• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Batas Wilayah Negara Mata K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penanganan Batas Wilayah Negara Mata K"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Penanganan Batas Wilayah Negara

MATA KULIAH:

MANAJEMEN PERBATASAN

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam Tugas Ujian Akhir Semester VI

pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri Kampus Kalimantan Barat

Dosen Pengampu: Dr. Erdi Abidin, M.Si

Oleh:

Kelompok 1 (Kelas A.1)

A. Ibnoe Ramadhani AD. AR. Dimas Sulthon U. Lubis Ahasyweros Simbolon Aditya Fekhilian Ramadhan Banyu Anugrah Ramadhan Hafiz Edra Asfa

Erina Safitri Faliani Oktori Sembina M. Faishal Muchtar Cyntia Devi Nugraheni

Program Studi : Manajemen Sumber Daya Aparatur

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

KAMPUS KALIMANTAN BARAT

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bismillah, Alhamdulillah Segala Puji syukur atas segala nikmat dan ilmu dari Tuhan Yang Kuasa Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan kesehatan dan pengatahuan kepada seluruh umat manusia, sehingga umat manusia dapat menjadi beradab dapat menjadi pemimpin dari seluruh makhluk di permukaan bumi

Sholawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Nabi dan Rasul -Nya yang mulia yakni Nabi Muhammad Shalallahu A’laihi Wasallam. Beliau adalah pembawa hidayah islam kepada seluruh manusia dan beliau yang telah membawa ajaran yang benar. Semoga kita menjadi umat yang mendapatkan syafa'at di yaumil akhir nanti.

Penulis yang merupakan mahasiswa (i) semester VI berusaha semaksimal mungkin agar penyajian Makalah ini dapat bermanfaat, tidak hanya sekedar memenuhi tugas semester, lebih jauh lagi dapat memberi manfaat kepada pembaca terkhusus kepada penyusun sendiri. Seperti kata pepatah “Tak Ada Gading Yang Tak Retak” begitu pula dengan makalah

sederhana ini.

Dengan segala hormat, kami penyusun sangat membutuhkan koreksi dan masukan dari Bapak Dr. Erdi selaku dosen kami pada mata kuliah ‘Manajemen Perbatasan’ Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat perbaikan dari Bapak dosen pembimbing dan teman-teman sekalian akan kami terima dengan senang hati.

Terima kasih,

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kubu Raya, 15 Mei 2017

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI ...2

TUGAS PAPER : “Penanganan Batas Wilayah Negara”

BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang...4-5 B. Rumusan Masalah...5 C. Tujuan...5

BAB II : Pembahasan

A. Paradigma Pembangunan Di Indonesia...6-7 B. Perbandingan Kondisi Batas Negara Indonesia dengan Negara Lain...7-8 C. Masalah dan Isu Krusial Di Batas Wilayah Negara...8-9 D. Solusi Permasalahan Di Batas Wilayah Negara...9-10

BAB III : Penutup

A. Kesimpulan...11 B. Rekomendasi...12

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan pemerintahan daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mengalami beberapa perubahan pada sistem pemerintahan yang dari awalnya bersifat sentralistik menjadi desentalistik. Widjaja1 mendefinisikan otonomi daerah adalah salah satu bentuk dari desentralisasi pemerintahan yang dasarnya ditujukan guna memenuhi kepentingan bangsa secara menyeluruh, merupakan suatu upaya yang lebih mendekatkan berbagai tujuan penyelenggaraan pemerintahan sehingga dapat mewujudkan cita-cita masyarakat yang adil dan makmur.

Pembangunan yang bersifat sentralistik berdampak pada ketergantungan masyarakat yang sangat besar terhadap pemerintah. Perencanaan, pengawasan serta program pembangunan selalu ditentukan oleh pemerintah pusat sehingga menyebabkan rendahnya partisipasi masyrakat . Disinilah letak esensi negara kesatuan bagi para pendiri negeri ini, yaitu dengan menempatkan pemerintahan daerah sebagai satu kesatuan dari konsep sistem pemerintahan Negara (Sadu & Mansyur, 2010; 2).

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia. Wilayah negara Indonesia sendiri terbagi atas wilayah daratan, wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial. Kawasan perbatasan sendiri masuk dalam wilayah tersebut dengan letak yang berada pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain. ( Peraturan BNPP No.1/2015 pasal 1 ayat 9 & 10)

Sebagai negara demokrasi dengan sistem pemerintahan yang bersifat desentralistik, Indonesia masih memiliki banyak ‘pekerjaan rumah’ yang harus diselesaikan. Hubungan pusat dan daerah yang tidak solid akan mengakibatkan lambatnya pembangunan infrastruktur diwilayah Indonesia, terlebih lagi dengan wilayah yang berbatasan langsung dengan negara lain (border land). Erdi2 (2013) mengatakan bahwa selama ini, paradigma pembangunan wilayah yang dikembangkan oleh pusat lebih menonjolkan pertimbangan penduduk, sehingga daerah yang “tidak atau kurang” penduduknya, cenderung lambat dan bahkan terabaikan.

Penguatan semangat kebangsaan dan menjaga kedaulatan NKRI sangat erat kaitannya dengan pemberdayaan kawasan batas wilayah negara (red: kawasan perbatasan). Karena itu demi menjaga keutuhan NKRI dan memelihara semangat kebangsaan, sangatlah relevan dan

1 Lihat http://www.markijar.com/2016/06/12-pengertian-otonomi-daerah-menurut.html (posted 27062016)

(5)

penting bagi pemerintah pusat dan daerah, masyarakat dan pihak swasta bekerja sama untuk memberikan perhatian khusus atas kawasan-kawasan perbatasan.

Adapun tujuan penaganan batas wilayah negara selain untuk menjaga pertahanan dan pemanfaatan sumber daya alam nasional, juga diharapkan dapat mengatasi ancaman seperti narkotika, Women and Child trades (trafficking) dan terorisme. Isu kompleks dan krusial lain yang sering terjadi di wilayah perbatasan negara adalah: 1) kesejangan ekonomi dengan negara tetangga, 2) arus tenaga kerja Indonesia ilegal dan 3) lemahnya sarana dan prasarana wilayah di kawasan perbatasan.

Daerah perbatasan yang awalnya disebut sebagai ‘Halaman Belakang’ sekarang berganti paradigma menjadi ‘Beranda Terdepan’. Apabila konsep ‘Beranda Terdepan’ ingin diwujudkan, maka kerja sama pemerintah dan semua pihak harus digiatkan untuk mengatasi masalah-masalah yang sering terjadi di wilayah batas negara. Oleh karena itu, menarik untuk dikaji “Penanganan Batas Wilayah Negara”. Harapannya adalah agar berbagai masalah batas wilayah negara dapat diselesaikan dan disertai dengan pemberian solusi terhadap isu-isu/masalah tersebut.

.B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana paradigma pembangunan negara saat ini ?

2. Bagaimana kondisi batas negara Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain ? 3. Apa saja hambatan dan isu-isu krusial yang dihadapi di batas wilayah negara ?

4. Apa langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh pemerintah dan masyarakat untuk menangani masalah yang terjadi di batas wilayah negara ?

C. Tujuan

Berkaitan dengan masalah diatas, tujuan penulis untuk menyusun makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui paradigma pembangunan negara Indonesia

2. Untuk mengetahui perbedaan batas negara Indonesia dengan negara lain 3. Untuk mengetahui apa saja isu-isu atau hambatan yang terjadi di batas negara

4. Untuk mengetahui langkah atau cara yang dapat menyelesaikan masalah yang terjadi.

BAB II

PEMBAHASAN

(6)

Wilayah Indonesia merupakan kawasan yang cukup strategis, perdagangan dunia yang menghubungkan duasamudra ini dapat dengan mudah dinikmati dan dirasakan oleh Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Maka dari itu jika Indonesia sendiri mampu menyediakan infrastruktur, menata diri maka dapat menyetarai bahkan mengungguli dibandingkan dengan negara tetangga. Dalam kondisi seperti itulah Indonesia harus lebih kritis dalam membenahi wilayah perbatasan untuk kita bangun.

Namun sangat disayangkan, paradigma pembangunan selama ini hanya berorientasi atau memfokuskan pembangunan di daerah dengan tingkat pendudukan yang tinggi, seperti di pulau Jawa dan Sumatra. Oleh sebabitu, timbulah suatu kesenjangan pembangunan di wilayah perbatasan yang berdampak pada timbulnya permasalahan-permasalahan sosial, ekonomi, politik, keamanan, dan kesejahteraan masyarakat yang terjadi dewasa ini. Ketimpangan yang masih terjadi antara daerah pusat dan pinggiran yang menimbulkan berbagai macam masalah di perbatasan merupakan kelalaian pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Indonesia.

Dr. Erdi dalam papernya yang berjudul “JERITAN” MASYARAKAT SINTANG (The Crying Out of People from Sintang’s Border) mengungkapkan bahwa masyarakat sintang – secara khusus- (read: masyarakat perbatasan) membutuhkan empat bidang yang menjadi kebutuhan penting di daerah batas wilayah negara atau daerah perbatasan. 4 (empat) bidang tersebut yaitu jalan, pendidikan, kesehatan dan listrik. Selain itu, bidang pelayanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan juga harus menjadi perhatian khusu apabila ingin mengubah paradigma perbatasan.

Pemerintah melalui programnya memerlukan adanya keterpaduan atau sinergi antara kementrian dan lembaga. Hal itu terkait untuk mengubah paradigma lama yang berorientasi pembangunan di daerah padat penduduk, sehingga meniggalkan wilayah batas negara. Perumusan kebijakan-kebijakan harus berpihak kepada wilayah ‘beranda terdepan’. Hal ini dengan tujuan untuk meminimalisir permasalahan yang telah terjadi serta menekan kesenjangan sosial yang telah dirasakan oleh masyarakat sehingga wilayah perbatasan yang merupakan “halaman depan bangsa” dapat menjadi prioritas utama pembangunan Indonesia kedepan.

(7)

B. Perbandingan Batas Negara Indonesia dengan Negara Lain

Infrastruktur merupakan salah satu prasyarat utama tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur mencerminkan adanya investasi dan investasi yang merata mencerminkan adanya pembangunan infrastruktur yang memadai dan mampu melayani pergerakan ekonomi Kegagalan melakukan investasi infrastruktur secara baik menandakan kegagalan menjaga dan meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi suatu bangsa secara berkelanjutan.

Keberadaan infrastruktur sangat penting dalam mendukung pembangunan ekonomi dan sosial karena infrastruktur yang baik dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi baik bagi dunia usaha maupun bagi sosial kemasyarakatan. Dengan infrastruktur yang memadai, biaya produksi, transportasi, komunikasi dan logistik semakin murah, jumlah produksi meningkat, laba usaha meningkat, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat (Suroso, 2015).

Berdasarkan3 The Global Competitiveness Report 2013/2014 yang dibuat oleh World Economic Forum (WEF), daya saing Indonesia (Global Competitiveness Index-GCI) berada pada peringkat ke-38 dunia. Sementara itu kualitas infrastruktur Indonesia menempati peringkat ke-61 dari 148 negara dunia yang disurvei atau berada pada peringkat ke 5 diantara negara-negara inti ASEAN. Dengan negara yang berbatasan dengan Indonesia yakni Singapura mendapat GCI peringkat ke 2, Malaysia peringkat ke 26, Filipina ke 59, dan Indonesia ke 38. Sedangkan dari segi penilaian infrastruktur, Singapura mendapat rangking ke 2, Malaysia ke 29, Brunei Darussalam ke 58, Filipina ke 96 dan Indonesia ke 61.

Jika kita mengambil perbandingan dengan negara Malaysia, Indonesia masih sangat jauh tertinggal dari negara Malaysia. Meskipun wilayah Malaysia hampir tidak sebanding dengan wilayah Indonesia, namun pemerintah Malaysia mampu menyediakan sarana dan prasarana yang begitu lengkap untuk warga negaranya. Di Malaysia hampir semua kebutuhan masyarakat mendapat subsidi seperti rumah, air, listrik, keperluan pokok. Sumber lain4 mengatakan bahwa dalam hal Infrastruktur, Malaysia menduduki peringkat ke-26, sedangkan Indonesia menduduki peringkat ke 76.

Menurut World Bank (2009) dalam http://m.pulsk.com/140509/Perbandingan-Indonesia-dengan-Malaysia. (16/05/2017), Malaysia menduduki urutan ke 79 dengan GNP perkapita sebesar U$$ 13.740 per tahun. Disisi lain Indonesia menduduki peringkat ke 146 dengan GNP perkapita sebesar sebesar US$ 3.830 per tahun (dengan kata lain GNP Malaysia

3 Lihat http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/20517-infrastruktur-dan-pembangunan-ekonomi diakses 16 may 2017 pada pukul 10:46 PM

(8)

3x lipat lebih tinggi dibanding GNP Indonesia). Namun, secara Kekuatan Ekonomi Indonesia jauh lebih besar dibanding dengan Malaysia, tetapi harus diakui bahwa Malaysia lebih unggul dalam hal pemerataan ekonomi dan pembangunan, pendidikan, infrastruktur, ekonomi, kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.

C. Permasalahan dan Isu Krusial di Batas Wilayah Negara 1. Transaksi dan Penyelundupan Narkoba

Shabu yang merupakan salah satu jenis ATS (Amphetamine-Type Stimulants) yang beredar di Indonesia sebagian besar berasal dari luar negeri. Laporan UNODC Asia Pasifik, Global SMART Update 2012, sepertiga dari ATS global dan setengah dari metamfetamin global yang disita pada tahun 2010 berasal dari Asia Timur dan Asia Tenggara.Kemudian, sejumlah besar ATS adalah diproduksi di Tiongkok, Myanmar, dan Filipina (Jurnal Data P4GN 2013 Edisi 2014, BNN RI)5. Karena itu, aparat penegak hukum Indonesia harus melakukan upaya serius untuk mencegah masukanya narkoba ke Indonesia khususnya di daerah perbatasan.

Motivasi utama dalam upaya penyelundupan narkoba adalah keuntungan besar dan tingginya permintaan pasar. Daerah perbatasan lain antara Indonesia dengan Malaysia juga mengalami persoalan yang tidak kalah buruknya. Pengungkapan kasus narkoba di Kalimantan tergolong cukup besar dan hampir semua barang haram tersebut berasal dari Malaysia. Bahkan, di Kalbar, ada daerah yang dikenal dengan daerah yang narkoba dapat dijual secara bebas yaitu di Kampung Beting. Kondisinya sangat mengkhawatirkan karena aparat pun seolah dibuat tidak berdaya untuk melakukan penindakan dengan berbagai alasan.

2. Kesenjangan Pembangunan Ekonomi

Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Indonesia merupakan wujud nyata dalam usaha untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu, pembangunan haruslah memiliki sifat yang multidimensional dalam berbagai bidang sektor yang tersebar di seluruh tanah air. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) Program prioritas ini dijabarkan lagi dalam Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) yang disusun setiap tahun dan bertujuan untuk menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menjadikan wilayah perbatasan sebagai beranda depan negara melalui delimitasi dan demarkasi batas, pengamanan wilayah perbatasan dan pembangunan sosial ekonomi wilayah sepanjang perbatasan.

(9)

Selama beberapa puluh tahun ke belakang masalah perbatasan memang masih belum mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah. Hal ini tercermin dari kebijakan pembangunan yang kurang memperhatikan kawasan perbatasan dan lebih mengarah kepada wilayah-wilayah yang padat penduduk, aksesnya mudah, dan potensial, sedangkan kebijakan pembangunan bagi daerah-daerah terpencil, terisolir dan tertinggal seperti kawasan perbatasan masih belum diprioritaskan. Dengan adanya usaha dan kebijakan pemerintah dalam percepatan pembangunan perbatasan maka pembangunan daerah perbatasan selama ini merupakan salah satu kawasan yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan secara khusus dalam berbagai bidang pembangunan di Indonesia Hal ini dikarenakan Daerah Perbatasan memiliki permasalahan yang kompleks dalam penanganannya.

. Ketertinggalan6 secara ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat perbatasan juga dipicu oleh minimnya infrastruktur dan aksesibilitas yang tidak memadai, seperti jaringan jalan dan angkutan perhubungan darat maupun sungai masih sangat terbatas, prasarana dan sarana komunikasi seperti pemancar atau transmisi radio dan televisi serta sarana telepon relatif minim, ketersediaan sarana dasar sosial dan ekonomi seperti pusat kesehatan masyarakat, sekolah, dan pasar juga sangat terbatas. Kondisi keterbatasan tersebut akan semakin nyata dirasakan oleh masyarakat perbatasan ketika mereka membandingkan dengan kondisi pembangunan di negara tetangga Malaysia.

Pemerintah lebih giat dalam menekankan program-programnya hanya pada wilayah tertentu, atau wilayah yang hanya terjangkau oleh mereka saja. Ini menimbulkan kecemburuan sosial dari wilayah-wilayah lain yang belum terjangkau program dari pemerintah tersebut. Dari situlah, bibit-bibit konflik mulai muncul, bahkan jika konflik atau masalah tersebut tidak segera ditanggulangi, akan menjadikan suatu ancaman yang besar, dan justru membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Human Trafficking

Perdagangan manusia (Human Trafficking) berkaitan erat dengan hubungan antar negara, karena perdagangan tersebut biasanya dilakukan di daerah perbatasan negara dan modus operasi yang dilakukan adalah pengiriman ke berbagai negara penerima seperti Malaysia dan Singapura. Lemahnya penjagaan dan keamanan daerah perbatasan menjadikan faktor utama perdagangan manusia, sehingga dengan mudah seseorang dapat melakukan transaksi perdagangan tersebut.

Banyaknya negara yang berbatasan langsung dengan Indonesia ini memiliki banyak keuntungan dan kerugian yang didapatkan dari daerah perbatasan tersebut. Seperti salah satu

(10)

isu yang menjadi isu nasional maupun internasional untuk sekitar daerah perbatasan adalah perdagangan manusia (Human Trafficking) yaitu perdagangan manusia terutama pada perempuan dan anak-anak, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Banyak dampak yang ditimbulkan dengan adanya perdagangan manusia tersebut tidak hanya merugikan negara saja tetapi juga pada korban dari perdagangan manusia tersebut.

D. Solusi Permasalahan di Batas Wilayah Negara 1. Transaksi dan Penyelundupan Narkoba

Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama. Upaya preventif merupakan pencegahan yang di lakukan agar seseorang jangan sampai terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan narkoba.

BNN sebagai badan yang bertanggungjawab terhadap permasalahan narkoba wajib mengerjakan tugasnya seperti dengan banyak mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan narkoba di kalangan masyarakat, baik itu melalui media komunikasi tradisional, cetak, dan elektronik, menyampaikan pesan-pesan berisikan informasi, edukasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba serta upaya-upaya untuk menghindarkan diri dari penyalahgunaan narkoba. BNN diharapkan dapat menciptakan banyak kader anti narkoba di berbagai provinsi, yang diharapkan bisa menjadi corong untuk menyampaikan pesan-pesan bahaya penyalahgunaan narkoba pada orang lain di sekitarnya.

2. Kesenjangan Pembangunan Ekonomi

Rupidara (2010) dalam Heyn peter (2012), Kawasan perbatasan negara memiliki potensi dan peluang untuk berkembang dengan baik, jikalau sejumlah kendala dan hambatan mendasar yang juga telah menyebabkan berbagai dapat dikelola demi pemecahannya dengan baik, melalui kebijakan yang lebih baik dalam arti lebih terintegrasi dan menyeluruh dengan semangat pembaharuan dan perubahan pada berbagai aspek/dimensinya. Sedemikian rupa proses dari semua hal itu, sehingga terciptanya kondisi yang lebih menjamin proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional umumnya dan pengelolaan batas negara dan kawasan perbatasan.

(11)

Masalah perdagangan manusia (human trafficking) sudah lama terjadi. Prof Irwanto, Ketua ECPAT Affiliate Group of Indonesia7, mengatakan bahwa penyebab utama dari adanya perdagangan anak dan perempuan ini adalah tingkat pendidikan yang rendah. Di Indonesia, pendidikan yang cenderung rendah membuat anak susah untuk mengatakan "tidak". Orangtua yang berpendidikan rendah, ditambah dengan desakan ekonomi, membuat mereka bersedia melakukan apa saja untuk meningkatkan taraf hidupnya. Termasuk, "menjual" anak mereka sendiri.

Untuk dapat mencegah masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi masalah kepada masyarakat. Dengan sosialisasi secara terus-menerus, masyarakat akan mengetahui bahayanya masalah ini, dan bagaimana solusinya. Setelah turut dalam sosialisasi serta mengetahui dan mencoba memberitahu orang lain, dapat juga berperan aktif untuk menanggulangi permasalahan ini.

Berperan aktif tersebut dapat dilakukan dengan cara melaporkan kasus yang diketahui kepada yang berwajib. Mengarahkan anak, keponakan, atau anak muda lain yang gemar beraktivitas di situs jejaring sosial untuk lebih berhati-hati dalam berteman, misalnya. Mungkin hanya sesuatu yang kecil, tetapi bila semua orang tergerak untuk turut melakukannya, bukan tak mungkin masalah yang berkepanjangan ini akan teratasi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia. Wilayah negara Indonesia sendiri terbagi atas wilayah daratan, wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut teritorial. Kawasan perbatasan sendiri masuk dalam wilayah tersebut

(12)

dengan letak yang berada pada sisi dalam sepanjang batas wilayah Indonesia dengan negara lain. Penguatan semangat kebangsaan dan menjaga kedaulatan NKRI sangat erat kaitannya dengan pemberdayaan kawasan batas wilayah negara (red: kawasan perbatasan).

Karena itu demi menjaga keutuhan NKRI dan memelihara semangat kebangsaan, sangatlah relevan dan penting bagi pemerintah pusat dan daerah, masyarakat dan pihak swasta bekerja sama untuk memberikan perhatian khusus atas kawasan-kawasan perbatasan. Adapun tujuan penaganan batas wilayah negara selain untuk menjaga pertahanan dan pemanfaatan sumber daya alam nasional, juga diharapkan dapat mengatasi ancaman di batas wilayah negara.

B. Rekomendasi

BNN sebagai badan yang bertanggungjawab terhadap permasalahan narkoba wajib mengerjakan tugasnya seperti dengan banyak mensosialisasikan bahaya penyalahgunaan narkoba di kalangan masyarakat, baik itu melalui media komunikasi tradisional, cetak, dan elektronik, menyampaikan pesan-pesan berisikan informasi, edukasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba serta upaya-upaya untuk menghindarkan diri dari penyalahgunaan narkoba.

Kawasan perbatasan negara memiliki potensi dan peluang untuk berkembang dengan baik, jikalau sejumlah kendala dan hambatan mendasar yang juga telah menyebabkan berbagai dapat dikelola demi pemecahannya dengan baik, melalui kebijakan yang lebih baik dalam arti lebih terintegrasi dan menyeluruh dengan semangat pembaharuan dan perubahan pada berbagai aspek/dimensinya.

Untuk dapat mencegah segala masalah ini, perlu diadakan penyuluhan dan sosialisasi masalah kepada masyarakat. Dengan sosialisasi secara terus-menerus, masyarakat akan mengetahui bahayanya masalah ini, dan bagaimana solusinya. Setelah turut dalam sosialisasi serta mengetahui dan mencoba memberitahu orang lain, dapat juga berperan aktif untuk menanggulangi permasalahan ini.

REFERENSI

A. Buku Bacaan/Literatur/Artikel

Abidin, Erdi. 2013. Perbatasan Berbenah, Kesejahteraan Rakyat jadi Genah. Harian Rakyat Kalbar, the new equator. Bagian kolom, pada hari Jumat, 7 Juni 2013.

(13)

Peter Ahab, Heyn. 2012. Perbatasan Negara Sebagai Teras Depan Bangsa. Badan Arsip Daerah Provinsi NTT. http://www.kompasiana.com/peterahab/ (17 Mei 2017)

Wasistiono, Sadu & Mansyur. 2010. Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Jatinangor: Institut Pemeritahan Dalam Negeri

Suroso, G.T. 2015. Infrastruktur dan Pembangunan Ekonomi. Badan Penddidikan dan Pelatihan Kementeriaan keuangan Jatinangor: Institut

B. Internet

Markijar. 2016. 12 Pengertian Otonomi Daerah Menurut Para Ahli. 27 Juni 2016 diakses tanggal 12 Desember 2016 10:34 WIB.

http://www.markijar.com/2016/06/12-pengertian-otonomi-daerah-menurut.html

Rezarifki. 2016. Perbandingan Indonesia dengan Malaysia. diakses tanggal 16 Mei 2017 10:54 PM.

http://m.pulsk.com/140509/Perbandingan-Indonesia-dengan-Malaysia.html/

Irawan, Irman. 2014. ”Pentingnya Kawasan Perbatasan Bagi Kedaulatan Bangsa”. http://perbatasan-dev.unmul.ac.id/?p=10&a=&b=12 , diakses tanggal 19 Mei 2015 Pukul 14:00

Batas Negeri. 2016. Permasalahan Narkoba di Perbatasan (27/08/2016) diakses 16 Mei 2017 pukul 11:07 PM dari http://www.batasnegeri.com/permasalahan-narkoba-di-perbatasan-indonesia/

Lumbis, Kecamatan. 2011. Permasalahan Perbatasan Di Indonesia (30/03/2011) diakses 16 Mei 2017 pukul 11:15 PM dari http://permasalahanperbatasanindonesia.blogspot.co.id/ Harian Kompas. 2010. 3 Cara mencegah Human Trafficking (29/07/2010) diakses 16 Mei

2017 pukul 11:40 PM dari

http://megapolitan.kompas.com/read/2010/07/29/09450559/3.cara.mencegah.quothuman. traffickingquot

C. Undang-undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Referensi

Dokumen terkait

Simpangan baku(S) adalah nilai yang menunjukan tingkat variasi kelompok data atau ukuran standar penyimpangan dari nilai rata-ratanya... X = nilai rata-rata data n = jumlah data

Hal ini tidak lepas dari perkembangan Kota Pekanbaru yang sangat pesat terutama di sektor perekonomian yang ditandai dengan banyaknya pertumbuhan sentra-sentra kegiatan

Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang di dasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh di katakana stabil.sehubungan dengan ini,maka dengan sendirinya masyarakat merupakan

DI LINGKUNGAN KANTOR KEMENTERIANAGAMA KABUPATEN TUBAN TAHUN ANGGARAN 2016 PERIODE BULAN JULI S.D DESEMBER 2016..

Tangki bentuk bola biasanya dipakai menyimpan bahan-bahan yang mudah menguap dan gas, tetapi tidak sesuai untuk alat-alat proses...

Semakin banyak munculnya organisasi – organisasi atau koperasi – koperasi lain yang timbul di masyarakat yang tentunya dapat menjadi pesaing bagi koperasi Sidowaluyo, salah

Penelitian bertujuan untuk melakukan analisis kualitas epub modul kimia materi pokok elektrolit dan non elektrolit untuk siswa difabel netra berdasarkan penilaian ahli materi,

Untuk menghitung derajat keanggotaan sudut topografi digunakan bentuk fungsi keanggotaan segitiga seperti terlihat pada Gambar 15 (dengan R melambangkan fungsi