• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN TATA RUANG PERPUSTAKAAN KOLEKSI DEPOSIT PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT ARTIKEL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANAJEMEN TATA RUANG PERPUSTAKAAN KOLEKSI DEPOSIT PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT ARTIKEL PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN TATA RUANG PERPUSTAKAAN KOLEKSI

DEPOSIT PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:

PUTRI RANIJA

NIM. F0271151010

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 PERPUSTAKAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

(2)
(3)

MANAJEMEN TATA RUANG PERPUSTAKAAN KOLEKSI DEPOSIT

PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI

KALIMANTAN BARAT

Putri Ranija, Sisilya Saman Madeten

Program Studi Diploma 3 Perpustakaan

Email:putriranija@yahoo.co.id

Abstract

Library Collection Deposit Library and Archive Service West Kaliamantan Province is a Public library. The Deposit Collection Library occupies a 7m wide wide area of 14m = 98 m2 width which is still not in accordance with the National Library Standards, which requires the building area for the library to be at least 200m2. Spatial Deposit Library Collection has not applied the principles and principles of spatial management. The purpose of this research is to know the spatial management efforts conducted by deposit collection libraries and constraints encountered in the spatial process. In taking data for completeness of Final Project, the author uses qualitative research methods that describe events based on the data obtained. Data collection is done by direct observation in the field. interviews, and documentation. The interview was conducted with a deposit section, and two users. Spatial collection of deposit libraries have not implemented the appropriate SNP spatial management due to constrained space, facilities and infrastructure and human resources who do not understand the science of library. For that library trying to do the arrangement of the room in accordance with the SNP In order to maximize the arrangement of space in the library is adequate and convenient for pemustaka.

Keywords: Spatial Management, Library Deposit Collection, SNP

PENDAHULUAN

Pada era globalisasi ini perkembangan teknologi yang semakin pesat mengharuskan kita mengikuti perkembangan zaman yang tidak akan pernah ada habisnya kita sebagai pustakawan harusnya lebih tanggap lagi dengan masalah seperti ini. Kita harus memberikan perubahan dan pandangan jelek orang –orang tentang perpustakaan. Di perpustakaan juga terdapat berbagai bentuk informasi yang disajikan, baik dalam bentuk tercetak maupun berbentuk elekronik. Orang memerlukan informasi yang secara praktis dan cepat, baik dapat diperoleh melalui perpustakaan maupun tempat lain yang menyediakan segala macam jenis informasi. Perpustakaan yang

sekarang ada dan berkembang dengan berbagai jenis dan bentuk koleksi bahan pustaka merupakan salah satu ciri kehidupan modern. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi, ilmu pengetahuan dan pendidikan. Meskipun sebenarnya perpustakaan sudah ada sejak zaman dulu.

(4)

Perpustakaan sebagai pusat informasi memiliki tugas dan fungsi yang harus dijalankan setiap saat, seperti kegiatan administrasi, menyediakan informasi dan memberikan layanan yang optimal. Eksistensinya sebagai suatu tempat untuk memperoleh informasi dianggap sangat urgen demi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. Perpustakaan umum menurut Standar Nasional Indonesia adalah perpustakaan yang berada pada satuan pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, serta merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan. Perpustakaan sekolah merupakan salah satu sarana dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap para murid. Dalam penyelenggaraannya,perpustakaan

memerlukan ruang tersendiri beserta berbagai pelengkapannya. Semakin lengkap perlengkapannya semakin menunjang penyelenggaraan perpustakaan sekolah tersebut. Ruang dan perlengkapan yang tersedia harus ditata dan dirawat dengan baik sehingga dapat menunjang penyelenggaraan perpustakaan sekolah secara efektif dan efisien (Bafadal, 2008:150). Tata ruang merupakan salah satu aspek pembinaan perpustakaan yang memiliki pengaruh dan peranan yang sangat besar dalam memperlancar layanan maupun pelaksanaan fungsi perpustakaan. Tata ruang yang baik membuat para pengunjung merasa nyama berada di perpustakaan yang diharapkan dapat meningkatkan minat pemustaka untuk mengunjungi dan perpustakaan koleksi deposit sudah menerapkan sistem otomasi perpustakaan dan ruangannya sudah dilengkapi dengan fasilitas seperti 2 komputer dan AC akan tetapi kurang memperhatikan penataan ruangan di mana penataan ruangannya tidak mementingkan aspek keindahan. Berdasarkan hasil observasi, perpustakaan koleksi deposit dinas perpustakaan dan kearsipan terlihat kurang terawat dan tertata dengan baik, sebab dikarenakan ruangan yang tidak memungkinkan karena sangat kecil dan sempit jadi membutuhkan ruangan baru yang khusus untuk koleksi deposit tanpa harus bergabung dengan ruangan staff perpustakaan.

Tata ruang perpustakaan koleksi deposit dinas perpustakan dan kearsipan juga terlihat kurang

menarik dan kurang nyaman. Hal ini dikarenakan hanya terdapat 1 meja baca, kurangnya jumlah rak, dan sangat sempit penataan ruangan kurang rapi yang sangat mengganggu kenyamanan pemustaka, sehingga dapat dikatakan bahwa tata ruang perpustakaan koleksi deposit dinas perpustakan dan kearsipan belum sesuai dengan Standar Nasional Perpustakaan. Masalah lain yang peneliti temui yaitu perpustakaan tidak memiliki ruangan khusus koleksi deposit sehingga ruangan deposit digabung dengan ruang seksi deposit dan 5 orang staff ditanbah lagi dengan 2 komputer menjadi satu ruangan dan hanya di batasi oleh rak buku hal ini yang membuat perpustakaan koleksi deposit dinas perpustakan dan kearsipan tidak indah dipandang dan membuat para pemustaka tidak nyaman berada di dalamnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa salah satu cara agar perpustakaan tetap berada pada fungsi dan tujuannya, maka perpustakaan Koleksi Deposit Dinas Perpustakan dan Kearsipan perlu menerapkan manajemen tata ruang. Hal ini pula yang membuat peneliti tertarik untuk membahas dan meneliti lebih jauh tata ruang Perpustakaan perpustakaan Koleksi Deposit Dinas Perpustakan dan Kearsipan

Adapun landasan teori yang saya gunakan, yaitu : Manajemen Tata Ruang Perpustakaan menurut Azwar dan Rusli (2016 : 14) Manajemen tata ruang adalah pengaturan dan penyusunan seluruh mesin kantor, alat perlengkapan kantor, serta perabot kantor pada tempat yang tepat sehingga pegawai dapat berkerja dengan baik, nyaman leluasa dan bebas bergerak, sehingga tercapai efesiensi kerja. Manajemen tata ruang merupakan penataan atau penyusunan segala fasilitas di ruang atau gedung yang tersedia.

Menurut Sutarno (2006:20), Manajemen perpustakaan adalah pengelolaan perpustakaan yang didasarkan kepada teori dan prinsip – prinsip manajemen. Teori manajemen adalah suatu konsep pemikiran atau pendapat yang dikemukakan mengenai bagaimana ilmu manajemen untuk diterapkan di dalam suatu organisasi.

(5)

bisa dilakukan adalah melalui penataan ruang yang menarik dan fungsional. Ruangan yang tertata rapi dan buku-buku yang juga tertata akan membuat suatu perpustaan memberikan nuansa nyaman sehingga pemustaka tertarik untuk membaca buku dan betah berada di perpustakaan.

Menurut Sutarno (2006:20), Manajemen perpustakaan adalah pengelolaan perpustakaan yang didasarkan kepada teori dan prinsip – prinsip manajemen. Teori manajemen adalah suatu konsep pemikiran atau pendapat yang dikemukakan mengenai bagaimana ilmu manajemen untuk diterapkan di dalam suatu organisasi. Sementara prinsip – prinsip manajemen adalah dasar atau asas kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir di dalam manajemen. Kandungan teori dan prinsip – prinsip manajemen itu seperti kepemimpinan, penatalaksanaan, pengendalian, dan pemanfaatan sumber – sumber daya agar dapat mencapai hasil yang maksimal, supaya dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna. Manajemen perpustakaan tidak semata – mata berdasarkan teoritis, tetapi yang terpenting adalah bagaimana mengimplementasikan teori tersebut di dalam praktik operasional. Di dalam kenyataan tidak semua teori dapat diterapkan sepenuhnya, melainkan perlu dilakukan modifikasi dan penyesuaian agar di dalam praktik dapat berjalan mulus.

Untuk kenyamanan pengguna maupun petugas dalam meningkatkan produktivitas, efesiensi, dan efektifitas kerjanya di dalam ruangan perpustakaan, perlu di perhatikan penataan ruangan seperti ruang baca, ruang koleksi dan ruang sirkulasi dengan menggunakan beberapa sistem tata ruang perpustakaan yaitu : Sistem tata sekat : yaitu cara pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung. Dalam sistem ini, pengunjung tidak di perkenankan masuk ke ruang koleksi dan petugaslah yang akan mengambilkan dan mengembalikan koleksi yang di pinjam atau di baca di tempat itu. Namun demikian sistem ini juga diterapkan pada sistem terbuka, yakni pemakai mengambil sendiri lalu di catatkan atau dilaporkan kepada petugas, selanjutnya petugas lah yang mengembalikan ke rak semula.

Sistem tata parak : yaitu sistem pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. Hanya saja dalam sistem ini pembaca

dimungkinkan untuk mengambil koleksi sendiri, lalu di catat atau dibaca di ruang lain yang tersedia. Cara ini cocok untuk perpustakaan yang menganut sistem pinjam terbuka.

Sistem tata baur : yaitu suatu cara penempatan koleksi yang di campur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri. Sistem ini lebih cocok untuk perpustakaan yang menggunakan sistem terbuka.

Tujuan Tata Ruang Perpustakaan Pengaturan tata ruang yang menarik dan fungsional akan mengakibatkan pelaksanaan tugas dan fungsi perpustakaan dapat di atur secara tertib dan lancar. Dengan demikian komunikasi baik antar petugas perpustakaan (pustakawan) maupun pengguna perpustakaan akan semakin lancar, sehingga koordinasi dan pengawasan semakin mudah serta mendapatkan pencapian efesiensi dan kenyamanan kerja. Tata atau penataan ruang perpustakaan bertujuan untuk : Memperoleh efektifitas kegiatan dan efesiensi waktu, tenaga dan anggaran, Menciptakan lingkungan yang aman suara, nyaman cahaya, nyaman udara dan nyaman warna,Meningkatkan kualitas pelayanan, dan Meningkatkan kinerja petugas perpustakaan.

(6)

Penggunaan AC memungkinkan pengkondisian udara yang nyaman bagi pemustaka dan aman untuk pemeliharaan buku.

AspekImran (2014:2) 4 aspek yang perlu diperhatikan dalam penataan ruang perpustakaan, aspek-aspek tersebut antara lain: Aspek Fungsional Dalam penataan ruang harus memperhatikan masing-masing fungsi dan kegunaan komponen-komponen penyusun perpustakaan termasuk benda-benda yang diletakkan di perpustakaan. Masing-masing komponen maupun perabot dan benda lain dalam perpustakaan harus ditempatkan dan harus memiliki fungsi dalam perpustakaan, jangan sampai terdapat terlalu banyak benda yang tidak memiliki fungsi banyak yang diletakkan. Hubungan dan alur antar sekat dan ruang juga sangat penting agar pergerakan pemustaka maupun pustakawan tidak terganggu. Aspek Psikologis Pengguna

Bahwa penataan ruang perpustakaan dapat mempengaruhi aspek psikologis pengguna. Meliputi hal utama bagaimana agar pengunjung merasa nyaman ketika berada di perpustakaan, leluasa menggunakan seluruh fasilitas perpustakaan serta mampu mendapat informasi yang diinginkan dengan baik. Harmonisasi dan keserasian ruang menjadi hal penting untuk mempengaruhi psikologis pengguna agar dalam perpustakaan tidak hanya merasa tenang, namun juga memunculkan kesenangan.

Aspek estetika merupakan hal-hal yang terkait dengan keindahan. Kerapian penataan perabot dan benda-benda yang dipergunakan serta aksesoris lain yang menunjang keindahan ketika mata memandang perlu ditambahkan. Pemilihan warna, lukisan, jika perlu musik yang membuat jiwa pemustaka tenang sangat bisa dimanfaatkan agar keindahan tata ruang semakin lengkap.

Aspek Keamanan Bahan Pustaka Keamanan sangat penting diperhatikan dalam perpustakaan, apalagi ini berkaitan dengan koleksi fisik yang kemungkinan mudah rusak atau hilang kapan saja. Desain tata ruang perlu memperhatikan hal-hal yang mengancam keberadaan koleksi diperpustakaan baik yang bersifat alamiah maupun atas campur tangan pengguna, jika perlu penggunaan teknologi sangat dianjurkan untuk digunakan.

Ketika aspek-aspek penataan ruang perpustakaan tersebut mampu diterapkan mengikuti hakikb atnya dengan baik, maka

perpustakaan pasti dapat menjadi tempat yang sangat kondusif sebagai penyimpan koleksi referensi dan informasi. Pengguna atau pemustaka maupun pengelola atau pustakawan tentu akan sangat nyaman dan betah menjalankan aktivitas di perpustakaan.

Bukan tidak mungkin pula konsep penataan ruang yang khusus namun tetap memperhatikan aspek-aspek penataan ruang tersebut mampu menjadi ciri khas dan menarik banyak pengunjung. Beberapa perpustakaan sudah dirancang dengan konsep-konsep khusus seperti konsep klasik bahkan ada yang menyatukan kafe dengan perpustakaan. Pengunjung tentu akan sangat tertarik mengunjungi perpustakaan dan berlama-lama menggunakan perpustakaan berkonsep khusus tadi karena dalam penataan ruang tetap memperhatikan aspek-aspek yang telah disebutkan sebelumnya

Perpustakaan Umum Sutarno (2006:37) Perpustakaan umum berada di tiga tingkatan pemerintah yakni (1) perpustakaan umum kabupaten dan kota di seluruh indonesia, (2) perpustakaan umum kecamatan (baru sebagian kecil, sekitar 33 unit, (perpusnas RI,2002), dan (3) perpustakaan umum desa/kelurahan. Perpustakaan umum tersebut milik pemerintah daerah dan dikelolah oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Sumber dana pembiayaan dari dana umum, yang berasal dari masyarakat. Tugas dan fungsinya memberikan layanan kepada seluruh lapisan masyarakat, sebagai pusat informasi pusat, sumber belajar, tempat rekreaksi, penelitian, dan pelestarian koleksi bahan

METODE PENELITIAN

(7)

strategi-strategi yang bersifat interaktif, fleksibel dan multi strategi, seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman dan lainlain. Hal tersebut karena penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomenafenomena social dari sudut pandang partisipan (Sugiyono, 2005). Di dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk menggali data deskriptif selengkap mungkin yang berupa ucapan hasil wawancara nantinya, ataupun dari data-data tertulis lainnya yang mendukung terhadap kepentingan Peneliti. Pendekatan kualitatif ini digunakan untuk mengungkapkan datadata deskriptif tentang manajemen tata ruang Penelitian ini berlokasi di Perpustakaan Kolesksi Deposit pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat. Alasan pemilihan tempat ini karena peneliti menemukan permasalahan tata ruang di perpustakaan tersebut saat sedang melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Menurut Hartinah (2014:2.12) tipe penelitian kualitatif bidang perpustakaan yang sering dilakukan adalah penelitian lapangan, analisis konten, dan penelitian dokumen.

1. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari sumber asli (langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut. Data yang di peroleh peneliti langsung dengan melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara dengan seksi deposit di tempat penelitian yaitu di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua (bukan orang yang pertama, bukan asli) data yang memiliki informasi atau data tersebut, dengan demikian peneliti tidak hanya terfokus ke satu orang saja untuk mendapatkan informasi tetapi bisa dua atau tiga orang yang mempunyai informasi tentang tata ruang perpustakaan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab dalam penelitian dimana dua orang atau lebih saling bertatap muka secara langsung. Penulis melakukan tanya jawab dengan bagian bidang Kepala Seksi Deposit Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat.

Metode untuk mendapatkan data –data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap keseluruhan kegiatan pada obyek penelitian. Observasi dilakukan untuk

mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan pada ruang deposit di Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat sehingga data lebih yang dikumpulkan akan lebih cepat dan akurat karena penulis yang mengumpulkan sendiri dan langsung mengetahui permasalahannya. Dokumenter merupakan teknik pengumpulan data oleh penulis dengan dengan cara mengumpulkan dokumen – dokumen dari sumber yang dianggap terpercaya. Pengumpulan data dengan cara dokumentasi dilakukan penulis untuk mengumpulkan data yang relevan. Alat / Instrumen Penelitian Pedoman wawancara berupa panduan pertanyaan – pertanyaan yang akan diajukan kepada subyek penelitian untuk mendapatkan data yang diinginkan dengan dibantu alat- alat seperti alat perekam suara, kamera, alat tulis. Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang akan dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara tidak hanya disusun berdasarkan tujuan penelitian tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Pedoman observasi yaitu berupa panduan yang digunakan untuk mengumpulkan dengan melihat secara langsung atau dengan mencatat setiap informasi yang berkaitan dengan penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif untuk menggambarkan atau mendeskipsikan suatu data agar data yang tersaji menjadi mudah dipahami dan informatif bagi orang yang membacanya.

Lokasi dan tempat melakukan penelitian yaitu bertempat di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat Jalan Letjen Sutoyo No. 6 Pontianak, Kalimantan Barat. Adapun waktu pelaksanaan pengumpulan data dan menulis penelitian dilaksanakan bersamaan dengan waktu penyelenggaraan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yaitu 3 (tiga) bulan terhitung dari awal bulan Maret sampai akhir bulan Mei.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(8)

sempit dan masih kurang dalam penataan ruangannya. oleh karena itu, penulis mencoba untuk meneliti lebih dalam mengenai manajemen tata ruang yang dilakukan di perpustakaan koleksi deposit.

Seksi deposit mengatakan bahwa penataan ruangan belum dapat menghasilkan yang representatif karena belum terdapatnya Sumber Daya manusia yang memiliki ilmu perpustakaan / minimal mendapatkan pelatihan singkat, sarana dan prasarana yang terbatas dan luas ruangan koleksi deposit yang kecil. Data pada penelitian didapatkan melalui wawancara terhadap informan yaitu Seksi deposit dan pemustaka sebanyak 2 (dua) orang, yang dilakukan melalui observasi dalam kurun waktu selama 4 bulan. Penulis melakukan wawancara yang ditujukan kepada informan dengan meminta ketersedian informan dan menjelaskan maksud serta tujuan dilakukannya wawancara ini. Setelah dilakukan penelitian, penulis penyusun pedoman wawancara dan menghasilkan beberapa kategori pembahasan terkait manajemen tata ruang di perpustakaan koleksi deposit, yaitu:

1) Tata Ruang Perpustakaan Koleksi Deposit

Perpustakaan koleksi deposit berada pada lokasi bangunan (gedung) yang kurang strategis. Lokasi Perpustakaan Koleksi Deposit berada di gedung ke 2 pada Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalimantan Barat. Ruang koleksi Deposit berada di lantai 2 pemustaka sulit menemukan ruang deposit sehingga harus bertanya kepada pegawai disana. Susunan Tata ruang di perpustakaan Koleksi Deposit tidak beraturan karena ruangan yang sempit penempatan rak koleksi dekat dengan meja dan kursi baca sehingga pemustaka yang membaca merasa terganggu dengan pemustaka yang sedang mencari koleksi karena saling berdekatan.

Penempatan ruang kerja untuk staff dan material yang ada di perpustakaan belum di letakkan sesuai dan sejalan dengan keadaan di perpustakaan koleksi deposit yang membuat suasana kurang nyaman ketika pemustaka berada di perpustakaan. Perpustakaan koleksi deposit belum ada SDM yang memiliki ilmu perpustakaan dalam mengelola perpustakaan dan pengetahuan yang masih minim tentang penataan ruang perpustakaan. Pemanfaatan ruang yang ada di ruang deposit belum

berjalan dengan baik. Karena penempatannya masih perlu diperhatikan karena jarak antara kursi, meja baca dekat dengan rak koleksi buku.

Jika koleksi bahan pustaka dan meja kursi baca tidak memiliki jarak hal itu akan menimbulkan ketidaknyamanan pemustaka saat sedang memilih koleksi atau berada di ruang deposit. Perpustakaan koleksi deposit belum pernah melakukan penataan ruang yang sesuai dengan standar perpustakaan, karena dengan pertimbangan belum adanya SDM di bidang perpustakaan yang mampu dalam mengelola perpustakaan dan kurangnya pengetahuan menganai penataan ruang. sehingga untuk menciptakan ruangan yang nyaman dan memiliki nilai estetika belum terwujud.

Melakukan manajemen tata ruang merupakan upaya dalam rangka untuk membenahi perpustakaan yang sesuai standar agar pemanfaatan setiap ruang dapat terencana dan dikembangkan secara maksimal. Melihat keadaan tata ruang yang ada di dalam perpustakaan koleksi deposit saat ini. Perpustakaan koleksi deposit perlu mengatur ruang yang berwujud struktural dan pola yang nyaman untuk kenyamanan setiap pemustaka dan tentunya oleh penyelenggaraan perpustakaan serta pengendalian pemanfataatan ruang itu sendiri dapat memberikan hasil perencanaan tata ruang yang menarik dan nyaman.

2) Kendala yang Dihadapi dalam Proses Manajemen Tata Ruang Perpustakaan Koleksi Deposit

(9)

1(satu) jadi jika pengunjung ramai ada yang duduk dan ada juga yang berdiri, meja baca terlalu dekat dengan rak koleksi bahan pustaka sehingga jika saya duduk akan mengganggu pemustaka yang sedang mencari koleksi”. (Sri Sugiarti Siswa SMK 7 Pontianak).

Tidak ada jarak dalam penataan ruangan antara rak koleksi bahan pustaka dengan kursi dan meja yang ada di perpustakaan menjadi kendala dalam dalam penataan ruang perpustakaan koleksi deposit. Kurangnya penataan ruang yang nyaman dan memiliki nilai estetika bagi pemustaka atau siapa saja yang berkunjung ke perpustakaan merupakan hal yang perlu diperhatikan. SDM juga berperan besar dalam menata ruang perpustakaan. Karena jika terdapat SDM yang mempunyai pengetahuan yang luas dibidang penataan ruang perpustakaan, hal tersebut akan mengantarkan luas di bidang penataan ruang perpustakaan, hal tersebut akan mengantarkan perpustakaan menjadi lebih baik.

3). Sistem Tata Ruang Perpustakaan Koleksi Deposit

Menurut SNI 003 (2011:5) Ruang perpustaaan sekurang-kurangnya terdiri dari ruang koleksi, ruang baca, ruang kepala, ruang staf, ruang pengolahan, ruang serba guna, area publik (mushola, dan toilet tidak berada didalam ruang koleksi). Peprpustakaan koleksi deposit dinas perpustakaan dan kearsipan tidak menggunakan tata sekat yaitu penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca dan ruang staff. Hal ini menjadi perhatian karena melihat kondisi ruang perpustakaan deposit yang kecil, terbatasnya sarana dan prasarana yang tersedia sehingga sulit untuk melakukan kegiatan tata ruang di perpustakaan deposit selain itu SDM yang mengetahui ilmu bperpustakaan tidak ada.

Perpustakaan koleksi deposit dalam menata ruangnya memanfaatkan ruangan yang ada meskipun kecil tetapi cukup untuk ruang rak koleksi, ruang baca agar pemustaka dapat memilih dan mengambil koleksi yang dibutuhkan. Mengenai fisik tata ruang di perpustakaan koleksi deposit tata letak/lokasinya kurang strategis sehingga susah untuk menemukannya karena tidak ada petunjuk untuk mengetahui lokasi. pengunjung untuk mengetahui lokasi. pengunjung banyak yang tidak mengetahui keberadaan koleksi deposit.

Dalam memenuhi Standar Nasional Perpustakaan umum. Lokasi perpustakaan juga perlu diperhatikan yakni berada pada lokasi yang mudah dilihat, dikenal, dan di jangkau masyarakat, di bawah kepemilikan atau kekuasaan pihak pemerintah daerah, memiliki status hukum yang jelas, jauh dari lokasi rawan bencana dan lokasi perpustakaan harus berada di pusat mudah dilihat serta mudah dijangkau oleh setiap pemustaka yang ingin berkunjung. Lokasi perpustakaan koleksi deposit belum memenuhi standar nasional perpustakaan, hal ini dilihat karena lokasi yang tidak strategis dan susah untuk dijangkau.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan manajemen tata ruang perpustakaan koleksi deposit tentang penataan ruangan, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Manajemen Tata Ruang Perpustakaan koleksi deposit belum memenuhi Standar Nasional Perpustakaan bisa dikatakan masih 50% dikarenakan luas ruangan yang kecil, kurangnya sarana dan prasarana, dan tidak adanya Sumber daya manusia yang ahli dalam manajemen tata ruang perpustakaan dan Kendala yang dihadapi dalam melakukan penataan ruang koleksi deposit yaitu luas ruangan yang sempit dan tidak memadai untuk dijadikan ruang koleksi, sarana dan prasarana di perpustakaan koleksi deposit kurang memadai , dan sumber daya manusia yang ahli dalam manajemen tata ruang perpustakaan tidak ada.

Saran

(10)

dan meningkatkan sarana dan prasarana perpustakaan koleksi deposit, gedung koleksi tidak boleh disatukan dengan ruang staff dan untuk sarana prasarana menggunakan sarana dan prasarana yang disediakan.

DAFTAR RUJUKAN

Sutarno, NS. (2006). Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto. Sjahrial, N. R., & Pamuntjak. (1976).

Pedoman Penyelenggaraan

Perpustakaan. Djambatan

. Astutik, Sundari Juni. 2016. " Menata Ruang Perpustakaan Guna Menarik Minat Baca". (online), diakses tanggal 23 April

2018 pada laman

(https://digilib.isiska.ac.id/?p=709)m(http ://ejournal.unp.ac.id/indek.php/iipk/article /viewfile/1077/911)

Azwar, Muhammad dan Agung Nugraha Rusli.

2016. “Manajemen Tata Ruang Perpustakaan Pesanten Madani Alauddin Pao Pao Makassar”. (online), diakses pada tanggal 23 April

2018 pada laman

(http://www.journal.uinjkt.ac.id/index.ph p/almaktabah/article/viewfile4714/3245 Mania, Sitti. Metodologi Penelitian

Pendidikan dan Sosial. Makassar: Alauddin University Press, 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

Bafadal, Ibrahim. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Askara, 2008.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

For the lecturer, the absence of a response is interpreted as uncooperative behavior, where in fact the students are more concerned with producing an egalitarian classroom

Abstrak - Pasal 8 ayat (1) huruf i Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) menyatakan adanya perbuatan yang dilarang bagi pelaku

Pokja ULP Kegiatan Pembangunan Balai Latihan Kerja Pada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bandung akan melaksanakan Pelelangan dengan pascakualifikasi secara elektronik sumber

Nama Paket : Rehab Berat/Sedang TK Pembina Muara Enim Kecamatan Muara Enim ( 5 Unit ).. ANUGRAH

Bahwa berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Panita Pokja VI ULP Kabupaten Muara Enim terhadap Hasil Evaluasi Pelelangan Umum Pengadaan Barang / Jasa Konstruksi dari Dana

Mengingat cukup banyak pengrajin batik yang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Timur tersebut, maka objek penelitian ini difokuskan pada batik yang berkembang di

Untuk hal demikian wajiblah manusia saling mencintai satu sama lain, karena masing-masing orang melihat kesempurnaanya berada pada orang lain. Kalau