BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Review Peneliti Terdahulu (Theoretical Mapping)
Mahfatik ( 1997) telah melakukan penelitian tentang Pengukuran Kinerja
Pemda, Studi Kasus pada Kabupaten Sleman. Variabel yang digunakan yaitu
Pengeluaran Pemerintah dan Kinerja SKPD Pengeluaran pemerintah pada setiap
kategori infrastuktur cenderung lebih besar dari kebutuhannya dan kinerja yang
dihasilkan oleh pengeluaran Pemerintah Kabupaten Sleman untuk infrastruktur masih
memberikan kelemahan dan ancaman pada tugas pokok dan fungsi unit kerja yang
menangani.
Haykal (2007) melakukan penelitian di Pemkab Aceh Timur yang berjudul Analisis peran dan fungsi SKPD dalam Pengelolaan keuangan daerah serta
pengaruhnya terhadap kinerja SKPD. Dalam penelitian ini yang menghasilkan bahwasanya pengujian secara simultan perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD pada Pemkab Aceh timur, sedangkan pengujian secara parsial dapat diketahui hanya variabel penyusunan anggaran yang secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja SKPD.
Bangun (2009) melakukan penelitian tentang partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan struktur desentralisasi terhadap kinerja kepala perangkat daerah dengan pengawasan internal sebagai variabel
pemoderasi (studi kasus pada pemerintah Kabupaten Deli Serdang). kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengawasan internal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja managerial SKPD .
Adanya pengaruh secara parsial pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD.
Warisno ( 2009 ) Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja SKPD di
lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi. Kualitas SDM, Komunikasi, Sarana
pendukung dan Komitmen Organisasi secara simultan mempengaruhi Kinerja SKPD
sedangkan secara parsial hanya kualitas SDM dan Komunikasi saja yang berpengaruh
terhadap kinerja SKPD.
Tinjauan peneliti terdahulu berupa tahun penelitian, nama penelitian, variabel penelitian dan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Tinjauan atas Penelitian Terdahulu No Nama
Pengeluaran pemerintah pada setiap kategori infrastuktur cenderung lebih besar dari kebutuhannya dan kinerja yang dihasilkan oleh pengeluaran Pemerintah Kabupaten Sleman untuk infrastruktur masih memberikan kelemahan dan ancaman pada tugas pokok dan fungsi unit kerja yang SKPD dalam Pengelolaan keuangan daerah serta pengeruhnya terhadap kinerja SKPD (studi kasus pada
Dalam pengujian secaara simultan perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD pada Pemkab Aceh timur, sedangkan parsial dapat diketahui hanya variabel penyusunan anggaran yang secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Varabel perencanaan anggaran dan pelaporan anggaran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.
6 3
Bangun (2009)
Pengaruh partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan struktur desentralisasi terhadap kinerja kepala perangkat daerah dengan pengawasan internal sebagai variabel pemoderasi (studi kasus pada pemerintah Kabupaten Deli Serdang)
anggaran, dan struktur
Pengaruh pemahaman sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap kinerja SKPD pada pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD.
2. Adanya pengaruh secara parsial pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD
Kualitas SDM, Komunikasi, Sarana pendukung dan Komitmen Organisasi secara simultan mempengaruhi Kinerja SKPD sedangkan secara parsial hanya kualitas SDM dan Komunikasi saja yang berpengaruh terhadap kinerja SKPD.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Perencanaan Anggaran
Perencanaan adalah proses memutuskan program-program utama yang akan
dilakukan suatu organisasi dalam rangka implementasi strategi dan menaksir jumlah
sumber daya yang akan dialokasikan untuk tiap-tiap program jangka panjang
beberapa tahun yang akan datang. Perencanaan dibutuhkan dalam kegiatan organisasi
atau pusat pertanggungjawaban dalam jangka pendek. Penentuan tujuan merupakan
langkah pertama dalam perencanaan. Tahap berikutnya adalah penentuan strategi
pokok yang akan digunakan untuk mencapai tujuan kemudian diikuti oleh
anggaran untuk setiap pusat pertanggungjawaban. Anggaran berfungsi sebagai alat
perencanaan untuk menjalankan kegiatan perusahaan.
Menurut Supriyono (2000), hal-hal yang harus dilakukan dalam perencanaan
anggaran adalah :
a. Perencanaan dan anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi yang
ketepatannya tergantung kepada kemampuan mengestimasi. Ketidaktepatan
estimasi akan mengakibatkan manfaat perencanaan tidak dapat dicapai.
b. Perencanaan dan anggaran didasarkan pada kondisi dan asumsi tertentu. Jika
kondisi dan asumsi yang mendasari berubah maka perencanaan dan anggaran
harus dikoreksi.
c. Perencanaan dan anggaran tidak dapat dimaksudkan untuk menggantikan fungsi
manajemen dan “pertimbangan” manajemen.
Penganggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektif jika diawasi oleh lembaga pengawas khusus (oversight body) yang bertugas mengontrol proses
perencanaan dan pengendalian anggaran.
Proses Rencana Kerja Anggaran
Renja RKA Pembahasan RKA Penelaahan RKA(DJA)
Penganggaran dalam organisasi sektor publik merupakan tahapan yang cukup
rumit dan mengandung aspek yang bersifat politis sehingga proses penganggaran
dalam organisasi sektor publik dapat dikategorikan sebagai proses politik bukan
hanya proses ekonomi. Hal ini sangat berbeda dengan penganggaran pada perusahaan
swasta yang relatif kecil bahkan mungkin tidak mengandung aspek politis. Pada
sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup
untuk publik, namun sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus
diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan .
Anggaran sektor publik mearupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana
publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik
(Mardiasmo, 2004).
Dijelaskan oleh Mulyadi (2003) bahwa langkah-langkah proses perencanaan
dalam perusahaan secara menyeluruh dilaksanakan melalui empat tahap: (1)
penetapan filosofi dan misi, (2) penetapan tujuan dan strategi, (3) penyusunan
program, dan (4) penyusunan anggaran.
Pada saat perusahaan akan memulai operasinya terlebih dahulu ditetapkan
filosofi dan misi perusahaan tersebut. Misi yang telah dirumuskan kemudian
diuraikan menjadi tujuan perusahaan dan dibentuk pula strategi dalam mencapai
Gambar 2.2: Perencanaan Menyeluruh Perusahaan (Total Business Planning) Sumber: Mulyadi, (2003)
Penjelasan istilah:
a. Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar (basic beliefs) yang menjadi
parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi mencakup apa yang
sebaiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan.
b. Misi merupakan fokus utama bisnis perusahaan yang memberikan jawaban atas
pertanyaan: “Dalam bisnis apa perusahaan menempatkan diri?”.
c. Tujuan adalah akhir suatu kegiatan atau hasil yang ingin dicapai, yang
menjawab pertanyaan: “Kemana perusahaan akan berjalan?”.
d. Strategi adalah metode atau rangkaian kegiatan untuk menghadapi persaingan.
Strategi memberikan jawaban atas pertanyaan: “Perusahaan perusahaan mana
e. Program merupakan kegiatan pokok yang akan dilakukan perusahaan untuk
menerapkan strategi yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategik.
Dalam perusahaan, tiap-tiap produk atau lini produk (product line) merupakan
suatu program, namun disamping program tersebut, perusahaan dapat memiliki
berbagai program lain seperti program pendidikan dan latihan karyawan, program
penetrasi pasar, program penemuan produk baru dan sebagainya.
Dari gambar 2.2 terlihat bahwa penyusunan anggaran merupakan tahap akhir
dari proses perencanaan menyeluruh perusahaan. Dalam hal ini anggaran berfungsi
sebagai alat perencanaan jangka pendek dan merupakan kesanggupan manajer pusat
pertanggungjawaban untuk melaksanakan program atau bagian program dalam
jangka pendek.
Anggaran merupakan rencana yang diungkapkan secara kuantitatif, biasanya
dalam unit moneter (Halim et al., 2004). Sementara Mardiasmo (2004) memberikan
definisi mengenai angagaran, bahwa anggaran merupakan pernyataan mengenai
estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan
dalam ukuran finansial.
Standar Analisis Belanja untuk perencanaan anggaran adalah konsep yang
harus diterjemahkan dan disinkronkan dengan keadaan masing masing daerah untuk
mencapai hasil yang efektif. Keadaan daerah satu dengan yang lain (sangat) berbeda,
baik ketersediaan sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun kondisi
wilayahnya. Dalam penerapannya, konsep tersebut di atas, baik yang telah
anggaran. Menurut Peter Rooney et all (2007) indikator perencanaan anggaran
adalah:
1. Adanya hubungan yang konsisten antara proses perencanaan bottom-up yang
partisipatif, perencanaan pembangunan daerah, perencanaan sektoral dan APBD
2. Anggaran memihak kelompok-miskin
3. Sistem pemantauan dan evaluasi partisipatif yang komprehensif dalam proses
perencanaan dan penganggaran telah terbentuk
4. Anggaran berdasarkan kerangka jangka menengah
5. Target anggaran layak dan berdasarkan proses Penyusunan anggaran yang
realistis.
6. Pengendalian Pengeluaran digunakan Untuk Memastikan Kinerja Anggaran
7. Koordinasi dengan PPKD
Anggaran merupakan rencana kerja jangka pendek yang dinyatakan secara
kuantitatif dan diukur dalam satuan moneter yang penyusunannya sesuai dengan
rencana kerja jangka panjang yang telah ditetapkan sebelumnya. Anggaran
mempunyai dua peran penting di dalam sebuah organisasi. Di satu sisi anggaran
berperan sebagai alat untuk perencanaan (planning) dan di satu sisi anggaran
berperan sebagai alat untuk pengendalian (control) jangka pendek bagi suatu
organisasi. Sebagai sebuah rencana tindakan, anggaran dapat digunakan sebagai alat
untuk mengendalikan kegiatan organisasi atau unit organisasi dengan cara
membandingkan antara hasil sesungguhnya yang dicapai dengan rencana yang telah
Budget (Anggaran) adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter
dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. M. Nafarin
(2004) : “Anggaran (budget) adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun
berdasarkan program-program yang telah disahkan”. Mulyadi (2001) : “Anggaran
adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam
satuan moneter dan satuan ukuran waktu yang lain, yang mencakup jangka waktu
satu tahun”.
2.1.2 Pengelolaan Kas
Penempatan pengelolaan kas sebagai bidang strategis yang terpisah
mencerminkan pentingnya menginstitusionalisasikan praktek-praktek penanganan kas
yang tepat di pemerintah daerah. Hal ini dapat menjadi bidang strategis yang paling
mudah untuk mendapatkan nilai baik, karena pengelolaan kas yang efektif dan tepat
merupakan komponen dasar pengelolaan keuangan yang mantap. Kas merupakan
bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi
kewajiban financial perusahaan. Masalah utama bagi pengelolaan kas adalah
menyediakan kas yang memadai, tidak terlalu banyak yang dapat mengurangi
keuntungan dan tidak terlalu sedikit yang dapat mengganggu likuditasnya.
Laporan arus kas merupakan salah satu bagian dari laporan keuangan yang
harus dibuat oleh perusahaan. Laporan arus kas dibuat untuk memenuhi tujuan –
1. Untuk memperkirakan arus kas masa mendatang Sumber dan penggunaan kas
perusahaan tidaklah berubah secara dramatis dari tahun ke tahun, oleh karena itu
penerimaan dan pengeluaran kas dapat diterima sebagai alat yang baik untuk
memperkirakan penerimaan dan pengeluaran kas di masa yang akan datang.
2. Untuk mengevaluasi keputusan manajemen. Laporan arus kas akan melaporkan
kegiatan investasi perusahaan, sehingga memberikan informasi arus kas kepada
investor dan kreditur untuk mengevaluasi keputusan manajer.
3. Untuk menentukan kemampuan perusahaan membayar deviden kepada pemegang
saham, pembayaran bunga dan pokok pinjaman kepada kreditur. Pemegang saham
tertarik pada penerimaan deviden dari investasinya dalam saham perusahaan.
4. Untuk menunjukkan hubungan laba bersih terhadap perubahan kas perusahaan.
Biasanya kas dan laba bersih bergerak bersama. Tingginya tingkat laba cenderung
menyebabkan peningkatan kas dan sebaliknya. Akan tetapi nilai sisa kas bisa
menurun ketika laba bersih tinggi dan kas bisa meningkat ketika laba bersih
rendah. Adanya kemungkinan bangkrutnya suatu perusahaan yang mempunyai
laba bersih yang cukup tinggi tetapi arus kas yang rendah, menyebabkan
diperlukannya informasi arus kas bagi investor.
Indikator pengelolaan kas menurut Peter Rooney et all (2007) adalah :
1. Adanya kapasitas SDM dan kelembagaan yang memadai untuk fungsi akuntansi
dan keuangan
3. Seluruh transaksi dan saldo keuangan pemerintah daerah dicatat secara akurat dan
tepat waktu
4. Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat diandalkan.
Pengelolaan kas daerah didasarkan atas efektivitas dan efisiensi penanganan
dana-dana yang berasal dari penerimaan daerah dan dari pemerintah pusat.
Penerimaan daerah berasal Pendapatan Asli Daerah dan penerimaan dari pusat
berasal dari Dana Perimbangan yaitu Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Respon tiap-tiap pemerintah daerah terhadap
pengelolaan keuangan atau kas daerah dan dana transfer yang diberikan oleh
pemerintah pusat berbeda-beda. Tidak semua daerah memiliki kesiapan dalam
menerima dana transfer tersebut. Dampaknya adalah terjadi perilaku yang tidak
simetris sebagai respon terhadap dana transfer yang diberikan. Wulan, (2008)
menguraikan bahwa ketika pemerintah pusat memberikan bantuan transfer kepada
pemerintah daerah sebagai upaya untuk meningkatkan belanja daerah, terdapat
indikasi respon yang asimetris terhadap bantuan tersebut. Wulan (2008) menunjukkan
bahwa transfer pemerintah pusat berpengaruh terhadap besarnya pengeluaran yang
dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten atau kota. Pada saat pemerintah daerah
menerima transfer dari pemerintah pusat dana itu digunakan tanpa adanya upaya
untuk meningkatkan PAD tiap-tiap daerah.
Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas
mempunyai fungsi perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai
bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum
negara/daerah.Menurut Undang-Undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara,Bendaharawan Umum Negara (BUN) Indonesia dipegang oleh Menteri
Keuangan. Sedangkan Kuasa Bendaharawan Umum Negara (Kuasa BUN) dipegang
oleh DirektoratPengelolaan Kas Negara (Dir PKN) Dirjen Perbendaharaan. Maka unit
organisasi yangmempunyai fungsi perbendaharaan adalah Departemen Keuangan c.q.
Dirjen Perbendaharaan. Jadi entitas pelaporan untuk Laporan Arus Kas Pemerintah
Pusat adalah:
1. KPPN yangmenghasilkan LAK - KPPN
2. Kanwil Ditjen Perbendaharaan yang menghasilkan LAK - Kanwil
3. Direktorat PKN yang menghasilkan LAK - BUN
4. Ditjen Perbendaharaan c.q. DIA yang menghasilkan LAK- PP.
Lebih lanjut Priyo (2008) menjelaskan bahwa saat masyarakat (pemerintah
daerah) menerima transfer maka akan terjadi kenaikan penerimaan pajak daerah dan
peningkatan konsumsi barang publik. Hal ini menunjukkan bahwa transfer
meningkatkan konsumsi akan barang publik namun tidak menjadi substitut pajak
daerah. Kondisi inilah yang dalam berbagai literatur disebut dengan flypaper effect.
Dewi (2006) menyebutkan flypaper effect merupakan suatu keganjilan dimana
kecenderungan dari dana bantuan (transfer) akan meningkatkan belanja publik yang
lebih besar dibandingkan dengan pertambahan pendapatan yang diperoleh dari
pemerintah pusat digunakan sepenuhnya untuk membiayai kegiatan belanja
pemerintah daerah tanpa diimbangi dengan peningkatan PAD.
2.1.3. Pelaporan
Menurut Halim, 2004 dalam buku yang berjudul Akutansi Sektor Publik
Akuntansi Keuangan Daerah, menjelaskan bawa: “Laporan Keuangan adalah
Informsi keuangan yang disusun oleh suatu entitas bagi kepentingan pihak
internal maupun eksternal dari entitas tersebut.” Sedangkan menurut Ismaya,2005
dalam buku yang berjudul Kamus Akuntansi, menjelaskan bahwa: “Pelaporan
keuangan adalah suatu laporan yang disertai segala implementasinya dengan
melalui penyiapan neraca dan ikhtisar laba rugi.”
Berdasarkan definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pelaporan keuangan adalah Informsi keuangan yang disusun oleh suatu entitas
bagi kepentingan pihak enternal maupun eksternal dari entitas tersebut segala
implementasinya.
Menurut American Accounting Association, tujuan akuntansi untuk setiap
bentuk organisasi adalah untuk menyediakan informasi bagi:1. Pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya yang terbatas,termasuk
pengidentifikasian terhadap berbagai keputusan penting dan penentuan sasaranserta
tujuan organisasi.2. Pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia dan bahan
baku secara efektif.3. Pengurusan dan pelaporan penyirnpanan berbagai sumber
memenuhi kebutuhan serta permintaan seluruh masyarakat untuk tujuan pengendalian
social fungsi-fungsi mereka.
Laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa
yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008 Tentang Pedoman
Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan. Badan Layanan Umum menyatakan bahwa
sistem Akuntansi Keuangan adalah sistem akuntansi yang menghasilkan laporan
keuangan pokok untuk tujuan umum (general purpose). Tujuan laporan keuangan
adalah:
a. Akuntabilitas; mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada BLU dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara periodik.
b. Manajemen; membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
suatu BLU dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh penerimaan, pengeluaran, aset,
kewajiban, dan ekuitas BLU untuk kepentingan stakeholders.
c. Transparansi; memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang-undangan.
Menurut Peter Rooney et all (2007) indikator pelaporan adalah :
1. Adanya kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan yang memadai untuk
fungsi akuntansi dan keuangan
2. Sistem informasi akuntansi dan manajemen sudah terintegrasi
3. Seluruh laporan keuangan pemerintah daerah dicatat secara akurat dan tepat
waktu
4. Terdapat laporan keuangan dan informasi manajemen yang dapat diandalkan
2.1.4 Kinerja Pemerintah Daerah
Witmore (1997) menyatakan bahwa kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi
yang dituntut dari seorang atau suatu perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum
keterampilan. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan
dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil
suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau
perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan
operasional.
Penilaian kinerja ( performance appraisal ) pada dasarnya merupakan factor
kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena
adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat
diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja lembaga. Kinerja dan
kemampuan keuangan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan
untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah (Halim, 2004).
Hasil analisis pendapatan dan pengeluaran merupakan komponen dalam
menganalisis keuangan daerah. Jika pendapatan lebih besar daripada pengeluaran,
akan terjadi surplus anggaran dan jika pengeluaran lebih besar daripada pendapatan
akan terjadi defisit anggaran. Dalam hal ini perlu diperhatikan bagaimana kondisi
keuangan yang ada pada tahun sekarang dan kecendurangannya pada tahun-tahun
mendatang, sehingga pola surplus dan defisit anggaran dapat diprediksikan. Dilihat
dari sisi pendapatan, keuangan daerah yang berhasil adalah keuangan daerah yang
mampu meningkatkan penerimaan daerah secara berkesinambungan seiring dengan
perkembangan perekonomian tanpa memperburuk alokasi faktor-faktor produksi dan
keadilan. Dilihat dari sisi pengeluaran, keuangan daerah yang berhasil adalah
keuangan daerah yang mampu membelanjakan pendapatan yang diterima untuk
selanjutnya memberikan timbal balik atas pengeluaran tersebut. Timbal balik dalam
hal ini seperti pendapatan pajak dan retribusi. Analisis sisi pendapatan menggunakan
pendapatan asli daerah sebagai titik sentral analisisnya, sedangkan analisis sisi
pengeluaran menekankan pada belanja daerah sebagai titik setral analisisnya.
Menurut Ramandei (2009), kinerja manajerial adalah kinerja para individu
anggota organisasi dalam kegiatan manajerial, antara lain perencanaan, investigasi,
kinerja secara keseluruhan. Sedangkan pandangan Robertson et. al. (dalam
Ramandei, 2009), terhadap kinerja seseorang lebih bersifat situasional, tergantung
pada kondisi internal dan faktor eksternal yang melingkupi individu organisasi dalam
melakukan pekerjaan. Faktor eksternal berupa target dan persaingan yang menuntut
kinerja yang tinggi dari individu itu sendiri. Sedangkan faktor internal berupa
lingkungan kerja, gaji, kesempatan, supervise dan yang meliputi dimensi kepuasan
kerja. Kinerja merupakan efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan
karyawannya berdasarkan standar, sasaran, dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya (Ramandei, 2009).
Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu
menghasilkan suatu kinerja manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan umumnya
yang bersifat konkrit, kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan kompleks
(Mulyadi, 2001). Manajer menghasilkan kinerja dengan mengerahkan bakat dan
kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada didalam daerah
wewenangnya. Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat