LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN AGROEKOSISTEM ASPEK TANAH
Kebun Percobaan Cangar
Disusun Oleh:
1. Nanik Indah D. W 115040201111064 2. Nur Izzatul Maulidah 115040201111339 3. Nevi Linda P 115040200111054 4. Nurul Farida 115040213111049 5. Nevi Anggraini P 115040201111020 6. Nurhayati Rosyidah 115040213111008 7. Nanik Yuliana 115040200111059 8. Nurlaili Hayati M 115040201111175 9. Nanang Wahyu Prajaka 115040200111163 10. Naning Kurniasari 115040201111211 11. Nur Azizah L.E.S 115040213111007 12. Nadia Ulfa Savitri 115040201111131 13. Nur Fisca Putrisiwi 115040200111177
KELAS L
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pertanian dapat dianggap sebagai suatu usaha untuk mengadakan suatu ekosistem buatan yang bertugas menyediakan bahan makanan bagi manusia. Untuk mendapatkan produksi yang optimal seperti yang diharapkan, banyak hal yang perlu diperhatikan dalam bertani, diantaranya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi dan teknik tepat dalam bertani. Untuk mengetahui bagaimana teknik dan perlakuan yang tepat dalam bertani, maka sudah barang tentu kita harus mengetahui ban memahami sifat, dan kejadian apa saja yang terjadi baik pada tanaman itu sendiri maupun pada lingkungan sekitarnya. Untuk dapat memahami bagaimana hubungan yang terjadi antara suatu organisme dengan lingkungannya, dan pengaruh-pengaruhnya terhadap pertanian, maka kita perlu mempelajari manajemen ekosistem, yakni siatu ilmu yang menerapkan prinsip-prinsip ekologi didalam merancang, mengelola, dan mengevaluasi sistem pertanian yang produktif dan lestari, yang disana akan dipelajari tentang agroekosistem. Pertanian sebagai suatu ekosistem buatan, mempunyai hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya, baik yang menguntungkan bagi pertanian itu sendiri mauun yang merugikan.
Seperti yang kita ketahui, di dalam suatu ekosistem tentunya terdapat berbagai komponen, baik abiotic sampai dan biotik. Di dalam agroekosistem juga demikian, dan antara komponen-komponen tersebut menjalin interaksi satu sama lain. Dalam kondisi normal akan terjadi keseimbangan agroekosistem, begitu pula sebaliknya berbagai resiko lainnya.
1.2. Tujuan
a) Untuk mengetahui dan mengidentifikasi kondisi lahan di Lahan Cangar, b) Untuk mengetahui tingkat kesuburan di Lahan Cangar,
c) Untuk mengetahui kadnungan unsure yang terkandung dalam tanah, khususnya di Lahan Cangar.
1.3. Manfaat
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kualitas Tanah dan Kesehatan tanah 2.1.1 Kualitas Tanah
Kualitas tanah (soil health atau soil quality) adalah kondisi tanah yang menggambarkan tanah itu sehat, yaitu mempunyai sifat tanah yang baik dan produktifitasnya tinggi secara berkelanjutan.
Menurut (Dikti,1991)Kualitas tanah adalah kapasitas suatu tanah untuk berfungsi dalam batas-batas ekosistem untuk melestarikan produktivitas biologi, memelihara kualitas lingkungan, serta meningkatkan kesehatan tanaman dan hewan. (Henry,1992) mengusulkan bahwa kualitas tanah adalah ukuran kondisi tanah dibandingkan dengan kebutuhan satu atau beberapa spesies atau dengan beberapa kebutuhan hidup manusia.
Kualitas tanah diukur berdasarkan pengamatan kondisi dinamis indikator-indikator kualitas tanah. Pengukuran indikator-indikator kualitas tanah menghasilkan indeks kualitas tanah. Indeks kualitas tanah merupakan indeks yang dihitung berdasarkan nilai dan bobot tiap indikator kualitas tanah. Indikator-indikator kualitas tanah dipilih dari sifat-sifat yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah.
Gambar 1. Tanah
Indikator kualitas tanah adalah sifat, karakteristik atau proses fisika, kimia dan biologi tanah yang dapat menggambarkan kondisi tanah).Indikator-indikator kualitas tanah harus :
1. Menunjukkan proses-proses yang terjadi dalam ekosistem, 2. Memadukan sifat fisika tanah, kimia tanah dan proses biologi
3. Dapat diterima oleh banyak pengguna dan dapat diterapkan di berbagai kondisi lahan,
4. Peka terhadap berbagai keragaman pengelolaan tanah dan perubahan iklim, dan
5. Apabila mungkin, sifat tersebut merupakan komponen yang biasa diamati pada data dasar tanah.
Pemilihan indikator kualitas tanah harus mencerminkan kapasitas tanah untuk menjalankan fungsinya yaitu:
1. Melestarikan aktivitas, diversitas dan produktivitas biologis 2. Mengatur dan mengarahkan aliran air dan zat terlarutnya
3. Menyaring, menyangga, merombak, mendetoksifikasi bahan-bahan anorganik dan organik, meliputi limbah industri dan rumah tangga serta curahan dari atmosfer.
4. Menyimpan dan mendaurkan hara dan unsur lain dalam biosfer. 5. Mendukung struktur sosial ekonomi dan melindungi peninggalan
arkeologis terkait dengan permukiman manusia.
2.1.2 Kesehatan Tanah
Kesehatan tanah memberikan air dan udara yang bersih, kelestarian tanaman dan hutan, produktifitas lahan, keanekaragaman hayati, dan keindahan alam lingkungan. Tanah melakukan kegiatan tersebut melalui 5 fungsi essensial yaitu :
a) Mengatur perputaran air . Tanah berperan dalam membantu mengontrol air hujan, salju yang mencair, dan larinya air irigasi. Air dan aliran massa terlarut menutupi lahan baik dipermukaan maupun di dalam tanah.
b) Menyangga keberlangsungan hidup tanaman dan hewan. Diversitas dan produktivitas hayati tergantung pada tanah.
c) Menyaring bahan-bahan polutan atau racun yang potensial. Mineral dan mikroba dalam tanah peka dalam menyaring, menyangga, mendegradasi, dan mendetoksifikasi bahan organik dan anorganik.
e) Meningkatkan struktur. Kestabilan tanah berperan untuk menopang bangunan di atasnya dan fosil arkeologi yang tersimpan dalam tanah yang berhubungan dengan perilaku manusia purba (Anang,2003). 2.2 Kriteria Indicator dalam Pengelolaan Agroekosistem yang Sehat dan Berkelanjutan
Pengelolaan pertanian berwawasan lingkungan dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal, lestari dan menguntungkan, sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan generasi mendatang.
Kriteria/indikator agroekosistem tersebut dikatakan sehat : 1. Dari Segi Kimia Tanah
a. Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Sumber primer bahan organik tanah dapat berasal dari Seresah yang merupakan bagian mati tanaman berupa daun, cabang, ranting, bunga dan buah yang gugur dan tinggal di permukaan tanah baik yang masih utuh ataupun telah sebagian mengalami pelapukan. Dalam pengelolaan bahan organik tanah, sumbernya juga bisa berasal dari pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos, serta pupuk hayati (inokulan). Bahan organic tersebut berperan langsung terhadap perbaikan sifat-sifat tanah baik dari segi kimia, fisika maupun biologinya, diantaranya :
oMemengaruhi warna tanah menjadi coklat-hitam oMemperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah
oMeningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, kelembapan dan tempratur tanah menjadi stabil.
oSumber energi dan hara bagi jasad biologis tanah terutama heterotrofik.
Tanah bersifat asam dapat disebabkan karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman. pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumunium yang selain bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman.
Tetapi dengan pH yang agak masam belum tentu kebutuhan tanaman terhadap pH tanah tidak cocok karena itu tergantung dari komoditas tanaman budidaya yang dibudidayakan. Untuk pengelolaan pH tanah yang berbeda-beda dalam suatu agroekosistem maka apabila suatu lahan digunakan untuk pertanian maka pemilihan jenis tanamannya disesuaikan dengan pH tanah apakah tanaman yang diusahakan sesuai dan mampu bertahan dengan pH tertentu
c) Ketersediaan Unsur Hara
Gambar 2. Ciri Kekurangan Unsur Hara
berfungsi ganda, diserap oleh tanaman dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
2. Dari Segi Fisika Tanah a). Kondisi Kepadatan Tanah
Bahan organik dapat menurunkan BI dan tanah yang memiliki nilai BI kurang dari satu merupakan tanah yang memiliki bahan organik tanah sedang sampai tinggi. Selain itu, Nilai BI untuk tekstur berpasir antara 1,5 – 1,8 g / m3, Nilai BI untuk tekstur berlempung antara 1,3 – 1,6 g / m3 dan Nilai BI untuk tekstur berliat antara 1,1 – 1,4 g / m3 merupakan nilai BI yang dijumpai pada tanah yang masih alami atau tanah yang tidak mengalami pemadatan”.
b). Kedalaman Efektif
Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati penyebaran akar tanaman. Banyakya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah, dan bila tidak dijumpai akar tanaman maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah.
c). Erosi Tanah
Erosi adalah terangkutnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah ke tempat lain. Meningkatnya erosi dapat diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup tanah dan kegiatan pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah. Erosi tersebut umumnya mengakibatkan hilangnya tanah lapisan atas yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu erosi mengakibatkan terjadinya kemunduran sifat-sifat fisik dan kimia tanah.
3. Dari Segi Biologi Tanah
tanah yang paling berperan yaitu cacing tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat kimia, fisik, dan biologis tanah.
Kascing (pupuk organik bekas cacing atau campuran bahan organik sisa makanan cacing dan kotoran cacing) mempunyai kadar hara N, P dan K 2,5 kali kadar hara bahan organik semula, serta meningkatkan porositas tanah (pori total dan pori drainase cepat meningkat 1,15 kali). Cacing jenis ‘penggali tanah’ yang hidup aktif dalam tanah, walaupun makanannya berupa bahan organik di permukaan tanah dan ada pula dari akar-akar yang mati di dalam tanah. Kelompok cacing ini berperanan penting dalam mencampur seresah yang ada di atas tanah dengan tanah lapisan bawah, dan meninggalkan liang dalam tanah. Kelompok cacing ini membuang kotorannya dalam tanah, atau di atas permukaan tanah. Kotoran cacing ini lebih kaya akan karbon (C) dan hara lainnya dari pada tanah di sekitarnya. (Hairiah, 2000).
2.3 Dampak Manajemen Agroekosistem Terhadap Kualitas dan Kesehatan Tanah
Pengelolaan pertanian secara intensif dengan mengandalkan masukan/input bahan-bahan kimia baik untuk pupuk maupun pestisidanya, contohnya yaitu sistem Revolusi Hijau yang pernah diterapkan di Indonesia. Walaupun Revolusi hijau tersebut membawa Indonesia ke swasembada pangan pada era Orde baru, namun dilihat dari keberlanjutan produktivitas lahannya sangat tidak baik, dengan adanya input-input kimiawi yang berlebihan mengakibatkan kesuburan tanah mulai menurun dan banyak permasalahan lainnya.
Diantaranya yaitu:
1. Dari Segi Kimia Tanah a) Bahan Organik Tanah
ataupun telah sebagian mengalami pelapukan. Dalam pengelolaan bahan organik tanah, sumbernya juga bisa berasal dari pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos, serta pupuk hayati (inokulan).
Pada sistem pertanian yang diolah secara intensif dengan menerapkan sistem monokulttur biasanya jumlah bahan organiknya sedikit karena tidak ada atau minimnya seresah di permukaan lahan, selain itu input bahan organik yang berasal dari pupuk organic baik pupuk kandang atau pupuk hijau minim karena lebih menekankan penggunaan input kimia. Dari hal tersebut dapat diindikasikan pertanian tanpa penerapan tambahan bahan organik pada lahan pertanain intensif merupakan pengelolaan agroekosistem yang tidak sehat.
b) pH Tanah (Kemasaman Tanah) dan Adanya Unsur Beracun
pH tanah pada sistem pertanian intensif biasanya agak masam karena seringnya penggunaan pupuk anorganik seperti Urea yang diaplikasikan secara terus-menerus untuk menunjang ketersediaan unsure hara dalam tanah. Tanah bersifat asam dapat pula disebabkan karena berkurangnya kation Kalsium, Magnesium, Kalium dan Natrium. Unsur-unsur tersebut terbawa oleh aliran air kelapisan tanah yang lebih bawah atau hilang diserap oleh tanaman.
pH tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi tanaman. Pada tanah asam banyak ditemukan unsur alumunium yang selain bersifat racun juga mengikat phosphor, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah asam unsur-unsur mikro menjadi mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman.
pemilihan jenis tanamannya disesuaikan dengan pH tanah apakah tanaman yang diusahakan sesuai dan mampu bertahan dengan pH tertentu.
c) Ketersediaan Unsur Hara
Unsur hara yang digunakan tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya diperoleh dari beberapa sumber antara lain : Bahan organik, mineral alami, unsur hara yang terjerap atau terikat, dan pemberian pupuk kimia.
Pada lahan dengan pengolahan secara intensif sumber unsur haranya berasal dari input-input kimiawi berupa pupuk anorganik, petani kurang menerapkan tambahan bahan organic seperti aplikasi pupuk kandang dan seresah dari tanaman yang diusahkan., sehingga petani sangat berketergantungan dengan pupuk kimia, padahal penggunaan pupuk kimia berlebihan dapat menyebabkan kesuburan tanah menurun. Terkadang nampak gejala defisiensi unsur hara pada tanaman yang diusahakan dan petani mengatasinya dengan aplikasi pupuk kimia yang banyak mengandung unsure hara yang kurang tadi, misalnya tanaman kekurangan unsure N maka petani mengaplikasikan pupuk urea sebagai penunjang ketersediaan unsure N yang kurang tadi, begitupula dengan unsure-unsur lainnya.
2. Dari Segi Fisika Tanah
a) Kondisi kepadatan tanah
penggunaan alat-alat berat untuk pengolahan tanahnya. Sedangkan untuk nilai BJ tanah, Pada tanah secara umum nilainya BJ antara 2,6 – 2,7 g.cm-3, bila semakin banyak kandungan BO, nilai BJ semakin kecil”. Pada lahan dengan pengolahan intensif memiliki BJ bisa lebih dari 2,6 apabila pemadatan tanah yang terjadi amat tinggi. Apabila nilai BJ terlalu tinggi juga berpengaruh terhadap penentuan laju sedimentasi serta pergerakan partikel oleh air dan angin.
b) Kedalaman efektif tanah
Gambar 3. Kedalaman Efektif Tanah
Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati penyebaran akar tanaman. Banyakya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah, dan bila tidak dijumpai akar tanaman maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah.
Pada lahan dengan sistem pengolahan intensif terkadang memiliki sebaran perakaran yang cukup tinggi karena tanaman yang diusahakan dalam kurun waktu yang lama hanya satu komoditi saja.
c) Erosi Tanah
penutup tanah dan kegiatan pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah. Erosi tersebut umumnya mengakibatkan hilangnya tanah lapisan atas yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu erosi mengakibatkan terjadinya kemunduran sifat-sifat fisik dan kimia tanah.
Di lahan pertanian dengan pengolahan intensif, khususnya praktek penebangan hutan untuk pembukaan lahan baru memiliki tingkat kerusakan lingkungan yang amat tinggi. Pembukaan hutan tersebut merupakan tindakan eksploitasi lahan yang berlebihan, perluasan tanaman, penggundulan hutan, telah berdampak pada keberlangsungan hidup biota yang berada di bumi ini. Bila kondisi tersebut diatas terus berlangsung dengan cara tidak terkendali, maka dikhawatirkan akan bertambahnya jumlah lahan kritis dan kerusakan dalam suatu wilayah daerah aliran sungai (DAS). Kerusakan ini dapat berupa degradasi lapisan tanah (erosi), kesuburan tanah, longsor dan sedimentasi yang tinggi dalam sungai, bencana banjir, disribusi dan jumlah atau kualitas aliran air sungai akan menurun.
Dengan vegetasi yang hanya satu macam pada satu areal lahan menyebabkan tidak adanya tutupan lahan lain sehingga tidak dapat melindungi tanah dari daya pukul air hujan secara langsung ke tanah, hal tersebut mengakibatkan laju erosi cenderung tinggi.
3.Dari Segi Biologi Tanah
a) Keanekaragaman biota dan fauna tanah, ditunjukkan dengan adanya kascing
N, P dan K 2,5 kali kadar hara bahan organik semula, serta meningkatkan porositas tanah (pori total dan pori drainase cepat meningkat 1,15 kali).
Gambar 4. Organisme dalam Tanah
Cacing jenis ‘penggali tanah’ yang hidup aktif dalam tanah, walaupun makanannya berupa bahan organik di permukaan tanah dan ada pula dari akar-akar yang mati di dalam tanah. Kelompok cacing ini berperanan penting dalam mencampur seresah yang ada di atas tanah dengan tanah lapisan bawah, dan meninggalkan liang dalam tanah. Kelompok cacing ini membuang kotorannya dalam tanah, atau di atas permukaan tanah. Kotoran cacing ini lebih kaya akan karbon (C) dan hara lainnya dari pada tanah di sekitarnya. (Hairiah, 2000).
Pada lahan dengan pengolahan intensif, jarang terdapat seresah pada lahan tersebut sehingga keberadaan biota tanah seperti cacing tanah sedikit, padahal aktifitas cacing tanah dapat memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah, seperti meningkatkan kandungan unsur hara, mendekomposisikan bahan organik tanah, merangsang granulasi tanah dan sebagainya.
secara menyeluruh menciptakan pengelolaan sumberdaya alam dalam suatu agroekosistem berkelanjutan.
Deskripsi tersebut menggambarkan kerusakan tanah akibat pemakaian bahan kimia yang intensif. Untuk itu perlu suatu manajemen untuk mengelola agroekosistem untuk memperbaiki kualitas tanah. Sehingga bisa mencapai agroekosistem yang berkelanjutan.
Agroekosistem merupakan ekosistem yang dimodifikasi dan dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan akan pangan dan atau sandang. Karakteristik esensial dari suatu agroekosistem terdiri dari empat sifat utama yaitu produktivitas (productivity), kestabilan (stability), keberlanjutan (sustainability) dan kemerataan (equitability). Dengan menggunakan manajemen agroekosistem (Hairiah,2004).
III. METODE 3.1 Deskripsi Lokasi Praktikum
menggunakan sistem pertanian organik seperti wortel, brokoli, kentang (komoditi utama), lombok udel, kubis, sawi, dan selada dll. Pada pengamatan manajemen agroekosistem indicator tanah diberikan 2 perlakuan pengamatan yaitu perlakuan pengamatan pada tanaman semusim (non pohon) dan tanaman tahunan (dengan pohon) dengan memiliki parameter yang yang sama yaitu dari segi fisika, kimia dan biologi tanahnya.
3.2 Alat dan Bahan 1. Lapangan
a) Alat
1) Ring : Untuk mengambil sampel tanah
2) Meteran 50 m : Untuk mengukur panjang plot pengamatan, diameter pohon
3) Plastik : Untuk wadah sampel tanah, seresah, cacing, kascing
4) Balok kayu : sebagai alas saat memukul ring 5) Palu : untuk memukul balok kayu 6) Cetok : untuk mengambil sampel 7) Spidol permanent : Untuk memberi label
8) Tali Rafia : Untuk membatasi plot pengamatan
9) Pisau : Untuk mengambil dan membersihkan tanah
1) Tanah : sample tanah kering, indicator fisika 2) Seresah : indicator biologi
3) Cacing : indicator biologi 4) Kascing : indicator biologi
2. Laboratorium a) Alat
1) Bobot Isi dan Bobot jenis tanah
Jangka sorong : Untuk mengukur diameter ring
Buku tulis : Untuk media menulis hasil praktikum. Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan Jangka sorong : Untuk mengukur diameter ring Penggaris : Untuk menghitung tinggi ring Pistil dan Mortar : Untuk menghaluskan tanah Nampan : Untuk menempatkan tanah
Pisau : Untuk memotong tanah yang melebihi batas ring
Kaleng : Untuk Menempatkan tanah Timbangan Digital : Untuk menghitung berat tanah Oven : Untuk Mengeringkan tanah
2) C-organik
Buku tulis : Untuk media mencatat hasil praktikum. Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan Timbangan : Untuk menimbang tanah
Buret : Alat untuk titrasi
Gelas Ukur : tempat mengukur komposisi larutan Pipet : mengambil larutan
3) pH tanah
Buku tulis : Untuk media menulis hasil praktikum. Alat tulis : Untuk mencatat hasil pengamatan Timbangan : Untuk menimbang tanah
Labu erlemenyer : Untuk manaruh larutan c-organik Fial film : Untuk wadah tanah saat pengukuran
pH tanah
Stopwatch : Untuk mengukur waktu 4) Seresah, cacing dan kascing
Timbangan : menimbang BB dari seresah (+BKO), cacing dan kascing
Kertas tebal : membungkus seresah untuk pengovenan
Kamera : dokumentasi
Oven : mengoven seresah untuk memperoleh nilai BKO
Nampan : tempat seresah, cacing, kascing saat penimbangan
b) Bahan
1) Bobot Isi an Bobot Jenis Tanah
Sample Tanah dalam ring : Sebagai obyek yang di uji
Air :Sebagai pencampur dalam
pengukuran BJ
2) C-organik
K2Cr2O7 : Untuk mengikat karbon dalam tanah
H2SO4 : Untuk memecah rantai karbon dalam tanah
H3PO4 : Sebagai pengikat Fe dalam proses titrasi Indicator difenilamin : sebagai indikator warna bahan organik
dalam tanah.
Air : sebagai penetralisir reaksi kimia yang
dihasilkan oleh
3) pH tanah
4) Seresah, cacing dan kascing
Seresah : bahan pengamatan dalam indicator biologi Cacing : bahan pengamatan dalam indicator biologi Kascing : bahan pengamatan dalam indicator biologi
3.3 Metode (lapang dang laboratorium) 3.3.1 Kriteria indikator yang diamati
Kriteria Indikator yang diamati pada saat di Lapang ialah:
a) Kegemburan tanah yang meliputi ketebalan seresah, produksi kascing b) Kesediaan hara yang diamati melalui tanda-tanda defisiensi unsur hara Sedangkan kriteria indicator yang diamati dilabotarium yaitu:
a) Berat isi tanah b) Berat jenis tanah c) pH tanah
d) C-organik
e) Berat basah dan berat kering oven seresah f) Berat kascing dan jumlah kascing
3.3.2 Parameter atau Variabel yang diamati dan diukur Parameter yang diamati dan diukur antara lain: 1) Dari indikator bilogi terdapat variable:
a) Seresah :
Seresah akan menambah kandungan bahan organic tanah apabila nantinya mengalami proses pelapukan/dekomposisi. Bahan organik ini sangat berguna bagi kesuburan tanah.
b) Cacing :
Salah satu biota tanah yang berperan adalah cacing tanah. Cacing tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat kimia, fisik, biologis tanah. Berperan dalam mencampur seresah yang ada diatas tanah dengan tanah lapisan bawah dan meninggalkan liang dalam tanah. Cacing membuang kotorannya dalam tanah atau diatas permukaan tanah.
c) Kascing :
Indikator Fisika Tanah
Keragaman biota dan fauna tanah ditunjukkan dengan adanya kascing. Kascing (pupuk organic bekas cacing atau campuran bahan organic sisa makanan cacing dan kotoran cacing) mempunyai kadar hara N,P,K 2.5 x Kadar hara bahan organic semula serta meningkatkan porositas tanah. Kotoran cacing ini lebih kaya akan karbon (C) dan hara lainnya.
2) Dari indikator Fisika terdapat variable: a) BI :
Apabila berat isi rendah maka akan memperbesar pori. Hal ini akan berpengaruh terhadap struktur tanah. Apabila berat isi besar maka akan memadatkan struktur tanah dimana pori menjadi kecil, tanah menjadi lebih sulit diolah, akar semakin sulit menembus tanah, infiltrasi menjadi semakin kecil, konsistensi tanah semakin kuat 3) Dari indikator Kimia terdapat variable:
a) C-organik :
C-organik penting untuk mengetahui kandungan bahan organik yang ada dalam tanah. C-organik yang menunjukkan tingginya kesuburan suatu tanah.
b) pH :
pH tanah menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifst racun bagi tanaman misalnya pada tanah masam banyak ditemukan unsur Al yang selain bersifat racun juga mengikat phosphor sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Pada tanah masam unsur-unsur mikro mudah larut sehingga ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn, Cu dalam jumlah tang terlalu besar akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman.
ditandai dengan terdapat bercak ungu pada daun, defisiensi unsur hara K ditandai dengan ujung dan tepi daun menjadi coklat terutama pada daun bagian bawah
3.3.3 Metode dan Fungsi (output umum) a) Metode Lapang
Metode pengamatan lapang dilakukan dalam tahap mengambil sample yang nantinya akan diukur dan diamati lebih lanjut ke laboratorium guna mendapatkan data yang lebih lengkap dan valid selain itu metode lapang juga bertujuan untuk mengamati secara langsung kondisi agroekosistem di lapang khususnya dari segi tanahnya.
b) Metode laboratorium
Metode ini dilakukan sebagai tahapan lanjutan dari pengamatan lapang guna mendapatkan data yang lebih lengkap, yang tidak dapat dilakukan di lapang, dan yang membutuhkan peralatan laboratorium dalam mengamatinya.
4.1 Data
Jenis tutupan lahan dan perakaran Pohon Cemara, perakaran dalam
Organisme cacing 22 ekor
Organisme non cacing (kelabang) 1 ekor
Kascing
-Ketebalan seresah Frame 1= 7 cm , frame 2= 3,5 cm
Aspek Biologi
Parameter Hasil
Keanekaragaman Wortel, bit, kubis
Jenis tutupan lahan dan perakaran Tidak ada, perakaran dangkal
Organisme cacing 7 ekor
Organisme non cacing (semut) 5 ekor
Dari praktikum lapang yang diadakan dilahan Kebun Percobaan Cangar Universitas Brawijaya dilakukan pengamatan pada lahan semusim dan lahan tahunan. Dari hasil analisa lapang dan laoratorium didapatkan hasil bahwa secara umum kondisi tanah dilahan Cangar cukup baik. Namun apabila dibandingkan antara kondisi tanah lahan tanaman tahunan dan tanaman semusim maka tanah tahunan lebih sehat daripada tanaman semusim.
Dari segi aspek biologi
Dari aspek biologi di kedua tempat ditemukan seresah, namun seresah yang paling banyak ditemukan pada lahan tanaman tahunan. Tebal seresah tanah tahunan dari 3,5-7 cm. Dan tebal seresah pada tanaman semusim hanya 1 cm. Pada tanah tahunan memang tidak ditemukan kascing namun jumlah cacing yang ditemukan lebih banyak daripada tanaman semusim yaitu 22 ekor dan cacing pada tanah semusim yaitu 7 ekor. Banyaknya cacing yang ditemukan mengindikasikan bahwa tanah itu sehat, cacing berfungsi untuk memperbaiki porositas dan kascing berfungsi sebagai sumber pupuk alami.
Biota tanah memiliki peranan penting dalam siklus hara didalam tanah. Sehingga dalam jangka panjang dapat sangat mempengaruhi keberlanjutan produktifitas lahan. Salah satu biota tanah yang paling berperan yaitu cacing tanah. Cascing (pupuk organik bekas cacing) mempunyai kadar hara N,P, dan K 2,5 kali kadar hara bahan organik semula, serta meningkatkan porositas tanah (pori total dan pori drainase cepat meningkat 1,15 kali). (Irawan,2002)
Dari segi aspek kimia
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Pada lahan pertanian di Cangar, terdapat seresah daun yang merupakan sumber bahan organik. Menurut (Hardjowigeno,2007) tanah yang sehat memiliki kandungan bahan organik sekitar 5 %, sedangkan tanah yang tidak sehat kandungan bahan organiknya rendah.
pH tanah di daerah Cangar yang tahunan adalah 5,69 dan semusim 6,46 hal ini disebabkan karena banyaknya seresah yang akan menjadi BO dan BO dapat menurunkan pH karena bersifat asam. Tanah bersifat masam disebabkan karena berkurangnya Kation Kalsium,Magnesium, Kalium dan Natrium. Tetapi dengan pH yang masam, belum tentu kebutuhan tanaman terhadap tanah tidak cocok, hal itu tergantung pada jenis tanamannya.
Dari segi aspek fisika
Dari segi aspek fisika dilakukan pengamatan berat isi, berat jenis dan porositas. Namun pada tanah tahunan dilakukan pengamatan berat isi saja. Untuk berat isi pada kedua tempat diperoleh nilai yang hampir sama yaiu sebesar 0,64 g/cm3 dan 0,66 g/cm3. Pada tanah semusim berat jenis yang ditemukan sebesar 2,02 g/cm3. Sedangkan untuk BJ tanah, menurut literatur, menytakan bahwa keadaan tanah secara umum nila Bj antara 2,6-2,7 g/m3. Bila semakin banyak kandungan BO, maka nilai BJ semakin kecil. Dan porositasnya cukup baik yaitu 68%. Porositas yang baik akan mempengaruhi infiltrasi dan perakaran tanaman.
Hubungan antara Tanah, BP dan HPT
menggunakan pupuk organik tanpa campuran pupuk kimia. Jadi intinya jika tanah sehat, maka hama dilapang sedikit karena ada keseimbangan pada ekosistem, dan tanaman dapat tumbuh dengan baik dan produksinya meningkat.
4.3 Pembahasan Umum
Kriteria/indikator manajemen agroekosistem yang berkelanjutan dan sehat ditinjau dari aspek tanah sehat adalah
1. Dari Segi Kimia Tanah a) Bahan Organik Tanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Sumber primer bahan organik tanah dapat berasal dari Seresah yang merupakan bagian mati tanaman berupa daun, cabang, ranting, bunga dan buah yang gugur dan tinggal di permukaan tanah baik yang masih utuh ataupun telah sebagian mengalami pelapukan. Dalam pengelolaan bahan organik tanah, sumbernya juga bisa berasal dari pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos, serta pupuk hayati (inokulan).
Bahan organic tersebut berperan langsung terhadap perbaikan sifat-sifat tanah baik dari segi kimia, fisika maupun biologinya, diantaranya :
Memengaruhi warna tanah menjadi coklat-hitam
Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah
Meningkatkan daya tanah menahan air sehingga drainase tidak berlebihan, kelembapan dan tempratur tanah menjadi stabil.
Sumber energi dan hara bagi jasad biologis tanah terutama heterotrofik. b) pH Tanah (Kemasaman Tanah) dan Adanya Unsur Beracun
larut sehingga ditemukan unsur mikro seperti Fe, Zn, Mn dan Cu dalam jumlah yang terlalu besar, akibatnya juga menjadi racun bagi tanaman.
Tetapi dengan pH yang agak masam belum tentu kebutuhan tanaman terhadap pH tanah tidak cocok karena itu tergantung dari komoditas tanaman budidaya yang dibudidayakan. Untuk pengelolaan pH tanah yang berbeda-beda dalam suatu agroekosistem maka apabila suatu lahan digunakan untuk pertanian maka pemilihan jenis tanamannya disesuaikan dengan pH tanah apakah tanaman yang diusahakan sesuai dan mampu bertahan dengan pH tertentu.
c) Ketersediaan Unsur Hara
Unsur hara yang digunakan tanaman untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya diperoleh dari beberapa sumber antara lain : Bahan organik, mineral alami, unsur hara yang terjerap atau terikat, dan pemberian pupuk kimia.
Pada lahan Agroforestry daerah Cangar diketahui sumber unsur hara berasal dari bahan organik, karena pada lokasi tersebut banyak ditemukan seresah yang merupakan sumber bahan organic selain itu aplikasi pupuk kandang juga menambah ketersediaan unsur hara yang berfungsi ganda, diserap oleh tanaman dan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Gejala defisiensi unsur hara di daerah Cangar sangat kecil / tidak ada (tidak nampak) karena di daerah tersebut menggunakan pupuk organic berupa pupuk kandang dan system penanamanya Agroforestry yang tidak membuang seresah yang jatuh dari pohon sehingga seresah itu terdekomposisi oleh mikroorganisme yang ada dalam tanah. Seresah sangat membantu para petani untuk mencukupi kebutuhan unsur hara. Namun, petani tetap memberikan pupuk anorganik agar kebutuhan unsur hara lainnya yang khususnya unsur-unsur hara esensial dapat terpenuhi dengan baik.
2. Dari Segi Fisika Tanah a) Kondisi kepadatan tanah
dijumpai pada tanah yang masih alami atau tanah yang tidak mengalami pemadatan”.
Sedangkan untuk nilai BJ tanah, menurut Widiarto (2008) menyatakan bahwa, “Pada tanah secara umum nilainya BJ antara 2,6 – 2,7 g.cm-3, bila semakin banyak kandungan BO, nilai BJ semakin kecil”.
b) Kedalaman efektif tanah
Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati penyebaran akar tanaman. Banyakya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah, dan bila tidak dijumpai akar tanaman maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah
c) Erosi Tanah
Erosi adalah terangkutnya atau terkikisnya tanah atau bagian tanah ke tempat lain. Meningkatnya erosi dapat diakibatkan oleh hilangnya vegetasi penutup tanah dan kegiatan pertanian yang tidak mengindahkan kaidah konservasi tanah. Erosi tersebut umumnya mengakibatkan hilangnya tanah lapisan atas yang subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu erosi mengakibatkan terjadinya kemunduran sifat-sifat fisik dan kimia tanah.
3. Dari Segi Biologi Tanah
a) Keanekaragaman biota dan fauna tanah, ditunjukkan dengan adanya kascing
Cacing jenis ‘penggali tanah’ yang hidup aktif dalam tanah, walaupun makanannya berupa bahan organik di permukaan tanah dan ada pula dari akar-akar yang mati di dalam tanah. Kelompok cacing ini berperanan penting dalam mencampur seresah yang ada di atas tanah dengan tanah lapisan bawah, dan meninggalkan liang dalam tanah. Kelompok cacing ini membuang kotorannya dalam tanah, atau di atas permukaan tanah. Kotoran cacing ini lebih kaya akan karbon (C) dan hara lainnya dari pada tanah di sekitarnya.
Penyebab Ketidak seimbangan kandungan hara dalam tanah
Penyebab terjadinya ketidak seimbangan hara dalam tanah adalah adanya unsur hara yang sulit diserap secara langsung oleh akar tanaman dan kurangnya mikroorganisme yang ada didalamnya, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan unsur hara dalam tanah.
Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Ketersediaan Bahan Organik Tanah.
1. Mikroorganisme
Cacing merupakan salah satu contoh dari mikroorganisme dalam tanah. Semakin besar populasi cacing maka semakin besar pula bahan-bahan biomasa yang dapat didekomposisi oleh cacing tersebut. Maka bahan organik yang tersedia dalam tanah juga akan tinggi.
2. Vegetasi
Semakin banyak vegetasi yang tumbuh di tanah maka diasumsikan akan banyak pula biomasa yang dihasilkannya. Dan dengan kata lain maka biomasa tersebut akan terurai dan menjadi bahan organik tanah. Jadi dapat disimpulkan semakin banyak vegetasi yang ada maka semakin tinggi pula bahan organik yang terkandung dalam tanah.
3. Seresah
dengan bahan organik berbentuk zarah yang larut, memperbaiki struktur tanah, dan menaikkan kapasitas penyerapan. Semakin tinggi seresah yang ada di tanah maka semakin tinggi pula bahan organik yang ada.
Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Pemadatan Tanah 1. terlalu banyak menggunakan pupuk kimia
2. kurangnya penggunaan pupuk organik 3. pengolahan lahan yang tidak efektif
Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengurangi atau Mencegah Terjadinya Pemadatan Tanah
Upaya yang dapat dilakukan adalah:
a. Mengurangi penggunaan pupuk kimia yang berlebihan
b. Penggunaan pupuk organik karena dengan menggunakan pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik maupun kimia tanahnya
c. melakukan pengolahan tanah yang baik d. melakukan rotasi tanaman
Peran Cacing Tanah Dalam Mengatasi Permasalahan Kesehatan Tanah a.Dapat Mempercepat Pelapukan Sisa Sisa Tanaman.
Pelapukan adalah proses pengrusakan atau penghancuran kulit bumi oleh tenaga eksogen. Pelapukan di setiap daerah berbeda-beda tergantung unsur-unsur dari daerah tersebut. Misalnya di daerah tropis yang pengaruh suhu dan air sangat dominan, tebal pelapukan dapat mencapai seratus meter, sedangkan daerah sub tropis pelapukannya hanya beberapa meter saja.
b.Kotoran cacing dapat meningkatkan kesuburan tanah atau kadar NPK pada tanah yang di huninya.
Kotoran yang dikeluarkan oleh cacing tanah banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral, dan vitamin. Karena mengandung unsur hara yang lengkap, apalagi nilai C/N nya kurang dari 20 maka kotoran cacing yang biasa disebut casting dapat digunakan sebagai pupuk.
c.Memperbaiki Struktur Tanah
menggemburkan tanah. lorong lorong yang dibuatnya dalam tanah ( terutama pada lapisan top soil ) memungkinkan masuknya udara sehat ke dalam tanah dan terdesaknya kelebihan zat CO2 ke luar dalam tanah
Hubungan Antara Populasi dan Biomassa Cacing Tanah Dengan Bahan Organik Tanah
Bahan organik memiliki peranan sangat penting di dalam tanah. Bahan organik tanah juga merupakan salah satu indikator kesehatan tanah. Tanah yang sehat memiliki kandungan bahan organik tinggi, sekitar 5%. Sedangkan tanah yang tidak sehat memiliki kandungan bahan organik yang rendah.
Cacing tanah merupakan kelompok fauna tanah, berperan penting dalam memperbaiki produktivitas tanah melalui peningkatan perkolasi-infiltrasi dan mengurangi erosi tanah, perbaikan agregasi dan aerasi tanah, pengendalian dan peningkatan ketersediaan hara, serta dekomposer biomasa tanah. Dengan demikian semakin banyaknya populasi cacing tanah maka akan semakin besar pula biomasa tanah yang akan terdekomposisi. Dan pada akhirnya bahan organik tanah juga akan semakin meningkat.
V.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
● Pada Kebun Percobaan di Cangar tanah yang ada memiliki jenis tanah yang subur,dapat dilihat dari 3 indikator yaitu fisika,biologi dan kimia.
● Jika dibandingkan Antara lahan tanaman semusim dengan lahan tanaman tahunan, lahan tanaman tahunan lebih subur jika dibandingkan dengan lahan tanaman semusim.
● Pengelolaan Management Agroecosystem yang ada diKebun Percobaan Cangar dapat dikatakan cukup baik karena dengan tanah yang subur maka tanaman dapat tumbuh dengan baik sehingga hama ataupun penyakit sulit untuk menyerang.
● Sistem Pertanian Organik yang digunakan di Kebun Percobaan Cangar memiliki peran yang sangat penting untuk kesuburan tanah.
● Untuk kegiatan praktikum diharapkan untuk diperbaiki kembali. Dan untuk aspek hpt,bp maupun tanah harusnya dapat menyatu. Agar tidak membingungkan para praktikan.
● Untuk materi tolong diperjelas,karena pemberian materi sangat kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Anang. 2003. Resiliensi Tanah Terdegradasi. Makalah Pengantar Falsafah Sains. IPB. Bogor. Hal. 36-42.
DIKTI. 1991. Kesuburan Tanah. Dir.Jen DIKTI. Jakarta. Hal. 97-127.
Hairiah. 2000. Species and Variable Differences In tolerance Modification Contrains. Diakses dari www.rudyct. Com.
Hairiah, Kurniatun, dkk. 2004. Ketebalan Seresah sebagai Indikator Daerah Aliran Sungai (DAS) Sehat. FP-UB. Malang
Hardjowigeno, Saswono. 2007. ILMU TANAH. Akademika Pressindo. Jakarta
Irawan,B dan T. Pranaji .2002.Kebijakan Pemberdayaan Lahan Kering Untuk Mendukung Pengembangan Agribisnis dan Pertanian Berkelanjutan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor
Lampiran 1. Cara Kerja di Lapang:
a) Tanaman musiman (non pohon)
Siapkan alat dan bahan
Tentukan area lahan yang akan diamati
Bagi plot besar menjadi 5 plot kecil (@5x40m)
Ambil sampel komposit dengan ring pada masing-masing plot
Masukkan sampel tanah beserta ringnya pada kantong plastic
Ambil sampel seresah pada tiap plot
Masukkan dalam plastic yang berbeda
Beri label dengan spidol permanent
Jika terdapat cacing, ambil dan masukkan dalam kantong plastic
Beri label dengan spidol permanent
Jika terdapat kascing, ambil dan masukkan dalam kantong plastic
Plot 2
Plot 1
Plot 3
Beri label dengan spidol permanent
Mengidentifikasi defisiensi untur hara pada tanaman pada masing-masing plot
Dokumentasi tanaman yang mengalami defisiensi untur hara
Catat hasil pengamatan b) Tanaman Tahunan (dengan pohon)
BI BJ
Ratakan dan bersihkan lapisan permukaan tanah yang akan diambil contohnya, kemudian letakkan ring master tegak lurus pada lapisan tersebut.
Gali tanah di sekeliling tabung dengan sekop
Kerat tanah di sekeliling dengan pisau sampai mendekati permukaan tanah
Masukkan tabung sampel ke dalam ring master
Tekan tabung dengan hati-hati sampai masuk ke dalam tanah
Tabung beserta tanah didalamnya digali dengan sekop
Pisahkan tabung pertama dan kedua dengan hati-hati, kemudian potonglah tanah kelebihan yang terdapat pada bagian atas dan bagian bawah tabung sampai rata
Tutuplah tabung beserta tanahnya dengan plastik
Beri label
2) Cara kerja di Labotarium
o Biologi Tanah
a) Tanaman Tahunan - Seresah
Ambil seresah yang akan di oven
Pisahkan antara seresah batang dan seresah daun
Timbang masing-masing seresah
Bungkus masing-masing seresah dengan kertas tebal
Masukkan seresah pada oven selama 3 hari dengan suhu 72°C
Timbang seresah kembali
catat hasilnya
- Cacing
Keluar cacing daari plastic
Timbang berat cacing
Hitung jumlah cacing yang diperoleh
Catat hasil
- Kascing
Mengeluarkan kascing dari plastic
Mengukur diameter kascing
Dokumentasi b) Tanaman Musiman
- Seresah
Timbang masing-masing seresah
Bungkus masing-masing seresah dengan kertas tebal
Beri label (kelas, kelompok, plot, tanaman musiman)
Masukkan seresah pada oven selama 3 hari dengan suhu 72°C
Timbang seresah kembali
catat hasilnya
- Cacing
Keluar cacing daari plastic
Timbang berat cacing
Hitung jumlah cacing yang diperoleh
Catat hasil
- Kascing
Mengukur diameter kascing
Dokumentasi Fisika Tanah
BI BJ
Siapkan alat dan bahan
Ratakan permukaan tanah sejajar dengan ring
Ukur tinggi dan diameter ring
Hitung berat tanah
Pindahkan sampel tanah ke kaleng
Timbang tanah beserta kalengnya
Oven tanah tadi selama 24 jam dengan suhu 110oC
Timbang sampel tanah yang sudah di oven
Timbang labu Erlenmeyer
Masukkan tanah 20 gram pada labu Erlenmeyer
Tambahkan air hangat sebanyak 100 ml
Kocok dan dipanaskan pada suhu 100oC
Kemudian dinginkan dengan air
Timbang hasilnya
Kimia Tanah C-Organik
Ambil erlenmeyer 500 ml
Ambil sampel tanah sebanyak 0.5 gram yang lolos ayakan 0.5 mm
Tambah K2Cr2O7 10 ml
Tambah H2SO4 20 ml
Tambah H3PO4 85% 10 ml
Difenilamina 30 tetes
Titrasi dengan FeSO4 sampai berwarna hijau
Hasil ml blanko dan ml sampel
pH
Timbang 10 gram sampel tanah
Tambahkan aquadest 10 ml
Kocok + 1 jam
Ukur pH dengan pH meter
Hasil pH Laboratorium
o Biologi Tanah
Ambil seresah yang akan di oven
Timbang seresah
Masukkan seresah pada oven selama 3 hari dengan suhu 72°C
Perhitungan tanaman tahunan ASPEK BIOLOGI
Fauna tanah :
Cacing : 22 ekor
Kelabang : 1 ekor Ketebalan Seresah
Pada frame 1 = 7 cm
Pada frame 2 = 3,5 cm
Dari indicator pengamatan tanaman semusim (non pohon) diperoleh hasil: ASPEK FISIKA
Perhitungan Bobot Isi Rumus bobot isi tanah :
BI = ( 226.99 / 90) x 56.759 220.98
= 2.52 x 56.759 220.98 = 143.15 220.98
= 0. 6478 gr / cm3 ASPEK KIMIA
BI = (BB / BB sub ) X BKO sub
ASPEK FISIKA
- Berat tanah basah = 286,2gr - Berat tanah kering = 145gr
Perhitungan Bobot Isi
Tb : Berat Basah Tanah sebelum di Oven To : Berat Kering Tanah setelah di Oven K : Berat Kaleng tempat peletakkan tanah
Rumus BI : Rumus Kadar Air
BJ
Perhitungan Bobot Jenis Tanah
To 100 ml Jenis
54,34 gr 74,34 gr 165,64 gr 2,298
gr/cm3
Tabel 3. Perhitungan Bobot Jenis Tanah
Keterangan : To adalah tanah yang telah di Oven. Pada praktikum ini digunakan 20 gr To.
Rumus Bobot Jenis :
Bobot Jenis = (Labu
100
+¿
)−Labu
−¿ ¿
=74,34
−
54,34
100
−(
165,64
−
74,34
)
=
8,7
20
= 2,298 gr / cm3a. % Porositas
1. % Porositas = 1 -
BobotJenis
BobotIsi
X 100 %= 1 -
2,298
1,72
gr
gr
/cm
3
/
cm
3
X 100 % = 25,16 %ASPEK KIMIA C-Organik
%
C
−Organik
=
(
mlblangko−mlsample)
mlblangko ×
0,5
×
100
100
+
%KA
¿
(
10
10
×
−
0,5
7
)
×
100
100
+
97,37
¿
3
5
×
1,9737
¿
0,6
×
1,9737
=
1,185 %
Bobot Jenis =(Labu+
100
¿
)−Labu
−¿ ¿
% Porositas = 1 -
Bobot Jenis
Bobot Isi
%Bahanorganik=
100
58
× %C−Organik
¿
100
58
×
1,185
=
2,04 %
pH = 6,46
Dokumentasi Kascing
Plot Dokumentasi
Gambar 5
2. Quadran 2
Gambar 6
3. Quadran 3
Gambar 7 4. Quadran 4
Dokumentasi Erosi
Jenis Erosi Dokumentasi
Erosi Percikan
Gambar 9
Gambar 12. pengambilan seresah Gambar 13 pengambilan sampel
Gambar 14 Memasukan tanah ke ring Gambar 15. pengukuran diameter pohon