• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nusantara Kesutanan Ternate dan Teori Ev

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Nusantara Kesutanan Ternate dan Teori Ev"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nusantara, Kesultanan Ternate, dan Teori Evolusi Biologi M. Nasirudin Habibi (022-II-2005)1

e dadak terli tas dala e ak saya gagasa te ta g survial of the fittest, bahwa individu-individu yang tercoret oleh penghalang-penghalang itu pasti, secara keseluruhan, lebih jelek daripada mereka yang bertahan hidup. Kemudian,

dengan mempertimbangkan variasi-variasi yang secara kontinu terjadi dalam setiap generasi tanaman atau hewan baru, dan perubahan-perubahan iklim,

makanan, musuh-musuh yang semakin maju, seluruh metode modifikasi spesifiknya menjadi jelas bagi saya, dan dalam tempo dua jam saya telah

memikirkan butir- utir uta a teori terse ut se ara tu tas

Alfred Russel Wallace, The Wonderful Century2

Evolusi, kajian yang sangat luas dan multidisiplin. Pendapat, ide, dan teori, saling bertumpang-tidih, saling sikut, saling menjatuhkan, tetapi juga saling melengkapi. Biologi, geologi, geografi, sosial budaya, antropologi, arkeologi, sejarah, dan agama bertarung memperkarakan evolusi dari sudut pandangnya masing-masing, juga saling berkompromi. Disaat yang sama, Nusantara terseret dalam dinamika tersebut, karena kawasan ini entah aneh atau sempurna untuk menjadi ladang pembuktian.

Nusantara

Nusantara, kawasan kepulauan terbesar di muka bumi, telah dihuni manusia sejak berabad-abad yang lampau. Sebelum manusia hadir, flora dan fauna telah merajai kawasan ini. Disaat yang sama dan sebagian lebih jauh lagi, rangkaian rumit proses geologis telah mempersiapkan posisi, struktur, keseimbangan, dan kandungan kimiawinya. Sedikit lebih lama dari lebih jauh lagi, proses kosmik telah mengatur sudut kemiringan bumi (inklinasi dan deklinasi) terhadap matahari, sehingga selalu bermandikan cahaya matahari rata-rata 12 jam perhari.

Nusantara, malay archipelago, hindia belanda, adalah hal yang serupa, namun tak jua sama. Malay archipelago, kepulauan malaya, diistilahkan berdasarkan nama kelompok besar di bagian barat, penghuni kawasan paparan sunda.3 Namun, orang Inggris terutama, menganggap itu adalah keseluruhan kepulauan yang membentang dari ujung Sumatera hingga Guinea.4 Hindia belanda, bekas kekuasaan kerajaan protestan belanda, membentang dari Aceh hingga Papua, nama yang hilang seiring hengkangnya bekas tapak boot belanda.

Kemudian, banyak yang memaknai nusantara adalah bagian yang bergiliran dikusai oleh berbagai kerajaan yang pernah berjaya, sebut saja Sriwijaya, Majapahit, Demak, dan tentu juga kerajaan-kerajaan kecil lain, seperti yang akan diceritakan kemudian.

Kesultanan Ternate

Kesultanan Ternate berdiri di sebuah pulau yang bernama sama dan dihiasi gunung mendekati tepat di tengahnya yang bernama Gamalama di wilayah timur nusantara. Berdiri sejak tahun 1250 hingga runtuhnya pada tahun. Wilayah Ternate meliputi Jailolo (Halmahera) hingga ujung kepala Papua.

1

Disampaikan dalam diskusi rutin dwi pekan Biologi Pecinta Alam Sunan Kalijaga. Selasa, 01 Mei 2012.

2 Alfred Russel Wallace,

The Wonderful Century: Its Successes and Its Failures, (New York: Dodd, Mead and Company, 1899), hlm. 140.

3

Simon Winchester, Krakatau, Ketika Dunia Meledak: 27 Agustus 1883, (Jakarta: Serambi), hlm.86

4

(2)

Potensi Ternate yang paling besar adalah pertanian cengkeh (Eugenia aromatica, O.K.) dan pala (Myristica fragrans, Houtt.). Kesultanan Ternate dan juga Tidore menjadi penting dalam kisah ini adalah menjadi karena ka pu g hala a keduanya, dan merupakan Kesultanan pertama yang memulai hubungan niaga secara damai dengan bangsa-bangsa di Eropa – dalam hal ini Portugis – pada kisaran tahun 1511-1512 dan itu terus berlanjut hingga tahun 1605. Masa tersebut oleh ahli sejarah disebut dengan Abad Portugis di Maluku.5 Pendapat lain, kekuasaan Portugis di Ternate hanya terjadi antara 1522-1575 M.6 Hubungan ini juga menjadi bagian penguasaan bergilir bangsa-bangsa Eropa terhadap Jazirat al-Muluk7 (Maluku atau Mollucas) dan Indonesia umumnya hingga kemerdekaan Indonesia tahun 1945.

Hubungan antara kesultanan Ternate dengan berbagai bangsa dari Eropa terus menerus mengalami pasang surut, begitu juga dengan perdagangan dua jenis rempah tersebut. Pergiliran kekuasaan tersebut selalu diwarnai dengan kekacauan, kekuasaan, egoisitas penjajah, perang anyar kerajaan demi pasar, atau ketundukan oleh tekanan penjajah. Spanyol, Prtugis, Inggris, dan Belanda.

Pada masa penguasaan Belanda, kekuasaan kesultanan dikerdilkan, dibatasi, dan sebagian hanya berupa pengakuan dan ketundukan raja-raja kecil kepada Ternate. Hubungan yang ada tak lebih hanya serah terima upeti dan remeh temeh birokratis lainnya, tanpa kekuasaan mengatur rakyatnya.

Kisah evolusi berikut ini terkait dengan Ternate pada masa pemerintahan sultan ke-21, Tadjoel Moelki Amiroedin Iskandar Kaulaini Sjah Poetra Mohamad Djin, yang sering dikenal dengan sultan Mohamad Djin (1823-1859). Tampaknya sultan ini memiliki hubungan yang mesra dengtan Bela da, hi gga e dapatka pe ghargaa “ulta of the Order of the Netherlands Lion 8

Teori Evolusi

Evolusi, sebagian besar orang modern berpendapat bahwa teori ini adalah aha karya seorang Charles Darwin, si orang tua amatir yang tak berpendidikan biologi, menguasai fakta, telah mengkatalogkan belasan ribu biota, dan cermat, tetapi – sangat dikenal oleh sesamanya – penunda-nunda9, dari penelitiannya yang panjang di kepulauan Galapagos bersama kapal H.M.S. Beagle, atau mungkin ada yang berpendapat bahwa teori evolusi dicetuskan ha ya oleh Charles Darwin.

Sangat jauh sebelum itu, banyak ilmuwan yang telah mengajukan ide evolusi yang serupa. Sebagai contoh, ilmuwan Muslim, Abu Uthman Amr ibn Bahr al-Kinani al-Fuqaimi al-Basri yang lebih dikenal dengan nama Al-Jāhiz (781-868 M), mengemukakan idenya yang dibukukan dalam Kitab al-Hayawan tentang proses evolusi yang terdiri dari tiga mekanisme yaitu Struggle for Existense, Transformation of Species to each other, dan Environmental factors.10 Beberapa contoh lain yang sudah lazimm dipahami, seperti Jean Baptiste de Lammarck (1744-1829) dala uku ya Zoological Philosophy e jelaska bahwa makhluk hidup akan menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi di lingkungannya, use dan disuse – dimana karakter yang sering dipakai akan berkembang dan yang jarang dipakai akan mereduksi, proses use dan disuse akan diturunkan. Thomas Robert Malthus11 Easy on the Principle of a population as at Affect the Future Improvement of Mankind . dan Sir Charles Lyell dala uku ya Principles of Geology e jelaska ah a iota ya ga da erupaka

5

Willard A. Hanna dan Des Alwi, Ternate dan Tidore: Masa Lalu Penuh Gejolak, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), hlm. 7-15.

6

Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, (Bandung: Salamdani Pustaka Semesta, 2010), hlm.159.

7 M.C. Ricklefs,

Sejarah Indonesia Modern: 1200-2008, (Jakarta: Serambi, 2008), hlm. 44-45. Nama Jazirat al-Muluk yang berarti negeri para raja diberikan oleh para pedagang arab kepada kepuauan tersebut, dan juga beralasan karena banyak raja yang beragama Islam.

8 Willard A. Hanna dan Des Alwi,

Ternate dan Tidore: Masa..., hlm. 236-240.

9

Simon Winchester, Krakatau, Ketika ..., hlm. 88.

10

Mehmet Bayrakdar. Tt. Al-Jāhiz and the Rise of Biological Evolution. 9 hlm.

11

(3)

turunan hasil modifikasi spesies lain yang hidup di zaman geologi sebelumnya. Lyell nantinya sangat berpengaruh terhadap mencuatnya teori evolusi Darwin ataupun Wallace. Membicarakan nama yang terakhir, mari kita coba melihat sosok dan karya anak muda.

Alfred Russel Wallace, dilahirkan di Usk, England, 8 januari 1923. Menempuh pendidikan di Hertford Grammar School dan Collegiate School in Leicester. Pada tahun 1848, saat berusia 25 tahun, ia dan kawannya, Henry Walter Bates, 23 tahun, naturalis amatir dan entomologis, membuat ekspedisi ke Rio Nnegro dan Amazon, Brazilia. Dalam perjalannya, ia terpisah dari Bates karena perbedaan obyek dan lokasi penelitian. Ia berhasil membuat peta Rio Negro dan Amazon ke Linnean Seciety dan diakui akurasinya. 1852, dalam kesehatan yang buruk ia kembali ke Inggris. Namun, dalam perjalannya, kapalnya terbaakar dan karam beserta catatan, sketsa dan koleksinya. Ia diselamatkan kapal kargo setelah terapung di sepasang rakit yang bocor selama 10 hari. Tahun 1854, mulai berkelana ke Nusantara (Malay Archipelago, meliputi Indonesia, Malaysia, dan Brunai kini), mengelayap sejauh 11.500 km yang terbagi menjadi 60-70 perjalanan terpisah, mengumpulkan 110.000 insekta, 7.500 cangkang, 8.050 kulit burung, dan 410 mamalia serta reptil.12 Petualangannya tersebut dilakukan selama 8 (delapan) tahun, baik di Sarawak atau keudian di Ternate. Wallace memiliki koneksi kuat seringkali tinggal bersama dengan missionari (baik jesuit ataupun katolik) selama keberadaannya di Nusantara.13

September 1855, pada usia 31 tahun, dari rumah kecilnya di Sarawak Borneo, ia menuliskan ide pertamanya tentang seleksi alam (natural selection) ya g erjudul On the Law wich has regulated the Introduction of New Species da dikir ka ya kepada The A als a d Magazi e of Natural History. Pokok pemikirannya dituliskan di bagian akhir makalah tersebut, yang berbunyi Every species has come into existence coincident both in space and time with a pre-existing closely-allied species , da kemudian hari dikenal dengan istilah Sarawak Law. Tulisan tersebut mendapatkan tanggapan dari Mr. Stevens14, bahwa tulisannya miskin fakta. Sedangkan Sir Charles Lyell dan Edward Blyth mengatakan bahwa tulisan Wallace, berisi (the powerful essay). Charles Darwin takjub dengan apa yang difikirkan Wallace.15

Desember 1957, Philip Lutley Sclater berdiri di depan pakar biologi di gedung Linnean Society, e ya paika akalah On the general Distribution of the Class Aves . Makalah terse ut membicarakan perbedaan dramatis jenis-jenis burung yang kaku di kepulauan Hindia Timur, selama Sclater melakukan pengamatan di sepanjang Sumatera hingga kepulauan Tobrian. Terdapat perubahan yang mahabesar, takk terduga, dan sangat mendadak: hutan belanjata di sisi barat garis khayalan itu menunjukkan burung-burung yang lebih mirip ke India. Sedangkan hutan belantara di timur garis tersebut menunjukkan burung-burung yang lebih mirip ke Australia.16 Makalah tersebut mengejutkan para pakar yang – pada masa itu – sedang membahas tentang apa yang disebut dengan biogeografi atau zoogeografi. Makalah tersebut juga memancing minat seorang Inggris yang lebih tua, lebih berani, namun berpendidikan tak setinggi Sclater, dan tengah hidup di Hindia, yaitu Alfred Russel Wallace, untuk mempelajarinya lebih jauh. 17

Sekian lama - menetap di Serawak, Borneo, Wallace memutuskan untuk menetap sementara di Ternate. Posisi penting Ternate dalam perkembangan teori evolusi adalah lokasinya yang ideal untuk mempelajari flora dan fauna di kawasan peralihan dan australia. Selama di Ternate, ia tinggal di rumah di dekat pasar dan pelabuhan, setengah batu dan setengah kayu, beratap daun sagu, milik

12George Be alo i da Charles “ ith, Biography of Walla e , diakses dari The Alfred ‘ussel Walla e

Website, http://wallacefund.info.

13

Lebih lanjut baca: Alfred Russel Wallace, My Life: a Record of Event and Opinion, (London: Chapman and Hall Ld., 1905).

14 Ada dua orang yang bernama Stevens, dan keduanya akrab dengan Wallace.

Pertama, Samuel Stevens, kolektor Coleoptera dan Lepidoptera sekaligus agennya, dan kedua, J.C. Stevens yang bersaudara dengan pakar sejarah alam, Covent Garden. Kemungkinan besar yang dimaksu adalah Samuel Stevans.

15

Alfred Russel Wallace, My Life: a Record of ..., 1905), hlm. 355.

16

Philip Lutler Scatler, O the ge eral Distri utio of the Class A es dalam Jurnal The Proceeding of The Linnean Society: Zoology, Vol.II, (London:, 1858), hlm. 130-149.

17

(4)

orang Cina, yang kemudian saudaranya diajak menjelajah di Gilolo (Halmahera) sebagai pemandu. Wallace memiliki hubungan baik dengan Mr. Duivenboden, orang Belanda yang mengerti Inggris, berpendidikan, dan menguasai ½ lahan di kawasan tersebut.18 Tidak ada penjelaskan lebih lanjut mengapa Wallace cenderung menetap lama di Ternate selama menjelajahannya di Mollucas dan Guinea, selain memiliki hubungan baik dengan Mr. Duivenboden.

Akhir Februari 1858, saat berusia 35 tahun, di dalam rumah kecilnya di Dodinga19, Ternate, Ia duduk dan berkeringat dan menulis dan memutar otak dan merenung dan kemudian, dalam salah satu momen mencekam yang dibuat makin terasa akibat serangan demam itu, mendadak Ia mendapatkan pencerahan.20,21

01 Juli 1858, Sir Charles Lyell dan Joseph Hooker membacakan dua makalah bersama kepada Linnean Society yang mengo pilasi karya Dar i da Walla e de ga judul On the Tendency of Species to Form Varietas; and On the Perpetuation of Varietas and Species by Natural Means of Selection . Ide Darwin bagian pertama, yang tak pernah dipublikasikan, namun di bacakan di Linnean “o iety, erjudul On the Variation of Organic Beings in a state of of Nature; on the Natural Means of Selection; on the Comparison of Domestic Races and true Species , dan bagian kedua merupakan abstraksi yang dikirimkannya kepada Dr. Asa Gray di Boston. Ide Wallace dituliskan dalam essay yang dikirimkan kepada Lyell melalui Darwin – essay yang mengkatalis rimba ide Darwin menjadi konsep teoretis yang jelas setelah dipelajarinya – berjudul On the Tendency of Varieties to depart from the Original Type . 22 Lyell dan Hooker berpendapat bahwa Darwin dan Wallace memiliki teori yang serupa sehingga menggabungkannya dalam satu presentasi, dan kemudian hari diketahui bahwa ide Darwin-Wallace adalah hal yang sangat berbeda.23

Okto er 8 8, Dar i e er itka uku ya ya g fe o e al, On the Origin of the Species . Lyell da Hooker se pat erayu Dar i u tuk e a tu ka a a Walla e dala uku ya tersebut se elu uku terse ut ter it, se agai ti daka saha at u tuk e erika a a atau keagu ga u tuk orang jauh, bukan keturunan rakyat jelata, tidak terkenal, yang melakukan penelitian secara mandiri – Wallace, dan hasilnya nama empat kali nama Wallace disebutkan. Pada presentasi tanggal 01 Juli 1858 diatas, Darwin mengakui secara tidak jelas, memiliki pandangan yang serupa dengan Wallace –the struggle of existence dan the survival of the fittest– namun tak pernah mencoba untuk merumuskannya.24

03 November 1859, saat usianya menginjak 36 tahun, yang juga tanggapan atas makalah “ later, akalah Walla e ya g erjudul On The Zoological Geography of Malay Archipelago , dengan bantuan Charles Darwin dibacakan di Linnean Society – sebagaimana presentasi teori evolusinya, ia sedang berada di Hindia. Wallace secara samar-samar mengungkapkan gagasan garis khayal yang membagi Nusantara menjadi bagian timur dan barat dengan perbandingan jenis-jenis aves dan mamalia, diantara kawasan Asiatik dan indo-australia, serta hubunganya dengan kondisi geografisnya. Wallace masih mengira-ngira bahwa garis trsebut melintasi selat makassar di utara

18

Alfred Russel Wallace, The Malay Archipelago: The..., hlm. 305.

19George Be alo i da Charles “ ith, Biography of Walla e ..., http:// alla efu d

.info.

20

Simon Winchester, Krakatau, Ketika..., hlm. 89. Pencerahan idenya dituliskan dalam bukunya The Wonderful Century, yang sebagian terjemahannya di kutip di awal paper. Pada halaman 87, Winchester secara

sarkastik e ye utka pe aha a e dadak Walla e te ta g E olusi u ul ru ah ke il ya yang berupa gubuk alang-alang yang ditopang ranting, di sebuah desa di Ternate.

21 Alfred Russel Wallace,

The Wonderful Century..., hlm. 140.

22Charles Dar i da Alfred ‘ussel Walla e,

On the Tendency of Species to Form Varietas; and On the Perpetuation of Varietas and Species by Natural Means of Selection , dalam jurnal The Proceeding of The Linnean Society: Zoology, Vol.III, (London: ), hlm. 45-

23

U. Kutshera, A Co parati e A alysis of the Dar i -Wallace Papers and the Develompent of the

Co ept of Natural “ele tio , dala Jur al Theory Biosci, 122, (Urban & Fischer Verlag, 2003), hlm. 343-359.

24

(5)

hingga selat lombok di selatan.25 Garis itu diperbaiki lagi dalam sebuah ceramah dengan substansi yang lebih berbobot pada tahun 1863. Garis yang hingga kini oleh sebagian besar dianggap sebagai warisan terbesar Wallace, dan menjadikannya sebagai bapak Biogeografi.

Hubungan Rumit Nusantara, Ternate, dan Evolusi

Ada keterkaitan kuat antara Nusantara, Kesultanan Ternate, dan teori evolusi modern. Nusantara dengan dasar yang telah dituliskan diatas, menyediakan area studi flora dan fauna yang sangat luas, baik ilmu biologi dasar seperti identifikasi karakter dan sistematika hingga multidisiplin seperti evolusi dan biogeografi.

Ternate, adalah Kesultanan yang tanahnya menghasilkan jenis rempah yang sangat berharga di Eropa nun jauh disana yaitu cengkeh dan pala. Potensi tersebut menarik berbagai bangsa Eropa untuk menguasai perdagangan rempah dengan mengirim ekspedisi perdagangan, militer, dan bahkan bercokol di Nusantara. Percokolan berbagai bangsa Eropa tersebut membawa semangat imperialisme. Imperialisme barat, dilahirkan dari perjanjian Tordesilas, 7 Juni 1494 M antara kerajaan katolik Spanyol dan kerajaan katolik Portugis, di pimpin oleh Paus Alexander IV yang hasilnya, Spanyol diizinkan menguasai bumi bagian barat dan Portugis mengusai bumi bagian timur. Paus Alexander VI membenarkan imperialisme untuk tujuan kekayaan (gold), kepercayaan (gospel), dan kejayaan (glory). Alexander VI juga mengajarkan bahwa negara-negara di luar Negara Gereja Vatikan, yang tidak beragama Katolik, sebagai bangsa biadab. Negara atau wilayahnya dinilai sebagai terra nullius (wilayah kosong tanpa pemilik).26 Beruntunglah Portugis, ereka e e uka e as termahal kedua setelah e as afrika – para budak, yaitu rempah-rempah. Kondisi ternate seperti dituliskan diatas sangat mendukung pergerakan seorang Wallace untuk mengacak-acak Nusantara demi sebuah pengetahuan baru, dengan modal sendiri.

Prinsip glory, sebagai buah dari gold dan gospel, dilakukan dengan menyertakan atau memfasilitasi ilmuwan, yang sedang menikmati euforia eksplorasi, untuk mengeksplorasi kawasan tersebut. Sudah barang tentu, hasilnya diakui sebagai hak mutlak ilmuwan tersebut dan kejayaan negaranya. Kedatangan tokoh biologi seperti Carolus Linnaeus di bidang botani, Sclater di bidang ornitologi, atau Wallace di bidang geografi mampu menaikkan pamor negara yang memfasilitasinya. Namun, tidak semua ilmuwan yang datang tersebut melakukan seperti keahliannya. Wallace, misalnya, tertarik dengan biota yang ada di Nusantara dibandingkan dengan geografi hingga merumuskan prinsip survival of the fittest, walaupun kemudian kembali ke geografi aplikatif setelah tertarik dengan ide Sclater, tentang perbedaan karakteristik burung timur dan barat Nusantara.

Evolusi telah terjadi di Nusantara. Geologi, menyaksikan bahwa perkembangan lempeng benua dari awal, Pangea, Laurasia, dan nama-nama lain besar kemungkinan terjadi di kawasan ini. Krakatau, kompleks geologis paling labil di dunia, dan letusannya tahun 1883, membantu konstruksi teori lempeng, walau baru diterina 60 tahun kemudian. Pencarian missing link dari teori Darwin dengan konsentrasi manusia, tahun 1887, oleh Dubois, dengan menyamar sebagai dokter, di Sumatera, tetapi ia tida menemukannya. pengamatannya dipindahkan ke jawa, di tepian Bengawan Solo, Trinil, ia menemukan tengkorak bervolume 900 cc, sebuah femur, dan tiga buah gigi. Pithecantropus erectus. Dan dipamerkan di Leiden, 1895. Di Wajak, pada periode eskavasi yang sama, di lapisan yang sama dengan Trinil, ia menemukan beberapa tengkorak bervolume 1.550-1.650 cc, mendekati manusia modern, 1.500 cc. 30 tahun kemudian, ketika sebagian ilmuwan telah meyakini bahwa manusia berasal dari kera besar, Dubois mengaku bahwa ia telah menemukan tengkorak manusia yang sesungguhnya.

Biogeografi, meskipun telah ramai di perdebatkan di kalangan ilmuwan Eropa saat itu, namun, secara teknis dibuktikan pertama kali oleh ornitolog Inggris yang awalnya hanya terpesona oleh suara burung, ilmu tersebut pun pertama kali terbukti keabsahannya di Nusantara. Keduanya

25

Alfred ‘ussel Walla e, o u i ated y Charles Dar i , On The Zoological Geography of Malay Archipelago dala Jur al The Proceeding of The Linnean Society: Zoology, Vol.IV, (London:, 1860), hlm. 172-184.

26

(6)

dilakukan dengan menumpang fasilitas milik organisasi perdagangan atau melalui kekuasaan penjajah.

Hubungan yang saling memanfaatkan yang kadang merugikan pihak lain terjadi antara tiga hal diatas. Ilmu dan ilmuwan, menunggangi penjajah yang sedang mengeksploitasi potensi alam Nusantara. Ilmuwan, dengan jaminan keamanan dan kekuatan diplomatik dari negaranya, membuatnya aman, terjamin, dan mampu e pelajari pote si ya g lai da membuat klaim diatas hasil yang didapatkannya sebagai karya mutlak yang mengangkat nama negara yang mengirimnya, yang juga bagian dari penjajah. Sekalipun mereka yang mengakui dirinya sebagai ilmuwan jarang bersikap jujur dan obyektif. Saling sikut dan saling menyesatkan diantara mereka. Kerajaan atau kekuasaan tradisional dipaksa untuk diposisikan sebagai pemerintahan tanpa daya, atau hanya status, sementara ekonomi dikuasai oleh para penjajahnya. Parahnya, kondisi sosial yang telah dibuat tersebut juga di potret oleh para ilmuwan – secara obyektif, tetapi lebih sering dengan subyektif – sebagai kepribadian orang Nusantara. Lebih menyakitkan lagi, sebagian orang Nusantara modern masih mengiyakan hal tersebut. Tanah nusantara, tetap setia mengizinkan dirinya untuk dibuka rahasia sumber pengetahuannya yang tersedia. Geologi, geografi, vulkanologi, sosial, budaya, antopologi, arkeologi, dan tentu biologi bergiliran menemukan bagiannya di tanah ini.

Sekelumit Suara

Penghargaan terhadap karya, betapapun sedikitnya, betapapun terlambatnya, mungkin hanya itu hal yang paling membahagiakan bagi seorang ilmuwan. Namun,kejujuran dalam menyampaikan karya, untuk kebenaran,mungkin itu yang sangat penting. Dan yang terakhir, adalah bagaimana kita – yang katanya mengaku sebagai orang berilmu – menghargai dan menjaga ayat-ayat kauniyah yang melimpah di negeri ini, sisa-sisa Nusantara yang kini bernama Indonesia.

Rujukan dan Bacaan Lebih Lanjut

Ahmad Mansur Suryanegara. 2010. Api Sejarah. Bandung: Salamdani Pustaka Semesta.

Alfred Russel Wallace, communicated by Charles Darwin. 18 . On The Zoological Geography of Malay Archipelago dala Jur al The Proceeding of The Linnean Society: Zoology. Vol.IV. London: Longman, Green, Longmans and Roberts, and Willian and Norgate.

Alfred Russel Wallace. 1905. My Life: a Record of Event and Opinion. London: Chapman and Hall Ld. Alfred Russel Wallace. 1872. The Malay Archipelago: The Land of the Orang-Utan and the Bird of

Paradise, A Narative of Travel with Studies of Man and Nature. London: McMillan and Co. Alfred Russel Wallace. 1899. The Wonderful Century: Its Successes and Its Failures. New York: Dodd,

Mead and Company.

Charles Dar i da Alfred ‘ussel Walla e, On the Tendency of Species to Form Varietas; and On the Perpetuation of Varietas and Species by Natural Means of Selection , dalam jurnal The Proceeding of The Linnean Society: Zoology, Vol.III, (London: ), hlm. 45-

George Be alo i da Charles “ ith. Biography of Walla e , diakses dari The Alfred ‘ussel Walla e Website, http://wallacefund.info.

M.C. Ricklefs. 2008. Sejarah Indonesia Modern: 1200-2008. Jakarta: Serambi.

Mehmet Bayrakdar. tt. Al-Jāhiz and the Rise of Biological Evolution. Diakses dari website: http://dergiler.ankara.edu.tr/dergiler/37/772/9842.pdf.

Philip Lutler Scatler. 1858. O the ge eral Distri utio of the Class A es dalam Jurnal The Proceeding of The Linnean Society: Zoology, Vol.II. London: Longman, Green, Longmans and Roberts, and Willian and Norgate. 130-149.

Simon Winchester. 2006. Krakatoa: The Day the World Exploded: August 27, 1883. Terjemah oleh Bern Hidayat. Krakatau, Ketika Dunia Meledak: 27 Agustus 1883. Jakarta: Serambi.

U. Kutshera. . A Co parati e A alysis of the Dar i -Wallace Papers and the Develompent of the Co ept of Natural “ele tio . Dala Jur al Theory Biosci, 122: 343-359. Diakes dari http://urbanfischer.de/journals/theorybiosc.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan bahwa pola makan merupakan faktor risiko paling berpengaruh pada obesitas kemudian diikuti dengan faktor genetik, pola hidup,

Jumlah waktu pelatihan bagi karyawan dalam hal mengenai kebijakan dan serta prosedur terkait dengan aspek HAM yang relevan dengan kegiatan organisasi, termasuk persentase

Intensi orang tua dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia dini di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang ditinjau dari sub aspek outcome

Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini antara lain adalah: (1) lokasi studi kasus adalah jalan Nasional III Yogyakarta- Wonosari KM 17 Piyungan Kabupaten Gunung

Karena hukum agraria berlandaskan hukum adat, maka peralihannya pun harus dilandasi dengan hukum adat. Peralihan Hak Milik berdasarkan hukum adat, menurut Adrian Sutedi, 31

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kertha Wisata Denpasar atas dasar pertimbangan kelayakan dan keterjangkauan. Produk yang dihasilkan

Dari pengertian tersebut, terdapat tiga ide dasar tentang berpikir: (a) berpikir adalah kognitif, terjadi secara internal dalam pemikiran namun keputusan diambil

Dari hubungan tersebut kemudian laki-laki dan perempuan tersebut menghadap kepada keluarga pihak laki-laki dikarenakan perkawinan Pasu-Pasu Raja pada umumnya terjadi