BAB 2
LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang teori penunjang serta penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan permasalahan file undelete dan algoritma Aho-Corasick.
2.1. Forensik Digital
▸ Baca selengkapnya: tahapan yang dilakukan komputer untuk memproses hasil pekerjaan editing menjadi format file tertentu disebut …
(2)2.2. File
Berdasarkan GNU version of the Collaborative International Dictionary of English (2008), file komputer atau biasanya disebut dengan file adalah kumpulan data dalam media penyimpanan digital yang disimpan sebagai sebuah unit yang dapat dipergunakan untuk penyimpanan, pembacaan, dan pengindeksan data digital serta dapat diakses dengan menggunakan program komputer berdasarkan nama file. Sebuah
file dapat berisi program instruksi atau data yang dapat berupa informasi numerik, teks atau grafis. Format sebuah file ditentukan oleh isi dari file tersebut karena sebuah file
merupakan wadah untuk menyimpan data. Pada beberapa platform, format biasanya ditentukan oleh filename extension yang menentukan bagaimana byte harus diatur sehingga dapat diinterpretasikan.
File format adalah sebuah cara standar bagaimana informasi mengalami
encoding (perubahan menjadi bentuk kode tertentu) untuk kemudian disimpan dalam
file komputer. Setiap file format didesain untuk tipe data tertentu, misalnya file teks (.TXT) hanya dapat berisi karakter sesuai dengan standar format (ASCII, UTF-8 atau MIME) dan file citra PNG dapat menyimpan citra bitmap dengan kompresi data yang
lossless. File format juga menyimpan informasi tentang metode encoding yang dipergunakan file tersebut. Misalnya sebuah file teks TXT dapat disimpan dengan metode encoding ASCII (atau sering dikenal sebagai ANSI) maupun UTF-8. File teks dengan metode encoding ANSI hanya dapat menyimpan maksimal 256 karakter ASCII sedang metode encoding UTF-8 dapat menyimpan 1.112.064 karakter termasuk karakter dari bahasa lain. Oleh karena itu, apabila file teks yang berisi karakter Unicode disimpan dengan metode encoding ANSI maka karakter tersebut akan kehilangan format karakter Unicode. Sebagai contoh, karakter “ÿ” adalah
karakter Unicode yang apabila disimpan dengan encoding ANSI akan menjadi karakter “y”.
Filename extension adalah sebuah metode yang dipergunakan oleh banyak sistem operasi untuk menentukan format dari sebuah file berdasarkan akhir dari nama
File dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Header adalah bagian awal file dimana terdapat file signature atau dikenal juga sebagai magic bytes. Signature merupakan penanda yang diberikan di awal file
sehingga sistem operasi dapat mengenali jenis file tersebut. Daftar dari file signature beberapa file dapat dilihat pada Tabel 2.1.
2. Body adalah konten dari file yang berbentuk informasi atau data yang tersimpan dalam file tersebut.
3. Footer (tail) adalah bagian penutup file yang menjadi penanda akhir dari file
tersebut seperti pada Tabel 2.2 yang diadaptasi dari Tyagi (2004).
Tabel 2.1. Daftar file signature pada header untuk beberapa jenis file
Hex ASCII Ekstensi Jenis file
2.2.1 Pemulihan file yang telah terhapus
Pemulihan file adalah proses yang dilakukan untuk memulihkan file yang telah terhapus sehingga dapat dipergunakan sebagai barang bukti digital. Proses untuk memulihkan file dalam bidang forensik digital dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Undelete
Undelete adalah proses untuk memulihkan file yang telah terhapus dari file system.
terhapus dari MFT. Dengan kata lain, entry pada MFT untuk file tersebut telah diberikan flag yang bernilai deleted yang mengakibatkan cluster yang ditempati
file tersebut menjadi unallocated space. Pemulihan file dengan proses undelete
dapat dilakukan dengan cara membaca entry pada MFT dan mencari file dengan flag bernilai deleted lalu mengambil isi dari cluster-cluster yang ditunjuk oleh
entry tersebut dan menyatukannya menjadi sebuah file kembali. Metode ini merupakan metode yang memiliki kemungkinan terbesar dalam memulihkan file
dengan baik namun bergantung pada tipe file system. 2. File carving
File carving atau biasa disebut dengan carving adalah proses ekstraksi sekumpulan data dari kumpulan data yang lebih besar (Beek, 2011). File yang dipulihkan pada proses ini mengalami proses “carving” dari unallocated space
menggunakan nilai header dan footer yang spesifik. Berbeda dengan proses
undelete yang memanfaatkan metadata yang diperoleh dari Master File Table (MFT) untuk proses pemulihan, proses carving bekerja dengan data mentah pada media penyimpanan dan mengabaikan struktur file system (Beek, 2011). Dalam metode carving, header dan footer yang berbentuk untaian string bertipe byte
dibaca dari database. Header dan footer berbentuk pola tertentu seperti pada Tabel 2.2. Setelah itu pencarian akan dilakukan pada image dari drive untuk mencari kemunculan dari header dan footer. Proses ini bertujuan menentukan lokasi awal dan akhir dari sebuah file dalam image dan kemudian melakukan proses penggandaan untaian byte yang ditemukan dalam segmen tersebut menjadi file-file
sesuai dengan struktur dari file yang ingin dipulihkan.
File carving adalah metode yang sangat handal karena file didapatkan dari data mentah dalam image tanpa menghiraukan file system. File masih mungkin didapatkan walaupun metadata dari file system telah rusak. Kerusakan pada
metadata dari file system biasanya disebabkan karena proses format dan perubahan tipe file system (misalnya dari FAT32 menjadi NTFS) (Richard & Roussev, 2005).
Walaupun metode pemulihan file dengan file carving merupakan metode yang handal, proses carving yang melakukan rekonstruksi file dari segmen yang dibatasi oleh tempat ditemukannya header dan footer memiliki kelemahan seperti hanya dapat dilakukan terhadap file yang contiguous dan menghasilkan banyak
sebagai sebuah file yang kriterianya memenuhi kriteria file yang ingin direkonstruksi namun bukan file yang sebenarnya ingin diperoleh. File carving
juga memerlukan ukuran ruang penyimpanan yang besar karena jumlah false positive yang dihasilkan. Dengan menerapkan in-place file carving maka ukuran
media penyimpanan yang dilakukan dapat dikurangi karena metadata dapat dibuat kembali tanpa harus menggandakan isi file (Richard et al., 2007).
Tabel 2.2. Daftar header dan footer untuk beberapa jenis file
Ekstensi Header Footer
Istilah recovery dipergunakan secara umum untuk menjelaskan tentang pemulihan
file. Akan tetapi, recovery secara khusus dapat diartikan sebagai proses penyelamatan dan penanganan data media penyimpanan yang rusak, corrupted
atau saat media tersebut tidak dapat diakses secara normal. Istilah ini juga dipergunakan dalam forensik dimana data yang dienkripsi atau disembunyikan dipulihkan.
setiap file memiliki daftar cluster yang dialokasikan untuk penyimpanan file tersebut. Oleh karena itu, file yang telah mengalami fragmentasi masih mungkin untuk dipulihkan (Casey, 2011).
2.3. Disk Imaging
Proses pembuatan image dari sebuah drive atau disk imaging adalah proses pembuatan duplikat dari sebuah media penyimpanan. Berbeda dengan proses menggandakan file,
pada proses ini media penyimpan dibaca secara langsung (bit per bit) tanpa menggunakan file system. Proses ini juga menggandakan data yang tidak berhubungan dengan file seperti data boot sector. Karena cara kerja disk imaging tersebut, maka setiap bagian dari media penyimpanan akan dibaca sehingga dihasilkan sebuah image
yaitu duplikat dari media penyimpanan yang isinya persis sama dengan media penyimpanan yang sebenarnya (Leaver, 2007). Proses disk imaging sangat penting untuk membuat drive sekunder sehingga dapat mencegah pemakaian media penyimpanan lebih lanjut yang dapat mengakibatkan terjadinya proses penimpaan oleh data baru yang dapat mengurangi tingkat keberhasilan proses pemulihan file.
Proses disk imaging menggandakan isi setiap sector pada source drive (media penyimpanan asal) ke sector lain pada image drive (media penyimpanan hasil penggandaan) seperti yang terlihat pada Gambar 2.1.
Source drive
Image drive Baca dari
sector
Simpan ke buffer
Buffer
Tulis ke sector Baca dari
buffer
Gambar 2.1. Proses disk imaging
untaian bilangan hexadecimal tersebut akan disimpan dalam sebuah buffer. Isi pada
buffer tersebut kemudian akan dituliskan pada sector yang ada pada image drive. Proses ini berulang secara terus menerus sampai semua sector yang ada pada source drive digandakan. Sector adalah unit penyimpanan fisik terkecil dalam disk magnetik
maupun disk optikal dan memiliki ukuran 512 byte.
2.4. File System NTFS
NTFS atau New Technology File System adalah file system yang dikembangkan oleh Microsoft serta memiliki dukungan yang lebih baik untuk metadata dan penggunaan struktur data yang lebih lanjut untuk meningkatkan performa, kehandalan, dan penggunaan lokasi penyimpanan. File system ini dirancang untuk dapat secara cepat melakukan operasi file seperti operasi baca, tulis, dan pencarian serta operasi tingkat lanjut seperti pemulihan file system pada hard disk yang berukuran sangat besar. Proses format untuk file system dengan jenis NTFS akan menghasilkan beberapa file metadata atau metafile seperti $MFT (Master File Table), $BitMap, $LogFile dan lain-lain yang berisi informasi tentang file dan folder dalam file system NTFS tersebut. Gambar 2.2 menunjukkan bagaimana aplikasi berkomunikasi dengan hard disk
pada file system berjenis NTFS. Tabel 2.3 berisi penjelasan tentang masing-masing komponen arsitektur NTFS yang terdapat pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 dan Tabel 2.3 diadaptasi dari Microsoft (2003).
Tabel 2.3. Komponen ArsitekturNTFS
Komponen Deskripsi
Hard disk Media penyimpanan, dapat terdiri dari satu atau lebih partisi.
Boot sector Bagian yang diinisialisasi dan menyimpan informasi susunan
volume media penyimpanan dan struktur file system serta boot code yang memuat Ntldr.
Tabel 2.3. Komponen ArsitekturNTFS (lanjutan)
Komponen Deskripsi
Ntldr.dll Mengalihkan CPU ke mode protected, memulai file system,
dan kemudian membaca isi dari file Boot.ini. Informasi ini menentukan pilihan startup dan pilihan boot menu
Ntfs.sys System file driver untuk NTFS.
Ntoskrnl.exe Mengekstraksi informasi system device driver mana yang akan dimuat dan urutan memuat.
Kernel mode Mode pemrosesan yang memungkinkan kode untuk
memperoleh akses langsung ke semua perangkat keras dan memori dalam sistem.
User mode Mode pemrosesan dimana aplikasi berjalan.
Gambar 2.2. Arsitektur NTFS
MFT dari dua MFT yang ada dalam file system NTFS (salah satunya merupakan MFT yang dipergunakan file system dan yang lainnya merupakan salinan dari MFT tersebut). MFT umumnya dialokasikan sebesar 12,5% dari ukuran partisi, namun nilai ini dapat diubah untuk mendukung file system.
Partisi dengan file system berjenis NTFS Boot
Gambar 2.3. Struktur file system NTFS
Gambar 2.4 memperlihatkan contoh isi dari boot sector (sector dengan nomor
logical 0). Bagian boot sector sebagian besar terdiri dari kode boot strap.
Susunan boot sector pada Gambar 2.4 ditunjukkan pada Tabel 2.4 berdasarkan adaptasi dari Microsoft (2003), Schwarz (2009), dan Wilkinson (2012).
Tabel 2.4. Susunan boot sector pada file system NTFS
Indeks Offset Ukuran Keterangan
1 0x00 3B Jump instruction
2 0x03 8B OEM ID
3 0x0B 25B BPB
4 0x24 48B Extended BPB
5 0x54 426B Kode boot strap
6 0x1 FE 2B Penanda akhir sector
Kode boot strap dalam boot sector memiliki informasi penting yang tersimpan dalam BPB dan extended BPB seperti ukuran byte per sector, jumlah sector per
cluster, cluster tempat MFT dan salinan MFT berada, jumlah total sector, dan informasi penting lainnya. BIOS Parameter Block (BPB) adalah struktur data yang terdapat dalam boot sector yang memberikan informasi tentang susunan parameter fisik dalam volume penyimpanan data. Susunan informasi dalam BPB dapat dibagi seperti pada Tabel 2.5 berdasarkan adaptasi dari Schwarz (2009) dan Microsoft (2003).
Tabel 2.5. Susunan informasi dalam BPB
Offset Ukuran Nilai
(secara umum) Keterangan
0x0B 2B 00 02 Ukuran byte per sector. Umumnya 512 byte 0x0D 1B 08 Jumlah sector per cluster.
0x0E 2B 00 00 Reserved sector. Nilai harus 0. Jika tidak 0, maka proses mount NTFS akan gagal.
0x10 3B 00 00 00 Reserved sector. Nilai harus 0. Jika tidak 0, maka proses mount NTFS akan gagal.
0x13 2B 00 00 Reserved sector. Nilai harus 0. Jika tidak 0, maka proses mount NTFS akan gagal.
Tabel 2.5. Susunan informasi dalam BPB (lanjutan)
Offset Ukuran Nilai
(secara umum) Keterangan
0x16 2B 00 00 Reserved sector. Nilai harus 0. Jika tidak 0,
maka proses mount NTFS akan gagal.
0x18 2B 00 00 Tidak dipergunakan atau diperiksa oleh NTFS 0x1A 3B FF 00 Tidak dipergunakan atau diperiksa oleh NTFS 0x1C 4B 3F 00 00 00 Tidak dipergunakan atau diperiksa oleh NTFS 0x20 4B 00 00 00 00 Reserved sector. Nilai harus 0.
0x24 4B 80 00 Tidak dipergunakan atau diperiksa oleh NTFS 0x28 8B xx xx xx xx xx
xx xx xx
Jumlah total sector.
0x30 8B xx xx xx xx xx xx xx xx
Nomor logical cluster untuk Master File Table
(File $MFT). 0x38 8B xx xx xx xx xx
xx xx xx
Nomor logical cluster untuk salinan Master File Table (File $MFTmir dengan “mir”
merupakan singkatan dari “mirror”).
0x40 1B F6 Cluster per record pada MFT. Jika nilai lebih kecil dari 7F maka angka ini merupakan cluster
per Index Buffer. Sebaliknya, 2x, dengan x merupakan negatif dari angka ini, merupakan ukuran dari file record.
0x41 3B 00 00 00 Tidak dipergunakan atau diperiksa oleh NTFS 0x44 1B 01 Cluster per Index Buffer. Jika nilai lebih kecil
dari 7F maka angka ini merupakan cluster per
Index Buffer. Sebaliknya, 2x, dengan x merupakan negatif dari angka ini, merupakan ukuran dari file record.
0x45 3B 00 00 00 Tidak dipergunakan atau diperiksa oleh NTFS 0x48 8B xx xx xx xx xx
xx xx xx
Nomor serial volume.
Tidak semua informasi dalam BPB dan extended BPB merupakan informasi yang penting. Beberapa informasi penting yang dapat diperoleh dari BPB adalah ukuran byte untuk setiap sector, jumlah sector dalam setiap cluster, dan alamat cluster
MFT. Informasi yang tersimpan dalam BPB dibaca secara little endian, yaitu sebuah
sistem dimana least significant bit menempati alamat terkecil dalam memori. Contoh, pada Gambar 2.4 nilai pada offset 0x0B sebanyak 2B merepresentasikan ukuran sector
dalam file system. Nilai pada offset ini adalah 00 02. Jika dibaca dengan menggunakan sistem little endian, nilai ini menjadi 02 00, dimana apabila nilai ini diubah menjadi desimal maka akan menjadi 512. Angka ini merupakan ukuran setiap sector yang dimiliki oleh partisi ini yaitu sebesar 512 byte.
Berdasarkan Gambar 2.4 diperoleh bilangan heksadesimal yang merupakan BPB dan extended BPB dari offset 0x0B sampai dengan 0x4F sebagai berikut:
Offset 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 0A 0B 0C 0D 0E 0F
0000 ………00 02 08 00 00
0001 00 00 00 00 00 F8 00 00 3F 00 FF 00 3F 00 00 00
0002 00 00 00 00 80 00 00 00 A0 72 73 00 00 00 00 00
0003 00 00 04 00 00 00 00 00 02 00 00 00 00 00 00 00
0004 F6 00 00 00 01 00 00 00 1D AD D8 C0 E5 D8 C0 76
Beberapa informasi penting yang dapat diperoleh dari BPB dan extended BPB sesuai dengan boot sector pada Gambar 2.4 dan susunan informasi dalam BPB pada Tabel 2.5 seperti yang diberikan dalam Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Informasi yang diperoleh dari BPB
Offset Ukuran Nilai Keterangan
0x0B 2B 00 02 Dibaca secara little endian menjadi 0x 02 00.
Nilai 02 00 (heksadesimal) sama dengan 512 (desimal). Dengan demikian ukuran per sector
adalah 512 byte. 0x0D 8B 08 00 00 00
00 00 00 00
Nilai ini sama dengan 8 (desimal). Dengan demikian, jumlah sector dalam setiap cluster
Tabel 2.6. Informasi yang diperoleh dari BPB (lanjutan)
Offset Ukuran Nilai Keterangan
0x15 1B F8 Jenis media penyimpanan adalah hard disk pengalamatan logical, dan untuk memperoleh pengalamatan physical, maka angka ini harus ditambahkan dengan jumlah dari total sector
sebelumnya jika hard disk memiliki lebih dari satu partisi. Jika hard disk hanya terdiri dari satu partisi, maka alamat logical dari sebuah sector
akan sama dengan alamat physical. Karena hard disk yang dipergunakan hanya terdiri dari satu partisi maka alamat physical sama dengan
Ukuran cluster merepresentasikan ukuran terkecil yang dapat dipergunakan untuk menyimpan file. Ukuran cluster untuk file system berjenis NTFS yang sering ditemukan adalah 4KB atau 4096 byte (cluster yang tersusun dari 8 buah sector, 8 * 512 byte = 4096 byte = 4 KB). Ukuran cluster pada file system NTFS bervariasi
dari 512 byte (1 sector) sampai 64 KB (128 sector), namun variasi ukuran cluster
selain bergantung pada ukuran media penyimpanan juga bergantung pada jenis sistem operasi seperti terlihat pada Tabel 2.7 berdasarkan adaptasi dari Microsoft (2013). Semakin besar ukuran cluster pada file system media penyimpanan akan mengurangi tingkat fragmentasi file namun akan berdampak pada peningkatan jumlah slack space
dan demikian pula sebaliknya.
Tabel 2.7. Daftar ukuran cluster pada file system NTFS
Ukuran Media Penyimpanan
Windows
NT 3.51 Windows NT 4.0
Windows 7, Windows Server 2008 R2, Windows Server
2008, Windows Vista, Windows Server 2003, Windows XP, Windows 2000
7 MB–512 MB 512 bytes 4 KB 4 KB
512 MB–1 GB 1 KB 4 KB 4 KB
1 GB–2 GB 2 KB 4 KB 4 KB
2 GB–2 TB 4 KB 4 KB 4 KB
2 TB–16 TB - - 4 KB
16TB–32 TB - - 8 KB
32TB–64 TB - - 16 KB
128TB–256 TB - - 64 KB
> 256 TB - - -
2.4.1. File Fragmentation
untuk membuat, menghapus dan mengubah file. Oleh karena itu, sistem operasi harus menyimpan bagian dari sebuah file dalam cluster yang tidak berurutan. Proses fragmentasi tidak kasat mata oleh user namun dapat memperlambat kecepatan akses data karena pencarian harus dilakukan ke semua bagian media penyimpanan untuk menghasilkan sebuah file.
Penyebab utama terjadinya fragmentasi adalah saat file yang tersimpan dalam media penyimpanan dihapus sehingga mengakibatkan terbentuknya cluster kosong yang siap ditempati oleh file lain. Apabila ukuran cluster tersebut tidak cukup untuk menampung seluruh isi file, maka file akan dibagi menjadi beberapa bagian untuk ditempatkan di cluster-cluster kosong yang ada. Saat file yang ada mengalami penambahan isi file yang mengakibatkan ukuran file bertambah, sering kali tidak mungkin untuk melakukan proses penulisan di bagian akhir file yang berpotensi menyebabkan proses fragmentasi. Penyebab fragmentasi dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5 Cluster 6 Cluster 7 Cluster 8
File 1 File 2 File 2 File 2 File 3 File 4 File 5 File 6
File 2 File 2 File 2 File 5
(1)
(2)
(3)
File X File 2 File 2 File 2 File X File X File 5 File X
(4)
Gambar 2.5. Penyebab terjadinya fragmentasi
Sebuah media penyimpanan yang masih belum berisi akan diisi dengan 5 buah
(kondisi nomor (2)). Saat file dihapus, maka cluster yang semula menampung file
tersebut menjadi kosong dan media penyimpanan mengalami fragmentasi (kondisi nomor (3)). File system dapat melakukan proses defragmentasi segera setelah proses penghapusan, namun proses defragmentasi akan berdampak pada performa pada waktu yang tidak dapat diperkirakan. Oleh karena itu, secara umum, cluster kosong akan dibiarkan dan ditandai pada MFT sebagai cluster yang siap dipergunakan. Saat
file baru akan dimasukkan ke media penyimpanan yang telah mengalami proses fragmentasi, maka file tersebut akan terbagi menjadi beberapa bagian untuk menempati cluster kosong yang tersedia (kondisi nomor (4)).
Pada Gambar 2.6, sebuah file berukuran 16KB akan disimpan dalam sebuah
hard disk dengan file system berjenis NTFS dan cluster berukuran 4KB. File
berukuran 16KB tersebut akan dibagi menjadi beberapa bagian (fragment) sesuai dengan ukuran cluster dan akan ditempatkan di cluster-cluster yang kosong sehingga mengakibatkan terjadinya fragmentasi.
File 1
Fragment
file 1 File lain File lain File lain
Fragment file 1
Fragment
file 1 File lain
Fragment file 1 16KB
Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 Cluster 5 Cluster 6 Cluster 7 Cluster 8
Cluster berukuran 4KB
Gambar 2.6. Proses fragmentasi sebuah file untuk menempati cluster kosong
Ukuran cluster yang lebih besar diperlukan untuk mengurangi tingkat fragmentasi file sehingga waktu akses data dapat ditingkatkan,
2.4.2. Slack Space
kecil disimpan dalam cluster yang besar maka akan mengakibatkan munculnya slack space. Slack space adalah bagian dari hard drive yang tidak sepenuhnya digunakan oleh file yang sedang dialokasikan di cluster tersebut dan dapat berisi data dari file
yang sebelumnya terhapus (Hoog, 2008). Gambar 2.6 menunjukkan perbedaan ukuran sebenarnya sebuah file dan ukuran file tersebut dalam hard disk. Sebagai contoh, file
yang berukuran 940 byte hanya akan menempati 2 sector dalam hard disk (2 sector = 2 * 512 byte = 1024 byte – cukup untuk menampung file tersebut). Akan tetapi, karena file system melakukan manajemen bukan berdasarkan sector namun berdasarkan cluster, maka file tersebut akan menempati sebuah cluster (berukuran 4KB). Karena file hanya memerlukan 940 byte untuk dipergunakan sebagai tempat penyimpanan, maka sisa ruang alokasi yang tidak dipergunakan akan diisi oleh file system dengan bit 1 atau 0 atau sisa cluster tidak akan diubah sama sekali.
Size : Size on disk
1 byte (1 byte) 4.00 KB (4,096 bytes)
Gambar 2.7. Contoh slack space
Gambar 2.8 menunjukkan bagaimana sebuah file yang seharusnya hanya memerlukan 5 sector sebagai tempat penyimpanan menggunakan sebuah cluster
File.txt
Gambar 2.8. Ilustrasi manajemen penyimpanan file dan slack space
2.5. Master File Table (MFT)
Master File Table atau MFT adalah sebuah file yang menyimpan informasi tentang semua file dan direktori yang ada dalam file system. Dalam MFT terdapat paling sedikit satu record untuk setiap file dan direktori dalam volume logical NTFS. Informasi yang rinci seperti jenis file, ukuran, tanggal dan waktu pembuatan, tanggal dan waktu perubahan terakhir, dan identitas pembuat file disimpan dalam entry MFT atau di luar MFT namun dideskripsikan dalam entry MFT.
Karena MFT menyimpan informasi tentang semua file, MFT juga menyimpan informasi tentang file MFT itu sendiri. Sebanyak 16 record pertama MFT dipergunakan untuk menyimpan file metadata yang dipergunakan untuk mendeskripsikan file MFT. Record yang berisi informasi tentang MFT dirincikan pada Tabel 2.8 yang diadaptasi dari Schwarz (2009) dan Wilkinson (2012).
Tabel 2.8. Daftar record berisi informasi tentang MFT
Record Nama Metafile Keterangan
0 $MFT Self reference ke MFT (MFT itu sendiri). Berisi file record untuk setiap file dan folder.
Tabel 2.8. Daftar record berisi informasi tentang MFT (lanjutan)
Record Nama Metafile Keterangan
2 $LogFile Membantu menjaga konsistensi file system jika terjadi system error. Berisi informasi yang dapat
dipergunakan oleh file system NTFS untuk melakukan pemulihan sistem dengan cepat.
3 $Volume Informasi volume (nama volume, nomor volume, dan lain-lain).
4 $AttrDef Mendefinisikan atribut file yang didukung. 5 . (dot) Direktori root.
6 $BitMap Representasi bit dari cluster yang bebas atau digunakan dalam volume.
7 $Boot Boot sector dalam volume. Berisi BPB untuk proses
mount dan kode bootstrap loader.
8 $BadClus Daftar cluster yang rusak atau buruk dalam volume. 9 $Secure Security descriptor untuk semua file.
10 $UpCase Tabel karakter huruf kapital UNICODE untuk
sorting.
11 $Extend Untuk penambahan yang bersifat opsional seperti
quota, data reparse point, dan pengenal objek. 12 – 15 - Reserved.
2.5.1. Record MFT
Master File Table
Entry
header Atribut 1 Atribut 2 Atribut 3
Sisa space
Sebuah record MFT Header atribut
Gambar 2.9. Struktur record MFT
Gambar 2.10 menunjukkan struktur record MFT untuk file berukuran kecil berdasarkan adaptasi dari Schwarz (2009). Secara umum, file yang ukurannya mendekati 900B tersimpan sepenuhnya dalam entry MFT.
Informasi standar
Nama file atau
direktori Data atau indeks
Ruang penyimpanan yang tidak dipergunakan
Gambar 2.10. Record MFT untuk file berukuran kecil
Struktur data untuk entry pada MFT seperti yang diberikan pada Tabel 2.9 yang diadaptasi dari Schwarz (2009). Entry MFT secara umum terdiri dari:
1. Informasi standar yang berisi timestamp cara akses dan jumlah link.
2. Daftar atribut berisi lokasi semua record atribut yang tidak sesuai atau tidak dapat dimasukkan dalam record MFT.
3. Nama file diberikan dalam versi panjang dan pendek (DOS readable). Nama file
versi pendek memiliki format 8.3 case insensitive khusus. Nama versi panjang dapat terdiri dari 255 karakter Unicode.
4. Object ID (hanya dimiliki beberapa file).
5. Logged Tool Stream yang hanya dipergunakan oleh EFS. 6. Reparse point yang dipergunakan oleh perangkat mounted.
7. Index root yang dipergunakan untuk implementasi folder dan indeks lain.
8. Index allocation yang dipergunakan untuk implementasi struktur B-tree untuk
folder berukuran besar dan indeks berukuran besar lain.
9. Bitmap yang dipergunakan untuk implementasi struktur B-tree untuk folder
berukuran besar dan indeks berukuran besar lain.
Tabel 2.9. Struktur data entry dalam MFT
Offset Ukuran Sistem
Operasi Keterangan
0x00 – 0x03 4 Magic number “FILE”.
0x04 – 0x05 2 Offset ke update sequence. 0x06 – 0x07 2 Jumlah entry dalam fixup array. 0x08 – 0x0f 8 $LogFile Sequence Number (LSN). 0x10 – 0x11 2 Sequence number.
0x12 – 0x13 2 Jumlah hard link.
0x14 – 0x15 2 Offset ke atribut pertama.
0x16 – 0x17 2 Flag, jika 0x01: record yang sedang digunakan, 0x02: direktori.
0x18 – 0x1b 4 Ukuran entry MFT yang dipergunakan. 0x1c – 0x1f 4 Ukuran entry MFT yang dialokasikan. 0x20 – 0x27 8 File reference ke record FILE dasar. 0x28 – 0x29 2 ID atribut selanjutnya.
0x2a – 0x2b 2 XP Menyelaraskan dengan batas 4B. 0x2c – 0x2f 4 XP Jumlah record MFT ini.
0x30 – 0x1000 Atribut dan nilai fixup.
2.5.2. LSN (Log Sequence Number), alamatfile reference
LSN atau Log Sequence Number adalah sebuah nilai sebesar 64 bit yang dipergunakan sebagai logging area dalam entry MFT untuk metafile $LogFile. Log file terdiri dari dua bagian utama yaitu restart area dan logging area (Carrier, 2005). Logging area
dibagi menjadi pengalamatan dengan MFT entry value sebesar 48 bit dengan entry
pertama memiliki alamat 0 dan nomor urut (sequence number) sebesar 16 bit yang bertambah saat entry dialokasikan. Logging area yang terdiri dari entry value dan
2. Perubahan konten dari file atau direktori. 3. Perubahan nama file atau direktori.
4. Perubahan data file atau direktori yang tersimpan dalam entry MFT seperti ID pengguna, pengaturan keamanan, dan lain-lain.
Entry MFT $LogFIle
Logging area Restart area
64 bit
Sequence number Entry number
0040 0000 0000 0012
16 bit
Entry value
48 bit File reference
Gambar 2.11. Alamat file reference
File reference mempermudah untuk mengetahui apakah file system mengalami kerusakan (corrupt).
2.5.3. Atribut entry MFT
Atribut entry MFT dapat dinyatakan dengan bebas. Setiap atribut diawali oleh header
atribut. Header atribut memberikan informasi mendasar tentang atribut tersebut
Gambar 2.12. Contoh struktur record MFT
Jenis atribut untuk MFT terdapat dalam $AttrDef. Secara standar, informasi tentang jenis atribut yang terdapat dalam record MFT seperti pada Tabel 2.10 berdasarkan adaptasi dari Carrier (2005) dan Schwarz (2009).
Tabel 2.10. Jenis atribut MFT secara standar
Nilai Jenis Atribut Keterangan
0x10 STANDARD_INFORMATION Informasi umum seperti flag, waktu akses terakhir, waktu penulisan, dan waktu pembuatan serta pemilik file
dan ID keamanan.
0x20 $ATTRIBUTE_LIST Daftar tempat dimana atribut lain dapat ditemukan.
0x30 $FILE_NAME Nama file dalam Unicode serta waktu akses terakhir, waktu penulisan, dan waktu pembuatan.
0x40 $VOLUME_VERSION Informasi volume (Windows NT). 0x40 $OBJECT_ID Penanda berukuran 16 byte yang unik
Tabel 2.10. Jenis atribut MFT secara standar (lanjutan)
Nilai Jenis Atribut Keterangan
0x60 $VOLUME_NAME Nama volume.
0x70 $VOLUME_INFORMATION Versi file system dan flag lainnya.
0x80 $DATA Isi file.
0x90 $INDEX_ROOT Simpul akar dari pohon indeks.
0xA0 $INDEX_ALLOCATION Simpul dari pohon indeks dengan akar $INDEX_ROOT.
0xB0 $BITMAP Bitmap untuk file $MFT dan untuk pengindeksan.
0xC0 $SYMBOLIC_LINK Informasi soft link (Windows NT). 0xC0 $REPARSE_POINT Data tentang reparse point,
dipergunakan sebagai soft link pada Windows 2000+.
0xD0 $EA_INFORMATION Dipergunakan sebagai backward compactibility untuk aplikasi OS/2 (HPFS).
0xE0 $EA Dipergunakan sebagai backward
compactibility untuk aplikasi OS/2 (HPFS).
0xF0 $PROPERTY_SET
0x100 $LOGGED_UTILITY_STREAM Berisi kunci dan informasi untuk atribut yang terenkripsi (Windows 2000+).
Atribut untuk record MFT dapat tersimpan seluruhnya dalam record tersebut (resident) maupun disimpan di luar record (non-resident). Struktur data 16 B pertama atribut bernilai sama baik untuk atribut resident maupun non-resident seperti pada Tabel 2.11 berdasarkan adaptasi dari Schwarz (2009). Setelah 16 B, maka stuktur data atribut resident akan berbeda dengan atribut non-resident karena atribut non-resident
Tabel 2.11. Struktur data 16 B pertama atribut record MFT untuk record resident maupun non-resident
Offset Ukuran Keterangan
0x00 4 Penanda jenis atribut
0x04 4 Panjang atribut (menentukan lokasi atribut selanjutnya) 0x08 1 Non-resident flag
0x09 1 Panjang nama 0x0a 2 Offset nama 0x0c 2 Flags
Perbedaan struktur data atribut resident dan non-resident seperti pada Tabel 2.12 dan 2.13 yang diadaptasi dari Schwarz (2009).
Tabel 2.12. Struktur data atribut resident
Offset Ukuran Keterangan
0x0e 2 Penanda atribut 0x10 4 Ukuran konten 0x15 2 Offset konten
Tabel 2.13. Struktur data atribut non-resident
Offset Ukuran Keterangan
0x0e 2 Penanda atribut
0x10 8 Nomor cluster virtual awal dari runlist
0x18 8 Nomor cluster virtual akhir dari runlist
0x20 2 Offset dari runlist
0x22 2 Ukuran unit kompresi 0x24 4 Tidak dipergunakan
0x28 8 Ukuran yang dialokasikan untuk atribut konten
Offset dihitung dari awal atribut sampai akhir atribut (awal atribut memiliki nilai 0x00) dan bukan merupakan offset dari keseluruhan record.
2.6. Metadata
Metadata dapat secara literal diartikan sebagai “data tentang data”. Metadata atau yang sering disebut dengan metacontent didefiniskan juga sebagai data yang memberikan informasi tentang satu atau lebih aspek dari sebuah data seperti:
1. Tujuan pembuatan data. 2. Fungsi data.
3. Waktu dan tanggal pembuatan.
4. Pembuat data (creator atau author, dimana istilah author biasanya dipergunakan untuk data berbentuk dokumen atau teks sedangkan istilah creator dipergunakan untuk jenis lainnya).
5. Lokasi dalam jaringan komputer dimana data dibuat. 6. Penggunaan standar.
Misalnya, sebuah citra digital bisa memiliki metadata yang berisi tentang ukuran citra, kedalaman warna, kapan citra tersebut dibuat, dan informasi lainnya. Demikian juga
metadata dokumen dapat berisi informasi tetang pembuat (author) dokumen tersebut, panjang dokumen, kapan dokumen tersebut ditulis, dan ringkasan singkat dokumen tersebut.
Dalam proses undelete, diperlukan metadata dari file yang telah dihapus.
Metadata ini mengandung informasi seperti nama file dalam MFT, flag yang menandakan apakah file telah dihapus dari file system, lokasi file dalam hard drive, ukuran file, dan lain-lain serta diperoleh dengan mengakses MFT. Metadata yang
diperoleh dari MFT ini dapat dipergunakan untuk memulihkan file yang terhapus.
2.7. Algoritma Aho-Corasick
terhingga. Algoritma ini menyesuaikan semua pola secara bersamaan. Kompleksitas algoritma ini adalah O(n + m + z), dengan n merupakan banyak pola, m merupakan panjang dari teks yang digunakan dalam pencarian, dan z merupakan jumlah output yang sesuai atau jumlah kemunculan pola.
Algoritma Aho-Corasik pertama-tama akan membuat mesin automata yang menyerupai trie dengan link tambahan diantara node internal dari keyword atau pola yang ada. Link tambahan ini memungkinkan transisi yang cepat saat terjadi kegagalan dalam proses pencocokan pola sehingga automata dapat berpindah ke cabang trie
yang lain yang memiliki prefix yang mirip. Dengan adanya link tambahan tersebut, automata dapat berpindah saat proses pencocokan pola tanpa diperlukannya
backtracking. Trie adalah struktur data ordered tree yang dipergunakan untuk menyimpan set yang dinamis atau array assosiatif dimana kunci yang ada biasanya berupa string. Sebuah trie memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan binary tree (Bentley & Sedgewick, 1998) dan dapat juga dipergunakan untuk menggantikan tabel hash.
2.7.1.Konstruksi Keyword Trie
Algoritma Aho-Corasick didasarkan pada keyword trie. Keyword trie untuk himpunan pola P adalah trie dengan akar K dimana:
1. Setiap edgeK dinamakan dengan sebuah karakter.
2. Dua edge yang keluar dari sebuah simpul memiliki nama yang berbeda. 3. Untuk setiap XP terdapat sebuah simpul v dengan L(v)=X.
4. Label L(v) dari setiap daun v adalah sama dengan X P.
Konstruksi keyword trie untuk himpunan pola P = {P1, …, Pk} dimulai dari simpul akar atau awal, dengan memasukkan setiap pola Pi satu per satu dengan aturan: 1. Mulailah dari simpul akar dengan mengikuti path yang dinamakan dengan
karakter dari Pi.
2. Jika path berakhir sebelum Pi, maka lanjutkan dengan menambah edge baru dan simpul untuk setiap karakter Pi.
3. Simpan pengenal (identifier) i dari Pi pada simpul terminal dari path.
Sebagai contoh, terdapat himpunan pola P = {he, she, his, hers}. Keyword trie
yang terbentuk dari himpunan pola P seperti yang diberikan pada Gambar 2.13 dengan state terminal dilambangkan dengan lingkaran ganda berdasarkan adaptasi dari Vilo (2008).
Pencarian sebuah untaian stringX dimulai dari simpul akar (root) atau awal mengikuti path yang diberikan label karakter dari X. Jika penelusuran path berhenti pada simpul dengan identifier atau dengan kata lain berhenti pada simpul terminal, maka X adalah
keyword dalam kamus atau trie. Sebaliknya, jika penelusuran path berhenti sebelum akhir dari stringX, maka string tersebut tidak ditemukan dalam kamus.
Selanjutnya keyword trie diubah menjadi automata untuk mendukung pencocokan linear-time dengan setiap simpul dalam keyword trie menjadi state dalam automata dan simpul akar menjadi state awal atau state 0. Lalu, untuk menentukan perpindahan state dalam automata, ditambahkan tiga fungsi:
a. Jika edge(q, v) diberikan label a, maka g(q, a) = v.
b. g(0, a) = 0 untuk setiap a yang tidak diberikan sebagai label untuk edge yang keluar dari state awal. Automata tetap berada pada state awal jika menerima input berupa karakter yang tidak dikenal.
c. Lainnya g(q, a) = Ø
2. Fungsi failure f(q) untuk q ≠ 0 untuk state saat tidak ditemukan kecocokan. f(q)
adalah simpul yang diberikan label longest proper suffix w dari L(v) dengan w
merupakan prefix dari pola tertentu.
3. Fungsi output out(q) memberikan string yang dikenal saat memasuki sebuah state. Perubahan keyword trie menjadi automata dan penambahan fungsi akan menambahkan transisi pada keyword trie dari satu simpul ke simpul lain seperti pada Gambar 2.14 yang diadaptasi dari Vilo (2008).
0
1
8
6 h
e
r
s
i
s 3
4
5 s
h
e NOT {h,s}
2
9
7
Gambar 2.14. Contoh automata dari keyword trie dengan penambahan fungsi-fungsi transisi
Tabel 2.14. Daftar kecocokan pola pada automata dan suffix link
Path Ada dalam kamus Suffix Link
() Tidak
(h) Tidak ()
(he) Ya ()
(her) Tidak ()
(hers) Ya (s)
(hi) Tidak ()
(his) Ya (s)
(s) Tidak ()
(sh) Tidak (h)
(she) Ya (he)
Output yang mungkin dihasilkan oleh state terminal automata seperti dirincikan pada Tabel 2.15.
Tabel 2.15. Output yang dihasilkan oleh state terminal
State Output Keterangan
2 he
5 she, he Karena state 4 dan 5 memiliki suffix link ke state 1 dan 2 serta ”he” merupakan longest proper suffix dari “she”.
7 his 9 her
2.8. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang sebelumnya sudah pernah dilakukan tentang pemulihan file yang
terhapus adalah proses pemulihan file dengan algoritma Boyer-Moore (Richard, et al., 2007), pendekatan proses carving untuk memulihkan file multimedia (Yoo, et al., 2011), dan rekonstruksi forensik untuk file mp3 (Sajja, 2010).
penelitiannya menunjukkan bahwa proses carving memerlukan resource berupa waktu yang lama dan kapasitas penyimpanan yang sangat besar. Proses carving dengan
target disk berukuran 8 GB menghasilkan lebih dari 1,1 juta file dengan ukuran total melebihi 250 GB dan jumlah false positive yang sangat besar. Selain itu, algoritma
Boyer-Moore yang diterapkan dinilai masih kurang optimal untuk proses pencocokkan header dan footer dari file (O(mn)).
Sajja (2010) melakukan penelitian untuk melakukan rekonstruksi pada
fragment dari file MP3 dengan Variable Bit Rate (VBR). Metode yang diajukan mampu meningkatkan keberhasilan dalam menemukan fragment yang benar dari file
yang akan direkonstruksi. Persentase peningkatan untuk file MP3 dengan kualitas tinggi sebesar 49,20 – 69,42%, untuk file dengan kualitas menengah sebesar 1,80 – 3,75%, dan untuk file dengan kualitas rendah sebesar 41,32 – 100,00 %. Peningkatan
keberhasilan dalam menemukan fragment dari file akan meningkatkan performa proses carving.
Yoo, et al. (2011) melakukan penelitian dengan mengajukan metode carving
untuk file multimedia. Metode yang diajukan dapat melakukan pemulihan file
multimedia berjenis MP3, AVI, dan WAV secara sempurna untuk file-file yang dialkokasi secara kontinu. Walaupun file dialokasikan secara diskontinu, file masih dapat diverifikasi setelah proses pemulihan karena karakteristik yang dimiliki oleh file
multimedia. Pemulihan untuk file yang disimpan pada file system berjenis NTFS yang mengalami kompresi lebih sulit dilakukan. Namun, file multimedia yang tersimpan pada file system NTFS yang mengalami kompresi masih dapat dipulihkan dengan metode carving untuk file multimedia.
Tabel 2.16. Daftar penelitian terdahulu
Nama Metode Keterangan
Richard, et al. (2007)
Carving dengan algoritma Boyer-Moore
Carving pada target disk sebesar 8 GB menghasilkan jumlah file sebanyak 1,1 juta
file dengan jumlah false positive yang besar. Algoritma Boyer-Moore kurang optimal
untuk proses pencocokkan header dan footer
Tabel 2.16. Daftar penelitian terdahulu(lanjutan)
Nama Metode Keterangan
Sajja (2010) Variable Bit Rate (VBR)
Rekonstruksi pada fragment dari file MP3. Meningkatkan keberhasilan untuk
menemukan fragment dari file MP3 dengan benar.
Yoo, et al. (2011)
Carving untuk
file multimedia.
Untuk file multimedia dengan jenis AVI, WAV, dan MP3.
Dapat melakukan pemulihan file secara baik untuk file dengan alokasi yang kontinu. File yang diskontinu masih dapat
diverifikasi setelah pemulihan.