• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan PKL TEKNIK IDENTIFIKASI BAKTERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan PKL TEKNIK IDENTIFIKASI BAKTERI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia, memiliki 17.480 pulau-pulau besar dan kecil serta garis pantai sebesar 95.181 km. dengan luas daratan hanya 1,9 juta km2 , maka 75% wilayah Indonesia berupa lautan, yang terdiri dari 3,1

juta km2 wilayah laut teritorial dan 2,7 juta km2 zona ekonomi eksklusif (ZEE),

dengan realitas seperti ini, Indonesia tentu saja memiliki potensi sumberdaya kelautan, yang terdiri atas sumberdaya alam dapat pulih (renewable resaouces). Sumberdaya alam tidak dapat pulih (non-renewable resources), sumber energy kelautan dan jasa-jasa lingkungan yang sangat besar (Susanto, 2011).

Wilayah pesisir/pantai dan laut merupakan wilayah yang potensial untuk dikembangkan sebagai sumber pendapatan daerah melalui kegiatan usaha perikanan. Untuk lebih mengoptimalkan wilayah pantai dan laut sebagai sumber pendapatan asli daerah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 (telah direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004) tentang Otonomi Daerah yaitu daerah Kabupaten berhak atas wilayah 4 mil laut (1/3 dari wilayah propinsi) khususnya pada sumberdaya hayati laut (ikan dan biota laut lainnya), maka sangat diperlukan suatu studi tentang potensi sumberdaya ikan yang ada di daerah tersebut. Data ini sangat bermanfaat dalam rangka pengembangan sub sektor perikanan khususnya budidaya ikan kakap putih (Mallawa, 2006).

(2)

Daerah (BUMD), Perusahaan Swasta, dan Instansi Pemerintahan setempat. Praktik Kerja Lapangan memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengabdikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh di kampus dimana merupakan wujud relevansi antara teori yang didapat selama di perkuliahan dengan praktik yang ditemui baik dalam dunia usaha swasta maupun pemerintah.

Ikan Kakap Putih adalah ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam (Euryhaline) dan merupakan ikan katadromous (dibesarkan di air tawar dan kawin di air laut). Sifat-sifat inilah yang menyebabkan ikan kakap putih dapat dibudidayakan di laut, tambak maupun air tawar.Untuk mencapai target produksi perikanan sesuai dengan yang diharapkan, berbagai permasalahan menghambat upaya peningkatan produksi tersebut, antara lain kegagalan produksi akibat serangan wabah penyakit ikan yang bersifat patogenik baik dari golongan parasit, jamur, bakteri, dan virus. Oleh karena itu, perlu adanya kegiatan teknik identifikasi dari suatu jenis penyakit khususnya bakteri agar memudahkan dalam kegitan pengobatan.

Kegiatan kuliah kerja praktik (KKP) dilaksanakan di Balai Budidaya Laut Batam (BBLB) di Pulau Setoko selama 30 hari. Dengan kegiatan identifikasi bakteri vibrio sp pada ikan kakap putih (Lates calcarifer) standar laboratorium.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui jenis bakteri yang menyerang ikan kakap putih dan cara pencegahannya serta cara identifikasi bakteri.

1.3 Manfaat

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keadaaan Umum Praktik Kerja Lapangan

Lokasi dilaksanakannya Praktik Kerja Lapangan bertempat di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam Jl. Raya Barelang, Jembatan III, Pulau Setoko, Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Balai Budidaya Laut Batam memiliki luas lahan sekitar 6,5 Ha. Beberapa komoditas perikanan yang terdapat di BPBL Batam adalah kerapu macan, kakap putih, bawal bintang, kerapu kertang dan ikan ekonomis lainnya. Lokasi Balai Perikanan Budidaya Laut Batam terletak di sebelah utara Pulau Setoko yang dicapai setelah melewati tiga jembatan yang menghubungkan Pulau Batam dengan Pulau Tonton, Pulau Tonton dengan Pulau Nipah serta Pulau Nipah dengan Pulau Setoko. Lokasi Praktik Kerja Lapangan dapat dilihat pada Gambar 1.

(4)

laminar air flow, waterbath grant, hot plete, tibangan digital, cawan petri, jarum ose dan gunting.

Selain ketersediaan alat-alat di dalam ruang bakteri, terdapat juga bahan-bahan yang digunakan untuk pengolahan bahan-bahan penunjang identifikasi bakteri, seperti: kertas tensil, kapas, alkohol, larutan H2O2 3%, larutan dimetthyl-

p-phenyllene- α- naphthol, agar, pepton, beef extak dan bahan penunjang linnya. Gedung hama dan penyakit ikan juga menyediakan ruang identifikasi patogen. Alat yang tersedia didalam ruang identifikasi patogen adalah mikroskop sebanyak dua buah dan timbangan digital sebanyak dua buah, objek glas, kamera digital dan bahan penunjang lainnya seperti keristal violet, minyak emersi dan kapas. Untuk proses sterilisasi alat dan bahan laboratorium, di dalam gedung hama dan penyakit ikan juga terdapat ruang sterilisasi alat dan bahan. Alat yang terdapat di dalam ruang sterilisasi adalah autoklaf sebanyak dua buah. Autoklaf yang tersedia didalam ruang sterilisasi adalah autoklaf bersih dan autoklaf kotor dan terdapat pula ember dan keranjang sebagai wadah alat dan bahan yang akan di sterilisasi.

2.2.2 Bangunan dan Fasilitas Lain

(5)

Balai Budidaya Laut Batam juga memiliki fasilitas berupa bangunan dan kendaraan yang juga diperlukan untuk melengkapi prasarana yang dibutuhkan. Beberapa fasilitas tersebut adalah: kantor, perpustakaan, penginapan tamu, asrama dan gedung olehraga, musholla, perumahan pegawai, pos satpam, kantin, chilling room. Dan fasilitas penunjang lainnya seperti: kendaraan roda empat, kapal motor dan kapal tanpa motor.

2.3 Ikan kakap putih

Ikan kakap putih adalah ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap kadar garam (Euryhaline) dan merupakan ikan katadromous (dibesarkan di air tawar dan kawin di air laut). Sifat-sifat inilah yang menyebabkan ikan kakap putih dapat di budidayakan di laut, tambak maupun air tawar. Pada beberapa daerah di Indonesia ikan kakap putih dikenal dengan beberapa nama seperti: pelak, petakan, cabek, cabik (Jawa Tengah dan Jawa Timur), dubit tekong (Madura), talungtar, pica-pica, kaca-kaca (Sulawesi). Ikan kakap putih termasuk dalam famili Centroponidae, secara lengkap taksonominya adalah sbb: Phillum : Chordata

(6)

teleostei. Ikan jenis ini sering kali diserang virus, bakteri dan jamur. Hal ini juga didukung dengan analisa rutin yang dilakukan di BBL Batam dimana penyakit vibriosis merupakan penyakit bakterial utama yang menyerang kakap putih.

2.4 Bakteri Vibrio

Vibrio merupakan jenis bakteri yang hidupnya saprofit di air, air laut, dan tanah. Bakteri ini juga dapat hidup di salinitas yang relatif tinggi. Sebagian besarjuga bersifat halofil yang tumbuh optimal pada air laut bersalinitas 20-40‰. Genus Vibrio adalah agen penyebab penyakit vibriosis yang menyerang hewan laut seperti ikan, udang, dan kerang-kerangan. Terdapatnya bakteri pathogen Vibrio di perairan laut menandakan adanya kontak dengan buangan limbah industri dan rumah tangga seperti tinja manusia atau sisa bahan makanan lainnya, di mana bakteri tersebut secara langsung akan tumbuh dan berkembang bila kondisi perairan tersebut memungkinkan. Selanjutnya dari keadaan ini kemudian akan berpengaruh terhadap biota perairan dan akhirnya pada manusia.

(7)

BAB III

METODE KULIAH KERJA PRAKTIK

3.1 Waktu dan Tempat

Kuliah Kerja Praktik (KKP) ini dilaksanakan pada tanggal 3 Agustus s/d 3 September 2015 di Balai Prikanan Budidaya Laut Batam, Jalan Raya Barelang, Pulau Setoko, Batam Provinsi Kepulauan Riau.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada saat praktik kerja lapangan adalah cawan petri, labu Erlenmeyer, timbangan digital, lemari pendigin, hot plate, waterbath grant, lampu Bunsen, jarum ose, pinset, gunting, incubator, glas objek dan mikroskop.

Bahan yang digunakan pada saat praktik kerja lapangan adalah beef extrak, pepton, agar, aguades, kertas tensil, alumunium foil, media nutrient agar, alcohol, alat tulis, larutan H2O2 3%, medium O/F dengan kandungan 1 % glukosa, kovac, gymse,

akuades, biakan bakteri, kertas label dan kertas saring. 3.3 Prosedur Praktik Kerja Lapangan

Adapun prosedur kerja pratik kerja lapangan adalah sebagai berikut: 3.3.1 Pembuatan Nutrient Agar

(8)

dimasukkan kedalam lemari pendingin dan kedalam waterbath grant dan nutrien agar dituang kedalam cawan petri.

3.3.2 Isolasi Bakteri Pada Ikan

Prosedur kerja isolasi bakteri pada ikan adalah: Alat dan bahan yang digunakan dalam isolasi bakteri pada ikan disediakan terlebih dahulu. Ikan yang terserang penyakit diisolasi dengan melakukan penggoresan menggunakan jarum ose, yaitu pada bagian limpa, ginjal, hati dan luka borok. Setelah dilakukan penggoresan pada bagian tubuh ikan, lalu goreskan jarum ose ke media nutien agar TSA dengan metode zig zag. Penggoresan dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu: untuk bagian limpa, hati, ginjal dan luka borok.

3.3.3 Isolasi Bakteri Pada Nutrient Agar

Prosedur kerja isolasi bakteri pada nutrient agar adalah: Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan isolasi disediakan terlebih dahulu. Media nuterian agar yang telah ditumbuhi bakteri ditandai dengan timbul titik-titik dan sebaran titik lebar. Biakan yang diambil untuk digoreskan pada media baru media TSA dan Media TCBS sebagai media selektif dari vibrio sp adalah tanda yang dominan terdapat pada media. Selanjutnya dilakukan penggoreskan kepada biakan yang telah diambil ke media nutrient agar yang baru. Panaskan kembali ditas bunsen dan bungkus dengan kertas tensil serta masukkan kedalam inkubator untuk biakan murni pada media tersebut.

3.3.4 Uji Biokimia Bakteri

3.3.4.1 Uji gram menggunakan KOH 3%

(9)

cara meneteskan laruran 3% KOH diatas kaca objek, kemudian dicampurkan dengan biakan bakteri yang diisolasi pada media padat dengan umur isolat antara 24-48 jam. 3.4.4.2 Bentuk sel bakteri

Prosedur kerja mengati bentuk sel bakteri, yaitu: Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pewarnaan gram/bentuk disipkan terlebih dahulu. Objek glas yang steril digores dengan media bakteri, diteteskan dengan akuades dan ratakan hingga terbentuk lapisan tipis. Kering anginkan selama kurang lebih 5 menit. Tuangkan gymse dan diamkan selama 1 menit. Cuci dengan air mengalir dan kering-anginkan. Amati dibawah mikroskop.

3.4.4.3 Uji biokima Katalase

Prosedur kerja uji biokimia uji katalase, yaitu: alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan uji katalase disediakan terlebih dahulu media bakteri digoreskan diatas objek glas. Larutan H2O2 3% diteteskan diatas objek

glass yang telah diberi media bakteri tersebut dan campuran kedua bahan tersebut diperhatikan. Bila terdapat gelembung-gelembung udara pada bahan yang telah dicampurkan, maka katalase bersifat positif (+) dan bila tidak terdapat gelembung-gelembung udara maka katalase bersifat negative (-).

3.4.4.2 Uji biokimia Oksidase

(10)

3.3.4.4 Uji indol bakteri

Isolat bakteri diinokulasi ke dalam medium nutrien gelatin pada tabung reaksi secara aseptik, diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Setelah diinkubasi

ditetesi dengan 10 tetes reagen Kovac’s dan uji akan bernilai positif merupakan indikasi bahwa bakteri mampu memecah asam amoni tryptopan dengan pembentukan warna merah pada permukaan medium.

3.3.4.5 Uji oksidatif – fermentative

Prosedur kerja uji biokimia yang ketiga adalah uji oksidatif – fermentative, yaitu: alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan uji oksidatif – fermentative disediakan terlebih dahulu. Bakteri diinokulasi kedalam tabung yang telah berisi medium O/F yang mengandung 1% glukosa. Disediakan tabung yang berisi medium O/F yang mengandung 1% glukosa yang diberi paraffin cair steril kurang lebih 1 cm dari permukaan media dan diinkubasi selama 24 jam dan dilakukan pengamatan pada tabung, apabila tabung pertama tanpa paraffin berubah warna dari warna biru menjadi berwarna kuning dan tabung kedua yang diberi paraffin tetap berwarna biru, berarti bakteri bersifat oksidatif. Apabila tabung pertama tanpa paraffin dan tabung kedua yang ditutup dengan paraffin berwarna biru keduanya berubah warna menjadi kuning berarti bakteri bersifat fermentative.

3.4.4.6 Uji motility

(11)

tusukan, maka bersifat motil, sedangkan apabila tumbuhnya hanya mengikuti garis tusukan inokulasi, maka bersifat non motil.

3.3.4.7 Uji biokimia sulfida

Inokulasi biakan pada tabung reaksi yang telah berisi media TSIA 7 mLdengan cara menusukkan jarum ose ke dalam media kemudian baru diinokulasi pada bagian slant TSIA. Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Diamati pada

(12)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil dari pengamatan ikan kakap putih dengan kode sampel I 13 dan I 66 di sajikan dalam table di bawah ini :

Tabel 3.1 Sampel ikan terifeksi bakteri

No Ikan sampel Organ target

Hati Ginjal Limpa Borok

1. Kakap putih I 13 Terinveksi - - Terinveksi

2. Kakap putih I 66 Terinveksi Terinveksi Terinveksi Terinveksi

Hasil dari uji biokimia dari sampel ikan di atas disajikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3.2 Uji Biokimia bakteri ikan kakap putih No O

target gra m

B sel Katalase Oksidase Indol O / f

Motiliti Sulfid

1. Hati - Batang p + + - F +

-Borok - Batang p + + - F +

-2. Hati - Batang p + + - F +

(13)

-4.2.1 Penyakit ikan

Proses pengamatan ikan yang terserang penyakit adalah dengan melihat ciri-ciri ikan sering berenang di permukaan, nafsu makan berkurang dan pergerakan ikan tidak seimbang. Ciri-ciri tersebut sesuai dengan literatur Syarif (2011) yang mengatakan bahwa ciri-ciri ikan sakit adalah Behaviour (perilaku ikan): Ikan sering berenang di permukaan air dan terlihat terengah-engah (megap-megap). Ikan tidak mau makan (nafsu makan menurun). Equilibriun: Equibriun artinya keseimbangan, ikan yang terserang penyakit keseimbangannya terganggu, maka ikan berenang oleng, dan loncat-loncat tidak teratur, bahkan menabrak dinding bak. External lesion: Adalah abnomalitas dari organ tubuh tertentu karena adanya serangan penyakit.

Menurut Waldoppo (1995) diacu dalam Laporan Pemantauan 2011 Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam definisi penyakit diartikan sebagai suatu proses atau kondisi yang abnormal dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu karakteristik yang membedakannya dengan keadaan normal. 4.2.2 Identifikasi Bakteri Vibrio Sp.

Secara umum, morfologi atau struktur tubuh dari bakteri Vibrio bila diisolir dari faeces penderita atau dari biakkan yang masih muda adalah batang bengkok seperti koma, tetapi akan berbentuk batang lurus bila diambil atau didapat dari biakan yang sudah tua. Mempunyai sifat Gram negatif dengan ukuran 1 – 3 x 0,4 – 0,6 µm tetapi ada beberapa literatur yang mengatakan bahwa Vibrio berukuran panjang (1,4 – 5,0) µm dan lebar (0,3 – 1,3) µm (Jawetz, 2007).

Kalsifikasi dari bakteri vibrio sp. adalah sebagai berikut: Kingdom : Aebacteria

(14)

Ordo : Aebacteriales Family : Vibrionaceae

Genus : Vibrio

Spesies : Vibrio spp. 4.1.3 Uji biokimia bakteri

Berdasarkan tabel 2 hasil uji biokima bakteri pada uji gram menggunakan KOH 3% bakteri bersifat gram negative dikarenakan dinding sel bakteri gram negative tidak resisten terhadap larutan KOH 3%. Dinding sel bakteri gram negative akan larut apabila ditambahkan larutan KOH 3%. Larutnya dinding sel bakteri menyebabkan terbebasnya asam nukleat ke dalam pereaksi dan menghasilkan material viskus yang teramati sebagai suspensi yang bebrbentuk gel. Lihat gambar di lampiran.

Uji katalase pada uji biokimia ikan kakap putih bersifat positif karena bakteri ini mempunyai enzim katalase yang dapat mengubah senyawa super oksida H2O2

yang ditambahkan pada suspensi bakteri menjadi H2O dan gas O2. Gas yang

(15)

Uji biokimia indol bersifat negative karena bakteri ini tidak dapat menghasilkan resseindol yang berwarna merah. Pengamatan uji biokimia selanjunnya bersifat fermentatif. Uji biokimia oksidatif/fermentative dilakukan dengan menginokulasi bakteri kedalam tabung. Pada uji O/F menggunakan dua tabung yang berisi medium yang berbeda. Medium pertama berisi medium O/F yang mengandung 1% glukosa. Tabung kedua berisi medium O/F dan 1% glukosa, namun larutan tersebut ditutupi dengan paraffin cair steril. Cairan paraffin dimasukkan kedalam tabung kurang lebih 1 cm dari permukaan media. Pengamatan dilakukan setalah tabung diinkubasi selama 24 jam. Kedua larutan yang berada didalam tabung berubah warna menjadi kuning, hal ini menunjukkan uji O/F bersifat fermentatif.

Berdasarkan hasil pengamatan uji biokima motiliti yang dilakukan dalam identifikasi bakteri vibrio sp. pada ikan kakap putih menunjukkan bakteri bersifat motil. Pengamatan yang dilakukan menggunakan tabung yang berisi P dimetyllamino benzal dehide yang dilarutkan dengan ethyl alcohol absolute dan HCL pekat dengan takaran tertentu. Teknik uji motilitas dilakukan menusukan botol medium dengan jarum ose yang telah tergores dengan biakan bakteri. Dari teknik menusukan medium tersebut terlihat penyebaran bakteri diluar garis penusukan. Penyebaran bakteri dapat dilihat dari perubahan warna pada medium. Pada awalnya medium bening, namun setelah penyebaran terjadi medium menjadi keruh. Hasil uji sulfid berbentuk negatif karena bakteri ini tidak mempunyai zat besi.

(16)

hasil uji biokimia diatas, sampel kakap putih I.13, I.66 terinfeksi bakteri vibrio sp. Hal ini sesuai dengan ketentuan laboratorium hama dan penyakit ikan dibalai perikanan budidaya laut batam diacu dalam Jawetz (2007).

4.2.3 Pencegahan dan pengobatan.

 Melakukan penanganan yang baik dan sesuai prosedur untuk menghindari ikan stres dan luka yang dapat memicu inveksi bakteri

 Vaksinasi dengan vaksin vibrio : Vibrio polyvalen

 Pencampuran probiotik lewat pakan ataupun melalui air media pemeliharaan

 Pemberian vitamin C dan imostimulan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan.

 Pengobatan bakteri vibrio sp menggunaka anti mikrobrial yang diizinkan peredaran oleh badan pengawas KKP.

 Cara pengobatan melalui perendaman, pakan, dan penyuntikan.

(17)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :

 Sampel kakap putih I.13 dan I.66 terinfeksi bakteri vibrio sp.

 ciri-ciri ujibiokimia bakteri vibrio sp. Adalah uji gram bersifat negatif, bentuk sel batang pendek, uji oksidase dan katalase bersifat positif, uji motility bersifat motil, tes O/F bersifat fermentative dan uji sulfid bersifat negatif

 Pengobatan bakteri vibrio menggunakan obat Vibrio polyvalen

5.2 Saran

Dari hasil praktik kerja lapangan , semoga dapat dijadikan informasi dan mempertegas kedisiplinan budidaya perikanan, terutama dalam memecahkan masalah penyakit ikan kakap putih (Lates calcarifer) guna untuk memperlancar kegiatan budidaya dan reproduksi ikan.

DAFTAR PUSTAKA

Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. Surabaya: Salemba Medika.

Mallawa, A. 2006. Studi Pendugaan Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kabupaten Selayar. Universitas Hasanuddin.

Novriandi, M, Haryono, Kadari, M, Darmawan, A. 2010. Aplikasi Vaksinasi

(18)

Susanto, B., Ibnu, R., Riani, R., I, Nyoman., Tatam, S. Aplikasi Teknologi Pembesaran Ikan (Haliotis squamata) dalam Menunjang Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Aplikasi Teknologi Pembesaran AIkan. 2011.

Syarief, A. 2011. Laporan Pemantauan 2011 Stasiun Karantina Ikan Kelas I Hang Nadim Batam. Batam.

Waldoppo. 1995. Perairan Darat Dan Laut. Buku Geografi. Jakarta.

LAMPIRAN

(19)
(20)

Lampiran 2 Foto selama kegiatan Kuliah Kerja Praktek

(21)

3. isolat bakteri ikan. 4. uji biokimia bakteri.

Gambar

Tabel 3.2 Uji Biokimia bakteri ikan kakap putih

Referensi

Dokumen terkait

2016, yang dilakukan oleh Pokja Panitia Pengadaan Barang/Jasa Balai Perikanan Budidaya Laut Batam telah mengadakan Rapat evaluasi untuk paket

Satuan Kerja Balai Perikanan Budidaya Laut Batam yang selanjutnya disebut sebagai pengguna barang akan mengadakan Pelelangan Umun dengan menggunakan Lelang

penyusunan program kerja Balai Pengembangan budidaya air tawar, air payau, air laut dan Teknologi Perikanan Budidaya;c.

Laporan Kinerja Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon Triwulan I Tahun 2017 menyajikan berbagai keberhasilan maupun kendala dalam mencapai Sasaran Strategis

9 Sampling pertumbuhan ikan bawal bintang stadia pembesaran di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung 69 10 Sampling perhitungan jumlah telur di Balai Besar

Laporan Kinerja Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon Triwulan I Tahun 2020 menyajikan berbagai keberhasilan maupun kendala dalam mencapai Sasaran Strategis Balai

Laporan Kinerja Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon Triwulan II Tahun 2017 menyajikan berbagai keberhasilan maupun kendala dalam mencapai Sasaran Strategis Balai

Pelayanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon dalam bentuk pengujian sampel uji baik kualitas air maupun identifikasi hama dan