• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebakaran Hutan Gunung Guntur y

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Kebakaran Hutan Gunung Guntur y"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Kebakaran Hutan Gunung Guntur yang

Berdampak Pada Kerusakan Hutan di Garut

Vitria Dini Artistry

vitriaartistry@students.unnes.ac.id

Abstrak

Kebakaran di hutan gunung guntur memang sering sekali terjadi pada musim kemarau. Pada tahun 2017 gunung guntur sudah beberapa kali mengalami kebakaran diantara pada tanggal sebelas agustus,empat september dan dua belas september. Terjadinya kebakaran di kawasan hutan gunung guntur pada selasa 12 september 2017 selain menghanguskan 1 hektare hutan cagar alam milik BKSDA di Blok Renjeng, api juga membakar sejumlah lahan di Blok Legok Jambu. Luasnya yang terbakar di blok Legok Jambu 0,2 hektare. Pemerintah dan peran masyarakat sekitar gunung guntur telah berusaha memadamkan api. Untuk menjaga agar kebakaran tidak terus berulang pemerintah melakukan patroli tambahan pada daerah rawan kebakaran, selain itu pemerintah juga berupaya memberikan edukasi tentang apa saja yang membuat terjadinya kebakaran dan juga memberikan edukasi tentang undang undang lingkungan hidup karena di didalamnya terdapat hak dan kewajiban pemerintah, masyarakat selain berisi larangan-larangan. Jadi kebakaran hutan di gunung guntur sudah mulai ada upaya dari pemerintah dan mayarakat sekitar gunung guntur untuk selanjutnya menunggu hasil pihak kepolisian apakah kebakaran hutan termasuk faktor alam atau manusia.

Kata kunci: kebakaran, UUPLH

PENDAHULUAN

Latar belakang kasus

(2)

Kebakaran hutan akhir akhir ini sering terjadi yaitu pada tahun 2016 dan 2017. Setelah beberapa hari sebelumnya mengalami kebakaran, kini Gunung Guntur kembali terbakar. Bahkan kini bagian hutan yang berada di puncak Gunung Guntur juga ikut terbakar. Kebakaran yang terus terjadi berulang menimbulkan pertanyaan besar apalagi kebakaran yang terjadi pada jumat malam terjadi diwilayah yang sama. Pada tahun 2016 sendiri selama musim kemarau hutan gunung guntur juga berulang kali terbakar. Di tahun 2017 setidaknya sudah tiga kali terbakar, yaitu pada tanggal 11 agustus, 4 september dan pada tanggal 12 september. Menurut Guinness Books of Record edisi 2008 mencatat bahwa dari 44 negara yang masih memiliki hutan, Indonesia adalah negara yang paling cepat mengalami kerusakan hutan. Kerusakan hutan dua persen per tahun setara dengan hilangnya wilayah hutan seluas 51 kilometer persegi per hari. Kebakaran yang terjadi di hutan gunung guntur dapat membuat orang disekitar kawasan itu menderita ISPA, berkurangnya daerah resapan air, dan juga terganggunya ekosistem di daerah hutan gunung guntur.

Kebakaran hutan terjadi karena manusia yang menggunakan api dalam upaya pembukaan hutan untuk Hutan Tanaman Industri (HTI), perkebunan, dan pertanian. selain itu, kebakaran didukung oleh pemanasan global, kemarau ekstrim yang seringkali dikaitkan dengan pengaruh iklim memberikan kondisi ideal untuk terjadinya kebakaran hutan. Pengelolaan hutan secara baik, harus mengembalikan fungsi hutan secara menyeluruh (fungsi ekologis, fungsi sosial dan fungsi ekonomi) dengan lebih menekankan kepada peran pemerintah, peran masyarakat dan peran swasta. Langkah- langkah yang sinergi dari ke tiga komponen (pemerintah, masyarakat dan swasta) akan mewujudkan fungsi hutan secara menyeluruh yang menciptakan pengamanan dan pelestarian hutan.

Kronogi kasus

kebakaran hutan meludeskan belasan hektare di Gunung Guntur pernah terjadi pada 2015 dan 2016. Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah V Gede Putra mengatakan kebakaran hutan di Gunung Guntur, Garut, Selasa (12/9) malam diduga karena gesekan batu dan ranting dan juga dipengaruhi angin kencang. Selain menghanguskan 1 hektare hutan cagar alam milik BKSDA di Blok Renjeng, api juga membakar sejumlah lahan di Blok Legok Jambu. Dua kejadian kebakaran. Luasnya yang terbakar di blok Legok Jambu) 0,2 hektare. Kebakaran terjadi mulai pukul 18.30 WIB, Kobaran api berhasil dipadamkan sekitar pukul 23.00 WIB.

Rumusan masalah

1. Apa itu kebakaran hutan?

2. Bagaimana kebakaran hutan itu bisa terjadi ?

3. Bagaimana cara mengatasi kebakaran hutan gunung guntur yang sering terjadi?

(3)

5. Bagaimana upaya KLHK dalam menangani kebakaran hutan di gunung guntur?

PEMBAHASAN

Kebakaran hutan

Di lingkup ilmu kehutanan ada perbedaan antara kebakaran hutan dan pembakaran hutan. Pembakaran identik dengan kejadian yang disengaja pada satu lokasi dan luasan yang telah ditentukan, gunanya untuk membuka lahan, meremajakan hutan atau mengendalikan hama. Kebakaran hutan lebih pada kejadian yang tidak disengaja dan tak terkendali. Pada prakteknya proses pembakaran bisa menjadi tidak terkendali dan memicu kebakaran. Kebakaran hutan menjadi penyumbang terbesar laju deforestasi. Bahkan lebih besar dibanding konversi lahan untuk pertanian dan illegal logging. Kebakaran Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga berakibat timbulnya kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian lingkungan.

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan “Suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan1. Menurut pakar kehutanan, Prof. Bambang Hero Saharjo “Pembakaran yang penjalaran apinya bebas serta mengkonsumsi bahan bakar alam dari hutan seperti serasah, rumput, ranting/cabang pohon mati yang tetap berdiri, log, tunggak pohon, gulma, semak belukar, dedaunan dan pohon-pohon”

Bagaimana kebakaran hutan itu bisa terjadi

Kebakaran hutan bisa terjadi karena berbagai macam faktor yaitu alam dan faktor manusia. Faktor alam biasa terjadi pada musim kemarau sehingga daun-daun menjadi mengering dan memicu timbulnya api sehingga akan terjadi kebakaran yang sangat besar. kondisi hujan besar yang disertai petir juga menjadi pemicu terjadinya kebakaran hutan. Faktor manusia untuk permukaan lahan baru. Hal ini biasanya dilakukan oleh perusahaan maupun perorangan dengan membakar dalam skala besar untuk perkebunan di area gambut. Kebakaran yang dilakukan oleh perusahaan biasanya karena adanya sengketa antar pemerintah dan perusahaan, sehingga dengan cara membakar hutan suatu perusahaan akan dapat mengambil alih kepemilikan lahan dengan cara membayar ganti rugi pada pemilik lahan. Daerah rawan kebakaran hutan yang terjadi karena faktor alam biasanya adalah lahan yang kering dan tandus. Biasanya terjadi pada hutan yang memiliki curah hujan rendah, pada hutan yang ditumbuhi semak belukar.

Cara mengatasi kebakaran hutan gunung guntur yang sering terjadi

(4)

Mengingat kebakaran hutan di gunung guntur sering terjadi terutama pada musim kemarau, pemrintah dan masyarakat sekitar bisa melakukan langkah preventif seperti menanam kembali tumbuhan hijau, melakukan patroli rutin ke wilayah rawan ter hadap kebakaran hutan dan juga upaya memberikan pemahaman masyarakat agar tidak melaksanakan aktivitas di hutan yang dapat memicunya kebakaran hutan. Dalam UUPLH pasal 70 berbunyi “(1) Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup”

(2) Peran masyarakat dapat berupa a. pengawasan sosial;

b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan; dan/atau c. penyampaian informasi dan/atau laporan. d.menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial

e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup2.

Melengkapi perangkat lunak berupa pedoman dan petunjuk teknis pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan, melengkapi perangkat keras berupa peralatan pencegahan dan pemadam kebakaran, melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah, tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan. Dalam UNNES Law Jurnal pada artikel sengketa kawasan hutan lindung antara perhutani dengan masyarakat desa kemloko kecamatan tembarak kabupaten temanggung dijelaskan bahwa kegiatan pengelolaan kawasan hutan secara yuridis telah diatur dalam Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Pasal 68 ayat (1) dan ayat (2); Pasal 69 ayat (1); serta Pasal 70 ayat (1).Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dengan cara memberikan akses kepada masyarakat untuk tetap dapat memanfaatkan lahan hutan di antara tanaman hutan (tegakan hutan) bertujuan agar masyarakat ikut merasa memiliki. Pelaksanaan sosialisasi kehutanan terhadap masyarakat ini selain merupakan rangkaian tahapan program kehutanan, juga

dianggap sebagai sarana penyuluhan kehutanan kepada masyarakat seperti didasarkan secara yuridis oleh Pasal 56 ayat (1) UU Nomor 41 Tahun 1999. Menurut pendapat penulis, sosialisasi yang dilakukan juga harus memuat tentang manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat dalam melaksanakan PHBM yakni: a) mempunyai akses atau hak secara sah dalam pemanfaatan dan pemungutan hutan selama masa izin berlaku; b) peningkatan kapasitas organisasi masyarakat baik kelompok, perseorangan dalam bentuk kegiatan penyuluhan, sosialisasi, pelatihan,

(5)

pertemuan-pertemuan kelompok dan berbagai pengalaman dan pengetahuan antar sesama pelaku PHBM, penyuluhan kehutanan dan pendampingan; c) melalui peran serta dalam PHBM, masyarakat telah berkontribusi dalam program pelestarian hutan di Indonesia. Dengan catatan bahwa masyarakat mau bekerja sama dengan Perhutani untuk melaksanakanprogram PHBM di kawasan hutan lindung Petak 23 tersebut, agar manfaat dari sosialisasi dan PHBM tersebut dapat dengan cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar

Dampak yang ditimbulkan

Kebakaran yang terjadi di hutan gunung guntur menimbulkan berbagai dampak untuk masyarakat sekitar dan hutan itu sendiri. Dampak bagi masyarakat sekitar gunung guntur adalah udara yang tercemar karena tercampur kabut asap,mengakibatkan warga sekitar terserang infeksi saluran pernapasan,mempengaruhi pariwisata di gunung guntur,berkurangnya para pendaki gunung guntur sehingga berkurangnya pemasukan warga masyarakat sekitar gunung guntur, hilangnya resapan air. Sedangkan dampak bagi hutan gunung guntur itu sendiri adalah catchment area, penyaring karbondioksida. Ketika hutan tersebut terbakar fungsi catchment area tersebut juga hilang dan karbondioksida tidak lagi disaring namun melayang-layang diudara. Dalam suatu ekosistem besar, panas matahari tidak dapat terserap dengan baik karena hilangnya fungsi serapan dari hutan yang telah terbakar. BKSDA wilayah lima dan Gubernur Jabar akan menyiapkan masyarakat tanggap bencana agar jika bencana melanda sudah siap untuk melakukan evakuasi. Sejalan dengan itu dalam UNNES law jurnal dalam artikel sinkronisasi peraturan perundang undangan dalam mewujudkan pengurangan risiko bencana ada tiga bagian, urgensi sosiologis, urgensi empiris, urgensi normatif. Urgensi sosiologis serta urgensi empiris merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sinkronisasi perundangundangan penanggulangan bencana yaitu dengan menggambarkan keadaan masyarakat saat ini. Upaya KLHK dalam menangani kebakaran hutan gunung guntur

(6)

perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain”. Pasal 1 angka 2 berbunyi “perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mecegah terjadinya percemaran dan atau kerusakan lingkungan yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.3

Dalam GBHN 1993-1998 dan UUPLH tercantum istilah pelestarian fungsi lingkungan yaitu pelestarian kemampuan sepanjang mengenai kawasan budi daya dan pelestarian lingkungan sepanjang kawasan lindung. Asas, tujuan, dan sasaran pengelolaan lingkungan hidup, sebagaimana tercantum dalam pasal 3 UUPLH “Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan, dan asas manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa”. Penjelasan pasal nya “Berdasarkan asas tanggung jawab negara, di satu sisi, negara menjamin bahwa pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun generasi masa depan. Di lain sisi, negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dalam wilayah yurisdiksinya yang menimbulkan kerugian terhadap wilayah yurisdiksi negara lain, serta melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara. Asas keberlanjutan mengandung makna setiap orang memikul kewajibannya dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang, dan terhadap sesamanya dalam satu generasi. Untuk terlaksananya kewajiban dan tanggung jawab tersebut, maka kemampuan lingkungan hidup, harus dilestarikan. Terlestarikannya kemampuan lingkungan hidup menjadi tumpuan terlanjutkannya pembangunan”. Tidak adanya GBHN lagi setelah tahun 2004 maka kebijakan tercantum pada peraturan presiden no 7 hutan bisa saja terjadi karena faktor alam dan manusia. Faktor alam bisa karena kekeringan di musim kemarau panjang, sedangkan faktor manusia bisa saja dengan sengaja membakar untuk membuka lahan perkebunan sawit. Mengatasi kebakaran yang sering terjadi di Gunung Guntur bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya dengan menambah waktu patroli do daerah rawan kebakaran,menanam kembali tanaman taman hijau dan mengidukasi masyarakat jika masyarakat juga memiliki hak dna

3 ibid, hlm. 45

(7)

kewajiban yang sama dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terdapat pada pasal 70 UUPLH. Dampak dari kebakaran hutan gunung guntur ini cukup banyak sekali diantara adalah menurunnya sektor pariwisata,pendaki yang otomatis juga mempengaruhi pendapatan masyarakat sekitar, dan hilangnya fungsi sebagai catchment area, penyaring karbondioksida. KLHK dalam menangani kasus kebakaran ini telah berupaya dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan selain dari undang undang yang ada. Jadi kebakaran yang terjadi di gunung guntur merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah tapi juga masyarakat.

(8)

Faishal, Achmad. 2016. Hukum Lingkungan Pengaturan Limbah dan Paradigma Industri Hijau. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.

Hardjasoemantri, Koesnadi. 2005. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Refrensi

UU NO 32 TAHUN 2009

Deforestastion: threats. World Wildlife Fund (WWF)

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-II/2009 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan.

Achmad Faishal. Hukum Lingkungan Pengaturan Limbah dan Paradigma Industri Hijau.

Koesnadi Hardjasoemantri. Hukum Tata Lingkungan.

Unnes Law jurnal. Sinkronisasi Peraturan Perundang Undangan Dalam Mewujudkan Pengurangan Risiko Bencana.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

54 tahun 2010 Pasal 2Pengadaan Barang/Jasa yang dananya baik sebagian atau seluruhnya berasal dari Pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) berpedoman pada

Salah satu spesies ikan di Indonesia yang sudah dikenal termasuk ke dalam golongan hermaprodit protogini ialah ikan belut sawah (Monopterus albus) dan ikan kerapu Lumpur

Pernyataan di atas memberi gambaran seberapa ketatnya konstitusi Kerajaan Aceh memberlakukan hukum Islam di wilayahnya. Hal ini mengantar pada pertanyaan berikutnya tentang

Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam.

[r]

Penelitian yang dilakukan terhadap Public Relations (PR) bertujuan untuk mengetahui Strategi Komunikasi Humas Polda Metro Jaya Dalam Mensosialisasikan Program “Melarang

Dalam uraian analisis data diatas dan dengan berbagai metode yang dijelaskan dalam bab 3 dapat diketahui bahwa investor sudah mempunyai pengetahuan tentang