• Tidak ada hasil yang ditemukan

Naskah Akademik Perusahaan Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan " Naskah Akademik Perusahaan Daerah"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH AKADEMIK

PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH (PERUSDA) KABUPATEN SERUYAN

DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UMKM

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berlakunya otonomi daerah bermakna dimulailah suatu era baru dalam pembiayaan

pembangunan daerah. Pada waktu yang lalu pemerintah pusat memiliki banyak peranan

dalam perencanaan pembangunan di daerah, namun sekarang dalam sistem otonomi,

daerah memiliki keleluasaan mengatur dirinya sendiri. Di sisi lain daerah juga dituntut

lebih mandiri, termasuk membiayai seluruh kegiatannya sehingga Pemda harus

bertanggung jawab atas pembangunan di daerahnya.

Hal diatas sejalan dengan semangat otonomi daerah yang pada dasarnya

memberikan kesempatan seluas luasnya kepada Pemda untuk mencari sumber-sumber

penghasilan bagi peningkatan pendapatan asli daerah sebagai salah satu modal

pembangunan daerahnya, dengan demikian daerah dipacu untuk melakukan pemanfaat

sumber daya yang dimiliki secara maksimal

Pendirian BUMD/Perusahaan Daerah oleh Pemda merupakan salah satu cara untuk

memenuhi pendapatan asli daerah, pendirian ini merupakan upaya Pemda untuk

menambah sumber pendapatan daerah dari hasil pengeolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan, sebagai mana yang diatur didalam Pasal 157 huruf a angka 4

Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang PemdaSejarah membuktikan bahwa bangsa

Indonesia telah mengisi kemerdekaan dengan berbagai pembangunan di segala bidang.

Di Kabupaten Seruyan pembentukan perusahaan daerah ini adalah sebagai tindak

lanjut dari Peraturan Daerah Nomor 05 Tahun 2004 tentang Pendirian Badan Usaha Milik

Daerah Kabupaten Seruyan dan merupakan salah satu upaya pemerintah Kabupaten

Seruyan untuk mewujudkan maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud didalam paragraf

di atas. Perusahaan Daerah dibentuk dengan maksud sebagai pelaksana kegiatan usaha

berorientiasi komersil dan profit, peningkatan pelayanan masyarakat, pioneering kegiatan

usaha berbasis potensi lokal, prime mover untuk meningkatkan nilai tambah Sumber Daya

Alam, dan penghela perekonomian daerah. Dengan demikian keberadaan Perusahaan

Daerah diharapkan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Seruyan

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Seruyan secara luas.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada Latar Belakang maka dapat dirumuskan beberapa

(3)

1. Sejauh manakah tingkat kebutuhan Kabupaten Seruyan untuk membentuk Perusahaan Daerah ?

2. Apakah Perusahaan Daerah perlu dibentuk dengan Peraturan Daerah?

3. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan pembentukan Peraturan Daerah tentang

Pembentukan Perusahaan Daerah ?

4. Apakah sasaran utama pembentukan Perusahaan Daerah (PD) ?

C.Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan

penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan tingkat kebutuhan Kabupaten Seruyan untuk membentuk Perusahaan

Daerah.

2. Merumuskan dasar hukum pembentukan peraturan tentang Pembentukan Perusahaan

Daerah di Kabupaten Seruyan.

3. Merumuskan sasaran utama pembentukan Perusahaan Daerah.

4. Sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan Peraturan

Daerah Pembentukan Perusahaan Daerah

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan Naskah Akademik ini adalah metode

yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah data sekunder, baik yang

(4)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS

A. KAJIAN TEORITIS

Berlakunya otonomi daerah dapat diartikan dengan dimulainyalah suatu era baru

dalam pembiayaan pembangunan daerah. Pada waktu yang lalu pemerintah pusat memiliki

banyak peranan dalam perencanaan pembangunan di daerah, namun sekarang dalam sistem

otonomi, daerah memiliki keleluasaan mengatur dirinya sendiri. Di sisi lain daerah juga

dituntut lebih mandiri, termasuk membiayai seluruh kegiatannya sehingga Pemda harus

bertanggung jawab atas pembangunan di daerahnya.

Sejalan dengan upaya pemberdayaan daerah, pemerintah pusat juga melakukan

penyerahan berbagai sumber-sumber pembiayaan untuk dipergunakan oleh daerah dalam

melaksanakan otonomi daerah tersebut. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemda dan peraturan organiknya mengatur dengan terperinci sumber-sumber pembiayaan

Pemda dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Pada dasarnya menurut ketentuan yang

ada tersebut, sumber-sumber keuangan Pemda terdiri atas:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2. Dana Perimbangan, yang terdiri atas: Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi

Khusus (DAK) dan Bagi Hasil (Pajak; terutama PBB, BPHTB dan PPh

perseorangan, maupun bukan pajak; khususnya bagi hasil yang berasal dari sumber

daya alam ).

3. Pinjaman daerah.

Isyarat bahwa PAD harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar bagi

pelaksanaan otonomi daerah menunjukkan bahwa PAD merupakan tolak ukur terpenting

bagi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan dan mewujudkan otonomi daerah,

sehingga PAD mencerminkan kemandirian suatu daerah. Oleh karena PAD merupakan

sumber penerimaan yang murni dari daerah, merupakan modal bagi daerah sebagai biaya

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Meskipun PAD tidak seluruhnya

dapat membiayai total pengeluaran daerah, namun porsi PAD terhadap total penerimaan

daerah tetap merupakan indikasi derajat kemandirian keuangan suatu Pemda. Otonomi

daerah telah memberikan nuansa baru dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah,

antara lain : Pertama, berusaha menarik investor untuk menanamkan investasinya.Kedua,

menyusun Peraturan Daerah sebagai dasar legitimasi untuk menarik berbagai iuran

(5)

merangsang gairah Pemda terutama daerah-daerah kaya untuk mendirikan BUMD, dengan kata lain otonomi daerah memberikan ruang bagi Pemda untuk berbisnis.

Sehubungan dengan itu, sesungguhnya usaha dan kegiatan ekonomi daerah yang

bersumber dari hasil BUMD telah berjalan sejak lama, secara juridis BUMD dibentuk

berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, namun

kemudian lebih kurang 7 (tujuh) tahun sejak pengesahannya, dengan alasan pemurnian

pelaksanaan UUD 1945. Pemerintah mencabut undang tersebut melalui

Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang

Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang.

Pada masa itu pemerintah melakukan peninjauan kembali beberapa produk-produk

legislatif yang berbentuk undang dan peraturan pemerintah pengganti

Undang-undang, sebagaimana yang ditentukan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Sementara No. XIX/MPRS/1966 tertanggal 5 Juli 1966 dan Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat Sementara No. XXXIX/MPRS/1968 tertanggal 27 Maret 1968 4.

Dari hasil peninjauan tersebut direkomendasikan pencabutan beberapa peraturan

perundang-undangan, termasuk di antarannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah secara juridis

formal masih berlaku sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 6 tahun

1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang Undang Dan Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-undang, Pasal 2 menyatakan :

Pernyataan tidak berlakunya Undang-undang yang tercantum dalam

Lampiran III Undang-undang ini ditetapkan pada saat Undang-undang yang

menggantikannya mulai berlaku

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tetang Perusahaan Daerah masih berlaku

sampai dengan disahkannya Undang-undang penggantinya. Namun sampai saat ini belum

ada undang-undang pengantinya, sedangkan dari sudut materi Undang- undang Nomor 5

tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah memiliki semangat berbeda dengan situasi dan

kondisi sekarang. Semangat demokratisasi ekonomi belum menjadi paradigma

pembangunan ekonominya, sehingga dalam implementasinya Undang-undang tersebut

sudah tidak relevan dan kurang mampu mengakomodasi penyelenggaraan BUMD serta

tidak dapat menjawab dinamika manajemen perusahaan yang menyangkut berbagi aspek

antara lain personil kelembagaan, tata kerja yang tidak dapat mengemban fungsi dan

peranya dalam mendukung fungsi perusahaan sebagai kontributor PAD.

(6)

berorientasi pada keuntungan, perubahan bentuk badan hukum ini secara langsung akan berpengaruh pada aspek kepemilikan yang berkenaan dengan permodalan atau saham.

Pada mulanya saham atas perusahan tersebut terpusat pada satu kepemilikan, namun ketika

kebijakan merubah bentuk badan hukum BUMD diambil oleh Pemda, maka akan

berdampak pada kepemilikan BUMD.

Sejatinya keberadaan badan usaha milik daerah (BUMD) memiliki peran sebagai

lembaga yang melayani masyarakat. Namun ketika dituntut menjadi sebuah usaha yang

profesional, BUMD juga diharapkan bisa menghasilkan atau memberikan profit. Upaya

untuk membawa BUMD menjadi sebuah perusahaan yang profesional tetap menjadi

agenda utama. Namun harus dilihat bahwa sebagai badan usaha yang dibentuk oleh

pemerintah daerah, BUMD tidak bisa begitu saja berorientasi profit.

Dari total jumlah badan usaha milik daerah (BUMD) sebanyak 1.007 perusahaan di

seluruh Indonesia, ternyata sekitar 80 persen diantaranya belum dikelola secara

profesional. Ketua Umum DPP Badan Kerjasama BUMD Seluruh Indonesia (BK

BUMD-SI) Arif Afandi mengatakan, saat ini terdapat 1.007 BUMD secara nasional dengan total

aset mencapai Rp 343,1 triliun. Sayangnya, potensi yang cukup besar ini belum seluruhnya

dikelola secara profesional.

Berdasar data di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), per akhir 2011 total

aset BUMD sebesar Rp 343,1 triliun dengan rincian Rp 310,716 triliun atau 90,6 persen

merupakan aset bank pembangunan daerah (BPD), Rp 11,454 triliun atau 3,3 persen

merupakan aset bank perkreditan rakyat (BPR), PDAM sebesar Rp 9,326 triliun atau 2,7

persen, dan aneka usaha Rp 11,6 triliun atau 3,4 persen.

B. PRAKTEK EMPIRIS

1. Tujuan

Pembentukan perusahaan daerah di Kabupaten Seruyan adalah :

(1) Mengoptimalkan implementasi Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Seruyan.

(2) Memfasilitasi pengembangan industrialisasi komoditi unggulan yang ada di

Kabupaten Seruyan.

(3) Mengelola kawasan industri Kabupaten Seruyan.

(4) Mengoptimalkan potensi ekonomi di Kabupaten Seruyan menjadi kegiatan produktif

yang memberikan kesejahteraan kepada masyarakat kabupaten Seruyan dan

(7)

(5) Menjadi pemimpin dalam penguatan ekonomi lokal dan mewujudkan kemandirian perekonomian dan keuangan daerah Kabupaten Seruyan.

2. Karakter Perusahaan Daerah

Perusahaan daerah Kabupaten Seruyan dibangun sebagai sebuah perusahaan yang

dapat mengelola kegiatan usaha/bisnis secara profesional, mampu menjadi mitra investasi

di Kabupaten Seruyan, dan tetap menjaga partisipasi aktif serta keterlibatan masyarakat

dalam kegiatan usaha/investasi di Kabupaten Seruyan.

3. Bentuk Perusahaan Daerah

Dengan pertimbangan tujuan dan karakter perusahaan daerah tersebut diatas, maka

bentuk badan hukum dari perusahaan daerah Kabupaten Seruyan adalah PERUSAHAAN

DAERAH yang mengacu kepada UU No.5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah,

Keputusan Mendagri No.3 Tahun 1998, dan tetap fleksibel untuk disesuaikan dengan UU

BUMD yang akan diterbitkan kelak.

Perusahaan daerah ini akan menjadi holding dari kegiatan usaha yang

dikembangkan baik secara mandiri, bermitra dengan swasta/investor, dan bermitra dengan

perusahaan daerah di kabupaten/kota/provinsi lainnya.

4. Bidang Usaha

Bidang usaha yang dikembangkan oleh perusahaan daerah Kabupaten Seruyan terdiri dari

bidang usaha utama (core business) dan bidang usaha lainnya (non-core business).

Bidang usaha utama meliputi :

1. Pengelolaan industrialisasi pisang; meliputi kegiatan budidaya pisang, industri pengolahan pisang, dan industri turunan yang bahan baku utamanya adalah hasil dari

industri pengolahan pisang. Industri pengolahan pisang dimaksud meliputi industri

tepung pisang, industri gula pisang (sukrosa, fruktosa, glukosa), industri kimia nabati,

industri pengolahan bagian lain pisang selain buah, industri makanan/minuman dari

pisang, dan industri pengemasan pisang segar.

2. Pengelolaan kawasan industri; meliputi kerjasama pembangunan kawasan industri, penyediaan jasa/fasilitas pendukung kawasan industri, dan pengelolaan kawasan

industri kecil.

(8)

4. Bidang usaha lainnya meliputi :

(1) Fasilitasi pengelolaan 20% lahan perkebunan dan kehutanan yang diperuntukkan

bagi CSR bersama masyarakat setempat.

(2) Kerjasama kegiatan pertambangan.

(3) Kerjasama kegiatan industri pengolahan hasil tambang, terutama besi.

(4) Kerjasama jasa transportasi, baik lokal, antar daerah satu provinsi, antar provinsi,

antar pulau, dan ekspor impor, terutama untuk barang.

(5) Kerjasama pembangunan dan pengelolaan menara telekomunikasi.

(6) Kerjasama pembangunan dan pengelolaan pembangkitan listrik.

(7) Dan bidang usaha lainnya yang dapat dikembangkan sesuai dengan potensi dan

kebutuhan Kabupaten Seruyan maupun daerah lain.

Adapun struktur bidang usaha Perusahaan Daerah adalh sebagai berikut :

5. MANAJEMEN DAN ORGANISASI PERUSDA

Perusahaan daerah memiliki organisasi sebagai berikut :

(1) Badan Pengawas; yang melibatkan unsur :

 Sekda (Ketua Badan Pengawas).

 Asisten Daerah Bidang Perekonomian.

 Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM.

 Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi.

(9)

 Kepala Dinas Pertambangan dan Energi.

(2) Badan Pengurus/Dewan Direksi, yang beranggotakan :

 Direktur Utama.

 Direktur Umum dan Keuangan.

 Direktur Produksi dan Pemasaran.

(3) Manajemen :

 Manajer Produksi dan Pemasaran (per bidang usaha); Strategic Business Unit

(untuk mengelola unit usaha dari kelompok bidang usaha utama). Jadi ada

Manajer SBU Pisang, Manajer SBU Industri Agro, dan Manajer Kawasan

Industri.

 Manajer Produksi dan Pemasaran (General Manajer); Strategic Business Unit (untuk mengelola unitusaha dari kelompok bidang usaha lainnya).

 Manajer Personalia.

 Manajer Keuangan.

 Sekretaris Perusahaan.

(4) Satuan Tenaga Ahli.

(5) Satuan Pengawas Intern.

Staf lainnya disusun berdasarkan kebutuhan di masing-masing manajer/setingkat

manajer. Dalam pengembangan usaha, perusahaan daerah menitikberatkan pengembangan

usaha secara kerjasama dengan pihak swasta atau investor. Kerjasama dilakukan oleh SBU

sesuai dengan sub bidang usaha yang dikembangkan. Kerjasama tersebut membentuk anak

perusahaan, dimana Perusahaan Daerah akan menjadi pemegang saham. Untuk kegiatan

bidang usaha utama diupayakan agar Perusahaan Daerah menjadi pemegang saham

mayoritas, sedangkan untuk bidang usaha lainnya sesuai dengan kontribusi yang

diberikan/disediakan oleh Perusahaan Daerah. Oleh karena itu di dalam pengelolaan unit

usaha akan dibentuk joint management, dimana setiap manajer SBU akan menjadi anggota

direksi di dalam anak perusahaan tersebut. Perusahaan daerah sendiri dikembangkan

sebagai holding dengan 100% kepemilikan adalah Pemerintah Kabupaten Seruyan.

(10)

Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan daerah dan efektivitas pengelolaan,

pengawasan dan pengembangan perusahaan daerah maka dilakukan mekanisme :

 Laporan berkala dari Direksi kepada Badan Pengawas per 3 bulan.

 Laporan bulan dari Manajemen kepada Direksi per 3 bulan.

 Rapat Badan Pengawas dan Direksi sekurang-kurangnya satu kali setiap 3 bulan.

 Evaluasi berkala kinerja individual per 6 bulan.

6. Pembiayaan, Investasi Dan Kemitraan

Pembiayaan perusahaan daerah bersumber dari :

(1) Penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Seruyan.

(2) Hibah dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan/atau Pemerintah Pusat.

(3) Penjualan saham anak perusahaan.

(4) Pinjaman usaha yang sah.

Penyertaan modal pemerintah Kabupten Seruyan dilakukan untuk hal-hal sebagai berikut :

(1) Biaya operasional perusahaan daerah selama 12 bulan pertama. (overhead, honor,

(2) Penyusunan Corporate Plan (sebaiknya dilakukan oleh Bappeda).

(3) Penyusunan feasebility study dan business plan 3 bidang usaha utama (industri

pengolahan pisang, kawasan industri, dan industri pengolahan komoditi

lainnya/industri agro).

BUPATI

BADAN PENGAWAS

DIREKSI

SEKRETARIS PERUSAHAAN

UNIT TENAGA AHLI/PRAKTISI

MANAJER SBU PISANG MANAJER SBU KAWASAN INDUSTRI

MANAJER SBU AGROINDUSTRI MANAJER

UMUM MANAJER

KEUANGAN

(11)

(4) Sosialisasi keberadaan Perusda di Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah dan asosiasi BUMD Indonesia.

(5) Pembangunan miniplant industri pengolahan pisang.

Penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Seruyan kepada Perusda ini diperkirakan

mencapai 5 milyar rupiah.

Kemitraan dilakukan dalam ketentuan sebagai berikut :

(1) Mengelola unit usaha di bawah SBU.

(2) Kerjasama kemitraan diawali oleh MOU antara Perusda dan swasta/investor

yang disaksikan oleh Bupati Seruyan.

(3) Kemitraan dilakukan dalam bentuk perseroan terbatas, yang didirikan

selambat-lambatnya 1 tahun setelah MOU.

(4) Perhitungan saham perusda dilakukan dalam bentuk penyediaan tanah siap

bangun untuk bangunan, pengurusan perijinan, jaminan penyediaan bahan

baku, penyediaan sumber daya manusia, dan jaminan keamanan investasi.

Sementara itu pihak swasta/investor menyediakan biaya untuk membangun

pabrik dan kelengkapannya, modal kerja yang disesuaikan dengan FS dan

business plan, dan jaminan pasar.

(5) Sekurang-kurangnya saham perusahaan daerah untuk bidang usaha utama

adalah 35%, dan untuk bidang usaha lainnya 15%.

7. Sumber Daya Manusia

Penyediaan sumber daya manusia adalah persoalan penting dan kritis dalam industrialisasi

luar Jawa hampir disemua daerah. Penyediaan sumber daya manusia di Kabupaten Seruyan

juga menghadapi hal yang sama, apalagi dalam rangka pembangunan perusahaan daerah

menuju perusahaan daerah yang profesional. Oleh karena itu dilakukan beberapa strategi

untuk pengembangan sumber daya manusia.

Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia untuk Perusahaan Daerah Kabupaten

Seruyan ini dilakukan tahapan sebagai berikut :

(1) Setelah Perusda ditetapkan melalui Perda, maka selanjutnya dibentuk Badan

Pengawas dengan Keputusan Bupati.

(2) Badan Pengawas kemudian membentuk Unit Tenaga Ahli/Praktisi untuk

mendampingi Badan Pengawas dalam menyusun struktur perusahaan, target kinerja,

(12)

(3) Rekruitmen Direksi Perusahaan Daerah.

(4) Penetapan Direksi Perusahaan Daerah. sebagai catatan, Direksi Perusahaan Daerah

tidak ditetapkan masa jabatan. Tetapi ditetapkan target kerja berdasarkan kriteria

tertentu yang akan dievaluasi per tahun, sehingga untuk efisiensi dan efektivitas,

Badan Pengawas dapat mengganti Direksi kapan pun setelah dirapatkan dan

direkomendasi Unit Tenaga Ahli/Praktisi.

(5) Untuk rekruitmen Badan Pengurus/Direksi dilakukan dengan cara terbuka. Calon

Direksi dilihat kualifikasinya dari kemampuan menyusun kerangka business plan

untuk Perusahaan Daerah.

(6) Badan Pengurus/Direksi diusulkan oleh Badan Pengawas kepada Bupati dan

ditetapkan melalui Keputusan Bupati beserta target kinerja yang harus dicapai dalam

masa tertentu. Badan Pengurus/Direksi langsung menyusun business plan

bersama-sama dengan Unit Tenaga Ahli/Praktisi.

(7) Badan Pengurus/Direksi melakukan seleksi Manajer SBU dan setingkat manajer

lainnya. Proses seleksi ini dilakukan dengan penekanan pada kemampuan membuat

rencana aksi dari business plan yang sudah ditetapkan.

(8) Manajer ditetapkan oleh Badan Pengurus/Direksi. Selanjutnya para Manajer

memperbaiki dan menjalankan rencana aksi serta mengangkat staf berdasarkan

kebutuhan.

Untuk meningkatkan kemampuan staf dan kinerja personal, maka setiap 3 bulan sekali

akan dilakukan re-assessment dan evaluasi oleh Badan Pengawas bersama Unit Tenaga

Ahli/Praktisi.

8. Action Plan/Rencana Tindak

Tahun 2012 :

 Diselesaikan kerangka dasar perusahaan daerah.

 Diselesaikan Rancangan Perda mengenai Pembentukan Perusda Kabupaten

Seruyan.

 Disepakati nama Perusda.

 Didaftarkan Rancangan Perda Perusda dalam Prolegda 2013.

 Diusulkan penyertaan modal kepada Perusda sebesar 2 milyar rupiah.

Tahun 2013 :

(13)

 Dibentuk dan ditetapkan Badan Pengawas.

 Dibentuk dan ditetapkan Unit Tenaga Ahli/Praktisi.

 Dilaksanakan rekruitmen Badan Pengurus/Direksi.

 Ditetapkan Badan Pengurus/Direksi.

 Dilaksanakan penyusunan corporate plan dan business plan.

 Dilaksanakan rekruitmen Manajemen dan kelengkapannya.

 Ditetapkan cashflow dan rencana kerja tahun 2014.

 Sosialisasi perusahaan daerah.

Tahun 2014 :

(14)

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Secara umum istilah BUMD baru dikenal pada tahun 1999 dengan diundangkannya

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemda, di dalam Pasal 84 Undang-undang

Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemda menyebutkan bahwa Daerah dapat memiliki BUMD

sesuai dengan peraturan perUndang-undangan dan pembentukannya diatur dengan

Peraturan Daerah, namun ketentuan tersebut tidak memberikan definisi yang jelas tentang

BUMD, kemudian keberadaan BUMD ini juga masih dipertegas dalam perubahan Undang

Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemda dengan Undang-undang Nomor 34 tahun

2004 tentang Pemda, Pasal 177 Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah menyebutkan :

Pemda dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan

kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah

yang berpedoman pada peraturan perUndang-undangan

Dari uraian kedua Pasal tersebut belum memberi kejelasan tentang batasan maupun

definisi tentang BUMD. Batas dan definisi BUMD dapat dilihat dalam Undang-undang

Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah, Undang-undang ini memberikan istilah

BUMD sebagai Perusahaan Daerah, dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962

menyatakan :

Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan Perusahaan Daerah

ialah semua perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-undang ini yang

modalnya untuk seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah

yang dipisahkan, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan

Undang-undang.

Ketentuan ini memberikan batasan tentang BUMD, dinyakan bahwa BUMD

merupakan perusahan yang modalnya berasal dari kekayaan Pemda yang dipisahkan.

Kemudian Pasal 1 angka 6 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara menyatakan Perusahan Daerah adalah badan usaha yang seluruhnya atau

sebahagian modalnya dimiliki oleh Pemda.

Pada konsideran huruf b Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 153 tahun

2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah Yang Dipisahkan menyatakan bahwa

Perusahan Daerah atau BUMD merupakan badan usaha yang seluruh atau sebahagian

(15)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah, bahwa Perusahaan Daerah dapat dimiliki sepenuhnya oleh: (a) suatu daerah

sepenuhnya, atau (b) dimiliki oleh suatu daerah bersama dengan perorangan atau badan

hukum lainnya. Saham Perusahaan Daerah terdiri dari saham prioritet (prioritas) dan

saham biasa. Saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh daerah. Pemegang saham

prioritet adalah Kepala Daerah. Penyertaan modal daerah pada perusahaan daerah pasar

dapat berbentuk barang dan uang.

Secara lebih spesifik, dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah serta untuk

meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah diperlukan upaya-upaya dan usaha

untuk meningkatkan sumber pendapatan daerah. Berdasarkan ketentuan Pasal 157

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan

bahwa sumber-sumber pendapatan Daerah terdiri atas :

1. Pendapatan Asli Daerah, yang terdiri dari :

a. hasil pajak Daerah;

b. hasil Retribusi Daerah;

c. hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan;

d. lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

2. Dana Perimbangan;

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Selengkapnya Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar pembentukan

Peraturan Daerah ini adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2387);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Katingan,

Kabupaten Seruyan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Lamandau, Kabupaten

Pulang Pisau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten

Barito Timur di Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Tahun 2002

Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437))

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor

12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59

(16)

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor

126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan

Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 4737);

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Hukum

(17)

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A.LANDASAN FILOSOFIS

Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka Pemerintah Daerah

perlu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah serta

menambah dan memupuk sumber-sumber pendapatan asli daerah. Untuk meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan perekonomian daerah dan pemupukan sumber-sumber

pendapatan daerah, diperlukan usaha nyata Pemerintah Daerah untuk mendorong

peningkatan pergerakan perekonomian dan produktivitas sektor riil/perusahaan dengan

melakukan penyertaan modal Pemerintah Daerah pada pihak lain.

Bahwa maksud dan tujuan didirikannya Perusahaan Daerah Seruyan mandiri, yaitu

untuk membantu dan mendorong pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan pembangunan

daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Secara umum prinsip-prinsip dasar yang harus diterapkan oleh perusahan dalam

rangkah menuju tata kelola perusahan adalah :

a) Akuntabilitas (accountabelity), yaitu kejelasan pembagian tugas, wewenang dan

tanggung jawab masing masing organ-organ perusahaan yang diangkat setelah

melalui fit and propertes, sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan

secara efektif dan efisien.

b) Kemandirian (independency), yaitu suatu keadaan, perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak

manapun, terutama pemegang saham mayoritas, yang bertentangan dengan

peraturan perUndang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang

sehat.

c) Transparansi (transparancy), yaitu keterbukaan terhadap proses pengambilan

keputusan dan penyampaian informasi mengenai segala aspek perusahaan terutama

yang berhubungan dengan kepentingan stakeholders dan publik secara benar dan

tepat waktu.

d) Pertanggung jawaban (responsibility) yaitu perwujudan kewajiban organ

perusahaan untuk melaporkan kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan

perUndang-undangan yang berlaku dan keberhasilan maupun kegagalannya dalam

(18)

e) Kewajiban (fairnes) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

stakeholders yang timbul berdasarkan peraturan perundang undangan dan

perjanjian.

Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kongkrit antara lain

dengan dilakukannya pemisahan tanggung jawab dan kewajiban yang disertai dengan

mekanisme kerjasama antar organ perusahaan, melakukan pengawasan ketika

organ-organ itu melakukan tugasnya untuk menghindari adanya tekanan atau benturan

kepentingan, melakukan sistem pengendalian internal dan eksternal yang kuat, dan

pengungkapan informasi material mengenai perusahaan melalui media yang dapat diakses

dengan mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan, serta menetapkan visi, misi tujuan

dan strategi secara jelas, sehingga kinerja perusahaan maupun kontribusi masing-masing

individu dapat dinilai secara objektif.

B. LANDASAN SOSIOLOGIS

Perkembangan Kabupaten Seruyan khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan

potensi daerah pada saat sekarang sangat membutuhkan adanya tindakan-tindakan pro

aktif, terutama dari Pemerintah Daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

pembangunan di segala bidang.

Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah dimana pemerintah daerah dituntut

untuk mampu mengurus dan memenuhi kebutuhan rumah tangganya sendiri, dengan

demikian dibutuhkan adanya upaya dan kemauan yang keras serta kemampuan yang kuat

dari Pemerintah Daerah untuk dapat menggali, mengelola dan mengembangkan segala

potensi yang ada secara optimal untuk mendukung kemampuan keuangan daerah.

Guna mendukung hal tersebut diperlukan adanya kiat-kiat khusus serta kejelian dari

Pemerintah Daerah dalam melakukan investasi untuk membidik potensi usaha yang

prospektif dan menghasilkan dengan menekan sekecil mungkin segala resiko. Tindakan

proaktif tersebut diwujudkan oleh Pemerintah Kabupaten Seruyan dengan melakukan

berbagai investasi/penyertaan modal pada badan-badan usaha dan perseroan yang

diharapkan mampu memanfaatkan potensi daerah secara produktif dan diharapkan

mampu memberikan kontribusi secara maksimal pada peningkatan Pendapatan Asli

Daerah untuk pembangunan dan kepentingan masyarakat luas di Kabupaten Seruyan.

Pada saat ini seluruh daerah di Indonesia telah memiliki atau merencanakan untuk

memiliki perusahaan daerah. Kecenderungan perusahaan daerah yang dibentuk oleh

daerah-daerah di Indonesia adalah perusahaan daerah di bidang air minum, pengelolaan

pasar dan perkreditan. Sedikit sekali daerah yang membangun perusahaan daerah untuk

(19)

Kabupaten Seruyan sendiri merencanakan pembentukan perusahaan daerah dengan dilandasi oleh dua alasan utama yaitu :

a. Merealisasikan implementasi KIID Kabupaten Seruyan.

b. Mengelola kawasan industri di Kabupaten Seruyan.

Kedua alasan tersebut yang menjadi alasan utama pembentukan perusahaan daerah

Kabupaten Seruyan. Sementara itu perusahaan daerah seperti di bidang pengelolaan air

minum, pengelolaan pasar, perkreditan rakyat dan bidang-bidang lainnya akan menjadi

unit usaha independen di bawah perusahaan daerah yang akan dibentuk tersebut. Sehingga

konsep dasar perusahaan daerah yang akan dibentuk adalah holding terhadap lebih dari

satu bidang usaha.

C. LANDASAN YURIDIS 1. Bentuk Dan Badan Hukum

Sebagai salah satu bentuk badan usaha yang ada di wilayah hukum Republik

Indonesia, sudah tentu keberadaan BUMD memiliki payung hukum atas keberadaanya.

Payung hukum ini menjadi penting mengingat karakteristik BUMD tersebut sangatlah

berbeda dengan bentuk badan usaha lain terlebih-lebih dari keikutsertaan Pemda sebagai

salah satu pemegang saham.

Dalam ilmu hukum ada dikenal dua subjek hukum, yaitu orang dan badan hukum.

Mengenai definisinya, badan hukum ataulegal entityataulegal persondalamBlack s Law

Dictionary dinyatakan sebagai a body, other than a natural person, that can function

legally, sue or be sued, and make decisions through agents.

Pengaturan dasar dari badan hukum itu sendiri terdapat di dalam Pasal 1654 Kitab

Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang menyatakan bahwa: Semua

perkumpulan yang sah adalah seperti halnya dengan orang-orang swasta , berkuasa

melakukan tindakan-tindakan perdata, dengan tidak mengurangi peraturan- peraturan

umum, dalam mana kekuasaan itu telah diubah, dibatasi atau ditundukkan pada acara-acara

tertentu.

Sementara itu, yang merupakan peraturan umum dari badan hukum adalah Pasal

1653 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa selainnya perseroan yang sejati oleh

Undang-undang diakui pula perhimpunan-perhimpunan orang sebagai

perkumpulan-perkumpulan, baik perkumpulan-perkumpulan itu diadakan atau diakui sebagai demikian

oleh kekuasaan umum, maupun perkumpulan-perkumpulan itu diterima sebagai

(20)

Menurut doktrin, kriteria yang dipakai untuk menentukan ciri-ciri suatu badan hukum adalah apabila perusahaan itu mempunyai unsur-unsur sebagai beriku:

(1) adanya harta kekayaan yang terpisah

(2) ada hak-hak dan kewajiban.

(3) mempunyai tujuan tertentu, mempunyai kepentingan sendiri

(4) dan adanya organisasi yang teratur.

Aturan untuk menentukan kedudukan suatu perusahaan sebagai badan hukum, biasanya

ditetapkan oleh perUndang-undangan, kebiasaan atau yurisprudensi. Sebagai contoh, PT

dinyatakan sebagai badan hukum di dalam Pasal 7 ayat (4)

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Koperasi

dinyatakan sebagai badan hukum dalam Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 12 Tahun

1997 Tentang Perkoperasian. Yayasan dinyatakan sebagai badan hukum dalam Pasal 1

butir 1 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan. Sedangkan untuk

Perusahaan Daerah dinyatakan sebagai badan hukum dalam Pasal 4 ayat (2)

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, Sebagai subjek hukum, badan

hukum mempunyai kewenangan melakukan perbuatan hukum seperti halnya orang, akan

tetapi perbuatan hukum itu hanya terbatas pada bidang hukum harta kekayaan. Karena

bentuk badan hukum adalah sebagai badan atau lembaga, maka dalam mekanisme

pelaksanaannya badan hukum bertindak dengan perantaraan pengurus-pengurusnya.

2. Pengaturan BUMD

Secara umum istilah BUMD baru dikenal pada tahun 1999 dengan diundangkannya

Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemda, di dalam Pasal 84 Undang-undang

Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemda menyebutkan bahwa Daerah dapat memiliki BUMD

sesuai dengan peraturan perUndang-undangan dan pembentukannya diatur dengan

Peraturan Daerah, namun ketentuan tersebut tidak memberikan definisi yang jelas tentang

BUMD, kemudian keberadaan BUMD ini juga masih dipertegas dalam perubahan Undang

Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemda dengan Undang-undang Nomor 34 tahun

2004 tentang Pemda, Pasal 177 Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang

Pemerintahaan Daerah menyebutkan :

Pemda dapat memiliki BUMD yang pembentukan, penggabungan, pelepasan

kepemilikan, dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan Daerah yang

berpedoman pada peraturan perUndang-undangan

Dari uraian kedua Pasal tersebut belum memberi kejelasan tentang batasan maupun

(21)

Batas dan definisi BUMD dapat dilihat dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah, Undang-undang ini memberikan istilah BUMD sebagai

Perusahaan Daerah, dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 menyatakan :

Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan Perusahaan Daerah ialah semua

perusahaan yang didirikan berdasarkan Undang-undang ini yang modalnya untuk

seluruhnya atau untuk sebagian merupakan kekayaan Daerah yang dipisahkan, kecuali

jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan Undang-undang.

Ketentuan ini memberikan batasan tentang BUMD, dinyakan bahwa BUMD merupakan

perusahan yang modalnya berasal dari kekayaan Pemda yang dipisahkan. Kemudian Pasal

1 angka 6 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan

Perusahan Daerah adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebahagian modalnya dimiliki

oleh Pemda.

Pada konsideran huruf b Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 153 tahun

2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah Yang Dipisahkan menyatakan bahwa

Perusahan Daerah atau BUMD merupakan badan usahayang seluruh atau sebahagian

modalnya berasal dari kekayaan darah yang dipisahkan.

3. Tujuan Pembentukan BUMD

Sejalan dengan semangat otonomi daerah yang memberikan kesempatan seluas

luasnya kepada Pemda untuk mencari sumber-sumber penghasilan bagi peningkatan

pendapatan asli daerah sebagai salah satu modal pembangunan daerahnya, dengan

demikian daerah dipacu untuk melakukan pemanfaat sumber daya yang dimiliki secara

maksimal.

Pendirian BUMD oleh Pemda merupakan salah satu cara untuk memenuhi

pendapatan asli daerah, pendirian ini merupakan upaya Pemda untuk menambah sumber

pendapatan daerah dari hasil pengeolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, sebagai mana

yang diatur didalam Pasal 157 huruf a angka 4 Undang-undang Nomor 34 tahun 2004

tentang Pemda.

4. Kepemilikan BUMD

Kepemilikan suatu usaha atau badan usaha dapat dilihat dari struktur modal

perusahan atau badan usaha itu sendiri, menurut ketentuan Pasal 7 Undang-undang Nomor

5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, modal Perusahaan Daerah terdiri untuk

seluruhnya atau untuk sebagian dari kekayaan daerah yang dipisahkan, kemudian pada ayat

(2) Undang-undang tersebut ditegaskan jika modal Perusahan Daerah seluruhnya berasal

(22)

maka modal Perusahaan Daerah harus terdiri dari saham-saham. Dalam hal BUMD dimiliki oleh beberapa pegang saham maka saham pada BUMD tersebut harus terbagai

dalam dua kategori, saham priorits dan saham biasa. Saham prioritas harus memiliki

hak-hak tertentu yang tidak terdapat dalam jenis saham biasa.

Selain itu saham BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah tersebut

dimungkinkan juga untuk dimiliki pihak lain diuar Pemda, ini di pertegas didalam Pasal 8

ayat (3) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, ayat tersebut

menegaskan bahwa saham-saham biasa dapat dimiliki oleh Pemerintaha Daerah, Warga

Negara Indonesia dan atau Badan Hukum yag didirikan berdasarkan Undang-undang

Indonesia dan yang peserta atau pemegang sahamnya terdiri dari Warga Negara Indonesia.

Keikutsertaan pihak lain diluar Pemda dimaksudkan untuk mengerahkan funds and

forces dari masyarakat di daerah ialah dengan mengikut-sertakan warga negara Indonesia

dan atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia dan yang

pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia dalam modal yang diperlukan untuk

mendirikan suatu BUMD berbentuk Perusahaan Daerah.

5. Tata Kelola Perusahaan

Para ahli memberikan beberapa pendapat mengenai tata kelola perusahaan, atara

lain:

a) Amir Wijaya Tunggal, menyatakan tata kelola perusahaan merupakan sistem yang

mengatur ke arah mana kegiatan usaha akan dilaksanakan, termasuk membuat

sasaran yang akan dicapai, untuk apa sasaran tersebut perlu dicapai serta ukuran

keberhasilannya.

b) Ersnt and young menyatakan Corporate governance terdiri atas sekumpulan

mekanisme yang saling berkaitan yang terdiri atas pemegang saham institusional,

Dewan Direksi dan Komisaris, para manejer yang dibayar berdasarkan kinerjanya,

pasar sebagai pengendali perseroan, struktur kepemilikan, struktur keuangan,

investasi terkait dan persediaan produk.

c) Forum For Corporate Governance in Indonesia, Corporate Governace adalah

seperangkat pengaturan yang mengatur hubungan anatara pemegang saham,

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para

pemegang kepentingan interen dan eksteren lain yang berkaitan dengan hak-hak

dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan.

Dengan demikian, corporate governance dapat dijelaskan sebagai seperangkat

(23)

benar dan penuh integritas serta membina hubungan dengan para stakeholders, guna mewujutkan visi, misi dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan, baik dalam jangka

pendek maupun jangka panjang.

Secara umum prinsip-prinsip dasar yang harus diterapkan oleh perusahan dalam

rangkah menuju tata kelola perusahan adalah :

a) Akuntabilitas (accountabelity), yaitu kejelasan pembagian tugas, wewenang dan

tanggung jawab masing masing organ-organ perusahaan yang diangkat setelah

melalui fit and propertes, sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan

secara efektif dan efisien.

b) Kemandirian (independency), yaitu suatu keadaan, perusahaan dikelola secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak

manapun, terutama pemegang saham mayoritas, yang bertentangan dengan

peraturan perUndang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang

sehat.

c) Transparansi (transparancy), yaitu keterbukaan terhadap proses pengambilan

keputusan dan penyampaian informasi mengenai segala aspek perusahaan terutama

yang berhubungan dengan kepentingan stakeholders dan publik secara benar dan

tepat waktu.

d) Pertanggung jawaban (responsibility) yaitu perwujudan kewajiban organ

perusahaan untuk melaporkan kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan

perUndang-undangan yang berlaku dan keberhasilan maupun kegagalannya dalam

mencapai visi, misi dan tujuan serta sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.

e) Kewajiban (fairnes) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak

stakeholders yang timbul berdasarkan peraturan perundang undangan dan

perjanjian.

Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kongkrit antara lain

dengan dilakukannya pemisahan tanggung jawab dan kewajiban yang disertai dengan

mekanisme kerjasama antar organ perusahaan, melakukan pengawasan ketika

organ-organ itu melakukan tugasnya untuk menghindari adanya tekanan atau benturan

kepentingan, melakukan sistem pengendalian internal dan eksternal yang kuat, dan

pengungkapan informasi material mengenai perusahaan melalui media yang dapat diakses

dengan mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan, serta menetapkan visi, misi tujuan

dan strategi secara jelas, sehingga kinerja perusahaan maupun kontribusi masing-masing

(24)

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) yang merupakan perkumpulan dari asosiasi-asosiasi bisnis dan profesi telah menjabarkan dan

memformulasikan prinsip-prins dasar tata kelola perusahan yang baik dalam bentuk

kongkrit, sebagai berikut :

a) Hak para pemegang saham yang harus diberikan informasi dengan benar dan tepat

waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperanserta dalam mengambil

keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan

turut memperoleh bagian keuntungan dari perusahaan.

b) Perlakuan yang sama terhadap pemegang saham, terutama pada pemegang saham

minoritas dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian

untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam (insider traiding).

c) Peran pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan

kerjasama yang aktif antara perusahan dan para pemegang saham, kepentingan

dalam memciptakan keayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehat dari aspek

keuangan.

d) Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai

semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang

kepentingan.

e) Tanggung jawab pengurus dan manjemen, pengawasan manjemen dan pertangungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham.

Sebagai suatu perusahan BUMD juga harus memiliki dan menjalankan

prinsip-prinsip tata kelola perusahan yang baik, untuk menganalisa tata kelola BUMD yang

berbadan hukum Perusahan Daerah dapat dilihat didalam Undang-undang Nomor 5 tahun

1962 tentang Perusahan Daerah, dimana Undang-undang tersebut menjelaskan struktur

organisasi yang meliputi organ perusahan serta kemandirian perusahaan.

6. Organ BUMD

a. Rapat Pemegang Saham.

Sebagaimana perusahaan pada umunya, BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah

juga memiliki organ Rapat Pemegang Saham, namun Undang-undang Nomor 5 tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah tidak memberikan rincian yang jelas tentang peran dan fungsi

organ tersebut. Keberadaan organ ini bukanlah sebagai lembaga tertinggi didalam suatu

perusahaan sebagimana yang dianut dalam terminologi Undang-undang Nomor 1 tahun

1995 tentang Perseoan Terbatas atau organ yang memiliki wewenang yag tidak dimiliki

oleh organ lain yaitu Direksi dan Dewan Komisaris dalam terminologi Undang-undang

(25)

Pada sebuah Perusahaan Daerah fungsi Rapat Pemegang Saham tidak selalu sebagai pengambil keputusan akhir dalam perjalanan roda perusahaan, hal ini dibatasi

bahwa keputusan Rapat Pemegang Saham harus diambil dengan permufakatan seluruh

pemegang saham, manakala tidak tercapai permufakatan atas suatu hal yang akan

diputuskan maka Kepala Daerah memiliki kewenangan untuk memutus masalah tersebut

dengan tetap memperhatikan pendapat pendapat yang berkembang dalam RUPS, hal mana

diatur didalam Bab VI tentang Rapat Pemegang Saham pada Pasal 18 Undang-undang

Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah yang menyatakan :

Pasal 18.

(1) Tata-tertib rapat pemegang saham/saham prioritet dan rapat umum pemegang saham

(prioritet dan biasa) diatur dalam peraturan pendirian Perusahaan Daerah.

(2) Keputusan dalam rapat pemegang saham/saham prioriteit dan rapat umum pemegang

saham (prioritet dan biasa) diambil dengan kata mufakatan.

(3) Jika kata mufakat termaksud pada Ayat (2) tidak tercapai maka pendapat-pendapat

yang dikemukakan dalam musyawarah disampaikan kepada Kepala Daerah dari Daerah

yang mendirikan Perusahaan Daerah.

(4) Kepala Daerah termaksud pada Ayat (3) mengambil keputusan dengan memperhatikan

pendapat-pendapat termaksud.

b. Direksi

Pengurusan BUMD dilakukan oleh suatu Direksi, jumlah anggota serta susunan

Direksi diatur didalam peraturan daerah yang merupakan peraturan pendiriannya,

pengangkatan anggota Direksi pada BUMD dilakukan oleh Kepala Daerah setelah

mendengar pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari Daerah yang mendirikan

Perusahaan Daerah, mengenai pengangkatan anggota Direksi terdapat dua mekanisme,

Kepala Daerah memiliki kewenangan untuk mengangkat dan memberhentikan anggota

Direksi jika modal badan usaha tersebut seluruhnya berasal dari kekayaan daerah yang

dipisahkan. Pengangkatan anggota Direksi BUMD dilakukan dari usulan pemegang saham

prioritas, bagi badan usaha yang modalnya sebahagian dari kekayaan daerah yang

dipisahkan.

Dalam menjalankan perseroan Direksi menentukan kebijaksanaan dalam

memimpin perusahaan, dengan mengurus dan menguasai kekayaan perusahaan. Untuk

pengaturan dan tata tertib serta cara menjalankan pekerjaan tersebut, Direksi secara

otonom diberikan kewenangan untuk mengatur tata tertib dan cara menjalankan perusahan

(26)

kewenangan yang dimiliki Direksi tersebut dapat dibatasi didalam peraturan daerah tentang pendirian perusahaan milik daerah tersebut, pembatasan ini bertujuan untuk menyesuaikan

dengan sifat dan corak perusahaan Daerah masing-masing, maka sewajarnya batas

kekuasaan tersebut di atas ditetapkan dalam peraturan pendirian perusahaan yang

bersangkutan.

Untuk menjalankan fungsi pengurusan Direksi bertanggung jawab kepada Bupati

melalui Badan Pengawas, Peraturan Daerah tentang Perusahaan Daerah mengatur Direksi

antara lain (sebagai contoh) :

1) Direksi menjalankan pimpinan Perusahaan Daerah sehari-hari berdasarkan

kebijaksanaan yang digariskan oleh Bupati dan atau Badan Pengawas (melalui

Corporate Plan) dengan mengikuti peraturan tata tertib serta tata kerja yang sudah

ditetapkan serta memperhatikan ketentuan yang sudah ditetapkan serta

memperhatikan ketentuan peraturan perUndang-undangan yang berlaku.

2) Direksi mengangkat dan memberhentikan pimpinan unit, pegawai perusahaan

berdasarkan ketentuan-ketentuan pokok perusahan

3) Direksi mewakili perusahan didalam maupun diluar pengadilan dan dapat

menyerahkan kekuasan mewakili tersebut kepada seorang anggota Direksi atau

kepada seseorang atau beberapa orang pegawai perusahaan yang khusus ditunjuk

untuk itu ataupun kepada orang atau badan diluar perusahan tersebut.

4) Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku

berakhir, Direksi harus menyampaikan rencana anggaran perusahaan kepada Direksi

untuk disahkan, pengesahannya yang dilakukan oleh Bupati diambil setelah

mendengar pertimbangan Badan Pengawas atas usulan rencana anggaran tersebut.

c. Badan Pengawas

Sebagaimana lazim berlaku di dalam tiap-tiap Perusahaan terhadap tugas yang

dipercayakan kepada Direksi, yaitu menjalankan pimpinan cara mengurus dan menguasai

perusahaan diadakan pengawasan (umum) apakah benar-benar sesuai dengan garis-garis

kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh para pemilik/pemegang saham.

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah mengatur tentang

pengawasan Perusahaan Daerah, Pasal 19 menyatakan bahwa Direksi dalam menjalankan

pengurusannya terhadap perusahaan berada di bawah pengawasan Kepala Daerah bagi

Perusahaan daerah yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemda. Fungsi pengawasan

dilaksanakan oleh Pemegang Saham atau Pemegang Saham Prioritas mana kala

saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh lebih dari satu pegang saham-saham. Pengawasan juga

dapat dilakukan oleh badan yang dibentuk atau ditunjuk dengan diberikan mandat untuk

(27)

Biasanya tugas pengawasan yang diserahkan kepada suatu Dewan/Badan terhadap suatu perusahaan yang besarnya ditunjuk satu badan, yang menjalankan pengawasan

umum terhadap perusahaan sedang untuk perusahaan-perusahaan yang kecil ditunjuk

hanya satu badan untuk melakukan pengawasan.

Pengelolaan BUMD memiliki ketergantungan yang tinggi kepada Pemerintah

daerah, sebagai contoh dalam hal merumuskan dan melaksanakan oprasional perusahaan ,

manajemen BUMD harus mengacu pada Rencana Kerja Anggaran dan Pendapatan

(RKAP) yang tidak dapat diputus dalam waktu cepat, karena Direksi harus memintah

persetujuan Dewan Pengawas, Gubernur atau Bupati/Walikota. Direksi cenderung takut

mengambil resiko, yang menyebabkan BUMD dalam bernegoisasi dengan pihak ketiga

selalu dibatasi waktu yang menyebabkan hilangnya kesempatan.

Dari sisi dunia usaha, BUMD yang berorientasi pada keuntungan harus bersaing

dengan perusahaan-perusahaan swasta asing maupun dalam negeri didalam lingkup

usahanya. Dalam prakteknya segala aturan main yang ada di dalam dunia usaha harus

diikuti oleh BUMD, agar dapat mempertahankan dan meningkatkan eksistensinya pada

core bisnisnya. Tujuan pendirian perusahaan daerah dapat dilihat di dalam Bab II Pasal 5

ayat (2) undang-undang tersebut menyebutkan bahwa tujuan Perusahaan Daerah ialah

untuk turut serta melaksanakan pembangunan Daerah khususnya dan pembangunan

ekonomi nasional umumnya dalam rangka ekonomi terpimpin untuk memenuhi kebutuhan

rakyat dengan mengutamakan industrialisasi dan ketenteraman serta kesenangan kerja

dalam perusahaan, menuju masyarakat yang adil dan makmur, sangat tidak mungkin untuk

meingimplementasikan prinsip ekonomi terpimpin dierah sekarang ini. Terlebih lagi pada

kondisi dan perkembangan dunia usaha sekarang ini dimana secara global dunia usaha

apakah milik pemerintah ataupun swasta dituntut untuk mampu bersaing secara penuh

seiring pemberlakuan pasar bebas.

Kemudian dalam ayat (4) disebutkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting

bagi Daerah dan menguasai hajat hidup orang banyak di Daerah diusahakan oleh

Perusahaan Daerah. Ketentuan Pasal tersebut pada kenyataannya sudah tidak relevan,

masalah ekonomi terpimpin yang terdapat di dalam tujuan perusahaan daerah sudah tidak

mungkin lagi dilaksanakan karena yang ada sekarang adalah era globalisasi dan pasar

bebas. Demikian halnya dengan penguasaan cabang-cabang produksi yang menguasai hajat

hidup orang banyak yang diusahakan perusahaan daerah. Bidang usaha yang di kelola

Perusahaan Daerah Perkebunan sekarang ini adalah bidang perkebunan yang secara umum

bukan merupakan hajat hidup orang banyak dan bidang usaha ini sudah merupakan bisnis

terbuka yang dimiliki dan dikuasai oleh pribadi ataupun badan usaha lain dan memiliki

(28)

Kerumitan birokrasi juga tidak terlepas dari landasan hukum BUMD, yaitu undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah, berdasarkan

Undang-undang tersebut, kebijakan pengembangan sangat ditentukan oleh Pemda sebagai pihak

yang mewakili daerah, sebagai pemilik modal BUMD, Undang-undang tersebut

menjadikan Direksi dan mayoritas pegawainya, tidak terpisahkan dari birokasi Pemda,

sehingga tidak heran pengelola BUMD mirip dengan pengelolaan lembaga birokrasi, yang

walaupun visi dan kultur dari brokrasi sangatlah berbeda dengan visi badan usaha.

Berangkat dari kultur yang berbeda tidaklah mudah untuk menyamakan visi dimana kultur

korporasi berorientasi pada hasil sementara birokrasi mengutamakan proses. Proses yang

berbelit seringkali dengan mudah dibaca sebagai upaya mempersulit. Birokrat berlindung

dibalik alibi takut melanggar ketentuan, takut risiko hukum.

Meningkatkan kinerja pelayanan BUMD menyongsong era globalisasi, hal ini

didasari pada rasa peningkatan terhadap pelayanan kepada masyarakat serta mendorong

peran swasta dan masyarakat dalam mengelola BUMD sebagaimana yang ada pada

konsideran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk Hukum

BUMD.

Kepemilikan suatu usaha dapat dibuktikan dengan lembaran-lembaran saham atas

suatu usaha. Sehingga saham dapat dikatakan sebagai suatu bagian dalam kepemilikan

suatu perusahaan atau suatu modal yang ditanam dalam suatu perusahaan seperti yang

diwakili oleh bagian bagian dari modal itu yang dimiliki oleh individu masing-masing

dalam bentuk sertifikat saham.

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah memang tidak

membatasasi kepemilikan BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah, Undang-undang

tersebut hanya membatasi kewenangan dari pemegang saham, pembatasan ini dapat dilihat

dari beberapa Pasal, Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan

Daerah yang menyatakan :

(1) Saham-saham Perusahaan Daerah terdiri atas saham-saham prioritet dan saham-saham

biasa.

(2) Saham-saham prioritet hanya dapat dimiliki oleh Daerah.

(3) Saham-saham biasa dapat dimiliki oleh Daerah, warga negara Indonesia dan/atau

badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Indonesia dan yang

pesertanya terdiri dari warga negara Indonesia.

(4) Besarnya jumlah nominal dari saham-saham prioritet dan saham-saham biasa

(29)

Terdapat dua jenis saham pada BUMD yang berbentuk Perusahaan Daerah, saham prioritas dan saham biasa, saham prioritas hanya dapat dimiliki oleh Pemda namun tidak

menutup kemungkinan juga bagi Pemda untuk memiliki saham biasa, sedang perorangan

atau badan hukum yang didirikan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia hanya

dapat memiliki saham biasa pada suatu BUMD.

Ketentuan yang ada pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1998

tentang Bentuk Hukum BUMD tidak mengatur tentang klasifikasi saham namun mengatur

atau memberikan batasan yang jelas tentang siapa-siapa yang dapat memiliki saham

didalam suatu perusahaan yang telah merubah bentuk hukumnya menjadi perseroaan

terbatas, Pasal 8 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 tahun 1998 tentang Bentuk

Hukum BUMD menjelaskan, antara lain :

a) Saham Perseroan Terbatas dapat dimiliki oleh Pemda, Perusahaan Daerah, swasta

dan masyarakat.

b) Bagian terbesar dari saham Perseroan terbatas dimiliki oleh Pemda dan Perusahaan

Daerah.

Ada beberapa hal yang dapat dilihat dari uraian Pasal ini,Pertamasaham Perseroan

Terbatas dapat dimiliki oleh Pemda, yang dimaksud Pemda adalah Gubernur, Bupati, atau

Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemda, sebagai mana yang

dimaksud dalam Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tenatang Pemda,

Kedua, Perusahan Daerah yang merupakan badan hukum dapat juga bertindak sebagai

pemegang saham dalam suatu Badan Usaha Milik Daerah. Ketiga, swasta dan masyarakat

juga dapat memiliki saham didalam BUMD.

Mengenai klasifikasi saham, Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang

perseroan Terbatas, tidak mengatur klasifikasi saham, namun Undang-undang tersebut

memberikan keleluasaan kepada pendiri untuk menentukan persyaratan kepemilikan dan

hal lain mengenai saham termasuk tentang klasifikasi saham dalam anggaran dasar

perseroan, selanjutnya Undang-undang membatasi kewenangan ini dengan mengharuskan

pendiri memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang,36

sesuai dengan ketentuan perundang undangan sebagai mana yang diatur didalam Pasal 48

Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Sekalipun Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tidak mengatur tentang klasifikasi

saham, namun dalam suatu BUMD harus tetap diatur tentang adanya saham dengan hak

prioritas sebagimana yang diatur didalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 5 tahun 1962

tentang Perusahaan Daerah, karena secara juridis formal Undang-undang tersebut masi

(30)

klasifikasi saham yang mengatur hak prioritas bagi Pemda, walaupun hal ini tidak diatur didalam Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Pengaturan saham dengan prioritas kemukinan dapat menjadi perdebatan karena

tidak diaturnya hal tersebut didalam Undang-undang yang mengatur tentang perseroan

terbatas, maka dapat dikatakan bahwa pengaturan tentang saham prioritas pada BUMD

merupakan perintah dari Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah,

atau dengan kata lain berlaku asas hukum lex specialis derogat lex generalis , yang

memberikan arti bahwa dalam hal ini Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang

Perusahaan Daerah dapat mengesampingkan Undang-undang Nomor 40 tahun 2007

(31)

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI PERATURAN DAERAH

Peraturan Daerah tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Seruyan Mandiri

Kabupaten Seruyan ditujukan untuk memberikan landasan terhadap pembentukan dan

aspek-aspek lain yang terkait dalam memenuhi kelengkapan perusahaan daerah ini

nantinya. Adapun biaya yang diakibatkan dari pembentukan Perusahaan Daerah Seruyan

Mandiri berasal Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Seruyan Tahun

Anggaran 2014 dan seterusnya.

A. Rumusan akademik mengenai pengertian istilah, dan frasa :

1. Daerah adalah Kabupaten Seruyan;

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan di daerah oleh

Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam

sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah;

4. Bupati adalah Bupati Seruyan;

5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Seruyan;

6. Perusahaan Daerah (PD) adalah Perusahaan Daerah Seruyan Mandiri yang seluruh

atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah melalui penyertaan secara

langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan;

7. Kekayaan daerah yang dipisahkan adalah sebagian dari kekayaan daerah yang

berasal dari APBD Kabupaten Seruyan yang dipisahkan untuk dijadikan penyertaan

modal daerah pada perusahaan daerah;

8. Direksi adalah unsur organisasi perusahaan daerah yang bertanggung jawab atas

pengurusan perusahaan daerah baik di dalam maupun di luar pengadilan;

9. Badan Pengawas adalah unsur organisasi perusahaan daerah yang bertugas

melakukan pengawasan dan pembinaan kepada Direksi perusahaan daerah dalam

menjalankan kegiatan pengurusan perusahaan daerah;

10.Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perusahaan Daerah adalah

kelengkapan legalitas Perusahaan Daerah yang ditetapkan melalui Keputusan

(32)

Perusahaan Daerah yang mengacu kepada Perda Pembentukan Perusahaan Daerah dan Akte Notaris Pendirian Perusahaan Daerah;

B. Materi yang akan diatur dalam Peratruan daerah ini adalah penormaan tentang :

1. Bentuk Dan Badan Hukum

Sebagai salah satu bentuk badan usaha yang ada di wilayah hukum Republik

Indonesia, sudah tentu keberadaan BUMD memiliki payung hukum atas

keberadaanya. Payung hukum ini menjadi penting mengingat karakteristik BUMD

tersebut sangatlah berbeda dengan bentuk badan usaha lain terlebih-lebih dari

keikutsertaan Pemda sebagai salah satu pemegang saham.

2. Penyertaan Modal

Penyertaan modal yang dilakukan sampai dengan terpenuhinya modal dasar pada

Perusahaan Daerah (PD).

3. Pengaturan Perusahaan Daerah

Batas dan definisi BUMD dapat dilihat sebagaimana yang tercantum dalam

Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah.

4. Tujuan Perusahaan Daerah

Pembentukan Perusahaan Daerah oleh Pemda merupakan salah satu cara untuk

memenuhi pendapatan asli daerah, pendirian ini merupakan upaya Pemda untuk

menambah sumber pendapatan daerah dari hasil pengeolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan.

5. Kepemilikan.

Kepemilikan suatu usaha atau badan usaha dapat dilihat dari struktur modal

perusahaan atau badan usaha yang dibentuk.

6. Tata Kelola Perusahaan

Seperangkat aturan yang dijadikan manajemen perusahaan dalam mengelola

perusahaan secara baik, benar dan penuh integritas serta membina hubungan

dengan parastakeholders, guna mewujutkan visi, misi dan sasaran perusahaan yang

telah ditetapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang

7. Struktur Organisasin Perusahaan Daerah.

Sebagaimana perusahaan pada umumnya, BUMD yang berbentuk Perusahaan

(33)

BAB VI PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sejalan dengan semangat otonomi daerah yang memberikan kesempatan

seluas luasnya kepada Pemda untuk mencari sumber-sumber penghasilan bagi

peningkatan pendapatan asli daerah sebagai salah satu modal pembangunan

daerahnya, dengan demikian daerah dipacu untuk melakukan pemanfaat sumber daya

yang dimiliki secara maksimal. Dengan demikian Pembentukan Perusahaan Daerah

di Kabupaten Seruyan adalah bertujuan untuk :

1. Mengoptimalkan implementasi Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten

Seruyan.

2. Memfasilitasi pengembangan industrialisasi komoditi unggulan yang ada di

Kabupaten Seruyan.

3. Mengelola kawasan industri Kabupaten Seruyan.

4. Mengoptimalkan potensi ekonomi di Kabupaten Seruyan menjadi kegiatan

produktif yang memberikan kesejahteraan kepada masyarakat kabupaten

Seruyan dan memberikan kontribusi pada PAD Kabupaten Seruyan.

5. Menjadi pemimpin dalam penguatan ekonomi lokal dan mewujudkan

kemandirian perekonomian dan keuangan daerah Kabupaten Seruyan.

B. SARAN

Bahwa berdasarkan uraian pada Naskah Akademik ini perlu disusun materi

penormaan yang lengkap terhadap pembentukan Perusahaan Daerah agar tujuan

untuk menjadikan Peraturan Daerah ini sebagai landasan hukumya dapat tercapai.

Bahwa dengan disusunnya Naskah akademik ini, maka Rancangan

Peraturan Daerah Pembentukan Perusahaan Daerah perlu menjadi prioritas

penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dalam Program Legislasi Daerah

(34)

LAMPIRAN

DRAFT RANCANGAN PERATURAN DAERAH

Referensi

Dokumen terkait

Subyek akan didengarkan audio rekaman visualisasi terarah, dan dilakukan pengukuran sinyal fisiologi dengan menggunakan 3 buah sensor yaitu sensor GSR (untuk

Hasil penelitian sebelumnya yang sejalan dengan hasil penelitian ini yang terkait dengan pengaruh umur perusahaan terhadap peringkat sukuk adalah Kusbandiyah &

Realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) sampai dengan akhir Februari 2018 mencapai Rp121,46 triliun , setara dengan 15,85 persen target APBN 2018 atau sedikit lebih

“L ingkungan alamiah sebagai sumber data langsung; Manusia merupakan alat (instrumen) utama pengumpul data; Analisis data dilakukan secara induktif; Penelitian

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mulai dari mengetahui karateristik reponden, masa rehabilitasi dan rekontruksi pasca bencana tsunami 2004, sampai dengan

Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva dan kornea.. Entropion

(1) Dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, Menteri, pemerintah daerah provinsi atau kepala dinas kesehatan provinsi dan

pembelajaran mencapai70%. Tes hasil belajar diakhir setiap siklus mencapai KKM ≥ 70 dengan jumlah persentase siswa yang tuntas 70%. Analisis data dilakukan terhadap