• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan dan praktikum dan hidroponik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan dan praktikum dan hidroponik"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ACARA I. PENGENALAN SISTEM HIDROPONIK

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang

Berkurangnya lahan yang terus-menerus yang terjadi akibat bertambahnya penduduk dan kurangnya tempat tinggal mengakibatkan pengalih fungsian lahan. Pengalih fungsian mengakibatkan berkurangnya lahan tanam sedangkan pertumbuhan hasil pertanian tidak secepat pertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan kekurangan bahan kebutuhan pangan. Para petani Indonesia yang lebih menggunakan cara-cara konvensional dalam bercocok tanam menyebabkan kebutuhan pangan tidak tercukupi. Cara bercocok konvensional yang menggunakan lahan areal yang luas dalam bercocok tanam oleh petani. Hal ini berbeda dengan sistem hidroponik.

Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Lahan yang digunakan juga tidak perlu terlalu luas asalkan nutrisi pada tanaman terpenuhi. Penggunaan sistem hidroponik lebih menguntungkan, produksi tanaman lebih tinggi, lebih terjamin dari hama dan penyakit, tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat, bila ada tanaman yang mati, bisa dengan mudah diganti dengan tanaman baru, dan tanaman memberikan hasil yang kontinue.

Sistem hidroponik sepeerti Floating Hidroponic System (FHS), substrat sekam dan pasir Nutrient Film Teqnique (NFT), vertikultur talang, ebb and flow atau penggenangan dan pengatusan, Deep Flow Technique (DFT), serta aquaponik yang akan digunakan dalam praktikum ini. Praktikum Pengenalan Sistem Hidroponik ini memberikan manfaat kepada mahasiswa, dalam menambah pengetahuan tentang macam-macam sistem hidroponik dan teknik budidaya hidroponik serta mahasiswa dapat belajar

(2)

secara langsung, tentang cara budidaya hidroponik secara tepat dari berbagai jenis sistem yang akan digunakan. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sistem-sistem yang digunakan.

2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari Praktikum Acara I Pengenalan Sistem Hidroponik, memberi pengalaman mahasiswa sehingga mampu :

a. Mengidentifikasi komponen dan instalasi beberapa macam sistem hidroponik, meliputi : Floating Hidroponic System (FHS), substrat sekam dan pasir Nutrient Film Teqnique (NFT), vertikultur talang, ebb and flow atau penggenangan dan pengatusan , Deep Flow Technique (DFT), serta aquaponik

b. Merinci kelebihan dan kekurangan tiap-tiap jenis sistem

c. Menjelaskan contoh aplikasi jenis-jenis hidroponik untuk budidaya tanaman hortikultura semusim

d. Mencontohkan foto/ visualisasi modifikasi aplikasi jenis-jenis sistem hidroponik untuk budidaya tanaman hortikultura.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

(3)

B. Tinjauan Pustaka

Penggunaan teknik budidaya tanaman secara hidroponik memiliki berbagai keuntungan. Menurut Sameto (2006), beberapa keuntungan yang diperoleh dari penggunaan teknik ini adalah mengeliminasi serangan hama, cendawan, penyakit asal tanah sehingga dapat meniadakan penggunaan pestisida, mengurangi pengguaan areal tanam yang luas, meningkatkan hasil panen serta menekan biaya produksi yang tinggi. Selain itu teknik hidroponik dapat dapat mempercepat waktu panen, penggunaan air serta hara yang terukur, dan kulalitas, kuantitas dan kontinuitas hasil yang terjamin.

1. Floating Hydroponik System (FHS)

Floating Hydroponik System (FHS) merupakan budidaya tanaman (khususnya sayuran) dengan cara menanamkan atau menancapkan tanaman pada lubang strofoam yang mengapung diatas permukaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi. Metode ini dikembangkan pertama kali oleh Jensen di Arizona dan Massantini di Italia. Pada sistem ini larutan nutrisi tidak disirkulasikan, namun dibiarkan pada bak penampungan dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu (Sudarmojo 2008).

Floating Hydroponik System (FHS) perlu dilakukan pengontrolan kepekatan larutan nutrisi dalam periode tertentu. Hal ini dilakukan karena dalam jangka waktu yang cukup lama akan terjadi pengkristalan dan pengendapan pupuk cair dalam dasar kolam yang dapat mengganggu peertumbuhan tanaman. Sistem ini mempunyai beberapa karakteristik seperti terilosasinya lingkungan perakaran yang mengakibatkan fluktuasi suhu larutan nutrisi lebih rendah, dapat digungakan untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena energy yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada energy listrik (Istiqomah 2007).

(4)

konvensioanl. Penggunaan sistem hidroponik tidak mengenal musim dan tidak memerlukan lahan yang luas dibandingkan dengan kultur tanah untuk menghasilkan produk yang sama. Selain itu sistem hidroponik lebih menguntungkan daripada sistem konvensioanl. Bila dilihat dari hasil pertumbuhan tanaman sistem hidroponik lebih unggul (Mas’ud 2009). 2. Nutrient Film Teqnique (NFT)

Hidroponik NFT adalah metode bercocok tanam tanpa menggunakan media tanah, melainkan menggunakan air yang ditambahkan larutan nutrisi tanaman. Sistem ini menjadi salah satu metode bercocok tanam yang semakin disukai akhir-akhir ini. Hal ini dikarenakan sistem hidroponik NFT memiliki berbagai keunggunalan yaitu lebih mudah direalisikan oleh siapa saja. Sistem NFT ini ketersediaan nutrient sebagai sumber nutrisi bagi tanaman memegang peranan penting agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan produk yang bermutu sesuai dengan harapan. Oleh karena itu diperlukan suatu sistem monitoring terhadap flow aliran nutrisi pada sistem hidroponik ini karena asupan nutrisi sangat penting bagi tanaman dapat terpenuhi dengan baik (Istiqomah 2007).

Kata “film” pada hidroponik NFT menunjukkan aliran tipis. Hidroponik ini hanya menggunakan aliran air nutrien sebagai medianya. Keunggulan sistem hidroponik ini antara lain air yang diperlukan tidak banyak, kadar oksigen yang terlarut dalam larutan hara cukup tinggi, air sebagai media mudah didapat dengan harga murah, pH larutan mudah diatur dan ringan sehingga dapat disangga dengan talang (Sutiyoso 2006).

(5)

3. Substrat Sekam dan Pasir

Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanamantumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri oleh larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup. Pemberian nutrisi pada tanaman dapat diberikan melalui substrat yang akan diserap oleh akar tanaman. Larutan nutrisi dibuat dengan cara melarutkan garam mineral ke dalam air. Ketika dilarutkan dalam air, garam mineral ini akan memisahkan diri menjadi ion. Penyerapan ion-ion oleh tanaman berlangsung secara kontinue dikarenakan akar-akar tanaman selalu bersentuhan dengan larutan (Suhardiyanto 2009).

Arang sekam merupakan hasil dari pembakaran kulit gabah. Arang sekam memiliki sifat kasar sehingga sirkulasi udara tinggi , ringan dengan berat jenis sekitar 0,2 gr/cm3. Kapasitas menahan air tinggi dan dapat

menghilangkan pengaruh penyakit karena telah melaliu tahap sterilisasi, sehingga relatif bersih dari hama, bakteri dan gulma (Murniati 2009).

Penambahan unsur hara pada sistem hidroponik penting sekali, karena sebagai sistem pengganti tanah. Sistem ini membutuhkab unsur hara mikro maupun makro. Pemberian dosis terlalu rendah pengaruhnya tidak terlihat. Pemberian dosis terlalu tinggi, tanaman mengalami plasmolisis, yaitu keluarnya cairan sel karena tertarik oleh larutan hara yang lebih pekat. (Haryoto 2009).

4. Vertikultur Talang

(6)

metode vertikultur ini, kita dapat memanfaatkan lahan semaksimal mungkin (Widarto 2007).

Tujuan vertikultur adalah untuk memanfaatkan lahan yang sempit secara optimal. Sistem bertanam secara vertikultur sekilas memang terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat mudah dilakukan. Tingkat kesulitan bertanam secara vertikultur tergantung kepada model dan sistem tambahan yang dipergunakan. Struktur dasar yang digunakan mudah diikuti dan bahan pembuatannya mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan dirumah-rumah. Sisitem tambahan yang memerlukan keahlian khusus contohnya penggunaan sistem hidroponik atau irigasi tetes (Temmy 2011). Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan. Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur yang sangat banyak, tinggal di sesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk segi panjang, atau mirip anak tangga, dengan berapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lebaran karung beraspun bisa, karena salah satu filosofinya dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita (liferdi 2011).

5. Ebb and Flow

Hidroponik sistem pasang surut (Ebb and flow) adalah suatu sistem menanam dalam hidroponik dimana nutrisi dan pupuk yang diberikan dengan cara menggenangi/merendam media tanam (zona akar) untuk beberapa waktu tertentu, setelah itu nutrisi dialirkan kembali ke bak penampungan. Prisip kerja dari sistem ini adalah nutrisi dipompakan kedalam bak penampungan yang telah diisi media tanam diletakkan diatasnya. Pompa dihubungkan dengan pengatur waktu (timer) sehingga lamanya dan periode penggenangan dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman. Pada dasar bak kita pasang siphon yang berfungsi mengalirkan kembali nutrisi ke bak penampungan nutrisi secara otomatis (Affan 2005).

(7)

kemudian menempatkannya di instalasi. Selama 5 menit, kemasan yang berisi media tersebut akan dikucuri larutan. Kemudian secara gravitasi, larutan dalam kemasan akan turun kembali ke dalam tandon yang berada dibawahnya. Setelah 10 menit, pompa menyala lagi dan terjadi kembali siklus serperti diatas (Sutiyoso 2006).

Hidroponik sistem ebb and flow merupakan salah satu metode yang populer dari hidroponik. Sistem ini memiliki prinsip kerja menyediakan larutan nutrisi dengan pola pasang surut. Sistem hidroponik ebb and flow bisa diibaratkan sebagai sebuah paru-paru. Saat air menggenang dan membasahi media, gas-gas sisa metabolisme yang dikeluarkan oleh akar akan terpompa keluar. Demikian pula sebaliknya, ketika air meninggalkan media dalam pot, maka udara baru dari luar yang banyak mengandung oksigen akan tersedot ke dalam media tanam. Hal ini tentunya menjadikan tanaman semakin tumbuh subur dan sehat (Rosliani dan N. Sumarni 2005). 6. Deep Flow Technique (DFT)

Hidroponik DFT merupakan teknik hidroponik dengan menggunakan papan styrofoam yang mengapung diatas larutan nutrisi dan larutan tersebut disirkulasikan dengan bantuan aerasi. Pada dasarnya hidroponik sistem DFT sama dengan rakit apung tetapi pengaplikasiannya berbeda. Perbedaannya adalah pada rakit apung larutan nutrisi tidak tersirkulasi dengan baik sedangkan DFT tersirkulasi dengan baik karena ada aliran atau flow (Mugniesyah 2006).

Sistem hidroponik DFT merupakan metode budidaya tanaman hidroponik dengan meletakkan akar pada lapisan air yang dalam, kedalaman lapisan berkisar antara 4-6cm. prinsip kerja sistem hidroponik DFT yaitu mensirkulasikam larutan nutrisi tanaman secara terus-menerus selama 24 jam.teknik ini dikategorikan sebagai sistem hidroponik tertutup. Umumnya penerapan teknik hidroponik ini digunakan pada budidaya tanaman sayuran daun dan sayuran buah (Chadirin 2007).

(8)

nutrisi. Sistem hidroponik ini perlu ditambahkan airstone ataupun aerator. Aerator berfungsi mengandalikan oksigen untuk pertukaran udara dalam daerah perakaran. Kekurangan oksigen akan mengganggu penyerapan air dan nutrisi oleh akar. Hidroponik rakit apung hanya dapat ditanami oleh tanaamn berbobot rendah (Diansari 2008).

7. Aquaponik

Aquaponik adalah kombinasi aquakultur dan hidroponik yang bertujuan untuk memelihara ikan dan tanaman dalam dalam satu sistem yangsaling terhubung. Dalam sistem ini limbah yang dihasilkan oleh ikan digunakan sebagai pupuk untuk tanaman, kemudian air yang dialirkan dengan sistem resirkulasi dari media pemeliharaan ikan dibersihkan oleh tanaman sehingga dapat digunakan kembali oleh ikan. Interaksi antara ikan dan tanaman menghasilkan lingkungan yang ideal untuk tumbuh sehingga lebih produktif dari metode tradisional (Sudibyo 2005).

Pada sistem aquaponik, aliran air kaya nutrisi dari media pemeliharaan ikan digunakan untuk menyuburkan tanaman hidroponik. Hal ini baik untuk ikan karena akar tanaman dan rhizobakter mengambil nutrisi dari air. Nutrisi yang berasal dari feses, urin dan sisa pakan ikan adalah kontaminan yang menyebabkan meningkatnya kandungan racun pada media pemeliharaan, tetapi air limbah ini juga menyediakan pupuk cair untuk menumbuhkan tanaman secara hidroponik. Sebaliknya, media hidroponik berfungsi sebagai biofilter, yang akan menyerap amonia, nitrat dan fosfor sehingga air yang sudah bersih dapat dialirkan kembali ke media pemeliharaan (Sapei 2006).

(9)

C. Metode Praktikum 1. Alat

a. Alat tulis b. Camera 2. Bahan

a. Instalasi beberapa sistem hidroponik, antara lain : 1) Floating Hidroponic System (FHS)

2) Substrat sekam dan pasir 3) Nutrient Film Teqnique (NFT) 4) Vertikultur talang

5) Deep Flow Technique (DFT)

6) Ebb and flow (penggenangan dan pengatusan) 7) Aquaponik

3. Cara Kerja

a. Menyiapkan dan merangkai masing-masing sistem hidroponik yang digunakan

b. Mengamati bagian-bagiab dari bentuk-bentuk modifikasi sistem hidroponik : Floating Hidroponic System (FHS), substrat sekam dan pasir Nutrient Film Teqnique (NFT), vertikultur talang, ebb and flow atau penggenangan dan pengatusan, Deep Flow Technique (DFT), serta aquaponik.

c. Mengamati cara pengoperasian sistem hidroponik tersebut.

(10)

D. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Pengamatan

Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Berbagai Sistem Hidroponik

Jenis Sistem Hidroponik Gambar

NFT

(Nutrient Film Techique)

Ebb and Flow

Vertikultur

Aquaponik

Substrat sekam dan pasir

Sumber : Laporan Sementara 2. Pembahasan

(11)

Sebagian unsur hara yang terdapat pada tanah dapat diganti dengan pemberian nutrisi dalam bentuk larutan, oksigen dapat diberikan dengan memasang aerator ataupun mengalirkan air pada sistem, pH dapat dipertahankan pada kisaran nilai 5,5 – 6,5 sedangkan cahaya matahari dapat diberikan sesuai kebutuhan tanaman.

1. Floating Hidroponic System (FHS)

Metode ini dikembangkan oleh Jensen (1980) di Arizona dan Massantini (1976) Italy. Floating hidroponic system (FHS) merupakan budidaya sayuran pada lubang styrofoam (gabus) yang mengapung di atas permukaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung. Teknik ini disebut juga teknik rakit apung (floating raft) merupakan cara budidaya tanaman diatas rakit yang terapung di permukaan larutan nutrisi. Teknik ini merupakan yang paling sederhana dan paling mudah diterapkan untuk pemula.

Peralatan utama yang dibutuhkan untuk membuatnya, antara lain bak penampung nutrisi, airstone dan styrofoam. Styrofoam inilah yang berfungsi sebagai rakit yang menjadi tempat bertanam nantinya. Sistem ini, larutan nutrisi tidak disirkulasikan, tetapi dibiarkan pada bak penampung dan dapat digunakan lagi dengan cara mengontrol kepekatan larutan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini perlu dilakukan karena akan terjadi pengkristalan dan pengendapan nutrisi di dasar kolam dalam jangka waktu yang cukup lamasehingga dapat mengganggu pertumbuhan sayuran. Sistem ini dapat digunakan untuk daerah yang sumber energi listriknya terbatas karena energi yang dibutuhkan tidak terlalu tergantung pada energi listrik.

(12)

cocok diterapkan pada sistem rakit apung yaitu jenis tanaman sayuran daun, seperti selada, bayam, kangkung, pakcoy dan caisim.

2. Substrat sekam dan pasir

Hidroponik substrat tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat menyerap atau menyediakan nutrisi, air, dan aerasi serta mendukung akar tanaman seperti halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik substrat ini antara lain batu apung, pasir, serbuk gergaji, atau gambut. Media (substrat) hidroponik juga tidak boleh mengandung racun atau harus bebas dari hama dan penyakit sehingga perlu dilakukan sterilisasi. Sterilisasi bertujuan untuk membasmi hama atau penyakit yang ada pada substrat. Sterilisasi bisa dilakukan dengan cara pemanasan (pengukusan, penggorengan) atau penambahan/ perendaman bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan untuk sterilisasi antara lain clorin, fungisida, dan pestisida.

(13)

Aerasi yang baik dan kapasitas menahan air sangat penting untuk penanaman jangka panjang. Kelebihan teknik ini antara lain, tanaman dapat berdiri lebih tegak, kebutuhan nutrisi mudah untuk dipantau, biaya operasional tidak terlalu besar. Kekurangan teknik ini antara lain, populasi tanaman tidak terlalu banyak, terlalu banyak menggunakan wadah, mudah ditumbuhi lumut.

3. Nutrient Film Teqnique (NFT)

Teknik NFT merupakan cara bertanam hidroponik yang lebih sering digunakan. Sesuai namanya, konsep dasar kerja teknik ini yaitu dengan mengalirkan air nutrisi secara tipis dan konstan melewati perakaran tanaman dengan ketebalan aliran seukuran “roll film”, sekitar 2-3 mm. Air nutrisi yang mengalir ini kemudian akan kembali menuju bak penampungan dan dialirkan lagi menuju perakaran tanaman, begitu seterusnya terjadi berulang-ulang. Teknik ini biasanya tidak membutuhkan media tanam karena untuk membantu tanaman berdiri cukup menggunakan gabus atau kapas di dalam netpot, sedangkan perakarannya dibiarkan terjuntai di dalam pipa.

(14)

Beberapa kelebihan teknik NFT antara lain, kebutuhan nutrisi, air dan oksigen pada tanaman dapat terpenuhi dengan baik dan terkontrol serta tanaman dapat lebih cepat tumbuh sehingga meningkatkan produktivitas panennya. Namun kekurangannya yaitu membutuhkan modal awal yang cukup besar dan sangat membutuhkan aliran listrik, jika pompa rusak atau tidak ada aliran listrik maka akar tanaman akan cepat mengering. Air dan nutrisi yang diberikan tidak akan terbuang percuma karena aliran airnya akan masuk ke bak penampung yang ada dibawahnya setelah itu dipompa kembali ke atas dan dialirkan lagi ke akar tanaman.

4. Vertikultur talang

Vertikultur diambil dari istilah verticulture dalam bahasa lnggris (vertical dan culture) artinya sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Cara bercocok tanam secara vertikultur ini sebenarnya sama saja dengan bercocok tanam di kebun atau di sawah. Perbedaannya terletak pada lahan yang digunakan. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman. Sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman.

(15)

Kelebihan sistem pertanian vertikultur: (1) Efisiensi dalam penggunaan lahan. (2) Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida. (3) Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu.(4) Mudah dalam hal monitoring/pemeliharaan tanaman. Namun demikian, sistem budidaya vertikultur juga memiliki kelemahan, yaitu: (1) Investasi awal cukup tinggi.(2) Sistem penyiraman harus kontinyu serta memerlukan beberapa peralatan tambahan, misalnya tangga sebagai alat bantu penyiraman, dll.(3) memerlukan keterampilan khusus(4) hanya bisa dikembangkan pada tanaman hortikulturaJenis tanaman yang dapat ditanam dengan sistem ini sangat banyak, misalnya a) tanaman sayur semusim (sawi,selada, kubis, wortel, tomat, terong, cabai dan lain-lainnya),b) tanaman bunga seperti anggrek, mawar, melati, azalea, kembang sepatu, dll; dan, c) tanaman obat-obatan yang sekulen..

5. Ebb and flow atau penggenangan dan pengatusan

Flood and Drain System atau sistem pasang surut. Cara kerja teknik ini yaitu dengan memompakan larutan nutrisi dari bak penampung menuju media tanam hingga membanjiri sementara perakaran tanaman. Beberapa waktu kemudian, pompa kembali dimatikan dan larutan nutrisi dari media tanam akan kembali turun menuju bak penampungan, begitu seterusnya terjadi berulang-ulang dalam frekuensi waktu yang telah ditentukan.

Alat utama yang dibutuhkan untuk membuat teknik ini yaitu mengandalkan mesin pompa dan timer. Timer berfungsi untuk menyalakan dan mematikan mesin pompa. Pengaturan timer dapat disesuaikan dengan ukuran dan jenis tanaman serta kelembaban, suhu dan tipe media tanam yang digunakan, sehingga kebutuhan tanaman dapat terpenuhi dengan tepat, tidak membuatnya lama tergenang ataupun kekurangan air nutrisi.

(16)

dan terjadwal. Namun kekurangannya yaitu sangat tergantung pada aliran listrik dan membutuhkan biaya pembuatan yang cukup mahal. Mengatasi masalah listrik padam, anda dapat menyiapkan genset. Namun bagi yang tidak mempunyai dana lebih, cukup dengan memanfaatkan media tanam yang dapat menahan air, seperti rockwool, cocopeat ataupun vermiculite.

6. Deep Flow Technique (DFT)

Prinsip dasar Hidroponik Sistem Deep Flow Technique (DFT) adalah mensirkulasikan larutan nutrisi tanaman secara terus-menerus selama 24 jam pada rangkaian aliran tertutup. Larutan nutrisi tanaman di dalam tangki dipompa oleh pompa air menuju bak penanaman melalui jaringan irigasi pipa, kemudian larutan nutrisi tanaman di dalam bak penanaman dialirkan kembali menuju tangki.

Teknik DFT merupakan cara budidaya tanaman pada rangkaian aliran tertutup yang lebih sering diterapkan pada sayuran daun dan buah. Prinsip kerjanya yaitu dengan meletakkan perakaran tanaman tersebut dalam aliran nutrisi hingga di kedalaman 4-6 cm. Peralatan utama sistem ini yaitu, pompa, pipa, bak penanaman dan bak penampungan nutrisi.

Kelebihan teknik DFT yaitu, jika terjadi pemadaman listik maka tanaman tetap akan mendapatkan nutrisi karena pasokan nutrisi masih tersedia di dalam bak penanaman. Penggunaan daya listrik juga dapat lebih dihemat dengan menambahkan alat timer pengatur waktu nyala pompa dari pagi hingga sore hari saja. Sedangkan kekurangannya, teknik ini membutuhkan jumlah larutan nutrisi yang lebih banyak. 7. Aquaponik

(17)

dengan tumpang sari. menanam padi di sawah, sekaligus memelihara ikan di lahan persawahan itu. Hanya saja pada aquaponik media tumbuh tanaman tidak di atas tanah, namun menggunakan media tanam (grow beds) seperti batu kerikil.

Keuntungan unik dari sistem aquaponik adalah: Konservasi melalui penggunaan kembali dan daur ulang air konstan. Organik pemupukan tanaman dengan emulsi ikan alami. Penghapusan pembuangan limbah padat dari budidaya intensif. Pengurangan lahan tanaman yang dibutuhkan untuk menghasilkan tanaman. Pengurangan keseluruhan jejak lingkungan dari produksi tanaman. Membangun instalasi komersial kecil yang efisien di dekat pasar mengurangi mil makanan. Pengurangan patogen yang sering wabah akuakultur sistem produksi. Pengurangan erosi dengan menghilangkan kebutuhan untuk membajak tanah.

(18)

E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum Hidroponik acara Pengenalan Sistem Hidroponik, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :

a. Hidroponik merupakan cara bertanam tanpa menggunakan tanah, melainkan hanya memanfaatkan air yang memiliki kandungan nutrisi yang mencukupi dan memanfaatkan media tanam yang bersifat porous sebagai pengganti tanah tersebut.

b. Instalasi beberapa macam sistem hidroponik, meliputi : Floating hydoponic system (FHS), Nutrient Film Technique (NFT), hidroponik vertikultur, ebb and flow, aquaponik serta DFT

c. Floating Hydroponic System (FHS) atau rakit apung merupakan suatu budidaya tanaman dengan cara menanamkan tanaman pada lubang sterofoam yang mengapung diatas permukaan larutan nutrisi dalam suatu bak penampung atau kolam sehingga akar tanaman terapung atau terendam dalam larutan nutrisi

d. Kelebihan dari FHS adalah dapat memanfaatkan lahan sempit, merupakan sistem hidroponik yang paling mudah dan sederhana, tidak memerlukan keahlian mendalam, hemat listrik. Kekurangan dari FHS adalah kemungkinkan tanaman akan kekurangan oksigen, cepat terjadi peningkatan suhu, memerlukan pemantauan pH dan kepekatan lebih rutin, pertumbuhan akar sering terganggu

e. Nutrient Film Technique (NFT) merupakan tekhnik hidroponik dimana aliran sangat dangkal air yang mengandung semua nutrisi terlarut yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman kembali berada melewati akar telanjang tanaman

(19)

seluruh tanaman akan tertular dalam waktu singkat, butuh investasi awal besar

g. Sistem hidroponik substrat merupakan metode budidaya tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup

h. Ebb and Flow System adalah suatu sistem menanam dalam hidroponik dimana nutrisi atau pupuk diberikan dengan cara menggenangi/merendam media tanam (zona akar) untuk beberapa waktu tertentu, setelah itu nutrisi tadi dialirkan kembali ke bak penampungan

i. Kelebihan dari ebb and flow adalah lebih hemat nutrisi dan dapat digunakan sebagai penghias ruangan. Kekurangan dari ebb and flow adalah rangkaiannya rumit, membutuhkan tenaga ahli untuk menanganinya dan membutuhkan kecermatan lebih tinggi dalam pemeliharaan.

j. Deep Flowing Technique adalah sistem hidroponik tanpa media, berupa kolam atau kontainer yang panjang dan dangkal diisi dengan larutan hara dan diberi aerasi

k. Kelebihan dari teknik hidroponik sistem DFT ini adalah pada saat aliran arus listrik padam maka larutan nutrisi tetap tersedia untuk tanaman, karena pada sistem ini kedalam larutan nutrisinya mencapai kedalaman 6 cm. Kekurangannya adalah pada sistem DFT ini memerlukan larutan nutrisi yang lebih banyak dibandikan dengan sistem NFT (Nutrient Film Technique)

l. Budidaya vertikultur hidroponik merupakan salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian cara hidroponik dengan membuat instalasi (vertikal) dengan perawatan otomatis

(20)

2. Saran

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Affan M F 2005. High Temperature Effects on Root Absorption in Hydroponic System DFT. Master Thesis. Kochi University.

Diansari Munthia 2008. Pengaturan Suhu, Kelembaban, Waktu Pemberian Nutrisi Dan Waktu Pemberian Air Untuk Pola Cocok Tanam Hidroponik Berbasis Mikrikontroler AVR ATMEGA 8335. Skripsi. Departemen Takik Elektro. Cahdirin Y 2007. Teknologi Greenhouse dan Hidroponik. Diklat Kuliah.

Departemen Teknik Pertanian IPB. Bogor.

Haryoto 2009. Bertanam Seledri Secara Hidroponik. Yogyakarta: Kanisius. Mugniesyah S S 2006. Ilmu Penyuluhan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Lukman, Liferdi. 2011. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur. Bandung : Balai Penelitian Tanaman Sayuran

Mas’ud H 2009. Sistem Hidroponik dengan Butrisi dan Media Tanam Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada. Media Litbang Sulteng 2(2):131-136.

Morgan L 2005. Powering up the Root System , Growing Edge. 4(3). New Moon Publishing Cornvallis. Oregon.

Rackocy J E, D S Bailey, K A Shultz, W M Cole 2006). Recirculating Aquaponik Tank Production System: Aquaponics Integrating Fish And Plant Culture Southern Regional Aquaculture Center. United State of Agriculture . Publication no. 454.

Rosliani, R dan N. Sumarni 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Teknik Hidroponik. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27 Hal.

Sameto H 2006. Hidroponik Sederhana Penyejuk Ruang. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sapei C Arif, A M Patappa, B D Astuti 2006. Sistem Kendali Berbasis PLC untuk Pengaturan Larutan Nutrisi pada Jaringan Irigasi Tetes. J. Ilmiah Ilmu Komputer 4(2) : 42-47.

Suhardiyanto H 2009. Teknologi Rumah Tanaman Untuk Iklim Tropika Basah : Pemodelan Dan Pengendalian Lingkungan. Bogor: IPB Press.

Sutiyoso, Karsono S, Sudarmodjo 2006. Hidroponik Skala Rumah Tangga.. Surabaya: Agro Media Pustaka.

Temmy D 2011. Vertikultur, Teknik Bertanam di Lahan Sempit. Jakarta: Gramedia.

Gambar

Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Berbagai Sistem Hidroponik

Referensi

Dokumen terkait

Rerata pertambahan berat kering akar buah naga merah pada sistem hidroponik substrat terhadap (a) Media, (b) Kepekatan nutrisi, (c) interaksi media dan kepekatan nutrisi.

Hidroponik dapat didefinisikan sebagai sistem budidaya tanaman dengan menggunakan media selain tanah, tetapi mengunakan media bersifat inert media yang tidak

Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik dapat tumbuh dengan baik jika daerah perakarannya memperoleh cukup nutrisi, air dan oksigen.. Beberapa sistem pemberian nutrisi

partikel terlarut pada air minum dan juga digunakan untuk mengukur kepekatan larutan nutrisi hidroponik atau dengan kata lain konsentrasi larutan

Akar yang ditumbuhkan dalam hidroponik .Sifat-sifat akar: Merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi

(2006) untuk pemberian larutan nutrisi dalam budidaya tanaman secara hidroponik pada berbagai umur dan jenis tanaman dengan cara memasang sensor pada media tanam

ketika anda berpikir bahwa betapa pentingnya akar tanaman bagi tanaman hidroponik -akar meresap nutrisi dan memberikannya pada tumbuhan agar tetap bertahan hidup- maka anda

• Hidroponik substrat → tidak menggunakan air sebagai media, tetapi menggunakan media selain tanah yang dapat menahan nutrisi dan air serta menyediakan oksigen untuk mendukung