• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016."

Copied!
184
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Dewi, Setia Ratna. 2016. Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Membaca adalah salah satu keterampilan yang penting bagi siswa. Membaca menjadi salah satu cara untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini mengangkat masalah mengenai kemampuan membaca kritis pada siswa dan faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan membaca kritis siswa serta menentukan faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik tes, observasi, kuesioner, dan wawancara. Instrumen tes digunakan untuk melihat kemampuan membaca kritis siswa. Instrumen observasi, kuesioner, dan wawancara dilakukan untuk melihat faktor kemampuan membaca kritis siswa. Hasil data yang diperoleh selanjutnya dideskripsikan. Sumber data pada penelitian ini ialah siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

(2)

SMA Negeri 1 Kasihn, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Reading is one of important skills for students. Reading is one way to train students’ ability to think critically. This research examined the students’ critical reading skill and the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan,bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. This research was aimed to discover the students’ critical reading skill and to determine the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016.

This research was a descriptive research that applied quantitative-qualitative approach. The research data were collected by conducting tests, observation, questionnaires, and interviews. Tests were used to see the students’ critical reading skill. Observation, questionnaires, and interviews were conducted to see the students’ critical reading skill factors. The data collected then were described. The data sources for this research were students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016.

(3)

FAKTOR KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS

PADA SISWA KELAS XI MIA 2 DI SMA NEGERI 1 KASIHAN,

BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh: Setia Ratna Dewi

121224080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh: Setia Ratna Dewi

121224080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Allah SWT yang selalu memberikan nikmat hidup, kesehatan, kemudahan,

kelancaran segala urusan dan hidupku

Untuk kedua orang tuaku, Dwi Kusbiantoro, S.E. dan Ela Sulastri

Adikku tercinta Lintang Elohim Sabatiantoro

Keluarga besar Hj. M. Ohan Sukandar dan Hj. Upit Puspagati

Keluarga besar Bpk. Sukardi, S.Pd. dan Sri Kustiyah

(8)

v

“Tak harus menjadi yang terbaik untuk mendapatkan sesuatu, namun tetaplah melakukan yang terbaik untuk mencapainya.”

(Setia Ratna Dewi)

“Banyak orang yang bersimpati dihadapanmu bukan semata-mata memperlihatkan seberapa baik dan berharganya dirimu, tapi banyaknya orang

yang bersimpati dihadapanmu menunjukkan seberapa banyaknya orang yang ingin melihatmu terjatuh.”

(Setia Ratna Dewi)

“Ada saja orang yang selalu mendukung, namun tetap lebih banyak orang yang menggunjing. Bersyukurlah dengan apa pun itu, karena banyaknya orang yang

(9)
(10)
(11)

viii ABSTRAK

Dewi, Setia Ratna. 2016. Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Membaca adalah salah satu keterampilan yang penting bagi siswa. Membaca menjadi salah satu cara untuk melatih kemampuan berpikir kritis. Penelitian ini mengangkat masalah mengenai kemampuan membaca kritis pada siswa dan faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan membaca kritis siswa serta menentukan faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Data penelitian dikumpulkan dengan teknik tes, observasi, kuesioner, dan wawancara. Instrumen tes digunakan untuk melihat kemampuan membaca kritis siswa. Instrumen observasi, kuesioner, dan wawancara dilakukan untuk melihat faktor kemampuan membaca kritis siswa. Hasil data yang diperoleh selanjutnya dideskripsikan. Sumber data pada penelitian ini ialah siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

(12)

ix

SMA Negeri 1 Kasihn, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Reading is one of important skills for students. Reading is one way to train students‘ ability to think critically. This research examined the students‘ critical reading skill and the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan,bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016. This research was aimed to discover the students‘ critical reading skill and to determine the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016.

This research was a descriptive research that applied quantitative-qualitative approach. The research data were collected by conducting tests, observation,

questionnaires, and interviews. Tests were used to see the students‘ critical reading

skill. Observation, questionnaires, and interviews were conducted to see the students‘ critical reading skill factors. The data collected then were described. The data sources for this research were students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016.

Based on the results of the analysis on critical reading skill test, the students‘ average score was 14.58, in the category insufficient. Based on the result of observation, it was found out that students did not have motivation and interest in reading. Based on the result of the questionnaires, students had the highest score in internal factors especially reading interest, knowledge/experiences, and linguistic

competence. Based on the result of interviews, the students‘ critical reading skill

factors were habits, motivation, interest, and readers‘ conditions (physical and psychological health). Thus, based on the results of the analysis on observation, questionnaires, and interviews, it was found out that the factors of critical reading skill on students class XI MIA 2 in SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Academic Years of 2015/2016 were habits, motivation, reading interest,

knowledge/experiences, linguistic competence, and readers‘ conditions (Physical and

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul,

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016‖. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa adanya

bantuan, dukungan, bimbingan, doa, nasehat, dan kerjasama dari banyak pihak. Oleh

karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

2. P. Kuswandono, Ph.D. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni,

Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma.

4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

5. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. Selaku dosen pembimbing yang baik dalam

membimbing, sabar, teliti, dan selalu memberikan arahan pada penulis agar

dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Seluruh dosen PBSI yang sudah membimbing saya sebagai mahasiswa agar

memiliki integritas yang kuat sebagai seorang guru maupun pribadi, serta

memberikan ilmu yang berguna bagi penulis agar dapat menyelesaikan

(14)

xi

menyelesaikan berbagai urusan administratif.

8. Ign. Raharjono, S.Pd. selaku guru bahasa Indonesia yang berkenan

memberikan waktu mengajarnya kepada saya untuk digunakan dalam

mengambil data.

9. Seluruh siswa kelas XI MIA 2 yang bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

10.Kedua orangtua saya, Dwi Kusbiantoro, S.E. dan Ela Sulastri yang selalu

memberikan saya motivasi, dukungan, dan doa agar saya dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan lancar.

11.Adikku Lintang Elohim Sabatiantoro yang memberikan dukungan agar dapat

menyelesaikan skripsi ini.

12.Keluarga besar Hj. M. Ohan Sukandar dan Hj. Upit Puspagati yang sudah

mendukung.

13.Keluarga besar Bpk. Sukardi, S.Pd. dan Sri Kustiyah yang sudah mendukung,

membantu dan juga mengarahkan untuk dapat menyelesaikan skripsi.

14.Rugi Astutik, S.Pd. kakak tingkat yang selalu memberikan motivasi dan

dukungan moril agar saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

15.Sahabat seperjuangan saya, Nadya Bela P.J.S, Alfiyatun Nasiroh, Eva Tri

Rusdyaningtyas, Dania Yosepha Tamara, dan semua teman baik saya di PBSI

2012 dan teman kakak angkatan maupun teman di luar prodi PBSI yang

memberikan motivasi, dukungan, dan arahan yang membuat penulis merasa

berharga mengenal mereka semua.

16.Desti, Linda, Evi, Mustika, Restri, dan Mely selaku sahabat dari SMP dan

SMA yang selalu memberikan motivasi dan dukungan agar saya dapat

menyelesaikan sripsi ini.

17.Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang sudah

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas seluruh

(15)

xii

Saya menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dalam

menulis skripsi ini. Namun, saya berharap skripsi ini dapat memberikan

manfaat.

Setia Ratna Dewi

(16)

xiii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 7

2.2 Kajian Teoretis ... 9

2.2.1 Membaca Kritis ... 9

2.2.1.1 Pengertian Membaca Kritis ... 9

2.2.1.2 Tujuan Membaca Kritis ... 13

(17)

xiv

4.1.1.2 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menginterpretasi Suatu Bacaan ... 46

4.1.1.3 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengaplikasikan Konsep-Konsep ke dalam Bacaan ... 48

4.1.1.4 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menganalisis Suatu Bacaan ... 49

4.1.1.5 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Membuat Simpulan ... 50

4.1.1.6 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menilai Suatu Bacaan .. 51

4.1.1.7 Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Merespons Isi Bacaan .. 52

4.1.2 Faktor Kemampuan Membaca Kritis ... 53

4.1.2.1 Observasi ... 53

4.1.2.2 Kuesioner ... 56

(18)

xv

4.1.2.2.1.3 Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri: Stabilitas

Emosi, Percaya Diri, dan Kemampuan Beradaptasi dalam

Kelompok ... 61

4.1.2.2.1.4 Pengetahuan/Pengalaman ... 64

4.1.2.2.1.5 Kebermanfaatan ... 65

4.1.2.2.1.6 Fisiologis ... 67

4.1.2.2.1.7 Inteligensi ... 69

4.1.2.2.1.8 Kompetensi Kebahasaan ... 70

4.1.2.2.1.9 Kebiasaan Membaca ... 72

4.1.2.2.1.10 Kemampuan Menyesuaikan Strategi Membaca dengan Kondisi Baca ... 73

4.1.2.2.2 Faktor Eksternal ... 75

4.1.2.2.2.1 Suasana Lingkungan: Pencahayaan Ruangan yang Kurang Memadai ... 75

4.1.2.2.2.2 Faktor Lingkungan: Latar Belakang Sosial Ekonomi ... 77

4.1.2.2.2.3 Berkaitan dengan Teks: Bahasa, Pilihan Kata, Setting/Tata Tulis, Keterbacaan, dan Isi Bacaan ... 79

4.1.2.2.2.4 Jadwal Baca ... 81

4.1.2.3 Wawancara ... 83

4.2 Pembahasan ... 97

4.2.1 Kemampuan Membaca Kritis ... 97

4.2.2 Faktor Kemampuan Membaca Kritis ... 98

BAB V KESIMPULAN ... 104

5.1 Kesimpulan Hasil Penelitian ... 104

5.2 Saran-Saran ... 105

(19)

xvi

(20)

xvii

Tabel 3.2 Kriteria Skor ... 33

Tabel 3.3 Kriteria Acuan Ketuntasan Siswa ... 35

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Skor Tes Kemampuan Membaca Kritis ... 39

Tabel 4.2 Hasil Analisis Indeks Tingkat Kesulitan Soal Layak ... 42

Tabel 4.3 Hasil Analisis Indeks Tingkat Kesulitan Soal Tidak Layak ... 42

Tabel 4.4 Hasil Skor Siswa pada Tes Kemampuan Membaca Kritis ... 43

Tabel 4.5 Hasil Ketuntasan Siswa pada Tes Kemampuan Membaca Kritis ... 44

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengingat dan Mengenali Bacaan ... 45

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menginterpretasi suatu bacaan ... 47

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Mengaplikasikan Konsep-Konsep ke dalam Bacaan ... 48

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menganalisis Suatu Bacaan ... 49

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Membuat Simpulan ... 51

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Tes Kemampuan Membaca Kritis Menilai Suatu Bacaan ... 52

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Motivasi ... 59

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Minat .... 60

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri ... 62

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal Pengetahuan/Pengalaman ... 64

(21)

xviii

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal

Fisiologis ... 67

Tabel 4.18 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal

Inteligensi ... 69

Tabel 4.19 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal

Kompetensi Kebahasaan ... 71

Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal

Kebiasaan Membaca ... 72

Tabel 4.21 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Internal

Kemampuan Menyesuaikan Strategi Baca ... 74

Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal

Suasana Lingkungan ... 76

Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Faktor

Lingkungan ... 77

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal

Berkaitan dengan Teks ... 79

Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal

Jadwal Baca ... 81

Tabel 4.26 Hasil Analisis Kuesioner Faktor Eksternal dan Internal ... 82

(22)

xix

Lampiran 2 Kisi-Kisi Kuesioner Faktor Kemampuan Membaca Kritis ... 114

Lampiran 3 Kisi-Kisi Tes Membaca Kritis ... 115

Lampiran 4 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 116

Lampiran 5 Hasil Perhitungan Tes Membaca Kritis Menggunakan ITK ... 117

Lampiran 6 Instrumen Penilaian Observasi ... 118

Lampiran 7 Perhitungan Skala Likert Kuesioner ... 120

Lampiran 8 Permohonan Izin Penelitian ...

Lampiran 9 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Pemerintah Kabupaten

Bantul ... 122

Lampiran 10 Penyataan Menyerahkan Hasil Penelitian ... 123

Lampiran 11 Surat Keterangan Izin Penelitian dari SMA Negeri 1 Kasihan,

Bantul, Yogyakarta ... 124

Lampiran 12 Kuesioner ... 126

Lampiran 13 Tes Kemampuan Membaca Kritis ... 129

Lampiran 14 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Membaca Kritis ... 144

Lampiran 15 Hasil Kuesioner ... 145

Lampiran 16 Hasil Tes kemampuan Membaca Kritis ... 147

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Pelajaran Bahasa Indonesia adalah pelajaran yang sering dianggap sebagai

pelajaran mudah. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki dasar-dasar keterampilan yang

harus dinilai, yaitu keterampilan membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan.

Keempat keterampilan tersebut wajib dimiliki oleh setiap peserta didik.

Permasalahannya ialah, banyak di antaranya yang memiliki kelemahan dalam hal

membaca.

Membaca adalah salah satu kegiatan yang pasti akan dilakukan di setiap

pertemuan pelajaran bahasa Indonesia. Namun, tidak semua kegiatan membaca di

sekolah dapat diikuti dengan baik oleh siswa. Pada tahun 2006 berdasarkan data

Badan Pusat Statistik menunjukan bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan

kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Lalu, pada tahun

2009 berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerjasama Ekonomi

(OECD), budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52

negara di kawasan Asia Timur. Selanjutnya, tahun 2011 berdasarkan survei United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) rendahnya minat baca ini, dibuktikan dengan indeks membaca masyarakat Indonesia hanya

0,001 (dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang masih memiliki minat baca

tinggi). Survey selanjutnya, pada tahun 2012 Indonesia menempati posisi 124 dari

(24)

terpenuhinya kebutuhan dasar penduduk, termasuk kebutuhan pendidikan, kesehatan

dan ‗melek huruf‘. Indonesia sebagai negara berpenduduk 165,7 juta jiwa lebih,

hanya memiliki jumlah terbitan buku sebanyak 50 juta per tahun. Itu artinya, rata-rata

satu buku di Indonesia dibaca oleh lima orang (Mardiah,

bpsdmkp.kkp.go.id/apps/perpustakaan/, 1/03/16).

Sejalan dengan penjelasan di atas, data yang didapat oleh PIRLS (Progress in

International Reading Literacy Study) pada tahun 2006 yang menguji kemampuan membaca siswa Indonesia pada kelas empat sekolah dasar menunjukkan bahwa

Indonesia hanya mampu menduduki posisi 41 dari 45 di antara negara-negara peserta

lainnya. Indonesia didapati memiliki skor rata-rata 405 (skor rata-rata

internasional=500, dengan standar deviasi=100) dikutip dari Swediati, Nonny dan

Untorodewo, Felicia N (2009: 2).

Sesuai dengan penjelasan di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa

budaya baca memang belum menjadi budaya bangsa indonesia. Jadi, tidak

mengherankan bila Indonesia kurang memiliki sumber daya manusia yang baik

karena rendahnya minat baca. Minat baca juga dapat menentukan kualitas sumber

daya manusia. Bukti penelitian di atas dapat menjadi acuan bagi kita, bahwa memang

saat ini kualitas membaca siswa masih sangat kurang.

Kemampuan membaca juga dapat dilatih dengan kebiasaan membaca. Siswa

yang kurang gemar membaca kemungkinan tidak akan terlalu kesulitan dalam

memahami suatu bacaan pada saat menemukan kosakata yang belum pernah ia baca

(25)

3

biasanya lebih banyak daripada kosakata lisan, dan penulis kerap memamerkan

kosakata mereka. Pembaca yang biasa-biasa saja biasanya bukan tandingan untuk ahli

kata-kata yang kerap berpendidikan lebih baik, dan mereka tidak selalu mengerti apa

yang mereka baca.

Selain pelajaran bahasa Indonesia yang memiliki kegiatan membaca, pelajaran

lain pun memiliki kegiatan membaca yang cukup banyak, contohnya pelajaran

Sejarah. Berdasarkan artikel berjudul ―Kualitas Penyajian Buku Teks Pelajaran

Sejarah SMA 1975-2008‖ dalam Jurnal Pendidikan, disebutkan bahwa sebuah buku teks pelajaran harus mengajak siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan siswa

dalam berpikir kritis (Purwanta, 2012: 215). Penjelasan tersebut menegaskan bahwa

pembaca tetap harus memiliki kemampuan berpikir kritis dalam membaca. Membaca

kritis menurut Soedarso (2000: 72) ialah pembaca mengahargai pendapat penulis,

mengevaluasi tekniknya, pertimbangannya, dan menguji alasannya dengan alasan

yang logis, dengan interpretasi yang berdasar. Untuk itu, kemampuan membaca kritis

perlu ditingkatkan salah satunya agar kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat

meningkat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Solang (2008: 37) dalam artikel

yang berjudul ―Latihan Keterampilan Intelektual dan Kemampuan Pemecahan

Masalah Secara Kreatif‖ disebutkan bahwa keterampilan berpikir yang dibingkai teori

inteligensi triarthic berupa latihan keterampilan berpikir analistik, sintetik, dan praktikal, dapat dirajutkan ke dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dalam konten

(26)

memecahkan permasalahan yang terkandung dalam bacaan, yang memicu keberanian

siswa mengungkapkan gagasannya yang bersifat orisinal, baru, dan berguna baik bagi

dirinya maupun orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan membaca

seseorang dapat mengembangkan keterampilan berpikirnya untuk memecahkan

masalah dan mengungkapkan gagasanya. Dengan kata lain seseorang juga dapat

mengungkapkan pemikiran kritisnya dari membaca.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti memutuskan untuk meneliti faktor

kemampuan membaca kritis siswa yang dilihat dari pengamatan selama kegiatan

belajar mengajar, kuesioner, serta wawancara. Sebelum itu, peneliti akan terlebih

dahulu meneliti kemampuan membaca kritis siswa. Peneliti merasa bahwa siswa

perlu memiliki pengalaman membaca yang lebih karena akan menghadapi Ujian

Nasional lebih kurang satu tahun lagi, maka siswa perlu melatih kemampuan

membaca sekaligus berpikir kritisnya agar siswa lebih kritis dan mudah

mengungkapkan gagasan yang ada dipikirannya. Untuk itu, peneliti menentukan

judul penelitian ini adalah ―Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI

MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016‖.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, rumusan masalah yang

diangkat ialah:

1. Bagaimanakah kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2

(27)

5

2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi kemampuan membaca kritis

pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul,

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016?

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah, maka pembatasan masalah ini ialah:

1. Melihat sejauh mana kemampuan membaca kritis siswa.

2. Melihat faktor yang memengaruhi kemampuan membaca kritis siswa.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian ini ialah:

1. Mengetahui kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di

SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Mengetahui faktor yang memengaruhi kemampuan membaca kritis pada

siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta

Tahun Ajaran 2015/2016.

1.5 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan paparan di atas, untuk itu manfaat penelitian ini antara lain:

a. Guru: Dapat mengetahui faktor kemampuan membaca kritis. Guru dapat

mencari alternatif lain agar proses membaca kritis dapat terlaksana dengan

baik. Guru dapat mengembangkan proses pembelajaran dengan

mengedepankan kemampuan membaca kritis siswa.

b. Siswa: Dapat mengembangkan kemampuan membaca kritis agar materi

(28)

memahami suatu bacaan bila menguasai keterampilan membaca, khususnya

membaca kritis.

c. Peneliti lain: Meneliti kembali faktor apa saja yang memengaruhi kemampuan

membaca kritis dan mengembangkannya. Peneliti berharap agar peneliti lain

dapat mengembangkan materi pembelajaran agar kemampuan membaca kritis

pada siswa dapat meningkat, serta terus mengembangkan budaya baca yang

(29)

7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan saya teliti ialah skripsi

dari Mahasiswa PBSI angkatan 2010 dengan nama Maulida Reswari, skripsi dari Ni

Komang Ayu Rustari, dan juga skripsi dari Mahasiwa PBSI angakatan 2011 dengan

nama Rugi Astutik.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Maulida Reswari berjudul

―Kemampuan Membaca Kritis Siswa SMA N 1 Sentolo Kelas X Melalui Pendekatan

Scientific (Ilmiah) Tahun Ajaran 2014/2015‖. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen kuasi.

Populasinya ialah seluruh siswa kelas X SMA N 1 Sentolo, dengan sampel yaitu

kelas X MIA 1. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa kemampuan membaca siswa

SMA N 1 Sentolo meningkat setelah dilakukan treatment yang berbeda dari biasanya.

Pendekatan scientific dapat dijadikan alternatif pembelajaran agar pembelajaran dapat

berjalan dengan lebih baik.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Ni Komang Ayu Rustari berjudul

―Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Kritis Siswa Kelompok Ilmiah Remaja

SMA (SLUA) Saraswati 1 Denpasar Melalui Penyusunan Peta Konsep‖. Penelitian

ini merupakan penelitian praeksperimental design, karena dalam penelitian ini tidak

terdapat variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. Ada satu kelompok

(30)

siswa Lab SMA SLUA Saraswati 1 Denpasar, dengan sampel yang diambil

menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu sampel yang dipilih diberi pertimbangan terlebih dahulu. Penelitian ini menjelaskan bahwa kegiatan menyusun

peta konsep melalui buku lanskap meningkatkan kemampuan membaca kritis siswa

SMA (SLUA), dengan terdapat perbedaan kinerja kelompok dalam menyusun peta

antara kelompok satu dan kelompok lain.

Penelitian yang ketiga, yaitu skripsi dari Rugi Astutik yang berjudul ―Strategi

Pembelajaran Kemampuan Membaca Kritis Bedasarkan Faktor Membaca dan Hasil

Tes Kemampuan Membaca Kritis pada Mahasiswa Semester VI Kelas A Program

Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta‖.

Penelitian ini menitikberatkan pada kemampuan membaca kritis berdasarkan faktor

membaca dan tes kemampuan membaca. Penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik

kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitiannya, kemampuan membaca kritis mahasiswa

PBSI Universitas Sanata Dharma termasuk kategori kurang, karena hanya terdapat 11

mahasiswa yang menjawab benar antara 22-29 soal. Mahasiswa yang menjawab soal

benar antara 22-29 soal, termasuk dalam kategori cukup. Mahasiswa hanya memiliki

dua aspek kemampuan membaca kritis, yaitu kemampuan menerapkan

konsep-konsep dan membuat kesimpulan. Terdapat lima aspek kemampuan membaca

mahasiswa yang belum dapat dicapai yaitu kemampuan mengenali dan mengingat,

memahami isi bacaan, menganalisis, menilai, dan memproduski. Kategori kurang

(31)

9

kesehatan yang tidak baik mempersulit mahasiswa dalam membaca, mahasiswa

hanya membaca jenis bacaan tertentu, mahasiswa tidak menyiapkan waktu yang tepat

untuk membaca, mahasiswa sangat kesulitan mengahadapi faktor teks, pengaruh

budaya lisan, dan media elektronik khususnya televisi tinggi.

Dilihat dari penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa (a) kemampuan

membaca pelajar masih rendah, (b) pendekatan pembelajaran dapat menjadi alternatif

untuk meningkatkan kemampuan membaca kritis, (c) penggunaan media dapat

meningkatkan kemampuan membaca kritis, serta (d) kebiasaan membaca belum

tumbuh sempurna dalam diri pelajar.

Melalui penelitian yang sudah dijabarkan di atas, dan juga beberapa simpulan

yang sudah dibuat, penelitian ini merupakan penelitian baru, yaitu penelitian yang

menitikberatkan pada faktor kemampuan membaca kritis siswa. Penelitian yang akan

dilaksanakan di SMA N 1 Kasihan ini akan menggunakan teknik pengumpulan data

observasi, kuesioner, tes, dan wawancara. Tes digunakan untuk melihat kemampuan

membaca kritis siswa, sedangkan observasi, kuesioner dan wawancara digunakan

untuk menentukan faktor kemampuan membaca kritis siswa.

2.2Kajian Teoretis 2.2.1 Membaca Kritis

2.2.1.1Pengertian Membaca Kritis

Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana,

penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari

(32)

(2000: 71-72) mengemukakan bahwa membaca kritis adalah cara membaca dengan

melihat motif penulis dan menilainya. Kegiatan membaca kritis memerlukan tiga

aspek, (1) cepat, (2) akurat, dan (3) kritis. Aspek cepat ialah kecepatan dalam

membaca sebuah bacaan. Aspek akurat ialah pembaca mampu menelaah suatu bacaan

berdasarkan tingkat ketidakrelevansian dengan ketidakbenaran. Aspek kritis ialah

pembaca mampu menerima pikiran penulis dari tulisan, kelogisan, kebenaran, atau

menurut realitas, dan menolak yang tidak berdasar dan tidak benar.

Dilihat dari pendapat kedua ahli di atas, kegiatan membaca kritis dapat

dilakukan pada saat pembaca mulai dapat membahas permasalahan bersama penulis

melalui tulisannya. Membaca kritis berarti pembaca mampu menganalisis dan menilai

bacaan tersebut. Kemampuan membaca kritis dapat dilihat dari hasil analisis dan

penilaiannya terhadap suatu bacaan. Membaca kritis berarti membaca dengan

menganalisis tulisan penulis, lalu mengkritisi menilai baik-buruknya suatu bacaan.

Pembaca mengahargai pendapat penulis, mengevaluasi tekniknya, pertimbangannya,

dan menguji alasannya dengan alasan yang logis, dengan interpretasi yang berdasar

(Soedarso, 2000: 72). Untuk itu, pembaca perlu mempunyai latar belakang yang luas

dan pengetahuan yang mendalam.

Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan guna memberikan

respons atas ide-ide yang dituangkan pengarang dalam teks yang ditulisnya.

Berdasarkan pengertian ini, metode membaca kritis adalah serangkaian upaya yang

dilakukan pembaca guna mampu memahami makna tersurat dan makna tersirat yang

(33)

11

dan mengevaluasi tulisan yang disusun penulis dalam teksnya. Dengan demikian,

tujuan metode ini adalah untuk membekali siswa kemampuan (1) memahami makna

yang terkandung dalam bacaan, (2) merespons secara aktif isi bacaan, dan (3)

mengevaluasi isi bacaan (Abidin, 2012: 101-102).

Dilihat dari penjelasan di atas, membaca kritis diharapkan dapat membuat

siswa memahami bacaan. Memahami bacaan yaitu dengan memberikan tanggapan

dari ide-ide yang dituangkan oleh pengarang. Ide-ide yang dituliskan tergantung

dengan jenis bacaan yang ditulis. Jenis bacaan yang ringan akan lebih memudahkan

pembaca dalam memahami bacaan, sedangkan dalam bacaan yang sedikit berat akan

menuntut pembaca untuk memahami bacaan dengan cara menginterpretasi bacaan

yang ada.

Selanjutnya ialah merespons isi bacaan. Pembaca diharapkan dapat

menanggapi bacaan yang ada. Tanggapan dapat berupa kritik, saran, maupun

pengoreksian dari kesalahan suatu bacaan. Selanjutnya ialah mengevaluasi isi bacaan,

mengevaluasi isi bacaan adalah tindak lanjut dari respons pembaca. Evaluasi yang

dimaksud dapat berupa penilaian bacaan secara keseluruhan. Penilaian ini juga harus

dibarengi dengan argumen yang membangun agar penialaian yang dilakukan dapat

terbilang baik.

Untuk mampu mengkritisi bacaan seorang pembaca harus terlebih dahulu

memahami bacaan tersebut (Abidin, 2012: 102). Memiliki kemampuan membaca

kritis merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi agar pembaca mampu

(34)

makna-makna yang terkandung dalam baris-baris bacaan, tetapi membaca untuk

menghasilkan sebuah keputusan dan penilaian atas fakta-fakta yang tersaji dalam

bacaan. Membaca kritis mempersyaratkan kemampuan membaca untuk menghasilkan

ide-ide baru, mengembangkan wawasan baru, dan menggunakan pendekatan yang

lebih segar dan asli dalam menganalisis ide yang ditawarkan penulis.

Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan secara rasional,

kritis, mendalam, disertai keterlibatan pikiran untuk menganalisis bacaan. Di sini,

pembaca akan mencamkan lebih dalam materi yang dibacanya. Seorang pembaca

kritis menggunakan empat cara secara aktif. Keempat hal itu meliputi bertanya

(seolah-olah berdialog dengan teks bacaan), menyimpulkan, menghubungkan satu

keterampilan dengan keterampilan lain, serta menilai ide-ide dalam bacaan (Winarno,

2012: 84). Berarti, pembaca harus mampu berpikir sejalan dengan tulisan pengarang,

menyimpulkan bacaan, memberikan opini pada suatu bacaan, dan menilai isi bacaan.

Dilihat dari beberapa pendapat membaca kritis, pembaca harus mampu

menilai, memilah, dan membentuk opini sendiri atas apa yang sudah dibacanya.

Pembentukan dasar membaca kritis ialah menilai dan memilah. Ketelitian dapat

terlihat dari evaluasi pembaca terhadap suatu tulisan. Dapat disimpulkan bahwa

kegiatan membaca yang dapat disebut membaca kritis ialah kegiatan membaca yang

menitikberatkan pada (1) kecepatan, (2) keakuratan, (3) kekritisan, dengan tujuan

untuk dapat (1) memahami makna yang terkandung dalam bacaan, (2) merespons

(35)

13

2.2.1.2Tujuan Membaca Kritis

Membaca kritis meliputi penggalian lebih mendalam di bawah permukaan,

upaya untuk menemukan bukan hanya keseluruhan kebenaran mengenai apa saja

yang dikatakan, tetapi juga (dan inilah yang telah penting pada masa-masa

selanjutnya) menemukan alasan-alasan mengapa sang penulis mengatakan apa yang

dikatakannya (Tarigan: 2008: 92).

Pada umumnya, membaca kritis menuntut pembaca agar dapat melakukan

kegiatan seperti yang dijelaskan di bawah ini. Berikut tujuan membaca kritis menurut

Tarigan (2008: 93-119):

1) Memahami maksud penulis;

Kebanyakan tulisan memenuhi satu (atau lebih) dari keempat tujuan

umum wacana (discourse) yaitu: memberitahu (to inform), meyakinkan (to

convince), mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade), atau menghibur (to entertain). Jadi, dalam satu bacaan pasti memiliki minimal satu tujuan.

Pembaca dapat menerka tujuan yang ada dalam bacaan sesuai dengan tujuan

yang dituliskan sebelumnya (Tarigan, 2008: 93).

2) Memanfaatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis;

Kemampuan membaca dan berpikir kritis juga menuntut agar kita sadar

akan sikap-sikap serta prasangka-prasangka kita sendiri, dan unsur-unsur lain

dalam latar belakang pribadi kita yang mungkin memengaruhi kegiatan

membaca dan berpikir kita. Misalnya, kalau ayah kita adalah pedangan, atau

(36)

buruh atau serikat pekerja yang akan mencegah pembicaraan kita mengenai

pemogokan yang mengancam dengan suatu cara yang objektif (Tarigan, 2008:

94-95).

3) Memahami organisasi dasar tulisan;

Penyajian seorang penulis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan,

isi, dan kesimpulan. Pada bagian pendahuluan biasanya penulis menulis satu

atau lebih paragraf untuk memperkenalkan subjeknya beserta pendekatan

khusus terhadap tema. Pada bagian isi, penulis biasanya membagi dua, tiga,

atau empat bagian utamanya untuk mengutarakan kasus yang diangkat secara

gamblang. Terakhir yaitu bagian kesimpulan, penulis biasanya menegaskan

kembali bahasan apa saja yang sudah dibahas di bagian isi dengan menuliskan

penutup dan kesimpulan (Tarigan, 2008: 96-97).

4) Dapat menilai penyajian penulis/pengarang;

Pembaca yang kritis harus dapat mendeteksi informasi, logika, bahasa,

kualifikasi, dan sumber informasi yang dipergunakan oleh pengarang yang

ada dalam tulisan. 1) Apakah informasi yang disajikan memiliki keterangan

sumber yang jelas atau tidak? Apakah informasinya sesuai dengan judul atau

tidak? 2) Dari segi logika, apakah penulis gagal membedakan fakta dengan

pendapat? Apakah terdapat analisis dalam argumen-argumennya? 3) Dilihat

dari segi bahasa, apakah penulis menyajikan emosi atau perasaannya di dalam

tulisan? Apakah pilihan-pilihan katanya mencerminkan prasangka-prasangka?

(37)

15

perannya hingga mampu membahas topik yang ditulisnya? 5) Sumber

informasi yang dipakai penulis diambil dari mana? Buku, majalah atau

internet? Pertanyaan yang patut ditanyakan ialah apakah sumber tersebut

dapat dipercaya atau tidak? (Tarigan, 2008: 98-101).

5) Dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari;

Pembaca yang sudah berpengalaman akan tahu pada bagian manakah ia

harus membaca pelan dan membaca cepat. Terdapat tiga penerapan prinsip

dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam media cetak atau koran: 1)

Penyensoran tersembunyi, biasanya tidak semua koran menampilkan

informasi sesuai dengan topik-topik yang terdapat dalam kolom. 2) Pilihan

bahasa, mungkinkah koran-koran yang ada menggunakan kata-kata objektif

atau kata-kata hasil keputusan editorial. 3) Posisi, posisi dan panjangnya suatu

artikel dapat mecerminkan skema nilai pada editor (redaktur), apakah mereka

yang akan memberikan informasi yang benar atau menggunakan berita untuk

kepentingan pribadi (Tarigan, 2008: 104-105).

6) Meningkatkan minat baca, kemampuan baca, dan berpikir kritis;

Meningkatkan minat baca, hanya membutuhkan dua usaha: 1)

Menyediakan waktu untuk membaca, setiap orang dapat menyisihkan

beberapa waktunya untuk membaca agar mendapatkan informasi baru. 2)

Memilih bacaan yang baik, bacaan yang baik ialah bacaan yang sesuai dengan

psikologis pembaca dan juga kebutuhan pembaca. Misalnya, untuk

(38)

7) Mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan;

Prinsip pemilihan bacaan ialah: 1) Buku-buku yang pantas dibaca,

buku yang pantas dibaca ialah buku yang dapat memberikan informasi baru,

sedangkan buku yang tidak dapat memberikan informasi baru ialah bacaan

yang tidak pantas dibaca. 2) Norma-norma kritis, norma-norma kritik yang

dimaksud ialah standar-standar tertentu yang dapat mengukur

kebaikan-kebaikan suatu buku, film, dan lain-lain. Norma-norma yang harus

dipertimbangkan ialah i) Norma-norma estetik, memberikan pengetahuan

apakah buku yang dibaca memiliki kualitas yang membuatnya menjadi karya

seni yang bermanfaat serta dapat menarik perhatian dan hati sanubari kita. ii)

Norma-norma sastra, memberikan pengetahuan bahwa kualitas dan

karakteristik menunutut kebutuhan manusia terhadap keindahan. iii)

Norma-norma moral, memberikan manusia pengetahuan tentang tata krama di

keluarga maupun sekitar (Tarigan, 2008: 108-116).

8) Membaca majalah atau publikasi-publikasi periodik yang serius.

Membaca majalah atau publikasi priodik yang serius dapat

mengembangkan kemampuan membaca kritis kita setelah keluar dari bangku

sekolah. 1) Tingkat-tingkat tuntutan/daya pikat, biasanya bacaan majalah atau

publikasi periodik menerbitkan bacaan sesuai dengan tujuan, menghibur,

memberi informasi, dan lain sebagainya. Banyak juga bagian dari majalah

yang tidak dapat dibaca satu per satu menuntut pembaca agar membaca secara

(39)

17

terhadap suatu bacaan tersebut. 2) Analisis komparatif terhadap dua artikel,

membandingkan dua artikel memiliki kelebihan tersendiri, kita dapat lebih

mudah menilai tulisan manakah yang dirasa mengada-ada dan tulisan

manakah yang ditulis sesuai dengan fakta. Analisis itu dapat dilihat dari

pemikiran pembaca setelah mengikuti alur berpikir penulis masing-masing

tulisan (Tarigan, 2008: 116-119).

2.2.2 Faktor Penentu Kemampuan Membaca

Kemampuan membaca dapat ditentukan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

ini dapat menjadi kelebihan maupun hambatan, tergantung individu masing-masing.

Berikut adalah faktor penentu kemampuan membaca menurut Tampubolon (1987:

242-244 ):

a. Kompetensi Kebahasaan

Penguasaan bahasa secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosa

kata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan

pengelompokan kata. Afiksasi dalam bahasa Indonesia memegang peranan

yang sangat penting, oleh karena itu bagian tata bahasa ini perlu dikuasai

benar-benar.

b. Kemampuan Mata

Keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang

efisien. Gerakan-gerakan yang dimaksud ialah sakade, fiksasi, lompatan

(40)

c. Penentuan Informasi Fokus:

Menentukan lebih dahulu informasi yang diperlukan sebelum mulai

membaca pada umumnya dapat meningkatkan efisiensi membaca.

1) Informasi fokus dalam kalimat ialah proposisi dan kata-kata kunci.

2) Dalam paragraf, informasi fokus ialah pikiran pokok yang terkandung

dalam kalimat topik dan (bila perlu) pikiran jabaran yang terkandung

dalam kalimat-kalimat jabaran. Informasi fokus terkandung dalam

kalimat-kalimat jabaran. Informasi fokus dapat juga merupakan pengertian

keseluruhan paragraf, yaitu jalinan hubungan pikiran pokok dan

pikiran-pikiran jabaran.

3) Dalam artikel, informasi fokus ialah pikiran pokok dan pikiran-pikiran

jabaran (bila perlu). Pikiran pokok dapat diduga berdasarkan isi judul dan

paragraf atau paragraf-paragraf pendahuluan. Informasi fokus dapat juga

merupakan pengertian keseluruhan artikel, yaitu, jaringan hubungan antara

pikiran-pikiran keseluruhan paragraf.

4) Dalam surat kabar, informasi fokus adalah fakta (siapa, apa, di mana,

apabila, dan mengapa) dan opini. Fakta-fakta pada umumnya terdapat

dalam paragraf atau paragraf-paragraf pendahuluan berita. Opini terdapat

dalam tajuk rencana, pojok, komentar, dan karikatur yang ditulis atau

dibuat oleh redaksi, serta dalam tulisan-tulisan (karangan-karangan) orang

lain yang dimuat dalam surat kabar bersangkutan. Isi iklan juga menjadi

(41)

19

5) Informasi fokus dalam buku ialah pikiran pokok dan pikiran-pikiran

jabaran (bila perlu). Pikiran pokok dapat diduga berdasarkan judul, daftar

isi, dan isi pendahuluan. Informasi fokus dapat juga merupakan pengertian

keseluruhan isi buku, yaitu, jaringan hubungan antara

pengertian-pengertian semua bab dan bagian-bagiannya.

6) Infomasi fokus juga dapat berupa informasi tertentu yang bersifat khusus

dan umum yang dapat ditemukan dalam bagian tertentu dari suatu bacaan,

tanpa membaca bagian-bagian lain. Pengertian suatu istilah, misalnya,

adalah informasi khusus yang dapat ditemukan dalam bagian tertentu dari

suatu buku, dengan melihat indeks buku terlebih dahulu. Informasi umum

tentang berita-berita surat kabar dapat ditemukan dengan hanya

membaca-layap judul-judul berita utama.

7) Jika bacaan diikuti oleh pertanyaan, maka

pertanyaan-pertanyaan itu dapat juga merupakan informasi fokus. Oleh sebab itu,

sebelum mulai membaca, sebaiknya pertanyaan-pertanyaan itu dibaca

lebih dahulu dan sedapat mungkin diingat, sehingga pikiran dapat

ditujukan pada penemuan jawaban pertanyaan-pertanyaan itu.

8) Khusus dalam hal membaca teks ujian dan pertanyaan-pertanyaan, dapat

juga dilakukan sebagai berikut: pertanyaan-pertama (sebagai infomasi

fokus) dibaca dulu, kemudian teksnya dibaca sampai jawaban pertanyaan

itu ditemukan. Demikianlah dilakukan dengan setiap pertanyaan lainnya.

(42)

sehingga tak mungkin diingat. Di samping itu, ujian bukan lagi merupakan

latihan kemampuan membaca yang jumlah kata dan waktu membaca harus

dihitung.

d. Teknik-teknik dan Metode-metode Membaca:

Cara-cara membaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan

informasi fokus yang diperlukan. Teknik-teknik yang umum ialah: baca-pilih,

baca-lompat, baca-layap, dan baca-tatap. Di samping itu, dalam membaca

untuk studi, ada dua metode yang biasanya dipergunakan, yaitu, CATU (Cari,

Tulis kembali, Uji) dan SURTABAKU (Survei, Tanya, Baca, Katakan,

Ulang).

e. Fleksibilitas Membaca

Kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi-baca.

Strategi membaca ialah teknik dan metode membaca, kecepatan membaca dan

gaya membaca (santai, serius, dengan konsentrasi, dan lain-lain). Kondisi

baca ialah tujuan membaca informasi fokus, dan materi bacaan dalam arti

keterbacaan.

f. Kebiasaan Membaca

Minat (keinginan, kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca

yang baik dan efisien, yang telah berkembang dan membudaya secara

maksimal dalam diri seseorang.

Jika faktor-faktor di atas telah dipahami dan dikuasai (dalam arti teoretis dan

(43)

21

yang maksimal. Dengan demikian, dapat juga dikatakan bahwa tujuan pelajaran

membaca lanjut (dalam hal ini yang dimaksud ialah di lembaga-lembaga pendidikan

formal) ialah membina dan mengembangkan penguasaan atas keenam faktor tersebut

oleh setiap siswa atau mahasiswa hingga taraf semaksimal mungkin. Selain di

pendidikan formal, setiap orang dapat juga membina dan mengembangkan

faktor-faktor tersebut dalam dirinya sendiri, setelah memahami informasi-informasi yang

ada, asal ada kemauan dan disiplin diri.

Oleh karena itu, membaca ialah kegiatan yang sangat penting bagi

pengembangan kognitif manusia. Membaca membantu otak bekerja dengan sempurna,

otak yang difungsikan untuk dapat berpikir dan menyerap informasi akan bekerja

secara aktif. Tekad adalah salah satu penentu kemampuan membaca kritis.

Pendidikan tinggi saja belum dapat menentukan apakah seseorang itu memiliki

keterampilan membaca kritis.

Berbeda halnya dengan Tampubolon, Lamb dan Arnold (1976) (dalam Rahim

2007: 16) membagi faktor yang memengaruhi kemampuan membaca dalam beberapa

faktor, yaitu fisiologis, intelektual, lingkungan, dan psikologis.

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologi mencakup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis,

dan jenis kelamin. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat

penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Anak yang

memiliki gangguan berbicara dan pendengaran akan sulit terdeteksi. Namun,

(44)

menggosok-gosok matanya, menggososk mata ialah salah satu indikasi bahwa

anak terganggu dalam hal membaca, misalnya buram, remang-remang, dan

lain sebagainya.

b. Faktor Intelektual

Menurut Wechster (Harris dan Sipay, 1980, dalam Rahim, 2007: 17)

mengemukakan bahwa inteligensi ialah kemampuan global individu untuk

bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif

terhadap lingkungan. Walaupun inteligensi berpengaruh, namun banyak ahli

berpendapat bahwa inteligensi tidak sepenuhnya memengaruhi kemampuan

membaca. Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru juga

ikut memengaruhi kemampuan membaca anak.

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan mencakup (1) Latar belakang dan pengalaman

siswa di rumah, dan (2) Sosial ekonomi keluarga siswa.

(1) Latar Belakang dan Pengalaman Siswa di Rumah

Rubin (1993, dalam Rahim, 2007: 18) mengemukakan bahwa orangtua

yang hangat, berdemokratis, bisa mengarahkan anak-anak mereka pada

kegiatan yang berorientasi pendidikan, suka menantang anak untuk

berpikir, dan suka mendorong anak untuk mandiri merupakan orangtua

yang memiliki sikap yang dibutuhkan anak sebagai persiapan yang baik

untuk belajar di sekolah. Selanjutnya dijelaskan bahwa, orangtua yang

(45)

anak-23

anak mereka belajar, dapat memacu sikap positif anak terhadap belajar,

khususnya belajar membaca. Jadi, kemampuan membaca juga dipengaruhi

oleh lingkungan di sekitar rumah.

(2) Faktor Sosial Ekonomi

Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan

faktor yang membentuk lingkungan rumah siswa. Beberapa peneliti

memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa memengaruhi

kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa

semakin tinggi kemampuan verbal siswa. Selanjutnya dijelaskan bahwa,

anak-anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan

membaca, dalam lingkungan yang penuh dengan bahan bacaan yang

beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi (Craley &

Mountain, 1995 dalam Rahim, 2007: 19).

d. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yang memengaruhi kemampuan membaca ialah (1)

motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.

(1) Motivasi

Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Crawley dan

Mountain (1995 dalam Rahim, 2007: 20) mengemukakan bahwa motivasi

ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu

kegiatan. Motivasi belajar memengaruhi minat dan hasil belajar siswa.

(46)

salah satu fakor yang sangat penting bagi kesuksesan belajar ialah

motivasi, keinginan, dorongan, dan minat yang terus-menerus untuk

mengerjakan suatu pekerjaan. Oleh karena itu, guru dapat berperan aktif

dalam memotivasi siswa agar siswa lebih giat dalam membaca.

(2) Minat

Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang

untuk membaca. Orang yang mempunyai minat membaca yang kuat akan

diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat bahan bacaan dan

kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri. Frymeir (Crawley dan

Mountain, 1995 dalam Rahim, 2007: 28) mengidentifikasi tujuh faktor

yang memengaruhi perkembangan minat anak. Faktor-faktor itu ialah: a)

pengalaman sebelumnya, b) konsepsinya tentang diri, c) nilai-nilai, d)

mata pelajaran yang bermakna, e) tingkat keterlibatan tekanan, dan f)

kekompleksitasan materi pelajaran.

(3) Kematangan Sosio dan Emosi serta Penyesuaian Diri

Ada tiga aspek kematangan emosi dan sosial, yaitu (1) stabilitas emosi,

(2) kepercayaan diri, dan (3) kemampuan berpartisipasi dalam kelompok.

Anak-anak biasanya selalu mudah marah, mudah emosi, dan kurang dapat

mengontrol diri. Anak-anak yang dapat mengontrol emosinya akan lebih

mudah memusatkan perhatiannya pada teks bacaan. Percaya diri juga

patut dibina, agar siswa mampu bekerja secara mandiri dalam

(47)

25

Kemampuan berpartisipasi dalam kelompok ialah gabungan dari

pengontrolan emosi dan percaya diri anak. Anak yang dapat mengontrol

emosi dan memiliki rasa percaya diri yang cukup akan lebih mudah untuk

bergabung dalam kelompok.

Sejalan dengan Tampubolon, Lamb dan Arnold, Pujiono (2008: 4) juga

membagi faktor kemampuan membaca menjadi dua faktor, yaitu internal dan

eksternal. Faktor internal berkaitan dengan motivasi, pengetahuan/pengalaman,

ketertarikan, kebermanfaatan, dan kesehatan. Untuk faktor eksternal yaitu terkait

dengan lingkungan, seperti suasana, cahaya, suara, waktu, dan ruangan. Selain itu,

ada juga faktor eskternal yang berkaitan dengan teks yaitu pada bahasa, pilihan kata,

setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi bacaan.

Berdasarkan penjelasan dari Tampubolon, Lamb dan Arnold, serta Pujiono,

disimpulkan bahwa faktor penentu kemampuan membaca dapat mencakup:

a. Faktor internal

1) Kompetensi kebahasaan.

2) Kemampuan mata.

3) Penentuan informasi fokus.

4) Fleksibelitas membaca.

5) Kebiasaan membaca.

6) Fisiologis.

(48)

8) Psikologis: motivasi, minat, dan kematangan sosio dan emosi serta

penyesuaian diri.

9) Pengetahuan/pengalaman.

10)Kebermanfaatan.

b. Faktor eksternal

1) Teknik-teknik dan metode-metode membaca.

2) Faktor Lingkungan: latar belakang dan pengalaman siswa di rumah dan

Faktor sosial ekonomi.

3) Berkaitan dengan teks: bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis, keterbatasan, dan isi bacaan.

(49)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kuantitatif-kualitatif. Metode

kuantitatif ialah metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah

ilmiah yaitu konkret/empiris, objektif, terukur, rasional, dan sistematis (Sugiyono,

2012: 7). Metode kualitatif disebut metode interpretative karena data hasil penelitian

lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan

(Sugiyono, 2012: 7-8). Deskriptif ialah melakukan analisis hanya sampai pada taraf

deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat

lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. (Azwar, 2012: 5-6).

Metode kuantitatif disebut kuantitatif karena data penelitian berupa

angka-angka dan analisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2012: 7). Creswell (1998 dalam

Noor, 2011:34) menyatakan penelitian kualitatif sebagai suatu gambaran kompleks,

meneliti kata-kata, laporan terisi dari pandangan responden, dan melakukan studi

pada situasi yang alami. Penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat deskriptif

dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Jadi,

kuantitatif-kualitatif ialah metode penelitian yang menggabungkan antara analisis data berupa

statistik dengan analisis data berupa simpulan akhir dari fenomena yang diamati.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu

kondisi atau fenomena tertentu, tidak memilah-milah atau mencari faktor-faktor atau

(50)

memberikan informasi hanya mengenai data yang diamati dan tidak bertujuan

menguji hipotesis serta menarik kesimpulan yang digeneralisasikan terhadap populasi.

Tujuan analisa deskriptif hanya menyajikan dan menganalisa data agar bermakna dan

komunikatif (Purwanto, 2007: 94).

Jadi, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif-kualitatif untuk

menentukan faktor kemampuan membaca kritis pada kelas XI MIA 2 di SMA Negeri

1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dengan menggunakan

statistik dan interpretasi sebagai analisis datanya. Selain itu, peneliti juga

menggunakan deskripsi untuk menganalisis data dengan kata-kata agar lebih mudah

dipahami.

3.2Sumber Data dan Data

Populasi adalah sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Prastowo, 2014: 44-45). Lalu, luas

sampel yang ada pada penelitian ini ialah sama dengan populasi dari data. Sumber

data penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul,

Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Sekolah yang beralamat di Jl. Bugisan Selatan,

Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta ini menjadi sumber data penelitian ini,

khususnya kelas XI MIA 2.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Koentjaraningrat (1990, dalam Zulganef, 2008: 159) data adalah

(51)

29

catatan mengenai perhitungan-perhitungan jumlah dan frekuensi-frekuensi kegiatan

sosial, catatan mengenai pengukuran-pengukuran bidang, volume, dan intensitas

benda dan aktivitas kebudayaan, catatan-catatan kutipan dari bahan dokumen, dan

surat kabar. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan

pengamatan atau observasi, membagikan kuesioner, memberikan tes, dan wawancara.

Pengumpulan data ini berguna untuk melihat kemampuan membaca kritis dan faktor

kemampuan membaca kritis siswa. Berikut ialah tabel metode pengumpulan data.

Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data

No. Metode Pengumpulan Data

Data yang Akan Dikumpulkan 1. Observasi Proses pembelajaran yang memengaruhi

kemampuan membaca kritis, serta melihat faktor kemampuan membaca kritis.

2. Kuesioner Faktor eksternal dan faktor internal yang memengaruhi kemampuan membaca kritis. 3. Tes Kemampuan membaca kritis siswa.

4. Wawancara Kegiatan siswa dalam membaca untuk melihat faktor kemampuan membaca kritis siswa.

3.4 Instrumen

Jenis dan banyaknya instrumen yang disusun disesuaikan dengan keperluan

pengumpulan data (Arikunto, 1988: 47). Instrumen penelitian ini berupa tes dan

nontes. Instrumen tes digunakan untuk menentukan kemampuan membaca kritis

siswa, sedangkan nontes berupa observasi, kuesioner, dan wawancara untuk

(52)

1. Pengamatan (observasi) merupakan cara untuk mendapatkan informasi

dengan cara mengamati objek secara cermat dan terencana (Nurgiyantoro,

2013: 93). Observasi atau pengamatan yang dilakukan ialah mengamati

sejauh mana kemampuan membaca kritis siswa selama proses

pembelajaran. Selain kegiatan dalam membaca kritis, peneliti juga

mengobservasi bagaimana kegiatan pramembaca yang dilakukan oleh

guru, apakah mampu membangkitkan keingintahuan siswa dalam aspek

membaca atau tidak. Adapun kisi-kisi observasi dapat dilihat pada

Lampiran 1.

2. Kuesioner (Questionnaire) atau angket, merupakan serangkaian (daftar)

pernyataan tertulis yang ditujukan kepada peserta didik (dalam penelitian:

responden) mengenai masalah-masalah tertentu, yang bertujuan untuk

mendapatkan tanggapan dari peserta didik (responden) tersebut

(Nurgiyantoro, 2013: 91). Kuesioner atau angket yang diberikan akan

menentukan faktor kemampuan membaca siswa. Kuesioner berupa

beberapa pernyataan menyangkut kegiatan membaca dan kemampuan

membaca siswa. Pernyataan diisi sesuai dengan perintah dalam kuesioner

yang dibagikan. Adapun kisi-kisi kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 2.

3. Tes merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk

mengukur suatu sampel tingkah laku, misalnya untuk menjawab

pertanyaan ―seberapa baik (tinggi) kinerja seseorang‖ yang jawabannya

(53)

31

yang diberikan pada siswa ialah berupa tes membaca, yaitu membaca

kritis. Tes ini menggunakan uji coba terpakai, artinya responden uji coba

termasuk dalam uji coba sesungguhnya. Siswa diminta untuk menjawab

pertanyaan yang sudah disediakan dengan sebaik-baiknya. Tes ini akan

menentukan kemampuan membaca kritis pada siswa. Adapun kisi-kisi tes

dapat dilihat pada Lampiran 3.

4. Wawancara (interview, interviu) merupakan suatu cara yang dipergunakan

untuk mendapatkan informasi dari responden (peserta didik, orang yang

diwawancarai) dengan melakukan tanya jawab sepihak (Nurgiyantoro,

2013: 97). Tipe wawancara yang dipakai ialah wawancara bebas terpimpin.

Artinya, responden diberi kebebasan menjawab sesuai dengan

pendapatnya, namun responden tetap menjawab sesuai dengan pertanyaan

yang sudah disediakan. Wawancara yang dilakukan untuk menentukan

faktor kemampuan membaca kritis siswa. Pertanyaan yang akan

ditanyakan sesuai dengan instrumen pertanyaan yang sudah disediakan.

Pertanyaan yang disediakan oleh peneliti sebagai bahan acuan dan sumber

dapat bercerita tentang pengalamannya dalam membaca dengan tetap pada

jalur pertanyaan yang sudah dibuat peneliti. Adapun kisi-kisi wawancara

(54)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini yaitu

dengan mendeskripsikan observasi yang dilakukan, menghitung jumlah kuesioner

berdasarkan skala Likert, hasil tes kemampuan membaca kritis dihitung

menggunakan ITK (Indeks Tingkat Kesulitan) soal, dan hasil wawancara

menggunakan deskriptif.

3.5.1 Observasi

Teknik analisis data observasi ini termasuk observasi terstruktur. Dalam

pengamatan berstruktur, kegiatan pengamatan, telah diatur dan dibatasi dengan

kerangkan kerja tertentu yang telah disusun secara sistematis. Isi, maksud, atau hal

apa saja yang diamati telah ditetapkan dan dibatasi (Nurgiyantoro, 2013: 93).

Komponen yang dinilai nanti akan diberi tanda (√) pada bagian ―Tampak‖ atau

―Tidak Tampak‖. Observasi dilakukan untuk melihat kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan guru maupun siswa.

3.5.2 Kuesioner

Teknik analisis data kuesioner ini dilakukan dengan cara menjumlahkan tanda

(√) pada setiap butir pernyataan kuesioner. Setiap aspek pedoman kuesioner berisi

pernyataan yang merujuk pada kegiatan membaca dan aspek membaca lainnya.

Jumlah butir penyataan pada kuesioner ini sebanyak 30 butir. Kuesioner akan

dihitung dengan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

(55)

33

(Riduwan, 2013: 15). Kuesioner yang dibagikan menggunakan kuesioner lima pilihan,

1, 2, 3, 4, 5.

Sangat Setuju (SS) = 5 Setuju (S) = 4 Netral (N) = 3 Tidak Setuju (TS) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Penghitungan skor, dihitung seperti berikut.

Total responden yang menjawab X Skor butir pernyataan

Jumlah skor ideal = jumlah responden X 5 (skor) = 30 X 5 = 150 (SS) Jumlah skor rendah= jumlah responden X 1 (skor) = 30 X 1 = 30 (STS)

Melalui persentase, skor dapat dilihat seperti ini.

20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat

Selain itu, ditentukan juga kriteria skor pada skala Likert.

Tabel 3.2 Kriteria Skor

Kriteria interpretasi skor

Angka 0%-20% = Sangat Lemah Angka 20%-40% = Lemah

Angka 40%-60% = Cukup Angka 60%-80% = Kuat

Angka 80%-100% = Sangat Kuat

Penentuan persentase skor per butir soal, yaitu:

(56)

3.5.3 Tes

Teknik analisis data tes dilakukan dengan menggunakan Indeks Tingkat

Kesulitan soal. Tingkat kesulitan (item difficulty) adalah pernyataan tentang seberapa

mudah atau sulit butir soal bagi peserta didik yang dikenai pengukuran (Oller, 1979:

246 dalam Nurgiantoro, 2013: 194). Butir soal yang baik adalah yang tingkat

kesulitannya cukupan, tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit. Butir soal yang

terlalu mudah atau sulit sama tidak baiknya karena keduanya tidak dapat

mencerminkan capaian hasil pembelajaran yang dilakukan karena baik siswa

kelompok tinggi maupun rendah sama-sama berhasil atau gagal.

Oller (1979: 247 dalam Nurgiantoro, 2013: 195) mengemukakan bahwa

semua butir soal dinyatakan layak jika indeks tingkat kesulitannya berkisar antara

0,15 sampai dengan 0,85. Indeks yang di luar itu berarti butir soal terlalu mudah atau

sulit, maka ia perlu direvisi atau diganti. Maksudnya di sini, apabila ITK < 0,15 maka

berarti soal tersebut terlalu sulit sedangkan apabila ITK > 0,85 berarti soal sangat

mudah. Oleh karena itu, perlu direvisi atau diganti. Namun, rentangan interval

tersebut masih terlalu luas, lagi pula indeks 0,15 dan 0,85 juga masih terlihat ekstrem

sulit dan mudah. Maka, ITK yang dapat ditoleransi adalah yang berkisar antara

0,20—0,80 (Nurgiantoro, 2009). ITK 0,00—0,19 adalah butir soal yang berkategori:

sulit dan 0,81—1,00 berpredikat: mudah.

Untuk memudahkan menghitung ITK, peneliti menggunakan rumus yang

diambil dari Nurgiantoro (2013: 1995). Rumus yang digunakan ialah menjumlahkan

(57)

35

ITK

Keterangan:

ITK = Indeks Tingkat Kesulitan FK = Total jawaban benar N = Jumlah peserta tes

Selain itu, untuk melihat hasil rata-rata tes membaca siswa dapat dilihat

menggunakan rumus yang diambil dari Nurgiantoro (2013: 219).

X =

Keterangan:

X = Rata-rata hitung (Mean) = Total nilai peserta tes N = Jumlah peserta tes

Untuk mengetahui penentuan kriteria acuan, peneliti menggunakan skala

empat (1-4 atau D-A) milik Nurgiyantoro (2009: 252-253).

Tabel 3.3 Kriteria Acuan Ketuntasan Siswa

Interval

Selain menjumlahkan hasil kemampuan membaca kritis siswa, peneliti juga

Gambar

Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data
Tabel 3.2 Kriteria Skor
Tabel 3.3 Kriteria Acuan Ketuntasan Siswa
Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Skor Tes Kemampuan Membaca Kritis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu, pemikiran dan kelembagaan pendidikan Islam haruslah dimodernisasi, sederhananya harus disesuaikan dengan modernitas, mempertahankan kelembagam Islam tradisional

Akan diproses apabila PT Commonwealth Life telah menerima Formulir Perubahan Polis beserta Premi (jika ada) dan kelengkapan dokumen yang diperlukan serta biaya yang telah di

Penelitian ini dilakukan untuk melihat insidensi kanker laring di RS Immanuel periode 1994-2000, dan liasilnya diharapkan dapat berguna untuk. memberikan

1) Informasi kelompok sasaran akan mendapatkan informasi tentang obyek yang akan dikunjungi. 2) Rencana kegiatan pelaksanaan program akan dijelaskan pada suatu pusat pengunjung

(1) Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPTPD yang telah disampaikan, dengan menyampaikan surat pernyataan tertulis kepada

Batasan lain yang digunakan pada penelitian ini adalah bahwa debit air yang dihasilkan oleh mata air Clikutuk dan tingkat pertumbuhan penduduk Desa Sunyalangu dan

Universitas Negeri

Korelasi antara persepsi tentang susu di kalangan warga perumahan dan perkampungan, korelasi antara perilaku konsumsi susu dengan lingkungan responden dikalangan warga