ABSTRAK
Dewi, Setia Ratna. 2016. Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Membaca adalah salah satu keterampilan yang penting bagi siswa. Membaca menjadi salah satu cara untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini mengangkat masalah mengenai kemampuan membaca kritis pada siswa dan faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan membaca kritis siswa serta menentukan faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik tes, observasi, kuesioner, dan wawancara. Instrumen tes digunakan untuk melihat kemampuan membaca kritis siswa. Instrumen observasi, kuesioner, dan wawancara dilakukan untuk melihat faktor kemampuan membaca kritis siswa. Hasil data yang diperoleh selanjutnya dideskripsikan. Sumber data pada penelitian ini ialah siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
SMA Negeri 1 Kasihn, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Reading is one of important skills for students. Reading is one way to train students’ ability to think critically. This research examined the students’ critical reading skill and the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan,bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. This research was aimed to discover the students’ critical reading skill and to determine the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016.
This research was a descriptive research that applied quantitative-qualitative approach. The research data were collected by conducting tests, observation, questionnaires, and interviews. Tests were used to see the students’ critical reading skill. Observation, questionnaires, and interviews were conducted to see the students’ critical reading skill factors. The data collected then were described. The data sources for this research were students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016.
FAKTOR KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS
PADA SISWA KELAS XI MIA 2 DI SMA NEGERI 1 KASIHAN,
BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Setia Ratna Dewi
121224080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh: Setia Ratna Dewi
121224080
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Allah SWT yang selalu memberikan nikmat hidup, kesehatan, kemudahan,
kelancaran segala urusan dan hidupku
Untuk kedua orang tuaku, Dwi Kusbiantoro, S.E. dan Ela Sulastri
Adikku tercinta Lintang Elohim Sabatiantoro
Keluarga besar Hj. M. Ohan Sukandar dan Hj. Upit Puspagati
Keluarga besar Bpk. Sukardi, S.Pd. dan Sri Kustiyah
v
“Tak harus menjadi yang terbaik untuk mendapatkan sesuatu, namun tetaplah melakukan yang terbaik untuk mencapainya.”
(Setia Ratna Dewi)
“Banyak orang yang bersimpati dihadapanmu bukan semata-mata memperlihatkan seberapa baik dan berharganya dirimu, tapi banyaknya orang
yang bersimpati dihadapanmu menunjukkan seberapa banyaknya orang yang ingin melihatmu terjatuh.”
(Setia Ratna Dewi)
“Ada saja orang yang selalu mendukung, namun tetap lebih banyak orang yang menggunjing. Bersyukurlah dengan apa pun itu, karena banyaknya orang yang
viii ABSTRAK
Dewi, Setia Ratna. 2016. Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Membaca adalah salah satu keterampilan yang penting bagi siswa. Membaca menjadi salah satu cara untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini mengangkat masalah mengenai kemampuan membaca kritis pada siswa dan faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan membaca kritis siswa serta menentukan faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik tes, observasi, kuesioner, dan wawancara. Instrumen tes digunakan untuk melihat kemampuan membaca kritis siswa. Instrumen observasi, kuesioner, dan wawancara dilakukan untuk melihat faktor kemampuan membaca kritis siswa. Hasil data yang diperoleh selanjutnya dideskripsikan. Sumber data pada penelitian ini ialah siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
ix
SMA Negeri 1 Kasihn, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.
Reading is one of important skills for students. Reading is one way to train students‘ ability to think critically. This research examined the students‘ critical reading skill and the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan,bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. This research was aimed to discover the students‘ critical reading skill and to determine the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016.
This research was a descriptive research that applied quantitative-qualitative approach. The research data were collected by conducting tests, observation,
questionnaires, and interviews. Tests were used to see the students‘ critical reading
skill. Observation, questionnaires, and interviews were conducted to see the students‘ critical reading skill factors. The data collected then were described. The data sources for this research were students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016.
Based on the results of the analysis on critical reading skill test, the students‘ average score was 14.58, in the category insufficient. Based on the result of observation, it was found out that students did not have motivation and interest in reading. Based on the result of the questionnaires, students had the highest score in internal factors especially reading interest, knowledge/experiences, and linguistic
competence. Based on the result of interviews, the students‘ critical reading skill
factors were habits, motivation, interest, and readers‘ conditions (physical and psychological health). Thus, based on the results of the analysis on observation, questionnaires, and interviews, it was found out that the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016 were habits, motivation, reading interest,
knowledge/experiences, linguistic competence, and readers‘ conditions (Physical and
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016‖. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya
bantuan, dukungan, bimbingan, doa, nasehat, dan kerjasama dari banyak pihak. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
2. P. Kuswandono, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,
Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma.
4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. Selaku dosen pembimbing yang baik dalam
membimbing, sabar, teliti, dan selalu memberikan arahan pada penulis agar
dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
6. Seluruh dosen PBSI yang sudah membimbing saya sebagai mahasiswa agar
memiliki integritas yang kuat sebagai seorang guru maupun pribadi, serta
memberikan ilmu yang berguna bagi penulis agar dapat menyelesaikan
xi
menyelesaikan berbagai urusan administratif.
8. Ign. Raharjono, S.Pd. selaku guru bahasa Indonesia yang berkenan
memberikan waktu mengajarnya kepada saya untuk digunakan dalam
mengambil data.
9. Seluruh siswa kelas XI MIA 2 yang bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
10.Kedua orangtua saya, Dwi Kusbiantoro, S.E. dan Ela Sulastri yang selalu
memberikan saya motivasi, dukungan, dan doa agar saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan lancar.
11.Adikku Lintang Elohim Sabatiantoro yang memberikan dukungan agar dapat
menyelesaikan skripsi ini.
12.Keluarga besar Hj. M. Ohan Sukandar dan Hj. Upit Puspagati yang sudah
mendukung.
13.Keluarga besar Bpk. Sukardi, S.Pd. dan Sri Kustiyah yang sudah mendukung,
membantu dan juga mengarahkan untuk dapat menyelesaikan skripsi.
14.Rugi Astutik, S.Pd. kakak tingkat yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan moril agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
15.Sahabat seperjuangan saya, Nadya Bela P.J.S, Alfiyatun Nasiroh, Eva Tri
Rusdyaningtyas, Dania Yosepha Tamara, dan semua teman baik saya di PBSI
2012 dan teman kakak angkatan maupun teman di luar prodi PBSI yang
memberikan motivasi, dukungan, dan arahan yang membuat penulis merasa
berharga mengenal mereka semua.
16.Desti, Linda, Evi, Mustika, Restri, dan Mely selaku sahabat dari SMP dan
SMA yang selalu memberikan motivasi dan dukungan agar saya dapat
menyelesaikan sripsi ini.
17.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang sudah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas seluruh
xii
Saya menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam
menulis skripsi ini. Namun, saya berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat.
Setia Ratna Dewi
xiii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Pembatasan Masalah ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 5
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI ... 7
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 7
2.2 Kajian Teoretis ... 9
2.2.1 Membaca Kritis ... 9
2.2.1.1 Pengertian Membaca Kritis ... 9
2.2.1.2 Tujuan Membaca Kritis ... 13
xiv
4.1.1.2 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menginterpretasi Suatu Bacaan ... 46
4.1.1.3 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengaplikasikan Konsep-Konsep ke dalam Bacaan ... 48
4.1.1.4 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menganalisis Suatu Bacaan ... 49
4.1.1.5 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Membuat Simpulan ... 50
4.1.1.6 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menilai Suatu Bacaan .. 51
4.1.1.7 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Merespons Isi Bacaan .. 52
4.1.2 Faktor Kemampuan Membaca Kritis ... 53
4.1.2.1 Observasi ... 53
4.1.2.2 Kuesioner ... 56
xv
4.1.2.2.1.3 Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri: Stabilitas
Emosi, Percaya Diri, dan Kemampuan Beradaptasi dalam
Kelompok ... 61
4.1.2.2.1.4 Pengetahuan/Pengalaman ... 64
4.1.2.2.1.5 Kebermanfaatan ... 65
4.1.2.2.1.6 Fisiologis ... 67
4.1.2.2.1.7 Inteligensi ... 69
4.1.2.2.1.8 Kompetensi Kebahasaan ... 70
4.1.2.2.1.9 Kebiasaan Membaca ... 72
4.1.2.2.1.10 Kemampuan Menyesuaikan Strategi Membaca dengan Kondisi Baca ... 73
4.1.2.2.2 Faktor Eksternal ... 75
4.1.2.2.2.1 Suasana Lingkungan: Pencahayaan Ruangan yang Kurang Memadai ... 75
4.1.2.2.2.2 Faktor Lingkungan: Latar Belakang Sosial Ekonomi ... 77
4.1.2.2.2.3 Berkaitan dengan Teks: Bahasa, Pilihan Kata, Setting/Tata Tulis, Keterbacaan, dan Isi Bacaan ... 79
4.1.2.2.2.4 Jadwal Baca ... 81
4.1.2.3 Wawancara ... 83
4.2 Pembahasan ... 97
4.2.1 Kemampuan Membaca Kritis ... 97
4.2.2 Faktor Kemampuan Membaca Kritis ... 98
BAB V KESIMPULAN ... 104
5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian ... 104
5.2 Saran-Saran ... 105
xvi
xvii
Tabel 3.2 Kriteria Skor ... 33
Tabel 3.3 Kriteria Acuan Ketuntasan Siswa ... 35
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Skor Tes Kemampuan Membaca Kritis ... 39
Tabel 4.2 Hasil Analisis Indeks Tingkat Kesulitan Soal Layak ... 42
Tabel 4.3 Hasil Analisis Indeks Tingkat Kesulitan Soal Tidak Layak ... 42
Tabel 4.4 Hasil Skor Siswa pada Tes Kemampuan Membaca Kritis ... 43
Tabel 4.5 Hasil Ketuntasan Siswa pada Tes Kemampuan Membaca Kritis ... 44
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengingat dan Mengenali Bacaan ... 45
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menginterpretasi suatu bacaan ... 47
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengaplikasikan Konsep-Konsep ke dalam Bacaan ... 48
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menganalisis Suatu Bacaan ... 49
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Membuat Simpulan ... 51
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menilai Suatu Bacaan ... 52
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Motivasi ... 59
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Minat .... 60
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri ... 62
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Pengetahuan/Pengalaman ... 64
xviii
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Fisiologis ... 67
Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Inteligensi ... 69
Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kompetensi Kebahasaan ... 71
Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kebiasaan Membaca ... 72
Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal
Kemampuan Menyesuaikan Strategi Baca ... 74
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal
Suasana Lingkungan ... 76
Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Faktor
Lingkungan ... 77
Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal
Berkaitan dengan Teks ... 79
Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal
Jadwal Baca ... 81
Tabel 4.26 Hasil Analisis Kuesioner Faktor Eksternal dan Internal ... 82
xix
Lampiran 2 Kisi-Kisi Kuesioner Faktor Kemampuan Membaca Kritis ... 114
Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Membaca Kritis ... 115
Lampiran 4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 116
Lampiran 5 Hasil Perhitungan Tes Membaca Kritis Menggunakan ITK ... 117
Lampiran 6 Instrumen Penilaian Observasi ... 118
Lampiran 7 Perhitungan Skala Likert Kuesioner ... 120
Lampiran 8 Permohonan Izin Penelitian ...
Lampiran 9 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten
Bantul ... 122
Lampiran 10 Penyataan Menyerahkan Hasil Penelitian ... 123
Lampiran 11 Surat Keterangan Izin Penelitian dari SMA Negeri 1 Kasihan,
Bantul, Yogyakarta ... 124
Lampiran 12 Kuesioner ... 126
Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Kritis ... 129
Lampiran 14 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Kritis ... 144
Lampiran 15 Hasil Kuesioner ... 145
Lampiran 16 Hasil Tes kemampuan Membaca Kritis ... 147
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang sering dianggap sebagai
pelajaran mudah. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki dasar-dasar keterampilan yang
harus dinilai, yaitu keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan.
Keempat keterampilan tersebut wajib dimiliki oleh setiap peserta didik.
Permasalahannya ialah, banyak di antaranya yang memiliki kelemahan dalam hal
membaca.
Membaca adalah salah satu kegiatan yang pasti akan dilakukan di setiap
pertemuan pelajaran bahasa Indonesia. Namun, tidak semua kegiatan membaca di
sekolah dapat diikuti dengan baik oleh siswa. Pada tahun 2006 berdasarkan data
Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan
kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Lalu, pada tahun
2009 berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerjasama Ekonomi
(OECD), budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52
negara di kawasan Asia Timur. Selanjutnya, tahun 2011 berdasarkan survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) rendahnya minat baca ini, dibuktikan dengan indeks membaca masyarakat Indonesia hanya
0,001 (dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca
tinggi). Survey selanjutnya, pada tahun 2012 Indonesia menempati posisi 124 dari
terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk, termasuk kebutuhan pendidikan, kesehatan
dan ‗melek huruf‘. Indonesia sebagai negara berpenduduk 165,7 juta jiwa lebih,
hanya memiliki jumlah terbitan buku sebanyak 50 juta per tahun. Itu artinya, rata-rata
satu buku di Indonesia dibaca oleh lima orang (Mardiah,
bpsdmkp.kkp.go.id/apps/perpustakaan/, 1/03/16).
Sejalan dengan penjelasan di atas, data yang didapat oleh PIRLS (Progress in
International Reading Literacy Study) pada tahun 2006 yang menguji kemampuan membaca siswa Indonesia pada kelas empat sekolah dasar menunjukkan bahwa
Indonesia hanya mampu menduduki posisi 41 dari 45 di antara negara-negara peserta
lainnya. Indonesia didapati memiliki skor rata-rata 405 (skor rata-rata
internasional=500, dengan standar deviasi=100) dikutip dari Swediati, Nonny dan
Untorodewo, Felicia N (2009: 2).
Sesuai dengan penjelasan di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa
budaya baca memang belum menjadi budaya bangsa indonesia. Jadi, tidak
mengherankan bila Indonesia kurang memiliki sumber daya manusia yang baik
karena rendahnya minat baca. Minat baca juga dapat menentukan kualitas sumber
daya manusia. Bukti penelitian di atas dapat menjadi acuan bagi kita, bahwa memang
saat ini kualitas membaca siswa masih sangat kurang.
Kemampuan membaca juga dapat dilatih dengan kebiasaan membaca. Siswa
yang kurang gemar membaca kemungkinan tidak akan terlalu kesulitan dalam
memahami suatu bacaan pada saat menemukan kosakata yang belum pernah ia baca
3
biasanya lebih banyak daripada kosakata lisan, dan penulis kerap memamerkan
kosakata mereka. Pembaca yang biasa-biasa saja biasanya bukan tandingan untuk ahli
kata-kata yang kerap berpendidikan lebih baik, dan mereka tidak selalu mengerti apa
yang mereka baca.
Selain pelajaran bahasa Indonesia yang memiliki kegiatan membaca, pelajaran
lain pun memiliki kegiatan membaca yang cukup banyak, contohnya pelajaran
Sejarah. Berdasarkan artikel berjudul ―Kualitas Penyajian Buku Teks Pelajaran
Sejarah SMA 1975-2008‖ dalam Jurnal Pendidikan, disebutkan bahwa sebuah buku teks pelajaran harus mengajak siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa
dalam berpikir kritis (Purwanta, 2012: 215). Penjelasan tersebut menegaskan bahwa
pembaca tetap harus memiliki kemampuan berpikir kritis dalam membaca. Membaca
kritis menurut Soedarso (2000: 72) ialah pembaca mengahargai pendapat penulis,
mengevaluasi tekniknya, pertimbangannya, dan menguji alasannya dengan alasan
yang logis, dengan interpretasi yang berdasar. Untuk itu, kemampuan membaca kritis
perlu ditingkatkan salah satunya agar kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat
meningkat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Solang (2008: 37) dalam artikel
yang berjudul ―Latihan Keterampilan Intelektual dan Kemampuan Pemecahan
Masalah Secara Kreatif‖ disebutkan bahwa keterampilan berpikir yang dibingkai teori
inteligensi triarthic berupa latihan keterampilan berpikir analistik, sintetik, dan praktikal, dapat dirajutkan ke dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dalam konten
memecahkan permasalahan yang terkandung dalam bacaan, yang memicu keberanian
siswa mengungkapkan gagasannya yang bersifat orisinal, baru, dan berguna baik bagi
dirinya maupun orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan membaca
seseorang dapat mengembangkan keterampilan berpikirnya untuk memecahkan
masalah dan mengungkapkan gagasanya. Dengan kata lain seseorang juga dapat
mengungkapkan pemikiran kritisnya dari membaca.
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti memutuskan untuk meneliti faktor
kemampuan membaca kritis siswa yang dilihat dari pengamatan selama kegiatan
belajar mengajar, kuesioner, serta wawancara. Sebelum itu, peneliti akan terlebih
dahulu meneliti kemampuan membaca kritis siswa. Peneliti merasa bahwa siswa
perlu memiliki pengalaman membaca yang lebih karena akan menghadapi Ujian
Nasional lebih kurang satu tahun lagi, maka siswa perlu melatih kemampuan
membaca sekaligus berpikir kritisnya agar siswa lebih kritis dan mudah
mengungkapkan gagasan yang ada dipikirannya. Untuk itu, peneliti menentukan
judul penelitian ini adalah ―Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI
MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016‖.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, rumusan masalah yang
diangkat ialah:
1. Bagaimanakah kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2
5
2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kemampuan membaca kritis
pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, maka pembatasan masalah ini ialah:
1. Melihat sejauh mana kemampuan membaca kritis siswa.
2. Melihat faktor yang memengaruhi kemampuan membaca kritis siswa.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian ini ialah:
1. Mengetahui kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di
SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.
2. Mengetahui faktor yang memengaruhi kemampuan membaca kritis pada
siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Tahun Ajaran 2015/2016.
1.5 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan paparan di atas, untuk itu manfaat penelitian ini antara lain:
a. Guru: Dapat mengetahui faktor kemampuan membaca kritis. Guru dapat
mencari alternatif lain agar proses membaca kritis dapat terlaksana dengan
baik. Guru dapat mengembangkan proses pembelajaran dengan
mengedepankan kemampuan membaca kritis siswa.
b. Siswa: Dapat mengembangkan kemampuan membaca kritis agar materi
memahami suatu bacaan bila menguasai keterampilan membaca, khususnya
membaca kritis.
c. Peneliti lain: Meneliti kembali faktor apa saja yang memengaruhi kemampuan
membaca kritis dan mengembangkannya. Peneliti berharap agar peneliti lain
dapat mengembangkan materi pembelajaran agar kemampuan membaca kritis
pada siswa dapat meningkat, serta terus mengembangkan budaya baca yang
7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan saya teliti ialah skripsi
dari Mahasiswa PBSI angkatan 2010 dengan nama Maulida Reswari, skripsi dari Ni
Komang Ayu Rustari, dan juga skripsi dari Mahasiwa PBSI angakatan 2011 dengan
nama Rugi Astutik.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Maulida Reswari berjudul
―Kemampuan Membaca Kritis Siswa SMA N 1 Sentolo Kelas X Melalui Pendekatan
Scientific (Ilmiah) Tahun Ajaran 2014/2015‖. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen kuasi.
Populasinya ialah seluruh siswa kelas X SMA N 1 Sentolo, dengan sampel yaitu
kelas X MIA 1. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa kemampuan membaca siswa
SMA N 1 Sentolo meningkat setelah dilakukan treatment yang berbeda dari biasanya.
Pendekatan scientific dapat dijadikan alternatif pembelajaran agar pembelajaran dapat
berjalan dengan lebih baik.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Ayu Rustari berjudul
―Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelompok Ilmiah Remaja
SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar Melalui Penyusunan Peta Konsep‖. Penelitian
ini merupakan penelitian praeksperimental design, karena dalam penelitian ini tidak
terdapat variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Ada satu kelompok
siswa Lab SMA SLUA Saraswati 1 Denpasar, dengan sampel yang diambil
menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu sampel yang dipilih diberi pertimbangan terlebih dahulu. Penelitian ini menjelaskan bahwa kegiatan menyusun
peta konsep melalui buku lanskap meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa
SMA (SLUA), dengan terdapat perbedaan kinerja kelompok dalam menyusun peta
antara kelompok satu dan kelompok lain.
Penelitian yang ketiga, yaitu skripsi dari Rugi Astutik yang berjudul ―Strategi
Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Bedasarkan Faktor Membaca dan Hasil
Tes Kemampuan Membaca Kritis pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta‖.
Penelitian ini menitikberatkan pada kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor
membaca dan tes kemampuan membaca. Penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik
kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitiannya, kemampuan membaca kritis mahasiswa
PBSI Universitas Sanata Dharma termasuk kategori kurang, karena hanya terdapat 11
mahasiswa yang menjawab benar antara 22-29 soal. Mahasiswa yang menjawab soal
benar antara 22-29 soal, termasuk dalam kategori cukup. Mahasiswa hanya memiliki
dua aspek kemampuan membaca kritis, yaitu kemampuan menerapkan
konsep-konsep dan membuat kesimpulan. Terdapat lima aspek kemampuan membaca
mahasiswa yang belum dapat dicapai yaitu kemampuan mengenali dan mengingat,
memahami isi bacaan, menganalisis, menilai, dan memproduski. Kategori kurang
9
kesehatan yang tidak baik mempersulit mahasiswa dalam membaca, mahasiswa
hanya membaca jenis bacaan tertentu, mahasiswa tidak menyiapkan waktu yang tepat
untuk membaca, mahasiswa sangat kesulitan mengahadapi faktor teks, pengaruh
budaya lisan, dan media elektronik khususnya televisi tinggi.
Dilihat dari penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa (a) kemampuan
membaca pelajar masih rendah, (b) pendekatan pembelajaran dapat menjadi alternatif
untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis, (c) penggunaan media dapat
meningkatkan kemampuan membaca kritis, serta (d) kebiasaan membaca belum
tumbuh sempurna dalam diri pelajar.
Melalui penelitian yang sudah dijabarkan di atas, dan juga beberapa simpulan
yang sudah dibuat, penelitian ini merupakan penelitian baru, yaitu penelitian yang
menitikberatkan pada faktor kemampuan membaca kritis siswa. Penelitian yang akan
dilaksanakan di SMA N 1 Kasihan ini akan menggunakan teknik pengumpulan data
observasi, kuesioner, tes, dan wawancara. Tes digunakan untuk melihat kemampuan
membaca kritis siswa, sedangkan observasi, kuesioner dan wawancara digunakan
untuk menentukan faktor kemampuan membaca kritis siswa.
2.2Kajian Teoretis 2.2.1 Membaca Kritis
2.2.1.1Pengertian Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana,
penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari
(2000: 71-72) mengemukakan bahwa membaca kritis adalah cara membaca dengan
melihat motif penulis dan menilainya. Kegiatan membaca kritis memerlukan tiga
aspek, (1) cepat, (2) akurat, dan (3) kritis. Aspek cepat ialah kecepatan dalam
membaca sebuah bacaan. Aspek akurat ialah pembaca mampu menelaah suatu bacaan
berdasarkan tingkat ketidakrelevansian dengan ketidakbenaran. Aspek kritis ialah
pembaca mampu menerima pikiran penulis dari tulisan, kelogisan, kebenaran, atau
menurut realitas, dan menolak yang tidak berdasar dan tidak benar.
Dilihat dari pendapat kedua ahli di atas, kegiatan membaca kritis dapat
dilakukan pada saat pembaca mulai dapat membahas permasalahan bersama penulis
melalui tulisannya. Membaca kritis berarti pembaca mampu menganalisis dan menilai
bacaan tersebut. Kemampuan membaca kritis dapat dilihat dari hasil analisis dan
penilaiannya terhadap suatu bacaan. Membaca kritis berarti membaca dengan
menganalisis tulisan penulis, lalu mengkritisi menilai baik-buruknya suatu bacaan.
Pembaca mengahargai pendapat penulis, mengevaluasi tekniknya, pertimbangannya,
dan menguji alasannya dengan alasan yang logis, dengan interpretasi yang berdasar
(Soedarso, 2000: 72). Untuk itu, pembaca perlu mempunyai latar belakang yang luas
dan pengetahuan yang mendalam.
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan guna memberikan
respons atas ide-ide yang dituangkan pengarang dalam teks yang ditulisnya.
Berdasarkan pengertian ini, metode membaca kritis adalah serangkaian upaya yang
dilakukan pembaca guna mampu memahami makna tersurat dan makna tersirat yang
11
dan mengevaluasi tulisan yang disusun penulis dalam teksnya. Dengan demikian,
tujuan metode ini adalah untuk membekali siswa kemampuan (1) memahami makna
yang terkandung dalam bacaan, (2) merespons secara aktif isi bacaan, dan (3)
mengevaluasi isi bacaan (Abidin, 2012: 101-102).
Dilihat dari penjelasan di atas, membaca kritis diharapkan dapat membuat
siswa memahami bacaan. Memahami bacaan yaitu dengan memberikan tanggapan
dari ide-ide yang dituangkan oleh pengarang. Ide-ide yang dituliskan tergantung
dengan jenis bacaan yang ditulis. Jenis bacaan yang ringan akan lebih memudahkan
pembaca dalam memahami bacaan, sedangkan dalam bacaan yang sedikit berat akan
menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan cara menginterpretasi bacaan
yang ada.
Selanjutnya ialah merespons isi bacaan. Pembaca diharapkan dapat
menanggapi bacaan yang ada. Tanggapan dapat berupa kritik, saran, maupun
pengoreksian dari kesalahan suatu bacaan. Selanjutnya ialah mengevaluasi isi bacaan,
mengevaluasi isi bacaan adalah tindak lanjut dari respons pembaca. Evaluasi yang
dimaksud dapat berupa penilaian bacaan secara keseluruhan. Penilaian ini juga harus
dibarengi dengan argumen yang membangun agar penialaian yang dilakukan dapat
terbilang baik.
Untuk mampu mengkritisi bacaan seorang pembaca harus terlebih dahulu
memahami bacaan tersebut (Abidin, 2012: 102). Memiliki kemampuan membaca
kritis merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar pembaca mampu
makna-makna yang terkandung dalam baris-baris bacaan, tetapi membaca untuk
menghasilkan sebuah keputusan dan penilaian atas fakta-fakta yang tersaji dalam
bacaan. Membaca kritis mempersyaratkan kemampuan membaca untuk menghasilkan
ide-ide baru, mengembangkan wawasan baru, dan menggunakan pendekatan yang
lebih segar dan asli dalam menganalisis ide yang ditawarkan penulis.
Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan secara rasional,
kritis, mendalam, disertai keterlibatan pikiran untuk menganalisis bacaan. Di sini,
pembaca akan mencamkan lebih dalam materi yang dibacanya. Seorang pembaca
kritis menggunakan empat cara secara aktif. Keempat hal itu meliputi bertanya
(seolah-olah berdialog dengan teks bacaan), menyimpulkan, menghubungkan satu
keterampilan dengan keterampilan lain, serta menilai ide-ide dalam bacaan (Winarno,
2012: 84). Berarti, pembaca harus mampu berpikir sejalan dengan tulisan pengarang,
menyimpulkan bacaan, memberikan opini pada suatu bacaan, dan menilai isi bacaan.
Dilihat dari beberapa pendapat membaca kritis, pembaca harus mampu
menilai, memilah, dan membentuk opini sendiri atas apa yang sudah dibacanya.
Pembentukan dasar membaca kritis ialah menilai dan memilah. Ketelitian dapat
terlihat dari evaluasi pembaca terhadap suatu tulisan. Dapat disimpulkan bahwa
kegiatan membaca yang dapat disebut membaca kritis ialah kegiatan membaca yang
menitikberatkan pada (1) kecepatan, (2) keakuratan, (3) kekritisan, dengan tujuan
untuk dapat (1) memahami makna yang terkandung dalam bacaan, (2) merespons
13
2.2.1.2Tujuan Membaca Kritis
Membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam di bawah permukaan,
upaya untuk menemukan bukan hanya keseluruhan kebenaran mengenai apa saja
yang dikatakan, tetapi juga (dan inilah yang telah penting pada masa-masa
selanjutnya) menemukan alasan-alasan mengapa sang penulis mengatakan apa yang
dikatakannya (Tarigan: 2008: 92).
Pada umumnya, membaca kritis menuntut pembaca agar dapat melakukan
kegiatan seperti yang dijelaskan di bawah ini. Berikut tujuan membaca kritis menurut
Tarigan (2008: 93-119):
1) Memahami maksud penulis;
Kebanyakan tulisan memenuhi satu (atau lebih) dari keempat tujuan
umum wacana (discourse) yaitu: memberitahu (to inform), meyakinkan (to
convince), mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade), atau menghibur (to entertain). Jadi, dalam satu bacaan pasti memiliki minimal satu tujuan.
Pembaca dapat menerka tujuan yang ada dalam bacaan sesuai dengan tujuan
yang dituliskan sebelumnya (Tarigan, 2008: 93).
2) Memanfaatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis;
Kemampuan membaca dan berpikir kritis juga menuntut agar kita sadar
akan sikap-sikap serta prasangka-prasangka kita sendiri, dan unsur-unsur lain
dalam latar belakang pribadi kita yang mungkin memengaruhi kegiatan
membaca dan berpikir kita. Misalnya, kalau ayah kita adalah pedangan, atau
buruh atau serikat pekerja yang akan mencegah pembicaraan kita mengenai
pemogokan yang mengancam dengan suatu cara yang objektif (Tarigan, 2008:
94-95).
3) Memahami organisasi dasar tulisan;
Penyajian seorang penulis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan,
isi, dan kesimpulan. Pada bagian pendahuluan biasanya penulis menulis satu
atau lebih paragraf untuk memperkenalkan subjeknya beserta pendekatan
khusus terhadap tema. Pada bagian isi, penulis biasanya membagi dua, tiga,
atau empat bagian utamanya untuk mengutarakan kasus yang diangkat secara
gamblang. Terakhir yaitu bagian kesimpulan, penulis biasanya menegaskan
kembali bahasan apa saja yang sudah dibahas di bagian isi dengan menuliskan
penutup dan kesimpulan (Tarigan, 2008: 96-97).
4) Dapat menilai penyajian penulis/pengarang;
Pembaca yang kritis harus dapat mendeteksi informasi, logika, bahasa,
kualifikasi, dan sumber informasi yang dipergunakan oleh pengarang yang
ada dalam tulisan. 1) Apakah informasi yang disajikan memiliki keterangan
sumber yang jelas atau tidak? Apakah informasinya sesuai dengan judul atau
tidak? 2) Dari segi logika, apakah penulis gagal membedakan fakta dengan
pendapat? Apakah terdapat analisis dalam argumen-argumennya? 3) Dilihat
dari segi bahasa, apakah penulis menyajikan emosi atau perasaannya di dalam
tulisan? Apakah pilihan-pilihan katanya mencerminkan prasangka-prasangka?
15
perannya hingga mampu membahas topik yang ditulisnya? 5) Sumber
informasi yang dipakai penulis diambil dari mana? Buku, majalah atau
internet? Pertanyaan yang patut ditanyakan ialah apakah sumber tersebut
dapat dipercaya atau tidak? (Tarigan, 2008: 98-101).
5) Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari;
Pembaca yang sudah berpengalaman akan tahu pada bagian manakah ia
harus membaca pelan dan membaca cepat. Terdapat tiga penerapan prinsip
dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam media cetak atau koran: 1)
Penyensoran tersembunyi, biasanya tidak semua koran menampilkan
informasi sesuai dengan topik-topik yang terdapat dalam kolom. 2) Pilihan
bahasa, mungkinkah koran-koran yang ada menggunakan kata-kata objektif
atau kata-kata hasil keputusan editorial. 3) Posisi, posisi dan panjangnya suatu
artikel dapat mecerminkan skema nilai pada editor (redaktur), apakah mereka
yang akan memberikan informasi yang benar atau menggunakan berita untuk
kepentingan pribadi (Tarigan, 2008: 104-105).
6) Meningkatkan minat baca, kemampuan baca, dan berpikir kritis;
Meningkatkan minat baca, hanya membutuhkan dua usaha: 1)
Menyediakan waktu untuk membaca, setiap orang dapat menyisihkan
beberapa waktunya untuk membaca agar mendapatkan informasi baru. 2)
Memilih bacaan yang baik, bacaan yang baik ialah bacaan yang sesuai dengan
psikologis pembaca dan juga kebutuhan pembaca. Misalnya, untuk
7) Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan;
Prinsip pemilihan bacaan ialah: 1) Buku-buku yang pantas dibaca,
buku yang pantas dibaca ialah buku yang dapat memberikan informasi baru,
sedangkan buku yang tidak dapat memberikan informasi baru ialah bacaan
yang tidak pantas dibaca. 2) Norma-norma kritis, norma-norma kritik yang
dimaksud ialah standar-standar tertentu yang dapat mengukur
kebaikan-kebaikan suatu buku, film, dan lain-lain. Norma-norma yang harus
dipertimbangkan ialah i) Norma-norma estetik, memberikan pengetahuan
apakah buku yang dibaca memiliki kualitas yang membuatnya menjadi karya
seni yang bermanfaat serta dapat menarik perhatian dan hati sanubari kita. ii)
Norma-norma sastra, memberikan pengetahuan bahwa kualitas dan
karakteristik menunutut kebutuhan manusia terhadap keindahan. iii)
Norma-norma moral, memberikan manusia pengetahuan tentang tata krama di
keluarga maupun sekitar (Tarigan, 2008: 108-116).
8) Membaca majalah atau publikasi-publikasi periodik yang serius.
Membaca majalah atau publikasi priodik yang serius dapat
mengembangkan kemampuan membaca kritis kita setelah keluar dari bangku
sekolah. 1) Tingkat-tingkat tuntutan/daya pikat, biasanya bacaan majalah atau
publikasi periodik menerbitkan bacaan sesuai dengan tujuan, menghibur,
memberi informasi, dan lain sebagainya. Banyak juga bagian dari majalah
yang tidak dapat dibaca satu per satu menuntut pembaca agar membaca secara
17
terhadap suatu bacaan tersebut. 2) Analisis komparatif terhadap dua artikel,
membandingkan dua artikel memiliki kelebihan tersendiri, kita dapat lebih
mudah menilai tulisan manakah yang dirasa mengada-ada dan tulisan
manakah yang ditulis sesuai dengan fakta. Analisis itu dapat dilihat dari
pemikiran pembaca setelah mengikuti alur berpikir penulis masing-masing
tulisan (Tarigan, 2008: 116-119).
2.2.2 Faktor Penentu Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca dapat ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
ini dapat menjadi kelebihan maupun hambatan, tergantung individu masing-masing.
Berikut adalah faktor penentu kemampuan membaca menurut Tampubolon (1987:
242-244 ):
a. Kompetensi Kebahasaan
Penguasaan bahasa secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosa
kata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan
pengelompokan kata. Afiksasi dalam bahasa Indonesia memegang peranan
yang sangat penting, oleh karena itu bagian tata bahasa ini perlu dikuasai
benar-benar.
b. Kemampuan Mata
Keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang
efisien. Gerakan-gerakan yang dimaksud ialah sakade, fiksasi, lompatan
c. Penentuan Informasi Fokus:
Menentukan lebih dahulu informasi yang diperlukan sebelum mulai
membaca pada umumnya dapat meningkatkan efisiensi membaca.
1) Informasi fokus dalam kalimat ialah proposisi dan kata-kata kunci.
2) Dalam paragraf, informasi fokus ialah pikiran pokok yang terkandung
dalam kalimat topik dan (bila perlu) pikiran jabaran yang terkandung
dalam kalimat-kalimat jabaran. Informasi fokus terkandung dalam
kalimat-kalimat jabaran. Informasi fokus dapat juga merupakan pengertian
keseluruhan paragraf, yaitu jalinan hubungan pikiran pokok dan
pikiran-pikiran jabaran.
3) Dalam artikel, informasi fokus ialah pikiran pokok dan pikiran-pikiran
jabaran (bila perlu). Pikiran pokok dapat diduga berdasarkan isi judul dan
paragraf atau paragraf-paragraf pendahuluan. Informasi fokus dapat juga
merupakan pengertian keseluruhan artikel, yaitu, jaringan hubungan antara
pikiran-pikiran keseluruhan paragraf.
4) Dalam surat kabar, informasi fokus adalah fakta (siapa, apa, di mana,
apabila, dan mengapa) dan opini. Fakta-fakta pada umumnya terdapat
dalam paragraf atau paragraf-paragraf pendahuluan berita. Opini terdapat
dalam tajuk rencana, pojok, komentar, dan karikatur yang ditulis atau
dibuat oleh redaksi, serta dalam tulisan-tulisan (karangan-karangan) orang
lain yang dimuat dalam surat kabar bersangkutan. Isi iklan juga menjadi
19
5) Informasi fokus dalam buku ialah pikiran pokok dan pikiran-pikiran
jabaran (bila perlu). Pikiran pokok dapat diduga berdasarkan judul, daftar
isi, dan isi pendahuluan. Informasi fokus dapat juga merupakan pengertian
keseluruhan isi buku, yaitu, jaringan hubungan antara
pengertian-pengertian semua bab dan bagian-bagiannya.
6) Infomasi fokus juga dapat berupa informasi tertentu yang bersifat khusus
dan umum yang dapat ditemukan dalam bagian tertentu dari suatu bacaan,
tanpa membaca bagian-bagian lain. Pengertian suatu istilah, misalnya,
adalah informasi khusus yang dapat ditemukan dalam bagian tertentu dari
suatu buku, dengan melihat indeks buku terlebih dahulu. Informasi umum
tentang berita-berita surat kabar dapat ditemukan dengan hanya
membaca-layap judul-judul berita utama.
7) Jika bacaan diikuti oleh pertanyaan, maka
pertanyaan-pertanyaan itu dapat juga merupakan informasi fokus. Oleh sebab itu,
sebelum mulai membaca, sebaiknya pertanyaan-pertanyaan itu dibaca
lebih dahulu dan sedapat mungkin diingat, sehingga pikiran dapat
ditujukan pada penemuan jawaban pertanyaan-pertanyaan itu.
8) Khusus dalam hal membaca teks ujian dan pertanyaan-pertanyaan, dapat
juga dilakukan sebagai berikut: pertanyaan-pertama (sebagai infomasi
fokus) dibaca dulu, kemudian teksnya dibaca sampai jawaban pertanyaan
itu ditemukan. Demikianlah dilakukan dengan setiap pertanyaan lainnya.
sehingga tak mungkin diingat. Di samping itu, ujian bukan lagi merupakan
latihan kemampuan membaca yang jumlah kata dan waktu membaca harus
dihitung.
d. Teknik-teknik dan Metode-metode Membaca:
Cara-cara membaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan
informasi fokus yang diperlukan. Teknik-teknik yang umum ialah: baca-pilih,
baca-lompat, baca-layap, dan baca-tatap. Di samping itu, dalam membaca
untuk studi, ada dua metode yang biasanya dipergunakan, yaitu, CATU (Cari,
Tulis kembali, Uji) dan SURTABAKU (Survei, Tanya, Baca, Katakan,
Ulang).
e. Fleksibilitas Membaca
Kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi-baca.
Strategi membaca ialah teknik dan metode membaca, kecepatan membaca dan
gaya membaca (santai, serius, dengan konsentrasi, dan lain-lain). Kondisi
baca ialah tujuan membaca informasi fokus, dan materi bacaan dalam arti
keterbacaan.
f. Kebiasaan Membaca
Minat (keinginan, kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca
yang baik dan efisien, yang telah berkembang dan membudaya secara
maksimal dalam diri seseorang.
Jika faktor-faktor di atas telah dipahami dan dikuasai (dalam arti teoretis dan
21
yang maksimal. Dengan demikian, dapat juga dikatakan bahwa tujuan pelajaran
membaca lanjut (dalam hal ini yang dimaksud ialah di lembaga-lembaga pendidikan
formal) ialah membina dan mengembangkan penguasaan atas keenam faktor tersebut
oleh setiap siswa atau mahasiswa hingga taraf semaksimal mungkin. Selain di
pendidikan formal, setiap orang dapat juga membina dan mengembangkan
faktor-faktor tersebut dalam dirinya sendiri, setelah memahami informasi-informasi yang
ada, asal ada kemauan dan disiplin diri.
Oleh karena itu, membaca ialah kegiatan yang sangat penting bagi
pengembangan kognitif manusia. Membaca membantu otak bekerja dengan sempurna,
otak yang difungsikan untuk dapat berpikir dan menyerap informasi akan bekerja
secara aktif. Tekad adalah salah satu penentu kemampuan membaca kritis.
Pendidikan tinggi saja belum dapat menentukan apakah seseorang itu memiliki
keterampilan membaca kritis.
Berbeda halnya dengan Tampubolon, Lamb dan Arnold (1976) (dalam Rahim
2007: 16) membagi faktor yang memengaruhi kemampuan membaca dalam beberapa
faktor, yaitu fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis.
a. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologi mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis,
dan jenis kelamin. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat
penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Anak yang
memiliki gangguan berbicara dan pendengaran akan sulit terdeteksi. Namun,
menggosok-gosok matanya, menggososk mata ialah salah satu indikasi bahwa
anak terganggu dalam hal membaca, misalnya buram, remang-remang, dan
lain sebagainya.
b. Faktor Intelektual
Menurut Wechster (Harris dan Sipay, 1980, dalam Rahim, 2007: 17)
mengemukakan bahwa inteligensi ialah kemampuan global individu untuk
bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif
terhadap lingkungan. Walaupun inteligensi berpengaruh, namun banyak ahli
berpendapat bahwa inteligensi tidak sepenuhnya memengaruhi kemampuan
membaca. Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru juga
ikut memengaruhi kemampuan membaca anak.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan mencakup (1) Latar belakang dan pengalaman
siswa di rumah, dan (2) Sosial ekonomi keluarga siswa.
(1) Latar Belakang dan Pengalaman Siswa di Rumah
Rubin (1993, dalam Rahim, 2007: 18) mengemukakan bahwa orangtua
yang hangat, berdemokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada
kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk
berpikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orangtua
yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik
untuk belajar di sekolah. Selanjutnya dijelaskan bahwa, orangtua yang
anak-23
anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar,
khususnya belajar membaca. Jadi, kemampuan membaca juga dipengaruhi
oleh lingkungan di sekitar rumah.
(2) Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan
faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa peneliti
memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa memengaruhi
kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa
semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Selanjutnya dijelaskan bahwa,
anak-anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan
membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang
beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi (Craley &
Mountain, 1995 dalam Rahim, 2007: 19).
d. Faktor Psikologis
Faktor psikologis yang memengaruhi kemampuan membaca ialah (1)
motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.
(1) Motivasi
Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Crawley dan
Mountain (1995 dalam Rahim, 2007: 20) mengemukakan bahwa motivasi
ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu
kegiatan. Motivasi belajar memengaruhi minat dan hasil belajar siswa.
salah satu fakor yang sangat penting bagi kesuksesan belajar ialah
motivasi, keinginan, dorongan, dan minat yang terus-menerus untuk
mengerjakan suatu pekerjaan. Oleh karena itu, guru dapat berperan aktif
dalam memotivasi siswa agar siswa lebih giat dalam membaca.
(2) Minat
Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang
untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan
diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan
kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Frymeir (Crawley dan
Mountain, 1995 dalam Rahim, 2007: 28) mengidentifikasi tujuh faktor
yang memengaruhi perkembangan minat anak. Faktor-faktor itu ialah: a)
pengalaman sebelumnya, b) konsepsinya tentang diri, c) nilai-nilai, d)
mata pelajaran yang bermakna, e) tingkat keterlibatan tekanan, dan f)
kekompleksitasan materi pelajaran.
(3) Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri
Ada tiga aspek kematangan emosi dan sosial, yaitu (1) stabilitas emosi,
(2) kepercayaan diri, dan (3) kemampuan berpartisipasi dalam kelompok.
Anak-anak biasanya selalu mudah marah, mudah emosi, dan kurang dapat
mengontrol diri. Anak-anak yang dapat mengontrol emosinya akan lebih
mudah memusatkan perhatiannya pada teks bacaan. Percaya diri juga
patut dibina, agar siswa mampu bekerja secara mandiri dalam
25
Kemampuan berpartisipasi dalam kelompok ialah gabungan dari
pengontrolan emosi dan percaya diri anak. Anak yang dapat mengontrol
emosi dan memiliki rasa percaya diri yang cukup akan lebih mudah untuk
bergabung dalam kelompok.
Sejalan dengan Tampubolon, Lamb dan Arnold, Pujiono (2008: 4) juga
membagi faktor kemampuan membaca menjadi dua faktor, yaitu internal dan
eksternal. Faktor internal berkaitan dengan motivasi, pengetahuan/pengalaman,
ketertarikan, kebermanfaatan, dan kesehatan. Untuk faktor eksternal yaitu terkait
dengan lingkungan, seperti suasana, cahaya, suara, waktu, dan ruangan. Selain itu,
ada juga faktor eskternal yang berkaitan dengan teks yaitu pada bahasa, pilihan kata,
setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi bacaan.
Berdasarkan penjelasan dari Tampubolon, Lamb dan Arnold, serta Pujiono,
disimpulkan bahwa faktor penentu kemampuan membaca dapat mencakup:
a. Faktor internal
1) Kompetensi kebahasaan.
2) Kemampuan mata.
3) Penentuan informasi fokus.
4) Fleksibelitas membaca.
5) Kebiasaan membaca.
6) Fisiologis.
8) Psikologis: motivasi, minat, dan kematangan sosio dan emosi serta
penyesuaian diri.
9) Pengetahuan/pengalaman.
10)Kebermanfaatan.
b. Faktor eksternal
1) Teknik-teknik dan metode-metode membaca.
2) Faktor Lingkungan: latar belakang dan pengalaman siswa di rumah dan
Faktor sosial ekonomi.
3) Berkaitan dengan teks: bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis, keterbatasan, dan isi bacaan.
27 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif-kualitatif. Metode
kuantitatif ialah metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah
ilmiah yaitu konkret/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis (Sugiyono,
2012: 7). Metode kualitatif disebut metode interpretative karena data hasil penelitian
lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan
(Sugiyono, 2012: 7-8). Deskriptif ialah melakukan analisis hanya sampai pada taraf
deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat
lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. (Azwar, 2012: 5-6).
Metode kuantitatif disebut kuantitatif karena data penelitian berupa
angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2012: 7). Creswell (1998 dalam
Noor, 2011:34) menyatakan penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks,
meneliti kata-kata, laporan terisi dari pandangan responden, dan melakukan studi
pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat deskriptif
dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Jadi,
kuantitatif-kualitatif ialah metode penelitian yang menggabungkan antara analisis data berupa
statistik dengan analisis data berupa simpulan akhir dari fenomena yang diamati.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu
kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilah-milah atau mencari faktor-faktor atau
memberikan informasi hanya mengenai data yang diamati dan tidak bertujuan
menguji hipotesis serta menarik kesimpulan yang digeneralisasikan terhadap populasi.
Tujuan analisa deskriptif hanya menyajikan dan menganalisa data agar bermakna dan
komunikatif (Purwanto, 2007: 94).
Jadi, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif-kualitatif untuk
menentukan faktor kemampuan membaca kritis pada kelas XI MIA 2 di SMA Negeri
1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dengan menggunakan
statistik dan interpretasi sebagai analisis datanya. Selain itu, peneliti juga
menggunakan deskripsi untuk menganalisis data dengan kata-kata agar lebih mudah
dipahami.
3.2Sumber Data dan Data
Populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Prastowo, 2014: 44-45). Lalu, luas
sampel yang ada pada penelitian ini ialah sama dengan populasi dari data. Sumber
data penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Sekolah yang beralamat di Jl. Bugisan Selatan,
Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ini menjadi sumber data penelitian ini,
khususnya kelas XI MIA 2.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Menurut Koentjaraningrat (1990, dalam Zulganef, 2008: 159) data adalah
29
catatan mengenai perhitungan-perhitungan jumlah dan frekuensi-frekuensi kegiatan
sosial, catatan mengenai pengukuran-pengukuran bidang, volume, dan intensitas
benda dan aktivitas kebudayaan, catatan-catatan kutipan dari bahan dokumen, dan
surat kabar. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan
pengamatan atau observasi, membagikan kuesioner, memberikan tes, dan wawancara.
Pengumpulan data ini berguna untuk melihat kemampuan membaca kritis dan faktor
kemampuan membaca kritis siswa. Berikut ialah tabel metode pengumpulan data.
Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data
No. Metode Pengumpulan Data
Data yang Akan Dikumpulkan 1. Observasi Proses pembelajaran yang memengaruhi
kemampuan membaca kritis, serta melihat faktor kemampuan membaca kritis.
2. Kuesioner Faktor eksternal dan faktor internal yang memengaruhi kemampuan membaca kritis. 3. Tes Kemampuan membaca kritis siswa.
4. Wawancara Kegiatan siswa dalam membaca untuk melihat faktor kemampuan membaca kritis siswa.
3.4 Instrumen
Jenis dan banyaknya instrumen yang disusun disesuaikan dengan keperluan
pengumpulan data (Arikunto, 1988: 47). Instrumen penelitian ini berupa tes dan
nontes. Instrumen tes digunakan untuk menentukan kemampuan membaca kritis
siswa, sedangkan nontes berupa observasi, kuesioner, dan wawancara untuk
1. Pengamatan (observasi) merupakan cara untuk mendapatkan informasi
dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro,
2013: 93). Observasi atau pengamatan yang dilakukan ialah mengamati
sejauh mana kemampuan membaca kritis siswa selama proses
pembelajaran. Selain kegiatan dalam membaca kritis, peneliti juga
mengobservasi bagaimana kegiatan pramembaca yang dilakukan oleh
guru, apakah mampu membangkitkan keingintahuan siswa dalam aspek
membaca atau tidak. Adapun kisi-kisi observasi dapat dilihat pada
Lampiran 1.
2. Kuesioner (Questionnaire) atau angket, merupakan serangkaian (daftar)
pernyataan tertulis yang ditujukan kepada peserta didik (dalam penelitian:
responden) mengenai masalah-masalah tertentu, yang bertujuan untuk
mendapatkan tanggapan dari peserta didik (responden) tersebut
(Nurgiyantoro, 2013: 91). Kuesioner atau angket yang diberikan akan
menentukan faktor kemampuan membaca siswa. Kuesioner berupa
beberapa pernyataan menyangkut kegiatan membaca dan kemampuan
membaca siswa. Pernyataan diisi sesuai dengan perintah dalam kuesioner
yang dibagikan. Adapun kisi-kisi kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2.
3. Tes merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk
mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk menjawab
pertanyaan ―seberapa baik (tinggi) kinerja seseorang‖ yang jawabannya
31
yang diberikan pada siswa ialah berupa tes membaca, yaitu membaca
kritis. Tes ini menggunakan uji coba terpakai, artinya responden uji coba
termasuk dalam uji coba sesungguhnya. Siswa diminta untuk menjawab
pertanyaan yang sudah disediakan dengan sebaik-baiknya. Tes ini akan
menentukan kemampuan membaca kritis pada siswa. Adapun kisi-kisi tes
dapat dilihat pada Lampiran 3.
4. Wawancara (interview, interviu) merupakan suatu cara yang dipergunakan
untuk mendapatkan informasi dari responden (peserta didik, orang yang
diwawancarai) dengan melakukan tanya jawab sepihak (Nurgiyantoro,
2013: 97). Tipe wawancara yang dipakai ialah wawancara bebas terpimpin.
Artinya, responden diberi kebebasan menjawab sesuai dengan
pendapatnya, namun responden tetap menjawab sesuai dengan pertanyaan
yang sudah disediakan. Wawancara yang dilakukan untuk menentukan
faktor kemampuan membaca kritis siswa. Pertanyaan yang akan
ditanyakan sesuai dengan instrumen pertanyaan yang sudah disediakan.
Pertanyaan yang disediakan oleh peneliti sebagai bahan acuan dan sumber
dapat bercerita tentang pengalamannya dalam membaca dengan tetap pada
jalur pertanyaan yang sudah dibuat peneliti. Adapun kisi-kisi wawancara
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini yaitu
dengan mendeskripsikan observasi yang dilakukan, menghitung jumlah kuesioner
berdasarkan skala Likert, hasil tes kemampuan membaca kritis dihitung
menggunakan ITK (Indeks Tingkat Kesulitan) soal, dan hasil wawancara
menggunakan deskriptif.
3.5.1 Observasi
Teknik analisis data observasi ini termasuk observasi terstruktur. Dalam
pengamatan berstruktur, kegiatan pengamatan, telah diatur dan dibatasi dengan
kerangkan kerja tertentu yang telah disusun secara sistematis. Isi, maksud, atau hal
apa saja yang diamati telah ditetapkan dan dibatasi (Nurgiyantoro, 2013: 93).
Komponen yang dinilai nanti akan diberi tanda (√) pada bagian ―Tampak‖ atau
―Tidak Tampak‖. Observasi dilakukan untuk melihat kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan guru maupun siswa.
3.5.2 Kuesioner
Teknik analisis data kuesioner ini dilakukan dengan cara menjumlahkan tanda
(√) pada setiap butir pernyataan kuesioner. Setiap aspek pedoman kuesioner berisi
pernyataan yang merujuk pada kegiatan membaca dan aspek membaca lainnya.
Jumlah butir penyataan pada kuesioner ini sebanyak 30 butir. Kuesioner akan
dihitung dengan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
33
(Riduwan, 2013: 15). Kuesioner yang dibagikan menggunakan kuesioner lima pilihan,
1, 2, 3, 4, 5.
Sangat Setuju (SS) = 5 Setuju (S) = 4 Netral (N) = 3 Tidak Setuju (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
Penghitungan skor, dihitung seperti berikut.
Total responden yang menjawab X Skor butir pernyataan
Jumlah skor ideal = jumlah responden X 5 (skor) = 30 X 5 = 150 (SS) Jumlah skor rendah= jumlah responden X 1 (skor) = 30 X 1 = 30 (STS)
Melalui persentase, skor dapat dilihat seperti ini.
20% 40% 60% 80% 100%
Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat
Selain itu, ditentukan juga kriteria skor pada skala Likert.
Tabel 3.2 Kriteria Skor
Kriteria interpretasi skor
Angka 0%-20% = Sangat Lemah Angka 20%-40% = Lemah
Angka 40%-60% = Cukup Angka 60%-80% = Kuat
Angka 80%-100% = Sangat Kuat
Penentuan persentase skor per butir soal, yaitu:
3.5.3 Tes
Teknik analisis data tes dilakukan dengan menggunakan Indeks Tingkat
Kesulitan soal. Tingkat kesulitan (item difficulty) adalah pernyataan tentang seberapa
mudah atau sulit butir soal bagi peserta didik yang dikenai pengukuran (Oller, 1979:
246 dalam Nurgiantoro, 2013: 194). Butir soal yang baik adalah yang tingkat
kesulitannya cukupan, tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Butir soal yang
terlalu mudah atau sulit sama tidak baiknya karena keduanya tidak dapat
mencerminkan capaian hasil pembelajaran yang dilakukan karena baik siswa
kelompok tinggi maupun rendah sama-sama berhasil atau gagal.
Oller (1979: 247 dalam Nurgiantoro, 2013: 195) mengemukakan bahwa
semua butir soal dinyatakan layak jika indeks tingkat kesulitannya berkisar antara
0,15 sampai dengan 0,85. Indeks yang di luar itu berarti butir soal terlalu mudah atau
sulit, maka ia perlu direvisi atau diganti. Maksudnya di sini, apabila ITK < 0,15 maka
berarti soal tersebut terlalu sulit sedangkan apabila ITK > 0,85 berarti soal sangat
mudah. Oleh karena itu, perlu direvisi atau diganti. Namun, rentangan interval
tersebut masih terlalu luas, lagi pula indeks 0,15 dan 0,85 juga masih terlihat ekstrem
sulit dan mudah. Maka, ITK yang dapat ditoleransi adalah yang berkisar antara
0,20—0,80 (Nurgiantoro, 2009). ITK 0,00—0,19 adalah butir soal yang berkategori:
sulit dan 0,81—1,00 berpredikat: mudah.
Untuk memudahkan menghitung ITK, peneliti menggunakan rumus yang
diambil dari Nurgiantoro (2013: 1995). Rumus yang digunakan ialah menjumlahkan
35
ITK
Keterangan:
ITK = Indeks Tingkat Kesulitan FK = Total jawaban benar N = Jumlah peserta tes
Selain itu, untuk melihat hasil rata-rata tes membaca siswa dapat dilihat
menggunakan rumus yang diambil dari Nurgiantoro (2013: 219).
X =
Keterangan:
X = Rata-rata hitung (Mean) = Total nilai peserta tes N = Jumlah peserta tes
Untuk mengetahui penentuan kriteria acuan, peneliti menggunakan skala
empat (1-4 atau D-A) milik Nurgiyantoro (2009: 252-253).
Tabel 3.3 Kriteria Acuan Ketuntasan Siswa
Interval
Selain menjumlahkan hasil kemampuan membaca kritis siswa, peneliti juga