PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM
PROGRAM KECAPI LALI (Kecap Alami Lamtoro Asli) BERSAMA POLINEMA (Politeknik Negeri Malang) BERAKSI UNTUK GRESIK
BERKREASI
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Diusulkan Oleh :
Fitri Nur Rilah NIM. 1342520011 2013 Alif Nur Laili Rachmah NIM. 1431410133 2014 Era Chalis Kurniangesti NIM. 1441180014 2014 Juwanda Ade Surya Putra NIM. 1431120022 2014 Syarah Fattahul Jannah NIM. 1441160053 2014
POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG
iii
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
DAFTAR ISI ... iii
RINGKASAN ... iv
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. LATAR BELAKANG ... 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ... 1
1.3. TUJUAN ... 1
1.4. LUARAN YANG DIHARAPKAN ... 2
1.5. MANFAAT ... 2
BAB 2 GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN ... 3
2.1. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA JATIREMBE .. 3
BAB 3. METODE PELAKSANAAN ... 5
3.1. METODE PELAKSANAAN PROGRAM “KECAPI LALI” ... 5
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ... 8
4.1. ANGGARAN BIAYA ... 8
4.2. JADWAL KEGIATAN ... 8
DAFTAR PUSTAKA ... 9 LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Kegiatan
iv masyarakat. Di desa Jatirembe ini terdapat banyak pohon lamtoro dengan biji yang melimpah yang kurang dimanfaatkan. Mayoritas mata pencaharian warga setempat adalah buruh pabrik, sehingga mereka kurang peka dengan hal-hal kecil yang tanpa disadari banyak manfaatnya. Dari keadaan tersebut, kami merencanakan sharing ilmu untuk membuat suatu inovasi baru dengan tujuan pemanafaatan biji lamtoro yang melimpah di Desa Jatirembe – Gresik agar menjadi tanaman bernilai tambah dan untuk melaksanakan program “Kecapi Lali (Kecap Alami Lamtoro Asli)” di desa tersebut.
Program ini kami namai dengan Program Kecapi Lali (Kecap Alami Lamtoro Asli). Dengan nama program yang unik, dan bahasa khas sesuai dengan orang Kabupaten Gresik, dengan ekspektasi mudah diterima dan dikenali khalayak umum. Dengan pertimbangan bahwa mayoritas warga yang bermata pencaharian sebagai buruh pabrik, maka program ini relevan diselenggarakan di desa tersebut. Oleh karena itu, perlu pengembangan dan penyuluhan kepada masyarakat setempat.
Metode pelaksanaan dari program ini ada 6 tahap, antara lain yaitu Rancangan Sosialisasi Kepada Masyarakat dengan nama “Program Rembug Deso Ngunduh Kecapi Lali”, Mekanisme Produksi, Penghimbauan Produksi Mandiri, Pembagian Kartu PKM (Produksi Kecapi Lali Mandiri), Monitoring dan Evaluasi dan Apresiasi Produksi Mandiri. Anggota kelompok kami yang terdiri dari 5 orang yang akan dibagi berdasarkan jumlah anggota program. Jika ada 20 anggota program, ini berarti masing-masing tutor membawahi 4 anggota program. Anggota program adalah ketua RT atau perwaki lan tokoh masyarakat.
Dalam sosialisasi akan dibagikan kartu PKM (Produksi Kecapi Lali Mandiri) untuk kegiatan monitoring dan evaluasi. Dalam kegiatan monitoring dan evaluasi, tutor mencatat penilaian untuk masing-masing anggota program dan mengisi kartu PKM. Monitoring dan evaluasi dilakukan tiap 2 minggu sekali. Tutor dibantu oleh pendamping anggota dalam pelaksanan produksi mandiri secara kontinyu. Pendamping anggota tersebut, bisa berasal dari BPD (Badan Pengawas Desa) setempat atau bisa juga “pamong desa”. Tujuan monitoring dan evaluasi memberikan pengetahuan untuk pemasaran produk, konsultasi produk, konsultasi biaya, konsultasi peralatan, dan lain -lain.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Desa Jatirembe adalah desa di kabupaten Gresik yang kurag dikenal oleh masyarakat luas karena tidak adanya daya tarik dari desa tersebut, sehingga sumber penghasilan utama msyarakatnya hanya pada sektor industri atau buruh pabrik. Padahal, jika terdapat suatu daya tarik dari desa tersebut, akan ada wisatawan yang akan mengunjungi desa tersebut yang bisa dijadikan sebagai sumber tambahan penghasilan.
Di desa Jatirembe ini terdapat banyak pohon lamtoro dengan biji yang melimpah. Akan tetapi melimpahnya biji lamtoro tersebut kurang dimanfaatkan oleh penduduk setempat. Sehingga, sebagian besar biji lamtoro tersebut dibiarkan tidak berguna di pohonnya. Padahal, polong-polongan mengandung kadar protein yang cukup tinggi dan mempunyai potensi cukup besar dalam menyumbang zat gizi.
Dari keadaan tersebut, kami merencanakan sharing ilmu untuk membuat suatu inovasi baru yang akan membantu masyarakat desa Jatirembe dengan memanfaatkan potensi yang ada di daerah tersebut. Biji lamtoro ini, akan dijadikan suatu produk baru yang nantinya akan digunakan sebagai daya tarik desa tersebut untuk meningkatkan pendapatan penduduk setempat selain mata pencaharian utama mereka. Selain itu juga sebagai alat promosi untuk desa Jatirembe yang belum dikenal oleh masyarakat luas.
Perlu diketahui bahwa Kurang Kalori-Protein (KKP) merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Masalah ini terutama terjadi di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut, antara lain memanfaatkan sumber daya hayati melalui penganekaragaman menu makanan, seperti yang akan dijalankan dengan program “Kecapi Lali”.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang tersebut muncul beberapa permasalahan antara lain :
1. Bagaimana memanfaatkan biji lamtoro yang melimpah di Desa Jatirembe – Gresik agar menjadi tanaman bernilai tambah?
2. Bagaimana memberdayakan masyarakat untuk memproduksi “Kecapi Lali” di Desa Jatirembe – Gresik?
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari pelaksanaan program ini adalah :
1. Untuk mengetahui pemanafaatan biji lamtoro yang melimpah di Desa Jatirembe – Gresik agar menjadi tanaman bernilai tambah.
1.4. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari program “Kecapi Lali” ini adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan inovasi kecap alami dengan alternatif biji lamtoro sebagai pengganti kedelai.
2. Mencipatakan varian-varian kecap baru yang bermanfaat bagi perekonomian masyarakat.
3. Penulisan artikel sebagai sarana untuk publikasi dari program “Kecapi Lali”.
1.5. MANFAAT
Manfaat yang diperoleh dari program “Kecapi Lali” ini adalah :
1. Dapat mengurangi limbah biji lamtoro dengan memanfaatkannya sebagi kecap yang bernilai tambah.
2. Membantu masyarakat Desa Jatirembe Gresik untuk lebih peka dengan keanekaragaman hayati yang mempunyai banyak manfaat.
3. Dengan dibuatnya produk kecap dari biji lamtoro ini bisa meningkatkan pendapatan penduduk setempat.
4. Mengembangkan potensi mahasiswa dengan terjun langsung ke masyarakat untuk menyalurkan potensi yang dimiliki.
5. Meningkatkan pola pikir kritis dan responsif dengan mengetahui permasalahan di masyarakat sekitar.
6. Dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas warga desa Jatirembe Benjeng Gresik untuk dapat membuat anekaragam kecap dengan pemanfaatan biji lamtoro yang sebelumnya tidak terpakai.
BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN
2.1. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA JATIREMBE
Sejak lama lamtoro telah dimanfaatkan sebagai pohon peneduh, sumber kayu bakar dan bahan pakan ternak. Di daerah pedesaan seperti halnya Desa Jatirebe – Kecamatan Benjeng di wilayah Gersik banyak terdapat pohon lamtoro yang belum banyak dimanfaatkan. Namun banyak hal yang bisa dimanfaatkan dari biji lamtoro ini. Sebagian masyarakat hanya memanfaatkannya sebagai lalapan. Untuk biji yang tua disangrai sebagai pengganti kopi, dengan bau harum yang lebih khas dari biji kopi aslinya.
Program “Kecapi Lali” ini akan dilaksanakan di Desa Jatirembe dengan persetujuan Kepala Desa setempat. Mayoritas warga dengan mata pencaharian sebagai buruh pabrik, karena di Gresik banyak pabrik-barik sehingga di kenal sebagai Gresik kota industri. Tidak hanya laki-laki yang bekerja di pabrik, maka tidak heran banyak perempuan juga yang berkerja sebagai buruh pabrik. Dikarenakan harga makanan ataupun barang di sana relatif mahal, sehingga jarang perempuan yang hanya mengandalkan gaji dari suaminya atau hanya sebagai ibu rumah tangga saja. Di desa jatirembe selain mayoritas masyarakatnya menjadi buruh pabrik, juga sebagai petani pula, dengan bercocok tanam padi ketika sudah musimnya.
Karena kurangnya pengetahuan, warga kurang peka dengan adanya hal-hal kecil yang tanpa disadari dapat menjadi inovasi-inovasi yang khas. Melimpahnya biji lamtoro di desa ini kurang begitu diperhatikan kelebihan manfaatnya. Sebenarnya dengan pengalaman kerja pabrik sehari-hari masyarakat setempat mampu membantu dalam proses-proses pemanfaatan biji lamtoro. Selain disangrai sebagai pengganti kopi, biji lamtoro juga bisa menjadi bahan baku kecap. Sehingga akan dihasilkan kecap alami dengan alternatif biji lamtoro sebagai pengganti kedelai. Berikut gambar pohon lamtoro dengan biji yang melimpah yang telah diambil dari Desa Jatirembe - Gresik, baik biji muda maupun biji yang sudah mulai kecoklatan menua tampak melimpah.
Gambar 1. Lamtoro Masih Muda
Keadaan masyarakat Desa Jatirembe yang hidup dengan penuh kesederhanaan dan keuletan dalam bekerja merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi proses produksi. Karena, biasanya masyarakat yang hidup di pedesaan bisa rajin dan telaten dalam melakukan proses produksi “Kecapi Lali”. Jadi, pohon lamtoro tidak hanya dijadikan sebagai pohon peneduh, kayu bakar, atau pakan ternak, melainkan dengan inovasi “Kecapi Lali” yang mampu meningkatkan nilai tambah biji lamtoro tersebut. Berikut nampak sebagian kecil gambaran desa Jatirembe.
Dengan demikian, program ini relevan diselenggarakan di desa tersebut. Oleh karena itu, perlu pengembangan dan penyuluhan dalam rangka memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan biji lamtoro yang biasanya terbuang percuma, untuk menjadi bahan olahan yang bernilai tambah. Dengan usaha ini, diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas masyarakat dengan inovasi-inovasi baru dari biji lamtoro yang sebelumnya kurang berguna.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1. METODE PELAKSANAAN PROGRAM “KECAPI LALI” Metode pelaksanaan dari program ini antara lain :
1. Rancangan Sosialisasi Kepada Masyarakat
Sosialisasi atau penyuluhan kepada masyarakat desa Jatirembe - Benjeng Gresik mengenai manfaat biji lamtoro yang dapat di gunakan sebagai bahan dasar pembuatan kecap sehingga dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang biji lamtoro dan manfaatnya sekaligus dapat bernilai ekonomis. Disini kami akan mengadakan pertemuan di suatu area terbuka (bisa sewa tempat atau balai desa) untuk memaparkan atau berembug mengenai pemanfaatan lamtoro agar bernilai tambah kepada warga. Program ini akan kami namai dengan Program Rembug Deso
“Ngunduh Kecapi Lali”. Kami memaparkan dengan detail mekanisme produksi “Kecapi Lali”, dan menghimbau agar warga desa melaksanakan produksi di kediaman masing-masing untuk produksi berkelanjutan. Dalam sosialisasi ini, sasaran kami adalah ketua RT atau perwakilan tokoh masyarakat.
2. Mekanisme Produksi
Proses pembutan “Kecapi Lali (Kecap Alami Lamtoro Asli) adalah sebagai berikut :
a. Perendaman dan Pemilihan Biji
Biji lamtoro yang sudah ditimbang sebanyak 300 gram, selanjutnya direndam dengan air selama satu malam supaya lunak. Setelah itu dilakukan pemilihan dengan cara membuang biji lamtoro yang terapung.
b. Perebusan Tahap 1
Biji lamtoro selanjutnya direbus sampai benar-benar lunak. c. Penghancuran dan Penambahan Enzim
Setelah biji lamtoro selesai direbus, lalu didinginkan, kemudian dimasukkan ke dalam blender, lalu ditambah nanas 100 gram dan dihancurkan sampai halus. Perbandingan biji lamtoro dan nanas adalah 3:1. Nanas di sini berfungsi sebagai sumber enzim setelah itu diinkubasikan selama 9 hari dengan suhu 50 0C. e. Perebusan Tahap 2
f. Penyaringan
Setelah perebusan kedua selesai, lalu dilakukan penyaringan. g. Perebusan dengan Penambahan Bumbu dan Gula
Cairan hasil penyaringan kemudian direbus pada suhu 70°C – 80oC selama 15 menit lalu dimasukkan bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan (kecuali daun salam dan sereh), gula merah dimasak selama 1 jam. Jumlah gula merah yang ditambahkan tergantung selera. Apabila kecap yang dikehendaki berasa manis, penambahan gula harus lebih banyak dibandingkan dengan kecap asin.
h. Penyaringan
Setelah dimasak, kecap disaring kembali sehingga diperoleh kecap sebenarnya yang tidak bercampur dengan ampas bumbu-bumbu.
i. Pengemasan Kecap
Sebelum pengemasan, disiapkan dulu botol sirup yang sudah disterilkan dengan cara direbus. Kecap dimasukkan ke dalam botol dalam keadaan panas. Pengisian kecap ke dalam botol sirup dilakukan sampai mendekati penuh. Setelah itu, botol yang diisi kecap direbus dalam keadaan terbuka selama 30 menit. Apabila perebusan telah selesai, botol segera ditutup rapat -rapat. 3. Penghimbauan Produksi Mandiri
Peserta sosialisasi (selanjutnya disebut anggota program) dihimbau agar selanjutnya melakukan produksi mandiri secara kontinyu di kediaman masing-masing. Anggota kelompok kami dibagi seimbang berdasarkan jumlah anggota program yang hadir untuk bertindak sebagai tutor yang akan melakukan pemantauan. Ada 20 anggota program yang hadir, terdapat 5 anggota kelompok (termasuk ketua kelompok), jadi tiap tutor membawahi 4 anggota program. Warga juga dihimbau untuk mampu memasarkan produknya. Dalam proses produksi mandiri, akan ada pengawas dari kantor kelurahan seperti BPD (Badan Pengawas Desa) atau “pamong desa” yang biasanya disebut dengan “perabot”.
4. Pembagian Kartu PKM (Produksi Kecapi Lali Mandiri)
Kartu PKM ini dibuat dan ditandai dengan nomor anggota program (anggota program yang hadir), misalnya ada 20 anggota program maka nomor anggota mulai 001 sampai dengan 020. Kartu ini berisikan : nomor anggota, nama anggota program, alamat, dan tabel monitoring dan evaluasi (terdiri dari : tanggal monev, hari, konsultasi, penilaian, paraf tutor), tanda tangan anggota program dan tanda tangan tutor. Fungsi dari kartu ini adalah sebagai dasar dalam pembuatan catatan oleh tutor untuk memberikan penilaian dalam tujuan apresiasi untuk metode pelaksanaan selanjutnya.
5. Monitoring dan Evaluasi
pemasaran produk, konsultasi produk, konsultasi biaya, konsultasi peralatan, dan lain-lain. Disini kami telah siap dengan anggota kami yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu.
6. Apresiasi Produksi Mandiri
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. ANGGARAN BIAYA
Ringkasan anggran biaya program kami susun sebagai berikut :
Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya PKM-M
No. Jenis Pengeluaran Biaya
1. Peralatan Penunjang Rp 2.500.000
2. Bahan Habis Pakai Rp 4.000.000
3. Perjalanan Rp 2.500.000
4. Lain-lain Rp 1.000.000
Jumlah Rp 10.000.000
4.2. JADWAL KEGIATAN
Jadwal kegiatan program selama 3 bulan, kami susun dalam bar chart
sebagai berikut :
No. Jenis Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Perancangan Ide dan Penyusunan
Proposal
2. Perancangan Metode dan Pengumpulan Data
3. Penyiapan Alat Produksi dan Pengurusan Izin
4. Sosialisasi Program dan Pembagian Kartu PKM (Produksi Kecapi Lali Mandiri)
5. Produksi Awal
6. Produksi Mandiri (Kontinyu) 8. Penelitian Mutu dan Daya Tahan 9. Monitoring dan Evaluasi Mingguan 10. Pengumpulan Catatan dan Rapat
Koordinasi
DAFTAR PUSTAKA
Indrawati, Tanty., d.k.k. 1986. P embua ta n Keca p Keong Sa wa h. Semarang: Balai Pustaka
Prabandari, Ending. 1995. Ca r a Membua t Keca p . Semarang : Balai Pustaka Budjianto, S., Andarwulan, N., Herawati, D. 2001 .Bab Praktikum Kimia dan Teknologi Lipida. Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor
Fardiaz, D., N. Andarwulan C.H. Wijayadan N.L. Puspitasari 1992. Teknik Analisis Sifat Kimia dan Fungsional Komponen Pangan. Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB, Bogor.
Brannen, A.L,. Davidson, P.M., Salminen, S. Dan thorngate III,J.H Food additivies, 2nded, mMarceldeanggota programer,Iinc., New York
BIODATA DOSEN PEMBIMBING A. Identitas Diri Dosen Pembimbing
1. Nama Lengkap Nur Indah Riwajanti, SE,
M.Comm., Ph.D
2. Jenis Kelamin P
3. Program Studi Akuntansi
4. NIDN 0012106902
5. Tempat,Tanggal Lahir Jombang, 12 Oktober 1969
6. E-mail [email protected]
7. Nomor Telepon/HP 081335085777
B. RiwayatPendidikan
S1 S2 S3
Nama Institusi Universitas
Brawijaya,
Jurusan Manajemen Keuangan Keuangan
Syariah
Tahun Masuk-Lulus 1988 – 1995 1998 – 2000 2009 – 2013
C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
No Nama Pertemuan
D. Penghargaan Dalam 10 Tahun Terakhir (Dari Pemerintah, Asosiasi Dan Institusi Lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi
Penghargaan
Tahun
1. Best Presenter Award (Gold), Durham-Kyoto International Workshop on Civil Society Organizations in the Middle East and Asia
ASAFAS, Kyoto University, Jepang
2013
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Peralatan Penunjang
2. Bahan Habis Pakai
No. Material Justifikasi
Pemakaian Kuantitas 1. Peralatan Produksi
a. Panci Buah 5 Rp 35.000 Rp 175.000
SUB TOTAL Rp2.500.000
3. Perjalanan
4. Lain-lain
6. Tinta Printer Warna Pack 1 Rp 30.000 Rp 30.000 7. Konsumsi Peserta Porsi 25 Rp 20.0000 Rp 500.000 8. Konsumsi Anggota Orang 5 Rp 150.000 Rp 750.000
9. Banner 4m x 1m Unit 1 Rp 50.000 Rp 50.000
SUB TOTAL Rp4.000.000
No.
Material Justsifikasi Perjalanan
Kuantitas Harga Satuan
Jumlah
1. Perjalanan ke Desa Jatirembe – Gresik
Orang (5 kali perjalanan)
5 Rp500.000 Rp2.500.000
SUB TOTAL Rp2.500.000
No. Material Justsifikasi
Pemakaian Kuantitas
Harga
Satuan Jumlah 1. Honor Pengawas
Produksi Orang 2 Rp250.000 Rp 500.000
2. Honor Pendamping Orang 2 Rp250.000 Rp 500.000
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
(jam/minggu) Uraian Tugas 1 Fitri Nur Rilah/
20 jam/minggu  Perancangan Ide
 Perancangan
20 jam/minggu  Menyusun struktur
20 jam/minggu  Sosialisasi masyarakat
 Perancangan
20 jam/minggu  Sosialisasi masyarakat
Lampiran 6. Denah Detail Lokasi Mitra Kerja