• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KRED (17)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KRED (17)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

KREDIT DAN INSTRUMENT

DERIVATIF PADA

BANK BUKOPIN TBK

MUHAMAD REZA DEMARA

Universitas Trilogi

1.

Latar Belakang Masalah

(2)

satu risiko yang menjadi sumber penilaian kesehatan suatu bank adalah dari sumber pembiayaan/kredit yang dimana suatu bank harus mempunyai nilai NPL (non performing loan)/kredit macet harus dibawah 5%. Angka ini menunjukkan berapa persen kredit yang bermasalah dari keseluruhan kredit yang mereka kucurkan ke masyarakat. Pada tahun 2004, nilai NPL perbankan nasional mencapai 4,5% dan meningkat pada bulan agustus 2005 menjadi 8,9%. Selanjutnya pada akhir semester I tahun 2006, dua diantara BUMN perbankan Indonesia masih mencatat tingkat kredit macet (non performing loan atau NPL) yang tinggi. Akibatnya performa keuangan mereka jadi ikut terganggu. Manajemen risiko adalah suatu proses untuk mengindentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul serta mengambil langkah – langkah perbaikan yang dapat menyesuaikan risiko pada tingkat yang 3 dapat diterima, sehingga bank dapat memiliki komposisi portofolio dengan risk dan return yang seimbang.

Instrumen keuangan derivatif Instrumen keuangan derivatif (termasuk transaksi mata uang asing untuk tujuan pendanaan dan perdagangan) diakui sebesar nilai wajar pada neraca konsolidasian. Nilai wajar ditentukan berdasarkan harga pasar model penentuan harga atau harga pasar instrumen lain yang memiliki karakteristik serupa. Derivatif dicatat sebagai aset apabila memiliki nilai wajar positif dan sebagai kewajiban apabila memiliki nilai wajar negatif Keuntungan atau kerugian yang terjadi dari perubahan nilai wajar kontrak derivatif yang tidak ditujukan untuk lindung nilai (atau tidak memenuhi kriteria untuk dapat diklasifikasikan sebagai lindung nilai) diakui dalam laporan laba rugi konsolidasian periode berjalan. Sejak 1 Januari 2010, penyisihan kerugian penurunan nilai dibentuk jika terdapat bukti objektif penurunan nilai. Sebelum 1 Januari 2010, penyisihan kerugian dibentuk berdasarkan penelaahan terhadap kolektibilitas dari masing-masing saldo derivatif.

2.

Tujuan Penulisan

(3)

3.

Pembahasan

Dalam mengelola risiko kredit, Bank telah memiliki kebijakan dan pedoman perkreditan, yang disempurnakan secara berkala, dengan tetap didasarkan pada prinsip pengelolaan risiko yang independen sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dan peraturan eksternal lainnya, dan kebijakan manajemen risiko yang terkait dengan pemberian kredit. Pengelolaan risiko kredit mencakup aktivitas penyaluran kredit serta eksposur risiko kredit Iainnya seperti penempatan, pembelian surat-surat berharga, dan penyertaan, yang dikelola secara komperehensif baik pada tingkat portofolio maupun transaksi. Bank melakukan evaluasi atas tingkat risiko kredit terkait pemberian fasilitas kepada nasabah atau proyek, dengan mempertimbangkan berbagai faktor, antara lain: 1. Kondisi keuangan historis dan proyeksi, termasuk neraca, laba rugi, dan arus kas nasabah; 2. Riwayat hubungan kredit; 3. Kualitas, kinerja, dan pengalaman dari pengelolaan nasabah; 4. Sektor industri nasabah; 5. Posisi nasabah dalam persaingan di industri sejenis; serta 6. Kondisi ekonomi secara umum. Terhadap eksposur risiko kredit yang lebih khusus seperti kredit perorangan, fasilitas antar bank dan sebagainya, Bank melakukan evaluasi secara tersendiri dengan menggunakan faktor yang dapat saja berbeda, sesuai dengan karakteristik spesifik dari setiap jenis

(4)

portofolio kredit maupun eksposur risiko kredit lain yang bermasalah. Upaya yang dilakukan diantaranya adalah restrukturisasi fasilitas kredit yang bermasalah, pembentukan

pencadangan untuk menutup potensi kerugian, hingga pelaksanaan hapus buku. Proses pengelolaan kredit bermasalah telah diatur secara tersendiri dalam kebijakan yang bersifat khusus, termasuk pembentukan unit kerja khusus yang menanganinya. Bank telah

menjalankan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko yang mencakup profil risiko kredit secara terintegrasi dalam suatu proses manajemen risiko yang komprehensif.

(5)

Kredit UKM memiliki beberapa produk diantaranya Kredit Pembiayaan Gula, K3A, KUR, KPKU, SU- 005, KKP-E, Kredit Pembiayaan Alat Berat, Kredit Hiswana Migas, Kredit Pengadaan Gabah-Beras Kepada Divre, dan Kredit Umum. Secara keseluruhan pada tahun 2015 kinerja produk kredit UKM mengalami peningkatan sebesar 27,57% atau sebesar Rp5,91 triliun dari pencapaian penyaluran kredit sebesar Rp21,42 triliun di tahun 2014 menjadi Rp27,33 triliun di tahun 2015. Berdasarkan tabel kinerja produk UKM di atas, peningkatan pertumbuhan produk UKM didominasi oleh produk kredit UKM umum sebesar 33,37% atau Rp5,71 triliun dari total penyaluran kredit sebesar Rp17,10 triliun di tahun 2014 menjadi Rp22,81 triliun di tahun 2015. Di sisi lain, produk lainnya mengalami penurunan. Penurunan terbesar berasal dari produk KPKU dengan penurunan sebesar 22,62% atau Rp245 miliar dari Rp1,08 triliun di 2014 menjadi Rp838 miliar. Dampak dari perlambatan pertumbuhan ekonomi dan penurunan harga komoditas berdampak pada penurunan penyaluran kredit di sektor ini

Kredit UKM akan tetap menjadi peluang pasar yang menjanjikan untuk kedepannya mengingat jumlah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (retail) sudah berjumlah 57,2 juta pelaku. Kondisi ini juga didukung oleh kebijakan Pemerintah yang mendorong untuk pembudidayaan sektor Usaha Mikro,Kecil, dan Menengah (UKM). Usaha ini cukup menjanjikan, mengingat bahwa sektor retail sudah terbukti sudah cukup tangguh dalam menghadapi dinamika perubahan ekonomi mikro maupun makro. Secara internal, Perseroan terus berperan aktif dalam mengembangkan proses bisnis kredit retail UKM untuk memenuhi misi Perseroan yaitu berperan aktif dalam mengembangkan Usaha Menengah, Kecil, Kecil dan Mikro yang berdaya saing. Semakin sering dilibatkannya perseroan dalam dalam penyaluran kredit kepada UKM oleh Pemerintah, maka semakin meningkatkan prospek usaha ini bagi Perseroan.

Rasio kredit macet (NPL) pada bisnis kartu kredit Bukopin masih berada pada level 2,26%. Rasio tersebut lebih tinggi dibandingkan rasio NPL tahun sebelumnya yang sebesar 2,06%.

Upaya yang dilakukan untuk menekan NPL di 2015 yaitu: • Menentukan Capacity Plan (penambahan staff collection) di staff yang menangani bucket NPL • Meng-update scheme

(6)
(7)

biaya-biaya untuk memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak. Nilai tercatat aset keuangan diturunkan melalui akun penyisihan dan jumlah kerugian yang terjadi diakui pada laporan laba rugi konsolidasian. Pendapatan bunga tetap diakui atas nilai tercatat yang telah diturunkan tersebut berdasarkan tingkat suku bunga efektif awal yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dari aset tersebut. Jika pada periode berikutnya, jumlah estimasi kerugian penurunan nilai meningkat atau menurun karena peristiwa yang terjadi setelah pengakuan kerugian penurunan nilai, maka kerugian penurunan nilai yang sudah diakui sebelumnya dinaikkan atau diturunkan dengan menyesuaikan akun penyisihan. Aset keuangan dan penyisihan yang terkait dihapuskan jika tidak ada peluang yang realistis untuk pengembalian masa datang dan semua jaminan telah terealisasi atau sudah diambil alih oleh Bank.

4.

Rekomendasi

Seharusnya peneliti selanjutnya menambah periode penelitian agar bisa mendapatkan hasil yang lebih baik

Untuk peneliti selanjutnya dianjurkan untuk melihat faktor – faktor lain. Hal ini dapat disesuaikan pada kondisi ekonomi pada periode penelitian.

Saran yang diberikan berkaitan dengan efektifitas penerapan manajemen resiko dan instrumen derifatif adalah agar bank bukopin dapat mempertahan manajemen resiko yang telah dicapai.

Agar bank bukopin dalam meningkatkan lagi kualitas penerapan manajemen resiko dan intrumen derivatif agar lebih baik lagi.

5.

Kesimpulan

Bank Bukopin mengembangkan model dan sistem untuk manajemen risiko, seperti Internal Credit Risk Rating (ICRR), Credit Scoring (E Flow, Sistem Informasi Kredit Mikro/SIKM), Operational Risk and Control Self Assessment (RCSA), dan Asset and Liabilities Risk Management Model membuat Pt.Bank Bukopin mejadi lebih baik.

Seorang manajer risiko yang ingin menggunakan instrument deviratif sebaiknya harus

memahami benar karateristik instrument tersebut, biasanya ketidaktahuan akan

karateristik yang menyebabkan terperangkap dalam kesulitan yang berkaitan dengan

(8)

6. Daftar Pustaka

1. Kisman, Z. Model For Overcoming Decline in Credit Growth (Case Study of Indonesia

with Time Series Data 2012M1-2016M12). Journal of Internet Banking and

Commerce.Vol.22, No. 3,2017.

2. Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset Pricing Model

(CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting the Return of Stocks in

Indonesia Stock Exchange. American Journal of Economics, Finance and Management

Vol. 1, No. 3, 2015, pp. 184-189

3. Kisman, Z.Disappearing Dividend Phenomenon: A Review of Theories and Evidence.

Transylvanian Review.Vol XXIV, No. 08,2016.

4. http://www.bukopin.co.id/files/pdf/fr_2011_03.pdf

5. Kartika.S. Penerapan Manajemen Risiko Pada Perbankan di indonesia, Universitas

Negeri Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

, maka titik setimbang endemik akan cenderung stabil asimtotis, yang menunjukkan bahwa penyakit tanaman akan bertahan selama sisa hidupnya Hasil simulasi numerik

Kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam memahai masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek where (dimana) secara klasikal

Dari hasil analisis permasalahan yang telah dilakukan, maka penulis menyusun laporan skripsi dengan judul “ Sistem Informasi Jasa Servis Mobil Pada Bengkel Adi Jaya

Tujuan dari pengerjaan tugas akhir ini adalah untuk membangun sebuah program aplikasi penjadwalan mata kuliah yang berjalan pada PC / Laptop dan Sistem Operasi Berbasis

Kewenangan desa menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 7 di antaranya adalah urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul

Berdasarkan praktikum kali ini tentang “laju reaksi”, seperti yang telah dijelaskan dalam teori bahwa Laju reaksi didefinisikan sebagai laju pengurangan konsentrasi molar salah

tujuan dibuatnya model aplikasi ini adalah merancang sebuah model yang tepat guna yang kemudian akan diterapkan ke dalam sebuah aplikasi mobile yang mana sebagai media

Secara umum, peningkatan konsentrasi PPC organik meningkatkan pertumbuhan bibit gaharu dimulai dari konsentrasi PPC organik 0 ml/L air sampai dengan 2 ml/L air yang