• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENSTRA KEDEPUTIAN BIDANG DIKLAT APARATUR 2015-2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RENSTRA KEDEPUTIAN BIDANG DIKLAT APARATUR 2015-2019"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

i

KATA PENGANTAR

Tantangan terbesar untuk membangun birokrasi kelas dunia adalah tersedianya sumber daya manusia yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas dalam merancang dan mengendalikan sumber daya yang dimilki dalam rangka pencapaian tujuan negara. Mempersiapkan sumber daya manusia bukanlah pekerjaan yang mudah dan serba instan, melainkan justru sangat membutuhkan komitmen dan kebijakan yang inovatif, kreatif, dan dapat merespons kebutuhan warga negara yang semakin hari memiliki tingkat ekspektasi yang semakin tinggi.

Pengembangan kompetensi sebagai salah satu entry point untuk menciptakan birokrasi kelas dunia haruslah menjadi kebijakan dengan kerangka baku yang memudahkan setiap entitas organisasi pemerintah dapat mengendalikan perencanaan program dan mengukur keberhasilannya. Untuk itulah Kedeputian Bidang Diklat Aparatur (KDA) LAN RI dalam usaha untuk menjalankan mandat peningkatan sumber daya manusia Aparatur Sipil Negara (ASN) perlu merumuskan Rencana Strategis Kedeputian (RENSTRA KDA).

Tujuan RENSTRA KDA ini untuk dijadikan rujukan oleh semua unit dalam lingkup Kedeputian, terutama dalam merancang dan mengendalikan mandat masing-masing sehingga Kedeputian Diklat Aparatur mampu mewujudkan misi utamanya yaitu kemampuan untuk memberikan pembinaan Lembaga Diklat Pemerintah dan meningkatkan kualitas dan akuntabilitas penyelenggaraan Diklat Aparatur.

Seiring dengan perubahan lingkungan strategis dan kebijakan revisi indikator kinerja utama (IKU) yang tercantum dalam Peraturan Kepala LAN Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penetapan IKU LAN Tahun 2018-2019, maka diperlukan review RENSTRA KDA tersebut guna menyelaraskan arah kebijakan dan indikator capaian kinerja tingkat kedeputian dan masing-masing unit kerja untuk tahun 2018 dan 2019.

Semoga hasil review RENSTRA KDA diharapkan akan mendorong terwujudnya Diklat Aparatur yang berkualitas dan mampu membangun kemandirian Lembaga Diklat Kementerian, Lembaga, dan Daerah, serta akan menciptakan akuntabilitas Diklat Aparatur.

Jakarta, Juli 2018

Deputi Bidang Diklat Aparatur

(2)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Kondisi Umum ... 1

B. Potensi dan Permasalahan ... 4

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN KEDEPUTIAN BIDANG DIKLAT APARATUR ... 8

A. Kedeputian Bidang Diklat Aparatur... 8

B. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran ... 8

C. Nilai-nilai Organisasi ... 10

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ... 12

A. Arah Kebijakan dan Strategi Lembaga Administrasi Negara ... 12

B. Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian Bidang Diklat Aparatur ... 12

C. Kerangka Regulasi ... 15

D. Kerangka Kelembagaan ... 16

E. Penyesuaian Kelembagaan KDA ... 17

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ... 18

A. Target Kinerja ... 18

B. Kerangka Pendanaan ... 21

(3)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Training Governance ... 14

Gambar 3.2. Skema Kerangka Regulasi Kedeputian Bidang Diklat Aparatur .. 16

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Jumlah dan Komposisi PNS ... 2

Tabel 1.2. Jumlah Widyaiswara Indonesia berdasarkan jenjang jabatan ... 3

Tabel 4.1. Target Kinerja ... 18

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Kondisi Umum

Salah satu tantangan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah upaya meningkatkan integritas, akuntabilitas, efektifitas, dan efisiensi birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik, sehingga kualitas tata kelola pemerintahan yang baik dapat diwujudkan dan dapat memberikan kontribusi yang optimal untuk mendukung keberhasilan pembangunan dan peningkatan daya saing nasional1. Dalam upaya meningkatkan integritas, akuntabilitas, efektifitas dan efisiensi birokrasi, maka kualitas dan profesionalisme sumber daya aparatur pemerintah, atau saat ini dikenal dengan Aparatur Sipil Negara (ASN), memegang peran yang penting karena ASN menjadi penggerak utama roda pemerintahan, pembangunan dan pelayanan.

Namun demikian, sampai saat ini ASN masih dihadapkan pada sejumlah permasalahan yang kompleks dan saling terkait satu sama lain. Sumber daya manusia Aparatur masih diidentikkan dengan pegawai berkinerja rendah, lambat, tidak profesional, korup dan sejumlah citra negatif lainnya yang melekat pada diri seorang ASN. Hasilnya adalah masih rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah2. Kementerian/Lembaga masih mengalami ketidakefisienan dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik, disamping masalah koordinasi lintas sektoral dan pelemahan nilai tukar rupiah.

Upaya peningkatan kualitas/kompetensi dan profesionalisme ASN menemukan momentum seiring dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN). UU ini menempatkan pembinaan aparatur kedalam sebuah sistem, dimana setiap ASN harus memiliki kompetensi agar ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya, serta semakin baik memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Salah satu peran Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam kebijakan dimaksud adalah melakukan pengkajian dan pendidikan dan pelatihan ASN. Pada Pasal 43 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 ditegaskan, bahwa fungsi LAN yaitu: (a) mengembangkan standar kualitas pendidikan dan pelatihan ASN, (b) pembinaan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial ASN, (c) penyelenggaraan dan pelatihan kompetensi manajerial pegawai ASN baik secara mandiri maupun secara bersama-sama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya, (d) pengkajian terkait dengan kebijakan dan Manajemen ASN, dan (e) melakukan akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan pegawai ASN, baik sendiri maupun bersama lembaga pemerintah lainnya.

Disamping itu, pada Pasal 44 juga ditegaskan bahwa LAN bertugas (a) meneliti, mengkaji, dan melakukan inovasi manajemen ASN sesuai dengan kebutuhan

1Rencana Pembangunan Jangka Menengah Ketiga (RPJM III) Tahun 2015 2019.

2Hasil survei yang dilakukan oleh beberapa media menjelang satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo pada bulan Oktober 2015 menunjukan bahwa sebanyak 47.6% responden menyatakan belum puas dengan kinerja pemerintahan Kabinet Kerja.

Commented [L11]: 1. Belum mencantumkan capaian pada tahun 2015-2017

(6)

2 kebijakan, (b) membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pegawai ASN yang berbasis kompetensi, (c) merencanakan dan mengawasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan pegawai ASN secara nasional, (d) menyusun standar pedoman penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan pelatihan teknis, fungsional dan penjenjangan tertentu, serta memberikan akreditasi dan sertifikasi di bidang dengan melibatkan kementerian dan lembaga terkait, (e) memberikan sertifikasi kelulusan peserta pendidikan dan pelatihan penjenjangan, (f) membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan analis kebijakan publik, dan (g) membina jabatan fungsional di bidang pendidikan dan pelatihan.

Mencermati tugas dan fungsi tersebut, sangat jelas bahwa LAN mempunyai peran yang besar dalam pengembangan kompetensi pegawai ASN baik di bidang pembinaan maupun penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Data Badan Kepegawaian Negara (BKN), sampai dengan Desember 2016, jumlah PNS adalah 4.368.341 orang seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1.1

Jumlah dan Komposisi PNS

JENIS JABATAN

ESE-LON PRIA WANITA JUMLAH

%

Jab. Pimpinan

Tinggi

Madya 1 474 76 550 0,02%

Pratama 2 10.275 2.336 18.611 0,42%

Jab.

Adminis-trasi

Administrator 3 70.885 18.901 89.786 2,1% Pengawas 4 199.437 105.747 305.184 6,9% Pelaksana 5 11.037 5.006 16.403 0,37%

Jab. Fungsional Tertentu 901.285 1.383.578 2.284.863 52,3%

Jab. Fungsional Umum 1.018.093 641.211 1.659.304 37,9%

JUMLAH 2.211.486 2.156.855 4.368.341 100%

Sumber: BKN 2016

Dari jumlah tersebut, ada 305.184 orang yang menjabat pada jabatan struktural yang potensial untuk mengikuti diklat kepemimpinan, dan sisanya adalah jabatan fungsional umum dan fungsional tertentu yang selain potensial mengikuti diklat kepemimpinan, juga mengikuti diklat teknis dan fungsional. Terkait dengan Widyaiswara yang harus dibina oleh LAN, sampai saat ini, berdasar sensus Widyaiswara Nasional sampai dengan Bulan Desember 2017, tercatat sejumlah 4.649 Widyaiswara yang terdiri dari Widyaiswara pada instansi Pusat dan Daerah. Secara lebih rinci informasi terkait jumlah Widyaiswara, per jenjang jabatan disajikan pada tabel berikut:

(7)

3 Tabel 1.2

Jumlah Widyaiswara Indonesia berdasarkan jenjang Jabatan s.d Desember 2017

JENJANG JABATAN JUMLAH

1. Widyaiswara Ahli Utama 317

2. Widyaiswara Ahli Madya 1909

3. Widyaiswara Ahli Muda 1625

4. Widyaiswara Ahli Pertama 798

Jumlah Total 4.649

Sumber : http://siwi.lan.go.id/

Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa total jumlah Widyaiswara yang ada di Indonesia per Desember 2017 adalah 4.649 orang, yang tersebar di 55 lembaga Diklat, baik Pusat dan Daerah. Sebagai instansi pembina jabatan fungsional Widyaiswara, LAN harus mampu membina dan melayani sebagaimana tugas dan fungsi yang diamanatkan.

Selanjutnya UU ASN juga telah mengatur tentang 3 (tiga) jenis kompetensi yang perlu dikuasai oleh ASN agar dapat mendorong proses pembangunan nasional, meliputi:

1. Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis;

2. Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpianan; dan

3. Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya, sehingga memiliki wawasan kebangsaan.

Kondisi saat ini masih memperlihatkan adanya berbagai permasalahan dalam kepemilikan kompetensi sebagaimana diharapkan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Pertama, penyusunan kebijakan pengembangan kepegawaian saat ini belum didasarkan kepada analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan. Kedua, pengembangan kompetensi ASN belum mengacu kepada perencanaan pembangunan, baik tingkat nasional maupun daerah (khusus untuk ASN di daerah). Ketiga, pada tataran organisasional, masih minimnya keterkaitan antara perencanaan pembangunan nasional atau daerah menyebabkan tidak jelasnya program pengembangan kepegawaian dengan rencana strategis yang disusun. Keempat, pengembangan kompetensi diartikan secara sempit sebagai pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara klasikal. Kelima, pengembangan kompetensi dilakukan secara terpisah dengan kebijakan pola karier.

(8)

4 sehingga dapat menjadi rujukan berbagai lembaga pengembangan kompetensi di berbagai instansi Pusat dan Daerah di seluruh Indonesia.

Selain berbagai faktor tersebut di atas, satu hal yang berpengaruh dan menjadi perhatian adalah perkembangan lingkungan strategis nasional, regional dan global. Perkembangan lingkungan strategis yang begitu cepat dan tanpa batas dalam lingkup nasional, regional dan global, sangat berdampak pada kinerja aparatur pemerintah. Di tengah kelesuan ekonomi global dewasa ini dan tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang berkualitas, serta daya saing antar negara yang begitu kompetitif, maka kinerja aparatur pemerintah untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional dan meningkatkan daya saing negara menjadi sebuah pertaruhan besar.

Pada tahun 2016, Bangsa Indonesia bersama-sama sembilan negara anggota ASEAN telah bersepakat untuk melaksanakan ASEAN Community atau Masyarakat ASEAN, di mana salah satu aspeknya adalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pencapaian kepada Masyarakat Ekonomi ASEAN akan menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas diantara Negara ASEAN. Perwujudan MEA akan menempatkan ASEAN sebagai kawasan pasar terbesar ketiga di dunia. Selain itu, gabungan dari seluruh Negara ASEAN akan menempatkan MEA sebagai ekonomi terbesar kesembilan setelah Amerika Serikat, China, Jepang, Jerman, Perancis, Brazil, Inggris, dan Italia. MEA akan menjadi pembuka era globalisasi yang harus dihadapi oleh Bangsa Indonesia.

Dinamika lingkungan regional dan global ini semakin melengkapi tantangan LAN untuk menyusun strategi dan langkah-langkah yang tepat sejalan dengan kebijakan pemerintah, khususnya dalam hal pembangunan tata kelola pemerintahan yang lebih bersifat efektif, demokratis, dan terpercaya.

B.Potensi dan Permasalahan

Dengan melihat kondisi umum di atas, maka LAN, khususnya KDA memiliki potensi atau kekuatan yang merupakan modal dasar peningkatan kinerjanya melalui pembinaan dan penyelenggaraan Diklat ASN. Disamping itu, KDA memiliki sejumlah kendala atau permasalahan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya yang menyebabkan beberapa capaian kinerja unit kerja masih di bawah target yang telah ditetapkan.

Adapun potensi dan permasalahan dimaksud dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Potensi

a. Dukungan Kebijakan

Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara jelas mengamanatkan LAN untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi di bidang pembinaan dan penyelenggaraan Diklat Aparatur Pemerintah, selain dari tugas pokok dan fungsi di bidang lainnya. Peraturan perundang-undangan tersebut merupakan modal utama LAN untuk berkinerja sesuai dengan harapan publik.

Operasionalisasi dari dua peraturan perundang-undangan tersebut telah diatur dalam Peraturan Kepala LAN Nomor 14 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Administrasi Negara yang menugaskan

(9)

5 kepada Kedeputian Bidang Diklat Aparatur untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang Diklat SDA serta pembinaan jabatan fungsional Widyaiswara.

Dalam pembinaan Widyaiswara, peluang yang dapat dikembangkan dalam mendukung pelayanan dan pembinaan Widyaiswara adalah adanya dukungan kebijakan yakni Undang-Undang ASN yang mengamanatkan pentingnya peningkatan kompetensi pegawai ASN, yang dalam pelaksanaanya Widyaiswara menjadi ujung tombak pengembangan kompetensi nasional. Dalam pengembangan kompetensi ASN, Widyaiswara juga mempunyai peran penting sebagai salah satu unsur dalam manajemen kediklatan, yang diharapkan dapat berkontribusi dalam pembentukan profesionalisme ASN.

b. Komitmen Pimpinan Tinggi LAN

Komitmen LAN untuk menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya diwujudkan dalam berbagai aksi perubahan dan perbaikan capaian kinerja yang tidak hanya berhenti sampai pada output kegiatan, akan tetapi berupaya untuk mencapai outcomes, benefits dan impacts. Khusus pada bidang Diklat Aparatur Pemerintah. Bentuk aksi perubahan tersebut antara lain adalah: 1) Peningkatan pelayanan publik melalui penerapan e-governance dalam

pembinaan dan penyelenggaraan Diklat Aparatur Pemerintah (SIDA, SIWI, Sistem Pengamatan Pembelajaran, Sistem Informasi Penugasan Tenaga Pengajar, dll).

2) Mekanisme pembinaan, pengawasan dan pengendalian program dan kegiatan Diklat Aparatur Pemerintah dalam berbagai wadah koordinasi dan konsolidasi dilakukan secara kontinyu, efektif dan efisien (Rakor dan Workshop/Lokakarya) untuk menemukan solusi dari berbagai permasalahan yang dihadapi dan menentukan strategi terbaik dari tantangan Diklat Aparatur Pemerintah; dan

3) Perbaikan sistem dan instrumen Diklat aparatur, khususnya Diklat Kepemimpinan dan Pelatihan Dasar CPNS melalui penerbitan berbagai Peraturan Kepala LAN tentang pedoman penyelenggaraan Diklatpim dan Pelatsar CPNS.

c. Dukungan Sumber Daya Manusia

SDM yang berada di KDA, terdiri dari unsur pimpinan (manajemen), pelaksana (staf), serta unsur jabatan fungsional tertentu, yang secara kualitas cukup memadai. Hal ini merupakan modal besar bagi KDA untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya.

d. Jejaring Kerja Yang Baik

(10)

6 e. Budaya Kerja Yang Positif dan Membangun

Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, KDA telah mempunyai nilai-nilai organisasi yang harus ditaati oleh seluruh pegawainya. Pada tingkatan manajemen, prinsip kolektif kolegial dengan saling menghormati dan menghargai, diterapkan dalam pelaksanaan wewenang dan pengambilan keputusan. Di samping itu, hubungan atasan-bawahan yang lebih banyak bersifat informal membuat lingkungan kerja menjadi lebih flexible. Adapun profesionalisme dalam pekerjaan selalu dijunjung tinggi demi menjaga kualitas pelayanan kepada publik.

Budaya kerja yang positif dan membangun tersebut merupakan hasil dari internalisasi terus-menerus terhadap nilai-nilai organisasi LAN, yakni integritas, profesionalisme, inovatif, dan peduli (IPIP). Hal itu merupakan suatu kekuatan yang dimiliki oleh KDA dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

2. Permasalahan a. Reorientasi Peran

Sebagai jawaban diberlakukannya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, maka saat ini beberapa mandat tidak akan dapat dilaksanakan secara maksimal oleh LAN jika tidak dilakukan penyesuaian/penataan organisasi. Perubahan nomenklatur tersebut setidaknya memperhatikan bahwa di dalam Undang-Undang tentang ASN, peningkatan kapasitas ASN antara lain dilakukan melalui “Pelatihan” tidak lagi digabungkan dengan sebutan “pendidikan”. Dengan demikian maka kegiatan pelatihan dimaksud akan diarahkan kepada penguasaan kompetensi teknis secara lebih luas, termasuk penguatan aspek sosiokultural dalam bidang tugas masing-masing pegawai ASN.

b. Dukungan Sumber Daya Manusia

Secara garis besar, komposisi SDM dilihat dari aspek pendidikan telah berada dalam kondisi memadai dan telah memenuhi kualifikasi yang dikehendaki. Namun demikian masih terdapat beberapa permasalahan terkait manejemen sumber daya manusia yang masih perlu terus menerus dilakukan penyempurnaan, diantaranya adalah distribusi pekerjaan yang masih mengedepankan aspek “kebisaan dan kemauan”. Hal ini membuat pekerjaan terkonsentrasi pada individu atau pegawai tertentu saja, sehingga ada pekerjaan-pekerjaan yang tergantung pada orang-orang tertentu.

c. Kualitas Widyaiswara

Peran Widyaiswara saat ini belum optimal, dimana masih banyak potensi-potensi yang belum dikembangkan sehingga kegiatan pembinaan kepada Widyaiswara tidak maksimal. Peningkatan pembinaan Widyaiswara semakin relevan seiring dengan terbitnya Peraturan MENPANRB Nomor 22 Tahun 2014 yang membawa beberapa perubahan signifikan dalam arah pembinaan Widyaiswara.

d. Sarana dan Prasarana Kediklatan

(11)

7 menjadi satu urusan di bawah pengelolaan oleh Sekretariat Utama LAN. Hal ini menjadi kendala ketika ada kebutuhan mendesak akan perbaikan sarana dan prasarana yang mendesak, seperti pemeliharaan fasilitas asrama, pengadaan ruang kelas bagi diklat-diklat teknis, jaringan IT dan WIFI, serta lainnya, yang harus ketergantungan dengan unit kerja lain.

Selanjutnya, dukungan sarana diklat yang terbatas tidak menyurutkan niat dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Namun demikian, keterbatasan sarana/prasana tersebut harus dapat segera disesuaikan dengan kebutuhan percepatan pelayanan diklat, sehingga LAN sebagai rujukan diklat secara nasional dapat dijadikan contoh bagi pengembangan diklat pegawai.

e. Kebijakan Anggaran Penyelenggaraan Diklat

Kebijakan penganggaran yang berlaku pada saat ini belum dapat dikatakan ideal bagi penyelenggaraan Diklat yang berkualitas. Salah satu indikatornya adalah komponen tenaga akademis seperti honorarium penceramah ditetapkan jauh di bawah nilai kepakaran penceramah tersebut. Hal ini menyulitkan penyelenggara untuk dapat menghadirkan para pakar utama di bidangnya dalam pembelajaran khususnya pada Diklatpim dan RLA.

f. Rendahnya Daya Tampung Peserta Diklatpim

Sejalan dengan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN yang mengamanatkan pemerintah untuk memenuhi hak aparatur sipil negara akan pengembangan kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan minimal 80 jam pembelajaran per tahun, kini instansi pemerintah mulai memberikan perhatian lebih kepada kegiatan pengembangan kompetensi pegawainya, khusus kepada para pejabat birokrasi yang belum mengikuti Diklat Kepemimpinan. Akibat dari rendahnya daya tampung peserta Diklatpim, maka banyak K/L/D merevisi anggaran pengiriman pesertanya atau bahkan mengembalikannya ke Kas Negara/Daerah.

g. Penggunaan Teknologi Informasi Belum Optimal

Perluasan akses pemberian informasi kediklatan kepada masyarakat mensyaratkan penggunaan teknologi informasi berbasis internet/website, namun pada saat ini tingkat penggunaan teknologi masih terbatas karena berbagai keterbatasan baik dari sisi sistem, aksesabilitas dan keamanan portal.

h. Belum Optimalnya Fungsi Pembinaan

(12)

8

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN KEDEPUTIAN

BIDANG DIKLAT APARATUR

A. Kedeputian Bidang Diklat Aparatur

Kedeputian Bidang Pendidikan dan Pelatihan Aparatur yang selanjutnya dalam dokumen ini disebut KDA adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi LAN di bidang pendidikan dan pelatihan aparatur yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala LAN. KDA mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang pendidikan dan pelatihan sumber daya aparatur, serta pembinaan jabatan fungsional Widyaiswara.

Dalam melaksanakan tugas, KDA menyelenggarakan fungsi :

1. Merumuskan, melaksanakan, serta melakukan pemantauan dan evaluasi kebijakan teknis di bidang pendidikan dan pelatihan sumber daya aparatur serta pembinaan jabatan fungsional widyaiswara;

2. Memberikan bimbingan teknis dan fasilitasi di bidang pendidikan dan pelatihan aparatur serta pembinaan jabatan fungsional widyaiswara; dan

3. Melaksanakan tugas lain terkait yang diberikan oleh Kepala LAN.

B. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran

Rencana Strategis (Renstra) Lembaga Administrasi Negara disusun sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasonal, yang mengamanatkan bahwa setiap Kementerian/Lembaga diwajibkan menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang selanjutnya disebut Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga (Renstra K/L), yang merupakan dokumen perencanaan kementerian/lembaga untuk periode 5 (lima) tahun. Renstra Lembaga Administrasi Negara 2015-2019 mencakup berbagai upaya Lembaga Administrasi Negara dalam melaksanakan amanat pembentukan organisasi Lembaga Administrasi Negara yang dilaksanakan untuk mendukung tercapainya visi dan misi nasional pada pemerintahan hasil pemilihan Presiden Tahun 2014.

Adapun Visi dan Misi LAN adalah sebagai berikut:

Visi LAN

”Menjadi rujukan bangsa dalam pembaharuan Administrasi Negara”

Misi LAN

Memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan kapasitas aparatur negara dan sistem administrasi negara guna mewujudkan tata pemerintahan yang baik, melalui:

1. Pengembangan Inovasi Administrasi Negara;

(13)

9 3. Pembinaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Negara;

4. Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Administrasi.

Merujuk pada Visi dan Misi LAN, selanjutnya KDA merumuskan visinya sebagai berikut:

Visi KDA

”Menjadi Rujukan Kualitas dalam Pengembangan Kompetensi ASN”

Rumusan visi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Rujukan kualitas bermakna bahwa KDA harus dapat dapat mendorong kepatuhan terhadap standar kualitas, jaminan kualitas, dan pengawasan kualitas.

 Rujukan kualitas juga bermakna bahwa KDA harus menjadi teladan (role model) kepatuhan terhadap penerapan standar kualitas.

 Pengembangan kompetensi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, manajerial, dan sosio-kultural sesuai dengan kebutuhan jabatan.

Visi tersebut akan dicapai melalui misi sebagai berikut:

Misi KDA, adalah :

1. Mewujudkan kualitas pembinaan dalam pengembangan kompetensi 2. Menyelenggarakan pengembangan kompetensi ASN yang berkualitas

Misi pertama adalah upaya KDA mewujudkan Visinya melalui penyusunan kebijakan tentang standar kualitas, jaminan kualitas, serta pengawasan kualitas pengembangan kompetensi ASN. Adapun misi kedua adalah upaya mewujudkan penyelenggaraan pengembangan kompetensi ASN yang berkualitas yang dapat dijadikan rujukan penyelenggaraan pengembangan kompetensi ASN untuk Lembaga Diklat lainnya.

Dalam melaksanakan misi-misi tersebut, KDA menetapkan dua Tujuan dengan dua Sasaran. Adapun tujuan yang dimaksud adalah:

A. Meningkatnya pembinaan kualitas pengembangan kompetensi ASN

B. Meningkatnya kualitas penyelenggaraan pengembangan kompetensi ASN.

Sedangkan sasarannya adalah sebagai berikut:

a. Terwujudnya standar, jaminan, dan kontrol kualitas pengembangan kompetensi ASN.

(14)

10 c. Terwujudnya penyelenggaraan pengembangan kompetensi manajerial ASN yang

berkualitas.

d. Terwujudnya penyelenggaraan pengembangan kompetensi teknis, fungsional, dan sosiokultural ASN yang berkualitas.

Tujuan tersebut di atas menunjukkan perhatian utama KDA, yaitu senantiasa berupaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan kompetensi ASN melalui pengembangan sistem dan standar kualitas pembinaan Diklat. Tujuan tersebut akan dicapai melalui keempat sasaran diatas dengan indikator sebagai berikut:

Sasaran Indikator Keberhasilan Sasaran

Sasaran 1 Persentase peningkatan standar, jaminan, dan kontrol kualitas pengembangan kompetensi ASN

Sasaran 2 Persentase peningkatan standar, jaminan, dan kontrol kualitas jabatan fungsional Widyaiswara

Sasaran 3 Persentase peningkatan penyelenggaraan pengembangan kompetensi manajerial ASN yang berkualitas

Sasaran 4 Persentase peningkatan penyelenggaraan pengembangan kompetensi teknis dan sosiokultural ASN yang berkualitas

C.Nilai-nilai Organisasi

Dalam mencapai visi dan melaksanakan misi diatas, KDA menetapkan nilai-nilai organisasi yang menjadi acuan serta menjiwai setiap sikap dan perilaku pegawai KDA dalam menjalankan tugas yaitu REsponsif, Sinergis, PEmberdayaan, Keterbukaan (disingkat RESPEK).

Responsif

 Tanggap terhadap tuntutan dan kebutuhan stakeholders  Adaptif terhadap perubahan

Sinergis

 Mengedepankan kerjasama dalam mencapai tujuan bersama  Mengembangkan kolaborasi dengan stakeholders

Pemberdayaan

 Mengembangkan kemandirian stakeholders  Mengembangkan kolaborasi dengan stakeholders

Keterbukaan

 Membuka diri terhadap ide dan kontribusi dari siapapun  Mengedepankan transparansi informasi

 Menerima kritik sebagai bagian dari upaya perbaikan berkelanjutan.

Commented [L14]: Sasarannya mohon disesuaikan dengan sasaran program/kegiatan pada perkalan No. 4 tahun 2018

(15)

11 Dengan terbitnya Peraturan Kepala LAN Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama LAN 2018-2019, telah dilakukan penyesuaian terhadap sasaran strategis KDA yaitu terwujudnya pembinaan dan penyelenggaraan kompetensi ASN yang berkualitas. Sasaran strategis tersebut diukur melalui 3 indikator kinerja utama sebagai berikut :

1. Persentase peserta pelatihan yang mengalami peningkatan pengetahuan 2. Persentase lembaga pelatihan pemerintah yang memiliki akreditasi untuk:

a. Pelatihan Dasar CPNS Golongan I dan II

b. Pelatihan Dasar CPNS Golongan III

c. Pelatihan Struktural Kepemimpinan Pengawas

3. Persentase Widyaiswara dan instansi pengguna yang mengalami peningkatan pengetahuan/pemahaman dalam pembinaan Widyaiswara

4. Jumlah PNS yang dipetakan kapasitas atau kompetensinya.

Selain indikator kinerja utama di atas, KDA juga berkontribusi terhadap capaian IKU LAN, yakni: Indeks Kapasitas lembaga penyelenggara pengembangan kompetensi Pegawai ASN. IKU tersebut diukur melalui rumusan sebagai berikut:

(AKR + PPK + PWI) x 7,693.

Adapun uraian rumusan tersebut adalah sebagai berikut =

1. AKR = Persentase lembaga pelatihan pemerintah yang telah terakreditasi untuk menyelenggarakan pelatihan struktural kepemimpinan administrator, pelatihan struktural kepemimpinan pengawas, dan pelatihan dasar CPNS. Komponen ini di konversi sebagai berikut:

85% - 100% = 4

70% - 84% = 3

55% - 69% = 2

<55% = 1

2. PPK = Persentase instansi pemerintah yang telah memiliki perencanaan pengembangan kompetensi PNS. Komponen ini di konversi sebagai berikut:

75% - 100% = 4

50% - 75% = 3

25% - 50% = 2

<25% = 1

3. PWI = Rata-rata hasil evaluasi Widyaiswara oleh peserta pelatihan. Komponen ini di konversi sebagai berikut:

91 – 100 = 5

81 – 90 = 4

71 – 80 = 3

61 – 70 = 2

< 61 = 1

Commented [L16]: Deputi Bidang Diklat memiliki 4 indikator kinerja utama

(16)

12

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI,

DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

A. Arah Kebijakan dan Strategi Lembaga Administrasi Negara

Arah kebijakan dan strategi nasional bidang pembangunan aparatur sebagaimana digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, yakni bidang pembangunan aparatur negara, yang lebih menekankan dilakukannya reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, di pusat maupun di daerah agar mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang-bidang lainnya. Untuk maksud tersebut, Lembaga Administrasi Negara telah menyusun Rencana Strategis Tahun 2015-2019 dengan mengacu pada RPJPN 2005-2025, dan merupakan tahapan jangka lima tahunan ketiga dari empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025. Tahapan ini merupakan tahapan yang penting untuk mewujudkan visi Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, untuk mencapai Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur.

Arah kebijakan Lembaga Administrasi Negara didasarkan pada Visi Nasional untuk membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya. Sesuai dengan prioritas nasional, Visi tersebut diimplementasikan salah satunya dengan menjalankan agenda reformasi birokrasi secara konsisten. Oleh karena itu, sejalan dengan tugas dan fungsi yang diemban Lembaga Administrasi Negara, Kebijakan dalam Renstra 2015-2019 Lembaga Administrasi Negara ini diarahkan pada:

1. Meningkatnya kualitas hasil kebijakan

2. Meningkatnya kompetensi dan profesionalisme ASN

3. Meningkatnya pengembangan dan praktik inovasi di bidang administrasi negara

4. Terwujudnya pengembangan dan penerapan ilmu administrasi negara 5. Terwujudnya peningkatan kapasitas kelembagaan, tata laksana, dan SDM

aparatur LAN yang profesional, serta akuntabilitas lembaga.

Adapun Strategi yang akan dilaksanakan oleh Lembaga Administrasi Negara untuk memujudkan agenda tersebut adalah melalui:

1. Peningkatan kualitas kebijakan dan pembinaan JFAK 2. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme ASN

3. Pengembangan dan praktik inovasi di bidang administrasi negara

4. Pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi administrasi 5. Peningkatan Kapasitas kelembagaan dan tata laksana.

B.Arah Kebijakan dan Strategi Kedeputian Bidang Diklat Aparatur

(17)

13 kualitas pendidikan dan pelatihan ASN, (b) pembinaan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial ASN, (c) penyelenggaraan dan pelatihan kompetensi manajerial pegawai ASN baik secara mandiri maupun secara bersama-sama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya, (d) pengkajian terkait dengan kebijakan dan Manajemen ASN, dan (e) melakukan akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan pegawai ASN, baik sendiri maupun bersama lembaga pemerintah lainnya.

Mencermati tugas dan fungsi tersebut, sangat jelas bahwa Lembaga Administrasi Negara mempunyai peran yang besar dalam pengembangan kompetensi pegawai ASN baik di bidang pembinaan maupun penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Demikian halnya dengan KDA yang akan berupaya seoptimal mungkin agar amanat UU ASN yang telah mengatur 3 (tiga) jenis kompetensi yang harus dikuasai oleh ASN, harus terwujud hasilnya dalam jangka waktu yang ditentukan. Kompetensi yang dimaksud adalah sebagai berikut;

1. Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis;

2. Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpianan; dan

3. Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.

Pengelolaan Aparatur Sipil Negara yang memiliki tiga kompetensi di atas di era masyarakat yang berpengetahuan menghadapi tantangan sekaligus peluang yang tinggi. Ekspektasi terhadap kualitas birokrasi harus dijawab dengan kualitas dan kinerja yang juga tinggi. Untuk mencapai itu, maka dibutuhkan frame yang memberi fokus dan batasan sehingga pencapaiannya lebih balk.

Dinamika lingkungan yang paling penting disikapi adalah bagaimana mewujudkan

“training governance” sebagai salah satu syarat pengnatan lembaga lembaga

pelatihan di Indonesia. Training governance paling tidak didorong oleh tiga pilar pencapaiannya, yaitu: (1) mempercepat konsep empowering kepada lembaga diklat; (2) melipat-gandakan kualitas diklat; (3) membangun akuntabilitas diklat aparatur.

Dengan demikian training governance dapat dirumuskan sebagai berikut:

TG = f (E+O+Al)

(18)

14 Budaya kualitas adalah mutlak bagi siapapun yang menjalankan training ASN guna mendorong terwujudnya training governance yang baik, maka sangat dibutuhkan akuntabilitas training Aparatur Sipil Negara. Training yang menghabiskan dan mengelola sumber daya selalu harus dapat memberi hasil dan manfaat yang semakin tinggi dan juga dapat dipertanggungjawabkan. Interaksi 3 fungsi training governance di ilustrasikan pada Gambar 3.1.

Dengan demikian maka arah kebijakan Kedeputian Bidang Diklat Aparatur dalam 5 (lima) tahun ke depan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah kebijakan diklat yang sesuai dengan kebutuhan tuntutan UU ASN, dan semakin meningkatnya pemahaman stakeholders terhadap kebijakan diklat. Dalam hubungan itu, jumlah Lembaga Diklat yang memenuhi standar penyelenggaraan diklat, sehingga secara siginifikan kualifikasi akreditasi lembaga diklat meningkat dari tahun ketahun;

2. Mewujudkan penyelenggaraan diklatpim yang semakin berkualitas dan berstandar internasional. Semakin mendorong perwujudan penerapan inovasi administrasi negara melalui Alumni Diklatpim yang telah menyusun dan menetapkan proyek perubahan baik dalam skala instansional maupun untuk kepentingan strategis nasional.

3. Meningkatkan kualitas kebijakan/pedoman kewidyaiswaraan sehingga dapat menjadi bagian dari upaya peningkatan kualitas dan kompetensi widyaiswara secara nasional untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan profesionalitas ASN.

4. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan diklat dalam pengembangan kompetensi strategis nasional, pengembangan kompetensi teknis dengan tema khusus, pengembangan kompetensi sosial-kultural, penyelenggaraan diklat fungsional tertentu dalam pembinaan LAN;

5. Meningkatkan kualitas monitoring dan evaluasi penyelenggaraan diklat dan pasca diklat untuk mengetahui kemanfaatan yang optimal dalam implementasi capaian kinerja organisasi.

(19)

15 Arah kebijakan KDA tersebut akan dicapai melalui strategi sebagai berikut: 1. Peningkatan jumlah dan kualitas kebijakan diklat yang sesuai dengan

kebutuhan pembangunan kompetensi dan kualitas ASN;

2. Peningkatan jumlah lembaga Diklat yang memenuhi standar penyelenggaraan Diklat (akreditasi lembaga diklat);

3. Peningkatan pemanfaatan tekonologi informasi untuk peningkatan kualitas penyelenggaraan diklat;

4. Peningkatan jumlah kualitas alumni diklatpim yang mengimplementasikan inovasi hasil proyek perubahan baik dalam skala instansional maupun strategis nasional;

5. Peningkatan kualitas dan pengembangan kebijakan kewidyaiswaraan;

6. Peningkatan kualitas penyelenggaraan diklat dalam pengembangan kompetensi tema khusus, pengembangan kompetensi strategis nasional, pengembangan kompetensi sosio kultural, diklat teknis, dan fungsional tertentu;

7. Peningkatan kualitas evaluasi dan monitoring kediklatan dan evaluasi alumni pascadiklat;

8. Peningkatan sinergitas antar lembaga dalam penjaminan kualitas diklat dan peningkatan mutu Widyaiswara.

C.Kerangka Regulasi

Regulasi hadir sebagai instrumen pengaturan kediklatan melalui serangkaian ketentuan yang bermuatan kebijakan diklat harus didasarkan pada prinsip manfaat, sederhana dan pelaksanaannya tegas, ditegakkan secara tegas, melibatkan unit lain dalam pembentukannya, konsisten serta proporsionalitas.

Diberlakukannya Undang-Undang ASN diperlukan tindak lanjut kebijakan yang mengatur tentang kediklatan bagi ASN, sekaligus untuk mengantisipasi pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Beberapa kerangka regulasi yang akan dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang, adalah sebagai berikut:

1. Rancangan Peraturan Kepala LAN tentang Standar Biaya Diklat; 2. Peraturan Kepala LAN tentang Diklat CPNS Prajabatan;

3. Peraturan Kepala LAN tentang Standar Umum Biaya Diklat; 4. Peraturan Kepala LAN tentang Diklat TOT Substansi; 5. Peraturan Kepala LAN tentang Diklat TOF;

6. Peraturan Kepala LAN tentang Diklat Kepemimpinan;

7. Peraturan Kepala LAN tentang Diklat Teknis dengan Tema Khusus, Diklat strategis nasional, dan Diklat Teknis Sosio Kultural;

8. Rancangan Peraturan Kepala LAN tentang penyesuaian kebutuhan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN.

(20)

16 D. Kerangka Kelembagaan

Salah satu bagian dari program reformasi birokrasi LAN adalah transformasi organisasi sebagai upaya penguatan organisasi LAN dalam segala dimensinya. Penguatan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menafsirkan dan mendefinisikan kembali peran-peran strategis yang akan dilakukan oleh LAN pada masa mendatang. Upaya pendefinisikan kembali fungsi utama LAN yang relevan bagi kemajuan bangsa, menyepakati tiga fungsi utama yang akan menjadi fokus LAN, yaitu: Kajian Kebijakan, Pendidikan dan Pelatihan Aparatur, serta Inovasi Administrasi Negara. Ketiga fungsi ini didasarkan pada Visi dan Misi LAN yang juga telah dipertajam sehingga dapat menjadi panduan bagi seluruh komponen di LAN.

Adapun struktur organisasi KDA adalah sebagaimana Gambar 3.3. RPP ttg P3K

RPP ttg JPT

RPP ttg JA

UU No. 5/2014 ttg ASN

RPP ttg JAFUNG

RPP ttg Pengembangan

Kompetensi

ASN

R Perpres Sekolah Kader

R-Perka Diklat JPT R-Perka Diklat JA R-Perka Diklat P3K

R-Perka Diklat JAFUNG

R-Perka terkait JAFUNG WI dan AK

R-Perka Sekolah Kader

R-Perka Pengaturan Penyesuaian JPT, JA dan P3K

sesuai UU 5/2014 ttg ASN Gambar 3.2

(21)

17 E.Penyesuaian Kelembagaan KDA

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan pengembangan kompetensi dan kualitas aparatur melalui pendidikan dan pelatihan, KDA dituntut untuk makin meningkatkan kualitas pelayanan kediklatan, antara lain dalam hal kebijakan yang memberikan ruang bagi lembaga yang bertanggung jawab dalam pembinaan tenaga kediklatan, yakni fungsi organisasi yang menyiapkan rancangan kurikulum kediklatan; fungsi organisasi yang menempatkan pengelolaan sistem informasi kediklatan, dan fungsi organisasi yang mengelola standarisasi sarana dan prasarana kediklatan. Dari ketiga fungsi organisasi tersebut diharapkan lembaga diklat memiliki sumber daya yang mampu mengelola diklat secara efektif, efisien dan profesional, dengan mengedepankan aspek kualitas baik dari penyelenggaraannya maupun dari sisi keluaran diklat itu sendiri.

Mengantisipasi pemberlakuan UU ASN yang memberikan mandat kepada LAN yang terkait dengan fungsi pengembangan kompetensi dan akreditasi lembaga Diklat pemerintah di Indonesia, maka diperlukan upaya perubahan kelembagaan. Tugas dan fungsi serta nomenklatur kelembagaan diharapkan dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut, misalnya perubahan nomenklatur dari sebutan Pusat Diklat menjadi Pusat Pengembangan Kompetensi ASN dan Akreditasi Lembaga Pelatihan Nasional; atau Pusat Pengembangan Kompetensi Manajerial Nasional; Pusat Pengembangan Kompetensi Teknis, Fungsional dan Sosio Kultural; dan Pusat Pelatihan dan Pengembangan Kompetensi Tenaga Kepelatihan.

Kepala LAN RI

Deputi Bidang Diklat Aparatur

Pusat Pengembangan

Program & Pembinaan &

Diklat

Pusat Diklat Kepemimpinan

Aparatur Nasional

Pusat Diklat Teknis dan Fungsional

Pusat Pembinaan Widyaiswara Gambar 3.3

(22)

18

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

Program di Kedeputian Bidang Diklat Aparatur disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Kedeputian. Dalam Renstra ini ditetapkan sejumlah target kinerja dan kerangka pendanaan yang diperlukan untuk mencapai target kinerja tersebut.

Untuk mendukung tugas dan fungsi Lembaga Administrasi Negara dan sesuai dengan visi yang ditetapkan, maka KDA memainkan peranan yang sangat penting, yaitu sebagai unit organisasi yang yang memiliki tugas melakukan pengkajian Admisnistrasi Negara dan Diklat Aparatur Negara.

Selanjutnya program pengkajian Admisnistrasi Negara dan Diklat Aparatur Negara dijabarkan dalam dua misi yaitu mewujudkan pembinaan kualitas dalam pengembangan kompetensi ASN dan menyelenggarakan pengembangan kompetensi ASN yang berkualitas sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang.

A.Target Kinerja

Berdasarkan Renstra 2015-2019 LAN, maka ditetapkan target kinerja KDA adalah sebagaimana termuat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Target Kinerja

Program Indikator Program Target

2015 2016 2017 2018 2019

100 100 100 100 100

4. Persentase Lembaga Diklat yang patuh terhadap kualitas kebijakan Diklat

100 100 100 100 100

5. Jumlah kebijakan

(23)

19

100 100 100 100 100

8. Presentase hasil evaluasi kinerja Widyaiswara

100 100 100 100 100

9. Presentase complain stakeholder yang diselesaikan

100 100 100 100 100

10. Jumlah

Widyaiswara yang memiliki NIWN

3049 500 500 500 500

(24)

20 Sesuai dengan Peraturan Kepala LAN Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama LAN 2018-2019, maka target kinerja KDA mengalami penyesuaian di tahun 2018-2019 sebagai berikut :

Sub Program Indikator Program Target

2018 2019

1. Presentase peserta pelatihan yang mengalami peningkatan pengetahuan.

90% 90%

2. Presentase lembaga pelatihan pemerintah yang memiliki akreditasi untuk:

a. Pelatihan Dasar CPNS Golongan I dan II b. Pelatihan Dasar CPNS

Golongan III

c. Pelatihan Struktural Kepemimpinan Pengawas

90% 90%

3. Persentase Widyaiswara dan instansi pengguna yang mengalami peningkatan pengetahuan/pemahaman dalam pembinaan Widyaiswara

90% 90%

4. Jumlah PNS yang dipetakan kapasitas atau kompetensinya

513 Orang 513 Orang

Berdasarkan target kinerja yang telah ditetapkan maka dalam rangka mengoperasionalkan kegiatan di KDA dijabarkan sebagai berikut :

No Indikator Kinerja Utama Kegiatan 2018 2019

1

Commented [L19]: Indikator Kinerja

(25)

21

a.Pelatihan Dasar CPNS Golongan I dan II b.Pelatihan Dasar CPNS

Golongan III

4 Jumlah PNS yang dipetakan kapasitas atau kompetensinya

Penyelenggaraan

Assesment Center 513 513

B.Kerangka Pendanaan

Kebutuhan pendanaan secara keseluruhan untuk mencapai sasaran strategis dalam kurun 2015-2019 tertuang Tabel 4.2.

(26)

22 Tabel 4.2

Kerangka Pendanaan

Program

Alokasi Anggaran (dalam juta rupiah)

Unit Pelaksana

K/ L- N-B HS -BS

2015 2016 2017 2018 2019

Pengkajian Administrasi Negara dan Diklat Aparatur Negara

1. Pembinaan Kualitas Pengembangan Kompetensi ASN

3,365 4,400 5,000 8,462,2 7,693 Pusat P3D

dan Pusbin WI 2. Penyelenggaraan

pengembangan kompetensi ASN yang berkualitas

20,052.46 22,782.19 23,446.39 33,567.745 31,455.14 Pusdiklat KAN dan Pusdiklat T

dan F Commented [L112]: Kerangka Pendaan untuk Deputi

Bidang Diklat termasuk PKP2A I, PKP2A II, PKP2A III, PKP2A IV (program 03) dan untuk PKP2A I termasuk program (Terpetakannya potensi dan kompetensi pegawai ASN secara efektif)

(27)

23

BAB V

PENUTUP

Rencana Strategis (Renstra) bagi instansi pemerintah menjadi pedoman dan arah perjalanan sebuah instansi dalam rangka memenuhi mandatnya. Renstra KDA merupakan panduan arah dan cara bagi Kedeputian dalam melaksanakan program dan kegiatan kediklatan selama lima tahun ke depan dengan berpedoman pada Renstra Lembaga Administrasi Negara. Renstra KDA juga menjadi acuan bagi kedeputian dalam memberikan pembinaan terhadap lembaga diklat pemerintah berupa fasilitasi, pendampingan, dan pengembangan kerjasama serta jejaring kerja. Disamping itu, dan yang tidak kalah penting, Renstra KDA juga menjadi acuan dalam mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak : pemerintah, swasta dan masayarakat (dalam negeri maupun luar negeri) yang memiliki perhatian besar terhadap Pengembangan kompetensi ASN.

Renstra Kedeputian Diklat Aparatur memuat empat sasaran strategis kedeputian yaitu (1) Terwujudnya standar, jaminan, dan kontrol kualitas pengembangan kompetensi ASN, (2) Terwujudnya standar, jaminan, dan kontrol kualitas Jabatan Fungsional Widyaiswara, (3) Terwujudnya penyelenggaraan pengembangan kompetensi manajerial ASN yang berkualitas; (4) Terwujudnya penyelenggaraan pengembangan kompetensi teknis, dan sosiokultural ASN yang berkualitas.

Adapun strategi yang akan di tempuh untuk mencapai sasaran tersebut adalah: (1) Peningkatan jumlah kebijakan diklat yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan kompetensi dan kualitas ASN, (2) Peningkatan jumlah lembaga diklat yang memenuhi standar penyelenggaraan diklat, (3) Peningkatan kualitas penyelenggaraan diklat dengan pemanfaatan teknologi informasi kediklatan, (4) Peningkatan kualitas alumni diklatpim yang mengimplementasikan inovasi dalam skala instansional maupun strategis nasional, (5) Peningkatan kualitas dan pengembangan kebijakan kewidyaiswaraan, (6) Peningkatan kualitas penyelenggaran diklat dalam pengembangan kompetensi tema khusus, pengembangan kompetensi strategis nasional, pengembangan kompetensi sosiokultural, diklat teknis, dan fungsional tertentu, (7) Peningkatan kualitas evaluasi dan monitoring kediklatan dan evaluasi alumni pasca diklat.

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah dan Komposisi PNS
  Gambar 3.1 Training Governance
Gambar 3.2
Gambar 3.3  Struktur Organisasi Kedeputian Bidang Diklat Aparatur
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tupoksi tersebut, maka Taman Budaya Jawa Tengah memiliki peran fungsional di dalam fasilitasi, stimulasi, dan mendinamisasi kehidupan seni dan budaya kreatif melalui

 Perempuan kurang mendapatkan akses dan pelayanan prasarana dan sarana produksi, teknologi dan penyuluhan, pelatihan, serta berbagai peningkatan diri “Perempuan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh biaya pemeliharaan instalasi air terhadap tingkat laba operasi dengan volume kebocoran/kehilangan air

Simatupang dengan judul Analisa Yuridis Peralihan Tempat Pemeriksaan Imigrasi Bandar Udara Internasional Halim Perdana Kusuma ke dalam Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas I

Beradasarkan hasil refleksi maka, dapat dilihat bahwa Dari hasil-hasil siklus II, tampak ada peningkatan yang tajam baik komitmen maupun kemampuan namun indikator kinerja

melalui Penggunaan Media Kartu.” Jurnal Pendidikan IPA.. alat dan bahan tersebut sesuai dengan fungsinya. Ruang praktikum sudah dimanfaatkan sebagai tempat kegiatan belajar

 Namun, dalam penentuan )M# ternyata terdapat juga beberapa (akt!r yang dapat menyebabkan waktu kematian yang sebenarnya lebih lama dari )M# yang dinilai Adapun

Apakah ada efek dan perbedaan jumlah sel T CD 8 + pada mencit yang diinokulasi kanker payudara antara yang diberi ekstrak Nigella Sativa dengan dosis