• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2. Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "2.2. Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

2.2. Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal 2.2.1. Komponen Fisik-Kimia

A. Iklim

Keadaan parameter iklim di lokasi rencana kebun percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian digambarkan dengan menggunakan data keadaan parameter iklim dari stasiun pengamatan iklim terdekat yaitu Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda. Hal ini dikarenakan di sekitar lokasi studi tidak terdapat stasiun pengamatan iklim.

1. Tipe Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson yang didasarkan pada data curah hujan bulanan periode 2011-2015 dari Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda, tipe iklim lokasi studi termasuk dalam tipe iklim B (basah) dengan nilai Q sebesar 0,161 (0,143 ≥ Q < 0,333).

2. Curah Hujan

Berdasarkan hasil pencatatan curah hujan Stasiun Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bandara Temindung Samarinda periode 2011-2015, diketahui bahwa curah hujan rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 215,9 mm, dikarenakan pada bulan tersebut frekuensi hari hujan dan volume hujan sangat tinggi, sedangkan curah hujan bulanan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 100,2 mm. Untuk lebih jelasnya mengenai data curah hujan dapat dilihat pada Tabel 2.30.

(2)
(3)

2006 227,

8 206,8 214,6 206,6 306,5 184,6 24,4 97,5 107,7 69,6 190,6 110,0 1946,7 BB BB BB BB BB BB BK BL BB BL BB BB 9 2 1

Jumlah3119,4 3174,3 3413,9 3043,7 3455,6 2976,3 1693,6 1602,6 22122603,4 3423,3 3347,4 34065,5 148 20 24

Rata2 194,

9 198,4 213,4 190,2 215,9 186,0 105,8 100,2 138,3 162,7 213,9 209,2

2129,1 9,3 1,3 1,5

Max 339.7 412.8 417.3 384,8 367,6 363.1 271,0 258.7 273.8 339,6 381.4 338.0

(4)

Tabel 2.31. Jumlah Hari Hujan Rata-Rata Tahunan Periode 2011-2015 di Wilayah Studi dan Sekitarnya.

Tahun Hari Hujan (hari) Jumlah(hari)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1991 20 17 19 19 28 17 9 8 6 15 20 12 190 1992 13 9 6 15 18 21 28 16 21 17 21 23 208 1993 14 16 18 16 20 20 11 9 17 17 21 23 202 1994 24 17 24 25 24 18 5 13 1 19 15 19 204 1995 10 16 19 19 20 24 24 27 19 23 27 27 255 1996 27 25 13 19 21 25 17 24 18 22 24 24 259 1997 18 24 2 19 16 9 10 1 3 13 15 15 163 1998 4 2 1 6 18 17 23 26 22 24 20 28 191 1999 17 17 28 21 24 20 19 19 21 27 19 21 253 2000 21 21 21 24 21 26 18 21 24 24 21 18 260 2001 24 22 22 24 20 16 17 4 23 20 19 15 226 2002 16 14 22 19 18 20 10 6 10 11 24 17 187 2003 18 14 20 23 18 17 18 16 20 20 20 20 226 2004 18 22 24 21 24 13 23 1 21 7 19 23 216 2005 19 10 13 24 22 23 22 13 13 23 26 25 182 2006 19 18 18 21 22 22 5 10 9 6 20 22 192

Jumlah 277 264 288 312 334 308 265 214 248 288 333 332 3463

Rata-rata 17 16 18 19 20 19 16 13 15 18 20 20 217 Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda (2006)

Berdasarkan data jumlah hari hujan dari Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda selama periode 2011-2015, bahwa hari hujan rata-rata pertahunnya adalah 217 hari, dengan jumlah bulan basah rata-rata pertahunnya sebesar 9 bulan, bulan lembab 1,5 bulan dan bulan kering 1,5 bulan.

2. Suhu Udara

(5)

bulanan berkisar antara 26,6oC – 27,4oC. Keadaan suhu udara rata-rata bulanan secara lengkap dan terperinci dapat dilihat pada Tabel 2.19.

Tabel 2.32.Temperatur Udara Rata-Rata Bulanan Periode 2011-2015 di Wilayah Studi dan Sekitarnya.

Tahu n

Temperatur Udara (oC)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 1990 26.3 27.1 26.6 27.1 26.7 26.6 25.7 26.1 26.2 26.6 26.4 26.5 1991 26.5 26.4 26.8 26.9 26.4 26.8 26.1 26.5 26.5 26.7 26.5 27.0 1992 26.8 27.2 27.9 27.6 26.9 26.4 26.1 26.7 26.3 26.6 26.2 26.1 1993 26.8 26.4 25.3 26.7 26.6 26.4 26.3 26.1 26.1 26.3 26.6 26.9 1994 26.1 26.4 26.2 26.2 26.5 26.3 26.4 26.4 26.7 26.2 27.0 26.5 1995 27.3 26.5 27.1 27.1 27.2 26.8 26.2 26.5 26.7 27.2 26.9 26.7 1996 26.0 26.3 27.6 27.3 27.1 26.7 26.6 26.3 26.9 26.7 27.4 27.1 1997 26.5 26.4 27.0 27.2 27.6 27.3 27.2 27.3 27.4 27.6 27.5 28.1 1998 28.8 29.8 29.8 30.3 28.9 27.6 27.3 27.1 27.7 27.6 27.4 26.8 1999 27.2 27.0 27.1 27.3 26.7 26.5 26.4 26.7 26.6 26.9 27.0 27.4 2000 26.8 26.6 26.9 26.9 27.2 26.4 26.5 26.5 26.9 27.0 27.6 26.6 2001 26.7 27.1 26.9 27.5 27.5 27.1 26.8 27.4 27.0 27.5 27.4 27.3 2002 27.5 27.5 27.1 27.7 27.6 27.2 27.2 27.3 27.4 27.9 27.6 27.8 2003 27.4 27.9 27.2 27.8 27.8 27.5 26.9 27.1 26.9 27.4 27.6 27.3 2004 27,6 26,9 27,4 27,4 27,6 27,5 26,6 27,1 27,1 28,5 27,8 27,1 2005 27,3 28,3 28,2 27,1 28,5 27,1 26,9 27,5 27,9 27,4 26,9 27,2 2006 27,1 27,7 27,7 27,5 27,3 26,7 27,7 27,2 32,1 27,8 27,6 28,0

Juml

ah 458,7 461,5 462,8 465,6 464,1 9456, 452,7 455,8 462,4 461,9 461,4 460,4 Rata

2 26,9 27,1 27,2 27,4 27,3 26,9 26,6 26,8 27,2 27,2 27,1 27,1 Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda (2006).

3. Kelembaban Udara

(6)

Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda kelembaban udara di lokasi studi selama periode 2011-2015, bahwa kelembaban udara rata-rata bulannya berkisar antara 78,4 % - 84,8 %. Keadaan kelembaban udara rata-rata bulanan secara lengkap dan terperinci dapat dilihat pada Tabel 2.20.

Tabel 2.33.Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan (%) Periode 2011-2015 di Wilayah Studi dan Sekitarnya.

Tahun Kelembaban Udara (%)

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des 1990 84.2 79.8 83.2 83.5 87.2 86.5 86.7 84.2 84.5 85.2 86.8 86.7 1991 83.9 83.7 84.5 85.9 88.5 84.6 83.3 81.9 80.1 82.6 85.8 85.7 1992 81.2 79.7 76.0 79.3 85.8 86.5 85.0 82.3 86.6 85.4 86.7 86.9 1993 81.7 84.6 85.7 84.1 87.6 87.5 85.9 83.0 84.9 85.9 86.2 86.3 1994 86.4 83.4 86.8 88.2 86.8 86.8 81.2 81.1 78.0 84.5 82.4 82.1 1995 80.0 83.0 82.0 84.0 83.0 86.0 85.0 85.0 84.0 93.0 84.0 83.7 1996 86.0 85.0 81.0 84.0 85.0 87.0 84.0 85.0 82.0 85.0 81.0 81.6 1997 83.2 85.7 83.0 83.8 81.7 80.5 79.8 75.7 76.3 79.5 82.3 82.3 1998 73.5 70.7 67.0 68.2 79.8 82.5 83.4 84.1 81.9 83.0 81.8 83.4 1999 81.6 83.3 82.4 81.7 85.6 84.8 84.7 82.8 82.8 84.7 83.4 81.8 2000 83.5 84.1 83.4 83.5 82.7 85.5 83.6 83.1 83.9 82.7 84.1 83.7 2001 85.3 83.1 83.6 83.3 85.9 82.8 81.7 76.7 73.8 82.9 82.3 83.0 2002 80.3 80.0 84.5 83.5 83.5 83.7 80.1 77.0 79.2 79.7 82.8 82.6 2003 84.4 79.6 73.2 84.4 82.5 81.0 81.5 81.2 83.3 81.8 83.1 82.8 2004 69,5 83,4 82,6 84,6 83,4 80,0 83,4 75,5 81,6 76,2 81,7 84,1 2005 82,1 78,4 79,6 85,0 86,6 87,1 85,9 81,2 78,2 83,9 86,4 85,3 2006 85,0 83,0 82,0 84,0 87,0 85,0 79,0 80,0 80,0 79,0 84,0 83,0

Jumlah1391,8 1390,5 1380,5 1411 1442,6 1437,8 1332,7 1379,8 1381,1 1415 1424,8 1425

Rata2 81,9 81,8 81,2 83,0 84,8 84,6 78,4 81,2 81,2 83,2 83,8 83,8 Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda (2007).

4. Intensitas Penyinaran Matahari

(7)

tinggi tingkat intensitas penyinaran matahari, maka laju evapotranspirasi dan evaporasi akan semakin meningkat pula. Berdasarkan data Stasiun Badan Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda besaran intensitas penyinaran matahari rata-rata perbulan adalah 40% - 55%. Keadaan Intensitas penyinaran matahari rata-rata bulanan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.21.

Tabel 2.34. Rata-Rata Penyinaran Matahari (%) Periode 2011-2015 di Wilayah Studi dan Sekitarnya.

Tahun Rata-Rata Penyinaran Matahari (%) Jml Rata2

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1990 49 72 59 66 55 49 51 57 56 51 46 48 659 55 1991 41 49 56 59 37 62 63 64 57 43 51 60 642 54 1992 71 74 78 69 58 42 51 70 56 55 53 43 720 60 1993 72 60 55 58 51 50 56 69 52 45 47 43 658 55 1994 41 56 37 52 51 43 70 66 64 51 62 44 637 53 1995 65 57 47 49 58 46 42 34 46 51 40 60 595 50

1996 30 45 58 49 0 0 0 34 0 0 0 0 216 18

1997 48 34 49 43 62 67 57 66 20 42 46 58 592 49 1998 78 80 60 62 53 51 51 38 36 4 51 39 603 50 1999 14 23 35 46 37 36 44 45 44 38 43 34 439 37 2000 38 25 41 44 44 28 44 53 43 32 39 29 460 38 2001 34 35 34 49 43 46 54 55 40 51 46 44 531 44 2002 50 49 34 58 52 40 71 69 40 54 41 59 617 51 2003 42 54 51 42 55 53 46 46 37 48 45 26 545 45 2004 43 38 41 40 52 60 42 68 44 51 46 30 555 46 2005 33 62 61 46 44 44 43 53 52 47 39 28 552 46

Jumlah 749 813 796 832 752 717 785 887 687 663 695 645 9021 656

Rata2 47 51 50 52 47 45 50 55 43 41 43 40 564 47 Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Bandara Temindung Samarinda (2007)

5. Arah dan Kecepatan Angin

(8)
(9)

Tabel 2.35. Arah dan kecepatan angin di wilayah studi dan sekitarnya (2011-2015).

Kec.

(Knot) Tenang 1-3 4-6 7-10 11-16 17-22 Jumlah

Arah F % f % f % f % f % F % f %

(Knot) Tenang 1-3 4-6 7-10 11-16 17-22 Jumlah

Arah F % f % f % f % f % f % f %

(10)

Data rona awal lingkungan hidup yang berkaitan kualitas udara (debu, SO2,NO2,CO) dan tingkat kebisingan pada lokasi rencana perkebunan kelapa sawit PT. Patiware I akan dilakukan pengambilan sampel langsung di lapangan dan akan disajikan secara lengkap pada dokumen ANDAL.

C. Hidrologi

1. Pola aliran sungai

Sesuai dengan keadaan morfologi, pola aliran sungai di daerah studi termasuk pola dendritis, yaitu dimana sungai-sungai biasanya mengalir searah dengan punggung bukit. Selain itu sungai-sungai di daerah studi merupakan bagian hulu sungai (anak-anak sungai).

Pada areal lokasi rencana perkebunan terdapat sungai-sungai kecil yaitu Sungai Menamang Kiri, dan Sungai Sedulang Dalam, kedua sungai ini mengalir ke arah barat daya dan bermuara di Sungai Kedang Rantau. Keberadaan sungai-sungai kecil tersebut bergantung dari fluktuasi curah hujan daerah setempat.

2. Sedimentasi

Beban sedimentasi suatu sungai sangat dipengaruhi oleh besarnya debit aliran dan kandungan bahan sedimen dalam air sungai bersangkutan. Prakiraan besarnya sedimentasi dari suatu daerah tangkapan air dapat dilakukan melalui perhitungan nisbah pelepasan sedimen dari massa tanah yang tererosi.

Hasil analisis sedimentasi pada lokasi rencana kegiatan perkebunan akan diuraikan secara lengkap pada dokumen ANDAL.

3. Kualitas air permukaan

Dalam areal rencana pembangunan kebun percontohan terdapat aliran Sungai Kedupan dan Sungai Enggelam yang bermuara ke danau Melintang dan Sungai mahakam. dimana berdasarkan pengamatan diketahui bahwa sepanjang aliran Sungai Eggelam tersebut melintasi wilayah perkampungan dan pemukiman penduduk sehingga sungai tersebut dimanfaatkan sebagai sumber air untuk kehidupan sehari-hari oleh penduduk baik itu digunakan sebagai air bersih untuk minum, masak, mandi dan cuci sehari-hari masyarakat.

Untuk lebih detailnya mengenai data kualitas air permukaan di lokasi rencana kegiatan perkebunan akan dilakukan pengambilan data langsung di lapangan (data primer) dan hasil analisis kualitas air pada badan perairan di lokasi studi akan disajikan dalam dokumen ANDAL.

D. Fisiografi dan Geologi

(11)

bahwa pada areal konsesi perkebunan hanya mempunyai satu kelas lereng yaitu 0 – 8% (datar),

Sedangkan formasi geologi pada lokasi rencana perkebunan dengan berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, Peta Citra Landsat Path/Raw : 116-60, tahun 2007 dan Peta Geologi Bersistem Propinsi Kalimantan Timur skala 1 : 250.000, diketahui bahwa pada lokasi rencana perkebunan terdapat satu formasi geologi yaitu Formasi Alluvial Deposits. Kemiringan kelerengan rencana lokasi rencana perkebunan dapat dilihat pada Peta Kelas Lereng (Gambar 2.10) dan kondisi topografi pada rencana lokasi rencana perkebunan dapat dilihat pada Peta Topografi (Gambar 2.11). Sedangkan mengenai sebaran formasi geologi pada rencana lokasi rencana perkebunan dapat dilihat pada Peta Geologi (Gambar 2.12).

Gambar PETA 2.10. LERENG Tidak ada

Gambar PETA 2.11. TOPOGRAFI Tidak ada

Gambar PETA 2.12. GEOLOGI Tidak ada

E. Tata Ruang, Lahan dan Tanah 1. Tata Ruang Wilayah

Lokasi rencana perkebunan secara administratif berada di wilayah Kotamadya Samarinda Kecamatan Samarinda Seberang Kelurahan Gunung Panjang RT. 5. Peta RTRWP Kalimantan Timur pada areal rencana pembangunan Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian dan sekitarnya dapat dilihat Gambar 2.13. 2. Penutupan Lahan

Penutupan lahan pada areal rencana pembangunan Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1 : 50.000, Peta Citra Landsat Path/Raw : 116-60, tahun 2007 dan Peta Penutupan Lahan Propinsi Kalimantan Timur skala 1 : 250.000 sebagian besar adalah semak belukar rawa, sisanya berupa semak belukar, hutan rawa sekunder muda, dan rawa-rawa.

Peta penutupan lahan pada areal rencana perkebunan dapat dilihat pada Gambar 2.36.

Tabel 2.36. Penutupan Lahan pada Rencana Perkebunan

(12)

.

1. Rawa Permanen 2.772

2. Lahan dengan status KBK 334 2. Semak Belukar lahan rendah

(low Land) 1000.

3. Hutan Sekunder 6.894

Total 11.000

Foto dimasukkan

Foto dimasukkan

3. Tanah

Kesuburan tanah adalah kemampuan atau potensi suatu tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang dalam memenuhi kebutuhan tanaman.

Gambar 2.14. Kondisi Vegetasi Pada Lahan Daratan Rencana Pembangunan Kebun

(13)

Secara alami tanah yang belum terganggu oleh aktivitas manusia, pada umumnya berada pada kondisi subur dan biasanya apabila diusahakan khususnya pada tahap awal pengelolaan lahan tidak perlu ada pemupukan. Karena unsur hara yang dikandungnya cukup tinggi dan kondisi lingkungan rhizosfirnya berada dalam keadaan seimbang.

Mengenai hasil analisis evaluasi status kesuburan tanah, secara lengkap akan disajikan pada dokumen ANDAL.

(14)

Gambar Peta 2.15. jenis tanah Tidak ada

PETA 2.16. PENUTUPAN LAHAN Tidak ada

Gambar Peta 2.17. Curah Hujan

Erosi

Erosi tanah dipengaruhi oleh faktor iklim (jumlah dan intensitas hujan), faktor tanah (erodibilitas tanah yang dipengaruhi oleh sifat fisik tanah), panjang dan kemiringan lereng serta pengelolaan tanah dan tanaman yang tumbuh di atasnya. Kehidupan perairan dapat terganggu oleh adanya erosi, yang selain membawa butiran tanah juga dapat meningkatkan kekeruhan serta membawa unsur-unsur yang membahayakan biota perairan. Selain itu di lokasi terjadinya erosi akan menyebabkan kemerosotan kesuburan tanah yang ditimbulkan oleh terangkatnya lapisan permukaan tanah yang relatif subur.

Berdasarkan hasil pencatatan curah hujan oleh Stasiun Meteorologi dan Geofisika Temindung Samarinda, curah hujan tahunan rata-rata sebesar 2.129,1 mm, curah hujan bulanan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 100,2 mm dan tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 215,9 mm.

Indeks erodibilitas tanah (K) dihitung berdasarkan perbandingan fraksi tanah (pasir kasar dan pasir halus), kadar bahan organik, kode struktur dan permeabilitas tanah, yang selanjutnya dianalisis dengan nomograf. Nilai indeks kelerengan L dan S di wilayah ini ditentukan melalui hasil pengamatan lapangan dan didukung peta topografi. Nilai CP ditentukan berdasarkan pada peta penggunaan lahan dan didukung oleh hasil pengamatan lapangan. Hasil perhitungan tingkat bahaya erosi pada rona lingkungan hidup awal secara rinci disajikan pada dokumen ANDAL.

2.2.2. Komponen Biologi A. Flora Darat

Gambaran komunitas vegetasi pada areal pembangunan Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian sebagian besar terdiri atas semak belukar, lahan terbuka, hutan belukar dan hutan sekunder muda. Pada areal bantaran sungai lebih banyak ditumbuhi oleh semak belukar termasuk Predang (teki), alang-alang dan terdapat pula beberapa jenis pohon yaitu, rumbia. Pada areal semak belukar lebih banyak didominasi oleh jenis-jenis tumbuhan yaitu Jabon (Anthocepalus cambada),

(15)

sirih hutan (Piper aduncum), dan karamunting (Melastoma malabaricum). Vegetasi yang terdapat pada hutan rawa sekunder terdiri dari jenis-jenis kayu pionir dan jenis-jenis kayu komersial. Jenis kayu pioner diantaranya adalah jabon (Anthocephalus cadamba), binuang (Duabanga moluccana), mahang (Macaranga triloba), trema (Trema orientalis), jambu-jambu (Zyzygium sp), puspa (Scima walicii), rengas (Gluta renghas), laban (Vitex pubescens) dan perupuk (Lophopetalum sp). Jenis kayu komersial diantaranya adalah meranti putih (Shorea leavis), kapur (Dryobalanops sp), keruing (Dipterocarpus sp) dan nyatoh (Palaquium sp). Tumbuhan bawah yang terdapat berupa pakis-pakisan atau paku-pakuan (Acrosticum sp), karamunting (Melastoma malabaricum), rumput-rumputan (Paspalus conjugatum), predang (Cyperus sp), ptenandra (Ptenandra azurae), sirih hutan (Piper auduncum) dan jahe hutan (Zingeber sp).

Namun untuk lebih detailnya mengenai komposisi vegetasi di wilayah studi akan dilakukan pengambilan data langsung di lapangan (data primer) dan hasil analisisnya akan disajikan dalam dokumen ANDAL.

B. Satwa Liar

Studi mengenai fauna darat pada kegian perkebunan ini meliputi family

mamalia, reptilia, aves, dan insecta, yang nantinya akan dilihat mengenai tipe habitat, keragaman jenis dan populasi serta aspek konservasi

Berdasarkan orientasi lapangan dan wawancara dengan masyarakat, bahwa fauna darat yang terdapat di daerah studi adalah untuk hewan mamalia yang sering dijumpai adalah babi hutan (Sus scrofa), Musang (Paradoxurus hermaproditus), Monyet (Macaca fascicularis) sedangkan Aves seperti burung punai (Treron oxyura), Elang (Milvus migran), bubut (Centropus sinensis), dan untuk reptilia berupa ular, biawak, kadal. Mengenai jenis serangga yang sering ditemui seperti lebah, kupu-kupu, capung.

Mengenai informasi gambaran kondisi fauna darat pada daerah studi ini secara lengkap akan dilakukan pengamatan langsung di lapangan (data primer) dan akan disajikan dalam dokumen ANDAL.

C. Biota Perairan

Biota perairan meliputi plankton (phytoplankton dan zooplankton), benthos dan nekton. Plankton merupakan organisme renik (tumbuhan dan hewan) yang hidupnya melayang secara pasif dalam badan air (pergerakan pasif), sedangkan benthos merupakan organisme dasar yang dapat bersifat vagil (tertambat/menempel di permukaan substrat) dan sessil (relatif menetap) di dasar perairan. Komposisi jenis biota dalam suatu perairan dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia perairan.

1. Plankton

(16)

Berdasarkan jenisnya plankton dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu phytoplankton (tumbuhan) dan zooplankton (hewan).

Phytoplankton merupakan produsen primer yang mampu merubah khlorofil (zat warna) menjadi senyawa organik yang kaya energi melalui proses fotosintesa. Dengan melihat fungsinya di alam, maka kedudukan phytoplankton sangat penting dalam rantai makanan. Zooplankton menempati tropik lebih tinggi setelah phytoplankton dan merupakan makanan utama dari ikan, udang dan biota perairan yang lebih besar lainnya.

2. Benthos

Benthos merupakan organisme yang hidupnya menempel di dasar perairan dan menempati tropik lebih tinggi setelah zooplankton. Benthos umumnya pemakan detritus dan plankton, serta beberapa jenis merupakan makanan ikan, udang dan burung. Ada beberapa jenis benthos tertentu yang digunakan sebagai bio-indikator terhadap pencemaran perairan, karena sifat hidupnya yang diam menetap di dasar suatu perairan dan mempunyai toleransi yang tinggi serta mampu menerima segala perubahan ekstrim yang terjadi di perairan. Sehingga jenis benthos tertentu dapat digunakan sebagai indikator pencemaran dalam perairan.

3. Nekton

Berdasarkan hasil pengamatan dan informasi yang diperoleh dari masyarakat, diketahui bahwa pada sungai-sungai yang mengalir di areal konsesi perkebunan kelapa sawit PT. Patiware I terdapat beberapa jenis ikan seperti Jelawat (Leptobartus hoeven), Baung (Mystus nigriceps), Sepat (Trichogaster leeri), sedangkan budidaya ikan keramba yang terdapat di daerah Desa Sedulang yang sedang dikembangkan oleh masyarakat adalah jenis Patin (Pangasius poliyurandodon).

Namun untuk lebih detailnya mengenai data keragaman biota perairan yang terdiri dari plankton, benthos dan nekton pada perairan yang mengalir di areal konsesi perkebunan akan dilakukan pengambilan data langsung di lapangan (data primer) dan akan dilakukan analisis laboratorium, hasil analisis tersebut akan di uraikan dalam dokumen ANDAL.

2.2.3. Komponen Sosial, Ekonomi, Budaya Dan Kesehatan Masyarakat

Pembangunan Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian secara administratif berada dalam wilayah pemerintahan Kotamadya Samarinda Kecamatan Samarinda Seberang Kelurahan Gunung Panjang RT. 5.

(17)

maupun negatif. Dampak positif perlu ditumbuh kembangkan dalam rangka percepatan pembangunan dan pengembangan daerah yang bersangkutan. Sedangkan dampak negatif sedapat mungkin diminimalisir agar tidak merugikan berbagai pihak, terutama lingkungan sebagai media. Dengan kata lain agar kedua dampak tersebut dapat berimplikasi positif (baik) bagi semua pihak terkait serta semua aspek kehidupan (fisik, kimia, biologi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat) maka kegiatan Pembangunan Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian harus direncanakan sedemikian rupa sehingga fungsi dan daya dukung lingkungan setelahnya dapat tetap difungsikan sesuai dengan peruntukan selanjutnya.

Masyarakat yang terkena dampak dari kegiatan perkebunan nantinya adalah masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Muara Enggelam, Desa Enggelam dan Desa Melintang Kecamatan Muara Wis.

Dalam kaitannya dengan dampak-dampak terhadap komponen sosekbudkesmas yang akan terjadi, maka dalam studi ini akan dikaji rona awal komponen sosial ekonomi, budaya serta kesehatan masyarakat dalam rangka memudahkan dalam menganalisis perubahan sosial ekonomi, budaya serta kesehatan masyarakat dimasa yang akan datang. Adapun uraian mengenai kondisi tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.

A. Demografi / Kependudukan

Lokasi Pembangunan Kebun Percontohan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian meliputi daerah seluas ± 2 ha. Secara administratif dan menurut data monografi Kelurahan tahun 2015, lokasi studi meliputi kelurahan Gunung Panjang kesemuanya itu masuk ke dalam wilayah Kecamatan Samarinda Seberang Kotamadya Samarinda. Adapun luasan dan batas administratif masing-masing Kelurahan tersebut adalah sebagai berikut :

Kelurahan Gunung Panjang : Sebelah Selatan :

Sebelah Barat : Sebelah Timur :

Jumlah maupun pertumbuhan penduduk di suatu daerah merupakan faktor penting dan menjadi patokan dalam memprediksi banyak hal termasuk diantaranya adalah ketersediaan tenaga kerja dalam kaitannya dengan percepatan pembangunan yang dilaksanakannya dan jumlah pekerja dalam kaitannya dengan tingkat kesejahteraan.

(18)

Lokasi /

Panjang 889 847 1.736 418 323,23 0,19 PadatTidak

Sumber :Monografi Desa Sedulang, 2007

Kriteria kepadatan penduduk menurut BPS tahun 1999 :

1. Jumlah penduduk < 200 jiwa/Km2 : tidak

padat

2. Jumlah penduduk 200-400jiwa/Km2 :

sedang

3. Jumlah penduduk > 400 jiwa/Km2 :

padat

Berdasarkan kriteria kepadatan penduduk yang ditetapkan oleh BPS pada tahun 1999, diketahui bahwa tingkat kepadatan penduduk di Desa Muara engeglam adalah... padat, Desa Enggelam..., Desa Melintang. Hal tersebut dikarenakan jumlah penduduknya berada di bawah ... jiwa/Km2, tepatnya berada pada kisaran ...jiwa/Km2. Dari data tabel di atas, dapat diketahui pula komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin (sex ratio) yang didapat dengan cara membandingkan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan. Hal tersebut menyatakan banyaknya jumlah penduduk laki-laki dalam setiap 100 penduduk perempuan. Selengkapnya sex ratio Desa Muara Enggelam, Desa Enggelam dan Desa Melintang disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.38. Sex Ratio di Lokasi Studi.

No

Gunung Panjang Di Desa Sedulang jumlah orang laki-laki hampir berimbang dengan jumlah orang perempuan

2. 3.

(19)

1. Struktur Penduduk Berdasarkan Usia

Berdasarkan usianya penduduk dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penduduk produktif dan penduduk tidak produktif. Penduduk produktif merupakan penduduk yang berada pada interval usia 15-60 tahun sedangkan penduduk tidak produktif adalah penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lanjut yaitu lebih dari 61 tahun. Hal tersebut merupakan indikator terhadap ketersediaan tenaga kerja di daerah yang bersangkutan dan berkaitan erat terhadap kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.

Tabel 2.39. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia. Kelompok

Umur (tahun) Kelurahan Gunung Panjang Keterangan 0-14

15-60 >61 Jumlah

Sumber : Monografi Kelurahan, 2007.

2. Struktur Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Salah satu keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan adalah meningkatnya warga yang memiliki tingkat keterampilan dasar seperti membaca dan menulis. Kurang/tidak berhasilnya pembangunan bidang pendidikan pada suatu daerah selain berasal dari masyarakatnya sendiri juga dapat berasal dari keterbatasan fasilitas pendidikan yang ada seperti gedung, buku-buku maupun tenaga pengajar. Selengkapnya mengenai data tersebut di atas dapat dilihat pada Tabel 2.40.

(20)

Menurut data monografi Desa Enggelam,Tahun 2007 diketahui tingkat pendidikan penduduk cukup beragam mulai dari tingkat pendidikan SD, SLTP, SMU dan perguruan tinggi. Sedangkan penduduk yang belum sekolah, tidak bersekolah dan tidak tamat SD diketahui datanya tidak tersedia.

Menurut data monografi Desa Melintang,Tahun 2007 diketahui tingkat pendidikan penduduk cukup beragam mulai dari tingkat pendidikan SD, SLTP, SMU dan perguruan tinggi. Sedangkan penduduk yang belum sekolah, tidak bersekolah dan tidak tamat SD diketahui datanya tidak tersedia.

Untuk data tingkat pendidikan jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.41. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat

Belum Sekolah - Data tidak tersedia

Tidak Sekolah - Data tidak tersedia

Tidak Tamat SD - Data tidak tersedia

SD 562

Kehidupan beragama di Indonesia diatur dalam UUD 1945 pasal 29 serta sila pertama pada Pancasila. Kehidupan beragama harus senantiasa dibina dalam rangka menciptakan kehidupan masyarakat yang serasi, seimbang dan selaras. Sehingga diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan sosial sebagai dampak globalisasi dewasa ini. Berdasarkan data monografi desa masing-masing tahun 2006, diketahui bahwa lokasi studi didominasi oleh pemeluk agama Islam. Kemudian diikuti oleh pemeluk agama Kristen, Katolik. Sedangkan pemeluk Hindu dan Budha ... lokasi studi.

Tabel 2.42. Jumlah Penduduk Menurut Agama

(21)

Jumlah

Sumber : Monografi desa, 2007

Sarana ibadah perlu dibangun dalam rangka mendukung aktivitas peribadatan dan merupakan eksistensi dari pemeluknya. Jumlah maupun jenis sarana tersebut disesuaikan dengan keperluan masing-masing pemeluk agama. Adapun sarana peribadatan yang terdapat di lokasi studi di sajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 2.43. Fasilitas Ibadah di Lokasi Studi Jenis

Desa Masjid Musholla Gereja Pura Vihara Muara bersifat homogen dan masih didominasi oleh sektor pertanian yakni bertani dan sebagai nelayan. Sebagai daerah yang sedang berkembang, keberadaan 1. Mata Pencaharian

Menurut data monografi Desa tahun 2007, jenis mata pencaharian penduduk di lokasi sebagian besar merupakan nelayan.. Sedangkan sebagian kecil lainnya merupakan penduduk dengan mata pencaharian PNS, pegawai swasta, jasa dan pedagang. Data tersebut selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.44. Mata Pencaharian Penduduk di Lokasi Studi. N

o PencaharianJenis Mata Kelurahan Gunung Panjang Keterangan

(22)

Berdasarkan hasil observasi lapangan terhadap masyarakat Desa Sedulang, diketahui bahwa pendapatan rumah tangga masyarakat berkisar antara <Rp. 500.000,-/bulan s/d < Rp. 1.500.000,-/bulan.

Walaupun adanya penduduk yang memiliki pendapatan dibawah UMSK

Fasilitas perekonomian, seperti pasar penting keberadaannya bagi perkembangan suatu daerah. Semakin tinggi mobilitas disertai oleh aksesibilitasnya terhadap pusat-pusat perekonomian menjadikan perkembangan suatu daerah semakin cepat pula. Adapun fasilitas perekonomian yang terdapat di daerah studi adalah sebagai berikut.

Tabel 2.45. Fasilitas Perekonomian yang Terdapat di Lokasi Studi. No. Jenis Kelurahan Gunung Panjang Keterangan

1 Pasar 1

2 KUD

3 Koperasi simpan

pinjam/LPD 2

4 Toko/Kios/Warung 16

Sumber : Monografi Desa, 2007. 4. Sarana Transportasi

Keberadaan sarana transportasi bila dikaitkan dengan aksesibilitas suatu daerah mempunyai hubungan yang sangat erat. Semakin beragam jenis dan jumlahnya pada suatu daerah, dapat disimpulkan aksesibilitasnya semakin baik. Alat transportasi air seperti perahu baik perahu dayung maupun perahu dayung biasa digunakan oleh penduduk yang bertempat tinggal dekat dengan sungai. Sedangkan penduduk yang bertempat tinggal jauh dari sungai umumnya menggunakan alat transportasi darat seperti sepeda, sepeda motor dan mobil serta truk. Namun dengan semakin meningkatnya kondisi fisik jalan poros setempat, diprakirakan diwaktu-waktu mendatang alat transportasi darat lebih diminati penduduk dengan alasan lebih murah. Mengenai data jenis transportasi masing-masing desa dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.46. Fasilitas Transportasi yang Terdapat di Lokasi Studi. No

. KendaranJenis Kelurahan Gunung Panjang Keterangan

1 Mobil dinas

-2 Mobil pribadi

(23)

4 Sepeda 150

5 Sepeda motor 20

6 Perahu Motor 325

7 Perahu Dayung 200

8 Gerobak 2

Sumber :Monografi desa, 2007

D. Sarana Komunikasi

Selain hal-hal di atas, keberadaan sarana komunikasi sebagai penunjang perekonomian juga sangat penting dalam kaitannya dengan keterbukaan dan percepatan arus informasi. Selain itu sarana komunikasi juga merupakan dasar dalam menilai kemajuan daerah yang bersangkutan. Adapun sarana komunikasi yang terdapat di lokasi studi adalah sebagai berikut :

Tabel 2.47. Sarana Komunikasi di Lokasi Studi

No. Jenis Kelurahan Gunung Panjang Keterangan

1. Pemancar radio -

-2. ORARI 10 10

3. Pesawat TV 125 125

4. Telepon umum (wartel)

5. Telepon rumah 6. Hand phone 7. Radio 8. Parabola 9. HT

Sumber : Monografi Kelurahan 2015

(24)

E. Fasilitas Sosial Lainnya

Fasilitas sosial merupakan fasilitas yang dapat digunakan oleh setiap penduduk tanpa terkecuali, baik untuk perseorangan maupun kelompok seperti berolah raga atau musyawarah (rapat) desa. Fasilitas tersebut dapat berupa sarana olah raga, gedung kesenian. Berikut data fasilitas sosial yang terdapat di lokasi studi.

Tabel 2.48. Fasilitas Sosial di Lokasi Studi

No. Jenis Kelurahan Gunung Panjang Jumlah Keterangan

A Olah Raga

1. Lapangan sepak bola 3 3

2. Lapangan volley 6 6

3. Lapangan bulu tangkis 2 2

4. Lapangan tenis meja 2 2

B Kesenian

1. Kelompok kesenian 4 4

C Sosial

1. Panti asuhan -

-2. Panti wreda -

-D Jenis Lainnya

1. Balai desa 1 1

2. Gedung PKK 1 1

3. Kantor BPD 1 1

4. Kantor Desa 1 1

Sumber : Monografi Desa, 2007 F. Pola Pemanfaatan Lahan

(25)

Tabel 2.49. Pola Pemanfaatan Lahan di Lokasi Studi.

Pemanfaatan Kelurahan Gunung Panjang Keterangan

Pemukiman 200 Ha

Sumber : Monografi Kelurahan, 2007. G. Sosial Budaya

1. Adat Istiadat

Studi AMDAL adalah telaah secara cermat tentang kegiatan yang akan dilaksanakan beserta dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Oleh karenanya data dan informasi mengenai adat istiadat masyarakat setempat sangat perlu diketahui. Hal tersebut terkait dengan penyelesaian konflik jika hal tersebut terjadi di masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa penduduk, diketahui bahwa suku di daerah studi adalah mayoritas Suku Kutai dan suku-suku seperti Jawa, Banjar, Madura, Bugis dan Dayak sebagian kecil saja. Adat istiadat yang berkembang umumnya berasal dari masing-masing suku dan merupakan hasil asimilasi antar satu adat dengan adat lainnya. Adat istiadat tersebut kerap kali muncul jika ada perayaan hari-hari besar keagamaan.

Bahasa yang digunakan penduduk dalam kesehariannya umumnya adalah bahasa Indonesia, namun apabila berkomunikasi dengan satu suku umumnya mereka akan menggunakan bahasa daerah masing-masing. Dengan melihat kondisi sosial budaya dan adat istiadat yang demikian, sebenarnya dapat dikatakan bahwa masyarakat di wilayah studi tidak sulit menerima inovasi dan pembaharuan dalam pembangunan, terutama yang menyangkut kesejahteraan dan kepentingan masyarakat banyak. Hal tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan remaja/pemuda dan perubahan terhadap orientasi jenis pekerjaan yang diminati.

2. Proses Sosial

a. Proses Asosiatif

(26)

b. Proses Disosiatif

Kondisi sosial yaitu proses disosiatif (konflik sosial), perlu juga diantisipasi munculnya permasalahan sosiologis (sosiological problem) akibat kurang terjadinya komunikasi antara penduduk setempat dengan pendatang atau adanya permasalahan yang mendasar sehingga dapat menimbulkan dampak negatif dalam jangka panjang, meskipun sekarang belum disadari. Hadirnya permasalahan yang dapat memicu terjadinya konflik sosial ini dapat menciptakan kondisi yang cukup buruk terhadap beroperasinya PT. Patiware I.

c. Pranata Sosial/Lembaga Kemasyarakatan

Dalam bidang pemerintahan, kegiatan kemasyarakatan yang tumbuh mendukung kegiatan pemerintahan adalah LPM, BPD Karang Taruna, Kelompok Tani. Sedangkan di bidang ekonomi kegiatan kemasyarakatan yang tumbuh untuk mendukung kegiatan ekonomi desa yang umumnya bergerak dibidang nelayan umumnya masyarakat membuat ikan asin dan budidaya ikan keramba berupa ikan patin dan hasilnya mereka jual masing-masing.

H. Kesehatan Masyarakat

Kondisi kesehatan masyarakat di lokasi studi dapat dilihat dari kondisi tempat tinggal, sumber air bersih yang digunakan penduduk untuk keperluan memasak, minum dan MCK, tempat pembuangan dan pengolahan sampah serta banyaknya fasilitas dan tenaga kesehatan di daerah yang bersangkutan.

1. Fasilitas Kesehatan

Perhatian terhadap bidang kesehatan masyarakat tampak dari penyediaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan puskesmas pembantu. Pada saat ini fasilitas kesehatan yang terdapat di lokasi studi antara lain puskesmas pembantu sebanyak 1 unit. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.50. berikut.

Tabel 2.50. Banyaknya Sarana Kesehatan di Lokasi Studi. No. Jenis Sarana

(27)

Kualitas penyediaan fasilitas kesehatan dapat diukur dengan persentase ketersediaan fasilitas dan tenaga medis/paramedis di suatu tempat. Makin tinggi persentase ketersediaan fasilitas kesehatan disuatu tempat, makin tinggi pula kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Demikian juga bila jumlah tenaga medis/paramedis di suatu tempat memadai. Alasannya adalah semakin banyak sarana yang ditunjang oleh jumlah tenaga medis/paramedis yang memadai berarti semakin mudah dan cepat dijangkau oleh masyarakat, biaya yang dikeluarkan juga relatif lebih murah.

Tabel 2.51. Banyaknya Tenaga Kesehatan di Lokasi Studi

No. Tenaga Kesehatan Kelurahan Gunung Panjang Keterangan

1. Dokter

-2. Perawat

-3. Bidan 1

4. Mantri 1

5. Bidan Kampung 3

Sumber : Monografi masing-masing desa, 2007

3. Insidensi dan Prevalensi Penyakit

Laporan angka kesakitan yang berasal dari puskesmas pembantu masing-masing desa merupakan dasar untuk mengetahui jenis penyakit yang sering diderita oleh masyarakat akan dituangkan dalam dokumen ANDAL berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dan pengambilan data primer dari Puskesmas pembantu yang ada di

4. Sanitasi Lingkungan

Kondisi kesehatan masyarakat sehari-hari dipengaruhi oleh kondisi sanitasi lingkungan seperti kondisi rumah, tempat pembuangan dan pengolahan limbah serta air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Berikut uraian ketiga hal tersebut.

a. Sumber Air Bersih

Sumber air bersih yang digunakan untuk keperluan hidup sehari harai berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan penduduk setempat diketahui sebagian besar penduduk memanfaatkan air

b. Kondisi Tempat Tinggal

(28)

c. Tempat Pembuangan dan Pengolahan Limbah

Limbah rumah tangga terbagi menjadi 2 golongan yakni limbah yang berasal dari manusia dan limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga sehari-hari. Untuk limbah yang berasal dari manusia, penilaian dilakukan dengan cara bertanya dimana responden berhajat besar dan bagaimana tempat penampungannya. Sedangkan untuk limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga diketahui dengan cara bertanya dimana responden biasa membuang sampah dan bagaimana pengelolaannya.

5. Status Gizi Masyarakat

Masalah status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan secara lebih serius karena masalah gizi buruk dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individual. Status gizi janin yang masih berada dalam kandungan dan bayi yang sedang menyusu juga sangat dipengaruhi oleh status gizi sang ibu.

Gambar

Tabel 2.31. Jumlah Hari Hujan Rata-Rata Tahunan Periode 2011-2015di Wilayah Studi dan Sekitarnya.
Tabel  2.32.Temperatur  Udara  Rata-Rata  Bulanan  Periode  2011-2015 di Wilayah Studi dan Sekitarnya.
Tabel  2.33.Kelembaban  Udara  Rata-Rata  Bulanan  (%)  Periode2011-2015 di Wilayah   Studi dan Sekitarnya.
Tabel  2.34.2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 17 dan Pasal 24 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 05 Tahun 2012 tentang Tata Cara Penetapan Daerah Pe milihan Dan Alokasi Kursi

Ihram adalah berniat mengerjakan ibadah haji atau umrah yang ditandai dengan mengenakan pakaian ihram yang berwarna putih dan tidak berjahit bagi laki-laki:

Sesuai dengan hasil penelitian Prabawanti (2015) bahwa siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran pada model quantum learning, sehingga

Pecking Order Theory Husnan (2001:324) menyatakan teori ini disebut sebagai pecking order theory karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki

Apabila kita dapat mengetahui efek pembingkaian informasi terhadap suatu keputusan yang dibuat, diharapkan hasil penelitian ini akan meningkatkan lulusan akuntansi

a) Berdiri bagi orang yang kuasa. Adapun keringan bagi orang yang tidak kuasa berdiri dalam melakukan shalat ia boleh shalat duduk, kalau tidak kuasa duduk, ia boleh

1.Dapat menghasilkan sistem informasi penjualan di toko besi Tata Logam Jaya yang lebih cepat yaitu karena dengan sistem informasi penjualan yang terkomputerisasi ini kita tidak

(5) Saya dengan ini menyerahkan kesemua dan tiap-tiap hak yang terkandung di dalam hakcipta Hasil Kerja ini kepada Universiti Malaya (“UM”) yang seterusnya mula