• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Ngajaran 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Ngajaran 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Keaktifan

Slameto (2010: 36) Keaktifan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh siswa yaitu menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang disajikan oleh guru, bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu atau pengetahuan itu dengan baik.

Moh Uzer Usman (1990: 20) mengemukakan “kadar keaktifan siswa itu dalam interaksi diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya”. Sedangkan menurut Jamal Ma’mur Asmani (2011: 60) Aktif dimaksudkan “bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan”

Dimyati (2009: 51) berpendapat bahwa keaktifan sebagai “Primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk itu siswa dituntut untuk aktif secara fisik dan intelektual.

(2)

2.1.1.1 Pentingnya Keaktifan Siswa

Keaktifan merupakan hal penting dalam proses pembelajaran melalui peran guru dengan menciptakan kondisi yang mampu membuat siswa aktif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dengan melibatkan siswa secara keseluruhan baik fisik maupun intelektual sehingga siswa terpacu untuk aktif dalam memperoleh hasil yang diinginkan.

Menurut Nana Sudjana (2012:61) keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:

1. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya. 2. Terlibat dalam pemecahan masalah.

3. Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

4. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

5. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.

7. Melatih diri dalam memecahkan masalah soal atau masalah yang sejenis.

8. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya di lingkungan sekolah.

2.1.2 Pengertian Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009:7) hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja.

(3)

disebut sebagai tingkat kognitif tinggi. Ranah afektif meliputi penerimaan, perhatian, penanggapan, penyesuaian, penghargaan dan penyatuan. Ranah psikomotor meliputi peniruan, penggunaan, ketelitian, koordinasi, dan naturalisasi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil dimana suatu proses usaha seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku di dalam diri manusia yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang sebagai tanda dari hasil proses belajar seperti perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, serta perubahan aspek – aspek lainnya berkat adanya pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan.

2.1.2.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto (2010:54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada dua, yaitu sebagai berikut:

a) Faktor-faktor intern yaitu faktor yang berasal dari diri siswa, terbagi menjadi tiga faktor yaitu :

1. Faktor Jasmaniah, meliputi: faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. 2. Faktor Psikologis, meliputi: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, kesiapan.

3. Faktor Kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

b) Faktor-faktor yaitu faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Keluarga, meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

2. Faktor Sekolah, meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran dai atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

(4)

Faktor intern dan ekstern akan sangat mempengaruhi hasil belajar, dan untuk memperoleh hasil belajar yang baik, maka siswa harus memperhatikan faktor-faktor inten dan ekstern. Untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk memiliki kebiasaan belajar yang baik.

2.1.3 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.3.1 Latar Belakang IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Ditingkat SD diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

(5)

ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA diSD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

2.1.3.2 Tujuan IPA

Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelediki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk peranserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk mengahrgai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS

2.1.3.3 Ruang Lingkup IPA

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

(6)

2.1.3.4SK dan KD IPA

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD mencakup standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum disetiap satuan pendidikan. pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA kelas 4 disajikan melalui Tabel 2.2 berikut ini ( Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

2.1.4 Hakekat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 2.1.4.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2011: 202) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Sedangkan menurut Isjoni (2012: 12) Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda. Dalam menyelesaiakan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum mengusai bahan pelajaran.

Slavin (2005: 100) pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosia di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan interpersonal dan keefektifan.

(7)

Menurut Jonhson & Jonhson (Isjoni, 2012:17) berpendapat bahwa “kooperatif learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut”.

2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Eggen and Kauchak (dalam Trianto, 2009:58) Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran koopertif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.

2.1.5 Metode STAD

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) didalamnya terdapat berbagai tipe dari model tersebut, yang salah satunya adalah STAD (Student Team Achievement Division). STAD (Student Team Achievement Division) adalah “salah satu strategi aktif dalam pembelajaran kooperatif yang mendorong peserta didik agar saling membantu untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru” Zainal Arifin (2012: 82).

Tipe ini dikembangkan oleh Slavin (dalam Isjoni, 2012: 82) “merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil yang maksimal”.

(8)

2.1.5.1 Langkah – Langkah Metode STAD

Menurut Rusman (2011:215) adapun beberapa langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi 2. Pembagian Kelompok

3. Presentasi dari Guru

4. Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim) 5. Kuis

6. Penghargaan Prestasi Tim

Langkah - langkah dalam pembelajaran dengan metode STAD dimulai dari siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas kelas dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras. Dilanjutkan dengan penyampaian materi pelajaran oleh guru dan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari dan guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Selanjutnya siswa belajar dalam keolmpok yang telah dibentuk dan guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi siswa untuk kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilain terhadap presentasi hasil kerja masingmasing kelompok. Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan penilaian dan selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok.

2.1.5.2Kelebihan dan Kelemahan Metode STAD

Menurut Ahmad Slavin (1995:17) pembelajaran kooperatif Tipe STAD juga memiliki kelebihan, yaitu sebagai berikut:

1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi normanorma kelompok.

2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

(9)

Selain itu dalam pembelajaran Tipe STAD adapun kekurangan-kekurangan menurut Dess (1991:411) , yaitu sebagai berikut:

1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.

2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama

2.1.6 Hakekat Media Pembelajaran

Hamalik (1994: 12) media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sedangkan menurut Yudhi Munadi (2008:7) mengungkapkan media dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Nasional Education Association ( NEA) (Arief Sidharta, 2006:5) media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan sehingga siswa terdorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Gagne dan Briggs (dalam Arsyad, 2002:4) mengatakan media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran mislanya buku, tape-recorder, kaset, film, slide, animasi dan lain-lain.

Pengertian media pembelajaran yang telah dikemukakan pada dasarnya sama, yaitu sarana, alat, metode, maupun teknik komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau isi materi pelajaran dalam bentuk seperti buku, video, film, animasi dan sebagainya agar lebih efektif dan efisien dalam merangsang pikiran, perasaan dan kemauan sehingga siswa terdorong terjadinya proses belajar pada dirinya.

(10)

lebih antusias dalam pembelajaran, karena dengan media animasi dapat merangsang keaktifan siswa dan media animasi power point juga bersifat konkret artinya media animasi power point dapat memperjelas atau mempermudah pemahaman siswa, mengenai materi pelajaran yang masih bersifat abstrak menjadi lebih realistis dan berwujud, sehingga siswa tidak hanya membayangkan saja

2.1.6.1 Animasi Powerpoint

Salah satu media pembelajaran yang digunakan adalah dengan menggunakan media animasi powerpoint. Menurut Munir (2013: 334) menyebutkan “visual animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa waktu”. Sedangkan Arsyad (2009: 91) menyebutkan “media berbasis visual animasi (image atau perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran”.

Microsof Office Powerpoint adalah “program untuk membuat presentasi yang menggunakan slide sebagai perencanaan dan layout presentasi” menurut Hadi (dalam Susanti, R. 2014). Dilihat dari pembelajaran, media powerpoint dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran guna mencapai hasil belajar yang optimal. Salah satu aspek media pembelajaran yang diunggulkan yang dipercaya mampu meningkatkan hasil belajar adalah bersifat multimedia, yaitu gabungan dari berbagai unsur media seperti teks, gambar, animasi, video.

Menurut Istiningsih (2012:119) manfaat microsoft powerpoint dalam pembelajaran antara lain penyampaian materi, pembelajaran lebih menarik, menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien dan materi pembelajaran disampaikan secara utuh melalui pointer-pointer materi.

(11)

penggunaannya, (8) dapat digunakan beberapa kali untuk kelas yang sama maupun berbeda. Hasil penelitian Angeline dan Utomo (2012) media powerpoint dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Media animasi powerpoint dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi pelajaran dengan dunia nyata sehingga dapat memperjelas pemahaman dan memperkuat ingatan. Karena media animasi merupakan sebuah kumpulan gambar yang berisikan gerakan maupun perubahan bentuk, perubahan warna maupun gerak sebuah objek dari tempat satu ketempat yang lain.

Menurut Munadi Yudhi (2008:150) ada beberapa kelebihan dari multimedia animasi ini, yakni:

1. Mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada secara fisik atau diistilahkan dengan imagery. Secara kognitif pembelajaran dengan menggunakan mental imagery akan meningkatkan retensi siswa dalam mengingat materi-materi pelajaran.

2. Memiliki kemampuan dalam menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi.

3. Memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai dengan modalitas belajarnya, terutama bagi mereka yang memiliki visual, auditif, kinestetik atau yang lainnya.

4. Mampu mengembangkan materi pembelajaran terutama memabaca dan mendengarkan secara mudah.

2.2 Kajian Hasil – Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Seno (2012). Menyimpulkan bahwa menggunakan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA dari kondisi awal 47,60 atau 30% meningkat menjadi 66,40 atau 80% setelah dilakukan tindakan.

(12)

dan pada saat mereka melakukan kegiatan berkelompok. Selain itu dapat dilihat dari keberanian dalam mengungkapkan pendapat dan berinteraksi dengan temannya melalui kerjasama yang baik. Dalam penelitian tersebut diperoleh rata-rata aktivitas siswa dari siklus I mencapai 76% meningkat pada silus II menjadi 89%. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 73 dan meningkat lagi pada siklus ke II menjadi 81. Dalam penelitiannya tersebut Praminah menyimpulkan bahwa penerapan model STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan materi pemeliharan panca indra.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Seno (2012), dan Praminah (2012) tentang penerapan model pembelajaran kooepratif tipe STAD dalam kegiatan pembelajaran dapat diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari perubahan angka ketuntasan dari siklus I hingga siklus II. Selain itu penelitian Praminah (2012) juga menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran STAD dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa sesuai dengan penelitianpenelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

2.3 Kerangka Berpikir

(13)

Dari skema kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan bahwa pada kondisi awal guru menggunakan model pembelajaran yang monoton

ceramah dan pemberian tugas, sehingga siswa menjadi bosan dan malas memperhatikan penjelasan dari guru. Akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah.

Dari keadaan itu kemudian dilakukan tindakan berupa penggunaan STAD. Dengan mod

siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam mengusai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal

hasil belajar siswa akan meningkat dan semua siswa mencapai nilai KKM.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis tindakan dalam penelitia

animasi dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Mrisi

Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kondisi Awal

Dari skema kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan bahwa pada kondisi awal guru menggunakan model pembelajaran yang monoton hanya sebatas pada ceramah dan pemberian tugas, sehingga siswa menjadi bosan dan malas memperhatikan penjelasan dari guru. Akibatnya hasil belajar siswa menjadi

Dari keadaan itu kemudian dilakukan tindakan berupa penggunaan

Dengan model ini, siswa diajak untuk aktif dan berinteraksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam mengusai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar yang maksimal Sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa akan meningkat dan semua siswa mencapai nilai KKM.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah metode STAD

dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas 4 SD Negeri 2 Mrisi Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2014/2015.

Dari skema kerangka berpikir di atas dapat dijelaskan bahwa pada kondisi hanya sebatas pada ceramah dan pemberian tugas, sehingga siswa menjadi bosan dan malas memperhatikan penjelasan dari guru. Akibatnya hasil belajar siswa menjadi

Dari keadaan itu kemudian dilakukan tindakan berupa penggunaan metode interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam mengusai materi Sehingga pada akhirnya hasil belajar siswa akan meningkat dan semua siswa mencapai nilai KKM.

STAD berbantuan dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

Referensi

Dokumen terkait

Kedua orang tua peneliti yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, menuntun peneliti dengan sabar serta doa restu yang selalu diberikan kepada peneliti

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok

Pergerakan harga minyak akan sangat tergantung pada hasil 2 pertemuan penting yang akan terjadi. Pertama, pertemuan G20 di Buenos Aires pada 30 November dan

Setelah peneliti melakkukan analisis domain sehingga ditemukan domain-domain atau kategori dari situasi social tertentu maka selanjutnya domain yang dipilih oleh peneliti

Hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pada pengujian pertama pengaruh corporate social responsibility (CSR) disclosure terhadap kinerja finansial

LAMPIRAN 1 Data Biaya Aktual Distribusi Unit Sepeda Motor Jabodetabek LAMPIRAN 2 Data Permintaan Selama 1 Bulan di Zona Jakarta Pusat LAMPIRAN 3 Data Permintaan Selama 1 Bulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi pengaruh Produk, Harga, Promosi dan Tempat terhadap keputusan pembeli pada dealer nasmoco ringroad solo... Populasi

Rendahnya cakupan Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian ASI eksklusif di wilayah Kabupaten Kendal berdasarkan temuan dalam studi pendahuluan, secara garis besar tidak terlepas