• Tidak ada hasil yang ditemukan

skripsi JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN HAK CI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "skripsi JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN HAK CI"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1. Latar Belakang Masalah

UU 28 tahun 2014 tentang Hak cipta mengubah jangka waktu perlindungan terhadap sebuah karya dari peraturan sebelumnya UU 19 tahun 2002 yang sebelumnya 50 tahun, menjadi 70 tahun setelah pencipta meninggal. Namun hal ini hanya berlaku terhadap ciptaan-ciptaan tertentu seperti karya musik, gambar, karya literatur, ceramah, kuliah, alat peraga untuk kepentingan pendidikan, drama, drama musikal, tari koreografi, kaligrafi, pahat, dan lain-lain sesuai yang tercantum pada pasal 58 ayat (1) UU 28 tahun 2014.

Karya karakter kartun merupakan salah satu bagian dari karya seni rupa dalam bentuk gambar yang dapat dibentuk secara digital dan dibuat bergerak. Seperti yang kita ketahui dari jaman dahulu hingga sekarang, karakter kartun menjadi karya seni yang terus berkembang, dan beberapa karya karakter kartun yang sudah lewat masa lakunya, diambil alih oleh orang lain untuk menghasilkan sebuah karya seni yang baru.

Indonesia telah memiiki UU mengenai Hak cipta yang pertama yaitu UU nomor 19 tahun 2002 dan telah digantikan oleh UU yang baru yaitu UU nomor 28 tahun 2014. Dan dalam masing-masing undang-undang memiliki perbedaan yang terperinci terutama mengenai masalah jangka waktu dari hak cipta.

UU nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dan UU nomor 28 tahun 2014 yang menggantikannya telah menjadi instrumen untuk melindungi karya seni yang telah diciptakan oleh para seniman. Karena ciptaan-ciptaan ini dilindungi hak cipta sebagai hak eksklusif, ciptaan-ciptaan ini menjadi hak yang semata-mata diperuntukan bagi pencipta atau pihak lain yang diperbolehkan memanfaatkan hak tersebut dengan seizin pencipta.1 Dalam

1 Tim Lindsey, et al., ed., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, (Bandung:

(2)

kedua UU tersebut juga mengatur mengenai jangka waktu perlindungan terhadap suatu karya pada UU 19 tahun 2002 diatur berdasarkan pasal 29 ayat (2) bahwa hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang paling akhir dan ditambah 50 tahun setelah pencipta meninggal. Sedangkan berdsarkan Penjelasan UU 28 tahun 2014 menerangkan bahwa perlindungan tehadap Hak Cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang sejalan dengan penerapan aturan di berbagai negara sehingga jangka waktu pelindungan Hak Cipta di bidang tertentu diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal.

Terjadi perbedaan mengenai jangka waktu perlindungan dari sebuah karya antara UU nomor 19 tahun 2002 dengan UU nomor 28 tahun 2014. Hal ini menimbulkan masalah bagi karya yang menurut UU 19 tahun 2002 telah

menjadi “Public Domain” namun menurut UU nomor 28 tahun 2014 tidak menjadi “Public Domain” kembali. Hal ini yang menjadi permasalahan yang

akan diteliti lebih lanjut, karena penulis melihat dengan adanya perubahan jangka waktu, membuat adanya ketidakpastian hukum bagi pihak-pihak yang terkait terhadap suatu karya cipta yang berada pada jangka waktu menurut

UU 19 2002 adalah “Public Domain” tapi menurut UU 28 tahun 2014 tidak menjadi “Public Domain”, seperti ahli waris, dan pihak yang menggunakan

karya cipta tersebut untuk tujuan komersial.

Pada negara lain tetap masih ada yang menganut perlindungan jangka wakatu minimal yang telah ditetapkan oleh TRIPS dan juga Bern Convention. Kita dapat mengambil contoh Malaysia. Malaysia Pada Akta 332 tentang Copyright Law pada pasal 17 ayat satu menunjukan bahwa perlindungan kerya literatur, musik, gambar dan hal lainnya adalah 50 tahun sesudah pencipta meninggal.

(3)

Doraemon dan Hello Kitty berasal dari perusahaan Sanrio di Jepang. Hal ini pun membuktikan bahwa peredaran dari karya seni karakter kartun ini tidak hanya lokal, tetapi juga sampai cakupan Internasional.

Setiap kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat, kelompok artis, ataupun perorangan yang terkenal, sering bermunculan perdagangan benda-benda dengan fungsi tertentu seperti : pakaian, mainan, alat tulis, kalender, alat rumah tangga, aksesoris dan benda-benda lainnya yang memiliki hubungan dengan kegiatan tersebut sebagai suatu cinderamata atau

merchandise. Pada konteks produksi barang-barang cinderamata yang dibentuk kedalam barang-barang yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, bersifat praktis akan tetapi tetap memiliki unsur keindahan. Kegiatan produksi sekaligus perdagangan cinderamata ini tidak hanya berhubungan dengan kegiatan tertentu saja berhubungan dengan kegiatan promosi maupun dengan hal-hal kegemaran masyarakat kepada artis atau karakter film atau pun novel.

Bisnis mengenai merchandise karakter kartun ini merupakan sebuah bisnis yang sangat berpengaruh terhadap industri ekonomi kreatif di Indonesia. Walaupun pada saat ini, bisnis ini baru benar-benar terlihat maju di luar terutama di Amerika. Hal ini terbukti dari karakter-karakter kartun yang mendunia seperti Miki Tikus karya Disney, Bug’s Bunny karya Warner Bross, dan lain-lain berasal dari Amerika. Indonesia menjadi negara yang turut menggunakan karya karakter kartun tersebut. Bisa dilihat dari antusiasme para masyarakat Indonesia ketika beberapa film Animasi karya Disney, Warner Bross, dan lain-lain mulai dirilis di Indonesia. Jumlah orang yang memenuhi bioskop akan bertambah jauh lebih banyak. Selain itu jumlah tiket untuk menyaksikan pertunjukkan drama musikal yang diubah dari film animasi ke bentuk drama yang dimainkan oleh orang, laku habis terjual. Tidak hanya itu saja, hal tersbut juga terjadi pada merchandise

(4)

Saat ini di Indonesia belum ada kasus yang berkenaan dengan terjadinya perubahan masa jangka waktu perlindungan terhadap suatu karya terutama karya karakter kartun. Untuk itu penulis mengambil contoh kasus

yang berada di Amerika yaitu “Sony Bono Copyright Term Extension Act”

yang dimintakan “Judicial Review” oleh Lawrence Lessig. Pada kasus

tersebut, Lawrence Lessig meminta kepada Congress agar tidak memberlakukan sistem pembaharuan perpanjangan waktu terhadap perlindungan Copyright. Hal ini dikarenakan yang memiliki hak atas

Copyright tersebut dapat melakukan pembaharuan terhadap masa laku perlindungan karyanya. Jadi ketika masa perlindungan sebuah karya telah habis, maka si pemilik dari hak perlindungan tersebut dapat mengajukan perpanjangan perlindungan karya tersebut. Hal ini menurut Lawrence Lessig membuat pihak-pihak yang hendak menggunakan karya tersebut menjadi tidak dapat menggunakan karya tersebut untuk kepentingan penemuan karya baru. Hal lainnya adalah, justru dengan adanya sistem seperti ini hanya memberikan keuntungan terhadap pihak-pihak tertentu saja yakni pemilik dari hak perlindungan karya tersebut. Hal berikutnya adalah dengan adanya sistem ini justru dapat menimbulkan masalah saling klaim antara pihak yang merasa memiliki kepentingan terhadap karya tersebut, dan justru ini menimbulkan kebingungan kepada pihak lain yang hendak menggunakan karya tersebut, karena mereka bingung harus mengajukan ijin penggunaan karya kepada siapa.

(5)

1.2. Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, pokok permasalahan yang hendak penulis teliti dan analisis dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Apa Jenis Ciptaan dari Suatu Karakter Kartun?

2. Apa persyaratan yang harus dipenuhi untuk membuat merchandise

karakter kartun secara sah?

3. Apakah pemegang Hak Cipta karakter kartun dapat memperoleh royalti dari produsen merchandise tersebut di negara yang jangka waktu perlindungan hak ciptanya berbeda dengan negara asal karakter kartun tersebut?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dengan menganalisis dari latar belakang masalah dan pokok permasalahan diatas, dapat dikemukakan bahwa tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah apa yang dialami oleh masyarakat mengenai Hak Cipta.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus disusunnya penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban mengenai :

a. Mengetahui alasan jangka waktu hak cipta lebih panjang daripada ciptaan yang lain.

b. Mengetahui hubungan antara Copyright Term of Act di Amerika Serikat dengan komersialisasi ciptaan berupa karakter kartun.

(6)

1.3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam memahami gambaran sederhana tentang perlindungan hukum yang diterapkan terhadap komersialisasi suatu Karya Cipta yang dilindungi berdasarkan undang-undang yang berlaku.

1.4. Tinjauan Pustaka

1. Judul buku : Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar Editor : Prof. Tim Lindsey, B.A., LL.B., BLitt, Ph.D.Dkk Cetakan : V, Edisi Baru

Impresum : Bandung, PT. Alumni, 2006 Jumlah Halaman : 432 Halaman

Uraian isi buku :

Buku ini berisi mengenai Hak Kekayaan Intelektual secara keseluruhan. Terdapat didalamnya keseluruhan cabang ilmu dari Hak Kekayaan Intelektual seperti Hak Cipta, Paten, Desain Industri, dan lain-lain. Terdapat 14 bab dalam buku ini dan diawali oleh sebuah pendahuluan yang menjelaskan secara mendasar mengenai Hak Kekayaan Intelektual guna sebagai pengantar kepada pembaca untuk lebih memahami mengenai Hak Kekayaan Intelektual beserta cabang-cabang ilmu yang ada. Selain itu dalam buku ini juga secara rinci menjelaskan menenai masing-masing cabang dari Hak Kekayaan Intelektual khususnya mengenai Hak Cipta. Sebagaimana dalam buku ini tertulis bahwa Hak Cipta merupakan sebuah hak eksklusif untuk pencipta dalam mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya apa pun itu baik ilmu pengetahuan, seni dan lain-lain dalam bentuk apa pun. Penjelasan secara rinci mengenai Hak Cipta ini berada dalam bab 4 buku ini.

2. Judul buku : Hak Kekayaan Intelektual Dan Pengetahuan Tradisional

(7)

Impresum : Bandung, PT. Alumni, 2006 Jumlah Halaman : 407 halaman

Uraian isi buku :

Buku ini banyak memberikan pandangan mengenai Hak Kekayaan Intelektual terhadap pengetahuan tradisional. Buku ini memberikan kritik terhadap Hak Kekayaan Intelektual yang tidak melindungi pengetahuan tradisional. Dalam buku ini tertulis bahwa Hak Kekayaan Intelektual merupakan rezim individualistik untuk memonopoli guna melindungi investasi (modal). Dan dalam buku ini juga terdapat berbagai saran dan alternatif agar pemerintah dapat melindungi pengetahuan tradisional.

3. Judul buku : Hak Cipta & Karya Cipta Musik Penulis : Husain Audah

Cetakan : I, Edisi Pertama

Impresum : Bogor, Pustaka Litera Antar Nusa, 2004 Jumlah Halaman : 86 halaman

Uraian isi buku :

Buku ini memberikan penjelasan mengenai cabang dalam Hak Kekayaan Intelektual yaitu Hak Cipta. Pembahasan dalam buku ini selain telah mengerucut ke arah Hak Cipta, juga telah mengerucut ke dalam suatu bidang seni yaitu bidang seni musik. Selain itu dijelaskan juga mengenai sejarah Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia dengan munghubungkan pada masalah Karya Seni Musik . Di dalam buku ini juga tertera beberapa pelanggaran terhadap Hak Cipta musik seperti pembajakan produksi rekaman musik, peredaran ilegal, dan pelanggaran Hak Cipta. Di dalam buku ini juga terdapat ringkasan pengertian Hak Cipta Musik yang penting untuk diketahui.

4. Judul buku : Hukum Hak Cipta Indonesia Penulis : Suyud Margono

Cetakan : 1

(8)

Jumlah Halaman : 232 halaman Uraian isi buku :

Buku ini mengkaji dengan asumsi dibuatnya ketentuan hukum Hak Kekayaan Intelektual, terutama UU Hak Cipta yang mengikuti perkembangan perdagangan global, tetapi masih terjadi banyak pembajakan terhadap karya cipta secara global, termasuk Indonesia. dengan menganalisis aspek juridis implementasi Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights (TRIPs Agreement) bagi penegakan hukum dan penyelesaian sengketa. Buku ini juga menganalsis dan mengkaji keberlakuan dari World Trade Organization (WTO), terutama ketentuan TRIPs Agreement sebagai sistem hukum Internasional. Buku ini juga menelaah dari teori dan sisi kerugian yang dialami negara-negara berkembang dengan berlakunya perdagangan dunia melalui WTO terutama TRIPs Agreement. Buku ini menggunkan tata bahasa yang masih tergolong dapat dimengerti. Tata letak antar materi dalam buku ini tergolong sistematis, jadi data-data materi tersusun secara sistematis. Kondisi fisik buku baik tidak ada cacat dari buku tersebut.

5. Judul buku : Asian Copyright Handbook (versi Indonesia) Penulis : Tamotsu Hozumi

Penerjemah : Masri Maris Cetakan : Pertama

Impresum : Jakarta, Ikatan Penerbit Indonesia 2006 Jumlah Halaman : 134 halaman

Uraian isi buku :

(9)

dilengkapi dengan Tanya jawab mengenai Hak Cipta. Bahasa yang digunakan dalam buku ini sederhana, namun cara penulis buku ini menyampaikan informasi terlalu panjang, seperti halnya sebuah buku novel. Tidak langsung mengarah ke inti dari permasalahan yang dibahas, sehingga perlu adanya ketelitian dan kesabaran dalam mengambil inti sari dalam buku ini. Sistematika penulisan buku ini tersusun secara berurutan. Tidak ada tata letak yang salah pada buku ini. Kondisi fisik dari buku ini baik.

1.5. Kerangka Konsep

Untuk menghindarkan kerancuan, maka di dalam penelitian ini perlu

dilakukan pembatasan definisi dari kata, istilah, dan konsep yang digunakan yaitu :

1. Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.2

2. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan yang berisfat khas dan pribadi.3

3. Ciptaan adalah setiap hasil karya di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.4

2 Indonesia (1), Undang-Undang Hak Cipta, LN No. 266 Tahun ,2014 TLN 5599, 2014,

UU No. 28 Tahun 2014, Ps. 1 angka 1.

(10)

4. Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.5

5. Hak terkait adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta, pihak yang merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser fonogram, atau lembaga penyiaran.6

6. WTO adalah singkatan dari World Trade Organization merupakan

organisasi internasional yang mengawasi “aturan perdagangan diantara

anggotanya.7

7. TRIPs Agreement adalah singkatan dari Trade Related Aspect of Intellectual Property Right merupakan sebuah perjanjian internasional yang telah disepakati yang mengatur substansi HaKI dikaitkan dengan perdagangan intetrnasional pada umumnya.8

8. HaKI adalah singkatan dari Hak atas Kekayaan Intelektual yang merupakan perlindungan penerapan ide dan informasi yang memiliki nilai komersial. HaKI adalah Kekayaan Pribadi yang dapat dimiliki dan diperlukan sama dengan bentuk-bentuk kekayaan lainnya9.

9. Penggunaan secara komersial adalah pemanfaatan cipataan dan/atau produk Hak Terkait dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari berbagai sumber atau berbayar10.

10.Public Domain is Intellectual property. The universe of inventions and creative works that are not protected by intellectual-property rights and

are therefore available for anyone to use without charge. When

Copyright, trademark, patent, or trade-secret rights are lost or expire,

the intellectual property they had protected becomes part of the public

5 Ibid. Ps.1 angka 4. 6 Ibid. Ps.1 angka 5.

7 Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia , cet. 1, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010),

hlm. 5.

8 Ibid., hlm. 5.

9 Lindsey, Op. Cit., hlm. 3.

(11)

domain and can be approproated by anyone without liability for

infringement.11

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Bentuk Penelitian

Penelitian dilakukan oleh peneliti berbentuk penelitian kepustakaan dengan tujuan meneliti hukum berdasarkan teori yang ada.

2. Tipologi Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh peneliti merupakan penelitian normatif. Peneliti meneliti keberlakuan dari UU nomor 28 tahun 2014 terhadap kegiatan-kegiatan komersialisasi karya yang menurut UU nomor 19 tahun 2002 adalah domain publik namun setelah ada UU baru menjadi

private domain kembali. 3. Macam Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan mencakup bahan hukum primer berupa perundangan. Untuk menjelaskan bahan hukum primer tersebut maka peneliti menggunakan bahan hukum sekunder berupa buku-buku, artikel dari surat kabar dan internet.

4. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa studi dokumen.

5. Metode Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah analisa data secara kualitatif. Metode kualitatif dalam penelitian ini berarti metode analisa berdasarkan dari pengertian dasar sistem hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Hak Cipta.

11 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, ed. 9. ( Amerika : West Publishing Co,

(12)

6. Bentuk Hasil Penelitian

Laporan yang dihasilkan dalam penelitian mengenai komersialisasi terhadap suatu karya yang ditinjau dari Undang-Undang no. 28 tahun 2014 adalah laporan berbentuk deskriptif analisis.

1.7. Kegunaan Teoritis dan Praktis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi dalam memahami penerapan hukum terkait perlindungan hukum terkait perlindungan dan pelestarian terhadap Hak Cipta yang dilindungi dalam Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia. Tulisan ini diharapkan dapat mengembangkan pola pikir dalam perlindungan Hak Cipta khususnya yang berkaitan dengan kepemilikan maupun pemanfaatan Karya Cipta contohnya seperti karya seni, sastra, dan lain-lain sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, dan ilmu hukum terutama.

(13)

13

2.1. Karakter Kartun Sebagai Karya Seni

2.1.1. Definisi Karakter Kartun

Kartun adalah suatu bentuk gambar yang dibuat representasional terhadap suatu peristiwa, dengan arah hasrat melucu. Bisa membuat orang tertawa (bila berhasil dianggap lucu) atau jengkel (bila dianggap gagal lucu).12 Pada awalnya kartun tidak memiliki suasana lucu. Kartun sendiri berasal dari sebuah kata bahasa Itali : cartone yang berarti kertas.13 Lalu pada zaman Reinaissance, kartun memiliki makna yang lain yaitu sketsa, yang berarti adalah corat-coret yang dibuat oleh para seniman sebelum berkarya sacara sungguhan. Hal tersebut dapat berupa skulptur, relief, gambar arsitektur, lukisan, atau sulaman. Kartun memiliki ciri unsur satire dan distorsi gambar, tetapi unsur distorsi gambar bukan hal yang diutamakan. Dalam kartun sendiri lebih mengutamakan unsur humor dibandingkan unsur satire.

Seringkali terjadi adanya kesalahpahaman mengenai kartun dengan karikatur. Hal ini dikarenakan tidak adanya batasan yang jelas antara kartun dengan karikatur. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya hanya sifat dari grafisnya yang membuat karikatur dengan kartun berbeda. Kartun juga dapat dikatakan sebagai gambar yang bersifat representatif yang memiliki sifat humor.

Karakter atau watak adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya.14 Dapat dikatakan juga bahwa karakter sifat-sifat kejiwaan dan hal lain yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter sendiri

12 Jaya Suprana, Naskah-naskah Kompas, cet 1, ( Jakarta : PT Elex Media Komputindo,

2009) hlm 12.

13 Ibid., hlm 13.

14 Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://kbbi.web.id/karakter, diakses pada

(14)

dapat berupa huruf, angka, ruang, simbol khusus yang dapat dimunculkan pada papan ketik.

Maka karakter kartun adalah karakter fiksi yang digunakan dalam film animasi atau komik. Jadi karakter kartun adalah bagian dari film atau komik yang juga memiliki perlindungan hak cipta sebagai suatu karya ciptaan yaitu karya Pictograph. Masing-masing karakter kartun berbeda satu sama lain bergantung dari keinginan si pencipta karakter kartun tersebut. Kita bisa ambil contoh Mickey Mouse dan Pluto karangan Walt Disney. Kedua karater tersebut merupakan karakter yang berbeda satu sama lain dimana Mickey Mouse adalah tikus yang berperilaku layaknya manusia sedangkan Pluto adalah karakter anjing yang merupakan peliharaan dari Mickey Mouse. Dua karakter berbeda yang diciptakan oleh Walt Disney sesuai dengan keinginan Walt Disney sendiri.

Unsur yang penting dalam karakter kartun adalah gambar yang interpretatif, memiliki sifat, ciri, bentuk, warna, yang berbeda dengan karakter yang lain. Karater kartun sendiri juga dapat digambar secara digital melalui hasil karya komputer sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan pada Undang-undang yang mengatur, tidak tertulis secara jelas mengenai kartun. Pada UU 19 tahun 2002, dapat diambil penafsiran pasal 12 huruf f. Dimana pasal tersebut berbunyi bahwa yang dilindungi adalah seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan.

Berdasarkan pada UU 28 tahun 2014 pasal 40 menuliskan bahwa karya seni rupa dalam segala jenis bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase merupakan karya cipta yang dilindungi. Karakter kartun dalam hal ini merupakan gambar, sehingga mendapatkan perlindungan.

2.1.2. Sejarah Kartun

(15)

contih kartun zaman Renaissance adalah sketsa Leonardo da Vinci dengan adegan St. Anna with the Virgin and Child(1499) yang kemudian masyhur dengan julukan Burlington House Cartoon itu.15 Bagian ini merupakan bagian yang tidak kalah penting dalam sejarah dunia kartun.

Pada tahun 1842 Ratu Victoria melakuka sayembara untuk membuat kartun dengan tujuan untuk merancang fresco pada tembok gedung parlemen. Di saat inilah muncul kartun-kartun miring yang membuat desain kartun-kartun menjadi unik dan lucu. Hal ini dikarenakan gambar-gambar yang dikirim oleh peserta sayembara memiliki desain yang aneh-aneh. Seorang satiris John Leech pun tidak dapat menahan tertawa meihat desain-desain yang dibuat oleh peserta sayembara. Beliau pun akhirnya membuat sindiran melalui gambar-gambar yang dipublikasikan dalam majalah Punch

dengan judul Cartoon!.16 Dan dari hasil publikasi tersebut membuat istilah kartun menjadi dikenal sebagai nama untuk gambar-gambar lucu hingga sekarang.

Akibat hal tersebut, kartun menjadi sebuah media untuk beraneka ragam tujuan. Secara gampangnya, semua hal di jagad raya bisa menjadi bahan sindiran melalui medai kartun. Semua aspek kehidupan seperti kelahiran, cinta, perang, politik, ekonomi, seni, olahraga, agama, takhayul, adat-istiadat, penyakit hingga sampai kematian. Dari aspek-aspek yang disebutkan dapat ditarik kesimpulan bahwa kartun menjadi media penggambaran kisah hidup seseorang dari mulai orang tersebut lahir, tumbuh besar menjadii dewasa dan akhirnya meninggal akibat usia tua atau karena mengidap penyakit.

Disamping kartun “diam” yang kerap kita lihat di media massa cetak

itu, ada pula kartun “bergerak” atau yang dikenal sebagai kartun animasi.17 Perintis dari animasi adalah Emile Reynaud dengan sistem praksinoskop pada tahun 1880, dan menjadi populer berkat kerja tangan Walt Disney

15 Suprana.,Op cit., hlm 13. 16Ibid., hlm 14.

(16)

melalui ciptaan-ciptaanya seperti Mickey Mouse, Donald Duck, dan lain sebagainya.

Jika melihat lebih dalam mengenai kisah animasi, maka pembahasannya tidak akan lepas dari Disney Company. Perusahaan ini didirikan oleh Walt dan Roy Disney pada tahun 1923 memulai awal dari sebuah film animasi yang dirilis yaitu Alice’s Day at Sea. Diawal tahun September 1927, Disney memproduksi Oswald the Lucky Rabbit dalam judul The Trolley Troubles. Pada 18 November tahun 1928 Steamboat Willie

dirilis pada Colony Theater di New York. Hal ini yang memunculkan kartun

Mickey Mouse dan karakter Minnie Mouse.

Pada tahun 1937 hingga 1941 masuklah kartun ke dalam masa keemasan. Dimana Disney mengeluarkan karakter seperti Snow White and the Seven Dwarfs. Pada awalnya karakter ini mendapat cemoohan dari beberapa orang yang juga bekerja dengan Disney. Merekan pun

menyebutnya sebagai “Disney’s Folly” atau kebodohan Disney. Banyak yang membujuk Disney untuk menghentikan proyek tersebut karena membuat mundur, tetapi Disney melihat peluang lain dari proyek tersebut. Dia tetap

pada pendiriannya untuk melanjutkan “Snow White and the Seven Dwarfs”

untuk tetap berjalan. Ia mempekerjakan Profesor Don Graham dari

Chouinard Art Institute untuk memulai latihan untuk pekerja studio, berlandaskan Silly Symphonies sebagaI platform untuk menguji animasi manusia realistik, animasi watak tersendiri, special effect, dan penggunaan proses-proses peralatan khusus kamera multiple.18 Pada akhirnya film ini justru mendapat sambutan yang meriah ketika ditayangkan di Carthay Circle Theater karena berhasil meraup keuntungan delapan juta dolar amerika serikat pada penayangan perdana.

Tidak bisa dipungkiri jaman keemasan animasi atau kartun bermula pada keberhasilan film Snow White. Snow White bukan saja menandakan puncak keberhasilan Disney, tetapi juga memulai zaman yang dikenal

18Just Disney, “Wa lt Disney, Biographyhttp://www.justdisney.com/walt_disney/

(17)

sebagai Zaman Keemasan Animasi bagi Disney.19 Dari situlah muncul banyak karakter kartun yang berkembang di film pendek maupun dalam layar lebar. Mulai bermunculan seperti karakter Pinocchio, Bambi, Alice in Wonderland hingga Peter Pan. Kartun Miki, Donal, Gufi dan Pluto terus dijalankan sebagai film pendek animasi. Lalu Miki Tikus pun juga mengalami beberapa perubahan di akhir tahun 1930.

Dunia animasi pun turut ambil andil pada masa perang dunia kedua. Dimana Studio Disney dan pekerjanya dikontrak oleh pemerintah Amerika Serikat untuk membuat film pelatihan dan instruksi militer dan juga film peningkatan moral. Dari film-film ini tidaklah memberikan pendapatan. Baru di akhir perang film-film seperti The Three Caballeros.

Setelah perang usai di tahun 1945-1955, Disney menghasilkan film paket murah yang isinya adalah film kartun pendek. Film-film kartun pendek tersbut adalah Make Mine Music (1946), Fun and Fancy Free(1947), Melody Time(1948), dan The Adventures of Ichabod and Mr.Toad(1949). Pada zaman ini pun kepopuleran Miki Tikus mulai memudar karena mulai tersaingi oleh karakter Bug’s Bunnny yang merupakan karakter kelinci milik Warner Bros. Namun dengan menurunnya popularitas Miki Tikus membuat karakter lain dari Disney pun bermunculan dan menggantikan kepopuleran Miki. Karakter seperti Donal Bebek pun mulai naik populer.

Ditahun-tahun berikutnya seperti tahun 1940 perusahaan ini pun mengalami peningkatan dengan berpindahnya studio ke Burbank, California

dan tahun 1955 dibukalah Disneyland untuk pertama kalinya. Disney menjadi salah satu bagian dari sejarah perkembangan kartun. Hal ini terbukti dengan adanya kartun-kartun yang dibuat juga oleh Warner Bros., Marvel, dan lain sebagainya.

2.1.3. Fiksasi Karakter Kartun

Fiksasi dalam UU 28 tahun 2014 tentang hak cipta adalah

“perekaman suara yang dapat didengar, perekaman gambar atau keduanya,

(18)

yang dapat dilihat, didengar, digandakan atau dikomunikasikan melalui perangkat apapun. 20 Dari arti tersebut dapat dikatakan bahwa fiksasi untuk karakter kartun sendiri adalah dengan cara perekaman gambar. Bagaimana cara perekaman gambar tersebut? Secara umum perekaman adalah proses menyalin ulang suatu objek, apakah objek berupa gambar, suara atau apa saja. Prosesnya sendiri menggunakan media atau alat perekam tertentu yang hasilnya dapat disimpan di suatu media penyimpanan.

Karakter kartun sendiri dapat berupa gambar secara fisik maupun gambar digital Digital Painting. Dalam kenyataannya karya dalam bentuk digital hanya dapat dibaca oleh komputer, karena karya tersebut terdiri dari kode-kode biner.21 Hal ini berarti karakter kartun tersebut hanya dapat dibaca oleh komputer. Jadi jika karakter kartun tersabut dibentuk menjadi sebuah gambar digital, maka bentuk fiksasinya adalah dengan cara perekaman dengan cara digital dalam hal ini menggunakan media komputer dan disimpan melalui media penyimpanan pada komputer. Jika bentuk gambarnya adalah gambar sketsa, maka bentuk fiksasinya adalah gambar sketsa yang telah jadi tersebut.

Dari hal-hal yang telah dikatakan berdasarkan sejarah perkembangan bahwa karakter kartun dalam hal ini memiliki ruang bisnis yang luas seperti buku komik, film, merchandise, serial televisi, dan lain sebagainya.

2.1.4. Nama Karakter Kartun

Nama adalah kata untuk menyebut atau memanggil orang (tempat, barang, binantang, dsb).22 Pada dasarnya nama sendiri adalah penunjuk identitas dari orang, benda, binatang, dan lain-lain. Fungsinya sebagi pembeda antara satu dengan yang lain. Nama sendiri melekat pada satu karakter. Contohnya Mickey Mouse melekat pada karakter Miki Tikus

20 Indonesia, Undamg-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, LN No. 266,

TLN 5599, Ps. 1 anka 13.

21 Ekspresi Kreatif Pengantar Hak Cipta dan Hak Terkait untuk Usaha Kecil dan

Menegah.,http://www.wipo.int/export/sites/www/sme/en/documents/guides/translation/creative_ex pression_indo.pdf. Diakses tanggal 24 September 2015.

22Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, http://kbbi.web.id/nama, diakses pada tanggal

(19)

tersebut. Namun hal itu tidak menjadi karakternya, hanya melekat pada karakter tersebut sebagai penunjuk identitas karakter.

Nama, judul, slogan, dan frasa-frasa singkat lainnya biasanya tidak mendapatkan perlindungan hak cipta.23 Tetapi di beberapa negara memperbolehkan untuk mendapatkan perlindungan jika memiliki nilai kreativitas yang sangat tinggi. Berarti, nama dapat dilindungi asal memenuhi syarat yaitu memiliki kreativitas yang tinggi. Dalam hal ini penamaan sebuah karakter kartun dapat dinilai memiliki nilai kreativitas yang tinggi. Hal ini disebabkan penamaan karakter kartun memiliki proses yang panjang dan bebrapa perubahan. Untuk contoh Miki Tikus, dapat diartikan bahwa proses penamaannya memiliki cara yang panjang. Dimulai dari dibentuk dahulu karakter dari Miki Tikus yang tadinya adalah kelinci namun karena direbut oleh orang lain, maka dari itu berubah. Dan tentunya perlu ada ide yang kreatif untuk membentuk nama Miki Tikus yang mengambil gambaran tikus yang memiliki sifat dan karakter seperti manusia.

Pada dasarnya nama karakter kartun dapat dilindungi secara hak cipta karena memiliki nilai kreativitas yang tinggi.

2.2. Industri Merchandise

2.2.1. Definisi Merchandise

Merchandise merupakan metode, praktik, dan operasi yang

digunakan dengan tujuan mempromosikan serta mempertahankan sebuah

identitas dari sebuah produk. Dalam Cambridge Advance Learner’s

Dictionary merchandise adalah :(verb) “US. SPECIALIZED to encourage the sale of goods by advertising them or by making certain that they are

noticed;” yaitu barang dagangan guna mendorong penjualan produk-produk dengan iklan atau dengan memastikan bahwa mereka dicatat sebagai sebuah media promosi (cambridge). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

merchandise sendiri diartikan sebagai Cinderamata yang artinya : 1.

23 Ekspresi Kreatif Pengantar Hak Cipta dan Hak Terkait untuk Usaha Kecil dan

(20)

Pemberian (sebagai kenang-kenangan, sebagai pertanda ingat,dsb.) 2. Kekasih jantung hati. (KBBI, edisi kedua, dept. pendidikan dan kebudayaan, balai pustaka, cetaka ke-empat-1995)

Jika melihat buku karangan Grace Kuntz yaitu Merchandising : Theory, Principle, and Practice beliau mengatakan bahwa Merchandising

adalah perencanaan, pengembangan, dan pengenalan sebuah produk agar dikenal di pasar yang berkaitan dengan harga model, dan waktu.24 Menurut beliau juga merchandisinng adalah proses atau metode yang paling berbeda dalam fungsi bisnis diantara semua cara yang berhubungan dengan produk.

Hal diatas merupakan definisi secara sempit mengenai merchandise. Pada dasarnya pengertian mengenai merchandise juga memiliki arti yang cukup luas. Ritel juga dapat diartikan sebagai proses merchandise, yaitu menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Ada pula matriks perdagangan, hal ini juga merupakan bagian dari merchandising. Matriks perdagangan sendiri meliputi enam komponen utama yaitu bahan, produsen, pemasok, produsen barang jadi, pengecer, dan konsumen.

Ahli lain juga mendefinisikan bahwa merchadising adalah perencanaan yang matang, pembentukan dan pemilihan model yang tepat, produksi, dan penjualan yang efektif.25 Secara tidak langsung Nystrom menyatakan bahwa misi dari merchandising adalah proses produksi sebuah barang yang akan diperdagangkan hingga ke tangan konsumen akhir. Dan dapat diartikan juga bahwa merchandising adalah proses jual beli dengan cara menyediakan produk untuk konsumsi. Proses merchandising juga harus memenuhi keinginan konsumen, menganalisa trend penjualan, dan mampu memilih dan menyajikan produk yang laku dipasaran.26 Jadi memang proses dari merchandising sendiri tidak hanya bagaimana membentuk sebuah benda tetapi juga bagaimana memasarkan produk tersbut hingga sampai ke

24 Grace I Kunz, Merchandising : Theory, Principles, and Practice, cet. 2, (New York :

Fairchild Publications, Inc., 2005), hlm. xvii.

25 P.H. Nystrom, Fashion Merchandising, cet. 1, (New York : The Ronald Press Co.,

1932), hlm. 4.

26S. S. Fiorito dan Fairhurst, A. E, “Comparison of buyers’ job content in large and small

(21)

masyarakat, dan juga masyarakat merasakan bahwa produk tersebut perlu dikonsumsi.

Dengan definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa merchandise

adalah sebuah sistem dimana membentuk sebuah produk hingga menjadi barang yang akan dipasarkan ke konsumen paling akhir baik dengan biaya maupun secara cuma-cuma yang bertujuan untuk mempromosikan produk utama, agar penjualan produk utama tersebut meningkat.

2.2.2. Proses-proses Merchandising

Merchandising merupakan proses yang penting dalam segala bentuk bisnis berikut adalah beberapa contoh bagaimana proses merchandising

bekerja di pelbagai bidang usaha. Jika melihat pada bisnis Automobile

seorang merchandiser akan mendeterminasi dari warna, model, bentuk, dan ukuran dari kendaraan yang akan ditawarkan, berapa yang dipersiapkan, dan kapan hendak melakukan promosi harga. Lain halnya dengan yang bekerja di bidang grosir. Mereka harus tahu dan memutuskan berapa banyak ketersediaan tempat untuk bahan-bahan segar (daging segar dll), produk kaleng, produk yang dibekukan, dan produk yang siap dikonsumsi sebagaimana perbandingan harga yang akan berubah secara dinamis setiap tahun. Lain grosiran lain juga toko penyewaan video. Dimana mereka juga harus mengkalisfikasi jenis-jenis film seperti petualangan, romansa, film klasik, video game, film dokumenter, film kartun sebagaimana mereka mentukan film yang cocok untuk konsumen.

Contoh lain yang paling erat dengan merchandising adalah produk tekstil. Semua hal yang berhubungan dengan tekstil pasti berhubungan dengan proses ini. Dimulai dari proses pemilihan benang lalu pembentukannya menjadi kain harus direncanakan, dikembangkan dan disajikan. Kita tahu bawha bahan baku seperti kancing, resleting, kain, benang merupakan bahan yang digunakan untuk memproduksi produk tekstil, dan produk tersbut dijual secara terpisah. Oleh karena itu proses

(22)

jadi membutuhkan perencanaan, pengembangan hingga pemasaran yang dilakukan oleh seorang merchandiser. Tidak hanya sampai tahap tersebut, tetapi proses merchandising pun juga berjalan hingga ke tahap bagaimana kalau produk jadi (tekstil) sampai ke tangan pengusaha retail dan dijual kembali, proses merchandising juga mencakup hal tersebut hingga sampai ke tangan konsumen akhir.

Jadi pada dasarnya proses-proses merchandising merupakan proses utama yang dijalankan dalam berbisnis. Seperti contoh-contoh diatas, ada kata kunci yang selalu muncul sebagai kegiatan seorang merchandiser yaitu mendeterminasi atau memilih produk yang akan dipasarkan hingga sampai di tangan konsumen akhir, dan hal lainnya adalah sebagai penentu kebijakan apa yang akan dilakukan oleh perusahaan.

2.2.3. Merchandising Sebagai Fungsi Bisnis

Merchandising dikenal sebagai kunci dari fungsi bisnis diawal tahun 1924.27 Pada sebuah badan usaha yang memiliki nilai tukar produk yang tinggi, merchandising berfungsi sebagai koordinator perencanaan, pengembangan, dan penyajian dari sebuah produk.28 Sementara itu

merchandising tidak dapat terpisahkan dari fungsi bisnis ketika

memfokuskan pada kegiatan dasar. Pada sebuah badan usaha yang bergerak di bidang bahan pokok mode, merchandising merupakan proses yang esensial pada bidang usaha tersebut.

2.2.4. Konstituen Merchandise

Konstituen ini menafsirkan produk yang menjadi refresnsi oleh kustomer atau pelanggan. Merchandising menjadi pusat keuntungan, artinya konstituen bertanggung jawab atas produk yang menjadi sumber pendapatan dari bidang usaha terebut. Walaupun konstituen lain menyediakan jasa atau pelayanan yang penting bagi suatu usaha, tetapi mereka tidak menjadi

27 M.T. Copeland, Principle of Merchandising, (Chicago : A.W. Shaw., 1924) hlm. 40. 28 R.E. Glock & G.I. Kunz, Appreal manufacturing : Sewn product analysis, cet. 3, ( New

(23)

sumber pendapatan. Konstituen merchandise menentukan timeline merchandising : perencanaan, pengembangan, memperbaiki produk, dan mendeterminasi strategi penyajian produk.29

Dalam hal ini konstituen ini berfungsi untuk mengatur dan mengawasi pembentukan dan pengembangan produk dari awal hingga akhir. Proses seperti pembuatan, pemodelan, pengaturan dari bahan yang beragam, penentuan harga, perubahan paruh waktu, penyajian secara visual, dan pengaturan waktu merupakan tanggung jawab dan keputusan dari konstituen ini. Dalam konstituen ini biasanya terdiri atas beberapa jabatan yaitu pembeli bahan baku, perancang produk, merchandise manager, merchandiser,

product development manager, dan product manager.30 Tolak ukur dari keberhasilan konstituen ini berkerja adalah berdasarkan margin kotor, rata-rata persediaan, omset barang jadi, margin kotor dari persediaan, pertambahan nilai yang dipertahankan, harga material, jumlah barang yang berputar, penjualan per eceran dan juga penjualan langsung.

Seperti yang kita ketahui walaupun bidang usaha tekstil pakaian sangat erat dengan merchandising, uniknya adalah tidak semua usaha tekstil pakaian memiliki konstituen merchandising yang tetap. Ketika intensitas pertukaran produk tidak besar, merchandising dapat dilaksanakan oleh konstiuen eksekutif atau konstituen yang tersebar.

2.2.5. Interaksi Merchandising

Interaksi ini dilakukan oleh Konstituen merchandising, dimana konstituen ini menyediakan fungsi yang integratif diantara lima divisi lainnya.31 Hal lainnya adalah bagian merchandising bertanggung jawab terhadap pembuatan keputusan terhadap produk dengan tetap menggunakan input dari konstituen lain, menginterpretasikan apa yang dibutuhkan oleh

29 Bertrand Frank Associate, Profitable Merchandising of Apparel, (New York : National

Knitwear & Sportswear Association, 1982), hlm. 45.

30Kunz, op. cit., hlm. 16.

31B. Brauth &P. Brown, “Merchandising Methods,” Apparel Industry Magazine (Agustus

(24)

pasar dengan tetap memperhatikan keadaan ekonomi, sosial, dan budaya dari badan usahanya.

Interaksi dan tanggung jawab dari konstituen merchandising akan berbeda jika membandingkan antara perusahaan yang besar dengan perusahaan yang kecil. Merchandising terkadang diartikan secara umum sebagai jual dan beli.32 Ketika dalam perusahaan kecil, cenderung untuk menggabungkan dua kegiatan tersebut. Seiring berkembangnya perusahaan kegiatan jual dan beli mulai terpisah, dan mulai masuk fungsi perencanaan dimana ini menjadi pokok tugas merchandising. Fungsi penjualan mulai bergeser menjadi tanggung jawab konstituen pemasaran atau konstituen opersional. Dalam hal seperti ini konstituen merchandising tidak lagi bertanggung jawab secara langsung terhadap penjualan. Mereka harus bekerja dengan pasar representatif atau manajer departemen ritel mengenai basis informal karena pihak merchandiser tidak punya andil dalam konstituen pemasaran atau operasional. Hal inilah yang menjadi permasalahan antara merchandising yang membuat rencana dan mengembangkan produk dengan konstituen yang menjual produk.

Tanggung jawab lain yang menjadi fokus utama dari konstituen

merchandising adalah bernegosiasi dengan koalisi eksternal perusahaan. Konstituen internal yang menegosiasi perdagangan sumber bahan baku yang vital dengan pihak koalisi eksternal harus memiliki kekuatan yang besar dalam perusahaan.33 Pada waktu yang sama koalisi eksternal yang mengatur sumber bahan baku vital memiliki kontrol dan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan.34 Penyedia bahan yang sudah lebih terdahulu terkenal atau diinginkan, memiliki andil yang kuat untuk mempengaruhi

merchandiser. Pada intinya dalam berinteraksi maka konstituen

32Copeland, op. cit. hlm 23.

33 R. M. Cyert, The Economix Theory of Orgazation and The Firm, (New York :

Harvester-Wheatsheaf, 1988), hlm. 34.

34 J. Pfeffer & G. R. Salancik, The External control of Organization : A Resource

(25)

merchandising akan sangat dipengaruhi oleh koalisi di luar perusahaan yang memiliki barang baku utama produksi sebuah perusahaan.

2.3. Industri Merchandising Karakter Kartun

Ketika menggabungkan kedua bagian ini (merchandising dan karakter kartun), maka dapat kita tarik sebuah definisi yaitu usaha membentuk sebuah produk karakter kartun yang diproduksi dari awal hingga ke tangan konsumen akhir dengan tujuan untuk mempromosikan kegiatan utama dari sebuah perusahaan karakter kartun. Ada beberapa perusahaan yang terkenal sebagai perusahaan yang menghasilkan karakter kartun yaitu : 1. Walt Disney

2. Warner Bros. 3. Studio Gibli 4. Pixar

5. Nickelodeon 6. Sanrio 7. dll

Perusahaan-perusahaan diatas memiliki divisi merchandising-nya masing-masing. Kita bisa melihat di beberapa toko baik toko mainan atau pun toko online menjual berbagai macam cinderamata berbentuk karakter kartun milik perusahaan kartun diatas.

(26)

Industri merchandise yang berbasis karakter kartun sangat mengandalkan perlindungan hak cipta, dibandingkan dengan industri yang lain. Hal ini dikarenakan peniruan dari karakter kartun sangatlah mudah. Sehingga perlindungan hak cipta adalah payung hukum utama bagi karya seni karakter kartun.

Dalam hal ini peneliti memilih perusahaan Disney Indonesia untuk dijadikan objek penelitian. Seperti yang kita ketahui Disney ikut memperjuangkan lahirnya amandemen terhadap UU hak cipta di Amerika. Dalam hal ini alasan pihak Disney ikut terlibat karena mereka merasa dirugikan dengan peraturan UU hak cipta Amerika yang lama. Chris Springman seorang Sarjana Hukum dari New York University berpendapat bahwa alasan Disney juga ikut terlibat dalam perubahan UU hak cipta Amerika sehingga terjadiah CTEA adalah karena untuk melindungi karya mereka yang bernilai.

Narasumber yang peneliti wawancara adalah Pak Agung Rachmawan selaku Senior Manager, Hardlines Retail and Licensing. Beliau menjelaskan bahwa Disney memiliki beberapa unit Bisnis yaitu ada unit bisnis Resort, Media di televisi, Disney Studio (untuk film di bioskop), dan Disney Consumer Product.35 Disney Consumer Product inilah yang mengerjakan perjanjian penggunaan izin terhadap merchandise produk Disney. Sistem yang digunakan oleh Disney Indonesia dalam pemberian izin untuk menggunakan karakter kartun menjadi cinderamata adalah dengan pembayaran royalti. Jadi semisalnya ada orang mau membuat boneka karakter kartun Disney, maka orang tersebut harus ke kantor Disney untuk membicarakan dan meminta izin penggunaan karakter kartunnya.36 Izin yang diberikan oleh Disney adalah izin untuk menjual produk tersebut. Jadi, produsen yang hendak membuat merchandise dengan karakter kartun Disney boleh mengambil barang dari luar Indonesia atau produksi sendiri, tetapi hanya dapat menjual barangnya di Indonesia.

(27)

Sistem perjanjian yang diberlakukan oleh Disney dijelaskan oleh Pak Agung hanya secara umum, karena menurut beliau perjanjian pemberian

license ini bersifat rahasia. Secara umum pemberian izin dari Disney adalah dengan membayar royalti sebanyak 15% (lima belas persen) dari harga jual barang per satuan produk. Dalam perjanjiannya juga tertulis bahwa pihak Disney akan meminta laporan dari hasil penjualan dengan termin per 3 bulan, dan Disney Indonesia hanya melakukan penjualan lisensi bukan produk. Jadi untuk merchandising, Disney Indonesia hanya menjual izin untuk menggunakan karakter kartun mereka untuk diproduksi dalam bentuk apa pun termasuk merchandise, dengan sistem pembayaran royalti.37

Bagi perusahaan yang hendak memproduksi sebuah benda

merchandise yang juga merupakan karakter yang dimiliki oleh Disney, maka perusahaan tersbut wajib meminta izin dengan melakukan perjanjian penjualan royalti ke perusahaan Disney. Jangka waktu yang diberikan adalah 2 tahun dan bisa diperpanjang terus-menerus. Perusahaan yang hendak melakukan produksi merchandise karakter kartun Disney harus juga membawa produk yang hendak diproduksi untuk diperiksa oleh Disney apakah sudah cocok atau belum.38 Disney dalam hal ini juga dalam perjanjiannya dengan perusahaan juga memiliki kedudukan sebgai pemegang saham dari perusahaan tersebut (hanya pada produksi yang berkaitan dengan karakter kartun Disney). Jadi, Disney dapat juga menghentikan usaha yang dilakukan oleh perusahaan produksi merchandise karakter kartun Disney jika menurut Disney penjualan dari produknya tidak maksimal.39

(28)

28

WAKTU HAK CIPTA

3.1. Peraturan Internasional

3.1.1. Berne Convention

Berne Convention atau konvensi Berne merupakan peraturan yang mengatur mengenai perlindungan terhadap karya tulis atau karya artistik. Peraturan ini terdiri dari 38 pasal ditambah dengan 6 pasal dari lampiran pada ketentuan tertentu untuk negara-negara berkembang. Konvensi ini juga adalah konvensi yang diterima secara serempak pada pembentukan Bern

Union pada tahun 1886, yang telah mengalami perubahan bberapa

kali.Perubahan terkahir adalah pada tanggal 24 Juli tahun 197140.

Negara-negara yang menganut konvensi ini diwajibkan membuat peraturan yang melindungi hak pencipta atas karya ilmiahnya dan karya seninya.41 Tahun 1958 perdana menteri Djuanda menyatakan bahwa Indonesia mundur dari Konvensi Berne dengan alasan HKI Indonesia dimanfaatkan oleh pihak asing. Namun berdasarkan dekrit presiden nomor 18 tahun 1997 konvensi ini dilegalkan dengan memerhatikan kepada Pasal 33 ayat (1).42

Negara yang tunduk kepadan Konvensi Bern membentuk sebuah peraturan yang mengatur setiap negara anggota (Uni) untuk membentuk peraturan perundang-undangan di negaranya berdasarkan pada 3 prinsip dari Konvensi Bern yaitu43 :

1. National Treatment Principle 2. Automatic Protection Principle 3. Independence of Protection Principle

40Damian, Eddy. Hukum Hak Cipta. Bandung: P.T. Alumni (2014). Hlm. 49. 41Pasal 1 Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Ilmiah dan Karya Seni. 42Damian. Loc cit.

(29)

Pada pasal 2 konvensi ini pun juga mengatur perlindungan sebuah karya yang pada ayat pertama menjelaskan bahwa literary and artistic works

meliputi dari segala proses produksi karya tulis, ilmu pengetahuan, dan wilayah artisik. Apa pun bentuknya baik buku, pamflet, dan bentuk karya tulis lain seperti: perkuliahan, jurnal; bentuk sastra seperti puisi, drama atau drama musikal, karya tari seperti koreografi dan karya musik baik dengan kata-kata maupun tidak; karya sinematografi yang diasimilasikan melalui proses analog ke sinematografi; seni rupa seperti gambar, aritektur, patung, ukiran dan litgrafi; karya fotografi yang diasimilasikan melalui proses analog ke fotografi; karya seni aplikatif; ilustrasi, peta, sketsa, dan karya tiga-dimensi yang berhubungan dengan geografi, topografi, arsitektur atau ilmu pengetahuan. Hal tersebut menjadi hal yang diperhatikan pada bagian legislasi negara yang ikut dalam konvensi baik secara umum maupun spesifik tidak dilindungi kecuali mereka telah memiliki bentuk fisik.44

Dengan peraturan seperti yang diatur dalam konvensi, seperti yang tertulis dalam pasal 2 ayat (7) dinyatakan bahwa tujuan dari pasal 7 ayat (4) adalah menjadi sesuatu yang penting untuk badan legislasi negara yang menganut konvensi untuk mendeterminasikan perluasan dari pengaplikasian dari hukum terhadap karya seni dan desain industri, dan model yang harus dilindungi. Karya yang dilindungi di negara aslinya secara desain maupun model juga harus dilindungi di negara lain yang menganut peraturan dalam konvensi sebatas karya tersebut memiliki perlindungan khusus yang dilindungi di negara asal. Jika tidak ada perlindungan khusus, maka karya tersebut hanya dilindungi sebagai karya seni.

Sehubungan dengan kriteria kelayakan untuk perlindungan, perlindungan yang diberikan oleh Konvensi ini berlaku untuk45:

1. Pencipta yang merupakan warga negara dari salah satu negara Uni, untuk karya mereka, baik yang dipublikasikan ataupun tidak;

(30)

2. Pencipta yang bukan merupakan warga negara dari salah satu negara Uni, untuk karya-karya mereka yang pertama kali diterbitkan di salah satu negara, atau secara bersamaan di suatu negara di luar Uni dan di dalam negara Uni.

Pencipta yang bukan merupakan warga negara dari salah satu negara Uni tapi yang sehari-harinya bertempat tinggal di salah satunya akan disamisilasikan kepada warga negara dari negara itu untuk tujuan dari Konvensi ini.46

Mengenai hak ekonomi Pencipta secara independen, dan bahkan setelah pengalihan hak terbilang, Pencipta berhak untuk mengklaim karya ciptaannya dan untuk menolak adanya distorsi, pemotongan atau modifikasi lain dari karya, atau hal lainnya yang berkaitan dengan karya, yang akan merugikan kehormatan atau nama baiknya. Hak yang diberikan kepada Pencipta sesuai dengan paragraf sebelumnya akan, dipertahankan setelah kematiannya, setidaknya sampai berakhirnya hak-hak ekonomi, dan harus dieksekusi oleh orang-orang atau lembaga-lembaga yang diberikan wewenang oleh undang-undang Negara dimana perlindungan tersebut diklaim. Namun, pada saat ratifikasi UU ini, negara-negara dengan perundang-undangan yang tidak memberikan perlindungan setelah kematian kepada si Pencipta, yang semua haknya telah diatur dalam paragraf sebelumnya dapat mengatur bahwa beberapa hak-hak ini dapat berhenti untuk dipertahankan setelah kematiannya.47

Jangka waktu perlindungan hak cipta diatur dalam Pasal 7 konvensi ini. Konvensi ini mengatur jangka perlindungan hak cipta yang paling minimal untuk semua negara Uni. Jangka waktu perlindungan yang diberikan oleh Konvensi ini terhitung dari masa hidup si Pencipta dan lima puluh tahun setelah kematiannya.48 Namun, dalam kasus karya sinematografi, negara-negara Uni dapat menetapkan bahwa jangka waktu perlindungan akan berakhir lima puluh tahun setelah pekerjaan telah dibuat tersedia untuk

(31)

umum dengan persetujuan Pencipta, atau, dalam kurun waktu lima puluh tahun dari pembuatan karya.49

Dalam kasus karya anonim (tanpa nama) atau pseudonim (dengan nama samaran), jangka waktu perlindungan yang diberikan oleh Konvensi ini akan berakhir lima puluh tahun setelah karya tersebut telah sah dibuat dan tersedia untuk umum. Namun, ketika nama samaran yang diadopsi oleh Pencipta meiliki kepastian identitasnya, maka jangka waktu perlindungan harus seperti yang tertera pada ayat (1). Jika Pencipta karya anonim atau pseudonim mengungkapkan identitasnya selama periode yang disebutkan di atas, jangka waktu perlindungan yang berlaku harus seperti yang tertera pada ayat (1). Negara-negara Uni tidak akan diperlukan untuk melindungi karya-karya anonim atau pseudonim sehubungan dengan alasan yang masuk akal untuk menganggap bahwa Pencipta mereka telah meninggal selama lima puluh tahun.50

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dari konvensi, ini akan menjadi masalah untuk undang-undang di negara-negara Uni untuk menentukan jangka waktu perlindungan karya fotografi dan karya seni terapan sejauh mereka dilindungi sebagai karya-karya seni; Namun, jangka waktu ini akan berlangsung setidaknya sampai akhir periode yaitu dua puluh lima tahun dari pembuatan karya.

Jangka waktu perlindungan setelah kematian Pencipta dan ketentuan yang diberikan oleh ayat (2), (3) dan (4) harus dimulai sejak tanggal kematian atau persitiwa yang dimaksud dalam ayat tersebut, namun kondisi seperti ini akan selalu dianggap dimulai pada hari pertama di bulan Januari pada tahun setelah kematian atau peristiwa tersebut.51Negara-negara Uni dapat memberikan jangka waktu perlindungan lebih dari yang disediakan oleh ayat-ayat sebelumnya.52

(32)

Disebutkan dalam Pasal 17 konvensi, ketentuan dalam konvensi ini tidak bisa dengan cara apapun mempengaruhi hak Pemerintah masing-masing negara Uni untuk mengizinkan, mengontrol, atau melarang, dengan undang-undang atau peraturan, mengenai sirkulasi, presentasi, atau pameran dari karya manapun atau produksi yang kemungkinan pihak yang bersangkutan akan merasa perlu untuk mempergunakan hak itu.

Karya-karya yang terdapat pada pembukuan konvensi yang berlaku diatur dalam Pasal 18 konvensi ini. Konvensi ini akan berlaku untuk semua karya yang, pada saat masa berlakunya, belum jatuh ke dalam domain publik di negara asal melalui masa berakhirnya jangka waktu perlindungan.53 Bagaimanapun, jika melalui berakhirnya jangka waktu perlindungan, yang sebelumnya diberikan, sebuah karya telah jatuh ke dalam domain publik di negara tempat perlindungan diklaim, karya terserbut tidak akan lagi diperbaharui ulang perlindungannya.54

Penerapan prinsip ini harus tunduk pada ketentuan yang tercantum dalam konvensi khusus untuk hal-hal yang ada atau yang akan dibuat antara negara-negara Uni. Dengan tidak adanya ketentuan tersebut, negara-negara yang bersangkutan akan menentukan, masing-masing sejauh yang berhubungan, mengenai kondisi-kondisi penerapan prinsip ini.55 Ketentuan-ketentuan sebelumnya berlaku pula dalam kasus aksesi baru untuk Uni dan pada kasus-kasus di mana perlindungan diperpanjang oleh penerapan Pasal 7.56

3.1.2. Konvensi Hak Cipta Universal

Konvensi Hak Cipta Universal, (1952), merupakan konvensi yang diadopsi di Geneva oleh konferensi internasional yang diselenggarakan di bawah naungan UNESCO. Konvensi ini selama beberapa tahun dibuat

(33)

dengan berkonsultasi versama para ahli hak cipta dari berbagai negara.57 Konvensi mulai berlaku pada tahun 1955. Konvensi ini tidak membatalkan konvensi multilateral atau bilateral manapun lainnya atau pengaturan antara dua atau lebih negara anggota.58 Konvensi ini juga diatur di bawah Hak Terjemahan dan Hak Reproduksi. Intinya batasan dari konvensi ini adalah59: 1. Perlindungan Efektif dan Memadai,

2. Perlakuan Nasional, 3. Formalitas,

4. Durasi Perlindungan, 5. Hak-Hak Terjemahan,

6. Yurisdiksi dari Mahkamah Internasional, 7. Klausul Jaminan Bern,

Ada perbedaan dimana, ketentuan Konvensi Hak Cipta Universal akan diutamakan kecuali sehubungan dengan Konvensi Berne, yang mengambil prioritas di atas UCC, dan konvensi-konvensi atau perjanjian-perjanjian antara dua atau lebih negara Amerika.60 Konvensi Hak Cipta Universal mencoba mencari titik temu antara filosofi Eropa dan Amerika, yang melihat hak ekonomi yang diberikan kepada Pencipta juga dipertimbangkan dengan kepentingan umum.

Pasal I Konvensi Hak Cipta Universal juga mengatur perlindungan hak cipta atas karya animasi (karakter kartun) dalam bentuk merchandising, yaitu menyatakan bahwa "Setiap Negara Bagian yang Bertandatangan Kontrak menyanggupi untuk menyediakan perlindungan yang memadai dan efektif dari hak-hak Pencipta dan pemilik hak cipta lainnya di sastra, ilmiah, dan seni, termasuk menulis, musik, drama, dan karya-karya sinematografi, dan lukisan, ukiran dan patung.

57The Editors of Encyclopaedia Britannica. “Universal Copyright Convention”.Encyclopaedia Britannica. http://www.britannica.com/EBchecked/topic/618051/ Universal-Copyright-Convention. Diakses pada tanggal 30 Juni, 2015.

58Ibid.

59 Damian. Op cit. hlm 63.

60The Editors of Encyclopaedia Britannica. “Universal Copyright Convention”.

(34)

Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal II dari Konvensi Hak Cipta Universal dinyatakan bahwa karya dari setiap warga negara yang telah dipublikasikan dan yang pertama kali diterbitkan di Negara itu harus mendapatakan perlindungan yang sama seperti di setiap Negara Peserta lainnya sebagaimana kesepakatan Negara Peserta lain untuk karya warga negaranya yang pertama diterbitkan di wilayahnya sendiri.61 Karya-karya yang tidak diterbitkan dari negara masing-masing Peserta wajib mendapatkan perlindungan yang sama di setiap Negara Peserta lainnya sebagaimana kesepakatan Negara Peserta lain untuk karya yang tidak dipublikasikan dari warga sendiri.62 Untuk tujuan Konvensi ini setiap Negara Peserta dapat berasimilasi dengan setiap warga negara sendiri yang berdomisili di Negara tersebut, dengan undang-undang domestik.63

Perbedaan utama antara regulasi di Konvensi Berne dan UCC adalah mengenai durasi perlindungan hak cipta, di mana durasi perlindungan hak cipta dari UCC adalah 25 tahun ditambahkan kepada hidup dari sang pengarang / Pencipta. Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal IV dari konvensi, lamanya perlindungan karya akan diatur, sesuai dengan ketentuan Pasal II dan artikel ini, oleh hukum Negara dimana perlindungan diklaim.64

Pasal IV ayat (2) menyatakan bahwa: "Jangka waktu perlindungan untuk karya yang dilindungi berdasarkan Konvensi ini tidak boleh kurang dari kehidupan si Pencipta dan dua puluh lima tahun setelah kematiannya. Namun, setiap Negara Peserta yang, pada tanggal efektif Konvensi ini di Negara tersebut, telah membatasi istilah ini untuk karya tertentu dimana periodenya terhitung dari publikasi pertama atas karya tersebut, mereka berhak atas pengecualian ini dan untuk memisahkan kelas suatu karya dari karya yang lain. Untuk semua kelas ini jangka waktu perlindungan tidak kurang dari dua puluh lima tahun dari tanggal publikasi pertama. Setiap Negara Peserta yang pada tanggal efektif Konvensi ini di Negaranya, tidak

(35)

menghitung jangka waktu perlindungan atas dasar kehidupan Pencipta, berhak untuk menghitung jangka waktu perlindungan dari tanggal penerbitan pertama pekerjaan atau dari pendaftaran sebelum dipublikasikan sebagai kasus mungkin, asalkan jangka waktu perlindungan tidak kurang dari dua puluh lima tahun dari tanggal publikasi pertama atau dari pendaftaran sebelum dipublikasikan, sebagai kasus mungkin. Jika undang-undang dari Negara Peserta memberikan dua atau lebih kondisi lebih baik untuk perlindungan, maka durasi dari perlindungan yang pertama tidak kurang dari salah satu periode minimum yang ditentukan di atas. "

Ketentuan-ketentuan ayat 2 pasal ini tidak berlaku bagi karya seni fotografi atau karya seni terapan; apabila, jangka waktu perlindungan di Negara-Negara Peserta yang melindungi karya fotografi, atau karya seni terapan sejauh mereka dilindungi sebagai karya seni, tidak kurang dari sepuluh tahun untuk masing-masing kelas tersebut dari karya.65

Pasal IV ayat (4) mengatur bahwa "Tidak ada Negara yang akan diwajibkan untuk memberikan perlindungan terhadap karya untuk jangka waktu lebih lama dari yang telah ditetapkan untuk kelas karya bagi karya yang tidak diketahui, dalam kasus dimana karya yang tidak dipublikasikan oleh hukum negaranya, dan dalam kasus karya yang diterbitkan dengan hukum Negara dimana karya telah pertama kali diterbitkan. Untuk keperluan penerapan ketentuan sebelumnya, jika hukum dari setiap Negara memberikan dua atau lebih kondisi bagi perlindungan terhadap karya dengan baik, periode perlindungan Negara itu harus dianggap sebagai agregat jangka waktu tersebut. Namun, jika sebuah karya ditentukan tidak dilindungi oleh Negara tersebut dengan kondisi atau untuk alasan apapun, Negara Pihak lainnya tidak diwajibkan untuk melindunginya selama kondisi apapun. "Untuk tujuan penerapan ayat 4 pasal ini, karya seorang warga negara suatu Negara, yang pertama kali diterbitkan di Negara non-Pihak, akan

(36)

diperlakukan seolah-olah diterbitkan pertama kali di Negara Pihak dimana negara tersebut merupakan negara si pencipta.66

Untuk keperluan penerapan ayat 4 pasal ini, dalam hal publikasi secara bersamaan di dua atau lebih pihak, karya harus diperlakukan seolah-olah diterbitkan pertama kali di Negara yang sanggup memberikan jangka waktu perlindungan terpendek; karya manapun yang diterbitkan dalam dua atau lebih Negara dalam waktu tiga puluh hari dari penerbitan pertamanya dianggap sebagai telah diterbitkan secara bersamaan di Negara yang menerbitkan.

3.2. Peraturan Indonesia

3.2.1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, istilah "hak cipta" didefinisikan sebagai hak eksklusif bagi Pencipta atau pemegang hak cipta untuk mempublikasikan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk tujuan yang disebutkan, tanpa mengurangi batas sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.67 Definisi hak cipta sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) menunjukkan bahwa ada 3 (tiga) hak eksklusif yang dimiliki oleh Pencipta, yaitu:

1. Hak untuk mempublikasikan ciptaan; 2. Hak untuk menyalin dan memperbanyak;

3. Hak untuk memberikan izin untuk mempublikasikan atau menyalin penciptaan.

Pencipta berarti seorang atau beberapa orang secara bersamaan yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.68Penciptaan didefinisikan sebagai

66Pasal IV ayat (5) Konvensi Hak Cipta Universal.

67 Indonesia, Undamg-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, LN No. 85,

TLN 4229, Ps.1 ayat (1).

(37)

setiap penciptaan seorang Pencipta, yang menunjukkan keaslian dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, atau sastra.69

Pemegang Hak Cipta berarti Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau orang yang menerima hak tersebut dari Pencipta, atau orang lain yang kemudian menerima kepercayaan penuh dari orang yang disebutkan.70Indonesia mengakui prinsip Hak Pencipta di atas perlindungan untuk sebuah penciptaan.Hak Pencipta atau Auteursrecht membahas tentang sesuatu yang luas, yaitu bahwa perlindungan adalah pada penciptaan dan kemudian terkait dengan Pencipta.71

Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak.72 Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan baik seluruhnya atau sebagian oleh73:

1. Pewarisan; 2. Donasi; 3. Perjanjian;

4. Perjanjian Tertulis; atau

5. Alasan lain yang dibenarkan oleh hukum dan peraturan.

Pencipta berarti seorang atau beberapa orang secara bersamaan yang atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.74 Kecuali terbukti sebaliknya, orang yang dianggap sebagai si Pencipta adalah75:

1. Seseorang yang namanya terdaftar dalam Daftar Umum Ciptaan pada Direktorat Jenderal; atau

2. Orang yang namanya disebut dalam Ciptaan atau diterbitkan sebagai Pengarang Karya.

69Ibid., Ps. 1 ayat (3). 70Ibid., Ps. 1 ayat (4).

71Hozumi, Tomotsu. Asian Copyright Handbook Indonesian Version. Jakarta:

Asia/Pacific Cultural Centre for UNESCO and Ikatan Penerbit Indonesia (2006). Hlm. 13.

72Indonesia, Op Cit., Ps. 3 ayat (1). 73Ibid., Ps. 3 ayat (2).

(38)

Hak Cipta yang dimiliki oleh Pencipta dan setelah Pencipta meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan tidak akan dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum.76 Hak Cipta yang tidak atau belum diumumkan setelah Penciptanya meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan tidak akan dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum.77

Dalam Undang-undang ini, sebuah karya yang dilindungi harus merupakan sebuah karya di dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang meliputi78:

1. Buku-buku, program komputer, pamflet, sebuah pencetakan gubahan dari karya-karya tulis yang telah diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; 2. Ceramah, kuliah, pidato dan karya-karya lain dari ucapan;

3. Peraga yang dibuat untuk tujuan pendidikan dan ilmiah; 4. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

5. Drama atau drama musikal, tarian-tarian, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

6. Semua bentuk seni, seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, ukiran, patung, kolase, dan seni terapan;

7. Arsitektur; 8. Peta-peta; 9. Seni batik; 10.Fotografi;

11.Karya sinematografi;

12.Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, data berbasis dan karya lain sebagai akibat dari pengalihwujudan.

Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam huruf dilindungi sebagai Ciptaan tersndiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.79

(39)

Perlindungan sebegaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk juga semua Ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi sudah merupakan suatu bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan perbanyakan hasil karya itu.80

Hukum ini juga menyatakan hal, yang, tidak bisa menjadi subyek hak cipta. Tidak akan ada hak cipta atas81:

1. Hasil rapat terbuka lembaga-lembaga Negara; 2. Peraturan Perundang-undangan;

3. Pidato kenegaraan atau pidato pejabat Pemerintah; 4. Keputusan pengadilan atau penetapan hakim; atau

5. Keputusan badan arbitrase atau keputusan badan-badan sejenis lainnya. Durasi hak cipta diatur dalam Bab III UU tersebut. Hak Cipta atas Ciptaan:

1. Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain; 2. Drama atau drama musikal, tari, koreografi;

3. Semua bentuk seni, seperti lukisan, ukiran, patung; 4. Seni batik;

5. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks; 6. Arsitektur;

7. Ceramah, kuliah, pidato dan karya-karya lain dari ucapan; 8. Peraga untuk tujuan pendidikan dan ilmiah;

9. Peta;

10.Terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai.

Berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia.82 Untuk Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, Hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.83

80 Ibid., Ps. 12 ayat (3). 81Ibid., Ps. 13.

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Dengan Media Flashcard Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Di Sma Negeri 1 Purwoharjo-Banyuwangi.. Tahun

Lakukan pengkajian terhadap aspek finansial dalam hal ini analisis yang tidak memperhitungkan faktor waktu terhadap suatu jenis usaha agribisnis yang sudah dipilih. Data

Implementasi kurikulum umumnya telah menjadi tanggung jawab sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, dan masyarakat. Khususnya guru sebagai ujung tombak

selain itu juga menurut Poul Johnson, terorisme dapat diartikan sebagai suatu aksi pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja yang direncanakan secara sistematik, sehingga

Pada bagian view port untuk melakukan penggeseran objek bisa dilakukan dengan menggunakan tombol CTRL dengan Scroll untuk menggeser ke kiri dan kanan dan SHIFT dengan

Kematian sel induk kanker, sel tumor, dan sel sehat yang disebabkan oleh efek terapi radiasi mengakibatkan berkurangnya populasi sel tersebut yang dinotasikan dengan

Karena masih dihantui rasa penasaran, Sangi kemudian bertanya lagi kepada pemuda tampan itu, ”Apa keistimewaan menjadi seekor naga jadi-jadian itu?” sambil tersenyum, pemuda

menjalankan aktiviti „Bedah Karya‟ untuk mengesan unsur gaya bahasa dan unsur bunyi dalam sajak „Dirgahayu Bahasaku‟ dengan merujuk sifir Akronim yang disediakan.. 