• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

WMS Vol. 6 No. 12 Hlm. 97 - 188

Singaraja Oktober

2009

ISSN 1858 - 0629

Diterbitkan oleh FMIPA Undiksha

WAH AN A

M ATEM ATI KA D AN SAI N S

Jurnal Matematika, Sains, atau Pembelajarannya

Volume 6 No. 12, Oktober 2009

M OD EL D I N AM I K U N TUK EPI D EMI PERTU SSI S D EN GAN V AKSI N TAK SEM PURN A

PEROM BAKAN ZAT W ARN A REAKTI F AZ O SECARA AN AEROB M EN GGU N AKAN KON SORSI UM BAKTERI H ASI L I SOLASI D ARI

LUM PUR LI M BAH TEKSTI L

AD SORPSI I ON Cr3 + OLEH KULI T KACAN G TAN AH ( Ar a chis h ypoga e a L.)

I N TERVEN SI ERGON OM I D ALAM PEM BELAJARAN SAI N S

M EN GU RAN GI KELU H AN M USKULOSKELETAL SI SW A SD 1

SAN GSI T KECAM ATAN SAW AN KABUPATEN BULELEN G

I M PLEM EN TASI PEM BELAJARAN M EN GGU N AKAN M ED I A KOM PU TER U N TU K M EN I N GKATKAN KU ALI TAS BELAJAR KI M I A SI SW A KELAS X SM AN 4 SI N GARAJA

(2)

KEM AM PU AN PEM ECAH AN M ASALAH D AN KOM UN I KASI M ATEM ATI KA PESERTA OLI M PI AD E M ATEM ATI KA SEKOLAH

D ASAR D I PROV I N SI BALI

I Wayan Puja Astawa

Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Ganesha

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematika peserta olimpiade matematika Sekolah Dasar di provinsi Bali. Penelitian ini merupakan penelitian reflektif-ekploratif terhadap 65 orang siswa Sekolah Dasar di Provinsi Bali yang mengikuti kompetisi tingkat provinsi dari tahun 2004 sampai 2008. Pemenang olimpiade tingkat provinsi berhak mewakili Bali dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) dalam bidang matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika peserta tergolong baik dengan rerata 71,71 dan simpangan baku sebesar 7,46. Kemampuan komunikasi matematika juga tergolong baik dengan rerata 65,40 dan simpangan baku sebesar 4,99. Kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi seperti ini secara empiris mampu menghasilkan medali perak dan perunggu dalam OSN setiap tahun. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika masih diperlukan sampai berkategori sangat baik untuk dapat mencapai hasil yang maksimal dalam ajang OSN.

Kata-kata kunci : pemecahan masalah, komunikasi matematika, olimpiade matematika SD

Abstract

(3)

Empirically, with these abilities, contestants of national science olympiade in mathematics for elemantary school students from Bali successed in obtaining silver and bronze medals every year. Increasing the problem solving and comunication skill in mathematics is still needed until excellent category in order to get a maximum result in national science olympiade in mathematics.

Key words : problem solving, comunication, elemantary school mathematics olympiad

1. Pendahuluan

Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu poin penting yang

diamanatkan oleh Undang-undang (UU) Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional. Hal ini sangat mudah dipahami karena mutu pendidikan

akan menjadi ujung tombak untuk meningkatkan daya saing bangsa (nation

competitiveness) dalam menghadapi persaingan global. Mutu pendidikan dalam berbagai

bidang ilmu menjadi hal yang mutlak untuk ditingkatkan karena berbagai indikator

menunjukkan mutu pendidikan di Indonesia masih sangat rendah seperti indeks

pengembangan sumberdaya manusia (Human Development index), TIMSS study,

maupun laporan berbagai hasil ujian akhir baik di sekolah maupun ujian nasional.

Sejalan dengan amanat UU no. 30 tahun 2003 tersebut, mutu pendidikan juga

digariskan dalam peraturan pemerintah (PP) no 19. tahun 2005 tentang standar nasional

pendidikan. Dalam PP ini ditegaskan tentang pentingnya mutu pendidikan dan sistem

penjaminannya yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan standarisasi pendidikan

secara nasional. Secara nasional harus ada acuan tentang standar isi, standar proses,

standar pengelolaan, standar keuangan dan standar lainnya yang berkaitan dengan proses

pendidikan sebagai suatu sistem. Penetapan standar secara nasional dimaksudkan

sebagai acuan mutu pengembangan pendidikan di daerah-daerah sehingga dapat

dibandingkan antara satu daerah dengan daerah yang lainnya.

Berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan telah dilakukan pemerintah RI.

Salah satunya adalah menyediakan sarana atau wadah kompetisi atau lomba berbagai

mata pelajaran dari berbagai jenjang pendidikan (Sekolah Dasar (SD), Sekolah

(4)

dinamai Olimpiade Sains Nasional (OSN) yang sudah dimulai sejak tahun 2002. Khusus

untuk siswa SD, mata pelajaran yang dikompetisikan adalah matematika dan IPA serta

mulai dilaksanakan tahun 2003 sejak OSN ke-2 di kota Balikpapan propinsi Kalimantan

Timur.

Pada jenjang OSN matematika SD, keikutsertaan seluruh daerah di Indonesia

merupakan suatu kewajiban karena pemerintah pusat membuat kebijakan agar setiap

propinsi menempatkan wakil-wakil siswanya untuk mengikuti OSN. Hal ini bertujuan

untuk meningkatkan pemerataan mutu pendidikan ke seluruh wilayah Indonesia.

Sebagai salah satu propinsi di Indonesia, Bali telah mengirim siswa-siswa SD dalam

OSN matematika sejak di Balikpapan tahun 2003 sampai dengan OSN matematika SD

tahun 2008 di Makasar. Prestasi siswa SD dari provinsi Bali di OSN matematika cukup

baik dengan memperoleh 6 perak dan 6 perunggu (Puja Astawa, 2003, 2004, 2005,

2006a, 2007, 2008) Persentase siswa yang mampu memperoleh medal/juarai pada OSN

sebesar 85,7% (42,85% memperoleh medaliperak dan 42,85% memperoleh medali

perunggu). Keberhasilan meraih medali ini tergolong cukup tinggi dengan sebaran yang

cukup merata. Akan tetapi, peserta OSN matematika SD dari Bali belum mampu meraih

prestasi tertinggi (belum memperoleh medali emas). Hal ini perlu ditelusuri agar akar

permasalahan yang menjadi penghambat keberhasilan memperoleh medali emas dapat

diidentifikasi.

2. Kajian Literatur

Tipe Soal Olimpiade

Soal-soal olimpiade matematika SD disusun untuk menguji kemampuan siswa

untuk menyelesaikan masalah matematika yang tidak rutin (Muchlis, A, 2004). Hal ini

berarti bahwa siswa dituntut untuk menggunakan seluruh kemampuan matematika yang

telah diperoleh di sekolah secara kreatif untuk menyelesaikan soal-soal matematika.

Keberhasilan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin tergantung dari kreasi dan

inovasi mereka dalam menerjemahkan dan merencakan pemecahan masalah/soal-soal.

(5)

soal uraian, dan soal eksplorasi Tiga contoh berikut merupakan contoh soal OSN yang

diambil dari Muchlis A, dkk, 2006).

Contoh 1. Soal isian singkat

Bilangan X adalah sebuah pecahan. Jika pembilang X ditambah 3 maka diperoleh

pecahan baru 2/3 . Jika penyebut X dikurangi 1 maka diperoleh pecahan baru 1/2 .

Tentukan X.

Solusi yang diharapkan

Pecahan yang penyebutnya dikurangi 1 akan menjadi pecahan 2

dan lain-lain. Dari pecahan-pecahan tersebut yang memenuhi

jika pembilangnya ditambah 3 menghasilkan pecahan 3

Sekelompok siswa akan menggunakan sejumlah komputer. Jika setiap komputer

digunakan oleh dua orang, ada tiga siswa yang tidak mendapat komputer. Sebaliknya,

jika setiap komputer digunakan oleh tiga orang, ada tiga komputer yang tidak terpakai.

Berapa banyak siswa yang akan mengunakan komputer tersebut?

Solusi yang diharapkan:

Persoalan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Pada gambar di sebelah kiri, 6 siswa dari 3 komputer pertama dan 3 siswa yang tidak

mendapat komputer didistribusikan seorang-seorang ke komputer lain yang semula

masing-masing digunakan oleh 2 orang siswa seperti pada gambar di sebelah kanan.

(6)

dihadapi oleh 3 orang siswa. Jadi, siswa yang menggunakan komputer adalah 9 x 3

orang = 27 orang dan banyak komputer adalah 12 buah.

Contoh 3. Soal eksplorasi

Pada Gambar 2(a), ABCD adalah sebuah persegi. Pada papan berpaku 4×4 hanya dapat

dibentuk dua persegi yang kongruen dengan persegi ABCD seperti ditunjukkan pada

Gambar 2(b).

a. Pada papan berpaku 5×5, berapa banyak persegi yang kongruen dengan

persegi ABCD yang dapat dibentuk?

b. Pada papan berpaku 6×6, berapa banyak persegi yang kongruen dengan

persegi ABCD yang dapat dibentuk ?

c. Berapa banyak persegi yang kongruen dengan persegi ABCD yang dapat

dibentuk pada papan berpaku 10 × 10?

Solusi yang diharapkan:

a. pada papan berpaku 5 x 5, ada 8 persegi yang kongruen dengan ABCD

b. pada papan berpku, 6 x 6 ada 18 persegi

c. dari a dan b diperoleh informasi bahwa untuk papan 5 x 5 diperoleh persegi kongruen

(7)

(3x3) + (3x3) = 18,sehingga untuk papan 10 x 10, banyak persegi menjadi (7x7) +

(7x7) = 98

Stategi Pemecahan Masalah

Pemecahan-masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting

karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian siswa dapat memperoleh

pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk

diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Pentingnya pemecahan

masalah dalam matematika belum dijadikan sebagai kegiatan utama dalam pembelajaran

guru. Padahal, di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang kegiatan

tersebut dapat dikatakan merupakan inti dari kegiatan pembelajaran matematika sekolah

(Erman Suherman dkk., 2003)

Menurut Polya (1957), pemecahan masalah memuat empat langkah

penyelesaian, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan

masalah sesuai rencana, dan melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah

yang telah dikerjakan. Keempat langkah pemecahan masalah ini merupakan satu

kesatuan yang dapat dikembangkan menjadi suatu keterampilan. Salah satu cara untuk

mengembangkan kemampuan anak dalam pemecahkan masalah adalah melalui

memberikan pengalaman pemecahan masalah yang memerlukan strategi berbeda-beda

dari satu masalah ke masalah lainnya. Strategi-strategi pemecahan masalah yang sering

digunakan adalah Strategi Act It Out, Membuat Gambar atau Diagram, Menemukan

Pola, Membuat Tabel, Memperhatikan semua Kemungkinan Secara Sistematik, Tebak

dan Periksa (Guess and Check), Strategi Kerja Mundur, Menggunakan Kalimat

Terbuka, Menyelesaikan Masalah yang Mirip atau Masalah yang Lebih Mudah, dan

Mengubah Sudut Pandang. Untuk memperkenalkan suatu strategi tertentu kepada siswa,

diperlukan perencanaan yang matang. Sulit bagi guru untuk dapat memperkenalkan

setiap strategi pemecahan masalah dalam waktu yang terbatas dan bagi siswa yang

sudah belajar strategi tertentu, masih memerlukan waktu untuk memperoleh rasa

percaya diri dalam menerapkan strategi yang sudah dipelajarinya

Selain kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi matematika juga

(8)

kemampuan mengorganisasi hasil pemikiran menjadi paparan yang jelas dengan

menggunakan bahasa dan simbul matematika yang baik dan benar. Kemampuan

komunikasi matematika juga akan menunjang kemampuan pemecahan masalah karena

akan menggambarkan aspek-aspek kemampuan pemecahan masalah seperti memahami

masalah, memiliki rencana penyelesaian, keterampilan melaksanakan rencana yang

dibuat, dan melakukan pengecekan hasil. Kemampuan pemecahan masalah akan terasa

utuh dan padu lewat komunikasi matematika yang baik. Keterkaitan yang erat soal-soal

OSN dengan pemecahan masalah dan komunikasi matematika membuat perlunya

mengetahui kemampuan siswa peserta olimpiade matematika SD di Bali berkaitan

dengan kedua kemampuan tersebut. Pengetahuan ini akan berguna untuk mencari

permasalahan berkaitan dengan belum maksimalnya prestasi dalam ajang yang sama di

tingkat nasional.

3. Metode

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang berkategori reflektif eksploratif

dengan subjek penelitiannya adalah semua siswa Sekolah Dasar di provinsi Bali yang

memenuhi syarat sebagai peserta olimpiade matematika dari tahun 2004 sampai tahun

2008. Pemilihan peserta olimpiade dari seluruh kabupaten dan kotamadya yang ada di

Bali menggunakan metode pengambilan sampel dengan teknik purposive dan kuota

sampling. Teknik purposive digunakan untuk memilih siswa-siswa yang mempunyai

kemampuan tinggi dalam bidang matematika dan teknik kuota sampling digunakan

untuk memberi perimbangan pada seluruh daerah kabupaten dan kota di Bali. Subjek

penelitian seluruhnya berjumlah 65 orang.

Data yang diperlukan berupa kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

komunikasi matematika. Untuk mengumpulkan data tersebut di atas digunakan tes yang

mengacu pada soal-soal standar OSN. Kemampuan pemecahan masalah meliputi empat

komponen pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya seperti kemampuan

memahami masalah, kemampuan membuat rencana penyelesaian, kemampuan

melaksanakan rencana yang dibuat, dan kemampuan mengecek kembali hasil yang

(9)

menggunakan informasi, konsep, dan representasi matematika, kemampuan

menyampaikan argumen secara tertulis, dan kemampuan membuat kesimpulan.

Data dianalisis secara deskriftif kualitatif dengan menentukan rata-rata skor

kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika serta mengomparasi

dengan acuan patokan untuk menentukan kategorinya. Rata-rata dihitung dengan rumus

n

1 dan selanjutnya dikomparasi dengan kriteria penggolongan berdasarkan

acuan patokan berikut:

X 85% SM sangat baik

70% SM X < 85% SM baik

55% SM X < 70% SM cukup

40% SM X < 55% SM kurang

X < 40% SM sangat kurang

(Modifikasi dari Nurkencana dan Sunartana, 1992)

dengan X menyatakan rerata kemampuan pemecahan masalah dan SM merupakan skor

maksimal dari tes kemampuan pemecahan masalah bila semuanya dijawab dengan

benar.

4. Hasil dan Diskusi

Hasil Penelitian

Hasil penelitian berupa kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

komunikasi matematika disajikan pada tabel berikut

Tahun PM Kriteri KM Kriteri

2004 68,55 (9,12) Cukup 63,00 (3,68) Cukup 2005 75,30 (6,02) Baik 67,60 (2,37) Cukup 2006 73,20 (7,05) Baik 66,50 (4,74) Cukup 2007 75,20 (6,14) Baik 64,00 (6,58) Cukup 2008 70,20 (5,06) Baik 67,33 (5,63) Cukup 2004-2008 71,71 (7,46) Baik 65,40 (4,99) Cukup

(10)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa secara umum kemampuan

pemecahan masalah peserta OSN berkategori baik dengan rata-rata kemampuannya

sebesar 71,71 (dari skor total 100) dan simpangan baku sebesar 7,46. Kemampuan

komunikasi matematika peserta OSN berkategori cukup dengan rata-rata

kemampuannya sebesar 65,40 (dari skor total 90) dan simpangan baku sebesar 4,99

Kemampuan pemecahan masalah tersebut bervariasi dari tahun ke tahun dengan

sebaran rata-rata kemampuannya dari 68,55 sampai dengan 75,30 yang berarti berkisar

antara kemampuan yang cukup dan kemampuan yang baik. Komparasi secara visual

kemampuan pemecahan masalah matematika dari tahun 2004 sampai tahun 2008 dapat

dilihat pada diagram kotak garis pada gambar 1. Kemampuan komunikasi matematika

juga bervariasi dari tahun ke tahun dengan sebaran rata-rata kemampuannya dari 63,00

sampai dengan 67,60 yang berarti berkisar antara kemampuan yang cukup. Komparasi

secara visual kemampuan komunikasi matematika dari tahun 2004 sampai tahun 2008

dapat dilihat pada diagram kotak garis pada gambar 2.

85

Boxplots of PM by Tahun

Gambar 1. Diagram kotak garis Kemampuan pemecahan masalah tahun 2004 – 2008

75

Boxplots of KM by Tahun

Gambar 2. Diagram kotak garis Kemampuan komunikasi matematika tahun 2004 – 2008

Pembahasan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta

olimpiade matematika sekolah dasar di provinsi Bali secara umum tergolong baik

dengan rerata sebesar 71,71 dan simpangan baku sebesar 7,46. Akan tetapi kalau

(11)

kemampuan tersebut tidak merata. Variasi kemampuan ini dapat dibaca dari standar

deviasi skor kemampuan pemecahan masalah di sekitar reratanya yang cukup besar.

Empat kemampuan pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya merupakan

satu kesatuan kemampuan yang tidak terpisahkan sebagai wujud yang utuh dalam

menyelesaikan suatu masalah. Secara umum peserta OSN matematika di provinsi Bali

mampu memahami masalah dengan baik yang dapat dilihat pada kemampuannya

menginvestigasi kecukupan informasi yang diberikan dalam masalah dan apa yang

hendak dipecahkan dalam masalah. Pemahaman terhadap masalah yang baik belum

sepenuhnya didukung oleh pengetahuan tentang strategi-strategi pemecahan masalah

yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah. Sebagian kecil peserta bahkan

tidak mempunyai strategi menyelesaikan masalah yang diberikan. Hal ini menyebabkan

lemahnya kemampuan perencanaan terhadap pemecahan masalah dari sebagian peserta.

Kemampuan melaksanakan rencana yang telah dibuat bagi peserta yang mempunyai

strategi penyelesaian terhadap masalah sangat baik. Mereka secara umum mampu

melakukan manipulasi aljabar, menghubungkan fakta-fakta dasar, memanfaatkan

informasi yang tersedia dalam menuntaskan penyelesaian strategi yang dipilih dengan

prosedur yang benar. Walaupun demikian, sebagian kecil masih ada yang gagal

menyelesaikan strategi yang telah mereka pilih. Hasil yang diperoleh dari menyelesaikan

strategi pemecahan masalah/perencanaan pemecahan masalah umumnya merupakan

solusi dari persoalan yang diberikan. Sebagian besar peserta menyelesaikan masalah

yang diberikan berhenti pada penyelesaian strategi pemecahan masalah yang digunakan.

Mereka jarang mengecek kembali hasil yang telah diperoleh. Hal ini tergambar dari

beberapa persoalan yang diberikan yang solusinya merupakan modifikasi lanjutan dari

hasil pelaksanaan terhadap strategi yang digunakan. Akibatnya pada beberapa

permasalahan yang semestinya mampu dijawab benar tetapi tidak memperoleh hasil

sempurna akibat tidak menjawab apa yang ditanyakan.

Sejalan dengan kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi

matematika peserta olimpiade matematika di provinsi Bali juga tergolong baik dengan

rerata 65,40 dan standar deviasi 4,99. Variasi kemampuan komunikasi matematika

(12)

komunikasi matematika peserta tidak merata bahkan ada yang tergolong dalam

kualifikasi yang sedang-sedang saja.

Dalam mengomunikasikan gagasan penyelesaian masalah, peserta mampu

menggunakan informasi yang diberikan pada masalah, menggunakan konsep yang benar

dalam menyelesaikan masalah, dan menggunakan representasi matematika yang tepat.

Akan tetapi; kemampuan menyampaikan argumen secara tertulis dan kemampuan

membuat kesimpulan masih perlu ditingkatkan

Variasi kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi terhadap

suatu permasalahan yang penyelesaiaannya diperoleh peserta juga beragam. Pada

beberapa masalah kedua kemampuan ini ditampilkan dengan sangat baik tetapi pada

beberapa masalah yang lain hanya sebagian dari kedua kemampuan ini dapat

ditampilkan dengan baik. Kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi

sangat baik terlihat pada kasus berikut.

Penyelesaian di atas merupakan penyelesaian terhadap permasalahan berikut “Suatu

barang harganya dinaikkan 10% dari harga awal kemudian diturunkan 10%. Terhadap

harga awal, Apakah harga akhir naik, turun atau tetap? Hitung prosentase perubahan

harga tersebut!”. Pemecahan masalah yang diberikan di sini sangat komprehensif

dengan pemahaman masalah yang sangat baik, perencanaan dengan strategi

menggunakan hubungan-hubungan aljabar dengan menggunakan konsep-konsep

matematika yang benar. Pengerjaan secara aljabar sangat baik sehingga mampu

memperoleh hasil yang diharapkan dan mampu menjawab masalah yang diberikan

dengan benar. Pengecekan kembali juga sangat tegas dilakukan di sini. Pemamparan

pemecahan masalah yang dilakukan juga sangat jelas dengan memanfaatkan bahasa

(13)

Kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematika yang

belum sempurna dapat dilihat dari solusi yang diberikan peserta terhadap permasalahan

berikut. “Seorang penjual tepung ingin menimbang 7 gram tepung. Akan tetapi dia tidak

mempunyai batu timbangan yang beratnya 7 gram. Ia hanya memiliki batu timbangan

yang beratnya 3 gram, 5 gram, 6 gram, dan 9 gram. Bagaimana cara penjual tepung itu

memperoleh tepung seberat 7 gram?” Berikut salah satu solusi

Kemampuan pemecahan masalah dalam hal ini cukup baik dengan menggunakan logika

yang benar. Strategi pemecahan masalah dengan menggunakan gambar juga sangat baik.

Akan tetapi kejelasan dalam menyelesaikan strategi yang dipilih masih kurang. Hal ini

berakibat pada kemampuan pemecahan masalah secara komprehensif. Kemampuan

komunikasi matematika juga belum begitu baik. Penggunaan bahasa matematika dan

representasi cukup baik akan tetapi dalam menyajikan kesimpulan masih kurang

sehingga belum mampu memberikan gambaran utuh terhadap prosedur kerja dari

strategi yang digunakan dan juga belum mampu menggambarkan penyelesaian yang

(14)

Kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika yang kurang

seperti pada permasalahan berikut.”Dua bersaudara masing-msing berumur 5 dan 8

tahun. Dalam berapa tahun lagi perbandingan umur mereka menjadi 3 : 4?”.

Pada penyelesaian ini, keempat langkah pemecahan masalah dari Polya tidak

tergambarkan secara jelas. Demikian pula dalam mengomunikasikan gagasan

matematikanya. Penggunaan bahasa matematika maupun representasi dalam

penyampaian ide matematika sangat kurang. Kesimpulan yang ditarik dari penyelesaian

yang ditampilkan tidak mempunyai dasar yang kuat karena argumen-argumen yang

dikemukakan tidak menunjukkan kohesivitas gagasan matematika.

Kualitas kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika peserta

olimpiade matematika SD seperti di atas secara empiris mampu mengantarkan peserta

dari Bali untuk memperoleh juara di tingkat nasional. Hal ini dibuktikan dari tahun ke

tahun sejak tahun 2003 selalu memperoleh medali baik perak maupun perunggu. Hal ini

sangat rasional dan menguatkan praduga sebelumnya bahwa tingkat kemampuan peserta

sebelum berlomba dalam ajang olimpiade sains nasional sangat menentukan

keberhasilan mereka dalam merebut medali. Hal ini disebabkan karena soal-soal

matematika dalam olimpiade sains nasional sebagian besar merupakan soal-soal yang

berkategori pemecahan masalah yang memerlukan kreativits tinggi. Keberhasilan yang

telah diperoleh dengan kondisi kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi seperti

diatas bukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilan. Kondisi kemampuan

pemecahan masalah dan komunikasi matematika kompetitor dari daerah lain juga turut

berperan.

Perebutan medali dalam ajang OSN tentu saja sangat ketat karena para peserta

(15)

wakil-wakil provinsi yang telah diseleksi dengan ketat dan memperoleh pembinaan dalam

jangka waktu tertentu. Hasil seleksi dan pembinaan seperti ini tentu saja melahirkan

kualitas peserta dengan kemampuan pemecahan masalah yang baik dan bahkan sangat

baik. Kompetisi diantara peserta dengan kualifikasi seperti ini tentu cenderung

dimenangkan oleh peserta yang mempunyai kualifikasi kemampuan pemecahan masalah

yang sangat baik. Argumentasi ini dapat memberikan justifikasi berkaitan dengan belum

berhasilnya peserta dari Bali menjadi yang terbaik (memperoleh medali emas) karena

kemampuan pemecahan masalah mereka belum berkategori sangat baik.

Kemampuan pemecahan masalah yang baik dengan dukungan kemampuan

komunikasi yang baik pula tentu mempengaruhi kemampuan bersaing untuk

memeperebutkan medali dalam ajang olimpiade sains nasional. Dalam ajang kompetsisi

seperti itu kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematika yang baik atau

bahkan sangat baik akan memungkinkan membawa hasil yang memuaskan sehingga

mampu memperoleh prestasi puncak. Hasil-hasil OSN matematika peserta dari Bali

yang diperoleh selama ini menunjukkan perlunya meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah dan kemampuan komunikasi matematika calon peserta agar mencapai

kualifikasi sangat baik sehingga dapat memperbesar peluang menjadi juara.

5. Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematika peserta olimpiade matematika SD di

provinsi Bali tergolong baik dengan rerata 71,71 dan simpangan baku 7,46 dan

kemampuan komunikasi matematika mereka tergolong sedang dengan rerata 65,40 dan

simpangan baku 4,99. Kemampuan pemecahan masalah yang baik namun belum

didukung oleh kemampuan komunikasi yang baik menjadi salah satu faktor penyebab

kegagalan peserta dari Bali memperoleh medali emas dalam olimpiade sains nasional

bidang matematika.

Kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematika

peserta olimpiade matematika SD dari provinsi Bali mutlak harus terus ditingkatkan agar

(16)

kemampuan pemecahan masalah hendaknya diawali dari proses pembelajaran di kelas

dengan menanamkan konsep-konsep matematika secara benar dilanjutkan dengan

melatih keterampilan pemecahan masalah. Peningkatan kemampuan komunikasi juga

harus ditingkatkan dengan jalan memberilkan latihan-latihan soal yang mengharapkan

siswa mengorganisasi pemikirannya dan menuliskannya dengan menggunakan bahasa

dan simbol matematika dengan baik dan benar. Melatih kemampuan komunikasi

matematika juga dapat dilakukan dengan memberi kesempatan siswa mempresentasikan

gagasannya atau membantah pendapat temannya dalam pembelajaran di kelas melalui

diskusi kelas.

6. Daftar Pustaka

Anonim. 2003. Olimpiade Matematika dan IPA Nasional Tingkat SD/MI. Jakarta:Direktorat TK dan SD Dirjen Dikdasmen Depdiknas.

Anonim. 2004. Olimpiade Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Tingkat Nasional. Jakarta:Direktorat TK dan SD

Dirjen Dikdasmen Depdiknas.

Anonim. 2005. Olimpiade Sains Nasional Tingkat SD/MI. Jakarta:Direktorat TK dan SD Dirjen Dikdasmen Depdiknas.

Erman Suherman, dkk., 2002. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : UPI

Muchlis, A. 2003. Olimpiade Matematika Sekolah Dasar. Makalah disampaikan pada rakor Direktorat TK SD di Banjarmasin Kalimantan Selatan

_______. 2004. Olimpiade Sains Nasional: Matematika Sekolah Dasar. Makalah disampaikan pada rakor Direktorat TK SD di Pontianak Kalimantan Barat

_______. 2005. Olimpiade Sains Nasional (OSN) Bidang Matematika tingat Sekolah

Dasar. Makalah disampaikan pada rakor Direktorat TK SD di Medan Sumatra

Utara.

_______, dkk. 2006. Buku Referensi Maju dengan Olimpiade Matematika. Jakarta : Karya Duta Wahana

(17)

Naskah Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Nurkencana dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya : Usaha Nasional

online material available at:http://www.mysoly.org/elmentary/index.htm

Puja Astawa, I W. 2004. Laporan Bulanan Pakar Pendidikan Bidang Matematika

Propinsi Bali dalam Rangka OSN 2004. tidak diterbitkan. Subdin Dikdas

Disdik Bali

---. 2005. Laporan Bulanan Pakar Pendidikan Bidang Matematika Propinsi Bali

dalam Rangka OSN 2005. tidak diterbitkan. Subdin Dikdas Disdik Bali

---. 2006. Laporan Bulanan Pakar Pendidikan Bidang Matematika Propinsi Bali

dalam Rangka OSN 2006. tidak diterbitkan. Subdin Dikdas Disdik Bali

---. 2006b. Pengembangan Model Pembinaan Olimpiade Matematika Sekolah

Dasar di Provinsi Bali. Laporan penelitian. tidak diterbitkan. Lembaga

Penelitian Univesitas Pendidikan Ganesha

---. 2007. Laporan Bulanan Pakar Pendidikan Bidang Matematika Propinsi Bali

dalam Rangka OSN 2007. tidak diterbitkan. Subdin Dikdas Disdik Bali

---. 2008. Laporan Bulanan Pakar Pendidikan Bidang Matematika Propinsi Bali

dalam Rangka OSN 2008. tidak diterbitkan. Subdin Dikdas Disdik Bali

---. 2006b. Pengembangan Model Pembinaan Olimpiade Matematika Sekolah

Dasar di Provinsi Bali. Laporan penelitian. tidak diterbitkan. Lembaga

Gambar

Gambar 1. Diagram kotak garis Kemampuanpemecahan masalah tahun 2004 – 2008

Referensi

Dokumen terkait

Pada halaman ini alumni diharapkan untuk mengisi data pribadi alumni secara lengkap sesuai dengan form yang telah disediakan seperti Gambar 4.4... 4.2.5 Halaman Form

(48) “Kenapa saya berani tawarkan semua ke bapak ibu, asal yang rajin yang mau kerja ya.” (49) “Bapak aja dan warga sini mandangnya laut itu luas, gak usah beli ini tanah, nanti

 Memproduksi Produk Concrete Product Sesuai dengan Standart Mutu yang di Tentukan.

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Dalam melakukan identifikasi faktor-faktor penentu pengembangan kawasan wisata Tanjung Lesung berbasis partisipasi masyarakat di Desa Tanjung Jaya Kecamatan

Data statistik kesehatan menunjukkan 78% pasien gagal ginjal memilih terapi hemodialisis dibanding terapi pengganti lainnya. Berdasarkan penelitian di beberapa

Pada penelitian komparatif ini,peneliti membandingkan tingkat pendapatan antara dua jenis usaha dengan citarasa yang berbeda.Masing–masing usaha kemudian dikelompokkan

Apabila ada peserta lelang yang berkeberatan atas penetapan pemenang diberikan kesempatan untuk mengajukan sanggahan secara tertulis disertai bulti-bukti adanya