• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Analisis Cluster dalam Pengelom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aplikasi Analisis Cluster dalam Pengelom"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Aplikasi Analisis Cluster dalam Pengelompokan Potensi Tanaman Jagung Kabupaten Sleman

Yuni Rafita1 1

Mahasiswa Statistika Universitas Islam Indonesia yuni.rafita@yahoo.com

ABSTRAK

Jagung merupakan bahan makanan pokok utama di Indonesia yang

memiliki kedudukan sangat penting setelah beras. Berdasarkan data Badan Pusat

Statistik (BPS) selama 2000-2011 kenaikan konsumsi jagung setiap tahun

rata-rata 8 persen sementara itu angka peningkatan produksi jagung hanya 6 persen

per tahun. Kabupaten Sleman, sebagai salah satu kabupaten di Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY) merupakan wilayah yang sebagian besar kehidupan ekonomi

masyarakatnya bergerak di sektor pertanian. Berdasarkan data BPS tahun 2011,

Sleman merupakan kabupaten yang memiliki produksi jagung tertinggi kedua

setelah Gunung Kidul. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran umum

profil potensi tanaman jagung dan pengelompokkan wilayah/ desa yang di

Kabupaten Sleman yang memiliki kesamaaan karakteristik dalam potensi

Tanaman Jagung di Kabupaten Sleman tahun 2011. Analisis data menggunakan

metode cluster hierarki dengan average linkage. Berdasarkan hasil analisis

diperoleh 6 kelompok dengan kelompok 1 beranggotakan 12 desa, kelompok 2

beranggotakan 5 desa, kelompok 3 beranggotakan 37 desa, kelompok 4

beranggotakan 1 desa, sedangkan untuk kelompok 5 beranggotakan 4 desa dan

kelompok 6 beranggotakan 3 desa.

(2)

I. PENDAHULUAN

Jagung merupakan bahan makanan pokok utama di Indonesia, yang memiliki kedudukan sangat penting setelah beras. Dalam perkembangan ekonomi dewasa ini, disamping sebagai bahan makanan pokok, jagung telah menjadi lebih sangat penting karena merupakan bahan pokok, jagung telah menjadi lebih sangat penting karena merupakan bahan pokok bagi industri pakan ternak. Kandungan jagung dalam pakan ternak mencapai lebih dari 50% yang apabila harus diimpor, karena produksi dalam negeri tidak cukup, akan menelan devisa yang tidak sedikit ( Bank Indonesia, 2013).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama 2000-2011 kenaikan konsumsi jagung setiap tahun rata-rata 8 persen sementara itu angka peningkatan produksi jagung hanya 6 persen per tahun. Untuk memenuhi kebutuhan produksi nasional, Indonesia mengimpor 76 persen jagung dari negara-negara yang mengembangkan transgenik seperti Argentina sebanyak 832.202 ton, Brazil (340.985 ton), AS (188.206 ton) dan selebihnya dari Cina serta India. sejak 2006--2011 Indonesia telah mengeluarkan biaya sekitar 2,5 miliar dolar AS untuk mengimpor jagung ( Burhani,2013).

Dengan memperhatikan keadaan dan luas lahan serta kondisi lingkungan (iklim) di sebagai besar wilayah Indonesia, impor jagung, seharusnya bisa ditekan sekecil-kecilnya apabila ada upaya yang mendorong petani memanfaatkan lahannya dengan baik untuk penanaman jagung. Masalah bagi petani di dalam penanaman jagung, lebih banyak dikarenakan kesulitan mendapatkan modal dan tidak memiliki ketrampilan tehnis dalam menghadapai berbagai kendala serangan hama dan penyakit serta penggunaan benih varitas yang unggul. Diperlukan berbagai upaya bagi pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi serta kualitas tanaman jagung berupa pembinaan terhadap para petani jagung.

(3)

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundangundangan yang berlaku. Adanya otonomi daerah ini juga memberikan kesempatan pemerintah daerah untuk berperan aktif dalam memajukan daerahnya dalam berbagai bidang termasuk dalam pengembangan dan pembinaan para petani jagung untuk membantu memenuhi kebutuhan jagung di Indonesia.

Kabupaten Sleman, sebagai salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan wilayah yang sebagian besar kehidupan ekonomi masyarakatnya bergerak di sektor pertanian. Selama tahun 2008 – 2011 tercatat dibuku publikasi yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sleman memiliki 17 kecamatan, 86 desa, dan 1212 dusun. Wilayah Kabupaten Sleman yang terbentang mulai 110° 13’00” sampai dengan 110° 33’00” Bujur Timur dan mulai 7°34’51” sampai dengan 7°47’03” Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 1000-2500 meter diatas permukaan laut dinilai cukup potensial untuk pengembangan tanaman jagung mengingat kawasan Sleman yang subur. Pada Daerah Istimewa Yogyakarta, saat ini Sleman merupakan kabupaten yang memiliki produksi jagung tertinggi kedua setelah Gunung Kidul (Dinas Pertanian DIY, 2011).

(4)

Namun, penelitian tentang pengelompokan potensi tanaman jagung di wilayah Kabupaten Sleman, sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengelompokan wilayah yang berdasarkan potensi tanaman jagung, dengan judul “Analisis Cluster dalam Pengelompokan Potensi Tanaman Jagung Kabupaten Sleman”.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran umum profil potensi tanaman jagung di Kabupaten Sleman tahun 2011 dan melihat pengelompokkan wilayah/ desa yang di Kabupaten Sleman yang memiliki kesamaaan karakteristik dalam potensi Tanaman Jagung.

II. METODE PENELITIAN

2.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu statistik tanaman jagung yang diolah dari data publikasi BPS Sleman dalam buku Kecamatan Dalam Angka. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software Micorosoft Excel dan MINITAB 14.

2.2. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan pada pengelompokan desa-desa penghasil jagung diwilayah Kabupaten Sleman berdasarkan luas lahan tanaman jagung, rata-rata produksi/ ha, dan jumlah produksi (Ton). Terdapat sebanyak 62 desa yang menjadi fokus penelitian ini yang tersebar di 13 kecamatan, desa tersebut dipilih berdasarkan desa-desa yang memiliki produksi jagung berdasarkan data yang diperoleh dari BPS.

2.3. Metode Analisis

(5)

teknik statistik untuk mengelompokkan individu-individu atau objek menjadi beberapa kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok. Individu-individu dalam satu kelompok lebih homogen dibandingkan dengan individu yang ada dalam kelompok lain.

Sebelum melakukan pengelompokkan terlebih dahulu harus ditentukan jarak kedekatan antar peubah dengan menggunakan jarak Euclidian. Jarak

euclidian dinyatakan dengan : d(x,y) = ( ∑( xi – yi ) 2

) ½

dimana x adalah amatan pertama dan y adalah amatan kedua. Metode pengelompokan yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode pengelompokan hierarki karena banyaknya kelompok yang dibentuk belum diketahui sebelumnya. Metode yang digunakan untuk menentukan jarak antar kelompok adalah metode pautan rataan (average linkage) yang dipilih karena metode ini bertujuan untuk meminimumkan rataan jarak semua pasangan dari dua kelompok yang digabungkan. Jarak ini dinyatakan dengan :

duv (w) = ∑ ∑

dimana :

dik = jarak antara objek ke-i dalam kelompok (uv) dan objek ke-k dalam kelompok w.

Nuv dan Nw = jumlah amatan dalam kelompok uv dan w.

III. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 3.1. Profil Kabupaten Sleman

(6)

Jumlah penduduk kabupaten Sleman tahun 2011 berdasarkan estimasi penduduk tahun 2010 sebesar 1.125.639 jiwa. Gambaran lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 4.1. Piramida Penduduk Sleman 2011

Gambar 4.1. diatas memperlihatkan gambaran komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Pada tahun 2011 di Kabupaten Sleman Jumlah Penduduk laki-laki, lebih banyak dari penduduk perempuan. Jika dilihat dari kelompok umur, jumlah penduduk usia 30-34 lebih banyak dibandingkan penduduk golongan umur lainnya. Data yang ada menunjukkan jumlah penduduk laki-laki usia 30-34 adalah 55.938, sedangkan jumlah perempuan usia 30-34 adalah 54.872.

3.2. Kondisi Pertanian

Pembangunan pertanian pada tahun 2011 mampu mendukung produksi tanaman pangan berupa padi sawah dan ladang sebanyak 232.713 ton untuk pemenuhan kebutuhan beras di Kabupaten Sleman dan kabupaten lain di Provinsi DIY. Sementara produksi beberapa

100,000 50,000 0 50,000 100,000

0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 +

Perem puan

(7)

tanaman pangan lainnya mengalami penurunan karena terjadinya fenomena perubahan iklim yang ekstrim (curah hujan sangat tinggi) dan serangan organisme pengganggu tanaman yang semakin meningkat.

Tabel 4.1. Perkembangan Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Tahun 2007-2011 (dalam ton)

No Produk 2007 2008 2009 2010 2011

1. Padi sawah 242.684 267.607 268.075 264.317 231.374 2. Padi ladang 194 1.321 1.329 1.756 1.339 3. Beras 153.535 169963 170.263 168.158 147.075 4. Jagung 26.629 30.896 32.712 31.703 38.111

5. Kedelai 705 1.130 772 698 775

6. Ubi kayu 19.923 24.449 26.153 20.868 14.741 7. Pisang 12.049 12.351 12.319 10.020 6.276 8. Rambutan 15.734 16.119 19.748 16.722 16.432

9. Cabe 3.741 3.754 3.951 4.123 4.053

10. Kacang Panjang 1.377 1.938 2.141 2.463 1.876 11. Salak 57.605 58.217 58.599 56.554 33.340

Berdasarkan tabel 4.1. dapat dilihat posisi produksi jagung berada setelah komoditi padi. Ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Sleman, Jagung merupakan salah satu komoditi yang potensial untuk dikembangkan.

a. Analisis Cluster

(8)

Ob se r v a t io n s

Gambar 4.2. Hasil dendogram data tanaman jagung

Berdasarkan gambar 4.2. diatas dengan menggunakan metode pengelompokkan Hierarki yang mana tidak diketahui berapa banyak data yang ingin dipakai, maka dengan menggunakan average linkage dan similarity 75% maka terdapat enam pengelompokkan yaitu dengan pengelompokkan pertama (garis merah ) yang beranggotakan 12 desa, pengelompokkan kedua (garis hijau) beranggotakan 5 desa, pengelompokkan ketiga (garis biru) beranggotakan 37 desa, pengelompokkan keempat (garis orange) beranggotakan 1 desa, sedangkan untuk pengelompokkan kelima (garis pink) beranggotakan 4 desa dan pengelompokkan keenam (garis ungu) beranggotakan 3 desa.

(9)

Gambar 4.3. Output Cluster Centroids

Gambar 4.3. menunjukkan pusat variabel pada setiap kelompok dan pusat variabel secara total. Sedangkan jarak pusat antar kelompok ddapat dilihat pada Gambar 4.4.

Distances Between Cluster Centroids

Cluster1 Cluster2 Cluster3 Cluster4 Cluster5 Cluster6 Cluster1 0.00000 3.11416 1.71916 6.20094 3.73493 2.42741 Cluster2 3.11416 0.00000 3.23875 6.65494 2.41602 3.74168 Cluster3 1.71916 3.23875 0.00000 6.01314 2.65128 2.91263 Cluster4 6.20094 6.65494 6.01314 0.00000 6.96768 3.86017 Cluster5 3.73493 2.41602 2.65128 6.96768 0.00000 4.54909 Cluster6 2.42741 3.74168 2.91263 3.86017 4.54909 0.00000

Gambar 4.4. Distances Between Cluster Centroids

Setelah itu untuk mengetahui anggota dari setiap kelompok, maka dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Pengelompokan Desa

Desa Kelompok

Purwomartani 1

Tirtomartani 1

Tamanmartani 1

Selomartani 1

Wedomartani 2

(10)
(11)

Desa Kelompok

Hargobinangun 3

sendangtirto 1

Tegal tirto 1

Jogo Tirto 1

Kali tirto 1

wukirsari 3

argomulyo 3

umbulharjo 3

margoluwih 6

margodadi 3

margomulyo 3

margoagung 3

margokaton 3

catur tunggal 3

maguwo harjo 3

condong catur 3

Berdasarkan tabel 4.2. diatas, berikut adalah pembagian cluster potensi tanaman jagung Kabupaten Sleman :

Cluster 1 terdiri dari Purwomartani, Tirtomartani, Tamanmartani, Selomartani, Sariharjo, Sindoharjo, Donoharjo, Madurejo, Sendangtirto, Tegaltirto, Jogotirto, Kalitirto. Cluster 2 terdiri dari Wedomartani, Umbulmartani, Widodomartani, Bimomartani, Sindumartani. Cluster 3 terdiri dari Minomrtani, Sukoharjo, Sardonoharjo, Caturharjo, Triharjo, Tridadi, Pandowoharjo, Sumberharjo, Wukiharjo, Gayamharjo, Sambirejo, Bokoharjo, Sidorejo, Sidoluhur, Sidomulyo, Sidoagung, Sidokarto, Sidoarum, Sidomoyo, Balecatur, Ambarketawang, Bayuraden, Nogotirto, Trihanggo, Pakembinangun, Hargobinangun, Wukirsari, Argomulyo, Umbulharjo, Margodadi, Margomulyo, Margoagung, Margokaton, Caturtunggal, Maguwoharjo, Condongcatur. Custer 4 adalah Trimulyo Cluster 5

adalah Sumberrahayu, Sumbersari, Sumberagung, Sumberarum.

(12)

Berdasarkan hasil pengelompokan tersebut, maka berikut adalah rata-rata berdasarkan desa yang telah dikelompokkan :

Tabel 4.3. Rata-rata Hasil Pengelompokkan

Kelompok

Rata-rata Kelompok Luas Panen

(Ha)

Rata-rata Produksi (Kw/Ha)

Produksi (Ton)

1 140.5 66.4175 913.1475

2 139 7.7 1070.3

3 44.3983784 60.17838 1542.503

4 94 56.5 22597.6

5 2.5 12.8 32

6 151.42 62.22 9444.02

Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa luas panen yang tertinggi terdapat pada kelompok 6, terbukti dengan rata-rata luas panen yaitu sekitar 151.42 Ha. Sedangkan rata-rata produksi ( Kw/Ha) tertinggi terdapat pada kelompok 1, dan jumlah produksi tertinggi yaitu 66.4175. Selanjutnya untuk produksi (Ton) yang tertinggi terdapat pada kelompok 6.

Berdasarkan potensi terhadap tanaman jagung urutan kelompok pengembangan dapat dilakukan dengan kelompok 6, kelompok 4, kelompok 3, kelompok 2, dan kelompok 1.

IV. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan :

1. Kondisi pertanian di Kabupaten Sleman dilihat dari perkembangan produksi tanaman pangan dan hortikultura Tahun 2007-2011, posisi produksi jagung berada setelah komoditi padi. Ini menunjukkan bahwa di Kabupaten Sleman, Jagung merupakan salah satu komoditi yang potensial untuk dikembangkan. 2. Berdasarkan pada analisis cluster dengan menggunakan metode

(13)

desa, kelompok 3 beranggotakan 37 desa, kelompok 4 beranggotakan 1 desa, sedangkan untuk kelompok 5 beranggotakan 4 desa dan kelompok 6 beranggotakan 3 desa.

3. Rata-rata hasil pengelompokan bahwa luas panen yang tertinggi terdapat pada kelompok 6 yaitu 151.42 Ha. Sedangkan rata-rata produksi ( Kw/Ha) tertinggi terdapat pada kelompok 1 yaitu 66.4175. dan produksi (Ton) yang tertinggi terdapat pada kelompok 6.

Gambar

Gambar 4.1. Piramida Penduduk Sleman 2011
Tabel 4.1.  Perkembangan Produksi Tanaman Pangan dan
Gambar 4.2. Hasil dendogram data tanaman jagung
Tabel 4.2. Hasil Pengelompokan Desa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah hasil analisis kinerja lalu lintas simpang tidak bersinyal Rungkut Madya-Gununganyar Sawah pada tahun eksisting diketahui, maka dapat dianalisis perkiraan kinerja

“qualitative forecasting techniques relied on human judgments and intuition more than manipulation of past historical data ” atau metode yang hanya didasarkan kepada historical

Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT kerana memberi nikmat kesihatan, kelapangan masa, idea dan buah fikiran untuk saya menyiapkan kajian ini. Tanpa nikmat

Menurut penelitian Firma A (2014), menyatakan bahwa tingkat pengetahuan penderita DM dalam melakukan pencegahan luka kaki diabetik mayoritas sebelum mendapatkan pendidikan

Melalui pendakatan urai-udar drama radio yang dicetuskan oleh L Murbandono HS, peneliti menerapkan setiap unsur drama radio yang telah dijabarkan oleh Murbandono

Hasil penelitian: Diketahui bahwa lebih dari setengahnya responden tidak mengalami kejadian KEK sebanyak 35 orang (53%), diketahui bahwa lebih dari setengahnya responden

Sumber Pertumbuhan Riil Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau.. Analisis Pertumbuhan

Ketika diminta untuk membayar Waqf-e-Jadid, beliau memenuhinya dengan tidak sabar dan berkata, ‘Sejak saya mulai membayar candah, dengan karunia Allah Ta’ala, bisnis saya