• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan - Pengetahuan Dan Perilaku Penggunaan Dosis Anestesi Lokal Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan - Pengetahuan Dan Perilaku Penggunaan Dosis Anestesi Lokal Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU Tahun 2013"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior).9 Pengetahuan bisa diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu

melalui proses pendidikan. Pengetahuan merupakan hal kognitif yang mempunyai tingkatan, yaitu:10

a. Tahu (know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, misalnya mengingat atau mengingat kembali suatu objek atau rangsangan tertentu.

b. Memahami (comprehension)

Memahami adalah kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk tertentu yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

(2)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.9

2.2 Perilaku

Skinner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).10 Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain, ranah atau kawasan yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni pengetahuan, sikap, dan tindakan.

Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi suatu perilaku, terjadi proses yang berurutan dalam orang itu, yakni: 10

a. Awareness (kesadaran)

Seseorang menyadari dalam arti mengetahui stimulus terlebih dahulu. b. Interest (tertarik)

Seseorang mulai tertarik kepada stimulus dan sikap sudah mulai terbentuk.

c. Evaluation (mempertimbangkan)

Seseorang mempertimbangkan baik buruk dari stimulus kepada dirinya. Hal ini berarti sikap orang itu sudah lebih baik.

d. Trial (mencoba)

Seseorang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption (adopsi)

Seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

(3)

2.3 Defenisi Anestesi Lokal

Istilah anestesi berasal dari bahasa Yunani yaitu an = tidak, tanpa; aesthetos = persepsi, kemampuan untuk merasa. Secara umum anestesi adalah hilangnya semua bentuk sensasi termasuk sakit, sentuhan, persepsi temperatur, tekanan dan dapat disertai dengan terganggunya fungsi motorik ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya.

Anestesi lokal ialah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf. Pemberian anestesi lokal pada batang saraf menyebabkan paralisis sensorik dan motorik di daerah yang dipersarafinya. Paralisis saraf oleh anestetik lokal bersifat reversibel, tanpa merusak serabut atau sel saraf.11 Menurut Surjadi K, anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestesi lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.2

Anestesi lokal adalah hilangnya sensasi sementara termasuk nyeri pada salah satu bagian tubuh yang dihasilkan oleh agen topikal-diterapkan atau disuntikkan tanpa menekan tingkat kesadaran.13 Larutan anestesi lokal yang ideal sebaiknya tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan saraf secara permanen, memiliki batas keamanan yang luas, mula kerja harus sesingkat mungkin, durasi kerja harus cukup lama, larut dalam air, dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.6,11,12

2.4 Jenis obat anestesi lokal

Berikut ini merupakan pembagian anestesi lokal secara garis besar, yaitu:

I. Golongan obat anestesi lokal berdasarkan senyawa kimia dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan ester dan golongan amida.

a. Golongan Ester

(4)

1. Kokain

2. Benzokain (ametikain) 3. Prokain (novokain) 4. Tetrakain (pontokain) 5. Kloroprokain (nesakain)

b. Golongan Amida

Golongan Amida merupakan golongan yang tidak mudah terhidrolisis sehingga waktu kerjanya lama. Berikut ini merupakan pembagian jenis anestesi lokal berdasarkan golongan amida (-NCH-):2

1. Lidokain (xylokain, lignokain) 2. Mepivakain (karbokain) 3. Prilokain (sitanes) 4. Bupivakain (markain) 5. Etidokain (duranes) 6. Artikain

7. Dibukain (nuperkain) 8. Ropivakain (naropin)

9. Levobupivakain (chirocaine).

Perbedaan senyawa kimia ini direfleksikan dalam perbedaan tempat metabolisme, dimana golongan ester terutama dimetabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase di plasma sedangkan golongan amide terutama melalui degradasi enzimatis di hati.6

II. Klasifikasi anestesi lokal berdasarkan potensi dan lama kerja dibagi menjadi 3 group, yaitu: 14

a. Group I memiliki potensi lemah dengan lama kerja singkat (Short – Acting)

Contoh : Prokain dan kloroprokain.

b. Group II memiliki potensi dan lama kerja sedang (Medium – Acting)

Contoh : Lidokain, mepivakain dan prilokain.

(5)

Contoh : Tetrakain, bupivakain dan etidokain.

III. Klasifikasi anestesi lokal berdasarkan mula kerjanya, dapat dibagi menjadi: a. Mula kerja relatif cepat

Contoh : Kloroprokain, lidokain, mepivakain, prilokain dan etidokain. b. Mula kerja sedang

Contoh : Bupivakain c. Mula kerja lambat Contoh : Prokain dan tetrakain

Obat-obat anestesi lokal terdiri dari: 1. Kokain

Merupakan zat anestesi lokal yang didapat dari alam. Saat ini penggunaan kokain sudah mulai jarang karena dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergi, iritasi jaringan, kestabilan larutan dalam air rendah dan dapat menyebabkan kecanduan berat. Pemakaiannya terbatas pada anestesi topikal pada bidang THT dan bidang kedokteran mata.1,11,15

2. Prokain

Merupakan zat anestetik sintesis. Selama lebih dari 50 tahun prokain merupakan obat terpilih untuk anestesi lokal. Namun sekarang penggunaan prokain kurang diminati lagi, disebabkan masa kerjanya yang singkat dan daya penetrasinya yang kurang baik. Prokain dijadikan sebagai standar bagi anestesi lokal lainnya. Prokain banyak digunakan pada anestesi infiltrasi, blok saraf, anestesi intravaskular dan anestesi epidural.1,11,15

3. Tetrakain

(6)

4. Lignokain (Lidokain)

Lidokain adalah derivat yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Lidokain dapat menimbulkan anestesi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif daripada prokain.1,11,15

Penambahan vasokonstriktor pada larutan lignokain 2% akan dapat menambah durasi anastesi pulpa dari 5-10 menit menjadi 1-1,5 jam menjadi 3-4 jam. Jadi, obat ini sering dikombinasikan dengan adrenalin (1:80.000 atau 1:100.000). Lidokain selain digunakan untuk anestesi infiltrasi atau regional juga dapat digunakan sebagai agen anestesi topikal. Untuk tujuan inilah, lidokain dipasarkan baik dalam bentuk agar viskous 2% atau salep 5% atau semprotan cair 10%. 1

5. Mepivakain (Carbocaine)

Mepivakain termasuk derivat amida yang sifat farmakologinya mirip lidokain. Dipasarkan sebagai garam hidroklorida dan dapat digunakan untuk anastesi infiltrasi atau regional namun kurang efektif bila digunakan untuk anastesi topikal. Mepivakain dapat menimbulkan vasokonstriksi yang lebih ringan daripada lignokain tetapi biasanya mepivakain digunakan dalam bentuk larutan dengan penambahan adrenalin 1:80.000.1 Mepivakain digunakan untuk anestesi infiltrasi, blokade saraf regional dan anestesi spinal.11

Mepivakain kadang-kadang dipasarkan dalam bentuk larutan 3% tanpa penambahan vasokonstriktor, untuk mendapatkan kedalaman dan durasi anastesi pada pasien tertentu dimana pemakaian vasokontriktor merupakan kontraindikasi. Larutan seperti ini dapat menimbulkan anastesi pulpa yang berlangsung antara 20-40 menit dan anastesi jaringan lunak berdurasi 2-4 jam.1

6. Artikain

(7)

7. Prilokain

Prilokain merupakan derivat amida yang mempunyai formula kimia dan farmakologinya mirip dengan lidokain dan mepivakain, tetapi awal kerja dan masa kerjanya lebih lama daripada lidokain.11 Prilokain umumnya dipasarkan dalam bentuk garam hidroklorida dengan nama dagang citanest dan dapat digunakan untuk anastesi infiltrasi dan regional. Namun prilokain biasanya tidak dapat digunakan untuk anestesi topikal.1,15

Prilokain biasanya menimbulkan aksi yang lebih cepat daripada lidokain namun anastesi yang ditimbulkan tidaklah terlalu dalam. Prilokain juga kurang mempunyai efek vasodilator bila dibanding dengan lidokain dan biasanya termetabolisme dengan lebih cepat.1

8. Bupivakain

Merupakan turunan dari mepivakain dengan kekuatan 3 kali lebih kuat. Masa kerjanya panjang sehingga digunakan untuk operasi yang membutuhkan waktu yang lama. Digunakan untuk anestesi infiltrasi, epidural dan spinal.1

9. Etidokain

Merupakan zat anestetik lokal yang terbaru. Kekuatan 4 kali lidokain. Zat anestetik ini masa kerjanya panjang dan digunakan untuk anestesi epidural.1

2.5 Dosis Maksimum Pemberian Anastesi Lokal

Dosis maksimum untuk anestesi lokal adalah antara 70 mg sampai 500 mg untuk berat badan pasien rata-rata 70 kg. Pemberian dosis maksimum tergantung pada usia, berat badan dan kesehatan pasien, jenis larutan yang digunakan, dan apakah vasokonstriktor digunakan atau tidak. Agen-agen anestesi didistribusikan dalam konsentrasi yang sesuai dengan toksisitas sehingga anestesi memproduksi kualitas. Obat analgetik lokal, melewati dosis tertentu merupakan zat toksik, sehingga untuk tiap jenis obat analgetik lokal dicantumkan dosis maksimumnya.16

(8)

1. Lignokain (Lidokain)

Dosis total lignokaian jangan lebih dari 200 mg. Penambahan vasokonstriktor akan meningkatkan dosis total menjadi 350 mg serta memperlambat absorpsi. Pada prakteknya, dosis ini sama dengan dosis dewasa 8-10, jauh melebihi dosis yang biasa digunakan pada satu kunjungan, karena dosis satu ampul katrid biasanya sudah cukup untuk anestesi infiltrasi atau regional.1

Dosis maksimum yang dianjurkan untuk lidokain di negara-negara Eropa adalah 200 mg tanpa epinefrin (European Pharmacopoeia) dan di Amerika Serikat adalah 300 mg. Dosis lidokain ini mungkin tidak cukup untuk prosedur anestesi regional pada orang dewasa. Dalam kedua Eropa dan Amerika Serikat, 500 mg lidokain diperbolehkan jika ditambahkan epinefrin (5g/mL).17

Malamed menganjurkan dosis lidokain 2,0 mg/Ib (4,4 mg/kg) dengan atau tanpa zat vasokonstriktor yang ditambahkan, dosis jangan melebihi 300 mg untuk lidokain tanpa vasokonstriktor.16,19

2. Mepivakain

Dosis yang digunakan jangan melebihi dosis maksimal 5 mg/kg berat badan. Satu ampul katrid biasanya sudah cukup untuk anestesi infiltrasi atau regional. Biasanya mepivakain digunakan dalam bentuk larutan dengan penambahan adrenalin 1:80.000.1 Menurut Malamed, dosis untuk mepivakain adalah 2,0 mg/Ib (4,4 mg/kg) dosis jangan melebihi dari 300 mg.16

3. Artikain

Untuk orang dewasa sehat, dosis umum yang direkomendasikan adalah 20-100 mg artikain HCl dalam 2,5 ml untuk infiltrasi, 20-136 mg artikain HCl dalam 0,5-3,4 ml untuk blok saraf, dan 40-204 mg artikain HCl dalam 1,0-5,1 ml untuk prosedur bedah mulut. Dosis maksimum artikain HCl yang diberikan secara infiltrasi submukosa atau blok saraf tidak boleh melebihi 7 mg/kg (0,175 ml/kg).6,16,18

4. Bupivakain

(9)

bupivakain. Menurut malamed, dosis untuk bupivakain adalah 0,6 mg/Ib atau 1,3 mg/kg berat badan untuk pasien dewasa dengan dosis maksimum tidak lebih dari 90 mg.16

5. Prilokain

Menurut Malamed, dosis untuk prilokain adalah 2,7 mg/Ib atau 6,0 mg/kg berat badan untuk pasien dewasa, dengan dosis maksimum 400 mg. Prilokain biasanya digunakan untuk mendapatkan anestesi infiltrasi dan blok. Obat ini kurang toksik dibandingkan dengan lignokain.16,18,19

6. Etidokain

Dosis untuk etidokain adalah 3,6 mg/Ib atau 8,0 mg/kg berat badan untuk pasien dewasa, dengan dosis maksimum jangan melebihi 400 mg.16

Tabel 1. Rekomendasi dosis maksimum penggunaan anestesi lokal dengan vasokonstriktor13,16,17

7 mg/kgBB (hingga 500 mg) 5 mg/kgBB pada anak-anak

1,3 mg/kgBB (hingga 90 mg) 4,4 mg/kgBB (hingga 300 mg) 4,4 mg/kgBB (hingga 300 mg) 6 mg/kgBB (hingga 400 mg)

8 mg/kgBB (hingga 400mg)

2.6 Efek samping anestesi terhadap pasien

(10)

dokter sebagai contoh, dalam kasus bupivakain, 2 mg / kg (FASS Swedia 2004, Pharmaca Phennica, Finlandia 2004).17

Dalam hal ini, pemilihan anastesi lokal juga perlu dipertimbangkan. Lidokain dan golongan amida aman dan efektif. Efek keracunan dan alergi sangat jarang terjadi dan hampir tidak ada. Walaupun demikian, lidokain relatif tidak efektif tanpa penambahan vasokonstriktor, sementara yang lain seperti prilokain dapat menahan rasa sakit dalam jangka waktu yang pendek tanpa bantuan apa-apa. Vasokonstriktor seperti adrenalin dan nonadrenalin, memberikan pengaruh pada system jantung, yang lebih beracun dari anastesi lokal itu sendiri. Nonadrenalin dapat menyebabkan hipertensi yang berbahaya, tidak memiliki keuntungan dan tidak seharusnya digunakan. Oleh karena itu kita harus menghindari anastesi lokal yang mengandung vasokonstriktor pada pasien penderita jantung dan hipertensi. Karena adanya bahaya utama dari adrenalin yang jika masuk ke sirkulasi bagian-bagian penting, dapat menyebabkan meningkatnya rangsangan jantung dan detakan jantung.22

Semua anestesi lokal merangsang SSP (Sistem Saraf Pusat). Secara umum, semakin kuat suatu anestesi lokal maka semakin mudah menimbulkan kejang. Perangsang yang berlebihan dapat menimbulkan depresi dan kematian akibat kelumpuhan nafas. Gejala awal toksisitas SSP dapat berupa kelelahan, ansietas, pusing, pengliahatan buram, tremor, depresi dan mengantuk. Anestesi lokal juga dapat mempengaruhi sambungan saraf-otot, yaitu menyebabkan berkurangnya respon otot atas rangsangan saraf.6

Selain itu, pengaruh utama anestesi lokal pada miokard (sistem karidovaskular) adalah menyebabkan penurunan eksitabilitas, kecepatan konduksi, dan kekuatan kontraksi. Efek anestesi lokal pada sistem kardiovaskular baru terlihat sesudah obat mencapai kadar sistemik yang tinggi, dan sudah menimbulkan efek pada SSP.6

2.7 Komplikasi Setelah pemberian Anestesi

(11)

memastikan bahwa mereka benar-benar menguasai pengetahuan dan cara mendiagnosa serta menangani masalah secara efektif pada situasi tersebut.1

Pada pemberian anestesi lokal, terdapat komplikasi yang mungkin saja terjadi. Komplikasi yang disebabkan oleh pemberian anestesi lokal dibagi menjadi dua, komplikasi lokal dan komplikasi sistemik. Komplikasi lokal merupakan komplikasi yang terjadi pada sekitar area injeksi, sedangkan komplikasi sistemik merupakan komplikasi yang melibatkan respon sistemik tubuh terhadap pemberian anestesi lokal.16

2.7.1. Komplikasi Lokal

Komplikasi lokal terdiri dari kegagalan untuk mendapatkan efek anestesi, sakit selama dan setelah penyuntikan, pembentukan haematoma pada daerah penyuntikan, kepucatan, trismus, paralisa wajah, patahnya jarum, infeksi, trauma pada bibir, gangguan visual, parastesi.

1. Kegagalan untuk mendapat efek anastesi.

Insidens ini cenderung makin berkurang dengan makin terampil dan makin berpengalamannya dokter gigi, namun kegagalan ini merupakan masalah selama pemakaian anestesi lokal.1

Kegagalan untuk mendapat efek anestesi dapat dihindari karena hal ini sering kali disebabkan oleh teknik yang salah, sehingga menyebabkan jumlah larutan anestesi lokal yang didepositkan di dekat saraf terlalu sedikit atau menyebabkan larutan anestesi terdeposit di pembuluh darah. Pada kasus seperti ini, anestesi biasanya dapat diperoleh dengan mengulang suntikan setelah memeriksa landmark anatomi dan setelah meninjau ulang teknik suntikan yang digunakan.1

(12)

terlalu dalam yaitu masuk ke glandula parotis, (3) terlalu superficial (masuk ke spatium pterygomandibularis), (4) terlalu tinggi (mencapai collum mandibulae), (5) terlalu jauh ke lingual (ke dalam m. Pterygoideus medialis).22

2. Sakit selama dan setelah penyuntikan.

Tajamnya jarum merupakan faktor penting dan karena itulah, perlu dipastikan bahwa dokter gigi hanya menggunakan jarum disposable berkualitas tinggi yang dipasarkan oleh industri farmasi yang sudah ternama. Bila jaringan tegang dan ujung yang tajam dari jarum diinsersikan tegak lurus terhadap mukosa, penetrasi dapat terjadi segera. Tindakan lain yang dapat memperkecil rasa tidak enak meliputi menghangatkan larutan dan menyuntikkannya perlahan-lahan.1

Sakit dapat ditimbulkan dari penyuntikan larutan nonisotonik atau larutan yang sudah terkontaminasi. Pengunaan kartrid yang tepat akan dapat meniadakan kemungkinan ini. Pemberian suntikan blok gigi inferior kadang-kadang menyebabkan pasien mengalami sakit neuralgia yang hebat pada jaringan yang disuplai oleh saraf tersebut. Simtom ini merupakan indikator bahwa jarum sudah menembus selubung saraf dan harus segera ditarik keluar. Bila dokter gigi tetap bersikeras untuk mendepositkan larutan anastesi pada situasi seperti ini, akan terjadi gangguan sensasi labial yang berlangsung cukup lama. Digunakannya tekanan yang cukup besar untuk mendepositkan larutan pada jaringan resisten juga akan menimbulkan rasa sakit, dan karena itu harus dihindari sebisa mungkin.1,20,23

3. Pembentukan haematoma pada daerah penyuntikan.

(13)

Kesalahan ini umumnya akan menimbulkan perdarahan jaringan dengan disertai pembentukan haematoma dan merupakan predisposing dari resiko suntikan intravaskular. Perdarahan dari pleksus venosus pterigoid akan menimbulkan pembengkakan yang dramatik dan berlangsung cepat pada pipi diikuti dengan perubahan warna kulit di atas daerah tersebut karena pecahnya pigmen-pigmen darah yang berlangsung dalam waktu 24-48 jam.1

Perdarahan dari pleksus venosus infraorbital juga akan menimbulkan konsekuen serupa dan mata sembab. Pasien harus diberi tahu bahwa perdarahan akan terhenti secara spontan, pembengkakan biasanya akan mengecil dalam waktu 24-48 jam, dan perubahan warna juga akan hilang. Banyak pasien yang merasa tidak enak akibat efek iritasi yang mengenai daerah di ruang jaringan dan karena itu, efek ini harus diberitahukan terlebih dahulu. Perdarahan ke ruang pterigo-mandibula karena suntikan gigi inferior biasanya tidak segera terjadi dan pasien sering kali datang kembali ke dokter gigi setelah 1-2 hari dengan keluhan trismus.1

Bila dokter gigi menganggap bahwa haematoma kemungkinan akan terinfeksi, ia harus segera memberikan terapi antibiotik tanpa melihat letak daerah beku darah, apakah vaskular atau tidak, tanpa mempertimbangkan bekuan nidus ideal untuk proliferasi bakteri. Pasien juga diminta datang kembali dalam waktu 24 jam bila perlu.1,23

4. Kepucatan.

Kepucatan daerah penyuntikan atau daerah lain dapat disebabkan oleh kombinasi meningkatnya tegangan jaringan akibat deposisi cairan dan efek lokal dari vasokonstriktor. Kepucatan pada daerah yang jauh dari daerah suntikan mungkin disebabkan karena suntikan intravaskular atau terganggunya suplai pembuluh darah dari saraf autonom.Untuk situasi ini hanya diperlukan tindakan menenangkan pasien saja. Teknik penyuntikan yang cermat termasuk melakukan aspirasi sebelum deposisi larutan akan dapat mengurangi insidens komplikasi ini.1,16

5. Trismus

(14)

kerusakan pembuluh darah akan menimbulkan haematoma atau infeksi. Trismus terjadi beberapa saat setelah penyuntikan dan setelah prosedur perawatan gigi selesai dilakukan. Trismus yang disebabkan oleh infeksi, pasien umumnya akan menderita demam dan mengeluh tentang rasa sakit serta rasa tidak sehat. Pada situasi seperti ini, nanah yang terbentuk harus didrainasi dan harus diberikan terapi antibiotik.

Bila infeksi sudah terkontrol, simtom trismus dapat dihilangkan dengan menggunakan larutan kumur salin hangat dan diatermi gelombang pendek.1,16,23

6. Paralisa wajah

Paralisa otot-otot wajah pada salah satu sisi adalah komplikasi yang jarang terjadi dari suntikan blok gigi inferior dan dapat bersifat sebagian atau menyeluruh tergantung pada cabang saraf yang terkena.Komplikasi ini timbul bila ujung jarum diinsersikan terlalu jauh ke belakang dan terlalu di belakang ramus asendens. Larutan dideponirkan pada substansi glandula parotid serta menganestesi cabang-cabang saraf wajah sehingga menimbulkan paralisa otot yang disuplainya. Pasien dengan keadaan yang mengejutkan dan menakutkan ini harus ditenangkan dan diberi tahu bahwa fungsi normal dan penampilan wajah akan kembali segera setelah efek agen anestesi lokal hilang.1,21,23

Gambar (1) Usaha tersenyum hanya menimbulkan efek unilateral karena paralisa otot-otot wajah. (2) tiga jam kemudian, terlihat bahwa penampilan

(15)

7. Gangguan sensasi yang berlangsung lama

Gangguan sensasi yang berlangsung lama setelah penyuntikan anastesi lokal umumnya disebabkan oleh kerusakan saraf. Kerusakan ini dapat terjadi akibat trauma langsung dari bevel jarum atau penyuntikan larutan yang sudah terkontaminasi oleh substansi neurotoksik seperti alkohol.Perdarahan dan infeksi di dekat saraf juga dapat menimbulkan gangguan sensasi yang berlangsung lama. Operasi atau infeksi yang terjadi pada molar bawah dan akar premolar kadang-kadang menimbulkan gangguan sensasi bibir bawah.1,23

8. Patahnya jarum

Sejak diperkenalkan jarum suntik stainless steel berkualitas tinggi, disposabel dan steril. Komplikasi patahnya jarum makin berkurang, namun hal ini tidak dapat dihindari. Beberapa dokter gigi terbiasa merendam jarum hipodermik yang kecil dalam larutan desinfektan kimia. Tindakan ini tidak hanya gagal memberikan efek sterilisasi, tetapi bahkan dapat mengkorosi logam dan menyebabkan jarum mudah patah bila digunakan.1,20

Jarum harus dijaga agar tetap lurus ketika diinsersikan melalui jaringan. Bila ada resistensi jaringan yang kuat, jarum jangan dipaksa masuk ke jaringan dan arah insersi jarum jangan sekali-kali dirubah sebelum jarum terlebih dahulu dikeluarkan dari jaringan. Dengan cara ini jarum tidak akan menjadi bengkok. Walaupun demikian, jika ternyata jarum menjadi bengkok, maka jarum yang bengkok harus dibuang karena usaha meluruskan jarum dapat menyebabkan jarum rapuh dan dapat meningkatkan resiko patahnya jarum selama insersi berikutnya.1,16

Jarum biasanya patah pada daerah hub. Maka jangan diinsersikan seluruhnya ke jaringan, harus disisakan 5 mm dari seluruh panjang jarum agar tetap menonjol keluar dari permukaan mukosa. Bila fraktur terjadi, jaringan harus tetap ditekan ketika ujung jarum yang terletak di luar jaringan ditarik dengan bantuan tang atau forsep arteri dan ketika fragmen fraktur dikeluarkan.1,20,21

9. Infeksi

(16)

anestesi lokal. Pemakaian peralatan yang sudah disterilkan dan teknik aseptik umumnya dapat menghilangkan kemungkinan tersebut.1,16,20,21

10. Trauma pada bibir

Pasien yang mendapat suntikan blok gigi inferior perlu diingatkan agar tidak menggigit-gigit bagian bibir yang di anestesi, karena dapat menimbulkan ulser yang sangat nyeri. Walaupun sudah diperingatkan, komplikasi tetap dapat terjadi namun untungnya lesi seperti ini dapat pulih dengan cepat dengan sedikit meninggalkan jaringan parut.1,23

12. Gangguan visual

Gangguan ini dapat berupa penglihatan ganda atau penglihatan yang buram dan bahkan kebutaan sementara. Fenomena ini sulit dijelaskan namun diperkirakan keadaan ini disebabkan oleh kejang vaskular atau suntikan intra-arterial yang tak disengaja sehingga terjadi distribusi vaskular normal. Pada kasus seperti ini pasien perlu diberitahu bahwa penglihatan akan normal kembali setelah 30 menit.1 Beberapa suntikan maksilaris dapat menyebabkan larutan terdeposit ke orbita sehingga menganestesi otot otoris mata. Gangguan penglihatan yang terjadi akan kembali normal bila larutan sudah terdispersi biasanya membutuhkan waktu 3 jam.1,23

13. Parastesis

Parastesis merupakan keadaan dimana bertahannya efek anestesi pada jangka waktu yang lama setelah penyuntikan anestesi lokal. Hal ini terjadi karena adanya trauma pada saraf yang terkena bevel jarum pada saat penyuntikan. Pasien pada keadaan ini akan melaporkan mati rasa setelah penyuntikan anestesi lokal untuk beberapa jam lamanya.16,21

(17)

pada pasien, biasanya pemulihan akan terlihat setelah tiga bulan. Bila pemulihan tidak terjadi, maka rujuk pasien ke dokter spesialis bedah mulut atau saraf.16

2.7.2. Komplikasi Sistemik

Selain komplikasi lokal, komplikasi sistemik dapat terjadi selama penyuntikan, terdiri dari reaksi alergi/sensitifitas, overdosis sampai toksisitas.

1. Reaksi Sensitifitas

Reaksi sensitifitas terhadap anestesi lokal bervariasi, mulai dari pembengkakan lokal, urticaria di daerah injeksi hingga reaksi anapilaktik yang bisa menjadi fatal bila tidak diatasi dengan segera. Fenomena ini terjadi karena adanya respon patologis dari jaringan yang disensitisasi terhadap substansi tertentu yang disebut allergen. Setiap larutan anestesi lokal bisa menghasilkan respon seperti itu.1,16

Pada dasarnya reaksi sensitifitas ini merupakan respon patologik dan terjadi tidak tergantung pada jumlah dosis yang diberikan, melainkan tingginya reaksi pasien ketika menerima dosis yang kecil. Reaksi alergi dapat berupa dermatitis, urtikaria, angioderma, dan syok anapilaksis. Reaksi pada kulit adalah dermatitis yaitu peradangan pada kulit, urtikaria yaitu suatu reaksi vaskular yang timbul mendadak dengan gambaran lesi yang eritema, edema, dan disertai rasa gatal dan angiodema yaitu suatu reaksi vaskular berupa pembengkakan setempat tanpa disertai rasa gatal. Syok anapilaksis umumnya ditandai dengan turunnya tekanan darah yang medadak, hilangnya kesadaran, gangguan respirasi, edema wajah, laringeal dan urtikaria.Reaksi sensitifitas yang terjadi pada kulit biasanya dapat pulih kembali tanpa perawatan, namun jika tidak pulih diberikan antihistamin.1,16,23

2. Overdosis (Toksisitas)

(18)

gangguan fungsi pada jantung dan susunan saraf pusat. efek samping akibat dari pemberian suntikan anestesi lokal terjadi setelah 5-10 menit. Dosis anestesi yang berlebihan dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi karena penyutikan tunggal, tambahan atau ulang.1,16,23

(19)

KERANGKA KONSEP

Penggunaan Dosis Anestesi Lokal pada Pencabutan Gigi oleh

Mahasiswa Kepaniteraan Klinik

PENGETAHUAN MAHASISWA 1. Definisi anestesi lokal 2. Jenis obat anestesi lokal

- Golongan ester - Golongan amida 3. Dosis maksimum

penggunaan anestesi lokal 4. Efek samping penggunaan

anestesi lokal

5. Komplikasi anestesi lokal - Komplikasi lokal - Komplikasi sistemik

PERILAKU PENGGUNAAN DOSIS ANESTESI LOKAL

1. Dosis maksimum 2. Jenis obat anestesi lokal

- Golongan ester - Golongan amida 3. Efek samping penggunaan

anestesi lokal

Gambar

Gambar (1) Usaha tersenyum hanya menimbulkan efek unilateral karena paralisa otot-otot wajah

Referensi

Dokumen terkait

Expression and conditioned inhibition synaptic transmission by cholinergic Metherate, R., see Hsieh, C.Y. All

Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual.. Bagian efektif lindung nilai arus

Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat. Keterampilan-keterampilan dalam melukis dengan cat air, algoritma pembagian

Pengguna PHP dalam ini memungkinkan data diolah oleh server sehingga keamanan data lebih terjamin dan dapat langsung disimpan pada suatu database. Dari keseluruhan hasil

[r]

4 Tahun 2015 tentang perubahan keempat atas peraturan presiden nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadan Barang/Jasa Pemerintah, pasal 83 ayat 1 huruf h, yang berbunyi:. “K elompok

[r]

Diberitahukan bahwa berdasarkan hasil evaluasi dokumen penawaran, Kelompok Kerja 1 Unit Layanan Pengadaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai telah menetapkan