42
Penelitian ini dilaksanakan di SD N Watupawon dan SD N 2 Leyangan pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2015. Ke dua SD ini termasuk ke dalam satu DABIN II Kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan. Kedua SD ini sama- sama terletak di pinggir desa di areal persawahan.
Sebelum penelitian dilakuakan peneliti terlebih dahulu melakukan observasi pada SD N watupawon dan SD N 2 Leyangan untuk memperoleh data yang mendukung untuk melakukan penelitian. Data tersebut dapat berupa jumlah siswa, model apa yang digunakan oleh guru saat proses pembelajaran, KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran IPS, antusias siswa saat proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran IPS. Dari hasil observasi didapat KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran IPS adalah 70. Saat proses pembelajaran guru masih melakukan pembelajaran secara konvensional. Jumlah siswa kelas IV SD N Watupawon berjumlah 24 anak terdiri dari 15 laki- laki dan 9 perempuan. Sementara jumlah siswa kelas kontrol ada 22 terdiri dari 12 laki- laki dan 10 perempuan.
Tabel 4.1
Data Subjek Penelitian
Jenis Kelamin Nama SD
SD N Watupawon (Kelas Eksperimen)
SD N 2 Leyangan (Kelas Kontrol)
Laki- laki 15 siswa 12 siswa
Perempuan 9 siswa 10 siswa
jumlah 24 siswa 22 siswa
yaitu model pembelajaran tipe Make A Match dan model pembelajaran konvesional pada kelas kontrol. Untuk mengetahui apakah kedua kelas tersebut homogen apa tidak diadakan tes 1 (pretest). Tes ini juga untuk mengetahui kondisi awal siswa yang dilakukan pada hari jum’at, 26 maret 2015. Dari data tes 1 (pretest) peneliti menganalisis homogenitas dan normalitas data dari kelas ekperimen dan kelas kontrol. Dari hasil tes yang pertama menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut homogen dan berdistribusi normal.
Sebelum membuat soal postest peneliti menyusun terlebih dahulu kisi- kisinya. Kemudian diujikan untuk mengetahui validitas maupun reliabilitas soal yang telah dibuat. Pelaksanaan uji validitas soal dilakukan pada hari sabtu, 27 maret 2015 dengan jumlah responden 28 siswa kelas V SD N Watupawon. Dari 50 soal yang diujikan diperoleh 22 soal yang valid dengan ketentuan corrected item total correlation > 0,3 dan memperoleh reabilitas 0,906 berari dalam kategori reliable sangat bagus. Soal yang valid tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai soal postest pada kelas ekperimen maupun kelas kontol.
pegang sesuai dengan waktu yang ditetepkan. Setelah waktu uang ditetapkan dalam mencari pasangan selesai guru memminta kepada yang sudah menemukan jawaban atau soal berkumpul sendiri dan yang belum menemukan juga berkumpul sendiri. Sekarang gantian kelompok penilai memberikan penilaian kepada temannya yang sudah menemukan pasangan kartu yang mereka pegang. Guru meminta satu persatu siswa yang sudah menemukan pasangan untuk presentasi di depan kelas. Guru memberikan penguatan bagi pasangan yang sudah benar dan memebenarkan bagi pasangan yang belum tepat. Guru memberikan riwerd pada siswa yang paling cepat menemukan pasanga kartu yang dipegang. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal- hal yang belum diketahui atau dipahami pada pembelajaran hari ini. Kemudian guru memeberikan soal postest kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadapa materi yang disampaikan pada hari ini. Guru mengucapakan salam untuk mengakhiri pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran tipe Make A Match pada mata pelajaran IPS membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Dalam menerapakan model pembelajaran tipe Make A Match siswa lebih dapat bekerja sama dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Guru hanya memfasilitasi jalannya siswa mencari pasangan dan presentasi. Model pembelajaran tipe Make A Match ini juga bermanfaat bagi guru karena telah memberikan saran untuk dapat melalukan proses pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mempermudah penyampaian materi kepada siswa.
4.2 Hasil Penelitian
Hasil Penelitian ini diuraikan berdasarkan variabel yang telah ditetapkan yaitu: model pembelajaran tipe Make A Match dan hasil belajar.
4.2.1 Penerpan Model Pembelajaran tipe Make A Match
Model Pembelajaran tipe Make A Match merupakan bentuk pembelajaran yang menekankan interaksi antar siswa. Pada penerapan model pembelajaran ini interaksi siswa benar- benar terjadi guru hanya sebagai fasilitator. Interkasi anatar siswa terjadi saat mereka mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang. Siswa juga menyampaikan pendapatnya, kemudian juga saling mengingatkan apabila terjadi kesalahan konsep yang disimpulkan, dan membuat kesimpulan bersama. Model pembelajaran tipe Make A Match juga melatih keberanian siswa untuk presentasi didepan kelas dan melatih kedisiplinan siswa mengahargai waktu untuk belajar.
Adapaun hail observasi pada saat proses pembelajarandengan menerpakan mobel pembelajaran tipe Make A Match dapatdiliat pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Data observasi penerapan model pembelajaran tipe Make A
Match pada mata pelajaran IPS SD N Watupawon
Indikator Aspek yang diamati Ya Tidak
Kegiatan Awal 1. Guru membuka pelajaran dengan salam. √ 2. Guru melakukan Apersepsi dan motivasi. √ 3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. √ Kegiatan Inti 4. Guru bertanya pada siswa untuk
menghubungkan materi dengan kehidupan sehai- hari.
√
5. Guru menunjukkan gambar tentang materi yang akan disampaikan (perkembangan teknologi produksi dan komunikasi)
√
6. Guru membetuk tiga kelompok (kelompok soal, kelompok jawaban, dan kelompok penilai).
√
7. Guru menjelaskan peran masing-masing kelompok (kelompok soal, kelompok jawaban, dan kelompok penilai). √ 8. Guru membagikan kartu-kartu yang akan
dipakai dalam pembelajaran pada kelompok 1 dan 2.
√
9. Guru menyampaikan peraturan permainan dan menyampaikan batasan waktu maksimum saat siswa mencari pasangan.
√
10. Guru meminta semua anggota kelompok 1 dan 2 untuk mencari jawaban atau soal
13. Guru memanggil satu persatu pasangan untuk presentasi di depan kelas. √ 14. Guru memberikan penguatan bagi
pasangan siswa yang benar dan membenarkan bagi pasangan yang kurang tepat
√
15. Guru memberi reward kepada siswa yang mendapatkan pasangan kartu tercepat, aktif dan giat dalam kegiatan belajar mengajar dengan memberi pujian dan
tepuk tangan
16. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari hari ini. √ Kegiatan
Penutup
17. Guru memberikan soal postest √ 18. Melakukan refleksi dengan melibatkan
siswa √
19. Mengakhiri pembelajaran dengan salam √ Keterangan:
Ya = jika guru melakukan kegiatan yang ada dalam intrumen observasi Tidak = jika guru tidak melakukan kegiatan yang ada dalam lembar obseervasi
Simbol (√) menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dan Sintak model pembelajaran tipe Make A Match.
Pembelajaran ini berpusat pada siswa karena mereka mencari pasangan dari kartu- kartu yang mereka pegang kemudian membacakannya hasil kerjanya secara bergantian dan kelompok penilai mengutarakan pendapatnya pada pasangan kartu yang dibacakan. Hal ini telah sesuai dengan teori dasar model pembelajaran tipe
Make A Match yaitu teknik mencari pasangan. Guru hanya memfasilitasi saat siswa mencari pasangan dan presentasi. Guru juga memberikan penguatan bagi pasangan siswa yang benar dan membenarkan bagi pasangan yang kurang tepat. Kemudian guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang hal- hal yang belum diketahui tentang perkembangan teknologi produksi dan komunikasi serta memberikan soal postest.
4.2.2 Hasil Observasi Keaktifan Siswa
Tabel 4.3
Hasil Observasi Kegiatan Siswa dengan Menerapkan Model Pembelajaran Koopratif tipe Make A Match
Indikator Aspek yang diamati 1 2 3 4
3. Siswa mendengarkan tujuan
pembelajaran dari guru √
Kegiatan Inti:
4. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang perkembangan teknologi produksi
7. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru
setelah dibentuk menjadi 3 kelompok √
8. Siswa mendengarkan peraturan
permainan √
9. Siswa aktif dalam pencarian pasangan kartu jawaban atau soal (tentang perkembangan teknologi produksi dan komunikasi) sesuai dengan kartu yang mereka pegang
√
10. Siswa melakukan penilaian pasangan
kartu yang sesuai √
11. Siswa aktif saat presentasi √
12. Siswa bertanya jawab tentang hal – hal
yang belum diketahui √
Penutup
13. Siswa mengerjakan soal postes √
14. Siswa mampu menarik kesimpulan dari
materi yang telah dipelajari √
4.2.3 Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dalam penelitian ini digolongkan menjadi 2 yaitu nilai pretest dan postest. Nilai pretest didapat dari nilai siswa sebelum diberi perlakuan. Sedangkan nilai postest didapat setelah siswa mendapatkan perlakuan. Hasil belajar didapat dari kelas eksperimen yang mendapatkan perlakukan model pembelajaran kooptatif tipe Make A Match dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah 70.
a. Ketuntasan hasil belajar kelas eksperimen Tabel 4.4
Hasil belajar siswa kelas IV SD N Watupawon Kategori Range Pretest Postest
f % f %
Tuntas 70 - 100 8 33,3% 22 91,6% Tidak tuntas 0 - 69 16 66,6% 2 8,3%
Rata- rata 58,52 78,12
Dari tabel di atas menunjukkan hasil belajar siswa di bedakan menjadi 2 yaitu tuntas dan tidak tuntas. Tuntas apabila nilai siswa diatas 70 dan tidak tuntas apabila nilai siswa dibawah 70.
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat adanya peningkatan hasil belajar antara nilai pretest dan nilai postest. Nilai pretest pada kelas eksperimen ada 16 siswa atau 66,6% siswa yang tidak tuntas dan 8 siswa atau 33,3% siswa yang tidak tuntas. Sedangkan pada postest sebanyak 22 siswa atau 91,6% siswa tuntas dan hanya 2 siswa atau 8,3% siswa yang tidak tuntas.
b. Ketuntasan hasil belajar kelas kontrol Tabel 4.5
Hasil belajar siswa kelas IV SD N 2 Leyangan
Kategori
Range Pretest Postest
f % f %
Tuntas 70 - 100 6 27,2% 13 59,09% Tidak tuntas 0 - 69 16 72,7% 9 40,90%
Dari tabel di atas menunjukkan hasil belajar siswa di bedakan menjadi 2 yaitu tuntas dan tidak tuntas. Tuntas apabila nilai siswa diatas 70 dan tidak tuntas apabila nilai siswa dibawah 70.
Dari tabel 4.5 terdapat adanya perbedaan hasil belajar antara nilai pretest dan postest. Nilai prestest terdapat 16 siswa atau 72,7% siswa yang belum tuntas dan ada 6 siswa atau 27,2% siswa yang tuntas. Sedangkan pada nilai postest ada 13 siswa atau 59,09 siswa yang tuntas dan 9 siswa atau 40,90% siswa yang belum tuntas. Walau terdapat peningkatan hasil belajar siswa tetapi masih ada 9 siswa yng belum tuntas.
4.3 Hasil Uji Prasayarat
4.3.1 Uji Homogenitas Data Pretest
Uji homogenitas bertujuan untuk menentukan apakah varians kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen apa tidak. Uji homegenitas ini diambil dari nilai pretest kelas eksperiemen dan kelas kontrol. Syarat jika kedua varians homogen adalah Sig > 0,05. Pengujian uji homogenitas menggunakan SPSS 20 IBM. Adapun hasil uji homogenitas dari nilai pretest dapat diliat pada tabel 4.6
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest SD N Watupawon dan SD N 2 Leyangan Kec. Penawangan Kab. Grobogan
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
VAR00001
Based on Mean ,041 1 44 ,841
Based on Median ,157 1 44 ,694
Based on Median and with
adjusted df ,157 1 43,673 ,694
Based on trimmed mean ,027 1 44 ,869
Dari tabel 4.6 hasil sig menunjukkan hasil 0,841 karena nilainya lebih dari 0,005 maka kedua kelas tersebut homogen.
4.3.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretest
yang diperoleh siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika tingkat signifikan > 0,05. Uji normalitas menggunakan bantuan SPSS 20 IBM. Adapun hasil uji normalitas data pretest dari kelas eksperimen dan kelas konrol dapt diliat pada tabel 4.7
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Nilai Pretest SD N Watupawon dan SD N 2 Leyangan kec. Penawangan kab. Grobogan
Tests of Normality
VAR00002 Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAR00001
eksperimen ,125 24 ,200* ,943 24 ,190
kontrol ,173 22 ,087 ,944 22 ,234
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Dari hasil uji normalitas nilai pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diliat dari tabel kolom Kolmogorov-Smirnova nilai sig 0,087 pada kelas kontrol dan sig 0,200 pada kelas eksperimen. Karena nilai sig pada kelas kontrol dan eksperimen lebih dari 0,005 maka nilai pretes kelas eksperimen dan kontrol berdistribusi normal.
4.3.3 Hasil Uji Homogenitas Data Postest
Hasil uji homogenitas pada dasarnya untuk menunjukkan apakah varians- varians pada kedua kelas sama atau tidak. Adapaun hasil dari uji homogenitas nilai postest dari kelas ekperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8
Hasil Uji Homogenitas nilai Postest SD N Watupawon dan SD N 2 Leyangan
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
VAR00001
Based on Mean 6,579 1 44 ,014
Based on Median 4,268 1 44 ,045
Based on Median and with
adjusted df 4,268 1 36,433 ,046
Hasil Uji Homogenitas menunjukkan bahwa signifikan adalah 0,014 karena nilainya lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa kedua kelas tersebut homogen.
4.3.4 Hasil Uji Normalitas Data Postest
Uji normalitas penilitian ini untuk mengetahui apakah penyebaran data pada kelas ekperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal atau tidak. Adapun hasil uji normalitas nilai Postest dapt diliat pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Nilai Postest Tests of Normality
VAR00002 Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
VAR00001
Eksperimen ,209 24 ,008 ,927 24 ,083
Kontrol ,189 22 ,040 ,910 22 ,048
a. Lilliefors Significance Correction
Dari tabel diatas dapat diliat bahwa tingkat signifikan pada kelas eksperimen menunjukkan sig 0,08 sedangkan tingkat signifikan pada kelas kontrol menunjukkan sig 0,040. Karena tingkat signifikan dari kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan lebih dari 0.005, maka dapat dikatan bahwa data penyebaran dari kelas ekperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.
4.3.5 Hasil Uji Hipotesis
Tabel 4.10
Rata- rata Nilai Postest IPS Group Statistics
VAR00002 N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
VAR00001
eksperimen 24 78,1250 9,75933 1,99212
kontrol 22 65,6818 17,40932 3,71168
Berdasarkan tabel 4.10 Group Statistic terlihat rata-rata (mean) pada kelas eksperimen 78,1250 dan rata pada kelas kontrol 65,6818, artinya bahwa rata-rata skor post test kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata skor post test kelompok kontrol.
Uji t yang dilakukan menggunakan bantuan SPSS 20 IBM. Hipotesis diterima jika signifikan < 0,005 dan ditoalak jika signifikannya > 0,005. Uji hipotesis diambil dari hasil nilai postest pada kelas eksperimen dan kontrol. Uji t ini untuk mengetahui apakah model pembelajaran yang digunakan berpengaruh apa tidak pada hasil belajar siswa. Adapun hasil uji t dapat diliat pada tabel 4.11
Tabel 4.11
Berdasarkan tabel 4.10 hasil uji thitung= 3,023 dengan tarif signifikan α=
0,05, maka nilai t-tabel menggunakan tabel t dihitung dengan bantuan Microsoft Exceldengan rumus: =TINV(0,05;N-2) atau =TINV(0,05;44) sehingga diperoleh nilai ttabel= 2,015368. Ternyata hasil dari thitung>ttabel atau 3,023 > 2,015368. Pada
kolom Sig (2-tailed) diperoleh nilai 0,004. Jika pada rumusan hipotesis yaitu H0:
Tidak ada perbedaan yang signifikan penerapan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Watupawon Kabupaten Grobogan, dan nilai sig > 0,05. Hα: Terdapat perbedaan yang signifikan penerapan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match
terhadap hasil belajar IPS siswa kelas 4 SD Negeri Watupawon Kabupaten Grobogan, dan nilai sig 0,05, maka dari hasil output disimpulkan bahwa Hα
diterima karena sig < 0,05 yaitu 0,004 < 0,05 terliat bahwa signifikan 0,004 < 0,005, maka terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar IPS kelas IV dengan menggunakan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Terdapat dua kelas yang digunakan sebagai objek penelitian yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas kontrol kegiatan pembelajaran mengunakan medel pembelajaran konvensional, sedangkan kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match dengan menggunakan kartu- kartu yang telah disediakan. Kelas IV SD N Watupawon sebagai kelas eksperimen jumlah siswa ada 24 anak terdiri dari 15 laki- laki dan 9 perempuan. Kelas IV SD N 2 Leyangan sebagai kelas kontrol jumlah ada 22 terdiri dari 12 laki- laki dan 10 perempuan.
Saat observasi pada kelas kontrol terliat siswa kurang antusias mengikuti pelajaran dikarenakan guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Tetapi pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match siswa begitu antusias, suasana kelas juga lebih aktif. Karena model pembelajaran koopratif tipe Make A Match ini siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang sambil mempelajari suatu konsep atau topik.
Berdasarkan analisis uji t dengan menggunakan program SPSS 20 IBM
yang nilai signifikan adalah 0,004 < 0,005 maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match dan kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Jadi hipotesisnya diterima, adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil belajar kelas eksperimen juga lebih meningakat hal ini dapat diliat dari rata-rata kelas eksperimen dari 58,52 menjadi 78,12 sedangkan pada kelas kontrol dari rata-rata 53,95 menjadi 65,68. Diliat dari jumlah siswa yang tuntas sesuai KKM di kelas eksperimen ada 2 siswa sedangkan pada kelaas kontrol ada 9 siswa. Berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Heni Kusumawati (2012) yang berjudul “Efektifitas Penggunaan Benda Kongkret pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV SD Gugus Perkutut Tuntang Semarang semester II Tahun Ajaran 2011/2012”, menunjukkan bahwa penggunaan benda kongkret pada pembelajaran
sebesar 90,69 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh hasil rata-rata sebesar 72.
Terjadinya perbedaan anatara kelas eksperiemen dan kelas kontrol disebabakan model pembelajaran. Pada kelas ekperimen siswa cenderung aktif, saling bekerjasama, mengalami langsung pembelajaran dengan mencari pasangan dari kartu yang mereka pegang, melatih ketelitian, kecepatan serta kedisiplinan.
Terjadinya perbedaan pada kelas kontrol dan eksperiemen salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Model pembelajaran yang digunakan guru pada kelas eksperimen lebih berpusat pada siswa. Siswa mengalami langsung pembelajaran tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru atau hanya menghafal materi yang diajarkan sehingga daya ingat siswa lebih kuat. Didukung juga suasana yang menyenangkan saat proses pembelajaran. sehingga saat mengerjakan soal postes siswa lebih semangat dan hasilnya pun juga baik dan meningkat.
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian di atas, maka dapat dikemukakan implikasi secara teoritis dan praktis,adalah sebagai berikut:
a. Implikasi Teoritis
Penerpan model pembelajaran pembelajaran koopratif tipe Make A Match
adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran koopratif tipe Make A Match siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, hal ini nampak sekali ketika siswa mencari pasangan dari kartu yang mereka peroleh. Pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa, sehingga siswa mengalami pembelajaran secara mandiri. Siswa mencari materi dan memahami materi dari kartu- katu yang meraka pegang. Model pembelajaran koopratif tipe
Make A Match dikemas sesuai dengan Standar Proses No 41 th 2007 yang
b. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis, model pembelajaran koopratif tipe