• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II sel el

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II sel el"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

Sel Elektrolisis: Pengaruh Suhu Terhadap ∆𝐻, ∆𝐺, dan ∆𝑆 Selasa, 12 Mei 2014

Disusun Oleh: Yeni Setiartini 1112016200050

Kelompok: 4 Widya Fitriani Widya Mulyana Putri

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ABSTRAK

Elektrokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi kimia dan aliran listrik salah satunya sel ektrolisis dimana Sel elektrolisis adalah energi listrik yang digunakan untuk berlangsungnya suatu reaksi kimia. Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap ∆𝐻, ∆𝐺, dan ∆𝑆 reaksi digunakan larutan CuSO4 0.1 M dengan elektroda Cu sebagai

katode dan C atau karbon sebagai anoda Pada suhu yang berbeda dihasilkan S standar dari percobaan sebesar 4.439 x 10-5 kJ/der, hasil ΔG danΔH pada suhu 30, 50, 70oC secara

berturut turut adalah - 737.26 kJ dan- 737.24 kJ, - 455,48 kJ dan - 455,46 kJ, serta - 683,220 kJ dan - 683.204 KJ yang berlangsung secara spontan. Percobaan dilakukan dalam waktu 2 menit

dan pada tegangan sebesar 3 volt.

PENDAHULUAN

Elektrokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara reaksi kimia dan aliran listrik. Aliran listrik merupakan aliran sesuatu yang bermuatan seperti electron. Reaksi kimia manakah yang berhubungan dengan adanya aliran electron? Reaksi yang berhubungan dengan adanya aliran electron adalah reaksi yang melibatkan pelepasan dan penerimaan electron atau yang kita kenal dengan reaksi oksidasi dan reduksi atau reaksi redoks (Mulyani. Hal: 113).

Sel elektrolisis adalah dimana energi listrik yang digunakan untuk berlangsungnya suatu reaksi kimia. Sel ini merupakan kebalikan dari sel galvani. E.m.f yang diperlukan untuk berlangsungnya proses ini akan sedikit lebih tinggi daripada e.m.f yang dihasilkan oleh reaksi kimia, dan ini didapat dari lingkungannya. Reaksi kimia spontan menghendaki ΔG menjadi negatif. Apabila e.m.f sel adalah positif, maka ini adalah sel galvanik. Kesetimbangan akan terjadi apabila

ΔG dan E sama dengan nol. Reaksi dengan nilai E yang lebih positif akan terjadi lebih dahulu daripada reaksi-reaksi dengan e.m.f yang kepositifannya lebih rendah (Dogra, 2009. Hal: 511).

Faktor yang Berpengaruh pada Elektrolisis adalah konsentrasi elektrolit, sirkulasi elektrolit, rapat arus, tegangan, jarak anoda-katoda, rasio dan bentuk anoda-katoda, temperatur, daya tembus (throwing power), aditif, kontaminasi (Ahmad Farid dan Nur Wahid)

(3)

merupakan perbedaan potensial standar electrode negatif (katode) dan potensial standar electrode positif (anode). Perbedaan potensial standar ini biasanya disebabkan perbedaan bahan yang dipakai antara anode dan katode, namun bisa juga bahan yang dipakai sama, tetapi konsentrasi larutan elektrofitnya berbeda. Jenis yang terakhir ini disebut sel konsentrasi (Daryoko.dkk. 2009). Koefisien suhu dari potensial sel yakni dapat digunakan untuk menentukan besaran-besaran termodinamika lain seperti Δ S dan Δ H. Dari persamaan fundamental: dG = -SdT + VdP, maka:

(𝜕𝐺𝜕𝑇) p = -S atau S = - (𝜕𝐺 𝜕𝑇) p (𝜕𝐺𝜕𝑃) T = V atau V = (𝜕𝐺

𝜕𝑃) T

Dengan demikian perubahan entropi:

Δ S = - (𝜕∆𝐺 𝜕𝑇)P

Δ S = - (−𝜕(nFE) 𝜕𝑇 )P

Δ S = nF (𝜕𝐸 𝜕𝑇)P

Dan perubahan entalpi:

Δ H = Δ G + TΔ S

Δ H = -nFE + nFT (𝜕𝐸 𝜕𝑇)P

Δ H = -nF (𝐸 − 𝑇 𝜕𝐸 𝜕𝑇)P Harga (𝜕𝐸

𝜕𝑇)P (koefisien suhu) diperoleh melalui pengukuran E pada berbagai suhu dengan P tetap (Mulyani. Hal : 136)

MATERIAL DAN METODE Alat dan bahan:

Power supply, Gelas kimia, termometer, statif dan klem, kaki tiga dan kasa, pembakar spirtus, multimeter, kabel penghubung, stopwatch, Neraca O’hauss, korek api,

amplas, elektroda C, elektroda Cu, pinset, larutan CuSO4 0,1M, Akuades

(4)

1. Bersihkan masing-masing elektroda dengan mengemplas dan mencelupkannya atau membilasnya dengan akuades, kemudian keringkan dan ditimbang

2. Masukkan larutan CuSO4 0,1M sebanyak 50ml ke dalam gelas kimia

3. Rangkai alat percobaan seperti pada gambar dan atur power supply pada tegangan 3 Volt 4. Pasang elektroda Cu pada katoda dan C pada anoda dan memasukkan ke dalam larutan

CuSO4 0,1M

5. Panaskan larutan CuSO4 0,1M sampai suhu 30°C serta melakukan elektrolisis selama 2 menit dan menjaga suhu tetap konstan pada 30°C selama elektrolisis berlangsung serta mengamati perubahannya.

6. Catat arus dan tegangan listrik pada elektrolisis suhu 30°C

7. Matikan power supply, cuci elektroda Cu dengan air lalu keringkan dan timbang dengan neraca

8. Lakukan langkah di atas dengan suhu larutan CuSO4 50°C dan 70°C

(5)

= (0.0063) (0.0036) (0.0051) /3 = 1.15 10-7 V/der

∆S = nF(𝜕𝐸 𝜕𝑇)P

= (4) (96500 C) (1.15 10-7 V/der) = 0.04439 J/der

= 4.439 x 10-5 kJ/der Pada suhu 30°C

Δ G = - nFE

= - (4) (96500 C) (1,91 V) = - 737260 J

= - 737.26 kJ

Δ H = Δ G + TΔ S

= - 737.26 kJ + (303 K) (4.439 x 10-5 kJ/der) = - 737.24 kJ

c. Pada suhu 50°C

Δ G = - nFE

= - (4) (96500 C) (1.18 V) = - 455480 J

= - 455,48 kJ

Δ H = Δ G + TΔ S

= - 455,48 kJ + (323 K) (4.439 x 10-5 kJ/der) = - 455,46 kJ

d. Pada suhu 70°C

Δ G = - nFE

= - (4) (96500 C) (1,77 V) = - 683220 J

= - 683,220 kJ

Δ H = Δ G + TΔ S

(6)

Persamaan Reaksi

CuSO4 (aq) → Cu2+ (aq) + SO4 2- (aq) Katoda (-): 2Cu 2+ (aq) + 4e- → 2Cu(s)

Anoda (+): 2H2O (l) → 4H+ (aq) + 4e- + O 2 (g)

2Cu2+ (aq) + 2H2O (l) → 2Cu(s) + 4H+(aq) + O2 (g)

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap ΔH, ΔG dan ΔS dalam sel elektrolisis dimana digunakan larutan CuSO4 0.1M dan elektroda Cu sebagai katoda dan C (karbon) sebagai anoda pada berbagai suhu yakni 30, 50 dan 70o C dengan tegangan sebesar 3 volt dalam 2 menit. Pada prosesnya elektroda-electrode sebelumnya telah ditimbang terlebih dahulu khususnya katoda Cu sehingga nanti dapat diketahui berapa bobot yang bertambah menurut Mulyono (2009) Pada sel elektrolisis zat-zat dapat terurai sehingga terjadi perubahan massa. Sesuai dengan persamaan reaksi perubahan massa terjadi pada katode dimana logam Cu2+ menjadi padatan Cu sementara pada anoda yakni berupa C terjadi reaksi 2H2O (l) → 4H+ (aq) + 4e- + O 2 (g) dimana dilepaskan gas O2. Pada praktikum dihasilkan gelembung-gelembung gas yang diduga merupakan gas oksigen.

Dalam tegangan 3 volt yang diberikan dan 2 menit lama pengelektrolisisan diketahui bahwa semakin besar suhu maka semakin besar jumlah endapan yang terbentuk, terlihat pada suhu 30o yakni sebesar 2.54 gram, pada suhu 50o terjadi endapan sebesar 2.78 gram, dan pada suhu 70oC terjadi sebesar 2.86 gram sementara arus yang mengalir konstan tidak mengalami kenaikan maupun penurunan yakni 0.1 A dan tegangan tidak menentu sebab pada suhu 50o terjadi penurunan sebesar 1.18 V, sementara pada suhu 70o C mengalami kenaikan 1.77 V. ketidak teraturan ini mungkin disebabkan oleh beberapa factor seperti yang dikemukakan oleh Ahmad Farid dan Nur Wahid dalam jurnalnya dimana Faktor yang Berpengaruh pada Elektrolisis adalah konsentrasi elektrolit, sirkulasi elektrolit, rapat arus, tegangan, jarak katoda, rasio dan bentuk anoda-katoda, temperatur, daya tembus (throwing power), aditif, kontaminasi. Dari sebagian factor tersebut ada beberapa faktor yang tidak dapat dibahas secara langsung karena keterbatasan data yang dimiliki

(7)

70oC secara berturut turut adalah - 737.26 kJ dan- 737.24 kJ, - 455,48 kJ dan - 455,46 kJ, serta - 683,220 kJ dan - 683.204 KJ yang berlangsung secara spontan.

KESIMPULAN

 Sel elektrolisis adalah dimana energi listrik yang digunakan untuk berlangsungnya suatu reaksi kimia

 Semakin besar suhu maka semakin besar jumlah endapan yang terbentuk

 Pada suhu yang berbeda didapat ∆S standar dari percobaan sebesar 4.439 x 10-5 kJ/der, hasil ΔG danΔH pada suhu 30, 50, 70oC secara berturut turut adalah - 737.26 kJ dan- 737.24 kJ, - 455,48 kJ dan - 455,46 kJ, serta - 683,220 kJ dan - 683.204 KJ yang berlangsung secara spontan

REFERENSI

Dogra, S.K & S. Dogra. 2009. KIMIA FISIK DAN SOAL-SOAL. Jakarta: UI-Press. Mulyani,Sri & Hendrawan. KIMIA FISIKA II. Bandung: UPI.

Farid, Ahmad dan Wahid, Nur. Proses Elektrolisis Untuk Pengambilan Seng Dari Limbah Padat Industri Galvanis. Diakses dari

http://eprints.undip.ac.id/3368/1/MAKALAH_PENELITIAN_PROSES_ELEKTROLISI

S_UNTUK_PENGAMBILAN_SENG.pdf pada tanggal 16 Mei 2014.

Mulyono. 2009. Optomasi Proses Reaksi Pembangkitan Ag 2+ pada Sel Elektrolisis Berkapasitas satu liter. Diakses dari

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan … ini ditulis

APAC INTI CORPORA Bawen, Semarang berdasarkan SNI 7231:2009 tentang Metode Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja dan hubungannya pada perubahan nilai ambang

Hasil penelitian menunjukan bahwa perbedaan bubu bambu dan bubu paralon pada penelitian ini berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan lobster (Cherax quadricarinatus) dimana

Data yang diperoleh dari lokasi penelitian dianalisa secara deskriptif yang ditampilkan dalam tabel dan gambar-gambar. Untuk mengetahui indeks keanekaragaman dari

Pengaruh suhu dan waktu pencampuran batubara, minyak residu dan minyak tanah dapat mengurangi kadar air yang terkandung dalam batubara peringkat rendah dengan proses

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSUD Banjarnegara, angka kejadian perdarahan postpartum pada tahun 2007 sebanyak 125 dan pada tahun 2008

Hasil identifikasi fauna ikan di Kawasan Mangrove Teluk Pangpang ditemukan kelimpahan dan biomassa yang tinggi pada jenis ikan bedul ( A. caninus ) sebanyak 975 ind sebesar 18.299,56

1 2 3 Mempelajari Sistem Manajemen Strategis ASKI yang sedang berjalan Mengadaptasi Sistem yang ada dengan tambahan Balanced Scorecard Melakukan komunikasi dua arah dengan