• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning dengan Berbantuan Alat Peraga Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Semester II Tahu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Discovery Learning dengan Berbantuan Alat Peraga Konkret Siswa Kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung Semester II Tahu"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

55

Ada beberapa aspek dalam hasil penelitian yaitu meliputi pelaksanaan tindakan,

deskripsi data dan analisis data sebagai berikut.

Pelaksanaan Tindakan

Dalam pelaksanaan tindakan ada beberapa tahap yaitu tahap pelaksanaan

tindakan dan observasi, dan refleksi. Berikut adalah uraian pelaksanaan tindakan

mulai dari pra siklus.

Pra Siklus

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Purwosari. Subjek penelitian ini adalah

siswa kelas 5 yang berjumlah 20 siswa. Berdasarkan data nilai ulangan pokok

bahasan cahaya dan sifat-sifatnya, sebagian besar siswa mendapatkan nilai dibawah

KKM yaitu 63.

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Pra Siklus

Pra Siklus

Skor Banyak Siswa Persentase (%)

40 1 5,00

43 1 5,00

45 2 10,00

50 2 10,00

55 3 15,00

60 3 15,00

65 3 15,00

68 3 15,00

70 2 10,00

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat jelas perbandingan siswa yang mencapai

(2)

belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 12 siswa, yang dapat diuraikan jumlah

siswa yang mendapat skor 40 sebanyak 1 siswa atau 5%, untuk skor 43 sebanyak 1

siswa atau 5%, skor 45 sebanyak 2 siswa atau 10%, skor 50 sebanyak 2 siswa atau

10%, skor 55 sebanyak 3 siswa atau 15%, skor 60 sebanyak 3 siswa atau 15%, skor

65 sebanyak 3 siswa atau 15%, skor 68 sebanyak 3 siswa atau 15%, dan skor 70

sebanyak 2 siswa atau 10%. Skor tertinggi pada pra siklus adalah 70, sedangkan skor

terendah adalah 40. Dan skor rata-rata 57,85 yang masih dibawah nilai KKM. Untuk

lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.1 dapat dibuat grafik garis seperti pada gambar

4.1

Gambar 4.1

Grafik Garis Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Pra Siklus

Skor siswa yang masih di bawah KKM atau belum tuntas yaitu sebanyak 60%,

sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 40%, hal ini banyak siswa yang

belum tuntas karena pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran yang

tepat atau belum menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga

konkret, sehingga siswa hanya tergantung pada penjelasan guru yang selalu ceramah 0

10 20 30 40 50 60 70 80

0 1 2 3 4

Sk

o

r

Sis

w

a

Jumlah Siswa

(3)

dalam pembelajaran, akibatnya siswa merasa bosan, jenuh dan tidak memperhatikan

guru dalam menjelaskan pembelajaran. Hal tersebut akibatnya membuat hasil belajar

siswa kurang maksimal.

Berdasarkan permasalahan yang ada maka, akan dilakukan penelitian tindakan

kelas sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Dalam penelitian tersebut, akan dilakukan penelitian dengan menggunakan model

discovery learning berbantuan alat peraga konkret, hal ini disebabkan agar siswa

tidak merasa bosan dan dapat mengetahui alat peraga apa yang dapat digunakan

dalam proses pembelajaran yang akan diterapkan melalui dua siklus yaitu model

discovery learning berbantuan alat peraga konkret untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I, langkah-langkah yang harus

dilakukan yaitu dengan menyiapkan materi pembelajaran, menyiapkan alat peraga

konkret, lembar observasi guru dan siswa, lembar soal evaluasi dan alat dokumentasi

yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan. Berikut adalah uraian pelaksanaan

tindakan siklus I mulai dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga.

1. Pertemuan pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 1 April 2015 selama 70 menit

dengan kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Guru kolabolator

kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani. Pada kompetensi dasar ini terdapat empat

indikator yang disampaikan oleh guru yaitu mendemostrasikan sifat cahaya yang

mengenai berbagai benda (bening, berwarna dan gelap), menunjukkan contoh

peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan,

memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari,

mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin

(4)

Pada pertemuan pertama di siklus I ini, langkah-langkah pembelajaran yang harus

dilakukan yaitu dengan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang

telah di desain dalam rencana pembelajaran yaitu pertama guru membuka

pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian guru mengajak siswa untuk

berdoa dilanjutkan guru melakukan presensi, memberikan motivasi, melakukan

apersepsi kepada siswa. Kemudian guru menginformasikan materi yang akan

dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan

langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk fokus dalam pembelajaran dengan

meminta salah satu siswa untuk maju ke depan kelas dengan berjalan dalam

keadaan mata tertutup, kemudian menanyakan apa yang terjadi. Setelah itu, guru

membagi siswa menjadi lima kelompok yang beranggotakan empat siswa

berdasarkan nomor urut absen siswa. Lalu siswa diberikan rumusan masalah oleh

guru yaitu yang pertama apa yang kalian ketahui tentang sumber cahaya. Kedua,

apakah yang akan terjadi apabila cahaya disorotkan ke benda bening. Ketiga,

apakah yang akan terjadi apabila cahaya disorotkan ke benda berwarna. Keempat,

apakah yang akan terjadi apabila cahaya disorotkan ke benda gelap. Kemudian

masing-masing kelompok merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat

cahaya di Lembar Kerja Siswa yang sudah diberikan oleh guru dari penelitian

yang akan dilakukan tersebut. Setelah kegiatan awal dilakukan, selanjutnya

masuk ke dalam kegiatan inti dengan guru menjelaskan materi dengan

menggunakan alat peraga konkret. Siswa menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat

cahaya, siswa mengidentifikasi masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa

merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan

percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas,

kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa mendiskusikan hasil praktek tentang

(5)

dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam,

siswa menarik kesimpulan tentang sifat-sifat cahaya.

Selanjutnya pada kegiatan akhir, guru menanyakan kepada siswa tentang materi

yang belum dipahami lalu guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan dari

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru menutup pembelajaran dengan salam

dan berdoa bersama.

Selama penelitian berlangsung pada pertemuan pertama, observer mengamati

kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa berdasarkan dengan

lembar observasi yang telah ditetapkan menggunakan model discovery learning

berbantuan alat peraga konkret. Adapun hasil observasi mengajar guru pada siklus

I pertemuan I sebagai berikut.

Tabel 4.2

Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning

Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan I

terlaksana. Pada lembar observasi siklus I pertemuan I (terlampir) dapat dilihat

hasil penelitian observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran berdasarkan

langkah-langkah dalam pembelajaran model discovery learning berbantuan alat

peraga konkret.

Berdasarkan lembar hasil observasi model discovery learning berbantuan alat

(6)

ditentukan berdasarkan hasil keseluruhan jumlah tersebut observasi mengajar

guru masih dalam kategori cukup baik berjalan sesuai aktivitas. Belum

tercapainya indikator kinerja pada siklus I pertemuan I ini akan diperbaikan pada

siklus I pertemuan II.

Tabel 4.3

Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning

Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I pertemuan I No Aktivitas Jumlah

Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar observasi respon siswa pada siklus

I pertemuan I belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan. Pada lembar

hasil observasi siklus I pertemuan I dapat dilihat hasil penelitian observasi dari

keseluruhan kegiatan pembelajaran berdasarkan langkah-langkah pembelajaran.

Berdasarkan hasil jumlah tersebut observasi respon siswa masih dalam kategori

cukup baik. Dari data tersebut terlihat bahwa pada kegiatan inti siswa masih

belum memperhatikan penjelasan guru. Hal ini dikarenakan siswa masih merasa

asing dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu siswa tidak

memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Belum tercapainya indikator

kinerja pada lembar observasi respon siswa pada siklus I pertemuan I ini akan

diperbaiki pada siklus I pertemuan II.

2. Pertemuan kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 2 April 2015 selama 70 menit

dengan kompetensi dasar dan indikator yang sama seperti pada pertemuan

(7)

ini, kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang

sama seperti pertemuan sebelumnya.

Guru melakukan apersepsi dengan mengulang materi pada pertemuan sebelumnya

dan bertanya kepada siswa sebutkan sifat-sifat cahaya yang diketahui siswa.

Selanjutnya guru mengarahkan siswa fokus dalam pembelajaran dengan meminta

siswa berjalan dibawah sinar/cahaya. Kemudian menanyakan apa yang terjadi.

Kemudian masih sama pada pertemuan sebelumnya guru membagi siswa menjadi

lima kelompok yang beranggotakan empat siswa dan memberikan rumusan

masalah diantaranya pertama, apa yang kalian ketahui tentang bayangan pada

sinar/cahaya. Kedua, apakah yang akan terjadi apabila senter disorotkan ke

cermin datar. Ketiga, apa yang akan terlihat apabila pulpen mendekati dan

menjauhi cekungan sendok, lebih besar atau lebih kecilkah bayangan pulpen

tersebut. Keempat, apa yang akan terlihat apabila pensil dimasukkan ke dalam

gelas yang berisi air jernih, bagaimana hal itu bisa terjadi.

Pada kegiatan inti, guru menugaskan siswa dengan melakukan penelitian yang

langkah-langkah kegiatannya masih sama seperti pertemuan sebelumnya. Siswa

menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siswa mengidentifikasi masalah

tentang sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang

sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat-sifat-sifat cahaya dengan

menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa

mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa memperagakan

percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas,

kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan tentang

sifat-sifat cahaya.

Pada kegiatan akhir, guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum

dipahami siswa lalu melibatkan siswa untuk membuat kesimpulan dari

pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian guru memberi tahu siswa jika

akan mengadakan evaluasi pada pertemuan selanjutnya sehingga siswa diminta

(8)

mendapatkan nilai yang baik, lalu guru mengajak siswa untuk berdoa mengakhiri

pembelajaran.

Pada pertemuan kedua ini, observer mengamati kegiatan pembelajaran guru dan

aktivitas siswa berdasarkan lembar observasi yang telah ditetapkan dengan

menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Adapun

hasil observasi mengajar guru pada siklus I pertemuan II sebagai berikut.

Tabel 4.4

Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning

Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan II

No Aktivitas Jumlah

pertemuan II skor jumlah aktivitas dari seluruh kegiatan pembelajaran masih

dalam kategori baik.

Tabel 4.5

Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning

Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan II

No Aktivitas Jumlah

Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi respon siswa pada

siklus I pertemuan II mengalami peningkatan dibandingkan pada hasil observasi

(9)

pembelajaran masih dalam kategori baik sekali. Dari hasil jumlah skor tersebut

terlihat siswa sudah mampu memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.

Hal ini dikarenakan siswa sudah memahami proses pembelajaran yang akan

berlangsung dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret.

3. Pertemuan ketiga

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 April 2015 selama 70 menit

dengan guru kolabolator kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani.

Pada pertemuan ketiga ini kompetensi dasar dan indikator yang sama pada

pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini siswa masih melakukan kegiatan

penelitian dengan materi cahaya putih terdiri dari berbagai warna dan selanjutnya

siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi yang telah dibuat untuk

mengetahui tingkat hasil belajar IPA siswa menggunakan model discovery

learning berbantuan alat peraga konkret. Sebelumnya guru membuka

pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa dan melakukan presensi.

Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk fokus dalam pembelajaran dengan

bertanya kepada siswa pernahkah kalian melihat pelangi dan bagaimana pelangi

itu terjadi. Kemudian guru membagi siswa dalam lima kelompok yang

beranggotakan empat siswa dan memberikan kepada masing-masing kelompok

rumusan masalah diantaranya pertama, warna-warna apakah yang tampak pada

pelangi. Kedua, mengapa warna-warna pada pelangi tersebut dapat terlihat. Pada

kegiatan inti, siswa melakukan kegiatan penelitian dengan langkah-langkah yang

sama pada pertemuan sebelumnya.

Siswa menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siwa mengidentifikasi

masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang

sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya

dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam,

siswa mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa

(10)

kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan

tentang sifat-sifat cahaya. Setelah melakukan penelitian, guru meminta siswa

mengerjakan soal evaluasi yang berjumlah 20 soal.

Pada kegiatan akhir, siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi yang

berjumlah 20 soal dalam bentuk pilihan ganda dengan cara memberi tanda silang

pada pilihan jawaban yang mereka pilih dan dianggap tepat. Waktu yang

diberikan guru untuk mengerjakan soal evaluasi yaitu 35 menit. Setelah selesai

mengerjakan soal, guru dan siswa mecocokkan bersama-sama dengan cara

ditukarkan dengan teman sebangku. Lalu satu persatu siswa secara berurutan

diminta membacakan soal dan jawaban secara runtut berdasarkan tempat duduk.

Kemudian siswa diminta untuk mengumpulkan lembar soal evaluasi yang sudah

dicocokkan ke meja guru. Kemudian guru menanyakan kepada siswa soal yang

dianggap sulit. Guru dan siswa membuat kesimpulan lalu guru mengajak siswa

untuk berdoa bersama mengakhiri pembelajaran.

Pada pertemuan ketiga ini, observer mengamati kegiatan pembelajaran guru dan

aktivitas siswa berdasarkan lembar observasi yang telah ditetapkan dengan

menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Adapun

hasil observasi mengajar guru pada siklus I pertemuan III sebagai berikut.

Tabel 4.6

Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning

Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan III

No Aktivitas Jumlah

Dari hasil yang diperoleh jumlah aktivitas tindakan guru mengalami peningkatan

(11)

dilakukan oleh guru, hal ini membuktikan bahwa guru sudah dapat membantu

siswa untuk memahami model discovery learning berbantuan alat peraga konkret.

Jumlah aktivitas tindakan yang diperoleh masih belum mencapai keseluruhan.

Tabel 4.7

Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning

Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan III

No Aktivitas Jumlah

Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus II, tindakan pertama yang harus

dipersiapkan sama seperti siklus sebelumnya hanya saja pada siklus II ini harus

mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk memfasilitasi siswa melakukan

percobaan.

1. Pertemuan pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015 selama 70 menit

dengan kompetensi dasar yaitu membuat suatu karya/model, misalnya periskop

atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Guru

kolabolator kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani. Pada kompetensi dasar ini terdapat

tiga indikator yakni menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan

sifat-sifat cahaya, misalnya cakram warna, periskop, atau lensa sederhana,

memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai, serta menggunakan

bahan/benda yang sesuai. Kemudian guru menginformasikan materi yang akan

dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

(12)

pengajar dengan beberapa kegiatan meliputi kegiatan awal yang telah di desain

sesuai dengan rencana pembelajaran yaitu membuka pelajaran dengan berdoa,

mengucapkan salam dan dilanjutkan melakukan presensi. Kemudian guru

memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa dengan mengarahkan siswa

untuk fokus pada pembelajaran dengan bertanya kepada siswa apakah kalian tahu

apa itu lensa. Lalu guru membagi siswa menjadi empat kelompok yang

beranggotakan lima siswa dengan cara berhitung satu sampai lima untuk

menentukan kelompok. Setelah itu guru memberikan rumusan masalah kepada

masing-masing kelompok yaitu bagaimana sifat-sifat cahaya yang diterapkan

pada lup dan buatlah lup sederhana menggunakan kaca pembesar dari bolam

dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Masing-masing kelompok merumuskan

jawaban sementara dari setiap kelompok pada Lembar Kerja Siswa yang telah

diberikan oleh guru.

Selanjutnya pada kegiatan inti, guru memberikan alat dan bahan untuk membuat

karya/model dengan menggunakan alat peraga konkret. Siswa menjawab

pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siswa mengidentifikasi masalah tentang

sifat-sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat

cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan

menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa

mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa memperagakan

percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas,

kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan tentang

sifat-sifat cahaya. Pada kegiatan akhir, guru menanyakan kepada siswa tentang materi

yang belum dipahami lalu guru melibatkan siswa untuk membuat kesimpulan

tentang membuat karya/model sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

Lalu mengajak siswa berdoa untuk mengakhiri pembelajaran.

Selama penelitian berlangsung pada pertemuan pertama, observer mengamati

kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa berdasarkan dengan

(13)

berbantuan alat peraga konkret. Adapun hasil observasi mengajar guru pada siklus

II pertemuan I sebagai berikut.

Tabel 4.8

Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning

Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus II Pertemuan I

No Aktivitas Jumlah Aktivitas

yang terlaksana

Persentase (%)

Jumlah Aktivitas yang tidak

terlaksana

Persentase (%)

1 Kegiatan awal 1 100 - -

2 Kegiatan inti 7 63,63 4 36,36

3 Kegiatan akhir - - 1 100

Jumlah 8 61,53 5 38,46

Saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat antusias dan bersemangat dengan

pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa memperhatikan penjelasan guru

dengan baik dan memberikan tanggapan ketika guru memberikan pertanyaan.

Jumlah skor mengalami peningkatan dibandingkan dengan skor rata-rata pada

siklus I. Berdasarkan hasil jumlah observasi pada siklus II pertemuan I

pembelajaran dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret

dalam kegiatan pembelajaran telah mencapai batas minimal pencapaian indikator

yang ditentukan dengan pernyataan kategori baik sekali. Dengan demikian

berdasarkan lembar hasil observasi model discovery learning berbantuan alat

peraga konkret telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran sesuai dengan

(14)

Tabel 4.9

Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning

Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus II pertemuan I

No Aktivitas Jumlah

bersemangat dalam melaksanakan proses pembelajaran. Terlihat pada kegiatan

inti hampir semua aspek yang ada pada kegiatan pembelajaran dilaksanakan siswa

dan siswa sudah mampu memperhatikan penjelasan guru dengan seksama. Dari

hasil rata-rata skor yang diperoleh sudah mendapatkan kategori baik sekali.

2. Pertemuan kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 9 April 2015 dilaksanakan

selama 70 menit dengan kompetensi dan indikator yang sama pada pertemuan

sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ini seperti kegiatan pada

pertemuan sebelumnya membuat percobaan dengan langkah-langkah yang

dilakukan oleh pengajar pada kegiatan awal yaitu dengan mengucapkan salam

dan berdoa dilanjutkan dengan melakukan presensi dan apersepsi dengan

menyanyikan lagu “PELANGI”. Selanjutnya guru bertanya kepada siswa siapa

yang pernah melihat cahaya putih, dilanjutkan guru membagi siswa menjadi

empat kelompok yang beranggotakan lima siswa. Kemudian guru memberikan

rumusan masalah yaitu pertama apa yang kalian ketahui tentang spektrum. Kedua,

apakah yang akan terjadi apabila cahaya matahari yang terlihat putih perpaduan

(15)

Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga.

Siswa menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siswa mengidentifikasi

masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang

sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya

dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam,

siswa mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa

memperagakan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter,

kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan

tentang sifat-sifat cahaya. Kemudian guru memberi tahu siswa jika akan

mengadakan evaluasi pada pertemuan selanjutnya sehingga siswa diminta untuk

belajar materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya agar siswa

mendapatkan nilai yang baik dan mengajak siswa untuk berdoa serta

mengucapkan salam untuk mengakhiri pembelajaran.

Selama penelitian berlangsung pada pertemuan kedua, observer mengamati

kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa berdasarkan dengan

lembar observasi yang telah ditetapkan menggunakan model discovery learning

berbantuan alat peraga konkret. Adapun hasil observasi mengajar guru pada siklus

II pertemuan II sebagai berikut.

Tabel 4.10

Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning

Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus II Pertemuan II

No Aktivitas Jumlah

Berdasarkan hasil lembar observasi mengajar guru yang dilaksanakan pada siklus

(16)

Hal ini terlihat bahwa guru sudah mampu menjelaskan kepada siswa dengan baik

dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret.

Tabel 4.11

Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning

Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus II pertemuan II

No Aktivitas Jumlah

Berdasarkan hasil lembar observasi respon siswa mengalami peningkatan

yang maksimal, terlihat bahwa jumlah aktivitas siswa meningkat dari siklus

sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus II pertemuan

II siswa sudah mampu memahami penjelasan dan melaksanakan pembelajaran

yang diberikan oleh guru.

3. Pertemuan ketiga

Pada pertemuan terakhir ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 11 April 2015

selama 70 menit dengan kompetensi dasar dan indikator yang sama pada

pertemuan sebelumnya. Guru kolabolator kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani. Pada

pertemuan ini guru mengadakan evaluasi dan sebelumnya melakukan percobaan

membuat cakram warna. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam dan

mengajak siswa untuk berdoa dilanjutkan melakukan presensi serta motivasi dan

apersepsi dengan bertanya kepada siswa siapa yang pernah melihat pelangi dan

warna apa saja yang terdapat pada pelangi. Kemudian guru membagi kelompok

menjadi empat kelompok yang beranggotakan lima siswa dan memberikan

(17)

proses terjadinya penguraian cahaya putih menjadi berbagai macam warna dan

kedua bagaimana proses terjadinya pelangi.

Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga

konkret. Siswa mengidentifikasi masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa

merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan

percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas,

kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa mendiskusikan hasil praktek tentang

sifat-sifat cahaya, siswa memperagakan percobaan tentang sifat-sifat cahaya

dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam,

siswa menarik kesimpulan tentang sifat-sifat cahaya. Setelah melakukan kegiatan

penelitian guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi yang berjumlah

21 soal berbentuk pilihan ganda dengan cara memberi tanda silang pada jawaban

yang mereka pilih dan dianggap tepat. Waktu yang diberikan oleh guru untuk

mengerjakan soal adalah 35 menit. Setelah selesai mengerjakan soal, guru dan

siswa mencocokkan jawaban mereka secara bersama dengan cara ditukarkan

dengan teman sebangku. Lalu satu persatu siswa membaca soal dan jawaban

secara berurutan sesuai dengan posisi tempat duduk mereka. Kemudian siswa

diminta untuk mengumpulkan jawaban yang sudah dicocokkan ke meja guru

untuk dinilai dan memasukkan nilai mereka pada lembar penilaian. Pada kegiatan

akhir, guru menanyakan kepada siswa soal yang dianggap sulit. Kemudian guru

dan siswa membuat kesimpulan bersama lalu mengajak siswa untuk berdoa dan

mengucapkan salam untuk mengakhiri pembelajaran.

Selama penelitian berlangsung pada pertemuan pertama, observer mengamati

kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa berdasarkan dengan

lembar observasi yang telah ditetapkan menggunakan model discovery learning

berbantuan alat peraga konkret.

Dari hasil data yang diperoleh terjadi peningkatan pada jumlah aktivitas tindakan

(18)

pada siklus II pertemuan III. Hal ini membuktikan bahwa guru telah memahami

model discovery learning berbantuan alat peraga konkret.

Dari jumlah aktivitas tindakan siswa telah mengalami peningkatan dari pertemuan

sebelumnya, hal ini dikarenakan siswa sudah memahami model discovery

learning berbantuan alat peraga konkret yang dilakukan oleh guru. Oleh karena

itu, pada tindakan aktivitas guru dan siswa sudah mencapai kriteria baik sekali

dan hal ini membuktikan bahwa guru dan siswa telah memahami proses

pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berbantuan alat

peraga konkret. Dilihat pada siklus II pertemuan III siswa merasa senang

mengikuti proses belajar mengajar, dan siswa sudah terlihat aktif dalam

memahami materi pembelajaran.

Hasil Belajar IPA Siklus I

Hasil belajar siswa di dalam siklus I dengan pembelajaran model discovery

learning berbantuan alat peraga konkret mengalami peningkatan dibandingkan hasil

belajar siswa di dalam pra siklus khususnya pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan

sifat-sifat cahaya”. Hasil tes akhir siklus I terdapat nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 45. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar 13 siswa atau 65% dan

jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar 7 siswa atau 35%.

Tabel 4.12

Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus I

Siklus I

Skor Banyak Siswa Persentase (%)

45 2 10,00

50 2 10,00

55 1 5,00

60 2 10,00

65 8 40,00

70 2 10,00

75 2 10,00

80 1 5,00

Jumlah 20 100

(19)

Berdasarkan tabel 4.12 terlihat jelas perbandingan siswa yang mencapai

ketuntasan belajar KKM yaitu 63 adalah sebanyak 13 siswa, sedangkan siswa yang

belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 7 siswa, yang dapat diuraikan jumlah

siswa yang mendapat skor 45 sebanyak 2 siswa atau 10%, untuk skor 50 sebanyak 2

siswa atau 10%, skor 55 sebanyak 1 siswa atau 5%, skor 60 sebanyak 2 siswa atau

10%, skor 65 sebanyak 8 siswa atau 40%, skor 70 sebanyak 2 siswa atau 10%, skor

75 sebanyak 2 siswa atau 10%, dan skor 80 sebanyak 1 siswa atau 5%. Skor tertinggi

pada siklus 1 adalah 80, sedangkan skor terendah adalah 45. Dan skor rata-rata pada

siklus I yaitu 62,75 yang masih dibawah KKM.

Dari tabel di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram seperti

pada gambar 4.2 sebagai berikut:

Gambar 4.2

Grafik Garis Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus I

Refleksi

Dalam proses pembelajaran pada siklus I yang diikuti 20 siswa kelas 5 ini

(20)

pertama kali dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret, siswa

masih kesulitan untuk mengikuti langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang

dilaksanakan, hal ini karena siswa masih merasa asing dengan model pembelajaran

yang digunakan. Terutama pada saat siswa harus mendiskusikan materi dan pada saat

siswa harus mempraktekkan langkah-langkah penelitian yang diberikan oleh guru.

Hal ini dapat ditunjukkan dari jumlah aktivitas pada lembar observasi mengajar guru

yaitu pada siklus I dengan jumlah aktivitas yaitu 84,61. Berdasarkan lembar hasil

observasi respon siswa dilihat dari pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I

mendapatkan jumlah aktivitas yaitu 81,81. Pada saat pertemuan kedua pada siklus I

hasil skor observasi sudah mengalami peningkatan skor. Siswa sudah dapat

memahami dan dapat menerima model yang digunakan oleh guru, siswa dapat

mengikuti langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan model discovery learning

berbantuan alat peraga konkret yang diterapkan. Namun juga masih terdapat beberapa

siswa yang kurang fokus dengan pelajaran. Oleh karena itu, masih terdapat 7 siswa

yang nilainya masih di bawah KKM. Untuk mencapai target yang ditetapkan, maka

perlu diadakan peningkatan hasil belajar siswa melalui pelaksanaan siklus II dengan

model discovery learning berbantuan alat peraga konkret yang lebih intensif.

Hasil Belajar IPA Siklus II

Hasil belajar siswa di dalam siklus II dengan menggunakan model discovery

learning berbantuan alat peraga konkret mengalami peningkatan hasil belajar

dibandingkan hasil belajar pada siklus I. Hasil perolehan skor pada siklus II yang

telah mencapai KKM sebanyak 20 siswa atau 100%. Dengan skor rata-rata 78,15 dan

skor tertinggi 95 sedangkan skor terendah 68. Dengan demikian siswa kelas 5 SD

Negeri 3 Purwosari pada materi sifat-sifat cahaya semua siswa dari 20 siswa telah

(21)

Tabel 4.13

Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus II

Skor Banyak Siswa Persentase (%)

Berdasarkan tabel 4.13 terlihat jelas perbandingan siswa yang mencapai

ketuntasan belajar KKM yaitu 63 adalah sebanyak 20 siswa, yang dapat diuraikan

jumlah siswa yang mendapat skor 68 sebanyak 4 siswa atau 20%, untuk skor 72

sebanyak 5 siswa atau 25%, skor 77 sebanyak 4 siswa atau 20%, skor 81 sebanyak 1

siswa atau 5%, skor 86 sebanyak 2 siswa atau 10%, skor 90 sebanyak 2 siswa atau

10%, dan skor 95 sebanyak 2 siswa atau 10%. Skor tertinggi pada siklus 2 adalah 95,

sedangkan skor terendah adalah 68. Dan skor rata-rata pada siklus II yaitu 78,15 dan

sudah mencapai KKM.

Dari tabel di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram seperti

pada gambar 4.3 berikut ini :

Gambar 4.3

(22)

Refleksi

Dalam proses pembelajaran pada siklus II itu berjalan sesuai dengan apa yang

telah direncanakan. Siswa mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan

antusias dan lebih bersemangat. Saat pembelajaran berlangsung siswa terlihat aktif

dan sudah tidak merasa asing dengan model yang digunakan oleh guru. Hal ini dapat

dilihat dari skor setiap aspek yang sudah dalam kategori baik sekali. Siswa dapat

mengikuti pembelajaran dengan baik sesuai dengan langkah-langkah model discovery

learning berbantuan alat peraga konkret dengan pernyataan kategori baik sekali.

Karena tujuan indikator hasil yang ditetapkan sudah tercapai, maka penelitian

berakhir sampai siklus II.

Dalam analisis data digunakan dua tahapan yaitu analisis ketuntasan dan

analisis komparatif hasil belajar.

4.2 Pembahasan

Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siklus I

Analisis ketuntasan dalam penelitian ini diolah dengan cara membandingkan

data mentah dengan KKM yang ditentukan. Dapat dilihat pada siklus I siswa yang

belum mencapai nilai KKM sebanyak 7 siswa dan yang sudah mencapai nilai KKM

sebanyak 13 siswa. Dari tabel di atas maka dibuat tabel ketuntasan siswa pada siklus

sebagai berikut:

Tabel 4.14

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 Siklus I

Skor Ketuntasan Frekuensi Persentase (%)

≥ 63 Tuntas 13 65

< 63 Belum Tuntas 7 35

Jumlah 20 100

Sumber: Data Primer

Dari tabel di atas yaitu ketuntasan hasil belajar siswa dapat diperjelas pada

(23)

Gambar 4.4

Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 Siklus I

Skor siswa yang masih di bawah KKM atau belum tuntas yaitu sebanyak 7

siswa atau 35%, sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 13 siswa atau 65%,

dapat dilihat pada diagram pie ketuntasan bahwa siswa yang mencapai KKM

bertambah dari tahap pra siklus dari 40% menjadi 65%. Dengan rata-rata skor yang

terjadi pada siklus I meningkat menjadi 62,75 tetapi rata-rata skor yang diperoleh

pada siklus I masih kurang dari KKM yaitu 63. Ini menunjukkan pembelajaran IPA

dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan data nilai rata-rata yang diperoleh masih kurang dari KKM, maka akan

dilanjutkan penelitian pada siklus II.

Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siklus II

Analisis ketuntasan dalam penelitian ini diolah dengan cara membandingkan

data mentah dengan KKM yang ditentukan.

Skor siswa yang di bawah KKM atau belum tuntas yaitu sebanyak 0 siswa atau

0%, sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 20 siswa atau 100%, siswa 65%

35%

Siklus I

Tuntas

(24)

yang mencapai KKM bertambah dari tahap siklus I 65% menjadi 100% di siklus II.

Ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan model discovery learning

berbantuan alat peraga konkret dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap

pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.

Perbandingan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Dalam penelitian ini, menggunakan teknik deskriptif komparatif. Teknik

deskriptif komparatif yaitu teknik statistik yang digunakan untuk membandingkan

hasil belajar pra siklus, siklus I, dan siklus II. Teknik deskriptif komparatif ini

digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPA berdasarkan ketuntasan belajar skor

maksimal, skor minimal dan rata-rata pra siklus, siklus I, dan siklus II. Berdasarkan

paparan hasil belajar IPA yang diberi tindakan setelah model discovery learning

berbantuan alat peraga konkret. Hasil belajar IPA siswa diukur melalui tes dan sikap.

Hasil belajar IPA berdasarkan ketuntasan belajar antara pra siklus, siklus I dan siklus

II selalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel

4.15 dibawah ini.

Tabel 4.15

Perbandingan Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Kriteria Pra Siklus Siklus I Siklus II

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

1. Tuntas 8 40 13 65 20 100

2. Tidak Tuntas 12 60 7 35 0 0

Jumlah 20 100 20 100 20 100

Sumber: Data Primer

Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.15 dapat dilihat

adanya peningkatan hasil belajar siswa yang tuntas belajar. Terbukti dari klasifikasi

tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 8 siswa, sedangkan setelah

dilaksanakan siklus I jumlah siswa yang tuntas ada 13 siswa dan setelah dilaksanakan

siklus II jumlah siswa yang tuntas ada 20 siswa. ini membuktikan bahwa

(25)

peraga konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Secara lebih rinci,

rekapitulasi hasil peningkatan tes formatif pada pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat

dilihat pada gambar 4.5 dibawah ini.

Gambar 4.5

Diagram Lingkaran Perbandingan Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa model discovery learning berbantuan

alat peraga konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 3

Purwosari, karena pada model pembelajaran tersebut siswa bekerjasama dalam

kelompok. Gagasan utama dibelakang model discovery learning adalah memacu

siswa agar saling bekerjasama untuk dapat menemukan sesuatu dari percobaan yang

dilakukan. Siswa diberi rangsangan oleh guru untuk mencoba sendiri percobaan

berdasarkan materi yang diajarkan pada saat pembelajaran. Jadi guru tidak hanya

menjelaskan saja, siswa juga mengerti dan memahami materi yang dipelajari. Dengan

berkelompok siswa bekerjasama untuk dapat menyelesaikan setiap percobaan dan

menemukan sendiri dugaan sementara yang dicatat siswa dari data yang relevan yang

mereka dapatkan. Kemudian guru memberikan waktu kepada masing-masing

kelompok untuk melakukan percobaan, setelah percobaan selesai masing-masing 8

13 20

Ketuntasan

Pra Siklus

Siklus I

(26)

kelompok mempraktekkan di depan kelas untuk dilihat oleh guru dan teman-teman

dari kelompok lain. Dengan menggunakan model discovery learning berbantuan alat

peraga dapat membantu siswa untuk memfasilitasi kegiatan percobaan dan siswa

mengetahui alat peraga konkret yang dipakai untuk percobaan. Siswa diberi waktu

untuk bekerjasama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi siswa tidak saling

membantu ketika mengerjakan soal evaluasi.

Dari beberapa uraian tersebut, model discovery learning berbantuan alat peraga

konkret terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 3

Purwosari dan selain itu tanggung jawab perseorangan dan kelompok untuk

memperoleh keberhasilan dilihat dari setiap kegiatan percobaan yang mereka

lakukan. Dengan adanya kerjasama dalam kelompok siswa lebih aktif memahami

materi yang dipelajari.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebelum dilakukannya tindakan di

kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari ditemukan bahwa hasil belajar IPA siswa masih

rendah, hal ini disebabkan karena siswa belum secara aktif terlibat dalam proses

pembelajaran sehingga masih banyak siswa yang belum mencapai KKM. Siswa yang

mencapai KKM ≥63 hanya 8 siswa atau 40%, sedangkan siswa yang belum mencapai

KKM <63 sebanyak 12 siswa atau 60%. Yohanes (2012) menyimpulkan bahwa hasil

penelitiannya dengan menerapkan model discovery learning dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas 5 SDN Tingkir 02 Salatiga semester II tahun pelajaran

2011/2012. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah ketuntasan belajar dari siklus I

sebesar 76,92% dan siklus II meningkat menjadi 94,87%. Pendapat yang

dikemukakan oleh Yohanes di atas juga senada dengan apa yang diterapkan oleh Aris

(2009) dan Moh. Kanzannudin (2013) pada saat melaksanakan penelitian dengan

model pembelajaran discovery learning. Hasil dari ketiga penelitian yang telah

menggunakan model discovery learning pada pembelajaran IPA membuktikan bahwa

telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar ini juga terjadi

pada saat membuktikan sendiri dengan model discovery learning berbantuan alat

(27)

model discovery learning berbantuan alat peraga konkret siswa tidak lagi terlihat

pasif saat mengikuti pembelajaran di kelas, siswa bekerjasama kelompok untuk

menyelesaikan permasalah yang diberikan oleh guru, sehingga hal tersebut sangat

mempengaruhi hasil belajar IPA dari hasil yang didapat pada perolehan skor siswa di

siklus I dan siklus II.

1. Siklus I

Pada siklus I dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret,

siswa yang sudah mencapai KKM ≥63 sebanyak 13 siswa atau 65% dan siswa yang belum mencapai KKM <63 sebanyak 7 siswa atau 35%.

2. Siklus II

Pada siklus II ini dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret

seluruh siswa sudah mencapai KKM ≥63 sebanyak 20 siswa atau 100%, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai KKM <63.

Berdasarkan perolehan nilai yang diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II

bahwa model discovery learning berbantuan alat peraga konkret memiliki keunggulan

untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5. Hal tersebut dapat ditunjukkan

dari antusiasme siswa terhadap materi dalam proses pembelajaran. Dan ini

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan

Kranggan kabupaten Temanggung semester II tahun pelajaran 2014/2015.

Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa:

1. Peningkatan hasil belajar IPA diduga dapat diupayakan melalui model discovery

learning berbantuan alat peraga konkret siswa kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari

Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung semester II tahun pelajaran

2014/2015.

2. Langkah-langkah model discovery learning berbantuan alat peraga konkret

diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 3

Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung semester II tahun

(28)

Adalah terbukti, yang nampak pada perbandingan hasil belajar IPA berdasarkan

ketuntasan belajar antara prasiklus, siklus I, siklus II adalah 40%:64:100%.

Langkah-langkah model discovery learning berbantuan alat peraga konkret adalah (1)

menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, (2) mengidentifikasi masalah tentang

sifat-sifat cahaya, (3) merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat cahaya, (4)

mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter,

kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam (5) mendiskusikan hasil praktek

tentang sifat-sifat cahaya, (6) memperagakan percobaan tentang sifat-sifat cahaya

dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, (7)

Gambar

Tabel 4.1
Gambar 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dilakukannya praktikum bulk density ini adalah untuk mengetahui nilai bulk density dari sampel tanah utuh serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bulk

Berdasarkan pada ciri-ciri tersebut, dapat diketahui bahwasanya lalat Drosophila melanogaster strain E yang diamati pada praktikum merupakan drosophila jantan.. Hal ini

Hasil penelitian yang tidak signifikan dapat dilihat dalam data karakteristik dimana skala tertinggi untuk para pengguna yang menggunakan jasa penerbangan maskapai

means song can help student to increase and memorable the word using song, because for students elementary school leam vocabulary using song Is very fun and easy to remember.. Songs

Berdasarkan hasil penelitian, rata – rata asupan energi yang dalam kategori defsit dikarenakan pasien GGK dengan CAPD sudah mengalami kenyang karena cairan dialisa, di dalam

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI PUBERTAS PADA SISWI KELAS VII SMP NEGERI 1.. TEMPURAN MAGELANG

Semuanya aspek antara tanah, budidaya pertanian dan hama dan penyakit tanaman sebenarnya saling berhubungan. Tanah yang baik adalah tanah yang memiliki bahan

The peaks of surrounding relative humidity were fully followed by the deepest valley of deformation on time in the corner, while in another position the range delay time was 8 -