• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Perusahaan Daerah Pasar Ya’ahowu GunungsitoliDalam Meningkatkan PAD Kabupaten Nias

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Perusahaan Daerah Pasar Ya’ahowu GunungsitoliDalam Meningkatkan PAD Kabupaten Nias"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Krisis yang melanda Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 1998

menuntut perubahan yang besar pada segala sektor kehidupan bangsa Indonesia.

Peralihan kekuasaan dari Orde Baru ke Era Reformasi juga menandai peralihan

pelaksanaan pemerintahan yang sentralistik kepada pelaksanaan pemerintahan

yang desentralistik. Sistem pemerintahan desentralisasi diterjemahkan kedalam

UU Nomor 22 tahun 1999 yang kemudian di sempurnakan melalui UU Nomor 2

tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang menjadi bukti penting kerinduan dari

bangsa Indonesia untuk melakukan perubahan dalam roda pemerintahannya. Azas

desentralisasi sendiri merupakan terjemahan dari konsep yang disebut dengan

Otonomi Daerah.

UU Nomor 32 tahun 2004 pasal 1 ayat (7) menyebutkan bahwa azas

desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada daerah

otonom untuk mengurus dan mengatur urusan pemerintahan dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Seiring dengan kebijakan desentralisasi atau biasa

disebut dengan kebijakan otonomi daerah yang diatur dalam Undang-undang

Nomor 32 tahun 2004 memberikan kewenangan yanlebih luas, nyata, dan

bertanggung jawab kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

(2)

dengan kepentingan masyarakat setempat dan potensi daerah masing-masing

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adanya otonomi

daerah ini diharapkan dapat mencapai pembangunan nasional yang lebih baik dan

berkesinambungan dengan meliputi seluruh lapisan kehidupan masyarakat,

bangsa, dan negara yang dilakukan melalui pelaksanaan pembangunan daerah.

Kemudian dalam UU nomor 32 tahun 2004 disebutkan juga bahwa dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) Indonesia, Pemerintahan Daerah yang mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan, diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan,

pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya

saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,

keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia demi terwujudnya pembangunan daerah yang lebih baik.

Sejak berlakunya Undang-undang Pemerintahan Daerah di Indonesia

yang sekaligus memperkuat dasar yuridis otonomi daerah di Indonesia, maka

pemerintah daerah berhak untuk menjalankan roda pemerintahan di wilayah

hukum yang diberikan kepadanya secara mandiri dan proporsional dengan

berdasarkan undang-undang untuk mensejahterakan masyarakatnya. Dengan dasar

hukum tersebut, segala hak dan kewajiban yang melekat pada pemerintah daerah

wajib dilaksanakan dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan publik kepada

(3)

rumah tangganya sendiri dengan baik serta dapat mengurangi tingkat

ketergantungan kepada pemerintah pusat dalam hal pembiayaan penyelenggaraan

pemerintah, hingga tercipta pembangunan daerah yang diinginkan.

Meningkatkan pembangunan daerah sudah pasti pemerintah daerah

membutuhkan sumber daya manusia dan dukungan dana untuk mencukupi segala

kebutuhan pembangunan dan belanja daerah tersebut. Salah satu dasar hukum

yang mengatur tentang sumber-sumber pendapatan daerah dalam menjalankan

roda pemerintahannya adalah Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang mana dalam

undang-undang tersebut menjelaskan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri

atas:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah

dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan meliputi:

a. Pajak daerah

b. Retribusi daerah, termasuk hasil dari pelayanan badan layanan umum

(BLU) daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain

bagian laba dari BUMD (perusahaan daerah), hasil kerjasama dengan

pihak ketiga

(4)

2. Dana perimbangan yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Salah satu sumber pendapatan asli daerah menurut undang-undang yang

berlaku adalah melalui perusahaan daerah (BUMD) yang mana perusahaan daerah

tersebut merupakan perusahaan yang modal/sahamnya dimiliki oleh Pemerintah

Daerah, dimana kekayaan perusahaan dipisahkan dari kekayaan negara. Hasil

BUMD tersebut dikelola oleh daerah tersebut sesuai dengan bentuk dan pelayanan

yang diberikan oleh perusahaan daerah dengan tujuan untuk meningkatkan

pendapatan daerah itu sendiri demi pelaksanaan pembangunan daerah.

Pendirian perusahaan daerah bertujuan untuk melayani kebutuhan

masyarakat di daerah tersebut hingga dapat terpenuhi dan juga untuk memperoleh

keuntungan, yang mana keuntungan dari perusahaan daerah tersebut akan

digunakan untuk pembangunan di daerahnya sendiri dengan aturan

kewenangannya di serahkan seutuhnya kepada kepala daerah yang bersangkutan.

Ada banyak jenis dari perusahaan daerah diantaranya, seperti: pasar daerah, bank,

perusahaan air minum, dan lain sebagainya. Salah satu jenis perusahaan daerah

yang cukup berpengaruh dalam penerimaan asli daerah yaitu pasar daerah, dimana

pasar daerah dapat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD jika

(5)

Sebagai daerah otonom, Kabupaten Nias juga berusaha meningkatkan

pendapatan asli daerahnya melalui perusahaan daerah yang dimiliki yaitu salah

satunya dengan pendirian Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli. Dalam peningkatan penerimaan asli daerah yang diinginkan demi menopang penyelenggaraan

pemerintahan Kabupaten Nias, maka Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli harus dikelola dengan baik dan profesional sehingga diperlukan adanya peraturan daerah yang

mengatur tentang perusahaan daerah Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli sebagai pedoman dan landasan hukum dalam pengelolaannya. Hal tersebut diperkuat

dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Nias Nomor 2 Tahun 2010 Tentang

Pendirian Perusahaan Daerah Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli, yang mana peraturan daerah ini diharapkan mampu mengarahkan Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli dalam meningkatkan pendapatan asli daerah Kabupaten Nias. Namun semenjak Pasar

Ya’ahowu Gunungsitoli didirikan secara resmi empat tahun yang lalu sampai

sekarang, nampak masih belum beroperasi secara maksimal yaitu dibuktikan

dengan masih banyak toko-toko yang masih kosong dan pengunjungnya bisa

dikatakan masih sedikit yang datang untuk berbelanja.

(https://sepinya+konsumen+pasar+Ya’ahowu&oq=sepinya+konsumen+pasar+Ya ’ahowu&sourceid=chrome

&espv=210&es_sm=122&ie=UTF-8#q=pasar+Ya’ahowu+sepi+pedagang diakses pada 24 Februari 2014 Pukul 8.40

WIB).

Apabila Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli ini dapat dioptimalkan pengembangannya, bisa menjadi suatu solusi yang baik bagi peningkatan

(6)

upaya-upaya lebih lanjut untuk mengembangkan Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli tersebut, sehingga fungsinya sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dapat

terealisasikan dengan baik, yang nantinya akan berdampak langsung pada

peningkatan pendapatan serta pembangunan daerah.

Berdasarkan uraian permasalahan dan penjelasan di atas, maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Strategi pengembangan

Perusahaan Daerah Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli dalam Meningkatkan

Pendapatan Asli Daerah”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

perlu untuk membuat suatu rumusan masalah yang sangat berguna bagi arah dan

langkah penelitian supaya lebih jelas dalam melakukan penelitian. Adapun

rumusan masalah yang diajukan oleh peneliti adalah “Bagaimana Strategi

Pengembangan Perusahaan Daerah Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli Dalam

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nias?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentunya ingin mencapai suatu sasaran

yang hendak dicapai atau suatu tujuan yang diharapkan untuk menghasilkan suatu

hasil penelitian. Suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris pada

umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran

(7)

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap

perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, adapun yang menjadi tujuan

peneliti adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan,

peluang, dan ancaman dalam menyusun Stretegi Pengembangan

Perusahaan Daerah Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Nias;

2. Untuk menggambarkan Strategi Pengembangan Perusahaan Daerah

Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah Kabupaten Nias.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan hasil penelitian yang dilakukan. Adapun

yang menjadi manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis

karya ilmiah dalam menganalisa permasalahan di lapangan;

2. Bagi instansi, penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber

informasi dan pengetahuan tentang Strategi Pengembangan

Perusahaan Daerah Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli, selain itu sebagai sumbangan pemikiran, saran dan sebagai bahan pertimbangan bagi

pengelola Perusahan Daerah Pasar Ya’ahowu Gunungsitoli;

3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan mampu menyumbang

(8)

1.5. Kerangka Teori

Untuk menerangkan suatu permasalahan yang terjadi dalam masyarakat

maka diperlukan asumsi-asumsi, konsep ataupun proposisi-proposisi yang secara

ilmiah telah diteliti untuk kemudian dihubungkan dengan konsep-konsep yang

lainnya. Asumsi-asumsi, konsep ataupun proposisi-proposisi ini yang oleh Masri

Singarimbun didefinisikan sebagai teori. Kerangka teori membantu peneliti

dalam mengkonstruksi pemahaman terhadap realita yang ada dalam masyarakat

yang akan diteliti.

1.5.1. Manajemen Strategis

1.5.1.1. Pengertian Manajemen Strategis

Keberhasilan suatu organisasi tidak terlepas dari kemampuan organisasi

tersebut dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan persaingannya. Hadirnya

kompetitor-kompetitor memaksa organisasi tersebut untuk mengeluarkan

strategi-strategi untuk bertahan dalam persaingan bahkan untuk mengungguli kompetitor

lainnya. Seorang pemimpin dalam organiasasi tersebut akan berusaha untuk

menyusun suatu langkah-langkah kerja, taktik dan pilihan-pilihan rencana yang

akan dikerjakan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan di pasar bebas.

Globalisasi yang melanda juga membuat organisasi-organisasi untuk mulai

mempersiapkan diri menghadapi persaingan bebas.

Kemampuan suatu organisasi dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungan tidak terlepas dari manajemen strategis yang diciptakan oleh

organisasi tersebut dalam menentukan dan mengarahkan pergerakan organisasi

(9)

sangat dituntut untuk harus bisa berpikir strategis dalam mengolah organisasinya.

Apabila pemimpin tersebut tidak mampu untuk mengembangkan berpikir strategis

maka bisa dipastikan organisasi tersebut akan tertinggal jauh bahkan tidak dapat

mencapai tujuannya. Itu artinya bahwa seorang pemimpin dituntut untuk bisa

berpikir strategis, terlebih dalam merumuskan strategi perusahaan dan dalam

menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Hadirnya manajemen strategis sebagai suatu hal penting yang dibutuhkan

oleh organisasi dan pemimpinnya kemudian berkembang menjadi suatu ilmu yang

banyak dipelajari dan diajarkan untuk dapat membantu dalam berpikir strategis.

Dengan manajemen strategis maka perencana strategi/pemimpin perusahaan akan

berpikir atau memandang perusahaan/organisasi secara keseluruhan (gajah secara

utuh), bukan setengah-setengah seperti yang dilakukan oleh manajer tiap

divisi/bagian, sehingga akan mudah dan cepat baginya untuk mengidentifikasi

masalah-masalah strategik (umumnya saling berkaitan) yang muncul (Agustinus

Sri Wahyudi, 1996:5).

Banyak ahli mencoba untuk mendefinisikan manajemen strategis tersebut

untuk mempermudah dalam memahami dan berpikir kritis. Manajemen strategis

sendiri berfokus kepada pengambilan keputusan-keputusan strategis yang

berhubungan dengan masa yang akan datang dalam jangka panjang untuk

organisasi secara keseluruhan. Menurut Crown Dirgantoro (2001:9) manajemen

strategis adalah kombinasi ilmu dan seni untuk memformulasikan,

mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan yang bersifat

(10)

menurut Agustinus Sri Wahyudi (1996:15) manajemen strategik adalah suatu seni

dan ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi

(evaluating) keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang

memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan masa datang.

Secara garis besar, terdapat tiga elemen besar yang membentuk

manajemen strategik, yaitu:

 Analisis lingkungan (Internal dan Eksternal)

Analisis lingkungan dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk melihat

kemungkinan-kemungkinan peluang atau opportunity yang bisa muncul

serta kemungkinan-kemungkinan ancaman atau threat yang bisa terjadi

yang diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan, yang terjadi baik

pada tingkatan lingkungan bisnis/industri, maupun lingkungan internal

organisasi. Analisis juga dilakukan terhadap kekuatan dan kelemahan

yang dimiliki atau yang ada dalam organisasi untuk melihat seberapa

besar organisasi dapat memanfaatkan peluang yang ada atau

mengantisipasi ancaman dan tantangan yang muncul.

 Penetapan Visi, Misi dan Objective

Menetapkan visi dimaksudkan untuk memberikan arahan tentang akan

menjadi apa atau seperti apa organisasi atau perusahaan dimasa yang

akan datang, atau secara lebih ringkas suatu pandangan ke depan tentang

perusahaan. Misi lebih spesifik lagi dibandingkan dengan visi. Misi akan

secara spesifik menekankan tentang produk yang diproduksi, pasar yang

(11)

dengan bisnis. Secara singkat visi memberi penjelasan tentang apa bisnis

perusahaan. Objective lebih kepada penetapan target secara spesifik dan

sedapat mungkin terukur, yang ingin dicapai oleh perusahaan untuk suatu

jangka waktu tertentu.

 Strategi (Formulasi, Implementasi, Pengendalian)

Pada tahapan strategi ada tiga hal yang penting untuk dipahami, yaitu:

1. Formulasi strategi

Pada tahap ini penekanan lebih diberikan kepada

aktivitas-aktivitas utama yang antara lain adalah:

 Menyiapkan strategi alternatif

 Pemilihan strategi

 Menetapkan strategi yang akan digunakan

2. Implementasi Strategi

Tahap ini adalah tahapan dimana strategi yang telah

diformulasikan tersebut kemudian diimplementasikan. Pada tahap

implementasi ini beberapa aktivitas atau cakupan kegiatan yang

mendapat penekanan antara lain adalah:

 Menetapkan tujuan tahunan

 Menetapkan kebijakan

 Memotivasi karyawan

 Mengembangkan budaya yang mendukung

 Menetapkan struktur organisasi yang efektif

(12)

 Mendayagunakan sistem informasi

 Menghubungkan kompensasi karyawan dengan performance

perusahaan.

3. Pengendalian Strategi

Untuk mengetahui atau melihat sejauh mana efektivitas dari

implementasi strategis, maka dilakukan tahapan berikutnya, yaitu

evaluasi strategi yang mencakup aktivitas-aktivitas utama sebagai

berikut:

Review faktor eksternal dan internal yang merupakan dasar

dari strategi yang sudah ada

 Menilai performance strategi

 Melakukan langkah koreksi

(Crown Dirgantoro, 2001:12-14)

1.5.1.2. Manfaat Manajemen Strategis

Manajemen strategis sangat diperlukan oleh seorang pemimpin dalam

mengelola setiap kebijakan-kebijakan strategis yang dibuat. Adapun manfaat yang

diperoleh dari manajemen strategis adalah:

1. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju;

2. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi;

3. Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif;

4. Mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu organisasi dalam

(13)

5. Aktivitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan

untuk mencegah munculnya masalah dimasa datang;

6. Keterlibatan karyawan dalam pembuatan strategi akan lebih memotivasi

mereka pada tahap pelaksanaannya;

7. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi;

8. Keengganan untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.

(Agustinus Sri Wahyudi, 1996:19)

1.5.1.3. Proses Manajemen Strategis

Manajemen strategis dapat dicapai melalui tahapan-tahapan yang

kolektif, dimana setiap tahapan memiliki fungsi dan tujuannya masing-masing dan

harus dikerjakan karena sangat penting dalam menentukan keberhasilan dari

manajemen strategis tersebut.

Proses dari manajemen strategi tersebut terdiri dari:

1. Formulasi Strategi

Formulasi stategi meliputi mengembangkan visi dan misi,

mengidentifikasi peluang-peluang dan ancaman-ancaman dari luar

organisasi, menetapkan tujuan-tujuan (sasaran-sasaran) jangka

panjang, menghasilkan strategi-strategi tertentu untuk dijalankan.

2. Implementasi Strategi

Implementasi strategi menghendaki supaya menetapkan

sasaran-sasaran per tahun, menetapkan kebijakan-kebijakan, memotivasi

karyawan dan mengalokasikan sumber daya agar strategi yang telah

(14)

mencakup membangun suatu budaya yang mendukung strategi,

menciptakan sebuah struktur organisasi yang efektif, mengarahkan

kembali usaha-usaha pemasaran, menyiapkan anggaran,

mengembangkan dan menggunakan sistem informasi dan

menghubungkan kompensasi karyawan dengan kinerja organisasi.

3. Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam manajemen strategik.

Dalam hal ini para manajer berusaha keras mengetahui kapan strategi

tertentu tidak berjalan dengan baik, penilaian strategi merupakan alat

utama untuk memperoleh informasi ini.

(M. Qudrat Nugraha, 2007:113).

1.5.2. Formulasi Strategi

Formulasi strategi adalah tahap awal dari manajemen strategis. Formulasi

strategi secara sederhana dapat dipahami sebagai penentuan aktivitas-aktivitas

yang berhubungan dengan pencapaian tujuan (Crown Dirgantoro, 2001:82).

Sebagai suatu proses input, maka formulasi strategi menghimpun

informasi-informasi penting dari analisis lingkungan, eksternal dan internal, untuk

kemudian memunculkan pilihan-pilihan yang dapat digunakan sebagai cara

mencapai tujuan organisasi. Formulasi strategi merupakan bagian yang sangat

penting karena akan menentukkan langkah dari organisasi tersebut dalam jangka

(15)

Dalam melakukan formulasi strategi, ada beberapa hal yang patut untuk

dipertimbangkan. Crown Dirgantoro (2001:83) kemudian menguraikan hal

tersebut sebagai berikut:

1. Harus dipahami benar visi, misi, dan objective perusahaan sehingga

kita akan mengetahui ke arah mana perusahaan akan dibawa serta

bagaimana caranya untuk menuju ke arah tersebut;

2. Hal kedua yang harus dipahami adalah tentang posisi perusahaan pada

saat ini. Posisi perusahaan itu dapat berupa pangsa pasar yang

dikuasai, posisi laba/rugi perusahaan, kondisi internal seperti

kompetensi orang-orang yang berada dalam perusahaan, dan lain-lain;

3. Kemampuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan

(internal maupun eksternal) yang sedang dihadapi perusahaan saat ini.

Dengan mengidentifikasikan faktor-faktor tersebut akan memudahkan

dalam memahami keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan.

Sedangkan dalam proses penyusunan strategi memerlukan

tahapan-tahapan tertentu untuk dipenuhi. Terdapat sedikitnya enam tahapan-tahapan yang perlu

diperhatikan dalam merumuskan suatu strategi, antara lain:

1. Seleksi yang mendasar dan kritis terhadap permasalahan.

2. Menetapkan tujuan dasar dan sasaran strategi.

3. Menyusun perencanaan tindakan (action plan).

4. Menyusun rencana penyumberdanaan.

5. Mempertimbangkan keunggulan.

6. Mempertimbangkan keberlanjutan.

(16)

Mencari alternatif solusi yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan

organisasi secara lebih efisien dimasa yang akan datang. Semakin banyak solusi

yang relevan yan bisa ditawarkan bisa juga menunjukkan kemampuan yang selalu

berkembang atau selalu diasah dari orang-orang yang berada dalam organisasi

atau perusahaan, atau mungkin juga bisa menunjukkan inovasi dari mereka untuk

selalu mengikuti perubahan yang terjadi dan kemampuan untuk mengantisipasi

perubahan tersebut, meskipun hal tersebut mungkin tidak bisa ditunjukkan secara

langsung sebagai hubungan sebab akibat.

1.5.2.1. Formulasi Strategi Tingkat Perusahaan

Stretegi tingkat perusahaan diformulasikan oleh pimpinan puncak

organisasi. Pimpinan puncak organisasi bertanggung jawab untuk menentukkan

arah kemana organisasi akan bergerak. Seorang top manager akan berusaha

merumuskan formulasi kebijakan yang akan diterapkan dalam mengelola

organisasinya. Dalam menyusun formulasi strategi, manejer puncak akan

menghimpun informasi-informasi penting yang berhubungan dengan

formulasinya. Untuk formulasi strategi tingkat perusahaan, ada empat aktivitas

utama yang harus dilakukan, yaitu:

1. Menetapkan beberapa general strategy yang relevan.

Pada tahap ini pimpinan pucuk akan menunjukkan alternatif-alternatif

strategi yang bisa digunakan/diperlukan oleh perusahaan.

Alternatif-alternatif strategi ini bergantung pada analisis lingkungan dan

(17)

Concentration strategy adalah strategi di mana perusahaan

memfokuskan diri kepada satu lini bisnis saja.

Stability strategy adalah usaha-usaha yang akan dilakukan

perusahaan dalam mempertahankan lini bisnis yang dipilih.

Growth strategy adalah usaha dari perusahaan untuk meningkatkan

pertumbuhan secara terus menerus yang berkelanjutan.

2. Memilih satu strategi untuk dikembangkan.

3. Menentukkan peran dari setiap lini bisnis dalam perusahaan.

4. Melakukan alokasi sumber daya.

(Crown Dirgantoro, 2001:84-85).

1.5.2.2. Formulasi Strategi Tingkat Unit Usaha

Formulasi tingkat unit usaha adalah formulasi yang dibuat oleh unit-unit

usaha yang segaris dengan strategi bisnis secara keseluruhan. Salah satu

pendekatan yang banyak digunakan untuk memformulasikan strategi tingkat unit

usaha adalah The Five Forces Model yang dikemukakan oleh Michael Porter

(dalam Crown Dirgantoro 2001) terdiri atas: ancaman pesaing baru, kekuatan

tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli, ancaman produk

pengganti, persaingan antara perusahaan yang sudah ada dalam industri. Untuk

menyusun formulasi strategi, Porter kemudian membuat suatu model strategik

(18)

Tabel 1.1

KEUNGGULAN BERSAING

Biaya Rendah Diferensiasi

Sasaran Luas

Keunggulan Biaya Diferensiasi

CAKUPAN PERSAINGAN

Fokus Biaya Fokus Diferensiasi

Sasaran Sempit

(Crown Dirgantoro, 2001:105).

1.5.2.3. Formulasi Strategi Tingkat Fungsional

Formulasi strategi fungsional dilakukan untuk tiap-tiap bidang fungsional

dari bisnis. Strategi tersebut akan menghasilkan tugas-tugas khusus yang dibentuk

sebagai realisasi strategi bisnis. Yang diperlukan adalah koordinasi dari seluruh

kegiatan untuk memastikan bahwa seluruh strategi tetap konsisten.

Formulasi strategi tingkat fungsional terdiri atas:

 Marketing strategy, titik berat dari strategi ini adalah pada segmentasi

pasar, target pasar, dan positioning.

 Financial strategy, menitikberatkan kepada peramal dan perencanaan

keuangan, pengendalian sumber dan penggunaan dana, evaluasi

(19)

 Operating strategy, berperan untuk mengambil keputusan

berhubungan dengan kapasitas pabrik, layout pabrik, dan proses. Hal

yang paling penting disini adalah biaya pengendalian dan efisiensi

pabrik.

 Human resource strategy, berhubungan dengan perekrutan,

penyeleksian, penilaian dan motivasi.

 Research and Development strategy, berperan dalam menghasilkan

produk-produk baru untuk bisnis dan perusahaan secara keseluruhan

dengan menemukan ide-ide produk baru dan mengembangkannya

sampai produk tersebut diproduksi dan memasuki pasar.

(Crown Dirgantoro, 2001:115-116).

1.5.3. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah keseluruhan evaluasi atas keadaan kekuataan,

kelemahan, peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh perusahaan. Analisis

SWOT digunakan untuk mengamati lingkungan dalam dan luar perusahaan

sebelum mengeluarkan kebijakan bisnisnya. Dengan bantuan analisis SWOT,

perusahaan dapat memperhitungkan langkah-langkah apa yang harus diambil

untuk bisa mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Bahkan dengan analisis

yang tepat, perusahaan justru dapat menciptakan pasar baru yang bisa dikuasai

sepenuhnya oleh perusahan. Analisis SWOT terdiri atas:

 Strength, yaitu kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan yang

memungkinkan perusahaan tersebut dapat menguasai pasar yang

(20)

 Weakness, yaitu kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam suatu

perusahaan yang bisa menurunkan kinerja perusahaan.

 Opportunity, yaitu peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan oleh

perusahaan dalam menyusun strateginya untuk meningkatkan

kemampuan perusahaan.

 Threats, ancaman-ancaman yang mungkin akan dihadapi oleh

perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.

Tabel 1.2

Matriks SWOT

Strength (S) Weakness (W)

Opportunity (O) SO:

Strategi yang dihasilkan

didasarkan pada kekuatan

dan kesempatan yang

dimiliki perusahaan.

WO:

Strategi dibuat untuk

meminimalisir kelemahan

berdasarkan kesempatan

yang ada.

Threats (T) ST:

Strategi yang dihasilkan

akan menciptakan suatu

kekuatan bagi perusahaan

untuk menekan ancaman

yang dihadapi.

WT:

Strategi yang dihasilkan

bertujuan untuk

mengatasi kelemahan dan

ancaman-ancaman yang

dihadapi perusahaan.

(21)

1. Strategi SO

Strategi ini dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki

untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi

ancaman.

3. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Strategi

ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan

internal serta menghindari ancaman.

4. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman. Strategi WT

bertujuan untuk mengurangi kelemahan internal dengan menghindari

ancaman eksternal.

1.5.3.1. Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi

Analisis SWOT merupakan alat yang digunakan untuk menganalisis

strategi yang telah dibuat. Dalam menganalisis, analisis SWOT digunakan untuk

(22)

Gambar 1.1

Diagram Analisis SWOT

(Fredi Rangkuti, 2004:19)

 Kuadran I

Ini merupakan situasi menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki

peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.

Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif.

 Kuadran II

Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki

kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah

menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang

dengan cara strategi diversifikasi (pasar/produk).

(23)

 Kuadran III

Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain

pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi

ini yaitu meminimalkan masalah internal perusahaan sehingga dapat

merebut pasar yang lebih baik.

 Kuadran IV

Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan

tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Fokus

strategi yaitu melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas dari

kerugian yang lebih besar.

1.5.3.2. Proses Analisis SWOT

Dalam melakukan analisis SWOT sangat penting untuk terlebih dahulu

mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan dari sebuah organisasi atau perusahaan.

Faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan akan memberikan

gambaran bagaimana kondisi internal dari organisasi atau perusahaan untuk

mempersiapkan diri mencapai tujuannya. Faktor eksternal yang terdiri dari

peluang dan ancaman yang senantiasa akan mempengaruhi organisasi atau

perusahaan dalam mencapai tujuannya. Sehingga demikian, apabila identifikasi

terhadap faktor-faktor lingkungan organisasi telah siap maka tahapan selanjutnya

adalah proses analisis.

Proses analisis menjadi sangat penting untuk diperhatikan sebelum

(24)

Rangkuti, 2004:14), proses untuk melakukan analisis kasus dapat dilihat pada

diagram Proses Analisis Kasus sebagai berikut:

Gambar 1.2

Diagram Proses Analisis Kasus

1.5.4. Perusahaan Daerah

Perusahaan daerah secara sederhana dapat dipahami sebagai badan usaha

yang seluruhnya atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh daerah, sehingga

arah kebijakannya mendukung untuk peningkatan keuangan daerah tersebut.

(25)

bahwa salah satu sumber keuangan daerah adalah melalui badan usaha milik

daerah tersebut.

Berdasarkan UU RI Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah,

sektor-sektor yang dikelola daerah antara lain sebagai berikut.

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan.

2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang.

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

4. Penyediaan sarana dan prasarana umum.

5. Penanganan bidang kesehatan.

6. Penyelenggaraan pendidikan.

7. Penanggulangan masalah sosial.

8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan.

9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah.

10.Pengendalian lingkungan hidup.

11.Pelayanan pertahanan.

12.Pelayanan kependudukan dan catatan sipil.

13.Pelayanan administrasi umum pemerintahan.

14.Pelayanan administrasi penanaman modal.

15.Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya.

16.Urusan wajib lain yang diamanatkan peraturan perundang-undangan.

Dalam memenuhi tercapainya sektor-sektor diatas, maka daerah

(26)

keuntungan dari pelaksanaan perusahaan daerah yang mana kewenangannya di

serahkan seutuhnya kepada kepala daerah yang bersangkutan.

1.6. Definisi Konsep

Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga

dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama

(Singarimbun, 1995:45). Dengan adanya konsep akan mempermudah dalam

membatasi pemahaman yang jelas terhadap variabel yang akan diteliti.

Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis menyusun definisi dari

konsep yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Manajemen Strategi adalah kombinasi ilmu dan seni untuk

memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan

yang bersifat cross-fungsional yang memungkinkan organisasi mencapai

tujuannya

2. Formulasi Strategi adalah tahap awal dari manajemen strategis. Formulasi

strategi secara sederhana dapat dipahami sebagai penentuan

aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pencapaian tujuan.

3. Analisis SWOT adalah keseluruhan evaluasi atas keadaan kekuataan,

kelemahan, peluang dan tantangan yang akan dihadapi oleh perusahaan.

Analisis SWOT digunakan untuk mengamati lingkungan dalam dan luar

(27)

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep dan

sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Berisi bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian,

teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisi gambaran umum mengenai karakteristik lokasi penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Berisi hasil penelitian dilapangan dan dokumentasi yang akan

dianalisis.

BAB V : ANALISIS DATA

Berisi analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian dan

memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI : PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran yang akan diperoleh dari hasil

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Gambar 1.1
Gambar 1.2 Diagram Proses Analisis Kasus

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul (Lembaran

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan

[r]

Pada gambar 8 hubungan temperatur dan waktu pada kecepatan 8,0 m/s diatas didapat beberapa data yaitu pada pengujian dengan menggunakan kecepatan tersebut gas yang dapat

h. pencapaian target fisik dicatat setiap hari dan dievaluasi setiap minggu agar dapat diketahui apakah dana yang dikeluarkan sesuai dengan target fisik yang dicapai,

Net energy productivity of total monetary input (o4/i8) 16.8 19.1 Net energy productivity of money spent on input from outside the farm (o4/i6) 27.1 19.5 Net energy productivity

Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah yang telah diubah ketujuh kali dengan Peraturan Presiden nomor 95

Manajemen Perseroan beserta seluruh karyawan Perseroan sangat berduka atas musibah ini, dan menghimbau kepada masyarakat sekitarnya untuk menjaga situasi dengan baik