Irigasi dan NUTRISI
Hidroponik berasal dari bahasa latin
yang terdiri dari kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja.
Hidroponik diartikan sebagai pengerjaan atau pengelolaan air sebagai media
tumbuh tanaman dan tempat
mengambil unsur hara yang diperlukan pada budidaya tanaman tanpa
menggunakan tanah sebagai media
tanam.
Tanaman yang dibudidayakan secara
hidroponik dapat tumbuh dengan baik jika daerah perakarannya memperoleh cukup udara, air, dan unsur hara.
Pemberian nutrisi atau unsur hara
merupakan faktor yang menentukan dalam usaha hidroponik.
Nutrisi diberikan dalam bentuk larutan
harus secara tepat jumlah, komposisi ion,
maupun temperatur.
Metode tanam hidroponik ini sudah digunakan pada Abad ke- 16 pada suku aztek , pada
tahun 1930-an secara komersil baru
dikembangkan oleh seorang Peneliti “Pusat Penelitian Pertanian California AS” , Dr.
5
W.F.Gericke .
penggunaan lahan lebih efisien,
tanaman berproduksi tanpa menggunakan tanah,
tidak ada resiko untuk penanaman terus menerus sepanjang tahun,
kuantitas dan kualitas produksi lebih tinggi dan lebih bersih,
penggunaan pupuk dan air lebih efisien,
periode tanam lebih pendek, dan
pengendalian hama dan penyakit lebih
mudah.
membutuhkan modal yang besar;
pada “Close System” (nutrisi disirkulasi), jika ada tanaman yang terserang patogen maka dalam waktu yang sangat singkat seluruh tanaman akan terkena serangan tersebut;
dan
pada kultur substrat, kapasitas memegang air media substrat lebih kecil daripada media
tanah; sedangkan pada kultur air volume air dan jumlah nutrisi sangat terbatas sehingga akan menyebabkan pelayuan tanaman yang cepat dan stres yang serius.
Kultur Air
Merupakan sistem tertutup (“closed system”) di mana akar tanaman terekspos larutan
nutrisi tanpa media tanaman dan larutan disirkulasi
Termasuk didalamnya adalah Nutrient Film Technique (NFT), Dynamic Root Floating (DRF), the Deep Flow Technique (DFT) dan Aeroponic (Jensen 1990; Jensen dan
Collins 1985; Kao 1990).
Kultur Substrat
Kultur substrat atau agregat adalah kultur hidroponik dengan menggunakan media tumbuh yang bukan tanah sebagai
pegangan tumbuh akar tanaman dan mediator larutan hara
Pada umumnya, pemberian larutan
dilakukan dengan sistem terbuka (“open system”), artinya larutan yang diberikan ke tanaman tidak digunakan lagi
Kultur Substrat
Media tanam yang digunakan antara lain pasir, kerikil, batuan alam, arang sekam,
batu apung , media gravel, perlite, rockwool, pasir, serbuk gergaji, peat moss atau
vermikulit, coco peat
Syarat media tumbuh antara lain adalah bertekstur seragam dengan ukuran butir
sedang, bersih dari kotoran, dan steril (Resh 1985; Douglas 1985).
Nutrient Film Technique (NFT)
Air dialirkan ke deretan akar tanaman secara dangkal / tipis (3mm).
Akar tanaman berada di lapisan dangkal yang
mengandung nutrisi sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Kekurangan sistem NFT adalah:
Membutuhkan supplai listrik terus menerus karena apabila listrik mati selama beberapa jam terutama siang hari, tanaman terancam mati total.
Bila terjadi infeksi penyakit terhadap salah satu
tanaman, maka seluruh tanaman akan tertular dalam waktu singkat.
Membutuhkan investasi awal yang besar.
Untuk membuat lapisan nutrisi diperlukan syarat- syarat:
kemiringan talang tempat mengalirnya larutan nutrisi ke bawah benar-benar seragam
kecepatan aliran nutrisi tidak boleh terlalu tinggi dengan mempertimbangkan kemiringan talang
lebar talang harus memadai untuk menghindari terbendungnya aliran nutrisi oleh kumpulan akar
dasar talang harus rata dan tidak melengkung untuk mencapai kedalaman nutrisi yang disyaratkan
larutan nutrisi disirkulasikan secara berkala.
Floating Hydroponic System (FHS)
Adalah budidaya tanaman dengan cara menancapkan tanaman pada lubang
styrofoam yang mengapung pada larutan nutrisi dalam suatu bak atau kolam sehingga akar tanaman terendam dan dapat
menyerap larutan nutrisi.
Hidroponik Substrat
Hidroponik substrat adalah metode budidaya
tanaman dimana akar tanaman tumbuh pada media porus selain tanah yang dialiri larutan nutrisi
sehingga memungkinkan tanaman memperoleh air, nutrisi, dan oksigen secara cukup.
Media tanam yang baik mempunyai karakteristik dapat menyerap dan menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, tidak mudah lapuk. Media tanam yang digunakan dapat berasal dari bahan organik maupun anorganik.
Sistem irigasi pada hidroponik substrat dibedakan menjadi dua yaitu dengan irigasi tetes dan irigasi pasang surut (ebb and flow),
Aeroponik
Sampai saat ini masih belum jelas apakah aeroponik digolongkan dalam hidroponik atau merupakan golongan tersendiri.
Aeroponik adalah cara bercocok tanam dimana akar tanaman tergantung di udara dan disemprot dengan larutan nutrisi secara terus menerus.
Wick sistem merupakan hidroponik dengan
menggunakan sumbu untuk membantu tanaman dalam menyerap air nutrisi dari wadah tampung .
Selada hidroponik dengan wick sistem
Kotak Styrofoam Pot Plastik
Sumbu Kompor / Kain
Pupuk
Rockwool / Busa
1. Potong Rockwool / Busa ukuran 2 cm x 2 cm,
dilubangi bagian atasnya , kemudian selupkan
dedalam air sampai basah . Susun di tray dengan rapi
2. Masukkan biji sayuran
kedalam lubang , kemudian disemprot dengan air
kembali sampai basah . Letakkan tray di tempat yang terlindung tetapi terkena matahari secara tidak langsung .
3. Jaga kelembapan benih setiap hari , jika terlalu kering dapat disemprot dengan air . Dalam 2 x 24 jam benih sudah tumbuh . Biarkan sampai 2
minggu di tempat pembibitan .
1. Setelah ditanam , sayur tersebut disiram dengan
larutan secara manual setiap hari sampai akar tumbuh sampai ke permukaan air . Setelah akar tumbuh sampai permukaan air maka
penyiraman dihentikan .
2. Letakkan sayuran tersebut ditempat yang terkena matahari langsung , jika memungkinkan sayuran
tersebut terlindung dari hujan . Lakukan pengecekan tinggi
permukaan air larutan diwadah , jika kurang dapat ditambahkan larutan yang baru.
1. Siapkan terlebih dahulu
larutan pupuk . 5 ml Larutan A
+ 5 ml larutan B . Campurkan kedalam 1 liter air .
Banyaknya larutan yang dibuat disesuaikan dengan besar wadah yang digunakan .
2. Masukkan benih beserta rockwoolnya ke pot
kecilnya . Lalu disekeliling rockwool tersebut
dimasukkan kerikil kecil supaya posisi benih tidak mudah tergoncang.
1. Lebih kurang 30 – 40 hari sayuran yang ditanam sudah dapat dipanen .
2. Cabut tanaman dari pot
kecilnya , bersihkan pot dari sisa sisa akar sayur dan pot tersebut dapat digunakan untuk penanaman berikutnya .
Sistem Vertikultur
Vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata "vertical" dan "culture" yang artinya, teknik budidaya tanaman secara
vertikal, sehingga penanamannya menggunakan sistem bertingkat.
Teknik ini berawal dari gagasan "vertical garden"
yang dilontarkan oleh sebuah perusahaan benih di Swiss, sekitar tahun 1945 yang lalu.
Tujuan utama aplikasi teknik vertikultur adalah memanfaatkan lahan sempit seoptimal mungkin (Agus Andoko, 2004).