Ria Nathalia (1500933) perusahaan yang maju, berkembang pesat dan sejahtera. Baik sejahtera karyawannya maupun sejahtera bagi konsumennya. Hal tersebut pasti sangat dipikirkan oleh manajer atau pimpinan di setiap perusahaan bagaimana caranya memiliki modal yang besar untuk kemajuan usahanya. Karena pada dasarnya modal untuk keberlangsungan dalam perusahaan tidak hanya cukup dari pemilik saja (manajer perusahaan).
Maka dari itu dibutuhkan modal tambahan, dari mana perusahaan mendapatkan modal? Selain dari modal awal dan laba, salah satu sumber modal perusahaan yaitu dari investasi. Investasi dilakukan oleh para investor yang ingin menginvestasikan hartanya dengan harapan untuk mendapatkan manfaat dimasa yang akan datang.
Perusahaan harus kreatif, mandiri, berinovasi, mempunyai produk unggulan untuk menarik hati para investor. Sehingga para investor akan berlomba-lomba dalam menginvestasikan hartanya. Disini manajerpun dituntut harus berpikir aktif, kritis, kreatif, inovatif, dan sebagainya.
Ketika investor akan menginvestasikan dananya mereka tidak akan semena-mena langsung berinvestasi, tidak akan langsung tertarik begitu saja dengan berbagai yang ditawarkan oleh perusahaan. Para investor akan melihat terlebih dahulu dampak-dampak atau risiko-risiko yang akan ditimbulkan apabila akan berinvestasi.
Para investor akan mempertimbangkan berbagai hal salah satunya adalah risiko. Risiko didefiniskan dalam kamus Webstr’s sebagai “kecalakaan; bahaya; dihadapkan pada kerugian atau kecelakaan.” Oleh karena itu, risiko mengacu pada peluang bahwa beberapa kejadian yang tidak menguntungkan akan terjadi.
Maka dari itu investor akan bersikap hati-hati dalam mengambil suatu keputusan dalam menyikapi risiko untuk investasi yang lebih baik. Ada tiga sikap investor apabila dihubungkan dengan tingkat risiko yang dapat mereka terima, yaitu pertama tidak senang risiko (risk averse) sikap ini investor tidak senang terhadap risiko. Tentunya, ia memiliki konsekuensi tidak dapat mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi juga. Sikap investor ini biasanya sangat mengutamakan tingkat keamanan investasinya dibandingkan dengan tingkat return yang ditawarkan oleh suatu produk investasi. Dan investor ini masih menggunakan perbankan sebagai saran investasi di SBI atau obligasi pemerintah.
sudah berani bermain di jenis investasi reksadana; pasar uang; jenis asuransi yang aman, seperti asuransi jiwa, kesehatan, dan umum; maupun obligasi perusahaan pemerintah.
Ketiga menyukai risiko (risk seeker), sikap investor ini biasanya telah mengerti bahwa return yang tinggi akan diikuti dengan tingkat risiko yang tinggi pula. Mereka sudah berani mencoba mengambil kesempatan dan juga berinvestasi pada produk investasi yang memiliki tingkat risiko relatif tinggi. Biasanya investor ini sudah sangat sedikit menginvestasikan dananya ke perbankan. Umumnya, mereka telah membagi investasinya ke reksadana, asuransi, dan juga sudah mulai berani berinvestasi langsung di saham, bursa komoditi, maupun valas.
Daftar Pustaka :
Brigham, Eugne F, Houston, Joel F.. Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan. 2001. Jakarta. Eirlangga.