55
Ada beberapa aspek dalam hasil penelitian yaitu meliputi pelaksanaan tindakan,
deskripsi data dan analisis data sebagai berikut.
Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan ada beberapa tahap yaitu tahap pelaksanaan
tindakan dan observasi, dan refleksi. Berikut adalah uraian pelaksanaan tindakan
mulai dari pra siklus.
Pra Siklus
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Purwosari. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas 5 yang berjumlah 20 siswa. Berdasarkan data nilai ulangan pokok
bahasan cahaya dan sifat-sifatnya, sebagian besar siswa mendapatkan nilai dibawah
KKM yaitu 63.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Pra Siklus
Pra Siklus
Skor Banyak Siswa Persentase (%)
40 1 5,00
43 1 5,00
45 2 10,00
50 2 10,00
55 3 15,00
60 3 15,00
65 3 15,00
68 3 15,00
70 2 10,00
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat jelas perbandingan siswa yang mencapai
belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 12 siswa, yang dapat diuraikan jumlah
siswa yang mendapat skor 40 sebanyak 1 siswa atau 5%, untuk skor 43 sebanyak 1
siswa atau 5%, skor 45 sebanyak 2 siswa atau 10%, skor 50 sebanyak 2 siswa atau
10%, skor 55 sebanyak 3 siswa atau 15%, skor 60 sebanyak 3 siswa atau 15%, skor
65 sebanyak 3 siswa atau 15%, skor 68 sebanyak 3 siswa atau 15%, dan skor 70
sebanyak 2 siswa atau 10%. Skor tertinggi pada pra siklus adalah 70, sedangkan skor
terendah adalah 40. Dan skor rata-rata 57,85 yang masih dibawah nilai KKM. Untuk
lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.1 dapat dibuat grafik garis seperti pada gambar
4.1
Gambar 4.1
Grafik Garis Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Pra Siklus
Skor siswa yang masih di bawah KKM atau belum tuntas yaitu sebanyak 60%,
sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 40%, hal ini banyak siswa yang
belum tuntas karena pembelajaran belum menggunakan model pembelajaran yang
tepat atau belum menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga
konkret, sehingga siswa hanya tergantung pada penjelasan guru yang selalu ceramah 0
10 20 30 40 50 60 70 80
0 1 2 3 4
Sk
o
r
Sis
w
a
Jumlah Siswa
dalam pembelajaran, akibatnya siswa merasa bosan, jenuh dan tidak memperhatikan
guru dalam menjelaskan pembelajaran. Hal tersebut akibatnya membuat hasil belajar
siswa kurang maksimal.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka, akan dilakukan penelitian tindakan
kelas sesuai dengan rancangan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.
Dalam penelitian tersebut, akan dilakukan penelitian dengan menggunakan model
discovery learning berbantuan alat peraga konkret, hal ini disebabkan agar siswa
tidak merasa bosan dan dapat mengetahui alat peraga apa yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran yang akan diterapkan melalui dua siklus yaitu model
discovery learning berbantuan alat peraga konkret untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I, langkah-langkah yang harus
dilakukan yaitu dengan menyiapkan materi pembelajaran, menyiapkan alat peraga
konkret, lembar observasi guru dan siswa, lembar soal evaluasi dan alat dokumentasi
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan. Berikut adalah uraian pelaksanaan
tindakan siklus I mulai dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga.
1. Pertemuan pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 1 April 2015 selama 70 menit
dengan kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Guru kolabolator
kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani. Pada kompetensi dasar ini terdapat empat
indikator yang disampaikan oleh guru yaitu mendemostrasikan sifat cahaya yang
mengenai berbagai benda (bening, berwarna dan gelap), menunjukkan contoh
peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan,
memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari,
mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin
Pada pertemuan pertama di siklus I ini, langkah-langkah pembelajaran yang harus
dilakukan yaitu dengan meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang
telah di desain dalam rencana pembelajaran yaitu pertama guru membuka
pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian guru mengajak siswa untuk
berdoa dilanjutkan guru melakukan presensi, memberikan motivasi, melakukan
apersepsi kepada siswa. Kemudian guru menginformasikan materi yang akan
dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk fokus dalam pembelajaran dengan
meminta salah satu siswa untuk maju ke depan kelas dengan berjalan dalam
keadaan mata tertutup, kemudian menanyakan apa yang terjadi. Setelah itu, guru
membagi siswa menjadi lima kelompok yang beranggotakan empat siswa
berdasarkan nomor urut absen siswa. Lalu siswa diberikan rumusan masalah oleh
guru yaitu yang pertama apa yang kalian ketahui tentang sumber cahaya. Kedua,
apakah yang akan terjadi apabila cahaya disorotkan ke benda bening. Ketiga,
apakah yang akan terjadi apabila cahaya disorotkan ke benda berwarna. Keempat,
apakah yang akan terjadi apabila cahaya disorotkan ke benda gelap. Kemudian
masing-masing kelompok merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat
cahaya di Lembar Kerja Siswa yang sudah diberikan oleh guru dari penelitian
yang akan dilakukan tersebut. Setelah kegiatan awal dilakukan, selanjutnya
masuk ke dalam kegiatan inti dengan guru menjelaskan materi dengan
menggunakan alat peraga konkret. Siswa menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat
cahaya, siswa mengidentifikasi masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa
merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan
percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas,
kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa mendiskusikan hasil praktek tentang
dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam,
siswa menarik kesimpulan tentang sifat-sifat cahaya.
Selanjutnya pada kegiatan akhir, guru menanyakan kepada siswa tentang materi
yang belum dipahami lalu guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Guru menutup pembelajaran dengan salam
dan berdoa bersama.
Selama penelitian berlangsung pada pertemuan pertama, observer mengamati
kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa berdasarkan dengan
lembar observasi yang telah ditetapkan menggunakan model discovery learning
berbantuan alat peraga konkret. Adapun hasil observasi mengajar guru pada siklus
I pertemuan I sebagai berikut.
Tabel 4.2
Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning
Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan I
terlaksana. Pada lembar observasi siklus I pertemuan I (terlampir) dapat dilihat
hasil penelitian observasi dari keseluruhan kegiatan pembelajaran berdasarkan
langkah-langkah dalam pembelajaran model discovery learning berbantuan alat
peraga konkret.
Berdasarkan lembar hasil observasi model discovery learning berbantuan alat
ditentukan berdasarkan hasil keseluruhan jumlah tersebut observasi mengajar
guru masih dalam kategori cukup baik berjalan sesuai aktivitas. Belum
tercapainya indikator kinerja pada siklus I pertemuan I ini akan diperbaikan pada
siklus I pertemuan II.
Tabel 4.3
Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning
Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I pertemuan I No Aktivitas Jumlah
Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar observasi respon siswa pada siklus
I pertemuan I belum mencapai indikator kinerja yang ditentukan. Pada lembar
hasil observasi siklus I pertemuan I dapat dilihat hasil penelitian observasi dari
keseluruhan kegiatan pembelajaran berdasarkan langkah-langkah pembelajaran.
Berdasarkan hasil jumlah tersebut observasi respon siswa masih dalam kategori
cukup baik. Dari data tersebut terlihat bahwa pada kegiatan inti siswa masih
belum memperhatikan penjelasan guru. Hal ini dikarenakan siswa masih merasa
asing dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itu siswa tidak
memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru. Belum tercapainya indikator
kinerja pada lembar observasi respon siswa pada siklus I pertemuan I ini akan
diperbaiki pada siklus I pertemuan II.
2. Pertemuan kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 2 April 2015 selama 70 menit
dengan kompetensi dasar dan indikator yang sama seperti pada pertemuan
ini, kegiatan awal yang dilakukan oleh pengajar meliputi beberapa kegiatan yang
sama seperti pertemuan sebelumnya.
Guru melakukan apersepsi dengan mengulang materi pada pertemuan sebelumnya
dan bertanya kepada siswa sebutkan sifat-sifat cahaya yang diketahui siswa.
Selanjutnya guru mengarahkan siswa fokus dalam pembelajaran dengan meminta
siswa berjalan dibawah sinar/cahaya. Kemudian menanyakan apa yang terjadi.
Kemudian masih sama pada pertemuan sebelumnya guru membagi siswa menjadi
lima kelompok yang beranggotakan empat siswa dan memberikan rumusan
masalah diantaranya pertama, apa yang kalian ketahui tentang bayangan pada
sinar/cahaya. Kedua, apakah yang akan terjadi apabila senter disorotkan ke
cermin datar. Ketiga, apa yang akan terlihat apabila pulpen mendekati dan
menjauhi cekungan sendok, lebih besar atau lebih kecilkah bayangan pulpen
tersebut. Keempat, apa yang akan terlihat apabila pensil dimasukkan ke dalam
gelas yang berisi air jernih, bagaimana hal itu bisa terjadi.
Pada kegiatan inti, guru menugaskan siswa dengan melakukan penelitian yang
langkah-langkah kegiatannya masih sama seperti pertemuan sebelumnya. Siswa
menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siswa mengidentifikasi masalah
tentang sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang
sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat-sifat-sifat cahaya dengan
menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa
mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa memperagakan
percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas,
kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan tentang
sifat-sifat cahaya.
Pada kegiatan akhir, guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum
dipahami siswa lalu melibatkan siswa untuk membuat kesimpulan dari
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian guru memberi tahu siswa jika
akan mengadakan evaluasi pada pertemuan selanjutnya sehingga siswa diminta
mendapatkan nilai yang baik, lalu guru mengajak siswa untuk berdoa mengakhiri
pembelajaran.
Pada pertemuan kedua ini, observer mengamati kegiatan pembelajaran guru dan
aktivitas siswa berdasarkan lembar observasi yang telah ditetapkan dengan
menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Adapun
hasil observasi mengajar guru pada siklus I pertemuan II sebagai berikut.
Tabel 4.4
Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning
Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan II
No Aktivitas Jumlah
pertemuan II skor jumlah aktivitas dari seluruh kegiatan pembelajaran masih
dalam kategori baik.
Tabel 4.5
Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning
Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan II
No Aktivitas Jumlah
Hasil analisis data yang diperoleh dari lembar hasil observasi respon siswa pada
siklus I pertemuan II mengalami peningkatan dibandingkan pada hasil observasi
pembelajaran masih dalam kategori baik sekali. Dari hasil jumlah skor tersebut
terlihat siswa sudah mampu memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
Hal ini dikarenakan siswa sudah memahami proses pembelajaran yang akan
berlangsung dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret.
3. Pertemuan ketiga
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 8 April 2015 selama 70 menit
dengan guru kolabolator kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani.
Pada pertemuan ketiga ini kompetensi dasar dan indikator yang sama pada
pertemuan sebelumnya, pada pertemuan ini siswa masih melakukan kegiatan
penelitian dengan materi cahaya putih terdiri dari berbagai warna dan selanjutnya
siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi yang telah dibuat untuk
mengetahui tingkat hasil belajar IPA siswa menggunakan model discovery
learning berbantuan alat peraga konkret. Sebelumnya guru membuka
pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa dan melakukan presensi.
Selanjutnya guru mengarahkan siswa untuk fokus dalam pembelajaran dengan
bertanya kepada siswa pernahkah kalian melihat pelangi dan bagaimana pelangi
itu terjadi. Kemudian guru membagi siswa dalam lima kelompok yang
beranggotakan empat siswa dan memberikan kepada masing-masing kelompok
rumusan masalah diantaranya pertama, warna-warna apakah yang tampak pada
pelangi. Kedua, mengapa warna-warna pada pelangi tersebut dapat terlihat. Pada
kegiatan inti, siswa melakukan kegiatan penelitian dengan langkah-langkah yang
sama pada pertemuan sebelumnya.
Siswa menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siwa mengidentifikasi
masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang
sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya
dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam,
siswa mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa
kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan
tentang sifat-sifat cahaya. Setelah melakukan penelitian, guru meminta siswa
mengerjakan soal evaluasi yang berjumlah 20 soal.
Pada kegiatan akhir, siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi yang
berjumlah 20 soal dalam bentuk pilihan ganda dengan cara memberi tanda silang
pada pilihan jawaban yang mereka pilih dan dianggap tepat. Waktu yang
diberikan guru untuk mengerjakan soal evaluasi yaitu 35 menit. Setelah selesai
mengerjakan soal, guru dan siswa mecocokkan bersama-sama dengan cara
ditukarkan dengan teman sebangku. Lalu satu persatu siswa secara berurutan
diminta membacakan soal dan jawaban secara runtut berdasarkan tempat duduk.
Kemudian siswa diminta untuk mengumpulkan lembar soal evaluasi yang sudah
dicocokkan ke meja guru. Kemudian guru menanyakan kepada siswa soal yang
dianggap sulit. Guru dan siswa membuat kesimpulan lalu guru mengajak siswa
untuk berdoa bersama mengakhiri pembelajaran.
Pada pertemuan ketiga ini, observer mengamati kegiatan pembelajaran guru dan
aktivitas siswa berdasarkan lembar observasi yang telah ditetapkan dengan
menggunakan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret. Adapun
hasil observasi mengajar guru pada siklus I pertemuan III sebagai berikut.
Tabel 4.6
Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning
Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan III
No Aktivitas Jumlah
Dari hasil yang diperoleh jumlah aktivitas tindakan guru mengalami peningkatan
dilakukan oleh guru, hal ini membuktikan bahwa guru sudah dapat membantu
siswa untuk memahami model discovery learning berbantuan alat peraga konkret.
Jumlah aktivitas tindakan yang diperoleh masih belum mencapai keseluruhan.
Tabel 4.7
Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning
Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus I Pertemuan III
No Aktivitas Jumlah
Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus II, tindakan pertama yang harus
dipersiapkan sama seperti siklus sebelumnya hanya saja pada siklus II ini harus
mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk memfasilitasi siswa melakukan
percobaan.
1. Pertemuan pertama
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 4 April 2015 selama 70 menit
dengan kompetensi dasar yaitu membuat suatu karya/model, misalnya periskop
atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Guru
kolabolator kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani. Pada kompetensi dasar ini terdapat
tiga indikator yakni menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan
sifat-sifat cahaya, misalnya cakram warna, periskop, atau lensa sederhana,
memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai, serta menggunakan
bahan/benda yang sesuai. Kemudian guru menginformasikan materi yang akan
dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
pengajar dengan beberapa kegiatan meliputi kegiatan awal yang telah di desain
sesuai dengan rencana pembelajaran yaitu membuka pelajaran dengan berdoa,
mengucapkan salam dan dilanjutkan melakukan presensi. Kemudian guru
memberikan motivasi dan apersepsi kepada siswa dengan mengarahkan siswa
untuk fokus pada pembelajaran dengan bertanya kepada siswa apakah kalian tahu
apa itu lensa. Lalu guru membagi siswa menjadi empat kelompok yang
beranggotakan lima siswa dengan cara berhitung satu sampai lima untuk
menentukan kelompok. Setelah itu guru memberikan rumusan masalah kepada
masing-masing kelompok yaitu bagaimana sifat-sifat cahaya yang diterapkan
pada lup dan buatlah lup sederhana menggunakan kaca pembesar dari bolam
dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Masing-masing kelompok merumuskan
jawaban sementara dari setiap kelompok pada Lembar Kerja Siswa yang telah
diberikan oleh guru.
Selanjutnya pada kegiatan inti, guru memberikan alat dan bahan untuk membuat
karya/model dengan menggunakan alat peraga konkret. Siswa menjawab
pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siswa mengidentifikasi masalah tentang
sifat-sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat
cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan
menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa
mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa memperagakan
percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas,
kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan tentang
sifat-sifat cahaya. Pada kegiatan akhir, guru menanyakan kepada siswa tentang materi
yang belum dipahami lalu guru melibatkan siswa untuk membuat kesimpulan
tentang membuat karya/model sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.
Lalu mengajak siswa berdoa untuk mengakhiri pembelajaran.
Selama penelitian berlangsung pada pertemuan pertama, observer mengamati
kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa berdasarkan dengan
berbantuan alat peraga konkret. Adapun hasil observasi mengajar guru pada siklus
II pertemuan I sebagai berikut.
Tabel 4.8
Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning
Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus II Pertemuan I
No Aktivitas Jumlah Aktivitas
yang terlaksana
Persentase (%)
Jumlah Aktivitas yang tidak
terlaksana
Persentase (%)
1 Kegiatan awal 1 100 - -
2 Kegiatan inti 7 63,63 4 36,36
3 Kegiatan akhir - - 1 100
Jumlah 8 61,53 5 38,46
Saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat antusias dan bersemangat dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa memperhatikan penjelasan guru
dengan baik dan memberikan tanggapan ketika guru memberikan pertanyaan.
Jumlah skor mengalami peningkatan dibandingkan dengan skor rata-rata pada
siklus I. Berdasarkan hasil jumlah observasi pada siklus II pertemuan I
pembelajaran dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret
dalam kegiatan pembelajaran telah mencapai batas minimal pencapaian indikator
yang ditentukan dengan pernyataan kategori baik sekali. Dengan demikian
berdasarkan lembar hasil observasi model discovery learning berbantuan alat
peraga konkret telah dilaksanakan dengan baik dalam pembelajaran sesuai dengan
Tabel 4.9
Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning
Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus II pertemuan I
No Aktivitas Jumlah
bersemangat dalam melaksanakan proses pembelajaran. Terlihat pada kegiatan
inti hampir semua aspek yang ada pada kegiatan pembelajaran dilaksanakan siswa
dan siswa sudah mampu memperhatikan penjelasan guru dengan seksama. Dari
hasil rata-rata skor yang diperoleh sudah mendapatkan kategori baik sekali.
2. Pertemuan kedua
Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 9 April 2015 dilaksanakan
selama 70 menit dengan kompetensi dan indikator yang sama pada pertemuan
sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ini seperti kegiatan pada
pertemuan sebelumnya membuat percobaan dengan langkah-langkah yang
dilakukan oleh pengajar pada kegiatan awal yaitu dengan mengucapkan salam
dan berdoa dilanjutkan dengan melakukan presensi dan apersepsi dengan
menyanyikan lagu “PELANGI”. Selanjutnya guru bertanya kepada siswa siapa
yang pernah melihat cahaya putih, dilanjutkan guru membagi siswa menjadi
empat kelompok yang beranggotakan lima siswa. Kemudian guru memberikan
rumusan masalah yaitu pertama apa yang kalian ketahui tentang spektrum. Kedua,
apakah yang akan terjadi apabila cahaya matahari yang terlihat putih perpaduan
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga.
Siswa menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, siswa mengidentifikasi
masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa merumuskan jawaban sementara tentang
sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya
dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam,
siswa mendiskusikan hasil praktek tentang sifat-sifat cahaya, siswa
memperagakan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter,
kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa menarik kesimpulan
tentang sifat-sifat cahaya. Kemudian guru memberi tahu siswa jika akan
mengadakan evaluasi pada pertemuan selanjutnya sehingga siswa diminta untuk
belajar materi yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya agar siswa
mendapatkan nilai yang baik dan mengajak siswa untuk berdoa serta
mengucapkan salam untuk mengakhiri pembelajaran.
Selama penelitian berlangsung pada pertemuan kedua, observer mengamati
kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa berdasarkan dengan
lembar observasi yang telah ditetapkan menggunakan model discovery learning
berbantuan alat peraga konkret. Adapun hasil observasi mengajar guru pada siklus
II pertemuan II sebagai berikut.
Tabel 4.10
Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Guru Model Discovery Learning
Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus II Pertemuan II
No Aktivitas Jumlah
Berdasarkan hasil lembar observasi mengajar guru yang dilaksanakan pada siklus
Hal ini terlihat bahwa guru sudah mampu menjelaskan kepada siswa dengan baik
dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret.
Tabel 4.11
Distribusi Jumlah Aktivitas Tindakan Siswa Model Discovery Learning
Berbantuan Alat Peraga Konkret Siklus II pertemuan II
No Aktivitas Jumlah
Berdasarkan hasil lembar observasi respon siswa mengalami peningkatan
yang maksimal, terlihat bahwa jumlah aktivitas siswa meningkat dari siklus
sebelumnya. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran pada siklus II pertemuan
II siswa sudah mampu memahami penjelasan dan melaksanakan pembelajaran
yang diberikan oleh guru.
3. Pertemuan ketiga
Pada pertemuan terakhir ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 11 April 2015
selama 70 menit dengan kompetensi dasar dan indikator yang sama pada
pertemuan sebelumnya. Guru kolabolator kelas 5 yaitu Ibu Fifi Ristiyani. Pada
pertemuan ini guru mengadakan evaluasi dan sebelumnya melakukan percobaan
membuat cakram warna. Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam dan
mengajak siswa untuk berdoa dilanjutkan melakukan presensi serta motivasi dan
apersepsi dengan bertanya kepada siswa siapa yang pernah melihat pelangi dan
warna apa saja yang terdapat pada pelangi. Kemudian guru membagi kelompok
menjadi empat kelompok yang beranggotakan lima siswa dan memberikan
proses terjadinya penguraian cahaya putih menjadi berbagai macam warna dan
kedua bagaimana proses terjadinya pelangi.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga
konkret. Siswa mengidentifikasi masalah tentang sifat-sifat cahaya, siswa
merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat cahaya, siswa mempraktekkan
percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter, kaca, gelas,
kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, siswa mendiskusikan hasil praktek tentang
sifat-sifat cahaya, siswa memperagakan percobaan tentang sifat-sifat cahaya
dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam,
siswa menarik kesimpulan tentang sifat-sifat cahaya. Setelah melakukan kegiatan
penelitian guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi yang berjumlah
21 soal berbentuk pilihan ganda dengan cara memberi tanda silang pada jawaban
yang mereka pilih dan dianggap tepat. Waktu yang diberikan oleh guru untuk
mengerjakan soal adalah 35 menit. Setelah selesai mengerjakan soal, guru dan
siswa mencocokkan jawaban mereka secara bersama dengan cara ditukarkan
dengan teman sebangku. Lalu satu persatu siswa membaca soal dan jawaban
secara berurutan sesuai dengan posisi tempat duduk mereka. Kemudian siswa
diminta untuk mengumpulkan jawaban yang sudah dicocokkan ke meja guru
untuk dinilai dan memasukkan nilai mereka pada lembar penilaian. Pada kegiatan
akhir, guru menanyakan kepada siswa soal yang dianggap sulit. Kemudian guru
dan siswa membuat kesimpulan bersama lalu mengajak siswa untuk berdoa dan
mengucapkan salam untuk mengakhiri pembelajaran.
Selama penelitian berlangsung pada pertemuan pertama, observer mengamati
kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas belajar siswa berdasarkan dengan
lembar observasi yang telah ditetapkan menggunakan model discovery learning
berbantuan alat peraga konkret.
Dari hasil data yang diperoleh terjadi peningkatan pada jumlah aktivitas tindakan
pada siklus II pertemuan III. Hal ini membuktikan bahwa guru telah memahami
model discovery learning berbantuan alat peraga konkret.
Dari jumlah aktivitas tindakan siswa telah mengalami peningkatan dari pertemuan
sebelumnya, hal ini dikarenakan siswa sudah memahami model discovery
learning berbantuan alat peraga konkret yang dilakukan oleh guru. Oleh karena
itu, pada tindakan aktivitas guru dan siswa sudah mencapai kriteria baik sekali
dan hal ini membuktikan bahwa guru dan siswa telah memahami proses
pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning berbantuan alat
peraga konkret. Dilihat pada siklus II pertemuan III siswa merasa senang
mengikuti proses belajar mengajar, dan siswa sudah terlihat aktif dalam
memahami materi pembelajaran.
Hasil Belajar IPA Siklus I
Hasil belajar siswa di dalam siklus I dengan pembelajaran model discovery
learning berbantuan alat peraga konkret mengalami peningkatan dibandingkan hasil
belajar siswa di dalam pra siklus khususnya pada kompetensi dasar “Mendeskripsikan
sifat-sifat cahaya”. Hasil tes akhir siklus I terdapat nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 45. Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar 13 siswa atau 65% dan
jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar 7 siswa atau 35%.
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus I
Siklus I
Skor Banyak Siswa Persentase (%)
45 2 10,00
50 2 10,00
55 1 5,00
60 2 10,00
65 8 40,00
70 2 10,00
75 2 10,00
80 1 5,00
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel 4.12 terlihat jelas perbandingan siswa yang mencapai
ketuntasan belajar KKM yaitu 63 adalah sebanyak 13 siswa, sedangkan siswa yang
belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 7 siswa, yang dapat diuraikan jumlah
siswa yang mendapat skor 45 sebanyak 2 siswa atau 10%, untuk skor 50 sebanyak 2
siswa atau 10%, skor 55 sebanyak 1 siswa atau 5%, skor 60 sebanyak 2 siswa atau
10%, skor 65 sebanyak 8 siswa atau 40%, skor 70 sebanyak 2 siswa atau 10%, skor
75 sebanyak 2 siswa atau 10%, dan skor 80 sebanyak 1 siswa atau 5%. Skor tertinggi
pada siklus 1 adalah 80, sedangkan skor terendah adalah 45. Dan skor rata-rata pada
siklus I yaitu 62,75 yang masih dibawah KKM.
Dari tabel di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram seperti
pada gambar 4.2 sebagai berikut:
Gambar 4.2
Grafik Garis Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus I
Refleksi
Dalam proses pembelajaran pada siklus I yang diikuti 20 siswa kelas 5 ini
pertama kali dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret, siswa
masih kesulitan untuk mengikuti langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan, hal ini karena siswa masih merasa asing dengan model pembelajaran
yang digunakan. Terutama pada saat siswa harus mendiskusikan materi dan pada saat
siswa harus mempraktekkan langkah-langkah penelitian yang diberikan oleh guru.
Hal ini dapat ditunjukkan dari jumlah aktivitas pada lembar observasi mengajar guru
yaitu pada siklus I dengan jumlah aktivitas yaitu 84,61. Berdasarkan lembar hasil
observasi respon siswa dilihat dari pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I
mendapatkan jumlah aktivitas yaitu 81,81. Pada saat pertemuan kedua pada siklus I
hasil skor observasi sudah mengalami peningkatan skor. Siswa sudah dapat
memahami dan dapat menerima model yang digunakan oleh guru, siswa dapat
mengikuti langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan model discovery learning
berbantuan alat peraga konkret yang diterapkan. Namun juga masih terdapat beberapa
siswa yang kurang fokus dengan pelajaran. Oleh karena itu, masih terdapat 7 siswa
yang nilainya masih di bawah KKM. Untuk mencapai target yang ditetapkan, maka
perlu diadakan peningkatan hasil belajar siswa melalui pelaksanaan siklus II dengan
model discovery learning berbantuan alat peraga konkret yang lebih intensif.
Hasil Belajar IPA Siklus II
Hasil belajar siswa di dalam siklus II dengan menggunakan model discovery
learning berbantuan alat peraga konkret mengalami peningkatan hasil belajar
dibandingkan hasil belajar pada siklus I. Hasil perolehan skor pada siklus II yang
telah mencapai KKM sebanyak 20 siswa atau 100%. Dengan skor rata-rata 78,15 dan
skor tertinggi 95 sedangkan skor terendah 68. Dengan demikian siswa kelas 5 SD
Negeri 3 Purwosari pada materi sifat-sifat cahaya semua siswa dari 20 siswa telah
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Siklus II
Skor Banyak Siswa Persentase (%)
Berdasarkan tabel 4.13 terlihat jelas perbandingan siswa yang mencapai
ketuntasan belajar KKM yaitu 63 adalah sebanyak 20 siswa, yang dapat diuraikan
jumlah siswa yang mendapat skor 68 sebanyak 4 siswa atau 20%, untuk skor 72
sebanyak 5 siswa atau 25%, skor 77 sebanyak 4 siswa atau 20%, skor 81 sebanyak 1
siswa atau 5%, skor 86 sebanyak 2 siswa atau 10%, skor 90 sebanyak 2 siswa atau
10%, dan skor 95 sebanyak 2 siswa atau 10%. Skor tertinggi pada siklus 2 adalah 95,
sedangkan skor terendah adalah 68. Dan skor rata-rata pada siklus II yaitu 78,15 dan
sudah mencapai KKM.
Dari tabel di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram seperti
pada gambar 4.3 berikut ini :
Gambar 4.3
Refleksi
Dalam proses pembelajaran pada siklus II itu berjalan sesuai dengan apa yang
telah direncanakan. Siswa mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan
antusias dan lebih bersemangat. Saat pembelajaran berlangsung siswa terlihat aktif
dan sudah tidak merasa asing dengan model yang digunakan oleh guru. Hal ini dapat
dilihat dari skor setiap aspek yang sudah dalam kategori baik sekali. Siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik sesuai dengan langkah-langkah model discovery
learning berbantuan alat peraga konkret dengan pernyataan kategori baik sekali.
Karena tujuan indikator hasil yang ditetapkan sudah tercapai, maka penelitian
berakhir sampai siklus II.
Dalam analisis data digunakan dua tahapan yaitu analisis ketuntasan dan
analisis komparatif hasil belajar.
4.2 Pembahasan
Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siklus I
Analisis ketuntasan dalam penelitian ini diolah dengan cara membandingkan
data mentah dengan KKM yang ditentukan. Dapat dilihat pada siklus I siswa yang
belum mencapai nilai KKM sebanyak 7 siswa dan yang sudah mencapai nilai KKM
sebanyak 13 siswa. Dari tabel di atas maka dibuat tabel ketuntasan siswa pada siklus
sebagai berikut:
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 Siklus I
Skor Ketuntasan Frekuensi Persentase (%)
≥ 63 Tuntas 13 65
< 63 Belum Tuntas 7 35
Jumlah 20 100
Sumber: Data Primer
Dari tabel di atas yaitu ketuntasan hasil belajar siswa dapat diperjelas pada
Gambar 4.4
Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 Siklus I
Skor siswa yang masih di bawah KKM atau belum tuntas yaitu sebanyak 7
siswa atau 35%, sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 13 siswa atau 65%,
dapat dilihat pada diagram pie ketuntasan bahwa siswa yang mencapai KKM
bertambah dari tahap pra siklus dari 40% menjadi 65%. Dengan rata-rata skor yang
terjadi pada siklus I meningkat menjadi 62,75 tetapi rata-rata skor yang diperoleh
pada siklus I masih kurang dari KKM yaitu 63. Ini menunjukkan pembelajaran IPA
dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan data nilai rata-rata yang diperoleh masih kurang dari KKM, maka akan
dilanjutkan penelitian pada siklus II.
Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siklus II
Analisis ketuntasan dalam penelitian ini diolah dengan cara membandingkan
data mentah dengan KKM yang ditentukan.
Skor siswa yang di bawah KKM atau belum tuntas yaitu sebanyak 0 siswa atau
0%, sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 20 siswa atau 100%, siswa 65%
35%
Siklus I
Tuntas
yang mencapai KKM bertambah dari tahap siklus I 65% menjadi 100% di siklus II.
Ini menunjukkan bahwa pembelajaran IPA dengan model discovery learning
berbantuan alat peraga konkret dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap
pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
Perbandingan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Dalam penelitian ini, menggunakan teknik deskriptif komparatif. Teknik
deskriptif komparatif yaitu teknik statistik yang digunakan untuk membandingkan
hasil belajar pra siklus, siklus I, dan siklus II. Teknik deskriptif komparatif ini
digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPA berdasarkan ketuntasan belajar skor
maksimal, skor minimal dan rata-rata pra siklus, siklus I, dan siklus II. Berdasarkan
paparan hasil belajar IPA yang diberi tindakan setelah model discovery learning
berbantuan alat peraga konkret. Hasil belajar IPA siswa diukur melalui tes dan sikap.
Hasil belajar IPA berdasarkan ketuntasan belajar antara pra siklus, siklus I dan siklus
II selalu mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel
4.15 dibawah ini.
Tabel 4.15
Perbandingan Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
No Kriteria Pra Siklus Siklus I Siklus II
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
1. Tuntas 8 40 13 65 20 100
2. Tidak Tuntas 12 60 7 35 0 0
Jumlah 20 100 20 100 20 100
Sumber: Data Primer
Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan nilai pada tabel 4.15 dapat dilihat
adanya peningkatan hasil belajar siswa yang tuntas belajar. Terbukti dari klasifikasi
tuntas, sebelum diadakan tindakan yang tuntas hanya 8 siswa, sedangkan setelah
dilaksanakan siklus I jumlah siswa yang tuntas ada 13 siswa dan setelah dilaksanakan
siklus II jumlah siswa yang tuntas ada 20 siswa. ini membuktikan bahwa
peraga konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Secara lebih rinci,
rekapitulasi hasil peningkatan tes formatif pada pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat
dilihat pada gambar 4.5 dibawah ini.
Gambar 4.5
Diagram Lingkaran Perbandingan Hasil Belajar IPA Berdasarkan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas 5 Pra Siklus, Siklus I, Siklus II
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa model discovery learning berbantuan
alat peraga konkret dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 3
Purwosari, karena pada model pembelajaran tersebut siswa bekerjasama dalam
kelompok. Gagasan utama dibelakang model discovery learning adalah memacu
siswa agar saling bekerjasama untuk dapat menemukan sesuatu dari percobaan yang
dilakukan. Siswa diberi rangsangan oleh guru untuk mencoba sendiri percobaan
berdasarkan materi yang diajarkan pada saat pembelajaran. Jadi guru tidak hanya
menjelaskan saja, siswa juga mengerti dan memahami materi yang dipelajari. Dengan
berkelompok siswa bekerjasama untuk dapat menyelesaikan setiap percobaan dan
menemukan sendiri dugaan sementara yang dicatat siswa dari data yang relevan yang
mereka dapatkan. Kemudian guru memberikan waktu kepada masing-masing
kelompok untuk melakukan percobaan, setelah percobaan selesai masing-masing 8
13 20
Ketuntasan
Pra Siklus
Siklus I
kelompok mempraktekkan di depan kelas untuk dilihat oleh guru dan teman-teman
dari kelompok lain. Dengan menggunakan model discovery learning berbantuan alat
peraga dapat membantu siswa untuk memfasilitasi kegiatan percobaan dan siswa
mengetahui alat peraga konkret yang dipakai untuk percobaan. Siswa diberi waktu
untuk bekerjasama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi siswa tidak saling
membantu ketika mengerjakan soal evaluasi.
Dari beberapa uraian tersebut, model discovery learning berbantuan alat peraga
konkret terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 3
Purwosari dan selain itu tanggung jawab perseorangan dan kelompok untuk
memperoleh keberhasilan dilihat dari setiap kegiatan percobaan yang mereka
lakukan. Dengan adanya kerjasama dalam kelompok siswa lebih aktif memahami
materi yang dipelajari.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebelum dilakukannya tindakan di
kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari ditemukan bahwa hasil belajar IPA siswa masih
rendah, hal ini disebabkan karena siswa belum secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran sehingga masih banyak siswa yang belum mencapai KKM. Siswa yang
mencapai KKM ≥63 hanya 8 siswa atau 40%, sedangkan siswa yang belum mencapai
KKM <63 sebanyak 12 siswa atau 60%. Yohanes (2012) menyimpulkan bahwa hasil
penelitiannya dengan menerapkan model discovery learning dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas 5 SDN Tingkir 02 Salatiga semester II tahun pelajaran
2011/2012. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah ketuntasan belajar dari siklus I
sebesar 76,92% dan siklus II meningkat menjadi 94,87%. Pendapat yang
dikemukakan oleh Yohanes di atas juga senada dengan apa yang diterapkan oleh Aris
(2009) dan Moh. Kanzannudin (2013) pada saat melaksanakan penelitian dengan
model pembelajaran discovery learning. Hasil dari ketiga penelitian yang telah
menggunakan model discovery learning pada pembelajaran IPA membuktikan bahwa
telah terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar ini juga terjadi
pada saat membuktikan sendiri dengan model discovery learning berbantuan alat
model discovery learning berbantuan alat peraga konkret siswa tidak lagi terlihat
pasif saat mengikuti pembelajaran di kelas, siswa bekerjasama kelompok untuk
menyelesaikan permasalah yang diberikan oleh guru, sehingga hal tersebut sangat
mempengaruhi hasil belajar IPA dari hasil yang didapat pada perolehan skor siswa di
siklus I dan siklus II.
1. Siklus I
Pada siklus I dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret,
siswa yang sudah mencapai KKM ≥63 sebanyak 13 siswa atau 65% dan siswa yang belum mencapai KKM <63 sebanyak 7 siswa atau 35%.
2. Siklus II
Pada siklus II ini dengan model discovery learning berbantuan alat peraga konkret
seluruh siswa sudah mencapai KKM ≥63 sebanyak 20 siswa atau 100%, dan tidak ada siswa yang mendapat nilai KKM <63.
Berdasarkan perolehan nilai yang diperoleh siswa pada siklus I dan siklus II
bahwa model discovery learning berbantuan alat peraga konkret memiliki keunggulan
untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5. Hal tersebut dapat ditunjukkan
dari antusiasme siswa terhadap materi dalam proses pembelajaran. Dan ini
meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari Kecamatan
Kranggan kabupaten Temanggung semester II tahun pelajaran 2014/2015.
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa:
1. Peningkatan hasil belajar IPA diduga dapat diupayakan melalui model discovery
learning berbantuan alat peraga konkret siswa kelas 5 SD Negeri 3 Purwosari
Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung semester II tahun pelajaran
2014/2015.
2. Langkah-langkah model discovery learning berbantuan alat peraga konkret
diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 3
Purwosari Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung semester II tahun
Adalah terbukti, yang nampak pada perbandingan hasil belajar IPA berdasarkan
ketuntasan belajar antara prasiklus, siklus I, siklus II adalah 40%:64:100%.
Langkah-langkah model discovery learning berbantuan alat peraga konkret adalah (1)
menjawab pertanyaan tentang sifat-sifat cahaya, (2) mengidentifikasi masalah tentang
sifat-sifat cahaya, (3) merumuskan jawaban sementara tentang sifat-sifat cahaya, (4)
mempraktekkan percobaan tentang sifat-sifat cahaya dengan menggunakan senter,
kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam (5) mendiskusikan hasil praktek
tentang sifat-sifat cahaya, (6) memperagakan percobaan tentang sifat-sifat cahaya
dengan menggunakan senter, kaca, gelas, kertas, pensil, kaca spion, dan bolam, (7)