A. Pengertian Ekonomi Makro Islam dalam Fiqh Muamalah Adapun Ilmu ekonomi Islam menurut beberapa ahli antaralain:
Menurut Abdul Manan Islamic economies is a social science which studies the economies problem of people imbued with the values of Islam. Yang mana artinya Ilmu ekonomi Islam adaah ilmu pengetahuan social yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Menurut M. Akram Kan Islamic economies aims the study of the human falah (well-being) achieved by organizing the resources of the earth on the basic of cooperation and participation. Yang secara lepas dapat diartikan bahhwa ilmu ekonomi Islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan hidup manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar bekerja sama dan berpartisipasi.
Sedangkan, Fiqh muamalah merupakan aturan-aturan (hukum) Allah SWT, yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi dan sosial kemasyarakatan.
Adapun pengertian muamalah secara istilah itu dibagi menjadi dua macam, yaitu pengertian dalam arti luas dan dalam arti sempit. Muamalah dalam arti luas adalah aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya denagan urusan duniawi dalam pergaulan social. Sedangkan muamalah dalam arti sempit adalah aturan-aturan Allah yang wajib ditaati yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam kaitannya dengan cara memperoleh dan mengembangkan harta benda.
Dari beberapa pengertian ilmu ekonomi makro Islam dan fiqh muamalah diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi makro Islam adalah cabang dari ilmu ekonomi yang membahas kebijaksanaan perekonomian secara keseluruhan yang sesuai dengan ajaran-ajaran (hukum) Allah SWT dalam menjalankan kegiatan ekonomi sehari-hari.
Adapun menurut Al-Fikri dalam kitabnya “Al-Muamalah al-madiyah wa al-adabiyah”, menyatakan bahwa muamalah dibagi menjadi dua bagian, antaralain:
1. Al-Muamalah al-madiyah adalah muamalah yang mengkaji objeknya sehingga sebagian ulama berpendapat bahwa muamalah al-madiyah adalah muamalah bersifatkebendaan karena objek fiqh muamalah adalah benda yang halal, haram, dan subhat untuk dipejualbelikan, benda-benda yang memadharatkan dan benda yang mendatangkan kemaslahatan bagi manusia,serta segi-segi yang lainnya.
2. Al-Muamalah al-adabiyah adalah muamalah yang ditinjau dari segi cara tukar menukar benda yang bersumber dari panca indra manusia, yang unsur penegakannya adalah hak-hak kewajiban, misalnya jujur, hasud, dengki, dan dendam.
Dari pembagian muamalah diatas dapat kita ketahui bahwa ekonomi makro Islam dalam fiqh muamalah itu termasuk dalam bagian Al-muamalah al-madiyah karena dalam ekonomi makro tersebut membahas tentang kebendaan yang dapat diperjual belikan yang mana benda tersebut dapat mendatangkan kemaslahatan bagi yang membelinya.
B. Prinsip-prinsip dan asas-asas ekonomi makro Islam dalam Fiqih Muamalah
Kegiatan ekonomi adalah sebagian dari kehidupan manusia, maka tentulah hal ini ada dalam sumber yang mutlak yaitu Al-Qura’an dan hadis, yang menjadi panduan dalam menjalani kegiatan ekonomi untukmemenuhi kebutuhan manusia di dunia dan akhirat. Untuk menjalankan kegiatan ekonomi Islam sangat diperlukan mengetahui prinsip-prinsip dan asas-asas (nilai dasar) yang terdapat dalam ekonomi Islam.
Adapun prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam, antaralain sebagai berikut:
1. Kerja, yaitu pemberdayaan sumber daya atau memperoleh penghidupan melalui kerja nyata. 2. Kompensasi, yaitu konsekuensi dari kerja untuk penghidupan yang layak.
3. Efisiensi, yaitu alokasi terbaik minimalisasi input-output tertentu atau maksimalisasi output-input tertentu. 4. Profesional, yaitu menyerahkan suatu urusan pada ahlinya, sebuah konsekuensi efisiensi yang melahirkan
spesialisasi.
5. Kecukupan yaitu menjamin kebutuhan hidup bagi pelakuk ekonomi, baik muslim maupun non-muslim.
6. Pemerataan kesempatan, yaitu kesamaan dalam memperoleh kecukupan tanpa memperhatikan gender, ras, atau golongan tertentu.
7. Kebebasan, yaitu manusia bebas dalam memperoleh kemaslahatan hidupnya dalam konteks kebebasan sesuai dengan syariat Islam.
8. Kerja sama, yaitu manusia sebagai makhluk sosial dan Islam juga mengajarkan kita untuk bekerja sama dalam berusaha dalam pencapaian kesejahteraan.
Ada pun asas-asas atau nilai dasar ekonomi Islam yaitu; 1. Kepemilikan
Semua yang ada di alam semesta ini adalah milik Allah SWT, yang mana terdapat dalam QS. An-Najm ayat 31:
Artinya:“Dan hanya kamulah Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).”
Selain dari ayat Al-Qur’an terdapat pula dalam hadis
نببس ربيسبنزلحلا لبآ ىلنوسمن ينحسين يببأن نسعن يلحرباصننسلنا ددعسسن وبحأن ينبثندنحن يلحشبرنقحلساو ردمنعح نحبس رنيلنبنجح ينبثندلنحن دبيلبونلسا نحبس ةحيلنقببن اننثندنحن هببلبرن دببسعن دحيسزبين اننثندلنحن
ارريسخن تسبنصسأن شنيسحنفن هلللا دحابنعب دحابنعبلساون هبلللا دحلنبب دحلنببلسا منللنسنون هبيسلنعن هلللا ىلنصن هلللا لحوسحرن لنقن لنقن هحنسعن هحلللا ينضبرن مباولنعنلسا نببس ربيسبنزلحلا نبعن مباولنعنلا مسقبأنفن. Nabi SAW bersabda: “Negara adalah milik Allah, hamba juga milik Allah, jika engkau dapat kebaikan maka lakukanlah / tegakanlah.” (Matan: Infirad)
Adapun nilai dasar kepemilikan menurut sistem ekonomi Islam:
a. Kepemilikan bukanlah penguasaan mutlak atas sumber-sumber ekonomi, tetapi setiap orang atau badan di tuntut kemampuanya untuk memanfaatkan sumber-sumber ekonomi tersebut.
b. Lama kepemilikan manusia atas sesuatu benda terbatas pada lamanya manusia tersebut hidup di dunia. c. Sumber daya yang menyangkut kepentingan umum atau yang menjadi hajat hidup orang banyak harus
menjadi milik umum. 2. Keseimbangan dunia akhirat
Keseimbangan antara dunia dan akhirat itu terdapat dalam QS. An-Nisa, 4:134
ةبرنخبلنآون ايننسدلحلآ بحاونثن هبلللآ دننسعبفن ايننسدلحلآ بناونثن دديسربيح نناكن نسمن ج
ارريسصببن اعريسمبسن هحلللآ نناكن ون .
Artinya:( Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja [maka ia merugi], karena di sisi alloh ada pahala dunia dan akhirat. Dan Alloh maha mendengar lagi maha melihat).
Selain dalam ayat Al-Qur’an perihal mengenai keseimbangan dunia dan akhirat terdapat pula dalam hadis Rasulullah SAW:
“Orang-orang yang paling besar cita-citanya adalah orang memikirkan atau bercita-cita untuk urusan dunia dan akhirat.”(Matan: Infirad)
3. Keadilan
Perihal mengenai keadilan terdapat dalam ayat QS. An-Nahl, 16:90
ىغسبنلسآون ربكننسمحلساون ءبآشنحسفنلسآ نبعن ىهننسينون ىبنرسقحلسآ ىذب ئبآتنيسإبون نبسنحسلبآون لبدسعنلسآبب رحمحأسين هنلللآنلنإب ج
ننرحكلنذنتن مسكحللنعنلن مسكحظسعبين ...
Artinya:“Sesungguhnya Allah menyuruh [kamu] berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dan memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Selain dalam ayat Al-Qur’an terdapat pula dalam hadis Rasulullah SAW yaitu:
Nabi bersabda:” Harta bagaikan buah yang hijau dan manis, barang siapa yang mengambil dengan hati yang baik maka akan di berkaih oeh alloh, barang siapa yang mengambil secara berlebihan maka tidak di berkaih. Dan mereka bagaikan orang yang makan tetapi tidak pernah merasa kenyang, dan tangan dia atas lebih baik dari pada tangan di bawah.”
Keberadaan prinsip dan asas-asas (nilai dasar) ekonomi Islam merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Implementasi nilai tanpa didasarkan pada prinsip akan cenderung membawa ekonomi normative saja.
C. Karakteristik ekonomi makro dalam Fiqih muamalah
Ada beberapa hal yang mendorong perlunya mempelajari karakteristik ekonomi makroislam antaralain:
1. Meluruskan kekeliruan pandangan yang menilai ekonomi kapitalais (memberikan penghargaan terhadap prinsip hak milik) dan sosialis (memberikan penghargaan terhadap persamaan danadilan) dan sosialisasi (memberikan penghargaan terhadap persamaan dank keadilan) tidak bertentangan dengan metode ekonomi islam.
2. Membuat para ekonomi muslim yang telah berkecimpang dalam teori konvesional dalam metode ekonomi islam. 3. Membantupara peminat studi fiqih muamalah dalam melakukan studi perbandingan antara ekonomi islam
dengan ekonomi konvesional.
1. Harta kepunyaan Allah SWT dan manusia khalifah harta.Dalam karakteristik ini terdiri dari dua bagian, yaitu semua harta, baik benda maupun alat produksi adalah milik Allah, dan manusia adalah khalifah atas hak milikNya. Sehingga manusia dalam menafkahkan hartanya harus menurut hukum-hukum yang telah disyariatkan Allah.
2. Ekonomi terikat dengan akidah, syariah (hukum) dan moral. Hubungan ekonomi Islam dengan akidah Islam tampak jelas dalam banyak hal, seperti pandangan Islam terhadap alam semesta yang disediakan untuk kepentingan manusia. Di antara bukti hubungan ekonomindan moral dalam Islam adalah:
a. Larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat. b. Larangan melakukan penipuan.
c. Larangan menimbun emas dan perak atau sarana-sarana moneter lainnya, sehingga dapat mencegah peredaran uang, karean peredaran uang sangat diperlukan buat mewujudkan kemakmuran perekonomian dalam masyarakat.
d. Larangan melakukan pemborosan, karena menghancurkan individu dan masyarakat.
3. Keseimbangan antara kerohanian dan kebendaan. Islam adalah agama yang menjaga diri, tetapi juga toleran. Selain itu agama memiliki unsur keagamaan (mementingkan segi akhirat) dan sekularitas (segi dunia).
4. Keadilan dan keseimbangan dalam melindungi kepentingan individu dan masyarakat. Artinya keseimbangan dalam sisitem sosial Islam adalah tidak mengakui hak mutlak dan kebebasan mutlak, tetapi memepunyai batasan-batasan tertentu, termasuk dalam bidang hak milik. Hanya keadilan yang melindungi keseimbangan antara batasan-batasan yang ditetapkan dalam sistem Islam untuk kepemilikan individu dan umum.
5. Bimbingan konsumsi yakni dalam konsumsi Islam mempunyai pedoman untuk tidak melampui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak melampui batas-batas makanan yang dihalalkan.
6. Petunjuk investasi yakni harus sesuai dengan kriteria atau standar Islam dalam menilai proyek investasi.
7. Zakat yaitu harta yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang kepada masyarakat umum atau individual yang bersifat mengikat, final, tanpa mendapat imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai kemampuan pemilik harta, yang mana harta tersebut sudah memenuhi nishab (batas minimal harta yang terkena kewajiban zakat) dan diperhitungkan dari tingkat kekayaan bersih seseorang setelah dikurangi kebutuhan pokok hidupnya.
8. Pelanggaran yang haram, dalam ekonomi Islam segala sesuatu yang dilakukan harus halalan toyyiban, yang benar secara hukum Islam dan baik dari perspektif nilaii dan sesuatu yang dilakukan akan menimbulkan dosa. Hal ini dapat berkaitan dengan zat atau prosesnya. Islam melarang mengonsumsi, memproduksi, mendistribusikan, dan seluruh mata rantainya terhadap komoditas dan aktivitasnya. Adapun pelanggaran yang haram seperti riba dan gharar. Yang mana riba adalah melakukan akad dengan penukaran yang tertentu, tidak diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara’ atau terlambat menerimanya. Sedangkan gharar adalah sesuatu dengan karakter tidak diketahui sehingga menjual hal ini adalah seperti perjudian.
Menurut Marton karakteristik ekonomi makro Islam antaralain sebagai berikut:
1. Dialektika nilai-nilai spiritualisme dan materialisme, yaitu nilai-nilai spiritualisme adalah nilai-nilai keagamaan sedangkan meterialisme adalah nilai-nilai suatu barang. Dalam perekonomian kontemporer hanya konsen terhadap peningkatan utility dan nilai-nilai materialime saja. Sedangkan dalam ekonomi Islam terdapat dialektika kedua-duanya dalam berbagai kegiatan ekonomi, khususnya dalam transaksi harus berdasarkan keseimbangan dari kedua nilai tersebut.
2. Kebebasan berekonomi yaitu dalam rangka merealisasikan kebebasan individu dalam kegiatan ekonomi, kapitalisme menekankanprinsip persamaan bagi setip individu secara bebas untuk meraih kejayaan. Tetapi konsep kebebasan tersebut menimbulkan kerancuan bagi proses distribusi income dan kekayaan. Selain itu juga secara otomatis mengklasifikasikan masyarakat menjadi dua bagian yaitu pemilik modal dan para pekerja. Sehingga dalam konsep sosialisme msyarakat tidak memepunyai kebebasan dalam kegiatan ekonomi. Dalam ekonomi Islam ekonomi tidak menghilagkan intervensi pemerintah yang merupakan sebuah keniscayaan ketika perekonomian dalam keadaan darurat, selama hal itu dibenarkan oleh syara’. Di sisi lain kepemilikan dan kebebasan tersebut akan mendorong masyarakat untuk beramal dan berproduksi demi tercapainya kemaslahatan. 3. Dualisme kepemilikan yaitu hakikatnya pemilik alam semesta beserta isinya hanyalah Allah SWT. Manusia
hanyalah wakil atau khalifah saja untuk memakmurkan dan mensejahterakan bumi.
Dalam membahas fiqh ekonomi makro Islam sebenarnya sangat luas, tetapi dalam makalah ini hanya terdapat dua hal, yaitu fiqh riba dan fiqh zakat.Karena kedua hal tersebut merupakan indikator-indikator yang biasanya digunakan pada pembahasan masalah-masalah ekonomi makro Islam.
1. Fiqh Riba
Dalam bahasa Inggris kata riba diartikan dengan usury yang mengandung dua dimensi pengertian, yaitu
a. Riba merupakan tindakan atau praktik peminjaman uang dengan tingkat suku bunga yang berlebihan dan tidak sesuai dengan hukum.
b. Riba merupakan suku bunga dengan rate yang tinggi.
Sedangkan menurut Qardhawi, bunga bank sama dengan riba hukumnya yaitu haram. Dari sebagian pendapat yang menghalalkakn bunga komersial (bunga dalam rangka usaha) dan mengharamkan bunga konsumtif (bunga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari).Masalah mengenai larangan riba terdapat dalam QS. Ali-Imran ayat 130:
ةرفنعنضنملح افرعنضسأن اوبنرلبلآ آولحكحأستنلن أونحمناءن ننيسذبللنآ اهنيلحأنين لص
ننوسححلبفستح مسكحللنعنلن هنلللآ اوسقحتلنآون ...
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.
Selain dalam ayat Al-Qur’an terdapat pula dalam hadis Bukhori, antaralain:
هحتنبنقباعن نلنإبفن رنثحكن نسإون انبرلنلا لاق منللنسنون هبيسلعن هلللا ىللنصن يلنببنلنللنا نلنأن ددوعحسسمن نببنا نبعن هبيببأن نسعن عيببرلالن نببس نبيسكنرلحلانبعن كدايربشن اننثندنحن جداجلنحن اننثندلنحن للبقح ىنىلإب رحيصبتن. Nabi bersabda:”riba itu sekalipun mendapat menyebabkan bertambah banyak, tetapi akibatnya akan berkurang.”(Matan lain:Ibnu Majah 2270)
2. Fiqh Zakat
Zakat secara etimologi adalah suci, secara syar’i zakat adalah sedekah tertentu yang diwajibkan dalam syariah terhadap harta orang kaya dan diberikan kepada orang yang berhak menerimanya.
Zakat menurut istilah agama Islam artinya “kadar harta yang tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat”. Adapun hukumnya zakat adalah salah satu rukun Islam yang kelima, fardu ‘ain atas tiap-tiap orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat diwajibkan mulai pada tahun kedua Hijriah.Adapun firman Allah SWT yang membicarakan mengenai zakat yaitu dalam QS. At-Taubah ayat 103:
اهنبب مسهبكلبزنتحون مسهحرنهلبطنتح ةرقندنصن مسهبلب اونمسان نسمب ذسخح... Artinya:“Ambillah dari harta mereka sedekah (zakat) untuk mmebersihkan mereka dan menghapuskan kesalahan mereka”.
3. Fiqh Investasi
Fungsi pajak dalam ekonomi Islam berbeda dengan fungsi investsi ekonomi konvensional. Perbedaannya karena fungsi investasi dalam ekonomi konvensional dipengaruhi tingkat suku bunga, hal ini tentunya tidak berlaku dalam pendekatan ekonomi Islam.
Menurut Metwally, Investasi di negara-negara penganut ekonomi Islam deipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu ada sanksi terhadap pemegang aset yang kurang atau tidak produktif (hoarding idle asset), dilarang melakukan berbagai bentuk spekulasi dan segala macam judi, tingkat bunga untuk berbagai pinjaman sama dengan nol. Sehingga seorang muslim boleh memilih tiga alternatif atas dananya, yaitu memegang kekayaannya dalam bentuk uang kas (idle cash), memegang tabungannya dalam bentuk aset tanpa berproduksi seperti deposito, real estate, permata, atau menginvestasikan tabungannya (seperti memiliki proyek-proyek yang menambah persediaan kapital nasional). Hubungan antara investment dengan expected profit diharapkan mengalami kenaikan sehingga akan meningkatkan tinngkat investasi sebaliknya jika tingkat keuntungan yang diharapkan mengalami penurunan, maka akan menyebabkan penurunan tingkat investasi.
4. Fikih Pajak
Menurut pendapat beberapa ahli fikih, tidak ada kewajiban atas harta selain zakat. Banyak hadis yang dianggap mencela pemungutan pajak.
Pemerintah mengumpulkan pajak dari pendapatan upah dan gaji invididu, pendapatan dari pemilik properties, dan keuntungan perusahaan.
Pajak memang tidak sama dengan zakat, namun membayar pajak yang dibebankan oleh negara pada warganya bukan sekedar kebolehan, tetapi merupakan keawajiban. Hal ini dikarenakan pertama taat kepada ulul amri merupakan kewajiban dengan catatan ulul amri yang taat pada ajaran Islam. Kedua solidaritas sesama muslim dan sesama manusia dalam kebaikan dan ketakwaan adalah sebuah kewajiban, jika dana pajak digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum seperti lembaga pendidikan, rumah sakit, sarana transportasi, dan lainnya. Ketiga berdasarkan hadis yang diriwayatkan Fatimah binti Qais:
Turmudzi:
Yang dimaksud kewajiban seain zakat dalam hadis tersebut adalah kewajiban sosial lainnya yaitu dapat berupa pajak, sedekah sunah, infak, hibah, dan wakaf. Karena dalam Islam juga menganjurkan tidak hanya membayar zakat yang terbatas jumlah dan pemanfaatannya, tetapi juga membayar yang tak terbatas jumlahnya sesuai kemampuan dan pemanfaatannya pun juga luas dan fleksibel.
E. Tujuan ekonomi islam
Tujuan ekonomi Islam adalah maslahah (kemaslahatan bagi umat manusia) atau untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (falah) melalui tata kehidupan yang baik dan terhormat.
Dalam tujuan falah dapat dijabarkan dalam beberapa tujuan antaralain: 1. Mewujudkan kemaslahatan umat.
2. Mewujudkan keadilan dan perataan umat. 3. Membangun peradaban yang luhur.
4. Menciptakan kehidupan yang seimbang dan harmonis.
Maslahah menurut Shatibi adalah pemilikan atau kekuatan dari barang atau jasa yang memelihara prinsip-prinsip dasar dan tujuan hidup manusia di dunia. Dan ia mendeskripsikan seluruh barang yang mendorong dan berkualitas dalam memelihara lima kebutuhan dasar yang harus dipenuhi bagi kehidupan manusia di dunia, adapun lima kebutuhan tersebut antaralain:
1. Kehidupan (life/ al nafs) 2. Kekayaan (property/ al maal). 3. Keimanan (faith/ al diin). 4. Akal (intellect/ al ‘aql). 5. Keturunan (posterity/ al nasl).
Falah diambil dari kata-kata Al-Qur’an yang sering dimaknai dengan keberuntungan jangka panjang, dunia dan akhirat, sehingga tidak hanya memandang aspek material namun justru lebih ditekankan pada aspek spiritual. Dalam konteks dunia falah merupakan konsep yang multidimensi yang memiliki implikasi pada aspek perilaku individual atau mikro maupun perilaku kolektif atau makro. Falah dalam kelangsungan dunia, mencakup tiga pengertian, antaralain: Kelangsungan hidup, kebebasan berkeinginan,kekuatan dan kehormatan. Sedangkan falah dalam kehidupan akhirat mencakup kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan abadi dan pengetahuan abadi.
Adapun tabel falah yang mencakup aspek menyeluruh bagi kehidupan manusia, secara pokok meliputi spiritual dan moralitas , ekonomi, budaya dan politik, antaralain sebagai berikut.:
Unsur falah Aspek Mikro Aspek Makro
Kelangsungan hidup
Kelangsungan hidup biologis.
seperti:kesehatan, keturunan. Keseimbanganlingkungan. ekologi dan Kelangsungan hidup ekonomi. Seperti:
kepemilikan faktor produksi.
Pengelolaan sumber daya alam dan penyediaan kesempatan berusaha bag semua penduduk.
Kelangsungan hidup sosial. Seperti: persaudaran dan harmoni hubungan sosial.
Kebersamaan sosial. Ketiadaan konflik antar kelompok.
Kelangsungan hidup politik dan
kebebasan dalam partisipasi politik. Jati diri dan kemandirian. Kebebasan
berkeinginan Terbebas dari kemiskianKemandirian hidup. Jati diri dan kemandirian.Penyediaan sumber daya untuk seluruh penduduk.
Kekuatan dan harga diri
Harga diri Kekuatan ekonomi dan kebebasan
dari hutang. Kemerdekaan, perlindungan terhadap
hidup dan kehormatan. Kekuatan militer.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui tujuan utama ekonomi Islam yaitu untuk maslahah dan falah.
1. Definisi Ekonomi Islam
Ekonomi adalah suatu hal yang dapat mempengaruhi kehidupan secara makro. Ekonomi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan lain-lain yang berharga. Syariah adalah interpretasi atas doktrin, nilai, norma dan hukum islam.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Syariah adalah pemanfaatan uang, tenaga, waktu dan lain-lain yang berharga yang dapat mempengaruhi kehidupan secara makro dengan berdasarkan pada doktrin, nilai, norma dan hukum islam.
Ekonomi Islam dapat diibaratkan dengan sebuah rumah yang terdiri atas atap, tiang, dan fondasi. Begitu juga dengan ekonomi Islam.
Bangunan dalam ekonomi Islam berfondasikan 5 hal:
1. Tauhid (keimanan) Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan tauhid, manusia secara menyeluruh akan menyerahkan segala aktifitasnya kepada Allah. Oleh karena itu, segala aktifitas akan selalu dibingkai dalam kerangka hubungan kepada Allah.
2. ‘Adl (Keadilan). Dalam Islam, adil didefinisikan sebagai tindakan tidak menzhalimi dan dizhalimi. Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak dibolehkan untuk mengejarkan keuntungan pribadi, namun merugikan orang lain atau merusak alam.
3. Nubuwwah (Kenabian). Salah satu fungsi dari Rasul adalah untuk menjadi model terbaik bagi manusia yang harus diteladani untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Nabi Muhammad adalah model terbaik yang utus Allah untuk dijadikan tauladan oleh seluruh manusia. Keteladanan Nabi Muhammad mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk teladan dalam bertransaksi ekonomi dan bisnis. Empat sifat utama Nabi yang dapat dijadikan teladan adalah siddiq, amanah, fathanah, dan tabligh.
4. Khalifah (Pemerintahan). Dalam Al Quran, Allah menyebutkan bahwa manusia diciptakan adalah untuk menjadi khalifah dibumi. Peran khalifah adalah untuk menjadi pemimpin dan pemakmur bumi.
AKHLAQ
MULTITYPE
OWNERSHIP
FREEDOM
TO ACT
JUSTICE
SOCIAL
5. Ma’ad (Hasil). Implikasi nilai ini adalah dalam perekonomian dan bisnis bahwa motivasi para pelaku bisnis adalh untuk mendapatkan hasil di dunia (laba/profit) dan hasil di akhirat (pahala).
Kelima nilai dasar ini menjadi dasar inspirasi untuk untuk menyusun proposisi-proposisi dan teori-teori ekonomi Islam. Dari kelima nilai-nilai universal tersebut, dibangunlah tiga prinsip derivatif yang menjadi ciri-ciri dan cikal bakal sistem ekonomi.
Bertiangkan 3 hal:
1. Kepemilikan Multi jenis (Multitype ownership )
Nilai tauhid dan keadilan melahirkan konsep Multitype ownership atau kepemilikan multijenis. Dalam sistem ekonomi kapitalis, prinsip umum kepemilikan yang berlaku adalah kepemilikan swasta atau pemodal, sedang dalam sistem ekonomi sosialis yang berlaku adalah kepemilikan negara. Dalam sistem ekonomi Islam, mengakui bermacam bentuk kepemilikan, baik oleh swasta, negara, atau campuran.
2. Kebebasan bertindak ekonomi (Freedom to act)
Keempat sifat utama Nabi jika digabungkan dengan nilai keadilan dan nilai khalifah akan melahirkan prinsip freedom to act atau kebebasan bertindak dan berusaha bagi setiap muslim. Islam memberikan kebebasan kepada setiap muslim dalam hal Muamalah, namun kebebasan tersebut memiliki batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar.
3. Keadilan Sosial (Social justice)
Prinsip Social Justice lahir dari gabungan nilai khalifah dan nilai ma’ad. Semua sistem ekonomi yang ada pasti memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menciptakan sistem perekonomian yang adil. Keadilan dalam pendistribuasian kekayaan adalah bagian dari prinsip ekonomi Islam. Islam melarang umatnya untuk menumpuk kekayaan pada satu kelompok, namun kekayaan haruslah didistrbusikan secara merata. Kewajiban Zakat, Infak, dan shadaqah bagi golongan yang mampu adalah bentuk pendistribusian kekayaan dalam ekonomi Islam
Di atas semua nilai dan prinsip tersebut, dibangunlah konsep yang memayungi semuanya, yaitu konsep Akhlak. Akhlak menempati posisi puncak, karena inilah yang menjadi tujuan Islam dan dakwah para Nabi. Akhlaq inilah yang menjadi panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya.
2. Perbedaan dasar Ekonomi Islam dan Konvensional Berikut adalah perbedaan antara ekonomi Islam dan Konvensional :
Ilmu Ekonomi Islam Ilmu Ekonomi Konvensional
Manusia sosial namun religius Manusia social Menangani masalah dengan
menentukan prioritas
Menangani masalah sesuai dengan keinginan individu
Pilihan alternative kebutuhan
dituntun dengan nilai Islam dituntun oleh kepentingan individu/egoisPilihan alternative kebutuhan System pertukaran dituntun oleh
etika Islami
Pertukaran dituntun oleh kekuatan pasar
3. Konsep Riba dan Gharar a. Riba
pinjaman, besarnya penambahan menurut jangka waktu, dan jumlah pembayaran tambahan berdasarkan persyaratan yang telah disepakati. Ketiga unsur tersebut bersama-sama membentuk riba serta bentuk lain dari transaksi kredit dalam bentuk uang atau sejenisnya
. ننوححلبفستح مسكحللنعنلن هنللنلا اوقحتلناون ةرفنعناضنمح افراعنضسأن ابنرلبلا اولحكحأستن الن اونحمناءن ننيذبللنا اهنيلحأنا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertawalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”.
Ada dua bentuk riba yang dikembangkan sejak permulaan islam
a) Riba nasi’ah yang berkaitan dengan penangguhan waktu yang diberikan kepada pengutang untuk membayar kembali utang dengan memberikan tambahan atau premi. Jadi, riba yang berbentuk ini mengacu pada bunga pada utang. Dalam hal ini tidak ada perbedaan apakah presentase keuntungan dari pokok bersifat tetap atau berubah atau suatu jumlah tertentu yang dibayardidepan atau pada saat jatuh tempo, atau suatu bentuk pelayanan yang diterima sebagai suatu persyaratan pinjaman.
b) Riba fadhl yang bentuk kedua dari riba yang telah digunakan dan selalu terjadi dalam transaksi antara pembeli dan penjual, yang diartikan sebagai kelebihan pinjaman yang bayar dalam segala jenis, berbentuk pembayaran tambahan oleh peminjam kepada kreditor dalam bentuk penukaran barang yang jenisnya sama.
b. Gharar
Gharar adalah “ketidakpastian”. Maksud ketidakpastian dalam transaksi muamalah adalah “ ada sesuatu yang ingin disembunyikan oleh sebelah pihak dan hanya boleh menimbulkan rasa ketidakadilan serta penganiayaan kepada pihak yang lain”.
Gharar secara sederhana dapat dikatakan suatu keadaan yang salah satu pihak mempunyai informasi memadai tentang berbagai elemen subjek dan objek akad. Gharar adalah semua jual beli yang mengandung ketidjelasan atau keraguan tentang adanya komoditas yang menjadi objek akad, ketidakjelasan akibat, dan bahaya yang mengancam antara untung dan rugi, pertaruhan, atau perjudian.
امنهبعبيسبن ةحكنرنبن تسقنحبمن امنتنكنون ابنذنكن نسإبون ،امنهبعبيسبن يفب امنهحلن كنربوبح اننيلنبنون اقندنصن نسإبفن ،اقنرلنفنتنين مسلنامن رباينخبلابب نباعنيلببنل
“Penjual dan pembeli dibenarkan melakukan khiyar selagi mereka berada dalam satu majelis dan belum berpisah. Jika keduanya jujur dan saling terbuka maka niscaya akad mereka diberkahi. Dan jika keduanya berdusta dan saling menutupi cacat (barang) maka niscaya dicabut keberkahan dari akad yang mereka lakukan.” [HR al-Bukhari dan Muslim]
B. Makro Ekonomi Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW
Dalam hal perekonomian Rasulullah telah mengajarkan transaksi-transaksi perdagangan secara jujur, adil dan tidak pernah membuat pelanggannya mengeluh dan kecewa. Ia selalu memperhatikan rasa tanggungjawabnya terhadap setiap transaksi yang dilakukan. Selain itu ada beberapa larangan yang diberlakukan oleh Rasulullah untuk menjaga agar seseorang dapat berbuat adil dan jujur, yaitu:
1. Larangan Najsy adalah sebuah praktik dagang dimana seorang penjual menyuruh orang lain untuk memuji barang dagangannya agar calon pembeli yang lain tertarik untuk membeli barang dagangannya dan menawarkan barang dengan harga yang tinggi.
3. Larangan Tallaqi Al-Rukban Praktik ini adalah dengan cara mencegat orang-orang yang membawa barang dari desa dan membeli barang tersebut sebelum tiba dipasar.
4. Larangan Ihtinaz dan Ihtikar Ihtinaz adalah praktik penimbunan harta seperti emas, perak dan lain sebagainya. Ihtikar adalah penimbunan barang-barang seperti makanan dan kebutuhan sehari-hari. C. Makro Ekonomi Islam pada zaman Khulafa Ar-rasyidin
Pada masa Abu Bakar kebijakan yang dilakukan adalah seperti yang dilakukan Rasulullah. Abu Bakar Ash-shiddiq melakukan kebijakan pembagian tanah taklukan, sebagian untuk umat muslim dan sebagian lagi tetap menjadi tanggungan Negara. Selain itu, beliau mengambil alih tanah dari orang murtad kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan umat islam secara keseluruhan. Beliau juga sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat dan memperhatikan pendistribusiannya dengan cermat sehingga dapat sampai pada masyarakat secara menyeluruh dan sama rata.
Kemudian masa Umar bin Khattab, kebijakan yang dilakukannya adalah mencetak mata uang dirham dengan cap Alhamdulillah pada suatu sisi dan la ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah disisi lainnya. Selain itu, beliau melakukan audit kekayaan para pejabat dan pegawai Negara dan menyusun sebuah undang-undang “min aina laka hadza ?”. Umar juga mengambil langkah-langkah penting dalam bidang pertanian dan menjadikan baitul mal yang memang sudah ada sejak pemerintahan abu bakar menjadi regular dan permanen. Namun cara pendistribusiannya dengan mengutamakan prinsip keutamaan. Juga langkah-langkah lain dibidang ekonomi yang menyebabkan pemerintahannya berjalan dengan sangat baik.
Ustman Bin Affan mengikuti kebijakan ekonomi Umar bin Khattab yang lebih terfokus melakukan penataan baru dengan mengikutikebijakan khalifah sebelumnya. Dalam pemberdayaan SDA, Utsman melakukan pembuatan saluran air, pembagunan jalan, serta pembentukan organisasi kepolisian secara permanen guna mengamankan jalur perdagangan. Beliau juga memperkenalkan tradisi mendistribusikan makanan di masjid untuk fakir miskin dan musafir melakukan perubahan administrasi tingkat atas serta menganti beberapa gubernur. Dalam pengelolaan tanah Negara Ustman menerapkan kebijakan membagi-bagikan tanah tersebut kepada penduduk dengan tujuan reklamasi.
Khalifah terakhir adalah Ali Bin Abi Thalib. Beliau melakukan kebijakan-kebijakan diantaranya:
a. Pendistribusian seluruh pendapatan yang ada pada Baitul Mal berbeda dengan Umar yang menyisihkan untuk cadangan.
b. Pengeluaran angkatan laut dihilangkan c. Adanya kebijakan pengetatan anggaran
d. Pencetakan mata uang sendiri atas nama pemerintahan Islam, dimana sebelumnya kekhalifahan islam menggunakan uang dinar dari romawi dan dirham dari Persia
Dari sejarah tentang sistem perekonomian masa Khulafaur Rasyidin ini, diharapkan tidak lupa terhadap sejarah dan dapat menjadi salah satu acuan untuk pengembangan ekonomi sekarang.
D. Masalah utama Ekonomi Makro dalam prespektif Islam
Dari permasalahan utama mendasar, setiap masyarakat menghadapi dan harus memecahkan tiga permasalahan pokok ekonomi:
1. Apa yang harus diproduksi dan dalam jumlah berapa barang tersebut diproduksi (what)?
2. Bagaimana sumber-sumber ekonomi (factor-faktor produksi) yang tersedia harus dipergunakan untuk memproduksi barang-barang tersebut secara optimal (How)?
Masyarakat memecahkan ketiga permasalahan ekonomi pokok tersebut dengan berbagai cara, mulai kebiasaan, tradisi, insting, komando (paksaan) hingga pada mekanisme harga dipasar. Dalam ekonomi modern, untuk memecahkan permasalahan tersebut digunakan mekanisme harga dipasar. Gerak harga (mekanisme harga) dari setiap barang dan factor produksi bisa memecahkan ketiga masalah ekonomi pokok dari masyarakat dengan cara berikut.
Apabila masyarakat menghendaki suatu barang lebih banyak, harga barang tersebut akan naik. Dengan demikian, penjual memperoleh keuntungan yang lebih besar, selanjutnya produsen akan memperbesar kapasitas produksinya atas produk tersebut. Akibat peningkatan kapasitas produksi, total barang akan bertambah. Barang akan semangkin ditingkatkan produksinya hingga batas maksimal yang dapat diproduksi. Batas maksimal ini menyebabkan penawaran lebih tinggi dari pada permintaan sehingga harga barang tersebut akan menurun dan akhirnya produsen akan menurunkan kapasitas produksinya. Sebaliknya, apabila harga turun, produsen akan menurunkan kapasitas produksinya sehingga total barang akan berkurang. Jadi, gerak harga-harga barang menentukan apa dan berapa setiap barang akan tersedia (diproduksikan) dalam masyarakat. (what).
Barang dihasilkan dari proses pengombinasian faktor-faktor produksi oleh produsen, dan faktor-faktor produksi ini merupakan kombinasi paling efisien dan efektif bagi pengusahaan dalam proses produksinya. Apabila harga suatu factor produksi naik, produsen akan berusaha mengadakan penghematan penggunaan factor tersebut dan menggunakan lebih banyak factor produksi yang lain untuk proses produksinya, dan mencari barang substitusi yang paling efisien dalam produksinya. Produsen akan selalu mencari kombinasi factor produksi yang paling efisien dalam proses produksinya. Gerak harga factor produksi menentukan kombinasi optimal yang digunakan produsen dalam proses produksinya. (How)
Barang-barang hasil produksi dijual, baik oleh produsen maupun konsumen. Konsumen membayar harga barang-barang hasil produksi oleh produsen tersebut dari penghasilkan yang diterimanya. Penghasilan yang diperoleh konsumen tersebut bersumber dari penjualan jasa-jasa atas factor produksi yang dimilikinya kepada produsen berupa upah dari tenaga yang mereka keluarkan kepada produsen.pola distribusi penghasilan antarwarga masyarakat tidak hanya ditentukan oleh faktor produksi, tetapi juga oleh pola kepemilikan. Semakin terpusat suatu kepemilikan, semangkin terpusat pula distribusi barang-barang dimasyarakat. Gerak harga barang dan faktor produksi menentukan distribusi barang-barang yang dihasilkan didalam masyarakat antara warga masyarakat. (For Whom).
Dalam kaitannya dengan ekonomi islam, selain hal-hal yang telah disebutkan, peraturan dalam islam juga ikut berperan mempengaruhinya. Seperti jenis barang apa yang boleh diproduksi, sumber produksi dan untuk siapa barang tersebut diproduksi.
A. PENGERTIAN DAN FUNGSI UANG MENURUT ISLAM
1. Defenisi Uang
Uang dapat diartikan sebagai benda-benda yang telah disetujui masyarakat sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar menukar atau alat yang digunakan transaksi dalam perdagangan. Uang diciptakan dalam perekonomian dengan tujuan untuk melancarkan kegiatan tukar menukar dan perdagangan . Uang sebagai alat tukar menukar yang sah, maka uang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Nilainya tidak berubah dari waktu kewaktu Mudah untuk dibawa
Mudah disimoan tanoa mengurangi nilainya
Tahan lama
Jumlahnya terbatas (tidak boleh berlebihan) Bendanya memiliki mutu yang sama. 2. Sejarah Uang
Pada awal peradaban manusia masih memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Mereka masih memburu maupun bertani menghasilkan kebutuhannya sendiri. Karena masih sedikitnya jenis kebutuhan yang harus mereka penuhi dan belum membutuhkan bantuan orang lain. Dalam periode ini disebut periode prabarter karena manusia masih mandiri dalam memenuhi kebutuhan mereka dan belum mengenal system transaksi perdagangan maupun kegiatan jual beli.
lain dalam memenuhi kebutuhan mereka, karena tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang lain. Semakin bertambahnya kebutuhan manusia dan sulitnya untuk memenuhinya, maka mulai sejak itulah mereka mulai mempergunakan berbagai cara dan alat untuk memepermudah pertukaran barang dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka. Pada tahapan ini mereka melakukan system yang sangat sederhana dengan tukar menukar kebutuhan mereka dengan cara barter. Maka pada periode ini dinamakan zaman barter.
Pertukaran barter ini membutuhkan persyaratan adanya keinginan yang sama pada waktu yang bersamaan (double coincidence of wants) dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran ini. Namun dengan semakin beragamnya dan kompleksnya kebutuhan manusia, semakin sulit pula mencapai situasi double coincidence of wants ini. Misalnya, pada suatu ketika seseorang yang memiliki beras membutuhkan garam. Namun pada saat yang bersamaan, pemilik barang sedang tidak membutuhkan beras melainkan membutuhkan daging sehingga syarat terjadinya barter anatara beras dengan garam tidak terpenuhi. Keadaaan demikian tentu akan mempersulit muamalah antara manusia. Itulah sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat diterima oleh semua pihak. Alat tukar tersebut kemudian dinamakan dengan uang. Pertama kali uang dikenal dalam peradaban Sumeria dan Babylonia .
Uang kemudian berkembang dan berevolusi mengikuti perjalanan sejarah. Dari perkembangan inilah, uang dapat dikatagorikan dalam tiga jenis, yaitu uang barang, uang kertas, dan uang giral.
3. Fungsi uang dalam system ekonomi
Dalam perekonomian manapun, fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar (medium of exchange). Dari fungsi utama uang ini, diturunkan kepada fungsi-fungsi yang lain, seperti uang sebagai standard of value (pembakuan nilai), store of value (penimpanan kekayaan), unit of account (satuan perhitungan), dan standard of deferred payment (pembakuan pembayaran tangguh).
Namun dalam system perekonomian kapitalis ada satu hal yang sangat berbeda dengan system perekonomian Islam. Dalam sisitem perekonomian kapitalis ini, uang tidak hanya berfungsi sebagai alat tukar yang sah (legal tender) melaikan juga sebagai komuditas. Sedangkan menurut system perekonomian Islam, apapun yang berfungsi sebagai uang, maka fungsinya hanyalah medium of change. Ia bukan suatu komuditas yang diperjualbelikan dengan kelebihan baik secara on the spot ataupun yang lainnya.
Ketika uang diperlaukan sebagai komuditas oleh sisitem kapitalis, berkembanglah apa yang disebut dengann pasar uang. Pasar uang ini kemudian berkembang dengan munculnya pasar deveratif. Sedangkan pasar deveratif ini menggunakan instrument bunga sebagai harga dari produk-produknya. Transaksi di pasar uang dan pasar deveratif ini tidak berlandaskan motif transaksi yang riil sepenuhnya, bahkan sebagian besar diantaranya mengandung motif spekulasi.
Dalam perkembanga sejarah, berkembang pemikiran bahwa uang tidak hany bias dibuat dari emas atau perak. Umar bin khattab pernah mengatakan “aku ingin suatu saat menjadikan kulit unta sebagai alat tukar”. Menurut Ummar, uang sebagai alat tukar tidak harus terbatas pada dua logam mulia saja seperti emas dan perak. Kedua logam mulia ini akan mengalami ketidakstabilan pada sisi permintaas ataupun penawaran.
Pada umumnya para ulama dan ilmuwan social Islam menyepakati fungsi uang hanya sebagai alat tukar. Bahkan Ibnu Qoyyim mengecam sisitem ekonomi yang menjadikan fulus (mata uang logam dari kuninga atau tembaga) sebagai komuditas biasa yang bias diperjualbelikan dengan berlebihan untuk mendapatkan keuntungan. Seharusnya mata uang itu bersifat tetap, nilainya tidak naik dan turun.
Sekalipun jumhur ulama sepakat untuk tidak memperbolehkan uang sebagai komuditas, ada juga pendapat minor yang memandang mata uang sebagai komuditas.
B. Dinar dan dirham dalam ekonomi Islam 1. Sejarah dinar
Pada masa sebelum datangnya Islam, uang dinarmerupakan uang yang digunakan dalam transaksi perdagangan. Berbagai jenis uang dinar emas dan dirham perak beredar dalam perdagangan sebagai akibat dari banyaknya bangsa Arab yang berdagang dengan bangsa Romawi,Byzntium, dan para pedagang yang melewati negeri Arab .
Dinar dan dirham yang digunakan bangsa Arab pada saat itu tidak didasarkan pada nominalnya, akan tetapi menurut beratnya sebab mereka menganggap bahwa dinar dan dirham hanya sebagai kepingan emas dan perak. Dinar dan dirham tidak dianggap sebagai mata uang yang dicetak, mengingat bentuk dan timbangan dirham yang tidak sama dank arena kemungkinan terjadinya penyusutan berat akibat peredarannya . Untuk mencegah terjadinya penipuan atas perilaku transaksi, mereka lebih suka menggunakan strandar timbangan khusus yang telah mereka miliki, yaitu auqiyah, nasy, mistqal, dirham, qirath, dan habbah. Mitsqal merupakan berat pokok yang telah diketahui secara umum, yaitu setara dengan 22 qirath kurang satu habbah. Dikalangan mereka berat 10 dirham sama dengan 7 mistqal.
ini. Sedangkan mata uang dirham setara dengan 2,975 gram oerak murni. Dinat dan dirham adalah mata uang yang berfungsi sebagai alat tukar baik sebelum datangnya Islam mauoun sesudahnya .
Dalam sejarah umat Islam, Rosulolloh dan para sahabat menggunakan dinar dirham sebagai mata uang mereka, disamping sebagai alat tukar, dinar juga dijadikan sebagai standar ukuran hukum-hukum syar’i seperti kadar zakat dan ukuran pencurian. Hal ini berlaku sampai masa pemerintahan khalifah abu Bakar. Sedangkan pada masa pemerintahan khalifah Ummar bin Khattab tahun 20 H, yaitu pada tahun kedelapan kekhalifahan Ummar bin Khattab, beliau mencetak uang dirham baru berdasarkan pola dirham Persia. Berat, gambar, maupun tulisan bahlawinya (huruf Persia) tetao ada, hanya ditambah dengan huruf Arab gaya kufi, seperti lafadz Bismillah dan Bismillahi Robbi ahi Robbi yang terletak pada bagian tepi lingkaran.
Dinar dan dirham dicetak pertama kali pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan. Ia mencetak dirham khusus bercorak Islam pada tahun 75 H (695 M) dan meninggalkan corak dirham Persia. Pada tahun 77 H beliau mencetak dinar khusus bercorak Islam. Dalam perjalanannya sebagai mata uang yang digunakan, dinar dan dirham cenderung stabil dan tidak mengalami Inflasi yang cukup besar selama kurang 1.500 tahun. Penggunaan dinar dan dirham berakhir pada runtuhnya khalifah Islam Turki Usmani pada tahun 1924 M .
Selain dari pribadi Rosulullah terdapat contoh sempurna, yaitu sahabat-sahabat Beliau dalam membangun kemakmuran Islam.
Salah satu sahabat Beliau yang patut kita jadikan contoh ialah Abdurrahman bin Auf. Beliau sukses dalam berbisnis bisa menjadi teladan bagi seluruh pengusaha muslim saat ini. selain sukses dalam dunia bisnis, beliau juga sukses dalam akhirot. Karena ia termasuk dalam salah satu sahabat Nabi yang dijamin masuk surga.
Berikut ini prestasi-prestasi yang telah diraih oleh Abdurrahman bin Auf:
1. Abdurrahman bin auf termasuk sahabat yang masuk Islam sangat awal, tercatat beliau orang yang bersyahadat dua hari setelah Abu Bakar.
2. Beliau termasuk salah satu dari enam orang yang ditunjuk oleh Umar bin Khatab untuk memilih Khalifah sesudahnya.
3. Beliau seorang mufti yang dipercaya oleh rasululloh saw. Untuk berfatwa di Madinah padahal Rasulullah masih hidup.
4. Beliau terlibat dalam perang Badar bersama Rasululloh saw. Danmenewaskan musuh-musuh Allah. Beiau juga terlibat dalam perang Uhud dan bahkan termasuk yang bertahan di sisi Rasulullah saw. Ketika tentara kaum Muslimin banyak yang meninggalkan medan perang. Dari peperangan ini ada Sembilan lukaparah ditubuhnya dan dua puluh luka kecil yang diantaranya ada yang sedalam anak jari. Perang ini juga menyebabkan luka dikakinya sehingga Abdurrahman bin Auf harus berjalan dengan pincang dan juga merontokkan sebagian giginya sehingga ia berbicara dengan cadel.
5. Suatu saat ketika Rasulullah saw. Berpidato menyemangati kaum Muslimin untuk berinfak dijalan Allaj, Abdurrahman bin uf menyumbang separuh hartanya senlai 2.000 dinar atau sekitar 2,4 miliar niali uang saat ini (saat itu ia belum kaya dan hartanya hanya 4.000 dinar atau sebesar Rp 4,8 Miliar). Atas sedekah ini ia didoakan khusus oleh Rasulullah yang berbunyi, “ semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu, terhadap harta yang kamu berikan. Dan semiga Allah memberkati juga harta yang kamu tinggalkan untuk keluarga kamu.” Do’a inikemudian benar-benar terkabul, terbukti dengan kesuksesan dami kesuksesan Abdurrahman bin Auf berikutnya.
6. Ketika Rasulullah membutuhkan dana untuk perang Tabuk yang mahal dan sulit karena medannya jauh, ditambah situasi Madinah yang lagi dilanda musim panas, Abdurrahman bin Auf memeloporinya dengan menyumbang dua ratus uqiyah emas. Sampai-samai Umar bin Khaththab berbisik kepada Rasulullah.
PENAPAT TOKOH BARAT TERHADAP DINAR DAN DIRHAM
Sejak zaman dahulu, emas adalah barang yang sangat berharga. Nilai emas tidak bernah turun dan cenderung stabil terhadap barang atau asset. Bahkan emas juga dilambangkan sebagai kemegahan oleh para raja dan pemimpin. Oleh sebab nilainya yang stabil tersebut emas mulai diburu orang mulai pada zaman Nabi Sulaiman as hingga sekarang ini.
Dari gambaran diatas bertolak belakang dengan realitas mata uang kertas (fiat money).pada dasarnya penerimaan masyarakat terhadap uang kertas karena keterpaksaan dan doktrin menyesatkan dari kebijakan pemerintah.
Pendapat Ekonom Barat
Banyak para pecinta emas (goldbugs) meyakini bahwa akan terjadinya penurunan terhadap mata uang US dollar. Dengan jatuhnya nilai mata uang US dollar maka emas akan semakin membumbung tinggi harganya. Bahkan ketika potensi imbalan (return) berinvestasi dalam saham atau obligasi tidak lagi menarik dan dianggap tidak mampu mengkompensasi resiko yang ada, maka investor akan mengalihkan dananya ke dalam asset riil seperti logam mulia atau property yang dianggap lebih layak dan aman.
Alan Greenspan (mantan chairman the fed) berpendapat, “ emas masih menjadi bentuk utama pembayaran di dunia. Dalam kondisi ekstrem, tidak ada yang mau menerima uang fiat. Tapi emas selalu diterima”. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Jerome F. Smith, ia berpendapat,” semakin sedikit rang yang percaya pada kertas sebagai media penyimpanan nilai, maka harga emas akan terus melonjak”.
Dengan danya penyataan diatas terbukti bahwa kerapuhan uang kertas serta kuatnya emas (Dinar) sebagai mata uang diungkapkan oleh John Naisbitt, yang didunia barat dianggap sebagai dewanya ekonomi modern. Dia menyimpulkan bahwa monopoli terakhir yang akan segera ditinggalkan oleh umat manusia adalah monooli uang kertas yang dikeluarkan oleh suatu negar. Masyarakat tidak akan mempercayai mta uang kertas dan pindah yang disebut mata uang privat ( benda-benda riil yang memiliki nilai instrinsik).
Ketika semua nilai mata uang kertas berjatuhan, emas akan menunjukkan kesaktiannya. Ketika uang kertas satu persatu berjatuhan, emas akan menunjukkan nilai stabil dan cenderung menguat terhadap mata uang kertas. Bahkan prospek kegemilangan dinar untuk menggantikan fiat money sudah nampak pada ketahannya terhadap krisis keuangan yang terjadi berkali-kali. Seolah-olah dinar adalah mata uang untuk sampai akhir hayat hidup manusia. James Blakely mengungkapkan sebuah keunggulan dinar dengan pernyataan “Gold is forever. It is beautiful, useful, and never wears out. Small wonder that gold has been prized over all else, in all ages, as a store of value that will survive the travails of live and the ravages of time”. (“Emas adalah selamanya. Hal ini indah, berguna, dan tidak pernah habis dipakai. mengherankan bahwa emas telah berharga lebih dari segalanya, di segala usia, sebagai penyimpan nilai yang akan bertahan kerja keras dari hidup dan kerusakan waktu ".)
Fakta menunjukkan bahwa mata uang kertas (fiat money) sudah tidak bisa dipertahankan. Bahkan kecenderungan setiap tahun kehilangan nilainya dan penurunan daya beli terutama dibandingkan dengan emas (Dinar). Sinyal-sinyal tersebut ditandai dengan berbagai peristiwa, dari mulai konspirasi perang di Afganistan, perang Irak, badai Katrina dan sejumlah bencana lainnya, skandal korporat seperti Enron hingga Bear Stearns atau Lehman Brothers, sampai krisis kredit perumahan (subprime mortgage), ini semua telah membuka pintu gerbang kebangkrutan dollar Amerika.
C. Teori Inflasi dalam perspektif Islam 1. Pengertian dan konsep dasar Inflasi
Inflasi merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang selalu dihadapi oleh Negara. Inflasi memiliki tingkatan yang digunakan sebagai ukuran untuk menunjuk sampai dimana buruknya permasalahan yang dihadapi oleh suatu Negara. Dalam perekonomian yang sedang tumbuh, Inflasi yang tingkatannya rendah dinamakan Inflasi merayap. Yaitu sekitar 2-4 persen, biasannya tidak dapat dielakkan. Namun tungkat Inflasi yang mencapai 10 persen atau lebih akan menjadi suatu permasalahan yang serius. Bahkan pada kondisi peperangan atau ketidakstabilan politik, Inflasi dapat mencapai beberapa ratus bahkan beberapa ribu persen. Kenaikan seperti ini sinamakan hiper Inflasi. Hal inilah yang pernah dialami oleh Negara Indonesia yang tingkat Inflasinya mencapai 600 persen .
Menurut Rahardja dan Manurung Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan berlansung secara terus menerus. Sedangkan menurut Sukirno, Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan pasar bertambah lagi besar dibandingkan penawaran barang dipasar. Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Inflasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan harga suatu barang dan jasa.
Dari pengertian diatas dapat dianalisis bahwa Inflasi dapat terjadi jika: a. Terjadi kenaikan harga
Inflasi ditandai dengan terjadinya kenaikan harga barang atau jasa dari periode sebelumnya. Misalnya pada bulan lalu satu kilogram gula Rp. 10.000 dan bulan ini terjadi kenaikan menjadi 12.000 perkilo gula. Dari contoh tersebut dapat diartikan bahwa satu kilogram gula mengalami kenaikan sebesar Rp.2000 perkilonya.
b. Bersifat umum
Belum dapat dikatakan Inflasi jika kenaikan harga dialami oleh suatu komoditas saja dan kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik.
Namun akan berbeda jika yang naik adalah harga bahan bakar minyak (BBM). Untuk kasus di Indonesia, setiap terjadi kenaikan pada harga BBm, maka akan berdampak pada harga komuditas lain yang turut naik. Karena BBM merupakan komoditas strategis sebab memiliki efek berantai yang dapat menyebabkan kenaikan harga pada komoditas lain.
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum tentu berakibatkan Inflasi jika kejadian tersebut hanya sesaat. Karena biasanya Inflasi dapat dihitung dalam rentang waktu minimal satu bulanan. Sebab dalam kurun saktu sebulan akan terlihat kenaikan harga bersifat umum dan terus menerus .
Sedangkan didalam Islam sendiri tidak mengenal istilah Inflasi, karena mata uang yang digunakan adalah dinar dan dirham. Yang mana dinar dan dirham lebih memiliki nilai yang stabil dan dibenarkan oleh Islam.
Penurunan nilai dinar dan dirham memang masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan. Diantaranya akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tapi keadaan seperti ini sangat kecil kmungkinannya untuk terjadi.
Kondisi deficit pernah terjadi pada zaman Rosul dan hal ini hanya terjadi satu kali yaitu sebelum perang Hunain. Walaupun demikian, Al-Maqrizi membagi Inflasi menjadi dua macam, yaitu Inflasi yang terjadi akibat berkurangnya persediaan barang dan Inflasi akibat kesaahan manusia. Inflasi yang terjadi akibat ulah manusia disebabkan oleh tiga hal, yaitu korupsi, dan administrasi yang buruk, pajak yang memberatkan, serta sejumlah uang yang berlebihan. Kenaikan –kenaikan harga yang terjadi adalah dalam bentuk jumlah uangnya, bila dalam dinar jarang terjadi kenaikan. Al-Maqarizi mengatakan untuk penggunaan uang dibatasi hanya pada tingkat menimal yang dibutuhkan untuk transaksi pecahan yang terkecil saja .
2. Sejarah Inflasi
Emas memberikan “nilai” pada suatu mata uang dan juga dalam askepbilitas (tingkat penerimaan masyarakat) ditempat lain. Pada sejarah kerajaan Byzantium, mereka sangat berusaha keras untuk mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditasnya sebanyak mungkin kenegara-negara lain dan mencegah impor dari Negara-negara lain agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak-banyaknya. Tetapi kebijakan tersebut, justru menimbulkan kenaikan tingkat harga komoditasnya sendiri.
Awal terjadinya Inflasi pada mata uang Dinar dimulai bahkan pada saat Irak sedang berada dalam masa puncak kejayaannya. Coinage debasement dan Inflasi ikut mendahului perkembangan yang cepat dari peminjaman uang (pertumbuhan kredit) serta perbankan, khususnya di Italia yang merupakan motor pertumbuhan lebih lanjut dari perekonomian. Inflasi sering kali berbentuk kenaikan tingkat harga secara gradual dari pada ledakan kekacauan ekonomi. Resolusi harga di Eropa terjadi sepanjang abad, pola kenaikan tingkat harga pertama kali tampak di Italia dan Jerman pada tahun 1470 (mengikuti wabah black death pada tahun 1349). Kemudian, Inflasi menyerang Eropa dengan beberapa tahapan, yaitu dimulai dari Inggris dan Prancis pada tahun 1480-an, meluas kesemenanjung Iberia pada decade selanjutnya dan menyerang Eropa timur pada tahun 1500-an. Kenaikan tingkat harga sangat cepat pada bahan-bahan mentah terutama makanan. Di Inggris harga kayu, ternak, dan biji-bijian meningkat 5 sampai 7 kali lipat pada tahun 1480 smpai tahun 1650, sementara itu barang manufaktur harganya meningkat 3 kali lipat. Kenaikan sebesar 700% selama 170 tahun itu jika dihitunh secara compound hanya sebesar 1,2% pertaruhannya, akan tetapi di sisi lain gaji hanya meningkat kurang dari ½ nya sehingga masyarakat sangat mengalami goncangan akibat tekanan Inflasi. Daya beli uang dan gaji pekerja menurun dengan tingkat yang dianggap sangat mencemaskan.
Kejadian-kejadian diatas, disebabkan akibat gabungan penurunan produksi pertanian, pajak yang berlebihan, depopulasi, manupulasi pasar, high labor cost, pengagguran, kemewahan yang berlebihan, dan sebab=sebab lainnya seperti perang yang berkepanjangan, embargo dan pemojokan kerja.
Inflasi bias terjadi disebabkan karena pada saat tingkat harga secara umum naik, pembeli harus mengeluarkan kebih banyak uang untuk jumlah barang dan jasa yang sama. Dengan kata lain, Inflasi tidak akan berlanjut jika tidak dibiayai dengan berbagai cara. Jika konsumen tidak menemukan uang lebih untuk membeli barang demi mempertahankan tingkat pembelanjaannya, maka mereka akan membatasi pembelian dengan membeli lebih sedikit yang kemudian pada akhirnya akan membatasi kemampuan penjual untuk menaikan harga.
3. Penyebab Inflasi
Berdasarkan penyebab atas kenaikan harga-harga yang brlaku, inflasi biasanya dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
a. Natural inflation dan human eror inflation
Natural inflation yaitu inflasi yang terjadi karena sebab-sebab ilmiah dan manusia tidak memiliki kekuasaan untuk mencegahnya. Misalkan terjadinya paceklik. Sementara human eror inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.
b. Actual/anticipated/expected inflation dan unanticipated/unexpected inflation. Pada expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nasional dikurangi inflasi. Sedangkan pada unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.
Yaitu inflasi yang terjadi karena terjadinya kenaikan permintaan atas suatu komoditas.inflasi ini biasanya terjadi pada Negara yang perekonomiannya berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan pendapatan yang tinggi dan selanjutnya akan menimbulkan peengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dann jasa. Pengeluaran yang berlebihan dapat memicu terjadinya inflasi, disebabkan banyaknya uang yang beredar.
d. Inflasi desakan biaya (cost push inflation)
Yaitu inflasi yang terjadi karena adanya keniakan biaya produksi. Pada saat krisis ekonomi tahun 1997, ketika banyak industry di Indonesia bahan bakunya terlalu bergantung kepada bahan baku impor sehingga ketika terjadi penurunan nilai mata uang rupiah maka akan berpengaruh terhadap kenaikan biaya produksi.
e. Spiraling inflation
Yaitu inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya itu terjadi akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya.
f. Inflasi diimpor
Yaitu inflasi yang disebabkan oleh terjadinya inflasi diluar negeri. Inflasi ini terjadi apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga memiliki peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran diperusahaan-perusahaan.
Adapun penyebab lain terjadinya inflasi antara lain banyaknya uang yang beredar dibandingkan dengan jumlah barang yang beredar, sehingga permintaan akan barang mengalami kenaikan, maka dengan sendirinya produsen akan menaikan harga barang.
4. Kebijakan ekonomi islam dalam inflasi
a. Dalam pemikiran Islam, pemerintah merupakan lembaga formal yang mewujudkan dan memberikan pelayanan terbaik kepada rakyatnya. Sedangkan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, pemerintah Islam menggunakan dua kebijakan, yaitu kebijakan fiscal dan moneter. Tujuan dari kebijakan fiskal dalam Islam adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi, tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerintahan pendapatan, ditambah dengan tujuan lain yang terkandung didalam aturan Islam.
Dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi ada beberapa instrument yang bias digunakan: 1) Memaksimalkan penghimpunan zakat serta pengopti,alan pemanfaatan zakat
2) Mengenakan baya atas dana yang menganggur, hal ini agar mendorong masyarakat untuk menginvestasikan danannya tidak hanya melalui tabungan dan deposito tetapi diarahkan pada penciptaan pertumbuhan sector riil.
3) Menggunakan prinsip bagi hasil pada setiap transaksi atau segala jenis usaha yang menghasilkan bunga. b. Kebijakan moneter
Pada zaman Rosululloh dan Khulafaur rasyidin kebijakan moneter silaksanakan tanpa menggunakan instrument bunga. Dalam kebijakan moneter variabel harus diformulasikan, bukan tingkat suku bunga bank. Dalam system ekonomi Islam, bank sentral harus mengarahkan kebijakan moneternya untuk membiayai pertumbuhan potensial dalam output jangka mencegah dan jangka panjang demi mencapai harga yang stabil.
Dalam perekonomian Islam, untuk menjaga kestabilitas tingkat harga ada beberapa yang dilarang: Permintaan yang tidak riil
Penimbunan mata uang
Trnsaksi tallaqi rubban, yaitu menghalangi penjual dari kampong kepusat kota untuk dijual kembali kepusat kota untuk mendaatkan keuntungan dari ketidakpastian harga.