• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Teori Sosiologi Pembangunan teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teori Teori Sosiologi Pembangunan teori "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Teori-Teori Sosiologi Pembangunan

1

Ruang Lingkup Sosiologi Pembangunan

Kajian pembangunan mulai banyak dilakukan setelah Perang Dunia II yang didominasi oleh Ahli-Ahli Ekonomi Ahli-Ahli-Ahli-Ahli Sosial (Antropologi, Politik) kemudian banyak terlibat dalam kajian pembangunan Sebabnya, pembangunan tidak menyangkut masalah ekonomi atau materil saja. Terutama Negara Dunia Ketiga banyak yang terbelakang dan tertinggal berarti “there is something wrong” dari pembangunan tersebut. Sosiologi Pembangunan melihat pembangunan sebagai suatu kegiatan yang berorientasikan nilai dan membebaskan manusia dari segala bentuk eksploitasi dan penindasan.

Selain itu, sosiologi pembangunan juga mempertimbangkan aspek rohaniah. Banyak bukti bahwa agama dan kepercayaan berperan penting dalam pembangunan baik secara positif maupun negatif. Proses pembangunan Negara DuniaI (Industri Kapitalis–US ,dkk), Negara Dunia II (US Rusia dkk), Negara Dunia III (negara-negara berkembang) saling berhubungan dan saling mempengaruhi secara sosial, ekonomi dan budaya. Pembangunan adalah satu bidang yang bersifat interdisipliner, maka masing-masing ilmu mempunyai penekanan yang berbeda.

Proses pembangunan terjadi dalam semua aspek kehidupan masyarakat, baik yang berlangsung pada tingkat nasional maupun wilayah/daerah. Karakteristik yang cukup penting dalam pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan, dan difersifikasi. Kemajuan misalnya, dapat diidentifikasi dari adanya peningkatan dalam rasionalisasi kehidupan masyarakat, teknologi dan efisiensi. Sedangkan pertumbuhan identik dengan kemajuan ekonomi yang ditandai oleh peningkatan pendapatan masyarakat sebagai akibat dari pertumbuhan produktifitas dan diikuti oleh diversifikasi kegiatan ekonomi, baik vertikal maupun horizontal. Dengan demikian, pembangunan memiliki tiga ciri dasar yaitu: pertumbuhan, diversifikasi/diferensiasi dan perbaikan (progress) yang terjadi pada semua aspek dan tingkat kehidupan masyarakat. Proses pembangunan dapat dibedakan menurut kecepatan (rate), arah (direction) dan level dimana proses tersebut berlangsung. Hal ini terjadi karena variabel-variabel pembangunan berubah dengan rates(kecepatan) yang berbeda di tempat yang berbeda. Sebuah bangsa yang baru membangun mungkin hanya dapat memusatkan usaha-usaha pembangunannya kepada aspek-aspek primer seperti nation building, penurunan angka kelahiran dan kematian, pendidikan dasar, dan infrastruktur seperti jalan/jembatan dan komunikasi.

(2)

Penggunaan indikator dan variabel pembangunan bisa berbeda untuk setiap negara atau wilayah. Misalnya, di negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar pemenuhan berbagai kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah. Sementara itu, untuk negara-negara/wilayah yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indikator pembangunan akan bergeser kepada faktor-faktor sekunder dan tersier, seperti:

(1) Pertumbuhan ekonomi yang mendorong pemerataan, kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup;

(2) Menguatkan ekonomi nasional/domestik yang dapat memperluas lapangan kerja, sehingga daya beli masyarakat terus meningkat baik untuk barang lokal maupun impor;

(3) Diversifikasi kegiatan/sektor ekonomi dengan penguatan sektor industri dan jasa disertai dengan keseimbangan antara produksi barang ekspor dan impor;

(4) Partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik dan proses pembuatan keputusan;

(5) Tersedianya kesempatan untuk memperoleh pendidikan untuk semua lapisan masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan;

(6) Stabilitas sosial, politik dan pemerintahan yang disertai dengan penguatan hak-hak azasi manusia.

(3)

TEORI PERTUMBUHAN DAN MODERNISASI W.W. ROSTOW

W.W. Rostow adalah seorang ekonom Amerika Serikat, pikiran Rostow pada dasarnya dikembangkan dalam konteks perang dingin serta membendung pengaruh sossialisme. Pikiran pertama dituangkan dalam makalah dengan secara jelas sebagai manifesto non-komunis yang berjudul The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto. Rostow membentangkan pandangan tentang modernisasi yang dianggapnya sebagai cara membendung semangat sosialisme.

Pada dasarnya teori tentang pertumbuhan merupakan versi dan teori modernisasi dan pembangunan, yaitu suatu teori yang meyakini bahwa faktor manusia (bukan struktur dan sistem) menjadi fokus utama perhatian mereka. Teori pertumbuhan adalah suatu bentuk teori modernisasi yang menggunakan metafora pertumbuhan, yaitu tumbuh sebagai organisme. Dia meliahat bahwa perubahan sosial yang dilihatnya disebut sebagai pembangunan, sebagai proses evolusi perjalanan dari tradisional ke modern. Pikiran teori pertumbuhan ini dijelaskan secara rinci oleh Rostow (1960) yang sangat terkenal yaitu The five-stage scheme. Asumsinya adalah bahwa semua masyarakat termasuk masyarakat Barat pernah mengalami “Tradisional” dan akhirnya menjadi “Modern”. Sikap manusia tradisional dianggap sebagai masalah. Seperti pandangan Rostow dan pengikutnya,development akan berjalan Secara hampir otomatis melalui akumulasi modal (tabungan dan investasi) dengan tekanan bantuan dan hutang luar negeri. Dia memfokuskan pada perlunya elite wiraswasta yang menjadi motor proses itu.

Dalam buku The Stage of Economic Growthmenjelaskan bagaimana perubahan sosial dalam lima tahapan pembangunan ekonomi terjadi. Tahap pertama adalah masyarakat tradisioanal, kemudian berkembang menjadi prakondisi tinggal landas, lantas diikuti masyarakat tinggal landas, kemudian masyarakat pematangan pertumbuhan, dan akhirnya mencapai masyarakat modern yang dicta-citakan, yaitu masyarakat modern yang dicita-citakan dapat tercapai.

TEORI MODERNISASI KLASIK Sejarah lahirnya

(4)

amerika serikat sebagai kekuatan (dominan) dunia. Sekalipun negara-negara barat lainnya semakin melemah setelah perang dunia ke II, AS justru menjadi “pemimpin” dunia sejak pelaksanaan marshall plan yang diperlukan untuk membangun kembali eropa barat akibat perang dunia II. Pada tahun 1950-an secara praktis AS mengambil peran sebagai pengendali pencaturan dunia.

Kedua, terjadi perluasan gerakan komunis sedunia. Uni Soviet mampu memperluas pengaruh politiknya tidak sampai dieropa timur, tetapi juga sampai diasia, antara lain dicina dan korea. Ketiga, lahirnya negara-negara merdeka baru diasia, afrika, dan amerika latin, yang sebelumnya merupakan daerah jajahan negara-negara eropa. Negara-negra baru ini secara serempak mencari model-model pembangunan yang hendak dignakan sebagai contoh untuk membangun ekonominya dan dalam usaha untuk mempercepat pencapaian kemerdekaan politiknya.

Warisan pemikiran

Sejak awal perumusan, aliran pemikiran modernisasi secara sadar mencari sesuatu bentuk teori. Dalam usahanya menjelaskan persoalan pembangunan negara-negara dunia ketiga, perspektif ini banyak menerima warisan pemikiran dari teori evolusi dan teori fungsionalisme. Ini terjadi karena pengaruh teori evolusi dan teori evolusi telah terbukti mampu membantu menjelaskan proses masa peralihan dari masyarakat tradisional kemasyarakat modern negara-negara eropa barat, selain juga mampu menjelaskan arah yang perlu ditepuh negara dunia ketiga dalam proses modernisasinya.

Teori evolusi

Teori evolusi lahir pada awal abad ke-19 sesaat sesudah revolusi industri dan revolusi perancis yang merupakan dua revolusi yang tidak sekedar menghancurkan tatanan lama, tetapi juga membentuk acuan dasar baru. Revolusi industri menciptakan dasar-dasar ekspansi ekonomi. Dengan dilandasi semangat penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, dirumuskan tata cara baru produksi barang yang lebih efisie, yang pada akhirnya berakibat pada peningkatan produktivitas dan perluasan pasar dunia. Revolusi prancis meletakkan kaidah-kaidah pembangunan politik yang berdasarkan keadilan, kebebasan,demokra dan demokrasi.

Teori fungsionalisme

(5)

manusia. Pertama, seperti struktur tubuh manusia yang memiliki berbagai bagian yang saling berhubungan satu sama lain. Kedua, karena setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas, maka demikian pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat. Setiap lembaga dalam masyarakat melaksanakan tugas tertentu untuk stabilitas dan pertumbuhan masyarakat tersebut.

TEORI MODERNISASI MODERN

Berikut ini adalah perbandingan antara teori modernisasi klasik, teori dependensi klasik dan teori modernisasi baru :

Metode Kajian Abstrak dan konstruksi tipologi

Berasal dari penelitian Wong. Dimulai dengan penyajian kritik terhadap interpretasi para pakar teori modernisasi klasik tentang pemahaman dan penafsiran pranata famili (keluarga) tradisional Cina. Wong hendak menunjukkan bahwa pranata keluarga memiliki efek positif terhadap Pembangunan ekonomi. Pemikirannya antara lain :

1. Adanya praktek Manajemen paternalistic di banyak badan usaha di Hongkong. Di industri yang

(6)

apa yang disebut pendelegasian wewenang dan kekuasaan. Praktek ini melihat bahwa pemberian atau penganugerahan penghargaan material lebih didasarkan pada prinsip kebaikan hati dan dalam batas-batas yang wajar Manajemen sering bertindak sebagai pelindung dan penjaga moral dari para bawahannya.

2. Nepotisme mungkin juga memberikan andil terhadap keberhasilan berbagai badan usaha

Hongkong. Kebanyakan etnis Cina hanya akan meminta bantuan tenaga kerja keluarga pada saat-saat yang amat kritis, dan hubungan kekeluargaan pada umumnya hanya menjadi bagian kecil dari keseluruhan personalia pada perusahaan yang menganut nepotisme. Namun di lain pihak pada perusahaan kecil, anggota utama keluarga dan sanak-keluarga yang lain berfungsi sebagai tenaga kerja murah dan cakap. Bahkan diharapkan untuk bekerja lebih keras tetapi dengan upah yang lebih rendah, sehingga membantu Kuatnya posisi bersaing perusahaan keluarga ini. Jika anggota keluarga telah memegang posisi manajerial, usahawan etnis Cina akan dengan sangat teliti memberikan dan mencukupi segala kebutuhannya, dan melengkapinya dengan pendidikan formal dan sekaligus magang. Oleh karena itu tenaga manajer keluarga amat jarang memiliki standar mutu rendah.

3. Adanya mode pemilikan keluarga yang membantu keberhasilan usaha etnis Cina di Hongkong.

Bahwa prinsip garis keturunan patrilineal telah menghasilkan satu-satuan unit keluarga pekerja yang damai, bijak, dan abadi yang pada gilirannya sangat membantu pengaturan sumber daya ekonomi mereka. Kalau terjadi perselisihan keluarga bentuk akhir yang dipilih lebih cenderung pada pembagian keuntungan disbanding perpecahan fisik hubungan keluarga. Perusahaan keluarga etnis Cina memiliki kemampuan bersaing yang bisa siandalkan. Dapat ditemukan satu kepercayaan antar anggota keluaga yang jauh lebih tinggi dibanding dengan yang ditemukan di antara rekanan usaha mereka yang tidak kenal secara baik satu sama lain. Konsensus akan lebih mudah dicapai, dan oleh karena itu kebutuhan untuk saling mempertanggung-jawabkan tindakan masing-masing pihak akan sangat terkurangi. Factor tersebut mampu membuat perusahaan keluarga ini lebih mudah melakukan adaptasi dalam menjalankan kegiatannya. Lebih mudah untuk membuat keputusan secara cepat dalam situasi lingkungan yang cepat berubah, mampu menutupi rahasia karena rendahnya kebutuhan dokumen tertulis.

Wong tidak memberlakukan pranata keluarga sebagai factor yang menghambat Pembangunan ekonomi. Ia justru berpendapat sebaliknya, bahwa pranata keluarga tradisional justru akan mampu membentuk etos ekonomi dinamis dengan apa yang disebut sebagai “etos usaha keluarga”. Etos ini melihat keluarga sebagai unit dasar kompetisi ekonomi, yang akan memberikan landasan untuk terjadinya proses inovasi dan kemantapan pengambilan resiko.

Menurut Wong ada 3 karakteristik pokok dari etos usaha keluarga. Yaitu:

1. Konsentrasi yang sangat tinggi dari proses pengambilan keputusan, tetapi disaat yang sama, juga

terjadi rendahnya derajat usaha memformalkan struktur organisasi

2. Otonomi dihargai sangat tinggi, dan bekerja secara mandiri lebih disukai.

3. Usaha keluarga jarang berjangka panjang, dan selalu secara ajeg berada dalam posisi tidak stabil.

(7)

Yang dimaksud ketergantungan adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi negara tertentu dipengaruhi oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara-negara lain, negara-negara tersebut hanya berperan sebagai penerima akibat saja (Titonio Dos Santos, 1970). Hubungan saling ketergantungan antara dua sistem ekonomi atau lebih terjadi bila ekoomi beberapa negara (yang dominan) bisa berekpansi dan bisa berdisi sendiri, sedangkan ekonomi di negara lainnya ( yang bergantung) mengalami perubahan hanya sebagai akibat dari ekspansi tersebut, baik yang positif maupun negatif. Selanjutnya Santos Membedakan tiga bentuk ketergantungan, yaitu:

1. Ketergantungan Kolonial. Disini terjadi dalam bentuk penguasaan penjajah (Negara pusat)

terhadap negara pinggiran. Kegiatan ekonomi utama negara pinggiran adalah perdagangan eksport dari hasil bumi yang dibutuhkan negara penjajah. Para penjajah memonopoli tanah, pertambangan, tenaga kerja. Hubungan penjajah dengan penduduk lokal bersifat eksploitatif. 2. Ketergantungan Finansial.Disini negara pinggiran secara politis merdeka, tetatpi dalam

kenyataannya negara pinggiran ini masih dikuasai oleh kekuatankekutan finansial dari negara pusat. Seperti pada ketergantungan kolonial, negara pinggiran masih mengeksport bahan mentah bagi kebutuhan industri negara pusat. Negara pusat menanamkan modalnya pada pengusaha lokal di negara pinggiran untuk menghasilkan bahan baku tersebut. Dengan demikian pengendalian dilakukan melalui kekuasaan ekonomi, dalam bentuk kekuasaan finansial.

3. Ketergantungan tehnologi-industiral. Ini adalah bentuk ketergantungan baru. Kegiatan ekonomi

dinegara-negara pinggiran tidak lagi mengeksport bahan mentah untuk keperluan industri digara pusat. Perusahaan-perusahaan multinasional dari negara pusat mulai menammkan modalnya untuk kegiatan industri di negara pinggiran yang produknya ditujuakan kedalam pasar negaranegara pinggiran.

Meskipun industri ini ada di negara pinggiran, tetapi tehnologinya berasal dari perusahaan multi nasional. Seringkali barang-barang modal berupa mesin industri yang ada tidak dijual sebagai komoditi, melainkan disewakan melalui perjanjian paten. Dengan demikian pengusahaan dari surplus industri dilakukan memalui monopoli tehnologi. Selanjutnya, Santos (1970) menguraikan bahwa ketergantungan industri dalam arti tehnik mempunyai pengertian bahwa:

1) Perkembangan industri di negara pinggiran tergantung pada sektor perdagangan ekspor

barang-barang hasil pertanian dan pertambangan. Devisa hasil penjualan barang-barang-barang-barang ekspor oleh negara pinggiran digunakan untuk membeli barang-barang industri yang dibutuhkan.

2) Perkembangan industri di negara pinggiran sangat dipengaruhi oleh balance of payment. Artinya

(8)

3) Perkembangan industri sangat dipengaruhi oleh monopoli teknologi oleh perusahaan besar/asing

seperti hakpaten dan royalti yang membawa konsekuensi pengurasan kemakmuran melalui investasi industri yang ditunjukkan pada permintaan pasar lokal.

Teori ketergantungan ini muncul dengan asumsi bahwa tidak ada daerah atau negara yang otonom di dunia ini, semua turut serta dalam ekonomi dunia baik secara langsung maupun tidak langsung seperti yang dikemukakan oleh golongan non-marxis atau dalam sistem kapitalis yang dikemukakan oleh golongan marxis. Dos Santos juga beranggapan bahwa negara pinggiran juga bisa berkembang, meskipun perkembangan itu merupakan perkembangan perkembangan yang teragantung (perkembangan ikutan). Impuls dan dinamika perkembangan ini tidak datang dari negara pinggiran yang bersankutan tetapi datang dari negara pusatnya. Keterbelakangan yang terjadi di negara pinggiran disebabkan karena ekonomi negara-negara ini kurang dapat menyatu dengan kapitalisme. Jika ekonomi negara pusat berkembang atau maju, bisa terjadi bahwa ekonomi negara berkembang ikut maju. Tetapi bila negara pusat mengalami kesulitan ekonomi sudah dipastikan bahwa negaranegara pinggiran akan mengalami kesulitan. Hal itu terjadi karena ekonomi negara-negara pinggiran sangat tergantung pada ekonomi negara-negara pusat. Jika terjadi sebaliknya, negara-negara pinggiran yang mengalami kesulitan ekonomi tidak akan berpengaruh terhadap keadaan ekonomi negara-negara pusat, karena ekonomi negara-negara pusat tidak tergantung dari ekonomi negara-negara pinggiran.

Akibat Dari Ketergantungan

Menurut penganut dari paham liberal, hubungan antar negara-negara pusat dengan negara-negara pinggiran adalah dikatakan sebagai hubungan saling ketergantungan, dimana kedua belah pihak ada dalam posisi saling menguntungkan. Negara pusat membutuhkan bahan baku untuk industrinya, sedangkan negara-negara pinggiran membutuhkan baranbarang industri untuk pembangunaanya. Tetapi yang dilupakan menurut pandangan kaum liberal ini adalah bahwa derajad keuntungan antara negara pusat dan negara pinggiran berbeda.negara-negara pinggiran jelas lebih tergantung pada negara-negara pusat. Hubungan yang terjadi antara negara pusat dengan negara pinggiran dapat disejajarkan dengan hubungan majikan dan buruh. Tetapi apakah dapat dikatakan keduanya saling tergantung dengan derajat yang sama?

(9)

berkembang mengikuti jejak negara negara kapitalis maju. Namun dlam kenyataannya, negara-negara pinggiran yang pra-kapitalis mempunyai dinamika sendiri, yang bila tidak disentuh oleh negara kapitalis maju, justru akan berkembang secara mandiri. Justru karena sentuhan oleh negara kapitalis maju itu, perkembangan negara pinggiran menjadi terhambat. Dengan demikian keterbelakangan yang terjadi di negara-negara pinggiran disebabkan oleh adnya ekspansi negara-negara kapitalis, jadi disebabkan oleh faktor eksternal.

Menurut Frank (1969), keterbelakangan di negara-negara pinggiran bukan karena masyarakat itu kekurangan modal melainkan akibat dari proses ekonomi, politik dan sosial yang terjadi sebagai akibat globalisasi dari sistem kapitalis. Ketrebelakangan di negaranegara pinggiran adalah akibat langsung dari terjadinya pembangunan di negara-negara pusat. Hal itu terdaji karena dari proses sosial, ekonomi, dan politik tersebut menimbulkan suatu struktur internasional dari negara-negara yang tidak sama kuatnya yang mengakibatkan proses akumulasi yang cepat pada kawasan tertentu (negara-negara pusat) dan memaksa suatu siklus keterbelakangan pada kawasan yang lain (negara-negara pinggiran).

Teori Ketergantungan pada dasarnya setuju dengan kekurangan modal dan ketiadaan keahlian sebagai penyebab ketergantungan. Tetapi faktor penyebabnya bukan dicari pada nilai-nilai tradisional bangsa itu, melinkan pada proses imperialisme dan neo-imperialisme yang menyedot surplus modal yang terjadi di negara-negara pinggiran ke negara pusat (Budiman, 1995). Perkembangan yang wajar dari negara-negara pinggiran yang mestinya akan menuju pada pembanguan yang mandiri, terganggua akibat masuknya kekuatan ekonomi dan politik dari negara-negara pusat. Oleh karena itu, penanaman modal dan keahlian yang disuntikkan begitu saja ke negara-negara pinggiran tidak akan banyak menolong sebelum struktur ekonomi dan politik yang dibuat untuk memberikan keuntungan pada modal asing ini diubah secara radikal.

Perkembangan yang wajar dari negara-negara pinggiran, yang mestinya akan menuju pada pembangunan mandiri, telah terganggu akibat masuknya kekuatan ekonomi dan politik negara-negara pusat. Suntikan modal dan teknologi oleh negara pusat kepada negara-negara pinggiran tidak akan menolong sebelum struktur ekonomi dan struktur politik dibuat untuk memberi keuntungan yang seimbang.

(10)

pertanian mengalami defisit yang cukup besar. Gejala ini disebabkan permintaan untuk barang-barang pertanian tidak elastis. Di sini berlaku Hukum Engels yang menyatakan bahwa pendapatan yang meningkat menyebabkan presentase konsumsi makanan terhadap pendapatan justru menurun. Artinya, pendapatan yang naik tidak akan menaikkan konsumsi makanan, tetapi justru meningkatkan konsumsi barangbarang industri. Akibatnya anggaran nepara pertanian (pinggiran) yang digunakan untuk mengimpor barang-barang industri dari negara pusat akan semakin meningkat, sedangkan pendapatan dari hassil eksponya relatif tetap. Inilah yang mennimbulkan defisit pada neraca

perdagangan.

Lain halnya dengan barang industri, Kenaikan dalam pendapatan akan mengakibatkan juga kenaikan pada konsumsi barang-barang industri. Karena itu, kenaikan pendapatan di negara-negara industri tidak akan menaikkan secara berarti impor barang-barang pertanian di

negara-negara pinggiran. Tetapi, kenaikan pendapatan di negara-negara pinggiran akan menaikkan secara berarti barang-barang industri dari negara-negara pusat. Hal ini akan memperbesar jumlah akspor barang-barang industri dari negara pusat ke negara pinggiran.

Sementara negara-negara pusat semakin kaya dengan pendapatan yang semakin meningkat yang diperoleh dari hasil ekspornya, di sisi lain negara-negara pinggiran membutuhkan uang yang semakin banyak untuk mengimpor barang-barang industri, sementara pendapatan dari hail ekspor barang-barang pertanian relatif tidak berubah.

(11)

Dengan demikkian, jumlah keseluruhan keuntungan dari modal Amerika Serikat yang berjumlah US$ 5.415 juta adalah US$ 18.983 juta (Dos Santos, 1970), (Todaro, 1987) . Dos Santos juga mengatakan bahwa larinya keuntungan modal ke luar negeri ini, mengakibatkan mengeringnya modal di dalam negeri. Hal itu memberi dampak tidak mampunya mendirikan industri nasional sendiri, sehingga industrialisasi yang dijalankan masih tetap tergantung dari bantuan asing. Ketimpangan keuntungan akibat ketergantungan ini juga dapat dilihat dari perbandingan rata-rata pendapatan orang Amerika Serikat dengan India yang pada tahun 1930-an hanya 15:1 menjadi 35:1 pada tahun 1950-an. Akibat ketergantungan industri dalam arti teknik (technological industrial dependence), menurut Dos Santos akan membawa perubahan terhadap struktur negara pinggiran yaitu berupa:

a. Konflik keruangan timbul, yaitu akibat kebutuhan untuk mempertahankan lahan pertanian di

satu sisi dan di sisi lain adalah kebutuhan untuk mengembangkan pusat-pusat industri.

b. Industri dan teknologi lebih responsif terhadap kepentingkan perusahaan asing/multinasional

dari pada kebutuhan nasional dalam negeri.

c. Timbulnya ketimpangan sosial dan ekonomi akibat terkonsentrasinya pendapatan dan teknologi. Di negara-negara pinggiran, sektor ekonomi yang paling dinamis biasanya dikuasai oleh

modal asing. Karena itu, keuntungan dari sektor ini diserap kembali ke negara-negara industri maju. Dari data yang ada menunjukkan bahwa modal yang masuk ke negara pinggiran lebih sedikit dari pada modal yang meninggalkan negara tersebut. Chase-Dunn (1975) selanjutnya menguraikan bagaimana mekanisme investasi asing dan ketergantungan pada utang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang negatif yaitu:

a) Akibat investasi asing, sumber-sumber alam di negara-negara pinggiran menjadi habis, sehingga

negara-negara pinggiran kehilangan sumer bagi pembangunan. Laba dari investari asing diangkut ke luar negeri.

b) Produksi yang berorientasi ke luar negeri dan masuknya perusahaan-perusahaan multinasional

mengubah struktur ekonomi negara-negara pinggiran. Struktur ekonomi baru ini akan menghasilkan dinamika ekonomi yang mengakibatkan keterbelakangan, karena lebih melayani modal asing dan borjuis lokal yang bekerja sama dengan pemilik modal asing tersebut. Selain itu, keadaan ini pula menyebabkan industri kecil di negara pinggiran kalah bersaing dengan industri multinasional yang disokong oleh investasi asing.

c) Hubungan antara elite di negara pusat dan negara pinggiran mencegah terjadinya pembangunan

nasional.

d) Terjadi ketimpangan pendapatan akibat dari kelompok elite di daerah pinggiran memperoleh

(12)

keuatan-kekuatan yang ada di negara pusat. Tetapi, investasi modal asing juga bisa berakibat positif bagi pertumbuhan ekonomi negaranegara pinggiran:

 Modal asing langsung memproduksi barang dan menimbulkan permintaan bagi barang-barang

lain yang diperrlukan bagi produksi tersebut. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

 Utang luar negeri yang didapat dapat digunakan untuk membiayai sarana dan prasarana yang

dibutuhkan untuk pembangunan nasional.

 Terjadi transfer teknologi, perbaikan kebiasaan kerja, modernisasi organisasi pembangunan, dan

sebagainya yang berguna bagi pembangunan.

Dari uraian tersebut, jelas terlihat bahwa ketergantungan negara-negara pinggiran

terhadap negara pusat sangat tidak menguntungkan bagi negara pinggiran. Hal itu karena

ketergantungan yang tercipta akan membuat keterbelakangan negara-negara pinggiran.

TEORI SISTEM EKONOMI DUNIA

Perubahan status negara pinggiran menuju negara semi pinggiran ditentukan oleh keberhasilan negara pinggiran melaksanakan salah satu atau kombinasi dari strategi pembangunan, yaitu strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi promosi dengan undangan dan strategi berdiri diatas kaki sendiri. Sedangkan upaya negara semi pinggiran menuju negara sentral bergantung pada kemampuan negara semi pinggiran melakukan perluasan pasar serta introduksi teknologi modern. Kemampuan bersaing di pasar internasional melalui perang harga dan kualitas.

Negara semi pinggiran yang disampaikan oleh Wallerstein merupakan sebuah pelengkap dari konsep sentral dan pinggiran yang disampaikan oleh teori dependensi. Alasan sederhana yang disampaikannya adalah, banyak negara yang tidak termasuk dalam dua kategori tersebut sehingga Wallerstein mencoba menawarkan konsep pembagian dunia menjadi tiga kutub yaitu sentral, semi pinggiran dan pinggiran.

(13)

kejenuhan investasi sehingga diperlukan perluasan atau ekspansi pada negara lain. Upaya perluasan investasi ini membutuhkan lokasi baru pada negara miskin. Negara ini kemudian dikenal dengan istilah negara semi pinggiran.

Wallerstein mengajukan tesis tentang perlunya gerakan populis berskala nasional digantikan oleh perjuangan kelas berskala dunia. Lebih jauh Wallerstein menyatakan bahwa pembangunan nasional merupakan kebijakan yang merusak tata sistem ekonomi dunia. Alasan yang disampaikan olehnya, antara lain :

1. Impian tentang keadilan ekonomi dan politik merupakan suatu keniscayaan bagi banyak negara.

2. Keberhasilan pembangunan pada beberapa negara menyebabkan perubahan radikal dan global

terhadap sistem ekonomi dunia.

3. Strategi pertahanan surplus ekonomi yang dilakukan oleh produsen berbeda dengan perjuangan

kelas yang berskala nasional.

Pengaruh Teori Sistem Dunia

Teori sistem dunia telah mampu memberikan penjelasan keberhasilan pembangunan ekonomi pada negara pinggiran dan semi pinggiran. Negara-negara sosialis, yang kemudian terbukti juga menerima modal kapitalisme dunia, hanya dianggap satu unit saja dari tata ekonomi kapitalis dunia. Negara sosialis yang kemudian menerima dan masuk ke dalam pasar kepitalis dunia adalah China, khususnya ketika periode pengintegrasian kembali (Penelitian So dan Cho dalam Suwarsono dan So, 1991). Teori ini yang melakukan analisa dunia secara global, berkeyakinan bahwa tak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. kapitalisme yang pada awalnya hanyalah perubahan cara produksi dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk dijual, telah merambah jauh jauh menjadi dibolehkannya pemilikan barang sebanyak-banyaknya, bersama-sama juga mengembangkan individualisme, komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas. Kapitalisme tidak hanya merubah cara-cara produksi atau sistem ekonomi saja, namun bahkan memasuki segala aspek kehidupan dan pranata dalam kehidupan masyarakat, dari hubungan antar negara, bahkan sampai ke tingkat antar individu. Sehingga itulah, kita mengenal tidak hanya perusahaan-perusahaan kapitalis, tapi juga struktur masyarakat dan bentuk negara.

Bergesen &Schoenberg: Gelombang Panjang Kolonialisme

(14)

terlihat bahwa kolonialisme yang merupakan hasil dari sitem dunia kapitalis menjadi jembatan structural antara negara sentral dan negara pinggiran.dalam hal ini Bergesen dan Schoenberg ingin memperlihatkan kolonialisme sebagai bentuk dinamika kolektif yang khas dari system ekonomi kapitalis dunia, dan bukan sekedar dalam tingkat nasional yang tidak tinggi dan abstrak.

Pengukuran kegiatan kolonialisme

Untuk dapat melihat kolonialisme di tingkat global seperti yang elah di jelaskan diatas maka, perlu suatu alat ukur. Bergesen dan Schoenberg menerapkan suatu ukuran yang konstan yang dapat melihat gejala-gejala kolonialisme, yaitu dengan “ukuran kehadiran pemerintah colonial” dengan begini mereka dapat melihat jumlah koloni yang ada,jumlah koloni yang merdeka dan jumlah bersih kumulativ koloni yang masih ada setiap tahunya pada rentang waktu tahun 1415 sampai 1969.

Model teoritis

Tiga faktor yang dilihat oleh bergesen dan Schoenberg adalah (1) Distribusi kekuasaan diantara negara-negara sentral. (2) stabilitas negara sentral. (3) jawaban sistemik yang terwujud dalam bentuk kolonialisme dan merkantilisme.

Gelombang panjang kolonialisme

Disini bergesendan Schoenberg memperlihatkan perjalanan kolonialisme yang dibagi atas 5 fase

1. 1500-1815, tidak stabilnya negara sentral dan runtuhnya feodalisme. Muncul negara-negara dengan system negara itu sendiri, dikarenakan tidak adanya satu negara itupun yang memegang kendali kekuasan yang memberikan jaminan kestabilan politik jangka panjang. Hal ini dapat menimbulkan konflik dan perang yang berkepanjangan.

2. 1815-1870, pada tahun ini keadaan negara sentral lebih stabil, perang dan konflik berakhir. Hal ini disebabkan oleh Inggris muncul kembali sebagai pemeegang hegemoni atas negara-negara sentral lainya dengan begitu kerjasama antara negara sentral mulai membaik. Dengan membaiknya kestabilan negara-negara sentral maka dominasi politik rill kepada negara pinggiran sedikit melemah.

(15)

ketidakstabilan pada negara-negara sentral maka menimbulkan akibat bagi negara-negara pinggiran. Dari sini muncul gelombang kedua ekspansi kolonialisme yang terpusat di Afrika, India dan Asia. Dan sejak saat ini bentuk hubungan ekonomi pinggiran dan sentral lebih diatur secara politis dengan kebijakan merkantilisme.

4. 1945-1973, pada fase ini negara-negara sentral memiliki kembali atas kestabilanya, yang kekuasaan ituakan di pegang oleh negara adikuasa amerika serikat. Dengan begitu maka terjadi dekolonisasi pada ketiga negara yang telah disebutkan pada tahapan ketiga,dan hal ini juga memunculkan kembali perdagangan bebas.

5. 1973, pada fase ini bergesen dan Schoenberg, melihat bahwa kemungkinan besar akan terjadi kembali gelombang kolonialisme walaupun negara pinggiran dan semi pinggiran tidak merasakan kolonialisme secara formal. Menurut mereka hal ini ditandai oleh (1)berkuranganya kekuasaan Amerika sebagai negara adi kuasa, menurut bergesen dan Schoenberg hal ini dapat menimbulkan suasana ketidakstabilan kembali di antara negara-negara sentral. (2)terlihat jelas tanda-tanda munculnya kembali pengaturan politik untuk urusanperdagangan internasional. Yang kita dapat liha dengan munculnya kebijakan proteksi dan pembatasan import. (3)negara sentral secara terang-terangan secara politik mengendalikan negara-negara pinggiran melalui perdagangan senjata.diperjelas dengan posisi gerakan nonblok negara-negara pinggiran. Yang saat ini sudah semakin terpecah-pecah.

TEORI ALTERNATIF

Teori alternatif adalah teori yang tergolong dalam teori kritik (critical theory) dengan meminjam pengertian dan analisis yang dikembangkan oleh Stephen Leonard (1990) tentang critical theory yang dituangkan dalam bukunya Critical Theory in Political Practice . Dalam bukunya ia memberikan kritik terhadap institusi dan praktisi politik yang ada di masyarakat yang tidak adil. Berbagai teori yang dimaksudkan dalam teori alternatif ini meliputi berbagai paradigma yaitu:

1. Gerakan feminisme beserta semua aliran mereka

2. Teori alternatif yang merujuk pada teologi pembebasan

3. Yang dikategorikan sebagai teori alternatif adalah berbagai pendekatan yang menggunakan atau

mendapat pengarug dari pendekatan postmodernisme.

Sejarah

(16)

berarti. Hukum feminis yang dilandasi sosiologi feminis, filsafat feminis dan sejarah feminis merupakan perluasan perhatian wanita dikemudian hari. Di akhir abad 20, gerakan feminis banyak dipandang sebagai sempalan gerakan Critical Legal Studies, yang pada intinya banyak memberikan kritik terhadap logika hukum yang selama ini digunakan, sifat manipulatif dan ketergantungan hukum terhadap politik, ekonomi, peranan hukum dalam membentuk pola hubungan sosial, dan pembentukan hierarki oleh ketentuan hukum secara tidak mendasar.

Walaupun pendapat feminis bersifat pluralistik, namun satu hal yang menyatukan mereka adalah keyakinan mereka bahwa masyarakat dan tatanan hukum bersifat patriaki. Aturan hukum yang dikatakan netral dan objektif sering kali hanya merupakan kedok terhadap pertimbangan politis dan sosial yang dikemudikan oleh idiologi pembuat keputusan, dan idiologi tersebut tidak untuk kepentingan wanita. Sifat patriaki dalam masyarakat dan ketentuan hukum merupakan penyebab ketidakadilan, dominasi dan subordinasi terhadap wanita, sehingga sebagai konsekuensinya adalah tuntutan terhadap kesederajatan gender. Kesederajatan gender tidak akan dapat tercapai dalam struktur institusional ideologis yang saat ini berlaku.

Feminis menitikberatkan perhatian pada analisis peranan hukum terhadap bertahannya hegemoni patriaki. Segala analisis dan teori yang kemudian dikemukakan oleh feminis diharapkan dapat secara nyata diberlakukan, karena segala upaya feminis bukan hanya untuk menghiasi lembaran sejarah perkembangan manusia, namun lebih kepada upaya manusia untuk bertahan hidup. Timbulnya gerakan feminis merupakan gambaran bahwa ketentuan yang abstrak tidak dapat menyelesaikan ketidaksetaraan.

Teori feminisme

Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina atau perempuan. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan. Sekarang ini kepustakaan internasional mendefinisikannya sebagai pembedaan terhadap hak hak perempuan yang didasarkan pada kesetaraan perempuan dan laki laki.2

Referensi

Dokumen terkait

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang dibuat oleh luar negeri, tujuan dan sasaran K3, identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko,

Kurva serapan larutan standar akrilamid a 10 p p m d ibuat meng- gunakan spektrofotometer UV-VIS antara panjang gelombang 190 nm sampai 300 nm dengan blangko asam fosfat 10%3.

Kebudayaan tidak dipandang sebagai sesuatu yang dimiliki atau tidak dimiliki, sesuatu yang positif atau negatif, bahkan bukan sesuatu yang dianggap benda atau obyek tertentu

Berdasarkan hasil penelitian terhadap sampel resep obat yang diambil dari Apotik “x” Jakarta Timur diketahui bahwa resep obat oral kardiovaskular yang masuk pada periode Mei

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinjauan yuridis atas perbuatan melawan hukum atas jaminan fidusia yang bersifat perdata menjadi tindak pidana penggelapan

[r]

Syringaldehyde, p-Hydroxybenzoic acid, m-Hydroxy- benzoic acid and Oxybenzene were 4 amongst the 11 phenolic compounds isolated exhibiting the antimi- crobial

Jenis media massa yang isinya disebarluaskan melalui suara atau gambar dan suara dengan menggunakan teknologi elektro, seperti radio, televisi, dan film.Media elektronik