• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

4.1.2 Faktor Kemampuan Membaca Kritis

4.1.2.2.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal dalam kuesioner minat baca terdapat empat aspek, yaitu (1) suasana lingkungan, (2) faktor lingkungan: latar belakang sosial ekonomi, (3) berkaitan dengan teks, dan (4) jadwal baca. Di bawah ini terdapat hasil perhitungan pada setiap aspek kuesioner minat baca faktor eksternal.

4.1.2.2.2.1 Suasana Lingkungan: Pencahayaan Ruangan yang Kurang Memadai Suasana lingkungan khusunya cahaya menjadi kendala bagi kemampuan membaca kritis. Pada aspek ini terdapat dua pernyataan, yaitu (1) Saya membaca hanya pada siang hari karena pencahayaannya yang bagus dan (2) Walaupun sudah ada lampu yang menerangi, saya tetap kesulitan membaca karena kurang cahaya. Berdasarkan data yang sudah diolah, aspek ini kurang memengaruhi kemampuan membaca kritis. Untuk mengetahui bagaimana perhitungannya, silakan lihat tabel di bawah ini.

Tabel 4.22 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Suasana Lingkungan

No. Pernyataan Rentang Skor

1 (STS) 2 (TS) 3 (N) 4 (S) 5 (SS) 1. Saya membaca hanya pada siang hari

karena pencahayaannya yang bagus

1 12 13 0 0 2. Walaupun sudah ada lampu yang

menerangi, saya tetap kesulitan membaca karena kurang cahaya

3 18 4 1 0

Jumlah skor No.1 ialah 64/130 X 100% = 49,23%

Setelah mengetahui hasil kuesioner berdasarkan faktor internal, maka saat ini peneliti akan membahas hasil kuesioner faktor eksternal. Aspek dalam faktor eksternal yang pertama ialah aspek suasana lingkungan: pencahayaan ruangan yang kurang memadai. Terdapat dua pernyataan dalam aspek tersebut, pernyataan pertama

ialah ―Saya membaca hanya pada siang hari karena pencahayaannya yang bagus‖.

Berdasarkan hasil yang didapat, tak ada satu pun siswa yang memilih sangat setuju maupun setuju, hanya ada 12 siswa yang memilih tidak setuju dan 1 siswa yang memilih sangat tidak setuju. Artinya, sebanyak 13 siswa (50%) tidak keberatan membaca pada malam hari karena membaca dapat dibantu menggunakan lampu, hal ini dapat dikatakan sebagai hal yang positif. Namun, sebagian dari keseluruhan siswa, yaitu 13 siswa (50%) menyatakan netral. Artinya, mereka tidak dapat menentukan pilihannya.

77

Pertanyaan kedua untuk aspek yang pertama pada faktor eksternal ialah

―Walaupun sudah ada lampu yang menerangi, saya tetap kesulitan membaca karena kurang cahaya‖. Berdasarkan data, siswa yang memilih setuju terdapat 1 siswa (3,85%). Artinya, siswa tersebut bisa saja memiliki penglihatan yang kurang baik, sekaligus mengingkari pernyataan aspek ini pada nomor satu, hal ini termasuk kategori yang kurang baik. Namun, terdapat 18 siswa yang memilih tidak setuju dan 3 siswa memilih sangat tidak setuju. Artinya, terdapat 21 siswa (80,77%) tetap dapat membaca pada malam hari dan merasa tidak begitu terganggu. Selain itu, masih terdapat siswa yang memilih netral yaitu terdapat 4 siswa (15,38%).

4.1.2.2.2.2 Faktor Lingkungan: Latar Belakang Sosial Ekonomi

Faktor lingkungan menjadi aspek kedua pada faktor eksternal. Pada aspek ini terdapat dua pernyataan, yaitu (1) Orang tua memberi saya uang untuk membeli buku walau saya tidak meminta dan (2) Saya menyisihkan uang jajan saya untuk membeli buku bacaan yang saya sukai. Berikut adalah hasil perhitungan kuesioner faktor eksteral pada faktor lingkungan.

Tabel 4.23 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Faktor Lingkungan

No. Pernyataan Rentang Skor 1 (STS) 2 (TS) 3 (N) 4 (S) 5 (SS) 1. Orang tua memberi saya uang untuk

membeli buku walau saya tidak meminta

0 5 12 5 4

2. Saya menyisihkan uang jajan saya untuk membeli buku bacaan yang saya sukai

Jumlah skor No.1 ialah 86/130 X 100% = 66,15%

Pernyataan pada aspek faktor lingkungan: latar belakang sosial ekonomi

terdapat dua, yang pertama ialah ―Orang tua memberi saya uang untuk membeli buku

walau saya tidak meminta‖. Terdapat 4 siswa memilih sangat setuju dan 5 siswa memilih setuju dengan pernyataan ini. Artinya, sebanyak 9 siswa (34,62%) menunjukkan sikap positif dari kedua orangtuanya. Orangtua siswa mengetahui bahwa membaca buku sangatlah penting untuk pemahaman siswa di luar maupun dalam sekolah. Sebanyak 5 siswa (19,23%) menjawab tidak setuju. Artinya, orangtua mereka belum menunjukkan sikap positifnya demi menunjang pengetahuan sang anak. Sisanya, sebanyak 12 siswa (46,15%) memilih netral.

Jumlah skor No.2 ialah 65/130 X 100% = 50,00%

Pernyataan kedua yaitu ―Saya menyisihkan uang jajan saya untuk membeli

buku bacaan yang saya sukai‖. Pernyataan ini dipilih sangat setuju oleh 1 siswa dan dipilih setuju oleh 2 siswa. Artinya, 3 siswa (11,54%) sudah menunjukkan sikap positifnya untuk membaca buku bacaan yang ia anggap menarik. Selain itu, masih juga terdapat sikap negatif dari sebagian besar siswa, yaitu sebanyak 13 siswa memilih tidak setuju dan 2 siswa memilih sangat tidak setuju. Artinya, 15 siswa (57,69%) belum menunjukkan sikap positifnya untuk membeli buku bacaan yang ia

79

anggap sukai. Selain itu, masih ada 8 siswa (30,77%) yang memilih netral dalam menentukan pilihannya.

4.1.2.2.2.3 Berkaitan dengan Teks: Bahasa, Pilihan Kata, Setting/Tata Tulis, Keterbacaan, dan Isi Bacaan.

Teks menjadi aspek selanjutnya. Pada aspek ini terdapat tiga pernyataan, yaitu (1) Kosakata yang sulit membuat saya malas membaca, (2) Tidak semua jenis bacaan saya baca, karena tulisannya yang tidak saya mengerti, dan (3) Tulisan yang kurang baik peletakkannya membuat saya bingung pada saat membaca. Aspek ini memiliki nilai yang cukup baik, untuk lebih lanjutnya silakan lihat tabel di bawah ini.

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Berkaitan dengan Teks

No. Pernyataan Rentang Skor 1 (STS) 2 (TS) 3 (N) 4 (S) 5 (SS) 1. Kosakata yang sulit membuat saya

malas membaca

0 6 9 8 3 2. Tidak semua jenis bacaan saya

baca, karena tulisannya yang tidak saya mengerti

0 0 8 13 5

3. Tulisan yang kurang baik peletakkannya membuat saya bingung pada saat membaca

0 0 4 12 10

Jumlah skor No.1 ialah 86/130 X 100% = 66,15%

Pada aspek yang berkaitan dengan teks: bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi bacaan, terdapat tiga pernyataan. Pernyataan pertama ialah

siswa memilih sangat setuju dan 8 siswa memilih setuju. Artinya, terdapat 11 siswa (42,31%) memiliki sikap negatif, karena tidak mau mencari tahu makna mengenai kosakata yang sulit tersebut. Namun, masih ada 6 siswa (23,08%) yang memilih tidak setuju. Artinya, mereka memiliki sikap positif dengan mau mencari makna mengenai kosakata yang sulit tersebut. Lalu, masih ada 9 siswa (34,61%) yang memilih netral pada pernyataan ini.

Jumlah skor No.2 ialah 101/130 X 100% = 77,70%

Pada pernyataan kedua ―Tidak semua jenis bacaan saya baca, karena

tulisannya yang tidak saya mengerti‖. Terdapat 5 siswa memilih sangat setuju dan 13

siswa memilih setuju. Artinya, sebanyak 18 siswa (69,23%) menunjukkan sikap kurang positif, karena tidak mau membaca berbagai jenis bacaan karena tulisannya yang kurang dimengerti. Sisanya, terdapat 8 siswa (30,77%) memilih netral. Artinya, tidak ada siswa yang memiliki sikap positif karena tidak mau membaca berbagai jenis bacaan karena tulisannya kurang dimengerti.

Jumlah skor No.3 ialah 110/130 X 100% = 84,61%

Pernyataan ketiga pada aspek ini ialah ―Tulisan yang kurang baik peletakkannya membuat saya bingung pada saat membaca‖. Untuk pernyataan ini, terdapat 10 siswa memilih sangat setuju dan 12 siswa memilih setuju. Artinya, sebanyak 22 siswa (84,62%) tidak menyukai bacaan yang peletakkannya kurang baik atau tidak teratur. Ini menunjukkan bahwa siswa memiliki sikap positif karena

81

peletakkan tulisan juga termasuk ke dalam bagian keefektifan saat membaca. Namun, masih terdapat 4 siswa (15,38%) yang memilih netral.

4.1.2.2.2.4 Jadwal Baca

Jadwal baca menjadi aspek terkahir pada kuesioner minat baca faktor eksternal. Pada aspek ini terdapat satu pernyataan yaitu ―Saya selalu menyempatkan diri membaca walaupun hanya memiliki waktu sedikit‖. Berdasarkan hasil yang didapat, aspek ini memiliki skor yang cukup baik. Berikut hasil perhitungan kuesioner faktor eksternal jadwal baca.

Tabel 4.25 Hasil Perhitungan Kuesioner Minat Baca Faktor Eksternal Jadwal Baca

No. Pernyataan Rentang Skor 1 (STS) 2 (TS) 3 (N) 4 (S) 5 (SS) 1. Saya selalu menyempatkan diri

membaca walaupun hanya memiliki waktu sedikit

1 4 6 11 4

Jumlah skor No.1 ialah 91/130 X 100% = 70,00%

Aspek terakhir yang berkaitan dengan faktor eksternal ialah jadwal baca.

Pernyataan mengenai jadwal baca hanya terdapat satu pernyataan yaitu ―Saya selalu menyempatkan diri membaca walaupun hanya memiliki waktu sedikit‖. Pada pernyataan ini, terdapat 4 siswa memilih sangat setuju dan 11 siswa memilih setuju. Artinya, terdapat 15 siswa (57,69%) memiliki sikap positif dalam mengatur pola membacanya. Mereka meluangkan waktunya untuk membaca di sela-sela

kesibukannya sebagai siswa. Lalu, ada juga siswa yang memilih tidak setuju yaitu 4 siswa dan sangat tidak setuju sebanyak 1 siswa. Artinya, terdapat 5 siswa (19,23%) yang memiliki sikap negatif. Mereka tidak mau menyempatkan dirinya untuk membaca walau hanya sedikit saja. Sisanya, terdapat 6 siswa (23,07%) yang memilih netral.

Setelah mengetahui jumlah skor per pernyataan, maka kita lihat analisis faktor internal dan eksternal berikut ini:

Tabel 4.26 Hasil Analisis Kuesioner Faktor Eksternal dan Internal

No. Aspek Jumlah

Pernyataan Hasil Persentase (Jumlah Skor dibagi Jumlah Pernyataan) Kategori Faktor Internal 1. Motivasi 2 53,46% Cukup 2. Minat 2 83,46% Sangat Kuat 3. Kematangan sosio dan

emosi serta penyesuaian diri: Stabilitas emosi, percaya diri, dan

kemampuan beradaptasi dalam kelompok 3 77,69% Kuat 4. Pengetahuan/pengalaman 2 86,57% Sangat Kuat 5. Kebermanfaatan 3 69,25% Kuat 6. Fisiologis 2 78,84% Kuat 7. Inteligensi 2 75,38% Kuat

8. Kompetensi kebahasaan 2 83,84% Sangat Kuat 9. Kebiasaan membaca 2 68,84% Kuat 10. Kemampuan

menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi baca

2 63,46% Kuat

83

1. Suasana lingkungan: pencahayaan, ruangan yang kurang memadai

2 45,76% Cukup

2. Faktor lingkungan: latar belakang sosial ekonomi

2 58,07% Cukup 3. Berkaitan dengan teks:

bahasa, pilihan kata, setting/tata tulis, keterbacaan, dan isi bacaan.

3 76,15% Kuat

4. Jadwal baca 1 70,00 Kuat

Jadi, jumlah persentase faktor internal dalam memengaruhi kemampuan membaca siswa kritis siswa ialah sebesar 74,10% (Kuat) dan faktor eksternal dalam memengaruhi kemampuan membaca kritis siswa ialah sebesar 62,49% (Kuat). Faktor internal lebih banyak memengaruhi kemampuan membaca kritis siswa dibandingkan dengan faktor eksternal. Faktor internal yang sangat memengaruhi kemampuan membaca kritis ialah minat, pengetahuan/pengalaman, dan kompetensi kebahasaan. 4.1.2.3 Wawancara

Wawancara yang digunakan oleh peneliti ialah wawancara bebas terpimpin, artinya responden diberi kebebasan menjawab sesuai dengan pendapatnya, namun responden tetap menjawab sesuai dengan pertanyaan yang sudah disediakan. Dalam wawancara ini, peneliti mewawancarai siswa yang termasuk dalam kategori kelompok tinggi sebanyak lima orang dan satu orang yang memiliki nilai kuesioner paling tinggi.

Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 07.15-08.45. Pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti dapat dilihat pada Lampiran 4. Namun,

secara garis besar peneliti menanyakan mengenai jenis bacaan, kebiasaan membaca, dan pengalaman membaca siswa. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dengan siswa.

Tabel 4.27 Hasil Wawancara Siswa

No. Pertanyaan Jawaban

1. Apakah Anda suka membaca? Apakah menurut Anda membaca itu penting?

Amel: Aku suka baca novel. Aku tidak begitu suka baca koran dan buku pelajaran. Membaca penting tapi malas. Baca novel saja informasinya banyak, jadi tahu harus bagaimana menghadapi masalah, dan kalau koran malas buka halaman berikutnya karena terlalu besar dan tidak efisien.

Gupita: Saya suka baca, tetapi tergantung bacaan, bila bacaannya menambah referensi, saya suka. Membaca itu penting. Kalau tidak membaca, tidak tahu apa-apa dan kalau mau berbicara dengan teman juga kan harus ada referensi bacaan.

Dewi: Sebenarnya suka, hanya saja tergantung mood, bagus atau tidak. Kalau materi atau tema menarik aku suka, tetapi kalau buku pelajaran tidak terlalu suka karena materinya kurang menarik. Membaca itu penting untuk menambah informasi.

Elsina: Suka, tetapi tidak suka buku pelajaran. Lebih suka novel daripada buku pelajaran. Membaca penting sekali, kalau tidak membaca buku, tidak mendapat ilmu tambahan. Faisal: Suka. Membaca itu penting. Dari kecil saya

dibiasakan suka baca.

Fahmi: Saya suka baca, menambah informasi dan ilmu, wawasan juga jadi luas. Menurut saya membaca penting dan ada hiburan juga.

2. Apakah Anda tertarik pada suatu jenis bacaan tertentu?

Amel: Semua novel suka, komik suka. Lebih suka membaca buku fiksi, lebih menarik, seperti sedang nonton film. Lebih suka baca novelnya daripada nonton filmnya. Lebih asli cerita yang dibuku daripada yang di film. Lebih suka baca dibuku daripada di internet. Beda rasanya, beda sensasinya. Gupita: Lebih suka nonfiksi daripada fiksi. Kalau nonfiksi itu lebih ke lingkungan dan di sekitar dan lebih banyak manfaatnya. Saya suka bacaan politik dan ilmu pengetahuan umum, namun lebih menjurus ke sosial dan statistik. Kalau novel kurang suka.

85

Dewi: Tidak memilih satu jenis bacaan, semua bacaan suka asalkan materi atau isinya menarik. Tergantung isi dan tema. Lalu, apakah inti ceritanya bisa membuat motivasi untuk saya atau tidak.

Elsina: Tertarik pada novel, khususnya yang bertema heorik dan penyelamatan. Sebenarnya, pertamanya aku lihat film, terus akhirnya aku coba baca novelnya yang bertema heorik, akhirnya sampai sekarang suka.

Faisal: Saya suka bacaan dengan tema otomotif dan

kedokteran. Lebih suka membaca artikel karena banyak tema yang sesuai dengan kesukaan, namun terkadang membaca novel juga asalkan dengan tema yang disukai. Berita juga suka up-date di internet, buku, maupun TV, tapi sesuai dengan tema yang disukai.

Fahmi: Saya suka novel dan ilmu pengetahuan. Untuk jenis bacaan sebenarnya tidak dibatasi, hanya saja tema dan materi kalau bisa yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. 3. Apa yang

menjadi motivasi Anda dalam membaca?

Amel: Asik aja. Lebih suka cari informasi dari novel. Motivasi datang dari teman dan bapak. Diberitahu bapak, selalu diberi saran oleh bapak dan melihat teman yang gemar membaca novel jadi aku mengikuti dia. Memuaskan diri saja.

Gupita: Mendapatkan informasi tambahan. Sudah dibiasakan dari kecil, jadi sudah terbiasa. Ingin seperti orang lain yang mendapatkan informasi dari buku bacaan.

Dewi: Karena suka membeli buku. Jadi, harus dibaca. Kalau bukunya menarik saya baca lagi.

Elsina: Motivasi saya membaca novel karena di akhir cerita selalu ada motivasi untuk pembaca. Lalu juga orang tua selalu menyuruh membaca, seperti dibelikan kamus grammar untuk bahasa Inggris dan lainnya.

Faisal: Dari kecil selalu dibelikan buku oleh Eyang, dengan iming-iming dibelikan makanan enak kalau sudah selesai membaca buku yang dibelikan. Sekarang jadi terbiasa

membaca, jadi suka membeli buku sendiri. Berasal dari buku bacaan yang saya baca, saya sekarang bisa menulis artikel yang dipublikasikan melalui sebuah blog.

Fahmi: Membaca agar lebih baik daripada teman dalam hal pelajaran. Lalu juga selalu diingatkan untuk membaca oleh Papa. Selagi kecil selalu diberikan buku oleh Eyang, namun sekarang oleh Papa.

4. Apakah Anda meluangkan waktu untuk membaca? Kapan itu dilakukan?

Amel: Iya, saat main HP. Kalau di rumah sepi tidak ada kerjaan, membaca buku. Lalu sebelum tidur, agar cepat ngantuk.

Gupita: Pada saat mau tidur dan di pagi hari. Kalau pagi hari, biasanya di kamar mandi sambil mencari berita terbaru menggunakan bantuan internet dan tergantung bacaan sesuai minat. Untuk malam hari, biasanya menggunakan buku, bahan bacaan yang dibaca biasanya berkaitan dengan lingkungan sosial.

Dewi: Tidak terlalu sering meluangkan waktu untuk membaca. Kalau ada berita terbaru, maka baru membaca, dan kalau ada waktu luang baru membaca.

Elsina: Pada saat istirahat di sekolah, kalau tidak ingin jajan maka membaca novel. Selain itu, kalau sudah mengerjakan tugas maka suka membaca, baca buku apa saja yang ada di meja belajar.

Faisal: Tidak menentu, tergantung waktu luang. Kalau sudah ada waktu luang, nanti akan membaca materi yang saya inginkan.

Fahmi: Biasanya saya membaca buku pada saat malam setelah belajar. 5. Apakah tulisan yang kurang dimengerti membuat Anda enggan membaca? Kenapa?

Amel: Kalau terlalu rumit, saya tinggalkan saja. Tapi kalau tema atau materinya saya suka, saya akan cari.

Gupita: Kalau materi atau judul yang dibaca menarik, tulisan yang kurang dimengerti akan dicari sampai tertemu. Pada saat menemukan bagian yang sulit dimengerti tersebut, maka pengetahuan akan lebih berkembang.

Dewi: Tidak akan dicari, malas. Kalau tidak mengerti yang sudah tinggalkan saja. Namun, kalau ada kata yang jarang didengar karena penasaran baru dicari, tergantung ada waktu luang untuk mencari atau tidak.

Elsina: Semakin tidak mengerti maka akan semakin dicari. Penasaran yang tinggi membuat saya ingin memecahkan rasa penasaran itu sendiri.

Faisal: Akan terus mencari. Biasanya mencari tahu ke teman atau internet karena penasaran dan rasa ingin tahu tinggi. Fahmi: Terkadang ditinggalkan, karena bahasa terbelit-belit. Apalagi novel yang bertema detektif atau petualangan yang bahasanya berbelit-belit.

87 6. Apakah keluarga memberi dana khusus untuk membeli buku bacaan?

Amel: Bapak yang biasa memberi uang. Semua kegiatan membaca bapak yang mendukung dan menyuruh, jadi kadang bapak yang langsung memberi uang untuk mebeli buku.

Gupita: Kalau meminta buku pasti selalu diberi. Namun, dahulu sewaktu masih di Sekolah Dasar, selalu dibelikan buku tanpa diminta.

Dewi: Biasanya meminta untuk dibelikan, namun terkadang juga membeli sendiri. Kalau dibelikan buku harus dibaca sampai habis.

Elsina: Tanpa diminta langsung diberi uang untuk memberi buku. Terkadang juga minta dan langsung diberi. Setelah itu ada tuntutan untuk dibaca. Saya sudah biasa membaca karena dari SD sering ke Perpustakaan sekolah, jadi karena sudah tahu kebiasaan saya, orang tua terkadang sudah menyiapkan buku untuk saya baca.

Faisal: Terkadang langsung diberi tanpa diminta, terkadang juga saya yang meminta.

Fahmi: Biasanya saya yang meminta, baru nanti diberi. 7. Apakah menurut Anda kegiatan membaca memberi manfaat tertentu?

Amel: Memberi manfaat sekali. Kalau kita ada masalah lalu dalam buku atau novel yang kita baca ada permasalahan yang hampir serupa, biasanya saya menyelesaikannya sesuai dengan buku bacaan.

Gupita: Sangat memberi manfaat. Contohnya, pada saat menghadiri forum-forum, pasti butuh referensi untuk informasi yang dibutuhkan. Saya ingin lebih pandai dari sebelumnya, maka buku pelajaran pun pasti dibaca

khususnya PKN, Ekonomi, Matematika, dan Olahraga atau sesuai materi yang disukai.

Dewi: Menambah informasi. Kalau diberi pilihan lebih memilih buku pelajaran dan sosial, ada ilmu baru yang bisa diterapkan di lingkungan sekitar. Kalau hanya novel tentang percintaan, nanti manfaatnya hanya itu-itu saja.

Elsina: Ada, karena kalau membaca dapat pengetahuan, dapat wawasan yang lebih luas, dan dapat informasi baru. Selain itu juga bila ada masalah bisa tahu bagaimana cara menyelesaikannya melalui bacaan yang sudah dibaca.

Faisal: Membaca memberi manfaat yang banyak. Dengan membaca saya dapat menghasilkan uang. Setelah saya membaca artikel tentang mesin baru, saya salurkan itu melalui blog yang memuat tulisan saya. Kalau apa yang saya tulis belum banyak diketahui orang lain, nanti bisa diundang ke sebuh acara otomotif untuk menjelaskan tentang mesin baru tersebut. Lalu, saya dan tim saya mendapat upah dari foto mesin.

Fahmi: Menambah informasi dan menghilangkan kejenuhan. 8. Dalam keadaan seperti apa Anda bisa membaca dengan baik?

Amel: Sepi. Sendiri sambil mendengarkan musik. Pokoknya kalau saya belajar, membaca harus sambil mendengarkan musik. Kalau tidak, akan sulit memahami.

Gupita: Dalam keadaan mau tidur, lalu internet dimatikan. Asal tidak ada yang mengganggu atau memanggil nama, maka kegiatan membaca bisa dilakukan di mana pun dan dalam keadaan apa pun.

Dewi: Dalam keadaan tidak sakit. Kalau sakit, maka susah untuk masuk ke dalam inti cerita yang dibaca. Lalu juga dalam keadaan terang.

Elsina: Tergantung mood. Kalau ada waktu luang dan dalam keadaan senang. Kalau sedang ada pikiran maka membaca menjadi tidak tenang dan tidak dapat memahami isi, maka harus dalam keadaan tanpa beban agar bisa memahami isi. Faisal: Dalam keadaan tidak terlalu sepi dan ramai, yang

penting dalam keadaan ‗saya ingin membaca‘.

Fahmi: Lebih suka membaca di tempat yang enak, tidak panas dan cahaya yang cukup. Sepi dan ramai tidak jadi masalah.

Wawancara yang dilakukan pada enam siswa ini sangat membantu peneliti untuk mencari faktor kemampuan membaca kritis siswa. Menurut data yang didapat, semua siswa yang diwawancarai suka membaca dengan gayanya masing-masing. Materi yang dibaca pun beragam, ada yang menyukai novel seperti Amel, Elsina, dan Fahmi. Ada juga siswa yang lebih menyukai ilmu sosial, pelajaran, dan ilmu praktis lainnya seperti Gupita, Dewi, dan Faisal. Menurut Amel, membaca novel lebih seru

89

dan mengasikkan dibandingkan menonton film yang berasal dari novel yang sama. Hal ini senada dengan Elsina yang ternyata menyukai novel karena melihat salah satu film yang diadaptasi dari sebuah novel, akhirnya ia tertarik untuk membaca novel tersebut dan sampai sekarang ketertarikan membaca novel dengan jenis tertentu masih tertanam.

Siswa yang memiliki perbedaan dalam menyukai jenis bacaan ini ternyata sebagian besar memiliki pengalaman membaca sedari dini. Siswa bernama Gupita mengaku selalu dibelikan buku sewaktu sekolah dasar tanpa diminta, lalu Elsina mengatakan sering pergi ke Perpustakaan untuk membaca sewaktu sekolah dasar, serta Faisal dan Fahmi yang diperkenalkan membaca oleh Eyangnya. Sama halnya dengan cerita siswa tadi, Adler dan Doren (2007: 61) mengatakan bahwa untuk membentuk kebiasaan, tidak ada cara lain kecuali dengan berbuat. Itulah maksud

uangkapan ‗Alah bisa karena biasa‘. Lalu, siswa bernama Amel mengaku selalu diberi motivasi membaca oleh sang Bapak agar dapat mengetahui informasi lebih

Dokumen terkait