• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun Oleh :

SIDIQ KURNIAWAN NIM : F1106045

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRAK

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN

SIDIQ KURNIAWAN NIM : F1106045

Tujuan dari penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui tingkat kelayakan dan tingkat profitabilitas investasi usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung. b) Untuk mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi yang digunakan untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei terhadap responden melalui kuisioner. Penelitian dilakukan terhadap 40 responden dari 106 Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. Alat analisis yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Pay Back Periode

(PBP) dan Analisis Sensitifitas.

Hasil dari analisis kriteria finansial dapat disimpulkan bahwa total biaya proyek yang diperlukan untuk mendirikan peternakan Jalak Suren untuk Peternak A sebesar Rp. 335.530.000,00, dimana investasi tersebut sepenuhnya berasal dari modal sendiri. Dengan menggunakan discount factor sebesar 30% dapat dihasilkan nilai NPV sebesar 266.509.558 (NPV>0), nilai IRR sebesar 56,6% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,79 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 1 tahun 3,9 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Investasi yang diperlukan oleh Peternak B adalah sebesar Rp. 377.230.000,00 yang merupakan modal sendiri dengan menggunakan discount factor sebesar 30% dapat dihasilkan nilai NPV

sebesar 175.141.937 (NPV>0), nilai IRR sebesar 49,3% (IRR>i), nilai B/C Ratio

sebesar 1,46 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 1 tahun 7 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Sedangkan peternakan yang dilakukan oleh Peternak C memerlukan investasi sebesar Rp. 495.850.000,00 dengan menggunakan discount factor sebasar 30% yang dihasilkan nilai NPV sebesar 48.530.484 (NPV>0), nilai IRR sebesar 34,1% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,10

(B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 2 tahun 3,6 bulan (lebih cepat dari umur

teknisnya yaitu 10 tahun). Berdasarkan analisis sensitifitas, menunjukan bahwa peternakan yang dilaksanakan oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C lebih sensitif terhadap perubahan pendapatan dibandingkan dengan perubahan biaya. Dengan demikian proyek peternakan yang dilakukan baik oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C dapat dinyatakan layak dilaksanakan dan menguntungkan secara finansial.

Kata kunci : Peternakan Jalak Suren, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Pay Back Periode

(3)
(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(5)

commit to user MOTTO

“Ketahuilah bahwa kemenagan akan datang bersama kesabaran, jalan keluar akan

datang bersama kesulitan, dan kemudahan itu ada bersama kesusahan”

(Rasulullah SAW)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.

(Aristoteles)

Keluarkan uang demi waktu jangan habiskan waktu untuk uang, karena uang bisa

dicari sedangkan waktu tak pernah kembali.

Percayalah, hari ini akan lebih indah daripada kemarin jika kita mengawalinya

dengan doa dan senyuman.

Kemuliaan Manusia Bukan Terletak Pada Kemenangan Saja, Tetapi Terlebih

Pada Upaya Bagaimana Kita Bisa Bangkit Setelah Kekalahan.

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang

lain dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

1. Orang Tuaku tercinta yang selalu mendorong

dan mendo’akanku.

2. Kakakku tersayang.

3. Dhek Vera yang selalu mendukungku.

4. Teman dan Sahabat.

(7)

commit to user KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan kasih sayangnya dan tak henti-hentinya menyayangiku, bahkan disaat

aku jauh dengan-Nya. Tidak lupa rahmat serta nikmat yang diberikan kepada

penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat

serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah

mengantarkan umatnya dari kegelapan kearah yang lebih terang.

Penulisan skripsi dengan judul “ANALISIS FINANSIAL USAHA

PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN

KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN” ini penulis susun dalam rangka

memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi.

Namun berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya

skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan

ketulusan yang mendalam penulis menghaturkan rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Mugi Rahardjo, Dipl. M.si. selaku dosen Pembimbing yang telah

berkenan memberikan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Bapak Dr. A. M. Soesilo M.Sc selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

banyak memberikan dukungan moril selama penulis berproses di Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Supriyono, Msi selaku Kepala Jurusan Ekonomi Pembangunan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi UNS yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan

skripsi ini.

6. Seluruh karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah membantu penulis selama kuliah.

7. Kepala Kantor Kecamatan Kalikotes dan Kepala Badan Pusat Statistik

Kabupaten Klaten beserta seluruh staffnya yang telah membantu peneliti dalam

memperoleh informasi untuk kelengkapan dalam menyusun Skripsi.

8. Bapak dan Ibu tercinta, atas cinta dan kasih sayang, doa, dukungan, semangat

dan segala yang telah diberikan yang tidak ternilai harganya sehingga Penulis

dapat menyelesaikan penulisan hukum ini.

9. Kakakku tercinta Noor Ratnawati yang selama ini telah memberikan kasih

sayang, doa, dukungan, ikatan persaudaraan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Vera Anna Yunita, terima kasih karena senantiasa mencintai, menyayangi dan

menyertai setiap langkahku, selalu menasehatiku, membantuku, mendengarkan

curhatku dan terima kasih atas segala dukungan yang telah kau berikan padaku.

11. Teman-teman kos yang menemaniku selama menjalani masa kuliah Arif Endra

(9)

commit to user

Andri, Lathif, Jaja, Suyanto, Alan, Bege dan Bejes terima kasih atas semua rasa

kekeluargaan yang telah kalian berikan.

12. Teman-teman Ekonomi Pembangunan ’06 yang tidak bisa saya sebutin satu

persatu terima kasih atas semua dukungan, motivasi dan kekompakan kalian.

”We Are The Inchah-Inchih Genk”.

13. Dan semua pihak yang telah membantu penyusunan penulisan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu sumbang saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruktif, sangat

penulis harapkan demi perbaikan atau penyempurnaan penulisan skripsi

selanjutnya. Demikian semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat

kepada semua pihak, baik untuk penulisan, akademisi, praktisi maupun

masyarakat umum. Mudah-mudahan Allah SWT mencatat kebaikan semua itu

sebagai amal yang bisa diambil pahalanya di hari kelak.

Surakarta, Mei 2012

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

B Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Peternakan ... 8

B. Investasi ... 11

C. Pengertian Dasar Proyek ... 13

D. Teknik dan Langkah Peternakan Jalak suren ... 20

E. Hasil Penelitian Terdahulu ... 28

F. Kerangka Pemikiran ... 30

G. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 32

(11)

commit to user

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Definisi Operasional Variabel ... 35

F. Teknis Analisis Data ... 36

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum ... 37

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan jenis Kelamin

Kabupaten Klaten Tahun 2009 ... 38

Tabel 4.2 Gedung Sekolah Negeri dan Swasta Menurut Tingkat Pendidikan

Kabupaten Klaten Tahun 2009 ... 39

Tabel 4.3 Penduduk Kecamatan Kalikotes Menurut Desa dan Jenis Kelamin ... 41

Tabel 4.4 Penduduk Kecamatan Kalikotes Menurut kelompok Umur dan Jenis

Kelamin ... 42

Tabel 4.5 Penduduk Desa Jimbung Menurut kelompok Umur dan Jenis

Kelamin ... 45

Tabel 4.6 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut

Usia ... 46

Tabel 4.7 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut

Tingkat Pendidikan ... 47

Tabel 4.8 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut

Banyaknya Ternak ... 47

Tabel 4.9 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut

Harga Indukan ... 48

Tabel 4.10 Jumlah Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung Menurut

Biaya Kandang ... 49

(13)

commit to user

Menurut Umur Anakan ... 50

Tabel 4.12 Peternak Jalak Suren Berdasarkan Skala Ternak yang Dipelihara ... 51

Tabel 4.13 Total Anggaran Proyek 40 Peternakan Jalak Suren Di Desa Jimbung 57

Tabel 4.14 Total Anggaran Peternakan A Dalam Beternak Jalak Suren

Di Desa Jimbung ... 58

Tabel 4.15 Total Anggaran Peternakan B Dalam Beternak Jalak Suren

Di Desa Jimbung ... 59

Tabel 4.16 Total Anggaran Peternakan C Dalam Beternak Jalak Suren

Di Desa Jimbung ... 59

Tabel 4.17 Hasil Analisis Sensitifitas peternak A Dalam Beternak

Jalak Suren Di Desa Jimbung ... 65

Tabel 4.18 Hasil Analisis Sensitifitas peternak B Dalam Beternak

Jalak Suren Di Desa Jimbung ... 66

Tabel 4.19 Hasil Analisis Sensitifitas peternak C Dalam Beternak

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user Daftar Gambar

Halaman

(15)
(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ABSTRAK

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES, KABUPATEN KLATEN

SIDIQ KURNIAWAN NIM : F1106045

Tujuan dari penelitian ini adalah : a) Untuk mengetahui tingkat kelayakan dan tingkat profitabilitas investasi usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung. b) Untuk mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi yang digunakan untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode survei terhadap responden melalui kuisioner. Penelitian dilakukan terhadap 40 responden dari 106 Peternak Jalak Suren Di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes Kabupaten Klaten. Alat analisis yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Pay Back Periode

(PBP) dan Analisis Sensitifitas.

Hasil dari analisis kriteria finansial dapat disimpulkan bahwa total biaya proyek yang diperlukan untuk mendirikan peternakan Jalak Suren untuk Peternak A sebesar Rp. 335.530.000,00, dimana investasi tersebut sepenuhnya berasal dari modal sendiri. Dengan menggunakan discount factor sebesar 30% dapat dihasilkan nilai NPV sebesar 266.509.558 (NPV>0), nilai IRR sebesar 56,6% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,79 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 1 tahun 3,9 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Investasi yang diperlukan oleh Peternak B adalah sebesar Rp. 377.230.000,00 yang merupakan modal sendiri dengan menggunakan discount factor sebesar 30% dapat dihasilkan nilai NPV

sebesar 175.141.937 (NPV>0), nilai IRR sebesar 49,3% (IRR>i), nilai B/C Ratio

sebesar 1,46 (B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 1 tahun 7 bulan (lebih cepat dari umur teknisnya yaitu 10 tahun). Sedangkan peternakan yang dilakukan oleh Peternak C memerlukan investasi sebesar Rp. 495.850.000,00 dengan menggunakan discount factor sebasar 30% yang dihasilkan nilai NPV sebesar 48.530.484 (NPV>0), nilai IRR sebesar 34,1% (IRR>i), nilai B/C Ratio sebesar 1,10

(B/C Ratio>1) dan Pay Back Periode yaitu 2 tahun 3,6 bulan (lebih cepat dari umur

teknisnya yaitu 10 tahun). Berdasarkan analisis sensitifitas, menunjukan bahwa peternakan yang dilaksanakan oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C lebih sensitif terhadap perubahan pendapatan dibandingkan dengan perubahan biaya. Dengan demikian proyek peternakan yang dilakukan baik oleh Peternak A, Peternak B dan Peternak C dapat dinyatakan layak dilaksanakan dan menguntungkan secara finansial.

Kata kunci : Peternakan Jalak Suren, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Pay Back Periode

(17)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah

semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat.

Sebenarnya, perkembangan ke arah komersial sudah ditata sejak puluhan

tahun yang lalu, bahkan pada saat ini peternakan di Indonesia sudah banyak

yang berskala industri. Apabila perkembangan ini tidak diimbangi dengan

pengelolaan yang profesional dan tata laksana yang baik, produksi ternak

yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan harapan, bahkan peternak bisa

mengalami kerugian.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan beberapa negara Asia

lainnya ditahun 1997 dan hingga kini belum tampak tanda-tanda akan

berakhir, hal ini menjadi pangkal tolak untuk melakukan koreksi atas berbagai

kebijakan yang telah ditempuh di masa lalu. Krisis ekonomi ini bisa dimaknai

sebagai sebuah bencana ekonomi, tetapi dapat juga diartikan sebagai bentuk

koreksi yang dilakukan oleh pasar akibat strategi dan kebijakan ekonomi pro

impor dan sarat subsidi.

Sektor pertanian di Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting

dalam perekonomian, disamping sebagai sumber makanan, sumber bahan

mentah bagi sektor industri, juga sebagai lapangan pekerjaan bagi sebagian

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

peternakan di Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk

dikembangkan lebih lanjut, karena sektor pertanian lebih efisien dalam

memanfaatkan lahan pertanian, tersediannya bahan makanan ternak yang

cukup murah dan tenaga kerja yang melimpah. Usaha peternakan Jalak Suren

merupakan salah satu bidang usaha yang memiliki prospek yang cukup baik

untuk dikembangkan.

Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat keanekaragaman

hayati serta tingkat endemisme (keunikan) yang sangat tinggi sehingga

dimasukkan dalam salah satu negara mega biodiversity. Menurut World

Conservation Monitoring Committee Indonesia memiliki 1.539 jenis burung

(17% dari seluruh jenis burung di dunia).

Predikat sebagai negara mega-biodiversity baik dari segi keanekaragaman

genetik, jenis, maupun ekosistemnya memang cukup membanggakan,

disamping menuntut adanya tanggung jawab yang sangat besar untuk

mempertahankan keseimbangan antara kelestarian fungsi (ekologis) dan

kelestarian manfaat (ekonomis) keanekaragaman hayati.

Jalak Suren yang bernama ilmiah Sturnus contra jalla sebagai satwa

langka yang merupakan salah satu makhluk tersisa penghuni bumi,

populasinya berada pada kondisi menghawatirkan, keberadaannya cenderung

mengarah pada situasi terancam bahaya punah. Jalak Suren sebenarnya bisa

ditemukan hampir di seluruh Pulau Jawa. Namun, sekarang burung ini

semakin sulit ditemukan. Apa yang dialami burung lain, populasinya kian hari

(19)

commit to user

pestisida, penangkapan untuk dipelihara atau diperdagangkan, dan penciutan

hutan merupakan penyebab utama menurunnya populasi Jalak Suren. Dalam

mengatasi masalah kelangkaan dan kepunahan Jalak Suren, maka perlu

didukung upaya dan usaha pelestarian Jalak Suren dengan sistem budidaya

seperti yang dilaksanakan oleh penduduk di Kecamatan Kalikotes, Kabupaten

Klaten.

Keistimewaan Jalak Suren adalah Jalak Suren dilambangkan sebagai

burung jinak penjaga rumah. Dengan memelihara burung ini, rumah akan

selalu terjaga setiap hari. Mungkin ada benarnya anggapan ini karena Jalak

Suren merupakan burung yang sangat peka. Jika ada orang datang, akan

bersuara nyaring dan bervariasi. Bisa dipahami kalau banyak orang yang

memelihara burung ini.

Ada empat alasan orang memelihara Jalak Suren. Pertama, untuk menjaga

rumah. Kedua, untuk kesenangan. Ketiga, untuk memancing suara burung lain

agar ikut berkicau. Kecerewetan Jalak Suren akan merangsang burung lain

untuk mengeluarkan nyanyiannya. Jalak Suren dapat dijadikan master bagi

whambei atau whabi. Keempat, untuk diternak atau dibudidayakan. Usaha

peternakan dilatarbelakangi oleh kesadaran terhadap kelestarian jenis burung

ini dan alasan ekonomis.

Jalak Suren bisa berkembangbiak sepanjang tahun. Puncak

perkembangbiakan terjadi pada pertengahan tahun, yaitu antara bulan

Januari-Juni. Bulan Juli - Desember merupakan masa penurunan perkawinan.

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

merupakan salah satu hobi yang banyak diminati oleh masyarakat Jawa, selain

itu burung relatif mudah dalam pemeliharaan dan pakannya. Oleh karena itu

memelihara burung dapat melampaui batasan umur, status sosial maupun

status ekonomi. Para pemelihara burung pun sering bertemu dan

bersosialisasi, sehingga memungkinkan mereka untuk saling bertemu dan

bertukar informasi tentang pembudidayaan burung.

Perkembangan populasi ternak Jalak Suren di Jawa khususnya di Desa

Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten menunjukkan kemajuan

positif. Ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah peternak dari tahun

ketahun. Saat ini didaerah Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten

Klaten terdapat peternak Jalak Suren sebanyak 106 peternak dengan jumlah

ternak sebanyak 1522 pasang burung Jalak Suren. Dimana satu peternak Jalak

Suren dapat memelihara rata-rata 14 pasang Jalak Suren yang dapat

menghasilkan rata-rata 18 ekor piyek (anakan) dalam waktu satu bulan.

Dengan kisaran harga sebesar Rp 150.000,00/ekor (umur 1 hari),

Rp 400.000,00/pasang (umur 15 hari), Rp 500.000,00/pasang (umur 30 hari).

Peternakan Jalak Suren hasilnya cukup menjanjikan, sehingga dapat

meningkatkan pendapatan didaerah desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes,

Kabupaten Klaten.

Dilihat dari segi pemasaran, berapapun jumlah hasil produksi ternak Jalak

Suren semuanya dapat terserap oleh pasar. Dimana para pedagang datang

sendiri untuk membeli hasil ternak Jalak Suren tersebut. Pemasaran hasil

(21)

commit to user

didaerah Klaten, Solo, Yogyakarta, Semarang dan daerah lain sekitarnya.

Selain karena alasan tersebut diatas, para peternak mau beternak Jalak Suren

karena keuntungannya yang relative besar dengan tingkat kematian atau

kegagalan yang relative sangat kecil.

Peternakan Jalak Suren didesa Jimbung, Kecamatan Kalikotes,

Kabupaten Klaten memiliki kondisi yang berbeda-beda yang berkaitan dengan

modal usaha, indukan, sangkar, pakan dan sarana pendukung. Disamping itu

para peternak Jalak Suren kurang mengetahui faktor mana yang lebih

berpengaruh terhadap tingkat keberhasilannya.

Dengan adanya latar belakang dan kondisi tersebut di atas, maka judul

penelitian ini adalah : “ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN

JALAK SUREN DI DESA JIMBUNG, KECAMATAN KALIKOTES,

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

B.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan

suatu perumusan masalah yaitu :

1. Apakah secara finansial investasi usaha peternakan Jalak Suren di Desa

Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten dapat dinilai layak dan

menguntungkan?

2. Berapa lamakah investasi yang digunakan untuk usaha peternakan Jalak

Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten tersebut

akan terbayar kembali ?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat kelayakan dan tingkat keuntungan investasi

usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes,

Kabupaten Klaten.

2. Untuk mengetahui lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan biaya investasi yang digunakan untuk usaha peternakan

(23)

commit to user

D.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya

sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam rangka

mengupayakan pengembangan budidaya burung Jalak Suren yang

sudah mengalami kelangkaan.

b. Sebagai bahan masukan bagi peternak di Desa Jimbung, Kecamatan

Kalikotes, Kabupaten Klaten dalam rangka meningkatkan dan

mengembangkan usahanya agar lebih baik dari sekarang.

c. Untuk menanbah informasi khususnya pengetahuan mengenai

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan budidaya atau

peternakan Jalak Suren.

2. Manfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Untuk memperoleh referensi dalam bidang usaha peternakan, studi

dan kepustakaan khusus yang berkaitan dengan profitabilitas usaha ternak

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Peternakan

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan

hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Pengertian

peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan

peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan

peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip

manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara

optimal (Mubyarto, 1994).

Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu

peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau dan kuda, sedang kelompok

kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, burung, kelinci dan lain-lain

(Mubyarto, 1994).

Ternak adalah hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber

pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan

manusia. Usaha pemeliharaan ternak disebut sebagai peternakan (atau

perikanan, untuk kelompok hewan tertentu) dan merupakan bagian dari

kegiatan pertanian secara umum (Mubyarto, 1994).

Ternak dapat berupa binatang apa pun (termasuk serangga dan vertebrata

tingkat rendah seperti ikan dan katak). Namun demikian, dalam percakapan

(25)

commit to user

seperti ayam, angsa, kalkun, atau itik untuk unggas, serta babi, sapi, kambing,

domba, kuda, atau keledai untuk mamalia. Sebagai tambahan, di beberapa

daerah di dunia juga dikenal hewan ternak yang khas seperti unta, llama,

bison, burung unta, dan tikus belanda mungkin sengaja dipelihara sebagai

ternak. Jenis ternak bervariasi di seluruh dunia dan tergantung pada sejumlah

faktor seperti iklim, permintaan konsumen, daerah asal, budaya lokal, dan

topografi (Mubyarto, 1994).

Kelompok hewan selain unggas dan mamalia yang dipelihara manusia

juga disebut (hewan) ternak, khususnya apabila dipelihara di tempat khusus

dan tidak dibiarkan berkelana di alam terbuka. Penyebutan "ternak" biasanya

dianggap "tepat" apabila hewan yang dipelihara sedikit banyak telah

mengalami domestikasi, tidak sekedar diambil dari alam liar kemudian

dipelihara. Kedalam kelompok ini termasuk ngengat sutera, berbagai jenis

ikan air tawar (seperti ikan mas, gurami, mujair, nila, atau lele), beberapa jenis

katak (terutama bullfrog), buaya, dan beberapa jenis ular. Usaha pemeliharaan

ikan umumnya disebut sebagai perikanan atau lebih spesifik disebut budidaya

ikan (Mubyarto, 1994).

Dilihat dari pola pemeliharaannya peternakan di Indonesia dapat dibagi

menjadi tiga kelompok (Mubyarto, 1994: 22), yaitu:

a. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional.

Ketrampilan sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan

mutu yang relatif terbatas. Ternak pemakan rumput digembalakan di

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

sendiri. Kalau siang hari diberi minum dan dimandikan seperlunya

sebelumnya dimasukkan ke dalam kandang. Pemeliharaan dengan cara ini

dilakukan setiap hari dan dikerjakan oleh anggota keluarga peternak.

Tujuan utama ialah sebagai hewan kerja dalam membajak sawah/tegalan,

hewan penarik gerobak atau pengangkut beban sedang kotorannya dipakai

sebagai pupuk.

b. Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang semi komersil.

Ketrampilan yang mereka miliki dapat dikatakan lumayan. Penggunaan

bibit unggul, obat-obatan dan makanan penguat cenderung meningkat,

walaupun lamban. Jumlah ternak yang dimiliki 2-5 ekor ternak besar dan

5-100 ekor ternak kecil terutama ayam. Bahan makanan berupa ikutan panen

seperti bekatul, jagung, jerami dan rumput-rumputan yang dikumpulkan

oleh tenaga dari keluarga sendiri.

Tujuan utama dari memelihara ternak untuk menambah pendapatan

keluarga dan konsumsi sendiri.

c. Peternak komersil.

Usaha ini dijalankan oleh golongan ekonomi yang mempunyai kemampuan

dalam segi modal, sarana produksi dengan teknologi yang agak modern.

Semua tenaga kerja dibayar dan makanan ternak terutama dibeli dari luar

dalam jumlah yang besar. Tujuan utamanya adalah mengejar keuntungan

sebanyak-banyaknya. Biaya produksi ditekan serendah mungkin agar dapat

(27)

commit to user B. Investasi

Investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau

menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa datang. Istilah

investasi dapat pula berarti penanaman modal di dalam perusahaan dengan

tujuan agar keuntungan perusahaan bertambah (Kadarsan, 1992: 35)

Setiap investasi baik dalam bidang industri ataupun bidang yang lain

pada dasarnya merupakan penanaman faktor-faktor produksi dalam tertentu.

Sifat dasar dari tujuan investasi adalah untuk mendapatkan manfaat di masa

yang akan datang.

Bagi kalangan swasta, manfaat dipandang secara sempit yaitu hanya dari

segi ekonomi dan finansial saja. Bagi Pemerintah atau lembaga non profit

pengertian manfaat dipandang dalam arti yang lebih luas, wujudnya adalah

penyerapan tenaga kerja, penyerapan sumber daya dan bisa juga dikaitkan

dengan tujuan nasional lainnya. Tetapi hal ini tidak berarti suatu proyek

investasi swasta selalu melupakan masalah makro, masalah social dan

masalah lainnya.

Apabila ditinjau dari kalangan swasta dan didasarkan pada tujuan dan

manfaat, usulan investasi terbagi menjadi 3 macam (Kadarsan, 1992) :

1. Investasi Pendirian Usaha

Pada umumnya investasi pendirian usaha mempunyai tingkat

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Investasi Penambahan Kapasitas

Misalnya saja ususlan untuk penambahan jumlah mesin-mesin atau

penambahan jumlah pabrik-pabrik baru. Investasi ini bisa juga termasuk

investasi penggantian, misalnya mesin-mesin yang sudah tua dan tidak

efisien diganti dengan mesin yang baru.

3. Investasi Penggantian

Investasi ini adalah yang paling sederhana, dilakukan untuk mengganti

barang-barang modal, peralatan yang aus dengan yang baru dan lebih

efisien dan efektif.

Bagi seorang pengusaha atau investor yang menanamkan investasinya

harus memperhitungkan berbagai faktor yang menentukan investasi,

faktor-faktor tersebut adalah (Kadarsan, 1992) :

1. Peramalan di Masa yang akan datang

Suatu kegiatan penanaman modal (investasi) umumnya memerlukan

waktu yang cukup panjang hingga menghasilkan suatu produk. Oleh sebab

itu di dalam mementukan apakah investasi itu akan mendatangkan

keuntungan atau kerugian, seorang pengusaha haruslah membuat

forecasting atau perencanaan di masa datang.

2. Tingkat Bunga

Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin rendah tingkat bunga

yang harus dibayar oleh pengusaha, maka semakin banyak usaha yang

(29)

commit to user

rendahnya tingkat suku bunga bank maka semakin besar investasi yang

mereka tanamkan. Maksud dari bunga bank di sini adalah tingkat bunga

pinjaman, karena pada umumnya suatu investasi direncanakan untuk

dibiayai melalui modal pinjaman dari bank.

3. Perubahan dan Pengembangan Teknologi

Kegiatan para pengusaha di dalam produksi atau usaha-usaha lain

mereka dinamakan inovasi. Pada umumnya makin banyak perkembangan

teknologi yang dimunculkan, makin banyak kegiatan pembaharuan yang

dilakukan oleh para pengusaha, yang berarti semakin banyak investasi yang

terjadi.

4. Tingkat Pendapatan Nasional

Invertasi mempunyai kecenderungan untuk mencapai tingkat yang

lebih besar apabila pendapatan nasional semakin besar jumlahnya.

Sebaliknya investasi akan semakin rendah apabila pendapatan nasional

turun.

C. Pengertian Dasar Proyek

Suatu proyek yang dilakukan merupakan pencerminan dari beberapa

tujuan dan sasaran yang telah direncanakan sebelumnya. Proyek tersebut

dilaksanakan dengan tujuan utama adalah memberikan atau menambah daya

guna atau suatu tempat atau wilayah. Pengertian proyek sendiri adalah suatu

keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

harapan untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, dan yang dapat

direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai suatu unit (Kadariah, 1989: 1)

Pengertian proyek menurut Kadariah tersebut nampak bahwa dalam

kegiatan proyek akan terdapat suatu tujuan atau sasaran, titik tolak atau latar

belakang diadakanya suatu proyek dan adanya suatu titik akhir atau hasil dari

proyek yang telah diadakanya tersebut.

Menurut Gray, pengertian proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat

direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan

menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Kegiatan tersebut

dapat berbentuk investasi baru, survei atau penelitian, perluasan atau perbaikan

program-program yang sedang berjalan, dan sebagainya.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan berarti

bahwa baik sumber-sumber yang dipergunakan dalam suatu proyek maupun

hasil-hasil proyek tersebut dapat dipisahkan dari sumber-sumber yang

dipergunakan dan hasil-hasil dari kegiatan-kegiatan yang lain.

Kegiatan yang direncanakan berarti bahwa baik biaya maupun hasil-hasil

pokok dari proyek dapat dihitung atau dapat dipergunakan dan

kegiatan-kegiatan dapat disusun sedemikian rupa sehingga dengan penggunaan

sumber-sumber terbatas dapat diperoleh benefit sebesar mungkin (Gray, 1992: 1).

1. Definisi Evaluasi Proyek

Dalam suatu kegiatan selalu diperlukan adanya evaluasi. Hal ini

dilakukan dengan maksud untuk menilai seberapa besar tingkat keberhasilan

(31)

commit to user

dilakukan untuk mengetahui kesalahan maupun kekurangan yang dilakukan

selama kegiatan tersebut berlangsung.

Begitu pula dengan suatu proyek, dalam pelaksanaanya selalu harus

diadakan evaluasi. Hal ini dilakukan untuk menilai seberapa layak suatu

proyek tersebut untuk diterapkan atau digunakan sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan.

Evaluasi proyek kini merupakan bagian tersendiri dari suatu

pengetahuan baru yang muncul bersamaan dengan semakin besarnya laju

pertumbuhan ekonomi khususnya di Negara-negara yang sedang

berkembang. Pengetahuan tentang evaluasi proyek ini semakin berkembang

dan memang merupakan pengembangan dari apa yang biasa disebut capital

budgeting, yaitu suatu keseluruhan proses perencanaan pembiayaan aktiva

tetap dalam suatu usaha untuk memaksimalkan keuntungan.

2. Aspek-aspek Evaluasi Proyek

Beberapa aspek dalam evaluasi proyek, antara lain (Kadariah, 1989):

a. Aspek Teknis

Aspek ini meliputi analisis tentang input dan output yang berupa

barang dan jasa yang akan diperlukan dan dihasilkan oleh proyek.

b. Aspek Menajerial dan Administratif

Menyangkut kemampuan staf proyek untuk menjalankan administrasi

kegiatan dalam ukuran besar (large scale activities). Keahlian manajemen

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

perhatian khusus, maka banyak kemungkinan yang terjadi pengambilan

keputusan yang kurang tepat dalam proyek yang direncanakan.

c. Aspek Organisasi

Perhatian terutama ditujukan kepada hubungan antara administrasi

proyek dan bagian pemerintah lainya untuk melihat apakah hubungan

antara masing-masing wewenang (authority) dan tanggungjawab

(responsibility) dapat diketahui dengan jelas.

d. Aspek Komersial

Analisis penawaran input (barang dan jasa) yang diperlukan dalam

proyek, baik pada waktu membangun proyek maupun pada waktu proyek

sudah berproduksi, dan menganalisa pasaran output yang akan dihasilkan

proyek.

e. Aspek Finansial

Menyelidiki terutama perbandingan antara pengeluaran dan “revenue

earnings” proyek; apakah proyek ini akan terjamin dananya yang

diperlukan; apakah proyek ini mampu membayar kembali dana tersebut;

dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara

finansial dapat berdiri sendiri.

f. Aspek Ekonomi

Menyelidiki apakah proyek ini akan memberikan sumbangan atau

memberikan peran yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi

seluruhnya, dan apakah perananya cukup besar untuk membenarkan (to

(33)

commit to user

3. Kriteria Investasi

Beberapa kriteria yang digunakan dalam analisis penelitian ini dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Analisis Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) adalah perbandingan antara

present value dari net benefit yang positif dengan present value dari net

benefit yang negative (net cost). Suatu proyek akan dikatakan layak atau

feasible jika nilai perhitungan net benefit cost ratio (B/C Ratio) > 1. Jika

B/C Ratio menunjukan angka < 1 maka proyek dinyatakan tidak layak

b. Analisis Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara the present value

dari benefit dan the present value dari cost. Untuk menentukan net present

value harus ditetapkan terlebih dahulu discount rate yang akan digunakan

untuk menghitung the present value baik dari benefit maupun dari biaya.

Suatu proyek dikatakan layak atau feasible menurut kriteria NPV jika nilai

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c. Analisis Internal Rate of Return

Internal Rate of Return adalah discount rate yang dapat membuat

besarnya NPV proyek sama dengan nol (0), atau yang dapat membuat B/C

Ratio = 1. Dalam perhitungan IRR ini diasumsikan bahwa setiap benefit

netto tahunan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya

dan memperoleh rate of return yang sama dengan investasi-investasi

sebelumnya.

Besarnya IRR dihitung dengan cara coba-coba (Trial and Error),

sehingga diusahakan untuk mendapatkan NPV yang negatife lalu

diinterpolasikan antara discount rate tertinggi dengan nilai NPV positif dan

discount rate terendah dengan nilai NPV yang negatife, sehingga

diperoleh nilai NPV=0 (Kadariah,1989: 44).

IRR = I’ + (" ')

d. Analisis Pay Back Period

Digunakan untuk mengetahui berapa lama investasi tersebut dapat

dikembalikan melalui hasil usaha yang diperoleh untuk mengangsur

pinjaman. Pay Back Period merupakan penilaian investasi suatu proyek

(35)

commit to user

proyek (jangka waktu tercapainya net benefit menyamai biaya investasi)

(Kadariah, 1989: 8)

PBP =

t

i

KasTahunan Penerimaan

tasi NilaiInves

) 1

( +

x 1 tahun

e. Analisis Sensitifitas

Apabila suatu rencana proyek sudah diputuskan untuk dilaksanakan

dengan didasarkan pada perhitungan-perhitungan atau analisis-analisis

serta didasarkan didasarkan pada hasil evaluasi (NPV, IRR, B/C Ratio),

namun di dalam kenyataannya tidak tertutup kemungkinan terjadi

kesalahan-kesalahan dalam perhitungan ataupun terjadi perhitungan diluar

perkiraan; misalnya adanya kenaikan harga bahan baku atau penurunan

harga produksi.

Untuk mengetahui seberapa jauh persentase kepekaan usaha

peternakan Jalak Suren terhadap penurunan produksi. Analisis kepekaan

terhadap kenaikan biaya produksi berguna untuk mengetahui kepekaan

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

D. Teknik dan Langkah Peternakan Jalak Suren

1. Pemilihan Calon Indukan

Anakan Jalak Suren yang bagus dari hasil ternak, selain nilai

ekonominya tinggi, nama peternak juga akan ikut terangkat. Oleh sebab itu,

sebelum ternak dimulai, sebaiknya dilakukan persiapan-persiapan terlebih

dahulu, yaitu mencari dan memilih burung yang bagus dan memenuhi

syarat-syarat sebagai induk (Karso, 1996).

a. Memilih Kualitas yang Baik

Burung Jalak Suren yang baik dan memenuhi syarat-syarat sebagai

calon induk sangat menentukan keberhasilan usaha peternakan, karena

induk yang baik akan menghasilkan anak (bibit) dengan kualitas yang

baik pula. Selain kicau, kondisi fisik dan mentalnya, yang juga perlu

mendapat perhatian adalah daerah asalnya.

b. Kondisi dan Kesehatan Burung

Kesehatan burung tidak boleh diabaikan, sebab induk yang sehat

akan menghasilkan keturunan yang sehat dan kuat. Burung yang sehat

dapat dilihat dan ditentukan dari penampilan luarnya, antara lain sinar

matanya terang, tajam dan bercahaya. Nafsu makan tinggi (setiap kali

diberi pakan selalu berusaha mendapatkannya). Gerakannya lincah,

energik dan selalu berkicau. Bulunya menempel rapi di tubuhnya.

Kotorannya baik, tidak terlalu keras dan tidak encer serta tidak terlalu

berbau. Kotoran yang berbau, biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan

(37)

commit to user

c. Memiliki Kicau yang Baik

Burung yang baik tidak hanya dilihat dari bentuk fisiknya saja, tetapi

juga kicauannya yang melipiti volumenya keras, nada dan iramanya baik

dan benar, enak didengar, bersih, mengkristal, jelas dan panjang-panjang,

temponya lama serta tidak putus-putus.

d. Tidak Cacat Fisik dan Mental

Sebagai calon induk, burung harus tidak cacat fisik dan mental. Fisik,

antara lain kaki tidak pincang, paruh, mata dan ekornya utuh dan baik.

Selain itu calon induk juga harus memiliki mental yang bagus, artinya

tidak mudah stress, mudah beradaptasi dan tidak penakut.

e. Produktivitas Tinggi

Calon induk, Selain mampu melakukan perkawinan dengan baik dan

memiliki daya tetas tinggi, juga harus pandai mengasuh dan sayang

kepada anak-anaknya, sehingga dapat tumbuh cepat dan sehat. Induk yang

produktif baru diketahui setelah menetaskan telur-telurnya. Sifat-sifat

induk burung yang baik dapat diketahui dari beberapa cirinya yaitu

mudah bergaul, tidak bengis, rajin mencari makan, dan tidak mudah

kaget.

2. Menentukan Jenis Kelamin

Salah satu syarat dalam usaha peternakan Jalak Suren adalah

mengetahui dan menentukan jenis kelaminnya. Bagi peternak pemula

memang sulit untuk membedakan antara jantan dan betina, karena bentuk

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

yang cermat selama beberapa waktu dapat dilihat perbedaan-perbedaan

yang bias dipakai sebagai pedoman untuk menentukan jantan dan betinanya

(Karso, 1996).

a. Bentuk Luar

Bentuk tubuh bagian luar burung Jalak Suren dapat dipakai untuk

membedakan jenis kelaminnya. Burung jantan tubuhnya lonjong dan

panjang, kepalanya lebih besar dan bulat, paruhnya besar. Bulu kepala,

punggung dan dada berwarna hitam legam mengkilap. Demikian pula

warna putihnya lebih bersih, ekornya lebih panjang dan menyatu. Terlihat

ketika burung berkicau sambil bergerak seperti menari atau

mengangguk-anggukkan kepalanya.

Burung Jalak Suren betina secara umum mempunyai ciri-ciri fisik

yang berkebalikan dengan ciri-ciri burung Jalak Suren jantan, yaitu badan

lebih bulat dan pendek, warna hitam dan putihnya agak suram, paruh dan

ekornya lebih pendek.

b. Gerakan dan Tingkah Laku

Jalak Suren jantan lebih agresif dan bila didekatkan seolah-olah ingin

saling menyerang. Selain itu, bulu kepala atau jambulnya mengembang

lebih besar dan tinggi, kepala tegak mendongak ke atas seakan-akan

menantang dan kelihatan pemberani.sebaliknya, burung jalak suren betina

tampak lebih lembut. Bulu kepalanya bila mengembang kelihatan agak

ramping dan gerakannya ketika berkicau sambil menari pun lebih halus

(39)

commit to user

c. Suara Kicau

Dengan mendengarkan suara kicaunya, jalak suren dapat ditentukan

jenis kelaminnya. Jalak Suren jantan suaranya lebih keras dan mempunyai

lebih banyak variasi. Bila berkicau biasanya memulai lebih dahulu, ketika

bersama-sama berkicau seakan memimpin. Burung Jalak Suren betina

variasi kicauanya terbatas dan biasanya selalu mengikuti irama kicau

burung jantan.

d. Bentuk Alat Kelamin (Kloaka)

Alat kelamin pada burung jantan kelihatan kecil tetapi lebih

menonjol. Apabila kloaka dipencet dan dibalik, seperti akan dikeluarkan,

kelihatan di bagian atas permukaannya runcing, keluar seperti ujung pipa

kecil.

Alat kelamin pada burung betina lubang kloakanya lebih lebar, lebih

basah, halus han lembut. Bila dibalik dan dikeluarkan atau dipencet

terdapat belahan keatas menuju suatu sudut. Tulang supit (tulang rawan

yang bertemu di bawah dubur) pada burung betina lebih lebar daripada

burung jantan (Karso, 1996: 20-23).

3. Kandang

Kandang untuk ternak Jalak Suren sebaiknya dibuat mendekati kondisi

dan keadaan habitat asli burung di alam bebas. Kandang untuk ternak

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

a. Lokasi yang Cocok dan Strategis

Agar dalam usaha peternakan nanti tidak mengalami hambatan,

sebaiknya lokasi kandang diusahakan di tempat yang strategis. Artinya,

mudah dijangkau dan terdapat banyak faktor pendukung, misalnya tersedia

cukup air untuk minum dan mandi, dekat pasar burung atau tempat

memperoleh pakan, dsb. Tetapi, harus dipertimbangkan pula agar lokasi

peternakan cukup jauh dari keramaian yang dapat mengganggu ketenangan

burung. Ketentraman dan ketenangan burung juga harus diperhatikan,

misalnya bebas dari gangguan manusia atau binatang pengganggu yang

lain, misalnya anjing, kucing dan tikus.

b. Bentuk dan Kontruksi Kandang yang Memadai

Sebelum kandang untuk peternakan dibuat, bentuk dan kontruksi

kandang perlu dipertimbangkan dan direncanakan terlebih dahulu.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain meliputi antara lain

kandang harus kuat agar dapat melinduni burung dari panas dan hujan,

serta gangguan binatang. Kandang harus tahan lama, kurang lebih tahan

dalam jangka waktu 5-10 tahun. Bahan pembuat kandang dipilih yang

bagus, karena apabila kehujanan atau kepanasan dapat tahan lama dan

tidak cepat rusak. Ukuran untuk kandang ternak burung jalak suren

biasanya dengan ukuran panjang 1 m, lebar 1m, dan tinggi 2 m (Karso,

(41)

commit to user

4. Cara Penjodohan Burung Jalak Suren

Jalak suren mulai siap berkembang biak pada umur 10-12 bulan. Satu

tahun untuk betina dan 1,5-2 tahun untuk jantan merupakan umur ideal

untuk penjodohan. Biasanya betina lebih cepat dewasa kelamin dibanding

jantan. Tehnik penjodohan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama,

kalau jumlahnya banyak, penjodohan bisa dilakukan secara bebas. Artinya,

masing-masing burung dibebaskan memilih pasangannya. Bila ada sepasang

burung yang saling berdekatan, berkicau sahut-sahutan, dan bercumbu, itu

pertanda jodoh. Burung yang sudah jodoh harus dipindahkan dalam kandang

tersendiri. Biasanya burung yang sudah jodoh akan merajai di antara yang

lain dan menyerang sesamanya atau sebaliknya diganggu oleh yang lain

yang sama-sama jodoh atau berebut jodoh. Ini akan mengganggu proses

perkawinan dan perkembangbiakan selanjutnya. Jika hanya ada dua ekor,

seekor jantan dan seekor betina, penjodohan dapat dilakukan dengan

mendekatkan betina ke jantan. Caranya, burung betina dimasukkan dalam

sangkar kecil atau sangkar gantung. Burung jantan dibiarkan dalam kandang

penangkaran. Selanjutnya, sangkar kecil berisi burung betina dimasukkan ke

dalam kandang penangkaran. Karena memiliki sifat berahi yang tinggi dan

musim kawin sepanjang tahun, kedua burung ini akan segera jodoh (Karso,

1996).

Burung yang sudah jodoh akan melakukan perkawinan 2-4 minggu

setelah penjodohan. Selanjutnya, burung akan membuat sarang untuk

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Jalak Suren dapat dirangsang membuat sarang. Caranya, di beberapa tempat

yang layak untuk bersarang misalnya pada tanaman yang memiliki banyak

cabang kuat, terlidung, dan aman dari gangguan diberi tatanan dasar sarang.

Di tempat-tempat yang telah ditentukan itu ditaruh bahan sarang seperti

jerami, akar sulur yang panjang, ranting-ranting, atau daun-daunan. Bahan

sarang ini ditata melingkar atau dalam tumpukan yang teratur. Cara ini dapat

merangsang dan membantu Jalak Suren untuk bersarang. Jalak Suren akan

memilih sendiri tempat yang sesuai untuk bersarang (Karso, 1996).

Pembuatan sarang dilakukan selama 5-10 hari, tergantung agresivitas

burung. Ukuran sarang termasuk besar. Panjang tumpukan susunan sarang

antara 35-45 cm, lebar 20-30 cm, dan tinggi sekitar 20 cm. Lubang tempat

keluar masuknya burung berada di permukaan atas sarang, agak miring

dengan derajat kemiringan antara 40-45°. Jalak suren merupakan salah satu,

mungkin satu-satunya, jenis dari keluarga Sturnidae yang membuat sarang

bukan di dalam rongga pohon, tetapi menaruh sarang pada cabang-cabang

pohon. Telur Jalak Suren berwarna biru, berukuran 19,8 x 27,7 mm, dan

berjumlah 3-4 butir. Telur dierami bergantian oleh burung jantan dan

betinanya. Telur-telur itu akan menetas setelah 14 hari dierami. Selain

sebagai pengganti selama pengeraman telur, yang jantan juga bertindak

sebagai pengaman di luar sarang. Anak Jalak Suren akan dipelihara

induknya sampai berumur 1,5 bulan. Pada umur tersebut kita tinggal

menanti saat yang tepat untuk mengambil dan memisahkannya dari kandang

(43)

commit to user

perkembangbiakan terjadi pada pertengahan tahun, yaitu antara bulan

Januari-Juni. Bulan Juli-Desember merupakan masa penurunan perkawinan

(Karso, 1996).

5. Cara Mempercepat Produksi

Langkah-langkah terbaik untuk mempercepat produksi adalah (Karso,

1996):

a. Terlebih dahulu kita persiapkan box listrik (dengan bolam 5 watt), dengan

ukuran : tinggi 60 cm, lebar 50 cm, panjang 60 cm, jarak bolam dari

bawah ± 18 cm.

60cm

50 cm

b. Setelah box listrik sudah tersedia, ambilah anakan (piyek) berumur 1 hari

dari sarang dan masukan ke dalam box listrik.

c. Beri makan piyek dengan kotro yang bersih dan segar selama 5 hari,

sesuai kebutuhan atau kenyang.

d. Piyek yang berumur 6 sampai 15 hari diberi makan dengan voor (lembut)

dicampur kroto dan diberi air.

e. Piyek berumur 16 sampai 30 hari hanya makan dengan voor basah.

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

E. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian Agustiyani (2004) yang berjudul “Analisis Finansial Budidaya

Pembenihan Udang Windu (Benur)” yang merupakan studi kasus di Desa

Tlogoharum, Kecamatan Wearijaksa, Kabupaten Pati. Berdasarkan analisis

data yang digunakan dapat diketahui hasil Net Present Value (NPV) sebesar

110.086.501 (NPV > 0), Internal Rate of Return (IRR) sebesar 49,6 (IRR > 1),

Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 4,528 (B/C Ratio > 1). Pay Back Period

menunjukkan nilai 3 tahun 11 bulan (lebih cepat dari umur ekonomisnya, yaitu

10 tahun). Sedangkan menurut analisis sensitifitas dapat disimpulkan bahwa

budidaya benur tersebut lebih sensitife terhadap kenaikan harga produksi. Dari

data tersebut menunjukkan bahwa proyek budidaya benur tersebut feasible dan

dapat terus ditingkatkan.

Menurut penelitian Ardyan (2003) yang berjudul “ Analisis Finansial

Usaha Ternak Ikan Lele Di Kampung Lele, Kecamatan Sawit, Kabupaten

Boyolali”. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil

kesimpulan bahwa menurut analisis proyek yang dilakukan yang mencakup

nilai NPV, B/C ratio dan IRR menunjukkan nilai yang positif. Lama waktu

pengambilan modal yang telah ditanamkan pada investasi proyek usaha ternak

ikan lele di Kampung Lele adalah empat tahun satu bulan sehingga investasi

awal dapat terbayar tidak melebihi umur ekonomis proyek selama lima tahun

terakhir, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa usaha ternak lele tersebut

(45)

commit to user

Menurut penelitian Nugroho (2001) yang berjudul “Analisis Keuntungan

Usaha Budidaya Lebah Madu” yang merupakan suatu studi kasus di Desa

Gembong, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati. Dapat disimpulkan bahwa

variabel jumlah bibit, biaya angon, peralatan dan pakan mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap keuntungan usaha budidaya lebah madu di Desa

Gembong, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, sedangkan variabel biaya

upah tenaga kerja tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Menurut

analisis B/C Ratio usaha budidaya lebah madu di Desa Gembong

menguntungkan (B/C ratio = 1,485). Kondisi budidaya lebah madu di Desa

Gembong, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati mengalami decreacing

return to scale, artinya penambahan proporsi input atau faktor produksi hanya

memberikan proporsi penambahan produksi yang lebih kecil.

Sedangkan penelitian Kumalasari (2005) yang berjudul “ Analisis

Produksi dan Keuntungan Usaha Tambak Bandeng di Kabupaten Cilacap’’,

menggunakan variabel antara lain keuntungan yang diterima pengusaha

sebagai variabel dependen, sedangkan variabel upah tenaga kerja, luas lahan,

harga benih, harga pakan tambahan, harga pupuk dan harga petisida sebagai

variabel independen. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan para

petani padi sebagai unit analisisnya. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan proportional random sample. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan fungsi keuntungan teknik Unit Ouput Price ( UOP )

Cobb-Douglas Profit Function melalui analisis regresi linier berganda. Dari hasil

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

harga benih ikan, harga pakan tambahan, harga pupuk, dan harga pestisida

memiliki pengaruh positif terhadap tingkat keuntungan usaha tambak bandeng.

F. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Usaha peternakan Jalak Suren perlu memperhatikan biaya-biaya yang

diperlukan diantaranya biaya indukan, biaya pembuatan kandang, biaya

pembelian peralatan, biaya listrik dan biaya pakan. Selain itu, perlu melihat

hasil penjualan anakan (piyek) untuk mengetahui hasil peternakan Jalak Suren

yang dipelihara. Untuk memberikan gambaran mengenai proyek peternakan

Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten maka

dibutuhkan suatu studi kelayakan proyek. Studi kelayakan proyek tersebut

akan menghitung dan menganalisis berbagai aspek investasi yang berkaitan

(47)

commit to user

analisis investasi, yaitu: B/C Ratio, NPV, IRR, Pay Back Periode dan analisis

sensitifitas guna menentukan layak dan tidaknya proyek tersebut berjalan.

G. Hipotesis

Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut :

1. Diduga kegiatan usaha (investasi) peternakan Jalak Suren di Desa

Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten layak untuk

dikembangkan dan menguntungkan berdasarkan analisis.

2. Diduga investasi untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung,

Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten dapat terbayar kembali sebelum

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode survei dengan

peternak jalak suren sebagai unit analisisnya. Penelitian analisis usaha

peternak Jalak Suren ini dilakukan dengan mengambil Desa Jimbung,

Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten sebagai obyek penelitiannya. Desa

Jimbung, Kecamatan Kalikotes dipilih karena sebagian besar masyarakatnya

peternak jalak suren dan merupakan peternak jalak suren terbanyak yang ada

di Kabupaten Klaten.

B. Populasi dan Sampel

Penelitian ini mengambil populasi peternak Jalak Suren di Desa Jimbung,

Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten. Desa Jimbung dipilih sebagai

wilayah penelitian dengan alasan bahwa Desa Jimbung mempunyai jumlah

peternak Jalak Suren sebanyak 106 peternak dengan jumlah Jalak Suren yang

dipelihara sebanyak 1522 pasang Jalak Suren.

Pengambilan sample menggunakan teknik snowball, yaitu teknik

pengambilan sampel dengan cara responden awal dipilih dengan sampel

probabilitas sedangkan responden berikutnya diperoleh dari usulan atau

masukan responden berikutnya (Purwaningsih, 2002). Dalam penelitian ini

(49)

commit to user

Jalak Suren yang ada. Pengambilan sampel sebanyak 40 peternak dikarenakan

menurut data yang diperoleh, 40 peternak tersebut yang memenuhi syarat

sebagai obyek penelitian. Dari 40 peternak tersebut dibagi menjadi 3

kelompok berdasarkan standar deviasi yang meliputi Peternak A (nilai

rata jumlah ternak yang dipelihara - 2 standar deviasi), Peternak B (nilai

rata-rata jumlah ternak yang dipelihara ± 1 standar deviasi) dan Peternak C (nilai

rata-rata jumlah ternak yang dipelihara + 2 standar deviasi).

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 macam, yaitu :

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan

penyelidikan yang sedang ditangani. Berisikan data mengenai biaya

input yang dikeluarkan dan penerimaan dari usaha peternakan Jalak

Suren yang diperoleh dari sampel peternak Jalak Suren, dengan cara

melakukan wawancara. Pada penelitian ini pencarian data lebih

ditekankan pada penggunaan kuisoner.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan untuk tujuan lain, bukan

dengan tujuan menyelesaikan masalah yang sedang ditangani saat ini.

Berisikan data pendukung penelitian mengenai usaha peternakan Jalak

suren. Data lain yang digunakan untuk melengkapi analisis dalam

(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

dikumpulkan dari kantor Kecamatan, Kantor Dinas Peternakan maupun

Instansi Terkait yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu Badan

Pusat Statistik Kabupaten Klaten.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

a. Kuisioner

Kuisioner adalah seperangkat daftar pertanyaan atau pernyataan

yang disusun secara sistematis dan lengkap yang bertujuan untuk

memperolah informasi yang relevan dengan tujuan survei dan

memperoleh informasi yang sederajat validitas dan reabilitas setinggi

mungkin. Dalam hal ini daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan

terlebih dahulu yang kemudian diberikan kepada peternak Jalak Suren

di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung ke lapangan guna

memperoleh data - data maupun informasi - informasi yang

(51)

commit to user E. Definisi Operasional Variabel

1. Modal Usaha

Modal usaha yang digunakan dalam peternakan Jalak Suren merupakan

biaya sendiri dari peternak, yang diukur dengan satuan rupiah.

2. Keuntungan

Keuntungan yaitu hasil yang diperoleh dari peternakan Jalak Suren yang

dihitung berdasarkan keuntungan yang diterima dari penjualan hasil piyek

setelah dikurangi biaya - biaya yang diukur dengan satuan rupiah dalam

waktu satu tahun.

3. Biaya

Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usaha peternakan Jalak

Suren yang terdiri atas :

a. Biaya indukan adalah biaya yang dikeluarkan dalam pembelian

indukan Jalak Suren yang diukur dengan satuan rupiah per pasang.

b. Biaya kandang adalah biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan

kandang Jalak Suren yang diukur dengan satuan rupiah per unit.

c. Biaya peralatan adalah biaya yang dikeluarkan dalam pembelian

peralatan Jalak Suren yang diukur dengan satuan rupiah.

d. Biaya energi atau listrik adalah biaya yang dikeluarkan dalam

pembayaran listrik yang diukur dengan satuan rupiah per tahun.

e. Biaya pakan adalah biaya yang dikeluarkan dalam pembelian pakan

(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

F. Teknis Analisis Data

1. Hipotesis Pertama

Untuk membuktikan hipotesis pertama yaitu usaha (investasi) peternakan

Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan Kalikotes, Kabupaten Klaten

layak untuk dikembangkan dan menguntungkan. Kondisi ini dapat

diketahui dengan melihat jumlah keuntungan (B), biaya (C), investasi (K)

dan tingkat suku bunga (i) yang dipakai. Ditinjau dari aspek finansial,

dengan menggunakan analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR) dan Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) dapat dilihat jika

NPV > 0, IRR > i, B/C Ratio> 1 maka proyek tersebut layak untuk

dikembangkan dan menguntungkan (Kadariah, 1989).

2. Hipotesis Kedua

Untuk membuktikan hipotesis kedua yaitu investasi yang ditanamkan

untuk usaha peternakan Jalak Suren di Desa Jimbung, Kecamatan

Kalikotes, Kabupaten Klaten dapat terbayar kembali sebelum umur teknis

selesai, dapat menggunakan analisis Pay Back Period yang merupakan

penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya

investasi oleh net benefit dari proyek (jangka waktu tercapainya net benefit

menyamai biaya investasi) (Kadariah, 1989: 8)

Analisis sensitifitas juga diperlukan untuk mengetahui perubahan harga

(53)

commit to user

input dan harga output itu berpengangaruh terhadap peternakan Jalak

(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Gambaran UmumKabupaten Klaten

a. Letak Geografis

Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung

dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang dikenal sebagai salah

satu Daerah Tujuan Wisata. Kabupaten Klaten terletak antara 7032`19”

Lintang Selatan sampai 7048`33” Lintang Selatan dan antara 110026`14”

Bujur Timur sampai 110047`51” Bujur Timur.

b. Luas Wilayah

Secara administratif Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 kecamatan,

391 desa dan 10 kelurahan dengan luas wilayah keseluruhan seluas 65.556

ha (655,56 km2) atau seluas 2,014% dari luas Propinsi Jawa Tengah, yang

luasnya seluas 3.254.412 ha.

c. Batas Wilayah

1) Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

2) Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

3) Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DIY)

(55)

commit to user

d. Kependudukan

Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada akhir tahun 2009 tercatat

sebanyak 1.303.910 jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak 637.939 jiwa

dan perempuan sebanyak 665.971 jiwa. Rasio jenis kelamin sebesar 95,79.

Untuk penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) sebesar 987.676 jiwa,

sekitar 75,74 % dari total penduduk Klaten.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Kabupaten Klaten Tahun 2009

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk

(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

e. Sosial

1) Pendidikan

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Klaten serta Departemen Agama Kabupaten Klaten pada

tahun 2009 jumlah gedung sekolah baik negeri maupun swasta dapat

dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Gedung Sekolah Negeri dan Swasta Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Klaten Tahun 2009

Tahun

SD MI SLTP MTs SLTA SMK MA

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

2009 766 40 72 65 41 9 16 15 10 17 3

2008 772 37 64 65 41 9 16 15 9 16 3

2007 775 27 64 65 43 9 16 15 9 16 3

2006 778 21 70 65 43 9 16 15 9 16 3

2005 787 18 70 65 45 9 16 16 9 17 3

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Klaten Departemen Agama Kabupaten Klaten

2) Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Klaten tahun 2009

terdiri dari 8 Rumah Sakit, 19 Rumah Bersalin, 29 Balai Pengobatan,

34 Puskesmas, 86 Puskesmas Pembantu, 14 Puskesmas yang ada

fasilitas rawat inap dan 17 apotek. Sementara itu tenaga kesehatan yang

tersedia meliputi 114 Dokter Umum, 49 Dokter Gigi, 59 Dokter

Spesialis dan 439 Bidan.

f. Peternakan

Jenis ternak yang benyak diusahakan di Kabupaten Klaten

berdasarkan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan adalah sapi 86.656

Gambar

Tabel 4.15 Total Anggaran Peternakan B Dalam Beternak Jalak Suren
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ....................................................
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan, tingkat profitabilitas dan korelasi antara pendapatan dengan skala usaha peternakan ayam ras petelur

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat biaya, menganalisis tingkat pendapatan, menganalisis tingkat kelayakan usaha, dan menganalisis masalah- masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha tani tanaman suren dan kopi dalam sistem agroforestri di Aek Nauli, Desa Sibaganding, Kecamatan Sipangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha tani tanaman suren dan kopi dalam sistem agroforestri di Aek Nauli, Desa Sibaganding, Kecamatan Sipangan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha tani tanaman suren dan kopi dalam sistem agroforestri di Aek Nauli, Desa Sibaganding, Kecamatan Sipangan

Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui besarnyapendapatan usaha peternakan ayam broiler,untuk mengetahui profitabilitas usaha ayam

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya usaha peternakan kambing etawa dan menganalisis besar biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan kelayakan usaha

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik budidaya usaha peternakan kambing etawa dan menganalisis besar biaya produksi, penerimaan, pendapatan dan kelayakan usaha