• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN E - AUDIT PADA AUDIT SEKTOR PUBLIK SESUAI UNDANG UNDANG PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN E - AUDIT PADA AUDIT SEKTOR PUBLIK SESUAI UNDANG UNDANG PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN E - AUDIT PADA AUDIT SEKTOR PUBLIK SESUAI

UNDANG UNDANG PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Sutrisno

Dosen PNS DPK STIE Semarang

Abstraksi

Keberhasilan e-audit dapat tercapai apabila: (1) Data dari Auditee dapat Link dengan e-BPK dan telah diverifikasi secara elektronik sesuai dengan tanda tangan digital dan sertifikat digital dan telah dikonfirmasi sehingga benar benar aman dari hacker atau orang berbuat jahat. (2) Data yang diterima auditor tetap dilakukan pengujian karena Audit adalah Fungsi Pengujian dan merupakan Kertas Kerja Pemeriksaan dan dapat dijadikan Alat Bukti di Pengadilan apabila diperlukan sebagai saksi ahli. (3) Keahlian Sumber Daya Manusia sebagai Kunci keberhasilan e-audit dengan paradigma dari suatu keharusan menjadi kebutuhan sehingga baik Auditor maupun Auditee harus bersinergi dengan baik dalam mengelola dan mempertanggung jawabkan keuangan negara, sehingga tingkat tindak pidana korupsi dapat dikurangi atau dicegah dengan early warning system.

Kata Kunci: E – Audit, Sektor Publik

PENDAHULUAN

Sesuai Undang Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Pasal 6

(1) BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik Daerah dan Lembaga atau Badan Lain yang mengelola keuangan negara.

(2) Pelaksanaan pemeriksaan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat [1] , dilakukan berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

(3) Pemeriksaan BPK mencakup pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

(2)

BPK RI menargetkan audit menggunakan sistem komputer berjaringan atau e-audit melalui pengembangan pengelolaan sistem informasi untuk akses data dalam pemeriksaan keuangan negara dapat dilaksanakan secara menyeluruh .

Pemanfaatan teknologi informasi [ TI ] telah menjadi suatu kebutuhan dalam pengelolaan dan pelaksanaan pelayanan di sektor publik. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin luasnya penggunaan teknologi informasi pada unit-unit baik di Kementrian maupun Lembaga Negara non Departemen BUMN/BUMD.

Penerapan teknologi informasi di sektor publik diwujudkan antara lain dengan penggunaan dan pengelolaan database dalam pengelolaan data keuangan maupun data non keuangan.

BPK RI telah mengembangkan e-BPK dengan data base terkait pemeriksaan pengelolaan keuangan negara. Untuk lebih mengefektifkan database tersebut perlu di-link-kan dengan database yang ada pada pihak auditee [ institusi sektor publik / obyek yang diperiksa ]. Link antara BPK RI dengan auditee dapat digunakan setidaknya untuk pengambilan data [ data sharing ] maupun reviu atas aplikasi yang dimiliki auditee.

Mengacu pada kebijakan BPK RI pembangunan sebuah sistem yang akan mengubah paradigma terkait pemeriksaan [ audit sektor publik ] dari suatu keharusan menjadi kebutuhan dimana untuk e-audit harus link and match antara entitas / obyek yang diperiksa dengan database BPK RI sehingga peran BPK RI akan semakin nyata sebagai pendorong/sinergi tata kelola pemerintahan yang baik.

Konsep e- Audit telah mendapaat dukungan kuat dari Pemerintah RI dimana dalam pertemuan antara Presiden RI dengan Pimpinan Lembaga Negara/ Pimpinan Kementrian di Bogor 21 Januari 2010 , telah dinyatakan oleh Presiden RI bahwa dengan tersedianya

Sistem e-Audit maka sejak dini data dari Auditee yang sudah masuk ke data base BPK RI dapat dilakukan pengecekan awal, ditelusuri , pengujian awal , Analisis transaksi terhadap anggaran apakah terdapat penyimpangan transaksi atau temuan awal hal hal yang tidak wajar dalam penggunaan anggaran ataupun pelanggaran terhadap kepatuhan pertanggung jawaban keuangan yang menjadi tanggung jawab mutlak bagi pengguna anggaran di sektor publik.

(3)

1. Penerapan e-Audit Otentifikasi data dari Auditee harus bisa benar – benar dipastikan sebab penggunaan media Internet memungkinkan hacker atau orang yang berbuat jahat.

2. Apakah data elektronik yang ada bisa digunakan barang bukti di pengadilan.

3. BPK RI harus memastikan dan menjamin bahwa yang mengirim dan yang menerima data harus orang yang berwenang ini masalah sumber daya manusia.

PEMBAHASAN

Data yang dikirimkan ini asli atau tidak, kunci keberhasilan e-audit ini terletak pada sember daya manusia di segala lini mulai dari proses penganggaran proses pelaksanaan anggaran sampai proses pertanggung jawaban secara mutlak oleh pengguna anggaran.

1. OTENTIFIKASI DATA

BPK RI bersama Auditee harus memastikan tidak ada peluang hacker untuk masuk ke sistem dalam teknologi informasi [ TI ] untuk menjamin otentitas data dan keamanan dalam proses e-audit diperlukan tanda tangan digital dan sertifikat digital yang memastikan bahwa transaksi elektronik memang berasal dari obyek yang diperiksa dan memastikan hanya masuk ke data base sistem yang ada di BPK RI.

Pelaksanaan pemeriksaan oleh BPK RI selama ini pada dasarnya tidak terkendala dengan adanya pembatasan atau akses terhadap data pihak auditee. Namun dengan konsep e- audit ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah [ value added ] bagi BPK RI maupun pihak yang diperiksa [ auditee ].

Bagi BPK RI, implementasi e-audit akan mengefektifkan proses pemeriksaan dari perencanaanpemeriksaan/program pemeriksaan [ audit program ] , pekerjaan lapangan [ field work ] dan penyusunan temuan audit [ audit finding ] sampai penyusunan laporan hasil pemeriksaan [audit report] oleh BPK RI.

(4)

memang harus dilakukan pengujian karena materiil sehingga berpengaruh terhadap opini / pendapat akuntan atas laporan keuangan yang diperiksa.

Implementasi e-audit juga menjadi early warning system [ sistem peringatan dini ] jika terjadi penyimpangan dalam pengelolaan keuangan di sektor publik sehingga dapat lebih efektif mendorong akuntabilitas pengelolaan keuangan pada institusi pemerintah, keuangan yang bersumber APBN/APBD dan BUMN/BUMD.

Selain itu BPK RI juga dapat memantau dan mereviu pemanfaatan dan kesiapan auditee dalam pengembangan teknologi informasi [ TI ] agar data base untuk pertanggung jawaban pengelolaan keuangan di sektor publik azas taat dan patuh sesuai peraturan perundangan di bidang keuangan sektor publik sehingga Accountable dan siap Auditable dengan predikat opini Unqualified sehingga bernilai tambah bagi Auditee.

2. BUKTI AUDIT

Dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yang dimuat Peraturan BPK RI no 1 Tahun 2007 :

Standar Pemeriksaan memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional.Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar Pemeriksaan akan meningkatkan kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui pengumpulan dan pengujian bukti yang obyektif.

Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah satu unsur penting dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik.

Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai [ reasonable assurance ] apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

(5)

bertanggung jawab untuk mempertahankan independensi dalam sikap mental [ independent in fact ] dan independensi dalam penampilan perilaku [ independent in appearance ] pada saat melaksanakan pemeriksaan.Bersikap obyektif merupakancara berpikir yang tidak memihak , jujur secara intelektual, dan bebas dari benturan kepentingan.

Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

Pernyataan standar pelaksanaan tambahan ketiga adalah:

a. Pemeriksa harus merancang pemeriksaan untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang disebabkan oleh ketidakpatutan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan. Jika informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, diantaranya informasi tersebut memberikan bukti yang berkaitan dengan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh material tetapi tidak langsung berpengaruh terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan, pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan telah atau akan terjadi.

b. Pemeriksa harus waspada pada kemungkinan adanya situasi dan / atau peristiwa yang merupakan indikasi kecurangan dan / atau ketidakpatutan dan apabila timbul indikasi tersebut serta berpengaruh signifikan terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan,

pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan untuk memastikan bahwa kecurangan dan / atau ketidakpatutan telah terjadi dan menentukan dampaknya terhadap kewajaran penyajian keuangan.

BUKTI DI PENGADILAN

(6)

[3] Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK melaporkan hal tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan paling lama 1 [satu] bulan sejak diketahui adanya unsur pidana tersebut.

[4] Laporan BPK sebagaimana dimaksud pada ayat [3] dijadikan dasar penyidikan oleh pejabat penyidik yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Atas hasil pemeriksaan BPK tersebut yang terindikasi tindak pidana Korupsi ditindak lanjuti oleh Aparat Penegak Hukum baik oleh KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI [ KPK ] , Kejaksaan , maupun Kepolisian .

BPK RI dalam menyampaikan hasil pemeriksaan yang terindikasi tindak pidana korupsi ditelaah dan diadakan gelar perkara apakah memenuhi unsur tindak pidana korupsi yaitu:

1. Apakah ada unsur merugikan negara.

2. Apakah ada indikasi menguntungkan diri sendiri, golongan , atau pihak tertentu. 3. Apakah ada unsur melawan hukum.

BPK RI dalam gelar perkara harus menunjukkan Kertas Kerja Pemeriksaan [ Audit Working Paper ] secara Obyektif dan apabila sampai di persidangan oleh Majelis Hakim dihadirkan sebagai saksi Ahli dapat menunjukkan unsur kerugian negara yang ada di Kertas Kerja Pemeriksaan.

MASALAH SUMBER DAYA MANUSIA

Kunci keberhasilan e- audit terletak pada Sumber Daya Manusia [ SDM ] di segala lini. Hal ini dikarenakan mekanisme teknologi yang masuk dalam instrumen operasional dan aturan yang berlaku dalam instrumen manajemen. Alat, hardware, software merupakan hal mudah dibeli, namun yang sulit adalah begaimana manusianya [ SDM ] bisa menjalankan itu semua dengan profesiona dan memperhatikan unsur kerahasiaan data pada Auditee.

Sumber Daya Manusia yang harus dipenuhi dalam e- audit terdiri 2 hal : 1. Dari keahlian Auditor

(7)

KEAHLIAN AUDITOR

Keahlian Auditor untuk Audit Konvensional berbeda dengan Audit pada e- audit, perbedaan terletak pada keahlian mengaudit tidak saja pada Pengujian transaksi pada Laporan Keuangan yang disajikan Obyek yang diperiksa tetapi secara Elektronik untuk Teknologi Informasi [ TI ] Auditor harus dibekali keahlian mengaudit secara Elektronik dan kerahasiaan data Auditee harus dijaga dan Password harus extra aman .

Tim audit dari awal mendapat data dari Auditee harus konfirmasi secara elektronik bahwa data yang dikirim oleh auditee telah benar sesuai tanda tangan digital dan sertifikat digital yang ada pada data base e-BPK data yang masuk dari auditee.

DARI SEGI AUDITEE

Teknologi Informasi dari Auditee harus dapat link dengan e-BPK ibaratnya ATM data dari auditee tidak bisa dibuka kalau nomor PIN tidak diketahui maka kerahasiaan dari auditee harus dijaga keduanya yaitu dengan auditor tim yang akan mengaudit dan early warning / peringatan dini dari pemeriksa apabila dari data tersebut ada indikasi penyimpangan.

PENUTUP

Keberhasilan e-audit dapat tercapai apabila:

1. Data dari Auditee dapat Link dengan e-BPK dan telah diverifikasi secara elektronik sesuai dengan tanda tangan digital dan sertifikat digital dan telah dikonfirmasi sehingga benar benar aman dari hacker atau orang berbuat jahat.

2. Data yang diterima auditor tetap dilakukan pengujian karena Audit adalah Fungsi Pengujian dan merupakan Kertas Kerja Pemeriksaan dan dapat dijadikan Alat Bukti di Pengadilan apabila diperlukan sebagai saksi ahli.

3. Keahlian Sumber Daya Manusia sebagai Kunci keberhasilan e-audit dengan paradigma dari suatu keharusan menjadi kebutuhan sehingga baik Auditor maupun Auditee harus bersinergi dengan baik dalam mengelola dan mempertanggung jawabkan keuangan negara, sehingga tingkat tindak pidana korupsi dapat dikurangi atau dicegah dengan early warning system.

(8)

BP. Cipta Jaya,Jakarta 2004 Undang –Undang RI Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

BP. Panca Usaha ,Jakarta 2003 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

Fokusmedia , Bandung 2007 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keruangan RI dan Standar Pemeriksa Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan N egara.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berita sebagai salah satu sumber informasi dalam komunikasi massa dapat dikatakan sebagai proses interaksi antara

Akibat hukum dari tidak terpenuhinya kewajiban tersebut adalah pihak yang merasa dirugikan dapat meminta kepada pihak yang tidak memenuhi perjanjian untuk

Prinsip kerja dari rangkaian sistem ini yaitu sensor DHT11 akan mendeteksi perubahan suhu yang terjadi di lingkungan, dan sensor YL-69 akan mendeteksi kadar air dalam

dengan kepatuhan pasien hipertensi dalam menjalankan diet, dengan nilai. p = 0,001 pada

Setelah itu kita akan mengklik tombol normalisasi, proses yang terjadi disini adalah proses pembebasan dimensi atau yang kita sebut normalisasi, dari setiap data awal

Berdasarkan definisi-definisi, maka dapat dinyatakan bahwa intellectual capital merupakan suatu aset yang dimiliki oleh perusahaan berkaitan dengan pengetahuan dan

Pengaruh Program CSR ‘Bank Sampah’ terhadap Corporate Image PT PLN bagi Nasabah Bank Sampah Surabaya adalah benar adanya dan merupakan hasil karya saya sendiri.. Segala kutipan

Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Time Token dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi