TUGAS HUKUM PASAR MODAL DOSEN: Dr. H. AHMAD MULIADI,SH.,MH
PERALIHAN HAK MILIK ATAS EFEK/SAHAM DALAM TRANSAKSI EFEK MEMALUI SCRIPLESS TRADING DI PASAR MODAL, KONTRADIKTIF DENGAN KETENTUAN PERALIHAN HAK MILIK
DALAM UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.
2014010461083
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KENOTARIATAN UNIVERSITAS JAYABAYA
2014
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
BAB II ANALISIS/PEMBAHASAAN A. Pasar Modal Secara Umum
B. Tinjauan Umum Tentang Scripless Trading
C. Peralihan Hak Milik Atas Efek Melalui Scripless Trading dan Alat Bukti Bagi Pemilik Efek Dalam Pelaksanaan Transaksi Melalui
Scripless Trading Di Pasar Modal BAB III PENUTUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pasar Modal, Pasar modal merupakan satu lembaga yang memobilisasi dana masyarakat dengan menyediakan sarana atau tempat untuk mempertemukan penjual dan pembeli dana-dana jangka panjang yang disebut Efek. Di Indonesia, perkembangan pasar modal berjalan secara fantastis atau dinamik.1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar
Modal memberikan pengertian tentang Pasar Modal yaitu kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.2
1 Najib A.Gisymar, Insider Trading dalam Transaksi Efek, cetakan pertama, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999, hlm. 9
Menurut Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek. Efek atau surat berharga yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar modal Indonesia saat ini antara lain:3
1. Saham (stock)
2. Saham preferen (preferred stock) 3. Obligasi (bond)
4. Obligasi konversi (convertibl bond) 5. Right (right)
6. Waran (warrant).
Saham diperjualbelikan melalui sarana pasar modal yang di Indonesia disebut Bursa Efek. Bursa tersebut tidak membeli atau menjual saham-saham yang ada, melainkan bursa hanya merupakan tempat atau sarana bagi para investor untuk bertransaksi di dalamnya. Bursa efek mempunyai fungsi dan peranan untuk memberikan jasa-jasa antara lain :4
1. Menyediakan informasi pasar seperti fluktuasi harga, volume perdagangan, informasi penting terhadap emiten.
2. Membuat aturan main yang dikenal sebagai peraturan bursa (peraturan percatatan, keanggotaan dan perdagangan) dengan tujuan agar semua pelaku bursa dapat memperoleh kesempatan yang sama baik dalam memperoleh informasi maupun kesempatan berdagang.
3. Menyediakan fasilitas perdagangan efek untuk anggota bursa dan emiten.
3 Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya
Jawab, edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2001, hlm. 5.
4 Hulwati, Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi Islam, UII
4. Memberikan pelayanan kepada para anggotanya, perusahaan yang telah mencatatkan efeknya maupun kepada investor, baik secara individu maupun institusional.
Penentuan harga di Pasar Modal dipengaruhi oleh suatu informasi atau fakta materiel, karena suatu informasi mencerminkan suatu harga.5 Dalam
Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, yang dimaksud dengan informasi atau fakta materiel adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek dan atau keputusan pemodal, calon pemodal, atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta prinsip keterbukaan akan dapat mengantisipasi kemungkinan investor tidak memperoleh informasi atau fakta materiel atau tidak meratanya informasi bagi investor, disebabkan ada informasi yang tidak disampaikan dan bisa juga terjadi informasi yang belum tersedia untuk publik telah disampaikan kepada orang-orang tertentu.7
Informasi yang harus dibuka oleh perusahaan publik adalah sesuai dengan Peraturan Nomor X.K.1: Keterbukaan Informasi yang Harus Segera Diumumkan Kepada Publik, antara lain :
1. Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha atau pembentukan usaha patungan;
5 Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, cetakan pertama: Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta, 2001, hlm. 1
6 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Kencana,
2004, hlm. 230.
2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham; 3. Pendapatan dari deviden yang luar biasa sifatnya; 4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting; 5. Produk atau penemuan baru yang berarti;
6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen;
7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat utang;
8. Penjualan tambahan Efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang materiel jumlahnya;
9. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang materiel; 10. Perselisihan tenaga kerja yang relative penting;
11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan komisaris perusahaan;
12. Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain; 13. Penggantian akuntan yang mengaudit perusahaan;
14. Penggantian wali amanat;
15. Perubahan tahun fiskal perusahaan.
Bagaimana peralihan hak milik atas efek/saham dalam transaksi efek melalui Scripless Trading di pasar modal, kontradiktif dengan ketentuan peralihan hak milik dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata ?
BAB II PEMBAHASAAN
A. PASAR MODAL SECARA UMUM
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah bagian dari pasar keuangan (financial market), dimana kegiatan pasar keuangan ini meliputi:
a. Pasar uang (money market) b. Pasar modal (capital market)
Pasar modal, dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertipikat saham, dan obligasi atau efek-efek pada umumnya, merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Akan tetapi menurut Sumantoro, pasar modal berbeda dengan pasar konkret, karena dalam pasar modal yang diperjual belikan adalah modal atau dana.
Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertipikat saham, dan obligasi. Motif utamanya terletak pada masalah kebutuhan modal bagi perusahan yang ingin lebih memajukan usaha dengan menjual sahamnya pada para pemilik uang atau investor baik golongan maupun lembaga usaha.
Sementara itu, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan batasan pasar modal, yaitu merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Dari bebberapa pengertian tersebut diatas, kiranya dapat disimpulkan lebih lanjut bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan diterbitkan dan diperdagangkannya efek dengan penawran umum dan perdagangan jangka panjang, melalui pasar perdana dan pasar sekunder.
Pengertian pasar modal menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, Pasal 1 angka 13 adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkan, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Pasar modal merupakan suatu pasar yang modern, karena dalam pasar modal yang diperjual belikan adalah dana atau modal.
Sebagai suatu pasar modern, pasar modal merupakan tempat untuk melakukan kegiatan dalam penawaran umum dan perdagangan Efek (saham) dari perusahaan publik yang pada intinya adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli dana yang diperantarai oleh para anggota bursa selaku pedagang perantara perdagangan efek untuk melakukan tansaksi jual beli.8 Dalam melakukan transaksi jual beli,
pasar modal dibedakan antara pasar perdana (primary market) yaitu untuk efek yang baru diedarkan dan pasar sekunder (secondary market) yaitu untuk efek yang sebelumnya telah diperdagangkan.9
Baik dalam pasar perdana maupun pasar sekunder para investor mempunyai suatu tujuan dalam melakukan transaksi di pasar modal yaitu untuk mencari keuntungan atau capital gain10 yang lebih besar, terutama para pemodal dengan orientasi jangka pendek.11
Untuk menghindari adanya permainan di pasar modal, maka perdagangan harus dilakukan dengan prinsip disclosure. Prinsip
disclosure adalah kewajiban emiten, perusahaan publik, atau siapa saja yang terkait untuk mengungkapkan informasi sejelas, seakurat, dan selengkap mungkin mengenai fakta materiel yang berkaitan dengan tindakan perusahaan atau efeknya yang berpotensi kuat mempengaruhi keputusan pemegang saham
8 Sumantoro, Pengantar…op.cit., hlm. 9
9 Iman Sjahputra Tunggal, Tanya Jawab…op.cit., hlm. 8.
10Capital gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual, misalnya seorang pemodal membeli
saham Telkom (TLKM) dengan harga per saham Rp 3000 kemudian menjualnya dengan harga per saham Rp 3.700 yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 700 untuk setiap saham yang di jualnya. Lih. Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin, Pasar Modal Di Indonesia, hlm. 9
Perdagangan dan Pencatatan saham, pencatatan sahamdi bursa efek adalah merupakan hal yang penting bagi emiten yang melakukan penawaran umum, sebab dengan pencatatan tersebut, secara resmi saham emiten dapat diperdagangkan di bursa. Perdagangan saham berdeda dengan perdagangan barang-barang lainnya, perdagangan saham ini dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan. Menurut Asril Sitompul, ada beberapa tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut:
a. Pemesanan b. Penjatahan
c. Claw Back dan Green Shoe Option
d. Pembagian Sertipikat Saham atau sertipikat Kolektif Saham e. Refund
f. Pecatatan di bursa efek/perdagangan perdana di pasar sekunder
g. IHSG
h. Price Earing Rati
B. TINJAUAN UMUM TENTANG SCRIPLLES TRADING
1. Pengertian Scripless Trading
Istilah scripless berasal dari kata scrip dan less. Scrip mempunyai makna sebagai surat saham sementara, sedangkan less mempunyai makna tanpa. Sementara itu yang dimaksudkan dengan trading adalah perdagangan.
Menurut Indra Safitri, scripless trading atau perdagangan tanpa warkat adalah sistem perdagangan yang memiliki mekanisme penyelesaian dan penyimpana sahan secara elektronik. Salah satu tujuan mengapa sripless trading menjadi sangat penting untuk segera diterapkan di paasar modal, karena hal ini menyangkut sebuah mekanisme yang dapat menciptakan efisiensi dan keamanan dalam melakukan transaksi.
Perdagangan tanpa warkat adalah sistem perdagangan secara eletronik yang merubah sertifikat saham ke dalam bentuk elektronik. Oleh sebab itu, terwujudnya sistem perdagangan ini akan dapat menghilangkan berbagai kendalayang selama ini sering menimbulkan hambatan dan berbagai dispute yang terjadi di pasar modal.
Keberadaan scripless trading di bidang pasar modal merupakan produk teknologi bisnis atau setidak-tidaknya merupakan produk dari suatu sistem baru dan modern, sehingga sepatutnyalah jika menempatkan fenomena keterkaitan hukum dengan teknologi tersebut terhadap eksistensi scripless trading di bidang pasar modal ini. Maksudnya adalah realita menunjukkan bahwa bagaimana sistem perdagangan efek yang canggih secara scripless tersebut dapat didayagunakan oleh hukum, khususnya hukum di bidang pasar modal, sehingga akan dapat membawa manfaat yang maksimal untuk bidang hukum, produk hukum atau pranata hukum, termaksud dampaknya terhadap perkembangan pranata hukum berupa efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal.
Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus-menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata. Dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional, khususnya dalam upaya mencapai sasaran pembangunan diperlukan berbagai sarana penunjang, antara lain berupa tatanan hukum yang mendorong, menggerakan dan mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi.
Salah satu tatana hukum yang diperlukan dalam menunjang pembanguna ekonomi adalah ketentuan di bidang pasar modal. Dengan lahirnya undang-undang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang diundangkan pada tanggal 10 November 1995 dengan Lembaga Negara Tahun 1995 Nomor 64, diharapkan pasar modal dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan, sehingga sasaran pembangunan di bidang ekonomi dapat tercapai.
Di dalam Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Thaun 1995 disebutkan bahwa Penyelesaikan transaksi bursa dapat dilaksanakan dengan penyelesaian pembukuan, penyelesaian fisik, atau cara lain yang diterapkan dengan peraturan pemerintah.
Selanjutnya di dalam penjelasan umum terhadap Pasal 55 ayat (1) tersebut dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan “penyelesaian pembukan” (book entry settlement) dalam ayat ini, adalah pemenuhan hak dan kewajiban yang timbul akibat adanya transaksi bursa yang dilakukan dengan cara mengurangkan efek dari rekening efek yang satu dan menambahkan efek tersebut pada rekening efek yang lain pada kustodian, yang dalam hal ini dapat dilakukan secara elektronik.
Peralihan hak atas efek terjadi pada saat penyerahan efek atau pada waktu efek tersebut dikurangkan dari rekening efek yang satu dan kemudian ditambahkan pada rekening efek yang lain.
Dari ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 beserta penjelasannya di atas, dapat diterangkan lebih lanjut bahwa perdagangan saham itu dapat dilakukan secara
scripless trading, artinya perdagangan saham itu dapat dilakukan dengan tanpa warkat saham. Hal ini tampak dari adanya kalimat di Pasal 55 ayat (1) tersebut yang menyatakan bahwa penyelesaian transaksi bursa dapat dilakukan dengan cara “penyelesaian pembukuan” (book entry settlement), yakni transaksi bursa yang dilakukan dengan cara mengurangkan efek dari rekening efek yang satu dan menambahkan efek tersebut pada rekening efek yang lain, secara elektronik.
Ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 beserta penjelasannya inilah yang menjadi dasar hukum dilaksanakan perdagangan efek tanpa warkat atau yang lebih dikenal dengan istilah scripless trading.
3. Scripless Trading Ditinjau dari Segi Hukum Perdata
Scripless trading terhadap efek-efek di bidang pasar modal berkaitan erat dengan asas-asas hukum benda sebagaimana diatur di dalam buku ke-II dan asas-asas hukum perikatan dalam buku ke-III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW).
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hak milik hanya dapat dialihkan apabila dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini, jika terhadap benda bergerak (seperti saham, lihat Pasal 60 ayat(1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juncto Pasal 511 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), maka peralihan haknya (levering) dilakukan dengan jalan penyerahan nyata dari benda tersebut (Pasal 612 KUH Perdata).
Sedangkan untuk benda-benda tidak bergerak, penyerahan bendanya dilakukan dengan suatu akta autentik dengan ancaman batal (Pasal 617 KUH Perdata). Dalam hal ini, sejauh yang menyangkut dengan tanah dilakukan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah, dan peraliahan hak tersebut, harus didaftarkan pada pejabat yang berwenang.
Sementara itu (masih menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), peralihan hak (levering) atas piutang atas nama (seharusnya termaksud surat-surat berharga obligasi, commercial paper, dan sebagainya) dilakukan dengan jalan membuat suatu akta autentik.
Dari apa yang telah dikemukakan di atas, berkaitan dengan prinsip-prinsip levering sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, tampaknya kontradiktif dengan ketentuan levering dari efek-efek yang ada di pasar modal, terutama jika dilakukan dengan pengalihan lewat jalur scripless trading.
Di samping itu, juga menganut asas obligatoir terhadap suatu perjanjian. Maksudnya adalah bahwa dengan tercapainya kata sepakat, perjanjian sudah terikat secara obligatoir, dalam arti bahwa hak milik belum berpindah. Untuk dapat berpindahnya hak milik, diperlukan dengan perjanjian yang disebut dengan perjanjian riil atau yang lebih dikenal dengan istilah penyerahan atau levering.
Konsekuensi logis dari berlakunya asas konseksual dan asas
obligatoir tersebut, yaitu dapat saja dilakukan beberapa kali jual beli, misal: si A menjual kepada si B, dan si B menjual kepada si C, demikian seterusnya, tetapi hanya sekali penyerahan, yaitu penyerahan langsung kepada pembeli yang terakhir (dari A langsung C).
Apabila hal tersebut dikaitkan dengan jual beli saham melalui
scripless trading di pasar modal, maka seyogianya dapat saja dilakukan beberapa kali jual beli di bursa terhadap efek yang sama, tetapi kliring dan penyelesaiannya (pemidahbukuannya) hanya dilakukan satu kali saja, yaitu pemindahbukuan ke rekening untuk pembeli terakhir.
Lalu bagaimana kaitannya dengan bukti kepemilikan yang dapat ditunjukkan oleh pemegang sahan atau investor (pembeli) bahwa dirinya memiliki sejumlah saham tertentu. Hal ini menjadi masalah krusial berkenaan pembuktian kepemilikan di pengadilan bagi pemegang saham tanpa warkat tersebut. Apakah alat yang ditunjukan (apa pun bentuknya), dapat menjadi alat bukti yang sah menurut hukum acara perdata. Hal ini menjadi penting, karena hukum pembuktian yang kini berlaku menganut prinsip pembuktian yang eksklusif, artinya selain dari alat bukti yang sudah ditentukan, alat bukti yang lain tidak punya kekuatan hukum.
Pasal 164 HIR (Herziene Inlands Reglement) menentukan bahwa macam-macam alat bukti adalah:
a. Bukti tertulis, b. Bukti saksi, c. Persangkaan, d. Pengakuan, dan e. Sumpah.
Sehubungan dengan hal tersebut, bagi pemengan efek tanpa warkat, ada pemengan dalam bentuk surat tertulis dan ditandatangani (jadi tidak cukup hanya printing computer tanpa tanda tangan).
Menurut hemat penulis, walaupun dalam bentuk konfirmasi dari pihak yang berwenang, namun dapat menjadi alat bukti yang sah atas keabsahan kepemilikan efek tanpa warkat tersebut. Karena bukti surat tersebut diterbitkan oleh yang berwenang di pasar modal sesuai dengan aturan yang berlaku, maka hal tersebut sudah memenuhi persyaratan akta autentik, sebagaimana yang dimaksudkan oleh Pasal 165 HIR (meskipun yang dipegeng oleh pemegangnya bukan fisik sahamnya).
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mencoba mengakomodasikan pelaksanaan scripless trading di pasar modal. Hal ini dapat dilihat dari ketentuan Pasal 55 undang-undang tersebut yang memberikan kemungkinan penyelesaian transaksi bursa dengan jalan penyelesaian pembukuan (book entry settlement) sebagai suatu alternatif penyelesaian transaksi, di samping model penyelesaian-penyelesaian lainnya, seperti:
a. Penyelesaian fisik;
b. Penyelesaian secara langsung pada daftar pemengan efek tanpa melalui rekening efek pada kustodian;
c. Penyelesaian secara internasional atau melalui negara lain;
d. Penyelesaian secara elektronik atau cara lain sesuai dengan perkembangan teknologi; dan lain-lain.
Adapun yang dinaksud dengan penyelesaian transaksi bursa dengan jalan penyelesaian pembukuan (book entry settlement) merupakan cara penyelesaian transaksi dalam hal terjadinya scripless trading.
Melihat ketentuan di atas, jika dikembalikan kepada sistem penyerahan benda di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, terjadi titik kesamaan anatara levering secara faktual (feitelijk levering) dengan levering secara legal (juridische levering). Ini terjadi pada saat efek tersebut dikurangkan dari rekening efek yang satu dan ditambahkan kepada rekening efek yang lain.
Jadi final dari levering adalah pada saat sudah masuknya efek ke rekening efek untuk pembeli. Saat itulah secara yuridis hak atas kepemilikan saham telah teralih. Menurut Munir Fuady, penyingnya mengetahui saat persisnya peralihan hak secara yuridis atas saham tanpa warkat tersebut, adalah untuk mendapatkan kepastian tentang perbuatan-perbuatan hukum, sebagai berikut:
a. Sampai kapan saham tersebut dapat disita oleh pengadilan jika pihak penggugat mengejukan sita ke pengadilan.
b. Kepada siapa diberikan hak-hak yang melekat dengan saham, seperti dividen, right, dan lain-lain.
c. Siapa yang berhak mengikuti rapat umum pemengang saham. d. Sejauh manakah pihak pembeli saham (pihak ketiga) harus
dilindungi oleh hukum.
Sementara itu keberadaan badan-badan yang akan bertugas dalam hal scripless trading, yaitu bursa efek sebagai tempat melakukan transaksi, lembaga kliring dan penjamin penyelesaian transaksi bursa serta lembaga penyimpanan dan penyelesaian yang bertugas untuk melakukan jasa kustodian sentral dan penyelesaian transaksi lembaga-lembaga tersebut, memang diakui dan bahkan diperkenalkan secara eksplisit oleh Undang-Undangb Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Vide Pasal 6 s.d Pasal 17).
Praktik pelayanan transaksi secara scripless trading yang merupakan kebutuhan dunia bisnis modern tersebut, akan dapat berdaya guna dan berhasil guna, di samping tentunya akan mengurangi korban-korban yang tidak perlu terjadi, tergantung pada pihak otoritas bursa sebdiri sebagai regulator (self regulatory body).
C. Peralihan hak milik atas efek melalui scripless trading dan alat bukti bagi pemilik efek dalam pelaksanaan transaksi melalui scripless trading di pasar modal.
1. Peralihan Hak Milik Atas Efek melalui Scripless Trading
Ketentuan yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terutama prinsip hukum kebendaan (Buku II) , pada prinsipnya tetap berlaku terhadap suatu Scripless Trading atas efek-efek di pasar modal, seperti konsep peralihan hak kepemilikan ataupun tentang konsep pembuktian hak secara hukum acara perdata.
Peralihan hak milik atas efek dalam hal terjadinya pelaksanaan transaksi efek melalui cripless trading di pasar modal ini, terjadi pada saat dilakukannya pemindahabukuuan efek atau sejumlah dana, dari rekening efek anggota bursa efek jual ke rekening efek anggota bursa efek beli.
Selanjutnya anggota bursa efek harus menyelesaikan kewajiban untuk menyerahkan dana kepada KPEI, melalui pemindahbukuuan dana kepada rekening efek serah yang berada pada KSEI, selambat-lambatnya pada pukul 12.15 WIB pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK Netting. Pada setiap hari bursa selambat-lambatnya jam 18.30 WIB, KSEI wajib menyampaikan laporan kepada KPEI mengenai saldo efek bersifat ekuitas dan dana yang ada pada rekening efek serah masing-masing anggota bursa efek.
Dalam melaksanakan kewajibannya untuk menyerahkan efek dan/atau dana kepada anggota bursa efek, KPEI wajib menyelesaikan dengan cara pemindahbukuuan efek atau ana ke rekening efek terima anggota bursa yang berada pada KSEI, selambat-lambatnya pukul 13.30 WIB pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK Netting.
Selanjutnya KPEI menyediakan laporan penyelesaian kewajiban untuk anggota bursa efek yang memuat informasi mengenai penyelesaian kewajiban yang telah dilakukan oleh setiap anggota bursa efek tersebut pada setiap Hari Bursa.
2. Alat Bukti Bagi Pemilik Efek Transaksi Efek Melalui Scripless Trading
Menurut sistem HIR, dalkam acara perdata, hakim terikat pada alat bukti yang saha, yang berarti bahwa hakim hanya boleh mengambil keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang saja. Alat-alat bukti dalam acara perdata yang disebutkan oleh undang-undang, sebagaimana disebutkan di dalam Pasal 164 HIR dan Pasal 284 Rbg, meliputi alat bukti surat, pembuktian dengan saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sumpah.
Akta adalah surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian. Jadi, untuk dapat digolongkan dalam pengertian akta, surat itu harus ditandatangani (vide Pasal 1869 KUHPerdata)
Di persamakan dengan tanda tangan pada suatu akta ialah sidik jari atau cap jari atau cap jempol, yang dikuatkan dalam suatu keterangan yang diberi tanggal oleh seorang Notaris atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh undang-undang, yang menyatakan bahwa ia mengenal orang yang membubuhkan sidik jari atau orang itu diperkenalkan kepadanya, dan bahwa isi akta itu telah dibacakan dan dijelaskan kepadanya, kemudian sidik jari itu dibubuhkan pada akta di hadapan Pejabat tersebut. Dipersamakan juga dengan tanda tangan adalah suatu faksmili dari tanda tangan atau cap tanda tangan, apabila dibubuhkan oleh pihak yang berwenang atau diberi wewenang untuk itu.
Salinan suatu akta mempunyai kekuatan pembuktian, sepanjang sesuai dengan akta aslinya. Apabila akta aslinya sudah tidak ada lagi, maka kekuatan pembuktiannya di serhkan kepada hakim.
Terkait dengan uraian alat bukti sebagaimana telah penulis uraikan di atas, alat bukti apa kiranya yang dapat dimiliki oleh pemilik efek dalam hal terjadi pelaksanaan transaksi efek melalui scripless trading di pasar modal. Dari hasil penelitian diperoleh keterangan bahwa anggota bursa efek beli akan mendapatkan data sementara sebagai alat bukti, melalui faksmile, sesaat setelah terjadinya transaksi efek antara anggota bursa efek jual dan anggota bursa efek beli, sedangkan aslinya akan disampaikan pada hari Bursa berikutnya.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Pasar modal, dalam pengertian klasik diartikan sebagai suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertipikat saham, dan obligasi atau efek-efek pada umumnya, merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Akan tetapi menurut Sumantoro, pasar modal berbeda dengan pasar konkret, karena dalam pasar modal yang diperjual belikan adalah modal atau dana.
Pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertipikat saham, dan obligasi. Motif utamanya terletak pada masalah kebutuhan modal bagi perusahan yang ingin lebih memajukan usaha dengan menjual sahamnya pada para pemilik uang atau investor baik golongan maupun lembaga usaha.
Sementara itu, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan batasan pasar modal, yaitu merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Dari ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, dapat diterangkan lebih lanjut bahwa perdagangan saham itu dapat dilakukan secara scripless trading, artinya perdagangan saham itu dapat dilakukan dengan tanpa warkat saham. Hal ini tampak dari adanya kalimat di Pasal 55 ayat (1) tersebut yang menyatakan bahwa penyelesaian transaksi bursa dapat dilakukan dengan cara “penyelesaian pembukuan” (book entry settlement), yakni transaksi bursa yang dilakukan dengan cara mengurangkan efek dari rekening efek yang satu dan menambahkan efek tersebut pada rekening efek yang lain, secara elektronik.
Ketentuan Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 beserta penjelasannya inilah yang menjadi dasar hukum dilaksanakan perdagangan efek tanpa warkat atau yang lebih dikenal dengan istilah scripless trading.
Ketentuan yang terdapat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata terutama prinsip hukum kebendaan (Buku II) , pada prinsipnya tetap berlaku terhadap suatu Scripless Trading atas efek-efek di pasar modal, seperti konsep peralihan hak kepemilikan ataupun tentang konsep pembuktian hak secara hukum acara perdata.
Adanya ketentuan peraturan perundang-udangan yang mengatur secara khusus mengenai mekanisme penyerahan terhadap efek-efek yang diperjualbelikan di Pasar Modal, seperti yang disebutkan di dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentunya akan mengesampingkan peraturan yang secara umum mengatur mekanisme penyerahan dalam hukum perdata, (levering=penyerahan). Berarti di sini berlaku asas lex posteriori derogat lex priori artinya peraturan yang baru mengesampingkan peraturan yang terdahulu.
Bagi pemegang efek scripless, merupakan suatu kewajaran apabila selamanya ada pegangan tertulis dari laporan transaksi efek melalui
scripless trading ini, yang di tandatangani oleh pihak yang berkompeten (tidak cukup hanya dalam bentuk data elektronik atau printing computer
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (cetakan pertama: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2001)
Hulwati, Transaksi Saham di Pasar Modal Indonesia Prespektif Hukum Ekonomi Islam,(UII Press, Yogyakarta, 2001)
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004)
Najib A.Gisymar, Insider Trading dalam Transaksi Efek, cetakan pertama, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999
Rokhmatussa’dyah., Ana dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Jakarta : Sinar Grafika, Cet.Ke-II, 2011)
Soemitro Hanitijo Ronny, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri”, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990).
Tjiptono Darmadji dan Hendy M.Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab, edisi pertama, Salemba Empat, Jakarta, 2001
Perundang-undangan
Undang-Undangan Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
Internet