meningkatkan kemakmuran suatu Negara. Namun ada pula kelemahan dari teori

ini, yakni apabila hanya ada satu Negara saja yang memiliki keunggulan absolute,

maka perdagangan internasional tidak dapat terjadi.

(11)

Menurut David Ricardo dalam buku Bisnis Internasional Walaupun sebuah

Negara memegang keunggulan absolute diatas Negara lainya dalam produksi

masing-masing dari dua produk berbeda, perdagangan internasional akan dapat menciptakan

keunggulan untuk setiap Negara keuntungan setiap Negara (Donald A. Ball,dkk,

2005:143).

2.1.4 Teori Keunggulan Kompetitif

Keunggulan kompetitif suatu bangsa bersumber pada beberapa keunggulan

yaitu: keunggulan karna faktor produksi, faktor permintaan, faktor jaringan kerja

industry, faktor strategi perusahaan dan bentuk persaingan pasar.

Dunia yang semakin kompetitif ini bukan hanya keunggulan dalam biaya

produksi saja melainkan juga keunggulan kompetitif. Teori ini mengacu kepada

keunggulan kompetitif suatu bangsa, bukan keunggulan kompetitif perusahaan.

Keunggualn kompetitif suatu bangsa diantaranya adalah, Perama, keunggulan karena

faktor produksi, dimana faktor-fakor produksi yang memberi kontribusi terhadap

keunggulan kompetitif adalah SDM, SDA, Iptek, dan sarana/prasarana. Kedua,

keunggulan karna faktor permintaan, yang diartikan sebagaimana skala dan tingkat

pertumbuhan pasar domestic maupun internasional merupakan salah satu faktor

penunjang peningkatan daya saing. Setidaktidaknya skala pasar yang makin

membesar akan menurunkan biaya produksi perunit. Ketiga, keunggulan karena

(12)

diterimanya produk oleh pasar, sangat membutuhkan dukungan industry-industri

terkait. Keempat, keunggulan karna strategi perusahaan dan bentuk persaingan pasar,

yakni kondisi-kondisi kurang menguntungkan yang dihadapi perusahaan perusahaan,

misalnya persaingan antara perusahaan domestic yang sangat ketat tidak adanya

proteksi pemerintah, akan memaksa perusahaan memperbaiki kondisi internalnya

sehingga mampu bekerja secara efisien dan produktif menyebabkan mereka mampu

bertahan hidup dan bersaing dipasar global (Pratama Rahardja: 2008).

2.1.5 Teori Heckscher Ohlin

Dalam buku Ekonomi Internasional, Dr. Soelistyo menjelaskan bahwasanya

teori modern dalam perdagangan internasional dikemukakan pertama kali oleh Bertil

Ohlin pada tahun 1933 dalam bukunya “Interregional and International Trade yang

sebagian dari padanya didasarkan atas tulisan gurunya, Eli Heckscher, yang ditulisnya

pada tahun 1919 Eli Heckscher menulis pertamakalinya tentang teori proporsi

factor-faktor produksi dalam perdagangan internasional dalam artikelnya J: “the effect of

foreign trade on the distribution of income, karena Heckscher menulis artikelnya di

swedia, maka dunia luar baru mengenal konsepsinya setelah dikemukakan oleh

Ohlin. Untuk selanjutnya teori mereka akan disebut dengan teori Heckscher Ohlin

atau teori H-O.

Perdagangan antar Negara maju pesat sejak pertengahan abad 19 sampai

dengan permulaan abad 20. Walaupun Negara-negara eropa, masih tetap menguasai

(13)

terjun kedalamnya diantaranya Amerika Serikat, sebagian Negara-negara Amerika

Latin, sebagian Negara- Negara Asia, sebagian Negara- Negara Afrika, Australia dan

Selandia Baru.

Teori klasik nampaknya mampu memberikan dasar serta penjelasan bagi

kelangsungan jalannya perdagangan dunia.Hal ini terlihat dari usaha masing-masing

Negara yang ikut di dalamnya untuk melakukan spesialisasi dalam produksi, serta

berusaha mengekspor, barang-barang yang paling sesuai atau menguntungkan bagi

mereka. Atas dasar inilah H-O mengemukakan konsepsinya yang dapat disimpulkan

sebagai berikut:

a. Bahwa perdagangan internasional antar Negara tidaklah banyak berbeda dan

hanya merupakan kelanjutan saja dari perdagangan antar daerah dan

perbedaannya terletak pada masalah jarak. Maka Ohlin melepaskan anggapan

(yang berasal dari teori klasik) bahwa dalam perdagangan internasional

ongkos transport dapat diabaikan.

b. Bahwa barang-barang yang diperdagangkan antar Negara tidaklah didasarkan

atas keuntungan alamiah atau keuntungan yang diperkembangkan akan tetapi

atas dasar proporsi serta intensitas factor-faktor produksi yang digunakan

untuk menghasilkan barang-barang itu.

Menurut Ohlin masing-masing Negara memiliki factor-faktor produksi

neoklasik (tanah, tenagakerja, modal) dalam perbandingan yang berbeda-beda sedang

(14)

produksi yang tertentu pula. Jadi untuk menghasilkan sesuatu macam barang tertentu

fungsi produksinya di manapun juga sama, namun proporsi masing-masing factor

produksi dapatlah berlainan karena adanya kemungkinan pengganti atau substitusi

factor yang satu dengan yang lainnya dalam batasan-batasan tertentu.

Jadi teori H-O dalam batas-batas definisinya yang paling sempit menyatakan

bahwa:

a. Sesuatu Negara akan / sebaiknya menghasilkan barang-barang yang

menggunakan factor produksi yang relative banyak (banyak dalam arti bahwa

harga relative factor produksi itu murah), sehingga harga barang-barang itu

relative murah karena ongkos produksinya relative murah.

b. Dengan mengutamakan produksi dan ekspornya pada barang-barang yang

menggunakan factor produksi yang relative banyak, maka harga factor

produksi yang relative banyak itu akan naik, dalam hal ini “relative banyak”

menunjuk kepada jumlah phisikisnya, bukan harga relatifnya.

2.1.6 Paradoks Leontief

Wassily Leontief seorang pelopor utama dalam analisis input-output matriks,

melalui study empiris yang dilakukannya pada tahun 1953 menemukan fakta, fakta

itu mengenai struktur perdagangan luar negeri (ekspor dan impor). Amerika serikat

tahun 1947 yang bertentangan dengan teori H-O sehingga disebut sebagai paradoks

(15)

Berdasarkan penelitian lebih lanjut yang dilakukan ahli ekonomi perdagangan

ternyata paradoks liontief tersebut dapat terjadi karena empat sebab utama yaitu :

a. Intensitas factor produksi yang berkebalikan

b. Tariff and Non tariff barrier

c. Pebedaan dalam skill dan human capital

d. Perbedaan dalam factor sumber daya alam

Kelebihan dari teori ini adalah jika suatu Negara memiliki banyak tenaga kerja

terdidik maka ekspornya akan lebih banyak. Sebaliknya jika suatu Negara kurang

memiliki tenaga kerja terdidik maka ekspornya akan lebih sedikit.

2.2 Bagaimana Uang dapat mengubah arah perdagangan

Untuk menentukan apakah lebih menguntungkan, membeli secara lokal atau

mengimpor barang, para pedagang harus mengetahui harga dalam mata uang mereka

sendiri. Mata uang yang harus dipergunakan mempunyai harga tertentu dalam mata

uang negara lain. Harga tersebut menggambarkan berapa banyak suatu mata uang

harus dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang lain. Bila dikatakan nilai

tukar rupiah adalah Rp.14.000/US$, maka untuk memperoleh satu unit US$ harus

disediakan sebanyak 14.000 unit rupiah. Jika kita ingin membeli satu unit komputer

seharga US$ 600,00 per unit, maka rupiah yang harus disediakan adalah 8,4 juta unit.

Untuk mengubah mata uang dari mata uang asing ke mata uang domestik,

(16)

dinyatakan dalam bentuk mata uang lainnya. Pengaruh nilai kurs akan berpengaruh

terhadap perdagangan internasional. Cara lain agar suatu negara dapat berusaha untuk

mendapatkan kembali daya saing dalam pasar dunia adalah melalui devaluasi mata

uang (menurunkan harga dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya.

2.3 Siklus Hidup Produk Internasional

Peran inovasi dalam perdagangan sangat diperhatikan, melihat sebuah barang

sebagai suatu siklus hidup penuh dari tingkat internasionalisasi sampai standarisasi.

Tingkat inovasi awal dari siklus meminjam teori Linder dalam hal motivasi dan

respons pengusaha untuk melihat kesempatan pasar. Tiga tingkat berikutnya adalah

ketika sebuah produk dikatakan lulus. Dan teks penjelasan (Donald A. Ball, dkk,

2005:147-149).

Siklus Hidup Produk Internasional (Internasional Product Life Cycle-IPLC)

asalah sebuah teori yang menjelaskan mengapa produk yang berawal dari ekspor

sebuah negara menjadi impor dari negara tersebut.Konsep ini dapat diterapkan untuk

pengenalan produk baru oleh perusahaan di negara-negara maju manapun, terutama

Amerika Serikat.

Tahap daur produk itu melalui:

1. Ekspor. Para produsen dipaksa untuk mencari cara terbaik memuaskan

kebutuhan konsumen mereka. Perususahaan terus membiayai penelitian

(17)

mengembangkan produk-produk baru. Dengan mendekati pasar,

manajemen dpat bereaksi dengan cepat menanggapi feedback konsumen

dan lebih mudah menyediakan perbaikan lokal. Perusahaan akan menjadi

satu-satunya produsen dari produk tersebut. Setelah mempelajari produk,

konsumen luar negeri akan membelinya dari perusahaan itu. Pasar ekspor

kemudian akan berkembang dengan baik.

2. Produk asing dimulai. Produksi asing akan dimulai yang akan

menyediakan keuntungan dari berkurangnya biaya untuk transportasi dan

komunikasi lokal. Konsumen luar negeri, khususnya di negara-negara

maju, memiliki kebutuhan yang sama dan kemampuan membeli produk.

Namun perusahaan masih akan tetap mengekspor ke psar-pasar yang tidak

melakukan produksi, pertumbuhan ekspornya akan berkurang karena izin

dan investasi asing langsung mengganti ekspor sumber penawaran ke

berbagai pasar internasional.

3. Persaingan asing di pasar ekspor. Perusahaan-perusahaan asing

berkompetisi dalam pasar ekspor karena manufaktur asing baru

memperoleh pengalaman dalam pemasaran dan produksi, biaya akan jatuh.

Mereka akan mengalami kejenuhan pasar lokal dan mencari pembeli

dimana saja. Bahkan menjual lebih murah dari produsen-produsen yang

(18)

4. persaingan impor. Penjualan domestik dan ekspor memmungkinkan

produsen asing mencapai skala ekonomi yang sama oleh perusahaan besar,

mereka dapat bersaing dengan harga dan kualitas yang lebih murah. Hal ini

menyediakan tekanan yang meningkat dalam perusahaan yang mencoba

untuk mencapai inovasi dan perbaikan produk. Siklus ini akan berulang

pada negara yang kurang maju dengan biaya tenaga kerja yang masih

rendah untuk memperoleh teknologi dan memperoleh keunggulan biaya

diatas negara-negara yang lebih maju.

2.4 Beberapa Penjelasan yang Lebih Baru untuk Arah Perdagangan

2.4.1 Skala Ekonomi dan Kurva Pengalaman

Pada tahun 1920-an, para ahli ekonomi mulai mempertimbangkan fakta

bahwa kebanyakan industry memperoleh keuntungan dari skala ekonomi (economies

of scale); yaitu, dengan semakin besarnya pabrik dan meningkatkan keluaran, biaya

produksi per unit menurun. Ini terjadi karena peralatan yang lebih besar dan lebih

efisien dapat digunakan, sehingga perusahaan dapat memperoleh potongan harga atas

pembelian-pembelian mereka dengan volume yang lebih besar, dan biaya-biaya tetap

seperti biaya penelitian dan pengembangan serta overhead administrative dapat

dialokasikan pada kuantitas keluaran yang lebih besar. Biaya-biaya produksi juga

menurun karena kurva belajar (learning curve). Begitu perusahaan memproduksi

(19)

produksi, yang menyebabkan biaya produksi berkuraang dengan suatu jumlah yang

dapat diperkirakan.

Skala ekonomi dan kurva pengalaman (experience curve) mempengaruhi

perdagangan internasional karena memungkinkan industri-industri suatu negara

menjadi produsen biaya rendah tanpa memiliki factor-faktor produksi yang

berlimpah. Kemudian persis seperti dalam hal keunggulan komparatif, bangsa-bangsa

mengadakan spesialisasi dalam produksi beberapa produk dan berdagang dengan

bangsa-bangsa lain untuk memasok sisa kebutuhan mereka (Donald A. Ball, 2005:

151).

2.4.2 Teori Penggerak Pertama (First Movers Theory)

Sebagai ahli teori manajemen menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan

yang pertama menerobos pasar (penggerakpertama) akan segera mendominasinya.

Sebagai hasil dari bagian pasar yang besar akan memungkinkan mereka memperoleh

manfaat skala ekonomi yang disebutkan pada bagian sebelumnya. Sebuah studi yang

meliputi kisaran industri yang luas menunjukkan bahwa para penggerak pertama

memegang 30 persen bagian pasar (market share) dibandingkan dengan hanya 13

persen untuk pengikut selanjutnya. Sebuah temuan lainnya itu 70 persen pemimpin di

pasar-pasar yang ada sekarang adalah para penggerak pertama.

Akan tetapi, riset yang baru menunjukkan bahwa studi-studi sebelumnya tidak

(20)

dan tidak memasukkan sejumlah besar pionir yang sebenarnya. Sebagai contoh,

adalah perusahaan Amerika, Ampex yang membuat VCR pertama, tetapi karena

menetapkan harga begitu tinggi ($50.000), perusahaan itu hanya menjualnya sedikit.

Sony dan Matsushita melihat potensi pasar dan bekerja selama 20 tahun untuk

membuat VCR yang dijual seharga $500. Mereka telah mencapai tujuan tersebut dan

menyudutkan pasar itu. Penulis berpendapat bahwa sukses awal telah beralih

keperusahaan-perusahaan yang menerobos pasar rata-rata 13 tahun setelah “para

penggerak yang pertama” (Donald A. Ball, 2005: 151-152).

2.4.3 Teori Linder mengenai Permintaan yang Tumpang Tindih

Ahli ekonomi Swedia lainnya, Stefan Linder, mengenai bahwa meskipun teori

orientasi permintaan Heckscher-Ohlin yang bergantung pada faktor pendukung cukup

memadai untuk menerangkan perdagangan internasional dalam produk-produk

primer, namun diperlukan suatu penjelasan lain untuk perdagangan barang-barang

menufaktur. Teori Orientasi permintaannya menyatakan bahwa selera konsumen

sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, dan karenanya tingkat pendapatan per

kapita suatu bangsa menentukan jenis barang-barang yang akan dimintanya. Karena

industry akan memproduksi barang-barang untuk memenuhi permintaan tersebut,

jenis-jenis produk yang dibuat mencerminkan tingkat pendapataan per kapita Negara

itu. Barang-barang yang diproduksi untuk konsumsi domestic akhirnya akan di

(21)

Teori Linder mengambil kesimpulan bahwa perdagangan internasional dalam

barang-barang manufaktur akan menjadi lebih besar antara negara-negara dengan

tingkat pendapatan per kapita yang sama dari pada antara negara-negara yang tidak

sama tingkat pendapatan per kapitanya. Barang-barang yang akan diperdagangkan

adalah barang-barang dimana terdapat permintaan tumpang tindih (overlapping

demand), yang berarti para konsumen di kedua negara meminta barang yang sama.

Perhatikanlah perbedaan model Linder berbeda dengan model keunggulan komparatif

dalam hal tidak menentukan kearah mana barang tertentu akanpergi. Sebenarnya,

Linder menjelaskan bahwa sebuah barang dapat pergi kearah mana saja. Anda tentu

saja tahu bahwa perdagangan intra-industri ini timbul karena diferensiasi produk

(product differention); misalnya, Ford mengekspor Mustang nya ke Jepang dan

Nissan mengirim 300ZXnya ke Amerika Serikat karena para konsumen di kedua

Negara memiliki pandangan yang berbeda dalam hal merek (Donald A. Ball, 2005:

152).

2.4.4 Keunggulan Kompetitif Bangsa-bangsa dari Porter

Michael Poter, seorang professor ekonomi Harvard, menelaah 100 perusahaan

di 10 negara maju untuk mempelajari keunggulan sebuah bangsa dalam suatu industri

yang dapat dijelaskan secara lebih memadai dengan variabel-variabel selain

faktor-faktor produksi yang merupakan dasar teori-teori keunggulan komparatif dari

(22)

dampak atas kemampuan perusahaan-perusahaan local suatu Negara untuk

menggunakan sumber-sumber Negara itu guna memperoleh keunggulan komparatif.

1. Kondisi-kondisi permintaan sifat dasar dari permintaan domestik. Apabila

para pelanggan sebuah perusahaan mempunyai permintaan, perusahaaan akan

berusaha memproduksi produk-produk yang berkualitas tinggi dan inovatif,

dan dalam melakukan hal itu akan memperoleh keunggulan tekanan domestic

lebih kecil. Hal ini mungkin merupakan kasus di waktu lampau, ketika

perusahaan-perusahaan internasional memperkenalkan produk-produk baru

mereka mula-mula di pasar-pasar dalam negerinya (suatu kondisi mengenai

teori daur hidup produk). Tetapi begitu lebih banyak perusahaan

memperkenalkan produk-produk baru secara global, maka variable itu akan

menjadi kurang penting.

2. Kondisi-kondisi faktor level dan komposisi faktor produksi. Porter

membedakan antara faktor dasar (teori Heckscher-Ohlin) dan

faktor-faktor lanjutan (infra struktur sebuah negara). Kekurangan sumber daya alam

telah menyebabkan bangsa-bangsa melakukan investasi dalam penciptaan

faktor-faktor lanjutan, seperti pendidikan angkatan kerjanya, pelabuhan bebas

dan system komunikasi maju, untuk memungkinkan industri-industri mereka

bersaing secara global. Berbagai negara di Karibia telah meningkatkan system

komunikasi mereka untuk menarik perusahaan-perusahaan perbankan dan jasa

lainnya yang mempunyai sedikit ketergantungan pada faktor-faktor produksi

(23)

3. Industri-industri terkait dan pendukung para pemasok dan jasa dukungan

industri. Selama berpuluh-puluh tahun, perusahaan-perusahaan dalam sebuah

industry dengan para penyedianya, penyedia bagi penyedia, dan seterusnya,

cenderung membentuk sebuah kelompok di lokasi tertentu, sering kali tanpa

alasan yang jelas. Misalnya, semua perusahaan karet Amerika terkemuka,

dengan kekecualianU.S.Rubber, berlokasi di Akron, Ohio, sejak awal abad

ke-20, ketika mereka mendominasi industri ban dunia. Secara nalar, banyak

pemasok utama mereka, seperti para produsen kimia karet,

perusahaan-perusahaan karet sintetik, dan pabrikan-pabrikan mesin pemroses karet, telah

memiliki fasilitas-fasilitas produksi, laboratorium yang luas, serta

organisasi-organisasi jasa disana pula.

4. Strategi, struktur, dan persaingan perusahaan-perluasan persaingan domestik,

adanya hambatan-hambatan untuk masuk, serta organisasi dan gaya

manajemen perusahaan. Porter mengungkapkan bahwa

perusahaan-perusahaan yang mengalami persaingan berat di pasar-pasar domestiknya

secara konstan akan meningkatkan efisiensinya, yang membuat mereka lebih

kompetitif secara nasional. Selama berpuluh-puluh tahun,

perusahaan-perusahaan dalam industri yang oligopolistic telah mengamati dengan

seksama setiap gerakan para pesaing mereka dan bahkan telah menerobos

pasar-pasar luar negeri karena pesaing-pesaingnya telah pergi kesana (Donald

A. Ball, 2005: 152-153).

(24)

Dalam Teori investasi internasional sudah diperluas dengan teori klasik, teori

tersebut menyebutkan bahwa perbedaan suku bunga untuk investasi merupakan

resiko dari alasan internasional bergerak dari negara satu ke negara lain. Untuk

membuat teori investasi internasional terjadi, maka harus ada persaingan sempurna,

tetapi persaingan sempurna tidak akan terjadi investasi asing langsung serta negara

yang kondisinya kurang kompetitif. Teori investasi asing langsung melibatkan asset

fisik seperti pabrik dan fasilitas lainnya. Investasi asing langsung juga melibatkan

pendirian produksi atau fasilitas diluar negari melalui investasi lahan hijau atau

akuisisi lintas Negara (Donald A. Ball, 2005:178-184).

2.5.1 Teori Keunggulan Monopolistik

Teori keunggulan monopoli berasal dari Stephan Hymer tahun 1960. Menurut

penelitiannya, investasi asing langsung lebih banyak di industri oligopolistik yang

mempunyai keunggulan-keunggulan lain dari pada perusahaan-perusahaan lokal atau

pribumi.

2.5.2 Ketidaksempurnaan Pasar

Caves, lebih menjabarkan karya Hymer. Menurutnya, jika pengetahuan luas

(25)

produk tersebut disukai konsumen, maka perusahaan pun bisa mengontrol harga

penjualan dan keuntungan diatas perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan yang

berinvestasi diluar negeri biasanya terlibat penelitian produk yang berat dan usaha

pemasaran.

2.5.3 Faktor-faktor Finansial

Semua teori berhubungan dengan faktor finansial. Pasar valuta asing yang

tidak sempurna bertanggung jawab pada investasi asing. Perusahaan di negara dengan

mata uang yang lebih tinggi ditarik untuk berinvestasi di negara dengan mata uang

yang dinilai rendah.

2.5.4 Siklus Hidup Produk Internasional

Perdagangan internasional dan investasi internasional seperti saling

berhubungan. Pada konsep IPLC dijelaskan bahwa investasi asing langsung

merupakan tahap dasar pada siklus hidup produk.

2.5.5 Mengikuti Pemimpin (Follow the Leader)

Knickerbocker menjabarkan bahwa pemimpin dalam industri oligopolistik,

jika memasuki sebuah pasar perusahaan lain di industri akan mengikuti. Teori ini

dianggap defensif karena pesaing berinvestasi untuk menghindari pasar yang

disediakan.

(26)

Teori ini dikembangkan Graham dengan mencatat bahwa perusahaan

berinvestasi asing langsung oleh perusahaan-perusahaan oligopolistik di negara asal

lainnya sebagai ukuran pertahanan.

2.5.7 Teori Internasionalisasi

Adalah pengembangan diri dari teori pasar tak sempurna. Teori ini lebih

berkonsep jika perusahaan berinvestasi maka perusahaan tersebut ingin memperoleh

pengembalian yang lebih tinggi dari investasinya, perusahaan juga akan

menggunakan pengetahuannya kekantor cabang asing dari pada menjualnya di pasar

terbuka.

2.5.8 Kapabilitas Dinamis

Yaitu teori yang menjelaskan bahwa setiap perusahaan harus mempunyai

kemampuan menciptakan sumber daya dan pengetahuan yang unik agar dapat

memanfaatkan kapabilitas yang dinamis maka tentu perusahaan tersebut akan berhasil

berinvestasi di luar negeri.

2.5.9 Teori Eklektik Produksi Internasional Dunning

Dalam teori ini jika perusahaan ingin berinvestasi diluar negeri maka harus

(27)

perusahaan yang harus mempunyai kepemilikan berwujud aset yang tidak tersedia

diperusahaan lain dan dapat dipindah keluar negeri. Kedua, ialah lokasi spesifik.

Ketiga, Internalisasi, dimana alternatif untuk memasuki pasar asing melalui

internalisasi dalam situasi pasar tidak ada/berfungsi tidak efisien (Donald A. Ball,

2005:178-184).

BAB III

(28)

Perdagangan memberikan keuntungan bagi suatu Negara, dimana suatu

Negara tidak hanya diuntungkan dari faktor ekonomi saja, namun dengan adanya

perdagangan internasional suatu Negara dapat menjalin persahabatan antar Negara

lainnya, memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi oleh negaranya sendiri,

dapat melakukan spesialisasi dan memperoleh keuntungan dari spesialisasi tersebut,

dapat memperluas pasar, serta terciptanya transfer teknologi modern.

Dalam melakukan perdagangan internasional, teori-teori perdagngan dapat

membantu seorang manajerial bisnis untuk dapat memahami strategi apa yang akan

digunakannya dalam menjalani bisnisnya tersebut, kemudian dengan mempelajari

teori perdagangan internasional, maka seorang manajer bisnis dapat memahami arti

dari tindakan-tindakan atau kebijakan pemerintah yang terdapat kaitannya dengan

perdagangan internasional.

Daftar Pustaka

(29)

Ball, Donald A. 2005. Bisnis Internasional. Salemba Empat: Jakarta

Nopirin. 2011. Ekonomi Internasional. BPFE: Yogyakarta

R. Krugman, Paul dan Maurice. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan.

INDEKS: Jakarta

R. Krugman, Paul dan Maurice. 1994. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan.

Raja Grafindo Persada: Jakarta

Manulang, M. 1985. Ekonomi Moneter. Ghalia Indonesia: Jakarta

Dr. Soelistyo. Ekonomi Internasional. Liberty: Yogyakarta

Firmansyah. 2007. Buku Ajar: Sejarah Pemikiran Ekonomi. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Diponegoro: Semarang

Pratama, Rahardja dan Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro dan Makro Ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI: Jakarta

Jurnal

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pemodelan dengan VARX untuk model keseluruhan menghasilkan model VARX(2,1)-I(1,1 12 ) dengan variabel eksogen berupa variabel dummy Bulan Hari Raya Idul

Salah satu drama seri yang paling menonjol saat ini adalah Catatan Hati Seorang Istri yang diluncurkan pada awal Juni dan dengan cepat telah menjadi hit drama seri dengan

diminta berdiskusi melalui Channel Diskusi pada Teams Microsoft Office 365 untuk mengerjakan tugas yang ada di lembar kerja peserta didik (LKPD) yaitu berkaitan

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya belajar dengan prestasi belajar Ilmu Alamiah Dasar pada mahasiswa Program

When no-par stock does not have a stated value , the entire proceeds from the issue become legal capital and are credited to Common Stock.. The stated value represents

(1) Kepala Dinas wajib menyusun rencana strategis dengan mengacu pada RPJMD Kabupaten, mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP),

Standar tersebut digunakan sebagai acuan dalam menghitung proyeksi timbulan sampah plastik dari setiap blok kawasan di Kota Yogyakarta pada tahun 2035 mendatang.. Kota

Dari hasil penelitian terhadap kerapuhan tablet tersebut dapat disimpulkan semakin besar kandungan amilum garut maka kerapuhan tablet yang dihasilkan semakin