• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 NGAPA DALAM MENEMUKAN MASALAH UTAMA DARI BERITA YANG BERTOPIK SAMA MELALUI MEMBACA EKSTENSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 NGAPA DALAM MENEMUKAN MASALAH UTAMA DARI BERITA YANG BERTOPIK SAMA MELALUI MEMBACA EKSTENSIF"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 NGAPA

DALAM MENEMUKAN MASALAH UTAMA DARI

BERITA YANG BERTOPIK SAMA MELALUI

MEMBACA EKSTENSIF

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratGuna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan

dan IlmuPendidikanUniversitas Sembilanbelas November Kolaka

OLEH

REKA RATNASARI NIM A1A114114

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

(2)
(3)
(4)
(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, penulis ucapkan segala puji syukur atas kehadirat Allah Swt, Tuhan penguasa segala yang ada di langit dan di bumi yang tidak pernah menutup jalan karunia, rahmat, dan nikmat-Nya kepada umat manusia. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah mereformasi tatanan kehidupan umat manusia dari kehidupan jahiliyah menjadi lebih beradab.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan teristimewa kepada keluarga, terutama kepada kedua orang tua tercinta, atas kasih sayang dan cinta tulus yang telah diberikan selama ini. Salam sayang dan rindu selalu. Semoga keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat senantiasa menyertai kami semua. Amin!

Penulis haturkan terimakasih atas arahan Bapak Agus Nasir, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing I dan Bapak La Alu, S.Pd., M.Hum., selaku pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk memberi arahan, nasihat dan bimbingan kepada penulis selama penyelesaian hasil penelitian ini. Semoga kesuksesan, kesehatan, dan keselamatan selalu menyertai keduanya. Aamiin!

Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

(6)

2. Bapak Zakaria, S.S., M.A. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yang selalumemudahkan proses penyelesaianstudiini, khususnyaterkaitdenganadministrasi yang kami perlukan.

3. BapakAgus Nasir, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang tanpa lelah membimbing dan membantu penulis menyelesaikan studi ini.

4. Bapak La Alu, S.Pd., M.Hum. selaku ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia yang tanpa lelah membimbing dan membantu penulis menyelesaikan studinya. 5. Seluruh dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membentuk

kepribadian penulis menjadi lebih baik. Terima kasih dan salam sukses selalu.

6. Rekan-rekan mahasiswa di Lasusua angkatan 2014 yang telah memberikan perhatiannya. Terimakasih untuk kebersamaan dan kerjasama yang terangkai dengan indah selama ini.

Akhirnya banyak hal, kenangan, suka, dan duka dalam perjalanan studi ini yang mungkin tidak selamanya sempurna. Jadi, penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran demi suatu perbaikan yang lebih baik. Penting untuk diingat dan diamalkan bahwa jangan pernah merasa lupa dan berat untuk

mengucapkan “terima kasih” karena dua kata inilah yang selalu membuat orang

lain mengingat kita dan tercatat sebagai amal baik. Aamiin!

Kolaka, Mei 2018

Penulis

(7)

Skripsi Berjudul“Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam Menemukan Masalah Utama Dari Berita yang Bertopik Sama Melalui Membaca Ekstensif”oleh Reka Ratnasari NIM A1A114114. Latar belakang penelitian ini adalahdalam memahami sebuah berita, diharapkan siswa dapat diarahkan untuk memahami isi berita dengan menemukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif.permasalahan dalam penelitian ini adalah

“Bagaimanakah Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam Menemukan Masalah Utama Dari Berita yang Bertopik Sama Melalui Membaca Ekstensif?” Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif.Penelitian ini tergolong penelitian lapangan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun teknik penarikan sampel, yakni menggunakan teknik total sampling. Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dari66orang siswa yang dijadikan sampel penelitian, terdapat 57 orang siswa atau 86,36%masuk dalam kategori mampu dalam memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. Dari enam aspek yang diukur, kategori mampu terdapat pada aspek what (apa) 87,87%dan aspek who(siapa) 86,36%. Sedangkan kategori tidak mampu terdapat pada aspek why(mengapa) 71,21%, when (kapan) 81,81%, where (dimana) 81,81%dan aspek how (bagaimana)34,84%. Diantara aspek penilaian yang ada, aspek how (bagaimana) merupakan aspek yang paling rendah diantara aspek lainnya. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapasudah mampu memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif karena telah mencapai kriteria kemampuan secara klasikal yaitu minimal 85% dengan kemampuan individual minimal 75%.

(8)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 8

2.1 Defenisi Membaca ... 8

2.2 Tujuan Membaca ... 11

2.3 Jenis-Jenis Membaca ... 13

2.4 Membaca Ekstensif... 14

2.5 Macam-Macam Membaca Efektif ... 15

2.6 Defenusu Berita ... 17

2.7 Jenis-Jenis Berita ... 18

2.8 Kriteria Berita yang Baik ... 22

2.9 Unsur Berita Berdasarkan 5W + 1H ... 27

2.10 Pembelajaran Memahami Berita di SMP Kelas VIII Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 30

3.1 Metode Penelitian ... 30

(9)

4.1 Data Hasil Penelitian... 36

4.2 Analisis Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa Dalam Menemukan Masalah Utama dari Berita yang Bertopik Sama Melalui Membaca Ekstensif pada Setiap Aspek. ... 41

4.2.1 Analisis AspekWhat(Apa) ... 41

4.2.2 Analisis AspekWhy(Mengapa)... 42

4.2.3 Analaisis AspekWho(Siapa)... 44

4.2.4 Analaisis AspekWhen(Kapan) ... 45

4.2.5 Analisis AspekWhere(Dimana) ... 47

4.2.6 Analisis AspekHow(Bagaimana) ... 48

4.3 Analisis Keseluruhan Aspek Penilaian ... 50

4.4 Interpretasi Hasil Penelitian ... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 54

5.1 Simpulan... 54

(10)

DAFTAR TABEL

NO. Nama Tabel Halaman

3.1 Jumlah Sampel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa

Tahun Ajaran 2017/2018 ... 31 3.2 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1

Ngapa dalam Menemukan Masalah Utama Dari Berita Yang

Bertopik Sama Melalui Membaca Ekstensif... 32 3.3 Kriteria Kategori Ketuntasan ... 34 4.1 Hasil perolehan skor seluruh aspek siswa kelas VIII

SMP Negeri 1 Ngapa ... 37 4.2 Hasil Kemampuan Memahami menemukan masalah utama

dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif... 40 4.2.1 Penyebaran Jumlah Perolehan Skor dan Nilai

Pada AspekWhat(Apa) ... 41 4.2.2 Penyebaran Jumlah Perolehan Skor dan Nilai

Pada AspekWhy(Mengapa) ... 42 4.2.3 Penyebaran Jumlah Perolehan Skor dan Nilai

Pada AspekWho(Siapa) ... 44 4.2.4 Penyebaran Jumlah Perolehan Skor dan Nilai

Pada AspekWhen(Kapan)... 45 4.2.5 Penyebaran Jumlah Perolehan Skor dan Nilai

Pada AspekWhere(Dimana) ... 47 4.2.6 Penyebaran Jumlah Perolehan Skor dan Nilai

Pada AspekHow(Bagaimana)... 48 4.3 Kemampuan Memahami Masalah Utama dari Berita yang

Bertopik Sama melalui Membaca Ekstensif Siswa kelas VIII

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, hal ini tampak dari berbagai aktifitas yang dilakukan manusia sebagai mahluk sosial yang selalu membutuhkan bahasa untuk mencapai tujuan hidupnya. Salah satu kunci sukses dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa adalah ketepatan berbahasa. Penggunaan bahasa yang tidak teratur dalam berbahasa itu tentu saja memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang luas dan mendalam mengenai ilmu bahasa itu sendiri.

Pembelajaran bahasa pada hakekatnya bertujuan agar siswa lebih mahir dalam menggunakan keterampilan berbahasa dengan baik. Ditinjau dari aspek kemampuan berbahasa berdasarkan pandangan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa ada empat aspek yakni aspek menyimak, aspek berbicara, aspek membaca dan aspek menulis. Keempat aspek tersebut merupakan faktor utama dala kemampuan berbahasa yang menjadi pendukung dalam menyampaikan pikiran, gagasan dan pendapat, baik secara lisan, maupun tertulis, sesuai dengan konteks komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa (Depdiknas, 2006: 3).

Dari keempat aspek keterampilan berbahasa di atas, salah satu yang perlu dikembangkan adalah ketarampilan membaca. Karena keterampilan membaca

(12)

merupakan salah satu keterampilan dasar bagi siswa yang harus mereka kuasai agar dapat mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pembelajaran dan pendidikan di sekolah serta bekerja di masyarakat (Subyantoro, 2003: 1). Tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat dipengeruhi oleh kemampuannya dalam membaca. Selain itu, keterampilan membaca juga sangat penting dalam peningkatan kualitas hidup seseorang sebagai anggota masyarakat untuk memperoleh informasi baik itu dari media cetak, buku-buku dan majalah.

Kemampuan siswa dalam mengembangkan keterampilan mebaca sagat berpengaruh pada tingkat pemahamannya terhadap sebuah objek kaiian. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam keterampilan membaca, siswa tidak sekedar hanya membaca teks yang ada di hadapannya semata. Apabila seorang siswa sudah mampu memahami dan mengungkapkan kembali sebuah bacaan baik secara lisan maupun secara tertulis, berarti siswa tersebut dianggap sudah berhasil dalam keterampilan membaca. Dalam proses pembelajaran sangat ditekankan perlunya seorang siswa memiliki keterampilan membaca baik oleh guru maupun siswa. Karena keterampilan membaca merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh setiap siswa agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.

(13)

Dalam memahami sebuah berita, diharapkan siswa dapat diarahkan untuk memahami isi berita dengan menemukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. Oleh karena itu, pembelajaran mengenai pokok-pokok berita perlu mendapatkan perhatian serius dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Salah satu langkah yang perlu dilakukan adalah dengan mengadakan penelitian terhadap kemampuan membaca siswa yaitu dengan melihat kemampuan siswa pada aspek pemahaman dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif dengan menggunakan 5W + H atau dalam istila Indonesia dikenal dengan ADIKSIMBA (Apa yang terjadi, Dimana peristiwa itu terjadi, Kapan peristiwa itu terjadi, Siapa yang terlibat dalam kejadian itu, Mengapa hali itu terjadi, dan yang terakhir Bagaimana proses terjadinya).

(14)

Berangkat dari hal tersebut, maka guru bahasa Indonesia harus memiliki kompetensi dalam memahami berbagai bentuk wacana nonsastra dalam bentuk berita yang terkait dengan isi berita, jenis-jenis berita, sampai penguasaan pada penentuan pokok-pokok berita. Dengan demikian dengan kompetensi dan profesionalisme yang dimilikinya, guru yang bersangkutan dapat mendorong siswa untuk meningkatkan kemampuannya dalam proses belajar mengajar karena kemampuannya dalam mengelolah kelas, penguasaan bahan ajar sampai pada tahap penilaian terhadap kemampuan membaca siswa.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Kemampuan menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa”. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti

untuk mengukur kemampuan siswa SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dalam berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengukur ketercapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang berkenaan dengan kemampuan menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif.

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumya, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam Menemukan Masalah Utama Dari Berita yang Bertopik Sama Melalui Membaca Ekstensif?”

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dicapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dalam mengidentifikasi unsur-unsur berita dengan analisis 5W + 1H.

2. Manfaat praktis

(16)

b. Sebagai bahan masukan kepada pengajar untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dalam menemukan masalah utama dalam berita,

c. Bahan informasi dan rujukan bagi peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lanjutan yang relevan dengan penlitian in

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif yang meliputi unsur 5W + 1H yaitu:

d. What/ apa = tentang atau hal peristiwa

e. Who/ siapa = orang atau subjek manusia yang terlibat dalam peristiwa f. Where/ di mana = tempat kejadian peristiwa

g. When/ kapan = waktu terjadinya peristiwa

h. Why/ mengapa = alasan atau sebab terjadinya peristiwa i. How/ bagaimana = proses terjadinya peristiwa.

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalapahaman tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan istilah berikut ini:

(17)

b. menemukan masalah utama dalam berita yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi 5W + 1H (Apa yang terjadi, Dimana peristiwa itu terjadi, Kapan peristiwa itu terjadi, Siapa yang terlibat dalam kejadian itu, Mengapa hali itu terjadi, dan yang terakhir Bagaimana proses terjadinya),

(18)

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Defenisi Membaca

Berbagai defenisi dan penjelasan mengenai proses membaca ada di dalam hampir setiap buku tentang membaca. Para pakar dan ahli dalam bidang membaca berulang-ulang membuat defenisi, bagan, model, dan pola pemikiran tentang hakikat membaca.

Iswara dan Harjasujana (1997; 103) mengemukakan bahwa ada tiga kelompok yang mendefenisikan membaca. Kelompok pertama membuat defenisi membaca sebagai suatu tafsiran terhadap pengalaman secara umum. Frank Jennings (1965) sebagai wakil kelompok pertama berpandangan bahwa membaca dimulai dengan pengenalan terhadap peristiwa yang berulang-ulang datang seperti matahari yang terbit setiap pagi, bulan yang bersinar pada malam hari, angin yang bertiup menerpa dedaunan. Bagi Jennings, membaca merupakan tanda-tanda dan keajaiban-keajaiban seperti yang dimiliki bulan yang selalu berubah, matahari yang tetap keadaannya dan bintang-bintang yang bergerak sepanjang malam dalam jarak yang tidak pernah bergeming. Kenyataan-kenyataan itu berlaku baik bagi manusia yang hidup di mulut-mulut gua maupun bagi kita yang duduk di belakang meja, bahkan bagi mereka yang bercokol di kursi-kursi dewan perwakilan rakyat atau di ruang-ruang perundingan dan perdebatan.

Kelompok kedua, membaca merupakan penafsiran atas lambang-lambang grafis. Rudolf Flesch (1955) wakil pertama kelompok ini memamndang membaca sebagai suatu kegiatan memperoleh makna dari berbagai huruf. Sebagai salah

(19)

seorang wakil dari kelompok dua dan sebagai seorang linguis. Charles Fries (1962) memandang membaca sebagai pengembangan kemampuan merespon yang sangat beragam terhadap seperangkat bangun grafis yang khas. Proses belajar membaca dalam bahasa ibu merupakan proses mentransfer lambang-lambang yang pernah dikenalinya. Kegiatan membaca harus dikembangkan melalui penggunaan bahasa.

Makna membaca bagi kelompok ketiga merupakan gabungan defenisi kelompok pertama dan kedua. Wakil kelompok ketiga yang pertama Ernest Horn (1973) memandang membaca sebagai salah satu kegiatan yang meliputi berbagai proses pendekatan kesempurnaan, dan kelestarian makna melalui penggunaan kertas bertulis. Defenisi Horn itu disusul oleh David Russel (1960) yang memandang membaca sebagai kegiatan yang rumit dan kompleks. Baginya membaca itu meliputi rangsangan berkas cahaya pada retina mata yang kemudian sampai di otak, persepsi tentang kata dan kelompok kata, fungsi otot mata yang memiliki kontrol yang pasti, ingatan langsung tentang apa yang baru saja dibaca, minat terhadap isi bacaan, danm organisasi materi yang bermanfaat.

(20)

pengetahuan yang sudah dimilikinya (Anderson dalam Akhadiah, dkk, 1991: 22). Secara sederhana dimaksud membaca adalah hanya terbatas pada pengolahan bacaan secara eksplisit (aspek bahasa), sementara lebih kompleks adalah bukan sekedar memahami yang tersurat tetapi yang lebih dari itu adalah faktor pemahaman makna yang tersirat dari bacaan itu lebih sempurna.

Dari segi linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembaca sandi (arecording and decoding process), berlainan dengan pembicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna (Anderson dalam Tarigan, 1994: 209-210). Di samping batasan atau pengertian yang telah diutarakan, maka pembacaan dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain, yakni mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang yang tertulis.

(21)

hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran serta interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut (Andeson dalam Tarigan, 1994: 211).

2.2 Tujuan Membaca

Menurut Akhadiah, dkk (1991: 25) menjelaskan tujuan membaca sangat beragam, bergantung pada situasi dan kondisi pembaca. Secara umum tujuan ini dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Salah satu tujuan membaca adalah untuk mendapatkan informasi yang dimaksud di sini mencakup informasi bisa tentang fakta dan kejadian sehari-hari sampai informasi tingkat tinggi dengan teori-teori serta penemuan dan temuan ilmiah yang canggih. Tujuan ini mungkin berkaitan dengan keinginan pembaca untuk mengembangkan diri.

2. Ada orang tertentu yang membaca dengan tujuan agar citra dirinya meningkat. Mereka ini mungkin membaca karya para penulis kenamaan, bukan karena berminat terhadap karya tersebut melainkan agar orang memberikan nilai positif terhadap diri mereka. Tentu saja kegiatan membaca bagi orang-orang seperti ini sama sekali bukan merupakan kebiasaannya, tetapi hanya dilakukan sekali-sekali di depan orang lain.

(22)

dipilihnya adalah bacaan yang bermanfaat dengan situasi yang sedang dihadapinya.

4. Mungkin juga orang membaca untuk tujuan rekreatif, untuk mendapatkan kesenangan atau hiburan. Bacaan yang dipilih untuk tujuan ini adalah bacaan-bacaan ringan atau sejenis bacaan-bacaan yang disukainya, misalnya cerita tentang cinta, detektif, petualangan dan sebagainya.

5. Kemungkinan lain, orang membaca tanpa tujuan apa-apa, hanya iseng, tidak tahu apa yang akan dilakukan; jadi hanya sekedar untuk merintang waktu. Dalam situasi ini orang tidak memilih atau menentukan bacaan, apa saja dibaca; iklan, cerpen, berita keluarga, lelucon pendek, dan sebagainya.

6. Tujuan membaca yang tinggi adalah untuk mencari nilai-nilai keindahan atau pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Dalam hal ini bacaan yang dipilih adalah karya yang bernilai sastra.

Tujuan membaca yang mirip dengan konsep di atas juga dikemukakan Tusalessy (1999: 4) menyatakan bahwa membaca bertujuan sebagai berikut: 1. untuk memahami bahasa;

2. untuk mendapatkan informasi;

3. untuk kepentingan studi akademik atau kepentingan kritik; dan 4. untuk kesenangan.

Selanjutnya, Purwanto dan Alim (1997: 27) mengemukakan bahwa tujuan membaca itu banyak, yakni.

(23)

2. Mempunyai nilai praktis. Bagi perseorangan itu merupakan alat untuk menambah pengetahuan;

3. Sebagai penghibur dalam mengisi waktu waktu luang; dan

4. Memperbaiki akhlak dan bernilai keagamaan, jika yang dibaca adalah buku-buku yang bernilai etika ataupun keagamaan.

2.3 Jenis-Jenis Membaca

Pembagian jenis membaca tergantung pada sudut pandang mana yang digunakan. Jika ditinjau dari segi bersuara tidaknya seseorang ketika membaca, maka dibedakan atas membaca bersuara dan membaca tak bersuara. Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis (mechanical skill) tersebut, maka aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring, membaca bersuara (reading alaod; oral reading). Dan untuk keterampilan pemahaman (koprehension skills), maka yang paling tepat adalah dengan membaca dalam hati (silent reading) yang dapat pula dibagi atas membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca intensif (intensive reading).

(24)

2.4 Membaca Ekstensif

Tarigan (1994:31) menyatakan bahwa dalam kegiatan membaca terdapat jenis membaca ekstensif. Membaca ekstensif yaitu membaca secara luas. Objek dari membaca ekstensif meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu sesingkat mungkin. Membaca ekstensif bacaan atau teks menuntut untuk memahami isi 19 bacaan atau teks yang penting-penting dengan cepat dan kegiatan membaca secara efektif dapat terlaksana.

Kholid, dkk (1998:213) mengatakan bahwa membaca ekstensif merupakan program membaca yang dilakukan secara luas. Para siswa diberikan keluasan dan kebebasan dalam hal memilih, baik jenis maupun lingkup bahan-bahan bacaan yang dibacanya. Pengertian lain tentang membaca ekstensif adalah cara membaca secara cepat dan sekilas dengan tujuan memahami gambaran isi buku secara umum.

Membaca ekstensif memiliki tujuan dan tuntutan untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat sehingga membaca secara efektif akan terlaksana. Dua hal yang ditekankan dalam membaca ekstensif, yaitu cepat dan tepat. Cepat berarti kemampuan untuk memanfaatkan waktu seefektif mungkin untuk menemukan informasi-informasi yang ada dalam teks. Tepat berarti informasi yang didapat merupakan informasi yang tepat meskipun proses membaca dilakukan dengan cepat.

(25)

bacaan yang dibaca, sedangkan membaca intensif menuntut membaca secara detail-detailnya, baik bahasa maupun isi cerita yang terperinci sampai sekecilkecilnya.

Jadi, keterampilan dalam membaca ekstensif yaitu keterampilan membaca untuk mendapat pemahaman secara keseluruhan dari beberapa teks bacaan dalam 20 waktu sesingkat mungkin. Hal yang ditekankan dalam membaca ekstensif adalah kecepatan dan ketepatan dalam menemukan gagasan atau isi bacaan. 2.5 Macam-Macam Membaca Ekstensif

(26)

(superficial reading). Membaca dangkal adalah salah satu membaca ekstensif yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran atau tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca dangkal merupakan kegiatan membaca yang dilihat dari segi hasil. Membaca dangkal dilakukan untuk 21 memperoleh kesenangan, membaca bacaan yang ringan untuk mendatangkan kebahagiaan.

Menurut Kholid (1998:214), ada berbagai jenis membaca ekstensif, yaitu (1) membaca survei adalah sejenis kegiatan membaca dengan tujuan mengetahui gambaran umum ikhwal isi serta ruang lingkup dari bahan bacaan yang hendak dibaca, (2) membaca sekilas atau membaca skimming adalah sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat untuk mencari dan mendapat informasi, (3) membaca dangkal merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal atau tidak terlalu dalam dari bacaan.

(27)

2.6 Defenisi Berita

Secara etimologis, berita berasal dari bahasa sansekerta “Vrit”yang dalam

bahasa Inggris disebut “Write”yang arti sebenarnya adalah “Ada” atau “Terjadi”.

Dari kata Vrit berkembang menjadi kata Vrita dan kemudian berkembang dalam bahasa Indonesia menjadi berita atau warta (Poerwodarminta dalam Djuroto, 1999: 1). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berita berarti laporan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau mediaonline internet.

Menurut Blayer (dalam Djuroto, 2002: 47) berita adalah sesuatu yang termasa (baru), yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar. Karena itu ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca atau pendengar. Secara singkat, sebuah berita adalah sesuatu yang baru yang diketengahkan bagi khalayak pembaca atau pendengar. Dengan kata lain, berita atau news adalah apa yang surat kabar atau majalah cetak atau apa yang para penyiar kabarkan. Menurut Lyle Spencer (dalam Djuroto, 2002: 47), berita adalah suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik perhatian sebagian besar dari pembaca.

(28)

menarik kepentingan umum. Berita dapat juga diartikan semua yang tercetak dalam surat kabar atau media cetak atau semua yang ditayangkan dengan audio atau video.

Berita adalah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian faktual, penting dan menarik bagi sebagian besar pembaca/pendengar, serta menyangkut kepentingan mereka. Berdasarkan pengertian berita tersebut memperlihatkan adanya beberapa unsur yang penting dalam suatu berita. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Merupakan suatu laporan atau keterangan;

2. Laporan itu berisi tentang suatu kejadian atau peristiwa; 3. Peristiwa itu bersifat terbaru.

Dari beberapa pengertian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa berita merupakan laporan yang berisi suatu peristiwa atau kejadian penting dan menarik yang berisi fakta atau sesuatu yang baru yang dipublikasikan melalui media cetak atau elektronik.

2.7 Jenis-Jenis Berita

Menurut Haris (2006: 65) berita dapat diklasifikasi ke dalam dua kategori yaitu berita berat (hard news) dan berita ringan(soft news). Selain itu, berita juga dapat dibedakan menurut lokasi peristiwanya, ditempat terbuka atau ditempat tertutup. Sedangkan berdasarkan sifatnya, berita bisa dipilah menjadi berita diduga berita tak diduga.

(29)

1. Berita langsung (straight news) yaitu jenis berita yang ditulis ringkas, padat, lugas dan apa adanya. Penulisnya menggunakan gaya pemaparan, yakni memaparkan peristiwa apa adanya tanpa disertai penjelasan apalagi interpertasi. Struktur penulisannya mengacu pada piramida terbalik (inverted pyramid), yaitu diawali dengan menggunakan hal-hal penting, diikuti bagian yang dianggap agak penting, tidak penting dan seterusnya.

2. Beria opini (opinion news) berita mengenai pendapat pernyatan atau gagasan seseorang. Biasanya pendapat para cendekiawan, tokoh masyarakat, ahli, atau pejabat mengenai suatu masalah atau peristiwa.

3. Berita iterpretatif (interpretative news) yaitu berita yang dikembangkan dengan komentar dan penilaian wartawan atau narasumber yang kompeten atas berita yang muncul sebelumnya, sehingga merupakan gabungan antara fakta dan iterpretasi.

4. Berita mendalam (depth news) berita yang merupakan pengembangan dari berita yang sudah muncul, dengan pendalaman hal-hal yang ada dibawah suatu permukaan.

5. Berita penjelasan (eksplanatori news) berita yang sifatnya menjelaskan dengan menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap penuh data

6. Berita penyelidikan (investigative news) yaitu berita yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber.

(30)

diketahui sebelumnya, seperti lokarya, pemilihan umum, dan peringatan hari-hari bersejarah.

Proses penanganan berita yang sifatnya diduga disebut making news. Artinya kita berupaya untuk menciptakan dan merekayasa berita itu dilakukan melalui tahapan perencanaan, diusulkan, dikonsultasikan, dilanjutkan dengan observasi. Serta ditegaskan dalam interaksi dan konfirmasi dilapangan. Semuanya melalui prosedur peliputan yang baku, jelas, dan terukur.

Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, tidak direncanakan, tidak diketahui sebelumnya. Seperti kereta api terguling, gedung perkantoran terbakar, bus tabrakan, kapal tenggelam, anak-anak sekolah disandera, atau terjadi ledakan bom dipusat keramaian. Proses penanganan berita sifatnya tak terduga yang tidak diketahui dan tidak direncanakan sebelumnya, atau sifatnya tiba-tiba disebuthunting news.

Berita juga bisa dibedakan menurut lokasi peristiwanya. Ada berita yang terjadi di tempat tertutup (indoor news), ada pula berita yang terjadi di tempat terbuka (outdoor news). Berita tentang sidang kabinet, seminar, pengadilan berlangsung di tempat tertutup. Berita jenis ini umumnya masuk dalam kategori berita ringan (soft news). Disebut berita ringan, karena berita tersebut tidak sempat mengguncangkan perhatian serta tidak menimbulkan dampak yang luas terhadap masyarakat.

(31)

Menurut Djuroto (2005: 50) berdasarkan materi isinya, berita dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu:

1) berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan (talking news); 2) berita ekonomi (economic news);

3) berita keuangan (financial news); 4) berita politik (political news); 5) berita sosial (social news);

6) berita pendidikan (education news);

7) berita hukum dan keadilan (law and justicve news); 8) berita olahraga (sport news);

9) berita kriminal (crime news);

10) berita Bencana dan tragedi (tragedy and disaster news); 11) berita perang (war news);

12) berita ilmiah (scientific news); 13) berita hiburan (entertainment news);

14) berita tentang aspek-aspek ketertarikan manusiawi atau minat insani (human interest news).

(32)

2.8 Kriteria Berita yang Baik

Kriteria umum nilai berita (News value) merupakan acuan untuk memutuskan fakta yang pantas untuk dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria mengenai nilai berita merupakan patokan berarti bagi penulis berita. Dengan kriteria tersebut seseorang dapat mudah mendeteksi mana peristiwa yang perlu ditulis dan mana yang harus dilupakan. Kriteria nilai berita juga sangat penting bagi editor dalam mempertimbangkan dan memutuskan mana berita terpenting dan terbaik untuk dimuat, disiarkan, atau ditayangkan melalui medianya kepada masyarakat luas.

Badjuri (2010: 86) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi kriteria utama dalam penulisan berita yang baik yaitu:

1. Akurasi, merupakan kaidah-kaidah penulisan berita dalam pengertian modern, yaitu laporan harus bersifat factual, akurasi, objektif, dan seimbang. Sebagai penjabaran akurasi, muncul penjabaran 5W +1H (what, when, who, where, whydanhow).

2. Objektif, yaitu berita harus merupakan laporan factual tentang suatu peristiwa seperti apa adanya, tetapi tentu saja sejauh hal ini dimungkinkan, sebab wartawanpun memiliki keterbatasan.

(33)

Kriteria umum nilai berita, menurut Brian S. Brooks dalam (Haris, 2006: 80) menunjuk pada beberapa hal . Beberapa pakar lain menyebutkan ketertarikan manusiawi, dan dalam segala dimensi dan manifestasinya, juga termasuk dalam kriteria umum nilai yang harus diperhatikan antara lain:

1. Keluarbiasaan

Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Untuk menunjukan bahwa berita bukanlah suatu peristiwa biasa, Lord Northchifle, pujangga dan editor di Inggris abad 18, dikutip oleh para teoritis dan praktisi.

Lord menegaskan, apabila orang digigit anjing maka itu bukanlah berita. Tetapi sebaliknya apabila orang menggigit anjing, maka itulah berita. Prinsip seperti ini hingga kini masih berlaku dan dijadikan acuan dalam penulisan berita.

Kalangan praktisi jurnalistik sangat meyakini, semakin besar suatu peristiwa, semakin besar pula nilai berita ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa, paling tidak dapat dilihat dari lima aspek : lokasi peristiwa, waktu peristiwa itu terjadi, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan dampak yang ditimbulkan peristiwa tersebut, baik dalam bentuk jiwa dan harta, maupun dalam menyangkut kemungkinan perubahan aktivitas kehidupan masyarakat.

2. Aktual

(34)

mengandung informasi penting dan berarti. Aktualitas atau kebaruan itu terbagi dalam tiga kategori: aktualitas kalender, aktualitas waktu, dan aktualitas masalah.

3. Kedekatan

Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung dua arti. Kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa atau berita yang terjadi disekitar tempat tinggal kita. Semakin dekat suatu peristiwa yang terjadi dengan domisili kita, maka semakin terusik dan semakin tertarik kita untuk menyimak dan mengikutinya.. peristiwa kerusuhan yang terjadi di Bandung, Jawa Barat misalnya, akan lebih dulu dan lebih banyak menarik perhatian warga Bandung dari pada warga Surabaya, Jawa Timur. Begitu juga sebaliknya.

Kedekatan psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan atau kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa atau berita. Sebagai contoh, Mahasiswa asal Ambon yang sedang kuliah di Bandung akan lebih dulu tertarik dan lebih banyak membaca berita tentang kerusushan Ambon dari pada mahasiswa asal Surabaya yang sedang sama-sama kuliah di Bandung atau mahasiswa yang asli orang Bandung sendiri.

4. Kebaruan

(35)

hari ini yang selalu berulang, tetapi peristiwa atau perubahan yang terjadi pada setiap kamis tidak pernah sama. Selalu muncul perubahan baru, peristiwa baru, kecenderungan baru.

Apa saja perubahan penting yang terjadi dan dianggap berarti, dari soal pemilihan kepala desa hingga pemilihan presiden (termasuk pemilihan presiden mahasiswa di kampus), merupakan berita.

5. Akibat

Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tarif angkutan umum, tarif telepon, bagaimanapun sangat berpengaruh terhadap anggaran keungan semua lapisan masyarakat. Apa saja yang menimbulkan akibat yang sangat berarti bagi masyarakat, itulah berita. Semakin besar dampak sosial budaya ekonomi atau politik yang ditimbulkannya, maka semakin besar nilai berita yang dikandungnya.

Dalam memperoleh dan menyajikan berita-berita atau laporan peristiwa yang aktual ini, media massa mengarahkan semua sumber daya yang dimilikinya mulai dari wartawan sampai kepada daya dukung peralatan paling modern dan canggih untuk menjangkau narasumber dan melaporkan pada masyarakat luas dan secepat mungkin. Aktualitas adalah salah satu ciri utama media massa.

(36)

kekayaan negara, selalu atau setidaknya sering mengandung arti “baru”. Kebaruan

atau aktualitas itu terbagi dalam tiga kategori yaitu: a. Aktualitas Kalender

Semua orang tahu, 21 April Hari Kartini, 2 Mei Hari Pendidikan Nasional. Atau 22 Mei Hari Kebangkitan Nasional. Pada hari itu atau beberapa hari menjelang hari-hari itu, pers dan media massa nasional selalu menganggap penting menurunkan tulisan, ulasan, laporan, siaran, atau tayangan acara mengenai beberapa hal yang berarti berkaitan langsung dengan hari bersejarah tersebut. Itulah yang disebut aktualitas kalender.

b. Aktualitas Waktu

Berita adalah laporan tercepat yang disiarkan surat kabar dan media massa lain seperti radio dan televisi mengenai opini atau fakta, atau kedua-duanya, yang menarik perhatian dan dianggap penting oleh sebagian besar khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa. Sebagai contoh, berita tentang bencana alam seperti gempa atau banjir selalu mendapat tempat dan waktu utama dalam pemberitaan media massa.

c. Aktualitas Masalah

(37)

Menarik juga untuk diteliti, mengapa kasus seperti perampokkan, pembunuhan, pemerkosaan, selalu terus berulang? Tapi soal itu, biarlah para kriminolog yang membahasnya.

2.9 Unsur Berita Berdasarkan 5W+1H

Kelengkapan atau keutuhan suatu berita dapat terlihat jika di dalamnnya sudah termuat unsur berita yaitu Adiksimba. Istilah adiksimba memang masih asing atau kurang akrab, tetapi belakangan ini beberapa sekolah dan peneliti sudah menggunakan istilah tersebut dalam penelitiannya. Dalam berita terdapat 6 unsur berita yang disingkat menjadi 5W + 1H (What, Who, Where, When, Why, dan How). Berikut adalah arti dari masing-masing istilah tersebut:

1) What (apa): Artinya, apa yang tengah terjadi. Peristiwa atau kejadian apa yang sedang terjadi dalam berita.

2) Who (siapa): Artinya, siapa pelaku kejadian atau peristiwa yang terjadi dalam berita.

3) Where(dimana): Artinya, dimana peristiwa atau kejadian berita yang sedang berlangsung.

4) When(kapan): Artinya, kapan peristiwa atau kejadian berita itu terjadi. 5) Why (mengapa): Artinya, mengapa kejadian yang ada dalam berita itu bisa

terjadi.

(38)

2.10Pembelajaran Memahami Berita di SMP Kelas VIII Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Standar kompetensi diwujudkan dalam kompetensi dasar: menemukan masalah utama dari beberapa berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. Kompetensi dasar diwujudkan dalam indikator hasil belajar: (1) Siswa mampu mendata masalah-masalah dari tiap-tiap berita; (2) Siswa mampu menentukan masalah utama dari tiap-tiap berita; pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif.

Berita adalah peristiwa atau kejadian yang mengandung hal yang menarik, luar biasa, dan terkini (baru). Suatu peristiwa/kejadian disebut berita apabila sudah dilaporkan. Setiap berita, yang didengar baik dari media cetak maupun elektronik mengandung pokok-pokok berita. Pada kegiatan pembelajaran menyimak isi berita, siswa dilatih untuk menentukan pokok-pokok berita, menentukan inti sari berita, serta menyimpulkan isi berita yang didengarkan.

Dalam buku pelajaran bahasa Indonesia Cermat Berbahasa 1 Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dijelaskan bahwa agar memudahkan siswa dalam menentukan pokok-pokok berita yaitu dengan mengujinya menggunakan pertanyaan. Sebuah berita setidaknya memuat informasi yang dapat menjawab pertanyaan unsur 5W+1H. Adapun unsur- unsur tersebut yaitu sebagai berikut. 1. What(apa) Apa yang terjadi?

2. Where(dimana) Di mana peristiwa itu terjadi?

(39)

5. When(kapan) Kapan peristiwa itu terjadi? 6. How (bagaimana) Bagaimana peristiwa itu terjadi?

Selain menentukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif siswa juga dilatih untuk menentukan inti sari berita. Inti sari dapat diketahui dengan cara menggabungkan pokok-pokok isi berita itu menjadi satu paragraf.

Salah satu ukuran keberhasilan seseorang menyerap informasi berita adalah ketika ia mampu menuliskan isi berita tersebut dengan kata-katanya sendiri dengan tepat. Namun, hal ini tidak berarti orang tersebut harus menulis berita yang didengar sama persis. Tetapi, cukup hanya mengambil inti dari berita yang didengarnya, kemudian menuliskannya ke dalam beberapa kalimat dengan bahasa yang ringkas, runtut, dan komunikatif.

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yaitu memberikan gambaran secara objektif tentang kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yakni dilakukan secara langsung di sekolah sebagai tempat penelitian dan siswa sebagai objek penelitian. Selanjutnya data yang diperoleh akan diolah berdasarkan prinsip statistik.

3.3 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa yang terdaftar pada tahun ajaran 2017/2018 yang tersebar dalam delapan kelas yakni VIII-A, VIII-B, dan VIII-C. Jumlah populasi sebanyak 66 siswa yang tersebar di tiga kelas dengan karakteristik heterogen. Dikatakan heterogen karena tingkat kemampuan siswa pada masing-masing kelas berbeda-beda.

(41)

3.4 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa yang berjumlah 66 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan total sampling. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1986: 107) mengatakan bahwa jumlah populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya bila jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau lebih tergantung situasi, kondisi dan kebutuhan.

Tabel 3.1

Jumlah Sampel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa Tahun Ajaran 2017/2018

No Kelas Jumlah dan Jenis Total

Pria Wanita

1 VIII-A 9 14 23

2 VIII-B 12 11 23

VIII-C 10 10 20

Total 31 35 66

3.5 Instrumen Penelitian

(42)

digunakan adalah esai tes. Instrumen penelitian ini terdiri dari 10 item soal tentang kemampuan memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. 1 item soal mengenai kemampuan memahami what (apa), 2 item soal mengenai kemampuan memahami why (mengapa), 2 item soal tentang kemampuan memahami who (siapa), 2 item soal tentang kemampuan memahami when(kapan), 1 item soal tentang kemampuan memahamiwhere (di mana) dan 2 item soal tentang kemampuan memahami how (bagaimana) pada berita. Selanjutnya, hasil pekerjaan siswa akan dinilai berdasarkan aspek penilaian yang ditentukan dalam KTSP SMP Negeri 1 Ngapa. Adapun aspek penilaian tersebut dapat dilihat pada kisi-kisi soal pada tabel 3.3 berikut;

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Soal Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam Menemukan Masalah Utama Dari Berita Yang Bertopik Sama Melalui

Membaca Ekstensif

No. Komponen Jumlah Soal Nomor Soal

1. What(apa) 1 1

Sumber: Acuan Penilaian KTSP SMP Negeri 1 Ngapa

3.5 Teknik Pengumpulan Data

(43)

disediakan untuk mengerjakan tes adalah dua jam pelajaran (2 x 45 menit) dengan pertimbangan bahwa siswa sudah mengerjakan tes yang dijadikan instrumen. Selama pengumpulan data peneliti dibantu dengan guru bahasa dan sastra Indonesia di sekolah tempat penelitian dilakukan, agar situasi dan kondisi sampai dengan keadaan wajar.

Data yang diperoleh dari hasil tulisan siswa setelah terkumpul, diolah untuk menentukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. Setelah itu, diamati dengan aspek yang diteliti. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1 Memberi kode pada lembara kerja siswa yang akan dijadikan sampel penelitian dengan memberi nomor urut;

2 Mengoreksi tulisan siswa, karena ada kemungkinan sebagian kata atau kalimat tidak terbaca;

3 Mengoreksi tulisan siswa dengan melihat enam aspek yang dinilai dalam memahami pokok-pokok berita.

3.6 Teknik Analisis Data

(44)

untuk menentukan tuntas tidaknya siswa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama pada teks berita.

Ketentuan skor yang menunjukan ketuntasan belajar siswa menguasai bahan pembelajaran, khususnya SMP Negeri 1 Ngapa mengacu pada ketuntasan belajar individual menurut Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP). Secara individual dikatakan tuntas belajar bila tingkat kemampuan 70% dan sedangkan tuntas secara klasikal apabila minimal 85%, siswa yang mencapai kemampuan ≥ 75% dari jumlah seluruh responden. Rumus yang digunakan untuk ketuntasan belajar individual adalah:

Kemampuan Individu = 100%

Sedangkan rumus yang digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar klasikal:

KK = 100

Rumus yang digunakan untuk ketuntasan belajar klasikal adalah :

(45)

Berdasarkan tabel. 3.4 dapat diuraikan sebagai berikut;

a. Siswa dikatakan mampu apabila mencapai skor 8-10 dengan persentase kemampuan 80%-100%

b. Siswa dikatakan tidak mampu apabila mencapai skor 0-7 dengan persentase kemampuan 0%-70%.

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan secara rinci hasil penelitian mengenai kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. Dalam penyajiannya, hasil penelitian ini akan diuraikan dalam dua tahap. Tahap pertama menyajikan hasil skor secara keseluruhan yang dicapai oleh siswa. Tahap kedua menyajikan data pada setiap aspek yakni What (apa), Why (mengapa), Who (siapa), Where (dimana), When (kapan), dan How (bagaimana). Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui persentase kemampuan individu dan klasikal siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif.

4.1 Data Hasil Penelitian

Data kuantitatif hasil penelitian kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif surat kabar Suara Lidik Nasional edisi; XIII/ Februari 2018 dengan judul “Fasilitasi Jalur Kerjasama Internasional, YAPINAS Tandatangani Nota Kesepahaman Universitas Al Asyaria Mandar”, berdasarkan data yang dikumpulkan melalui tes, diperoleh hasil sebagai berikut;

(47)

Tabel 4.1

Hasil perolehan skor seluruh aspek siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa

(48)

25. Fiksal Fikli 1 2 2 2 0 1 8 80 Mampu

35. Nurfitri Rahman Rini Febriani 0 1 0 2 1 1 5 50 Tidak Mampu

(49)

52. Hikma 1 2 2 2 1 1 9 90 Mampu

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam tabel 4.1 di atas, maka dari 66 orang siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dapat diuraikan secara rinci sebagai berikut:

(50)

2. Kategori tidak mampu diperoleh 9 orang siswa atau 13,63% dengan rincian: 6 orang siswa atau 9,09% diataranya mendapat skor 7 dengan persentse nilai 70%, 1 orang siswa atau 1,51% mendapat skor 6 poin atau dengan persentse nilai 60% dan 2 orang siswa atau 3,03% mendapat skor 5 poin atau dengan persentse nilai 50%.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persentase kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2

Hasil Kemampuan Memahami menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Mampu 57 86,36

Tidak Mampu 9 13,63

Jumlah 66 100

Berdasarkan tabel tersebut kemampuan siswa secara klasikal adalah sebagai berikut.

KK =57

66 100% = 86,36%

(51)

mencapai 86,36% atau mencapai persentase kemampuan yang sudah ditentukan sekolah yaitu minimal 85% dari keseluruhan populasi.

4.2 Analisis Kemampuan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa Dalam Menemukan Masalah Utama dari Berita yang Bertopik Sama Melalui Membaca Ekstensif pada Setiap Aspek.

4.2.1 Analisis AspekWhat(Apa)

Kemampuan memahami pokok-pokok berita pada aspek what (apa) yang didasarkan pada pengelolaan dan menunjukkan skor yang diperoleh berkisar antara 0-1. Data kuantitatif yang diperoleh siswa dalam aspek what (apa) dapat ditampilkan pada tabel 4.2.1 berikut ini.

Tabel 4.2.1

Penyebaran Jumlah Perolehan Skor dan Nilai Pada AspekWhat(Apa)

No Skor Nilai Frekuensi Persentase % Kategori

1 1 100 58 87,87 Mampu

2 0 0 8 12,12 Tidak Mampu

Jumlah 66 100

(52)

menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif secara klasikal adalah sebagai berikut.

Kemampuan =58

66 100%

= 87,87%

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa tergolong mampu dalam menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif ditinjau dari aspek what (apa). Dikatakan demikian, karena nilai siswa yang telah secara klasikal mencapai 87,87% atau mencapai persentase kemampuan yang sudah ditentukan sekolah yaitu minimal 85% dari keseluruhan populasi.

4.2.2 Analisis AspekWhy(Mengapa)

Kemampuan menemukan masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek why (mengapa) yang didasarkan pada pengolahan data menunjukkan skor yang diperoleh berkisar antara 0-2. Data kuantitatif yang diperoleh siswa dalam aspek why (mengapa) dapat ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2.2

Pemyebaran Jumlah Perolehan Skor dan Nilai pada Aspek Why(Mengapa) No Skor Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 2 100 47 71,21 Mampu

2 1 50 19 28,78 Tidak Mampu

(53)

Berdasarkan table 4.2.2 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspekwhy (mengapa). Sebanyak 66 siswa yang dijadikan sampel, terdapat 47 orang siswa atau 71,21% berada pada kategori mampu dengan skor 100 karena mampu menjawab benar dari 1 item soal yang diberikan. Selanjutnya 19 orang siswa atau 28,78% berada pada kategori tidak mampu dengan mendapatkan skor 1. Dengan demikian, apabila dicari kemampuan memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa secara klasikal adalah sebagai berikut.

Kemampuan =47

66 100%

= 71,21%

(54)

4.2.3 Analaisis AspekWho(Siapa)

Kemampuan memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek who (siapa) yang didasarkan pada pengolahan data menunjukkan skor yang diperoleh berkisar antara 0-2. Data kuantitatif yang diperoleh siswa dalamaspek who (siapa) dapat ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2.3

Pemyebaran Jumlah Perolehan Skor dan Nilai pada Aspek Who(Siapa)

No Skor Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 2 100 57 86,36 Mampu

2 1 50 8 12,12 Tidak Mampu

3 0 0 1 1,51 Tidak Mampu

Jumlah 66 100

(55)

Kemampuan =57

66 100%

= 86,36%

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa tergolong mampu dalam memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif ditinjau dari aspekwho(siapa). Dikatakan demikian, karena kemampuan siswa secara keseluruhan mencapai 86,36%. Dikatakan demikian karena siswa secara klasikal mencapai 85% dan mencapai kemampuan individual minimal 75%.

4.2.4 Analaisis AspekWhen(Kapan)

Kemampuan memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek when (kapan) yang didasarkan pada pengolahan data menunjukkan skor yang diperoleh berkisar antara 0-2. Data kuantitatif yang diperoleh siswa dalam aspek when (kapan) dapat ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2.4

Penyebaran Jumlah Perolehan Skor dan Nilai Pada AspekWhen(Kapan) No Skor Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 2 100 54 81,81 Mampu

2 1 50 12 18,18 Tidak Mampu

(56)

Berdasarkan table 4.2.4 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek when (kapan). Sebanyak 66 siswa yang dijadikan sampel, terdapat 54 orang siswa atau 81,81% berada pada kategori mampu dengan skor 100 karena mampu menjawab benar dari 2 item soal yang diberikan. Selanjutnya 12 orang siswa atau 18,18% berada pada kategori tidak mampu dengan mendapat skor 1. Dengan demikian, apabila dicari kemampuan memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa secara keseluruhan adalah sebagai berikut.

Kemampuan =54

66 100%

= 81,81%

(57)

4.2.5 Analisis AspekWhere(Dimana)

Kemampuan memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek where (dimana) yang didasarkan pada pengolahan data menunjukkan skor yang diperoleh berkisar antara 0-1. Data kuantitatif yang diperoleh siswa dalam aspek where(dimana) dapat ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2.5

Penyebaran Jumlah Perolehan Skor dan Nilai Pada AspekWhere(Dimana)

No Skor Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 1 100 54 84,4 Mampu

2 0 0 12 15,6 Tidak Mampu

Jumlah 66 100

Berdasarkan table 4.2.5 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek where (dimana). Sebanyak 66 siswa yang dijadikan sampel, terdapat 54 orang siswa atau 81,81% berada pada kategori mampu dengan skor 100 karena mampu menjawab benar dari 1 item soal yang diberikan. Selanjutnya 12 orang siswa atau 18,18% berada pada kategori tidak mampu dengan mendapat skor 0. Dengan demikian, apabila dicari kemampuan memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa secara klasikal adalah sebagai berikut.

(58)

Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa tergolong tidak mampu dalam memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek where (dimana). Dikatakan demikian, karena kemampuan siswa secara klasikal hanya mencapai 81,81%, sedangkan secara klasikal kemampuan yang harus dicapai oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa harus mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu 85% dan secara individu kemampuan siswa minimal mencapai 75%.

4.2.6 Analisis AspekHow(Bagaimana)

Kemampuan memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek how (bagaimana) yang didasarkan pada pengolahan data menunjukkan skor yang diperoleh berkisar antara 0-2. Data kuantitatif yang diperoleh siswa dalam aspekhow (bagaimana) dapat ditampilkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2.6

Pemyebaran Jumlah Perolehan Skor dan Nilai pada AspekHow(Bagaimana)

No Skor Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 2 100 23 34,84 Mampu

2 1 50 39 59,09 Tidak Mampu

3 0 0 4 6,04 Tidak Mampu

(59)

Berdasarkan table 4.2.6 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek how (bagaimana). Sebanyak 66 siswa yang dijadikan sampel, terdapat 23 orang siswa atau 34,84% masuk dalam kategori mampu dengan skor 100 karena mampu menjawab benar dari 2 item soal yang diberikan. Selanjutnya 43 orang siswa atau 65,15% berada pada kategori tidak mampu, dengan rincian 39 orang siswa atau 59,09% mendapat skor 50 dan 4 orang siswa atau 6,04% mendapat skor 0. Dengan demikian, apabila dicari kemampuan memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa secara klasikal adalah sebagai berikut.

Kemampuan =23

66 100%

= 34,84%

(60)

4.3 Analisis Keseluruhan Aspek Penilaian

Berdasarkan gambaran analisis persentase tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan siswa pada setiap aspek dalam memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa memperlihatkan tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3

Kemampuan Memahami Masalah Utama dari Berita yang Bertopik Sama melalui Membaca Ekstensif Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa

pada Seluruh Aspek

(61)

1. Kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam memahai masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek what (apa) secara klasikal dikategorikan mampu karena berdasarkan nilai yang diperoleh, kemampuan siswa mencapai 87,87% dan sudah mencapai kriteria kemampuan secara klasikal yaitu minimal 85% dengan kemampuan individual minimal 75%

2. Kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam memahai masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek why (mengapa) secara klasikal dikategorikan tidak mampu karena berdasarkan nilai yang diperoleh, kemampuan siswa hanya mencapai 71,21% dan belum mencapai kriteria kemampuan secara klasikal yaitu minimal 85% dengan kemampuan individual minimal 75%

3. Kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam memahai masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek who (siapa) secara klasikal dikategorikan mampu karena berdasarkan nilai yang diperoleh, kemampuan siswa mencapai 86,36% dan sudah mencapai kriteria kemampuan secara klasikal yaitu minimal 85% dengan kemampuan individual minimal 75%

(62)

mencapai kriteria kemampuan secara klasikal yaitu minimal 85% dengan kemampuan individual minimal 75%

5. Kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam memahai masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek where (dimana) secara klasikal dikategorikan tidak mampu karena berdasarkan nilai yang diperoleh, kemampuan siswa hanya mencapai 81,81% dan belum mencapai kriteria kemampuan secara klasikal yaitu minimal 85% dengan kemampuan individual minimal 75%

6. Kemampuan siswa kelas kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dalam memahai masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif pada aspek how (bagaimana) secara klasikal dikategorikan tidak mampu karena berdasarkan nilai yang diperoleh, kemampuan siswa hanya mencapai 34,84% dan belum mencapai kriteria kemampuan secara klasikal yaitu minimal 85% dengan kemampuan individual minimal 75%.

4.4 Interpretasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa memperoleh kategori mampu. Dikatakan demikian, karena persentase jumlah siswa yang memperoleh kriteria ketuntasan minimal 75% telah mencapai 85% yaitu86,36%.

(63)

persentase nilai tertinggi yaitu 87,87%. Kemudian diikuti dengan aspek Who (siapa) dengan persentase nilai 86,36%. Kedua aspek tersebut dikategorikan mampu dalam memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa.

Aspek How (bagaimana) merupakan aspek yang paling rendah dalam memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa dengan persentasi nilai hanya berkisar 34,84%. Hal ini disebabkan karena siswa kurang memahami pertanyaan-pertanyaan tentang proses kejadian dalam berita. Jika saja siswa paham dengan baik, maka siswa dapat dengan mudah untuk menemukan pernyataan-pernyataan mengenai proses kejadian tersebut. Oleh karena itu, hal ini menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran bahasa Indonesia agar dapat memberikan arahan dan latihan-latihan agar siswa dapat menjawab dan memahami proses kejadian dalam sebuah berita.

(64)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dari 66 orang siswa yang dijadikan sampel penelitian, terdapat 57 orang siswa atau 86,36% masuk dalam kategori mampu dalam memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa sudah mampu memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif karena telah mencapai kriteria kemampuan secara klasikal yaitu minimal 85% dengan kemampuan individual minimal 75%.

Dari enam aspek yang diukur, kategori mampu terdapat pada aspek what (apa) 87,87% dan aspek who (siapa) 86,36%. Sedangkan kategori tidak mampu terdapat pada aspek why (mengapa) 71,21%, when (kapan) 81,81%, where (dimana) 81,81% dan aspek how (bagaimana) 34,84%. Diantara aspek penilaian yang ada, aspek how (bagaimana) merupakan aspek yang paling rendah diantara aspek lainnya.

5.2 Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil temuan-temuan dalam penelitian antara lain:

(65)

1. Diharapkan guru nahasa Indonesia memberikan perhatian khusus (pengayaan) terhadap siswa yang kurang memiliki kemampuan memahami masalah utama dari berita yang bertopik sama melalui membaca ekstensif dan melakukan berbagai tindakan yang dapat merangsang siswa agar mempunyai minat belajar khususnya mempelajari berita.

2. Diharapkan guru bahasa Indonesia memberikan penjelasan dan penegasan pada siswa mengenai cara menemukan pernyataan-pernyataan dalam teks berita.

(66)

Akhadiah. S, dkk. 1991.Bahasa Indonesia I. Jakarta: Depdikbud PPTK. Badjuri, Adi. 2010.JurnalistikTelevisi.Yogyakarta; GrahaIlmu.

Depdiknas.2006.

ManajemenPeningkatanMutuBerbasisSekolahPembelajarandanPengajara nKontekstual. Jakarta; Dirjen Pend. DasardanMenengah.

Djuroto, Totok. 1999.TeknikMencaridanMenulisBerita. Semarang: Dahara Prize. Djuroto, Totok. 2002. TeknikMencaridanMenulisTeksBerita. Semarang: Effar

Offset.

Harjasujana A.S., Dkk. 1997/1998.Membaca 2.Jakarta; Depdikbud.

HarahapArifin S. 2006. JurnalistikTelevisiTeknikMemburudanMenulisBerita. Jakarta :Penerbit PT. IndeksKelompokGramedia

Nurhadi. 1987.MembacaCepatdanEfektif. Magelang: CV SinarBaru.

Nurhadi. 1987. BagaimanaMeningkatkanKemampuanMembaca. Malang: SinarBaru.

Putra, Willy (2009).Menulis Paragraf Deskripsi. Fromhttp://winaraku.wordpress. com/2009/04/12/menulis-paragraf-deskripsi. html, 8 April 2016.

Purwanto. N, dkk. 1997. MetodologiPengajaranBahasa Indonesia di SekolahDasar. Jakarta: Rosada Jaya Pura.

Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia, MenulisBeritadan Feature. Bandung: PT. RefikaAditama.

Supriyadi. 1991. MateriPokokPendidikanBahasa Indonesia 2. Jakarta: Depdikbud.

(67)

Sugiyono. 2005.KiatMenulisBeritadanArtikel.Jakarta; Gramedia

Sumadiria, Haris. 2006.BahasaJurnalistik. Bandung: SimbiosaRekatama Media. Tarigan. H.G. 1994. MembacaSebagaiSuatuKeterampilanBerbahasa. Bandung:

Angkasa.

(68)

1. Apa tujuan kerjasama yang antara pihak Universitas Al Asyaria Mandar dengan YAPINUS?

2. Mengepa kesepakatan itu dilakukan oleh kedua bela pihak?

3. Mengapa harus UNASMAN yang ditunjuk oleh YAPINUS sebagai sebagai lembaga yang diajak kerja sama?

4. Siapa saja dari pihak UNASMAN yang terlibat dalam penandatanganan nota kesepahaman tersebut?

5. Siapa saja dari pihak YAPINAS yang terlibat dalam penandatanganan nota kesepahaman tersebut?

6. Kapan pelaksanaan dalam penandatanganan nota kesepahaman tersebut dilakukan?

7. Dari hasil dalam penandatanganan nota kesepahaman tersebut, kira-kira kapan hasil kerjasama itu direalisasikan antara dua belah pihak?

8. Dimana pelaksanaan penandatanganan nota kesepahaman tersebut dilakukan?

9. Bagaimana bentuk kerjasana anatara kedua bela pihak melalui penandatanganan nota kesepahaman tersebut?

10. Bagaimana pihak UNISMU mampu meyakinkan pihak YAPINUS dalam melakukan

(69)
(70)
(71)
(72)
(73)

Gambar

Tabel 3.1Jumlah Sampel siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa
Tabel 3.3
Tabel 3.4Kriteria Kategori Ketuntasan
Tabel 4.1Hasil perolehan skor seluruh aspek siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngapa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Muskuloskeletal adalah komponen terpenting dalam menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mengalami jatuh. Dari kedua perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini, keduanya

Struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan komunikasi dalam keluarga peserta didik dan merumuskan layanan bimbingan kelompok yang layak untuk meningkatkan

Setelah mengamati semua sampel, berilah nilai sesuai dengan tingkat kesukaan Anda terhadap rasa sampel yang tersedia.. Urutkan nilai sampel dari yang Anda paling sukai (=6)

PENERAPAN METODE HALAQAH TARBIYAH DALAM MENUMBUHKAN JIWA KEPEMIMPINAN SANTRI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Biomassa yang masih hidup dapat menyerap logam lebih banyak dari pada biomassa yang sudah mati, sehingga perlu dilakukan optimalisasi penggunaan biomassa dengan

J: Metode penyimpanan arsip dinamis inaktif di bagian Pengolahan dan akuisisi adalah sebagai berikut meneliti arsip dinamis inaktif meliputi: menerima arsip-arsip