• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN APLIKASI PENYAKIT MATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE | Dalimunthe | JURIKOM (Jurnal Riset Komputer) 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERANCANGAN APLIKASI PENYAKIT MATA DENGAN MENGGUNAKAN METODE | Dalimunthe | JURIKOM (Jurnal Riset Komputer) 1 PB"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN APLIKASI MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT MATA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION

Fahmi Hasobaran Dalimunthe

Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisimangaraja No.338 Simpang Limun Medan

http : //www.stmik-budidarma.ac.id // Email :Fahmidalimunthe1@gmail.com

ABSTRAK

Metode pembelajaran backpropagation banyak digunakan untuk penyelesaian suatu masalah berkaitan dengan identifikasi, prediksi, dan pengenalan pola. Salah satu pengaplikasian metode backpropagation adalah pada bidang medis, yaitu sistem untuk mengidentifikasi sebuah penyakit. Penyakit yang diidentifikasi menggunakan metode backpropagation merupakan penyakit yang memiliki gejala yang bias antara satu dan yang lainnya yang menjadikan penyakit sulit untuk dibedakan. Penyakit mata menular memiliki gejala yang sangat bias antara jenis yang satu dengan yang lainnya, menyebabkan jenis-jenis penyakit mata menular sulit untuk diidentifikasi.Metode backpropagation diimplementasikan pada kasus penyakit mata menular untuk mengidentifikasi jenis penyakit mata menular berdasarkan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit, gejala yang didapatkan kemudian disusun menjadi 19 buah variabel masukan. Pada metode backpropagation gejala-gejala yang ditimbulkan digunakan sebagai sinyal input yang akan dihitung sedemikian hingga didapatkan hasil berupa penyakit yang teridentifikasi. Adapun jenis penyakit mata menular yang diidentifikasi adalah penyakit Konjungtivitis, Keratokongjutivitis Vernalis, Endoftalmitis, Selulitis Orbitalis, Trakoma, Blefaritis, dan Ulkus Kornea.

Kata Kunci : JST, Penyakit Mata

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Jaringan syaraf tiruan merupakan salah satu cabang dari AI (Artificial Intellegence), adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia. Istilah buatan ini diimplementasikan dengan menggunakan program komputer yang mampu menyelesaikan sejumlah proses perhitungan selama proses pembelajaran. Metode backpropagation merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran dari algoritma jaringan syaraf tiruan. Metode

backpropagation memiliki tingkat keakuratan yang tinggi karena proses pelatihan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga menghasilkan nilai yang memiliki kesalahan yang sangat kecil. Metode pembelajaran backpropagation banyak digunakan untuk penyelesaian suatu masalah berkaitan dengan identifikasi, prediksi, dan pengenalan pola.

Salah satu penggunaan metode backpropagation

adalah dalam analisis medikal, seperti pengidentifikasian suatu penyakit yang memiliki gejala yang bias antara jenis yang satu dengan yang lainya. Hal ini telah dibuktikan pada jurnal “Aplikasi jaringan syaraf tiruan untuk memprediksi penyakit saluran pernafasan dengan metode backpropagation”

karya Novi Indah Pradasari, F.Trias Pontia W, dan Dedi Triyanto. Pada jurnal ini, metode

backpropagation digunakan untuk memprediksi penyakit saluran pernafasan berdasarkan gejala penyakit yang disusun menjadi 12 buah variabel masukan. Target keluaran sistem berupa jenis penyakit saluran pernafasan yang teridentifikasi oleh sistem, sistem memiliki batasan penyakit yang dapat

diidentifikasi sebanyak lima buah penyakit yaitu penyakit Asma, ISPA, Pneumonia, Bronkhitis, Sinusitis, dan Tuberkulosis. Penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa metode

backpropagation dapat digunakan untuk memprediksi penyakit saluran pernafasan dengan keakuratan 91,66% yang diperoleh dari pelatihan 96 data dan pengujian 24 data menggunakan dua buah hidden layer, target error sebesar 0,0001, dan

learning rate sebesar 0,1.

Penyakit mata menular memiliki gejala yang hampir mirip antara jenis yang satu dan yang lainya. Gejala-gejala yang ditimbulkan penyakit mata menular dapat berjumlah tiga sampai lima gejala setiap jenis penyakitnya, jumlah ini merupakan jumlah yang sangat sedikit. Suatu penyakit akan sangat mudah diidentifikasi apabila memiliki gejala yang berbeda, akan tetapi gejala yang ditimbulkan penyakit mata menular sangat bias antara jenis penyakit satu dan lainnya. Penyakit mata menular menjadi sulit untuk diidentifikasi karena minimnya gejala yang ditimbulkan dan banyaknya gejala yang mirip.

Metode backpropagation diimplementasikan pada kasus penyakit mata menular untuk mengidentifikasi jenis penyakit mata menular berdasarkan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit. Pada metode backpropagation gejala-gejala yang ditimbulkan digunakan sebagai sinyal input yang akan dihitung sedemikian hingga didapatkan hasil berupa penyakit yang teridentifikasi. Adapun jenis penyakit mata menular yang diidentifikasi adalah penyakit Konjungtivitis, Keratokonjutivitis Vernalis, Endoftalmitis, Selulitis Orbitalis, Trakoma, Blefaritis,

(2)

gejala yang hampir sama seperti mata merah, gatal, nyeri, berair, dan lain-lain. Dari masalah yang telah dijelaskan, maka perlunya dilakukan analisis performansi metode backpropagation untuk mengetahui akurasi dan mendapatkan parameter yang optimal dari metode backpropagation dalam mengidentifikasi penyakit mata menular.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana menganalisis performansi berupa akurasi dan mendapatkan parameter yang optimal dari algoritma jaringan syaraf tiruan dengan metode Backpropagation

2. Bagaimana mengidentifikasi penyakit mata menular berdasarkan gejala-gejala yang dialami oleh penderita penyakit mata menular dengan menggunakan metode backpropagation

3. Bagaimana merancang suatu aplikasi yang mengidentifikasi penyakit mata menular dengan cepat dan tepat dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 2008

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah bertujuan untuk memudahkan perancangan dan menghindari meluasnya permasalahan, adapun batasan masalah pada penulisan skripsi ini yaitu :

1. Data yang menjadi masukan adalah gejala yang dialami oleh penderita penyakit mata menular seperti mata merah, gatal , berair dan lain-lain. Data ini kemudian diolah menjadi 19 gejala atau

variable masukan sistem.

2. Masing-masing variable diberi nilai 0 bila tidak terjadi gejala dan 1 bila terjadi gejala pada penderita.

3. Minimal batasan gejala yang harus dipilih oleh

user untuk mendeteksi penyakit mata menular adalah empat buah gejala yang diderita oleh penderita. Jika kurang dari empat buah gejala, maka sistem tidak bisa mengidentifikasi penyakit mata menular tersebut.

4. Keluaran sistem yang diharapkan berupa hasil identifikasi terserang penyakit mata menular dengan jenis penyakit Konjungtivitis, Keratokonjutivitis Vernalis, Endoftalmitis, Selulitis Orbitalis, Trakoma, Blefaritis, dan

Ulkus Kornea.

5. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Visual Basic 2008

1.4 Tujuan Dan Manfaat 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui performansi berupa akurasi dan parameter yang optimal dari algoritma jaringan syaraf tiruan dengan

metode backpropagation yang

diimplementasikan pada sistem pengidentifikasi penyakit mata menular. 2. Untuk mengidentifikasi penyakit mata

menular berdasarkan gejala- gejala yang dialami oleh penderita penyakit mata

3. Untuk merancanga suatu aplikasi yang mampu mendeteksi penyakit mata menular dengan cepat dan akurat

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis performansi algoritma

jaringan syaraf tiruan dengan metode Backpropagation yang diimplementasikan pada sistem pengidentifikasi penyakit mata menular. 2. Untuk memudahkan para user dalam

mengidentifikasi penyakit mata menular sejak dini.

2. Landasan Teori 2.1 Kecerdasan Buatan

Kecerdasan Buatan atau artificial intelligence

merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan manusia.

2.1.1 Sejarah Kecerdasan Buatan

Istilah AI (Artificial Intelligence) yang dapat diartikan sebagai kecerdasan buatan, pertama kali dikemukakan pada tahun1956 di konferensi Darthmouth.

2.1.2 Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan syaraf tiruan merupakan salah satu cabang dari AI (Artificial Intellegence), adalah salah satu representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia.

2.2 JST Backpropagation

Perambatan galat mundur (Backpropagation) merupakan algoritma pembelajaran yang terawasi dan biasanya digunakan oleh perceptron dengan banyak lapisan untuk mengubah bobot-bobot yang terhubung dengan neuron-neuron yang ada pada lapisan tersembunyinya. Algoritma bacpropagation

menggunakan error output untuk mengubah nilai bobot-bobotnya dalam arah mundur (backward).

Untuk mendapatkan error ini, tahap perambatan maju (forward propagation) harus dikerjakan terlebih dahulu. Pada saat perambatan maju, neuron-neuron

diaktifkan dengan menggunakan fungsi aktivasi sigmoid.

� = 1 1 + −�

2.3 Penyakit Mata Menular

(3)

yang sedang menderita penyakit mata menular ini.

3. Analisa Dan Perancangan 3.1 Analisis Masalah

Salah satu penggunaan metode backpropagation

adalah dalam analisis medikal, seperti pengidentifikasian suatu penyakit yang memiliki gejala yang bias antara jenis yang satu dengan yang lainya.

3.2 Analisis Metode

Metode backpropagation adalah salah satu metode pembelajaran dari jaringan syaraf tiruan. Metode ini memiliki tingkat error yang sangat kecil, karena metode ini dapat memperkecil tingkat error

dengan cara menyesuaikan perbedaan output dan target yang diinginkan.

Gambar : 1

Arsitektur jaringan metode backpropagation pada pengidentifikasi penyakit mata menular Keterangan :

X i : Lapisan Input terdiri dari 19 neuron V ij : Bobot pada lapisan tersembunyi. Z j: Lapisan Tersembunyi terdiri dari 10 neuron

W jk: Bobot pada lapisan keluaran. V0j: Bias pada lapisan tersembunyi W: Bias pada lapisan keluaran. i : Variabel yang mewakili input layer j : Variabel yang mewakili hidden layer

k : Variabel yang mewakili output layer n : Jumlah neuron dalam suatu lapisan. Y0k : Lapisan Output terdiri dari 3 neuron 1 k : Konstanta bias.

Berikut ini adalah variabel pelatihan yang akan digunakan pada analisis metode pada contoh kasus ini. Jumlah neuron pada hidden layer = 10

Learning Rate ( ) = 0.1

Batas Epoch = 50000 Target Error = 0.01

Pada langkah ini, sinyal input diterima dari pola yang dijadikan data uji. Sebagai contoh, data uji menggunakan data pasien yang menderita penyakit konjungtivitis dengan gejala mata merah (X1), mata terasa perih (X3), mata terasa gatal (X4), mata berair (X5), mata mengeluarkan kotoran(belekan) (X6), serta penglihatan kabur (X7).

Sinyal input

Tabel 1: Sinyal input untuk gejala penyakit konjungtivitis

Target output

Tabel 2: Target output untuk penyakit konjungtivitis

Inisialisasi ini dilakukan dengan memberi nilai acak terkecil antara 0,0 hingga 0,9 ke seluruh bobot dan bias.

V11= 0.2643 V01=0.4356 W11=0.4543 W01=0.3242

Hitung bobot dan bias input layer ke hidden layer

dari analisis metode ini.

Zin1 = 0.4356 + (1 x 0.2643) + (0 x 0.3623) + (1 x 0.1385) + (1 x 0.4643) +

(1 x 0.6537) + (1 x 0.8933) + (1 x 0.6512) + (0 x 0.8246) + (0 x 0.2319) +

(0 x 0.5634) + (0 x 0.1745) + (0 x 0.9127) + (0 x 0.5246) + (0 x 0.5524) +

(0 x 0.7623) + (0 x 0.6723) + (0 x 0.2342) + (0 x 0.9248) + (0 x 0.3494)

=3.5009

Hitung aktivasi bobot dan bias input layer ke hidden layer dari analisis metode ini.

1=

1

1 + � −3.5009 =

1

1 + 0.030170217

= 1

1.030170217= 0.970713367

Hitung bobot dan bias hidden layer ke output layer

dari analisis metode ini.

Yjn1 = 0.3242 + (0.970713367 x 0.4543) +

(0.974032527 x 0.7645) + (0.950329616 x 0.2324) + (0.954034115 x 0.6575) + (0.950395657 x 0.1232) + (0.979411113 x 0.3425) + (0.930603697 x 0.2478) + (0.986094941 x 0.4358) + (0.975209696 x 0.4368) + (0.953562601 x 0.6573)

= 4.523606098

Hitung aktivasi bobot dan bias input layer ke hidden layer dari analisis metode ini.

1=

1

1 + � −4.523606098 =

1

1 + 0.010849825

= 1

1.010849825= 0.9892666

(4)

= (0 - 0.98926663) x 0.98926663x (1 - 0.98926663) = -0.010504196

Hitung koreksi bias hidden layer ke output layer dari analisis metode ini.

Δw11= 0.1 x 0.010504196 x 0.970713367 = -0.001019656 !

Δw01= 0.1 x -0.010504196 = -0.0010504196

4. Algoritma Dan Implementasi 4.1 Algoritma

Algoritma merupakan langkah-langkah maupun urutan bertahap dan spesifik dari suatu masalah untuk menganalisa serta menjelaskan urutan dan hubungan antara kegiatan-kegiatan yang akan ditempuh untuk memecahakan dan menyelesaikan suatu permasalahan sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Adapun algoritma yang dipaparkan pada bab ini merupakan algoritma yang diimplementasikan dalam program.

4.1.1 Algoritma Metode Backpropagation

Adapun algoritma dari system ini yaitu dengan menggunakan algoritma backpropagation. Adapun algoritma tersebut dapat dilihat dibawah ini

Input : i ← Jumlah hidden layer

: n ← Learning rate : y ← Batas epoch : j ← Target error

Output : Zj← hasil penyisipan

Proses : Input Xi← jumlah data pelatihan Input Vij← sinya input

Input Voj← target output

=� + =19 � =1

= 1

1 + � −�_

4.2 Implementasi

Tahap implementasi merupakan tahap pembuatan perangkat lunak, tahap lanjut dari tahap perancangan. Tahap yang dilakukan untuk menerjemahkan perancangan berdasarkan hasil analisis dalam bahasa yang dimengerti oleh komputer serta penerapan perangkat lunak pada keadaan yang sebenarnya.

4.2.2 Skenario Pengujian 1

Pada pengujian skenario 1, pengujian metode

backpropagation dilakukan dengan mengubah nilai jumlah hidden layer dari nilai 1 hingga 10, sedangkan ketiga variabel lainnya diisi dengan nilai yang sama. Berikut ini adalah nilai variabel yang digunakan pada skenario pengujian 1.

Jumlah neuron pada hidden layer = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

Learning Rate ( ) = 0.1 Batas Epoch = 3000 Target Error = 0.025

1. Hidden Layer dengan 1 Neuron

Pengujian ini dimulai dengan neuron pada

hidden layer yang berjumlah 1, hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada gambar 2

Gambar : 2

Pengujian Backpropagation dengan 1 neuron pada hidden layer

Pada pengujian dengan menggunakan 1 neuron

pada hidden layer menjadikan laju pembelajaran tergolong lambat, karena pada epoch ke 3000 nilai error masih belum mencapai target error.

Rata-rata Akurasi yang didapat dari pengujian ini sebesar 25.714%. Hasil akurasi yang didapat pada setiap fold dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1: Hasil pengujian hidden layer dengan 1 neuron

Fold Akurasi

1 28%

2 28%

3 14%

4 28%

5 28%

6 14%

7 28%

8 28%

9 28%

10 28%

Rata –Rata Akurasi 25,714%

1. Hidden Layer dengan 2 Neuron

Pengujian selanjutnya jumlah neuron pada

hidden layer diubah menjadi 2, hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada gambar 3

Gambar : 3

Pengujian Backpropagation dengan 2 neuron pada hidden layer

Pada pengujian dengan menggunakan 2 neuron

(5)

pembelajaran masih tergolong lambat, karena pada epoch ke 3000 nilai error masih belum mencapai target error, namun terdapat peningkatan rata-rata akurasi. Rata-rata Akurasi yang didapat dari pengujian ini sebesar 75%. Hasil akurasi yang didapat pada setiap fold dapat dilihat pada tabel 2

Tabel : 2 Hasil pengujian hidden layer dengan 2 neuron

Fold Akurasi

1 78%

2 78%

3 71%

4 78%

5 71%

6 64%

7 78%

8 57%

9 71%

10 71%

Rata –Rata Akurasi 75%

2. Hidden Layer dengan 3 Neuron

Pengujian selanjutnya jumlah neuron pada

hidden layer diubah menjadi 3, hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada gambar 4

Gambar : 4

Pengujian Backpropagation dengan 3 neuron pada hidden layer

Pada pengujian dengan menggunakan 3 neuron pada

hidden layer terjadi peningkatan laju pembelajaran, namun pembelajaran masih tergolong lambat karena pada epoch ke 3000 nilai error masihbelum mencapai target error. Ratarata Akurasi yang didapat dari pengujian ini sebesar 85%. Hasil akurasi yang didapat pada setiap fold dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 : Hasil pengujian hidden layer dengan 3 neuron

Fold Akurasi

1 92%

2 92%

3 71%

4 92%

5 85%

6 57%

7 78%

8 92%

9 92%

10 92%

Rata –Rata Akurasi 85%

5. Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapat dalam penelitiaan, maka disimpulkan bahwa

1. Metode backpropagation yang

diimplementasikan ke dasistem pengidentifikasi penyakit mata menular memiliki akurasi tertinggi se90.714%%.

2. Parameter yang optimal digunakan untuk mencapai tingkat akura90.714%% adalah dengan menggunakan 1 hidden layer dengan 4 buah

nelearning rate bernilai 0.05, batas epoch sebesar 3000, dan target error se0,025.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian, maka dapat diberikan saran-saran yaitu :

1. penambahan dataset yang digunakan dalam penelitian, karena semakin beragam dataset yang digunakan maka semakin baik juga metode

backpropagation dalam prediksinya.

2. Pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan beberapa metode sehingga dapat hasil yang lebih maksimal.

Daftar Pustaka

1) Adi Nugroho, 2010, Nugroho Adi. Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Objek Dengan Metode USDP. Yogyakarta: Andi

2) American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea. BSSC, section 8, 2007 – 2008

3) Indrajani, S.Kom, MM. 2011. Perancangan Basis Data Dalam Allin1. Elex Media. Komputindo. Jakarta

4) Jogiyanto, Hartono. Analisis dan Desain Sistem Informasi, Edisi III. Yogyakarta: ANDI.2008 5) Kusumadewi, S., Artificial Intelligence (Teknik

dan Aplikasinya), Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003 6) Priyanto, Rahmat., 2009, Langsung Bisa Visual

Basic.Net 2008, Penerbit ANDI, Yogyakarta 7) Suyanto. 2011.Artificial Intelligence, Revisi ed.

Bandung: Informatika

Gambar

Gambar : 1
Tabel 1: Hasil pengujian hidden layer dengan 1
Tabel : 2 Hasil pengujian hidden layer dengan 2

Referensi

Dokumen terkait

dihasilkan oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan yang diidentifikasi. Output yang tak dikehendaki a) Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindari dari sistem yang

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan atas supervisor dan officer telah disiapkan jenjang pendidikan Management Trainee dengan durasi +/- 4 bulan, yang didalamnya mencakup Basic

BPK RI bersama Auditee harus memastikan tidak ada peluang hacker untuk masuk ke sistem dalam teknologi informasi [ TI ] untuk menjamin otentitas data dan keamanan dalam

 Verifikasi dilakukan untuk membuktikan bahwa hasil implementasi program komputer telah sesuai dengan rancangan model konsep dari sistem nyata.  Validasi dilakukan

sitas Islam Madinah.. 218 Alsina : Journal of Arabic Studies Setiap istilah dalam Alqur’an penting untuk dipahami secara benar agar tidak salah dalam memaknai makna yang terkan-

Sawitri Pri Prabawati, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan pengetahuan dan pengarahan kepada penulis dan

Konsep selanjutnya dari pemikiran Fethullah Gülen yaitu “Toleransi” yang bermaknakan sebagai sikap menghormati orang lain, belas kasih, kemurahan hati, atau kesabaran