• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BIAYA PEMELIHARAAN INSTALASI AIR TERHADAP TINGKAT LABA OPERASI DENGAN VOLUME KEBOCORAN/KEHILANGAN AIR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BIAYA PEMELIHARAAN INSTALASI AIR TERHADAP TINGKAT LABA OPERASI DENGAN VOLUME KEBOCORAN/KEHILANGAN AIR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 1 PENGARUH BIAYA PEMELIHARAAN INSTALASI AIR TERHADAP

TINGKAT LABA OPERASI DENGAN VOLUME

KEBOCORAN/KEHILANGAN AIR SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten

Tasikmalaya)

NOVIANTI 113403177

Jl. Jend. AH. Nasution. Kp. Gunung Mipir RT 02 RW 02 Kel. Cipari, Kec. Mangkubumi, Kota Tasikmalaya 46181

E-mail: novianti@student.unsil.ac.id

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi Jalan Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya

ABSTRACT

This study aims to determine (1) the water installation maintenance costs, the volume of leakage/loss of water, and the level of operating profit; (2) the influence of the water installation maintenance costs to the volume of leakage/loss of water; (3) the influence of the volume of leakage/loss of water to the level of operating profit. The research was conducted at the Regional Water Company (PDAM) Tirta Sukapura Tasikmalaya regency. The method used in this research is descriptive method using case studies. Techniques of data collection is done through the primary data is data obtained directly from the research subjects in this case at PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya district and secondary data is data obtained from the research literature. The results showed that: (1) installation maintenance costs of water, the volume of leakage/loss of water, and the level of operating profit in PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya district each year experienced an increase and decrease; (2) the influence of the water installation maintenance costs to the volume of leakage/loss of water in PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya district has significant influence; and (3) the

(2)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 2 influence of the volume of leakage/loss of water to the level of operating profit in PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya regency have a significant effect.

Keywords: Water Installation Maintenance Costs, Volume Leakage/Loss of Water and Level of Operating Profit

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) biaya pemeliharaan instalasi air, volume kebocoran/kehilangan air, dan tingkat laba operasi; (2) pengaruh biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume kebocoran/kehilangan air; (3) pengaruh volume kebocoran/kehilangan air terhadap tingkat laba operasi. Penelitian ini dilaksanakan pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dalam hal ini di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) biaya pemeliharaan instalasi air, volume kebocoran/kehilangan air, dan tingkat laba operasi di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya setiap tahunnya mengalami kenaikkan dan penurunan; (2) pengaruh biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume kebocoran/kehilangan air di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya memiliki pengaruh yang signifikan; dan (3) pengaruh volume kebocoran/kehilangan air terhadap tingkat laba operasi di PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya memiliki pengaruh yang signifikan.

Kata kunci: Biaya Pemeliharaan Instalasi Air, Volume Kebocoran/Kehilangan Air, dan Tingkat Laba Operasi

(3)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 3 PENDAHULUAN

Kegiatan pemeliharaan dimaksudkan agar fasilitas dan peralatan yang dimiliki perusahaan tetap dalam kondisi baik untuk menjamin kelangsungan kegiatan proses produksi dan distribusi sesuai dengan yang telah direncanakan dan meminimumkan kerugian.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan yang memberikan jasa pelayanan dan memberikan kemanfaatan umum di bidang air minum. PDAM mengalami kesulitan yang disebabkan oleh kebocoran air antara 40-50% dari total produksi. Kebocoran terjadi karena pipa yang sudah tua dan tidak layak pakai, sehingga tidak dapat beroperasi dengan baik. Selain itu kebocoran juga terjadi karena pencurian sambungan air secara liar sebelum masuk meteran.

Dengan demikian kegiatan pemeliharaan yang menyangkut instalasi air ini diperlukan sejumlah pengeluaran yaitu biaya pemeliharaan instalasi air. Pengeluaran biaya pemeliharaan instalasi air yang terkoordinasi dan terencanan akan mempengaruhi volume kebocoran/kehilangan air perusahaan. Dengan biaya pemeliharaan instalasi air maka akan menentukan kelancaran proses pendistribusian air karena perpipaan yang dimiliki perusahaan dalam keadaan baik sehingga diharapkan dapat mengurangi kebocoran/kehilangan air dan dapat mencapai tingkat laba operasi yang optimal.

Salah satu cara yang dilakukan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya untuk menekan volume kebocoran/kehilangan air adalah dengan mengoptimalkan biaya pemeliharaan instalasi air salah satunya yaitu berusaha agar jaringan transmisi dan distribusi air yang dimilikinya selalu dalam keadaan baik dan dapat berjalan lancar sehingga dapat mencapai tingkat laba operasi yang baik.

Dengan adanya biaya pemeliharaan instalasi air, kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan dengan baik sehingga produktivitas perusahaan tidak terganggu, dari sisi lain beban operasi meningkat yang kemudian akan diikuti peningkatan laba bersih sehingga diharapkan dapat mencapai tingkat laba operasi yang baik, selain itu volume kebocoran/kehilangan air dapat berkurang.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui biaya pemeliharaan instalasi air, volume kebocoran/kehilangan air, dan tingkat laba operasi pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya.

(4)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 4 2. Untuk mengetahui pengaruh biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume

kebocoran/kehilangan air pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya.

3. Untuk mengetahui pengaruh volume kebocoran/kehilangan air terhadap tingkat laba operasi pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya.

4. Untuk mengetahui pengaruh biaya pemeliharaan instalasi air terhadap tingkat laba operasi dengan volume kebocoran/kehilangan air sebagai variabel intervening pada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus. Metode deskriptif yaitu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. (Sugiyono, 2010:21)

Sedangkan pengertian studi kasus yaitu penelitian tentang suatu objek penelitian yang berkenaan dengan satu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. (Moh. Nazir, 2003:66)

Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan judul penulis dalam melakukan penelitian, terdapat tiga variabel yang terdiri dari satu variabel independen, satu variabel dependen, dan satu variabel intervening. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen adalah Biaya Pemeliharaan Instalasi Air (X), yang menjadi variabel dependen adalah Tingkat Laba Operasi (Y), dan yang menjadi variabel intervening adalah Volume Kebocoran/ Kehilangan Air (Z).

(5)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 5 Prosedur Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut: 1. Studi Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data primer yang dilakukan dengan cara melihat langsung objek atau aktivitas yang sebenarnya dengan melaksanakan beberapa langkah sebagai berikut:

1) Wawancara

2) Studi Dokumentasi 3) Observasi

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca, mempelajari dan mengumpulkan berbagai literatur dan bahan perkuliahan khususnya, yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti yang bertujuan untuk mendapatkan data sekunder, yaitu sumber informasi dari para ahli yang sifatnya teoritis, dimana dapat digunakan sebagai dasar pembanding yang mendukung dalam pembahasan. Model/Paradigma Penelitian Gambar 1.1 Paradigma Penelitian Keterangan: X = Biaya Pemeliharaan Y = Tingkat Laba Operasi

Z = Volume Kebocoran/Kehilangan Air

Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam rangka pengujian hipotesis, data tersebut diolah terlebih dahulu kemudian dianalisis dengan menggunakan metode statistik parametik (skala yang digunakan adalah rasio) untuk menguji hipotesis yang

(6)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 6 diajukan. Secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (Sugiyono, 2013:253). Hipotesis dalam penelitian ini akan dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume kebocoran/kehilangan air, volume kebocoran/kehlangan air terhadap tingkat laba operasi, dan biaya pemeliharaan instalasi air terhadap tingkat laba operasi dengan volume kebocoran/kehilangan air sebagai variabel intervening.

Analisis Regresi Sederhana

Digunakan untuk menaksir hubungan antara variabel independen dan variabel intervening, serta variabel intervening dan variabel dependen.

Rumus: 1. Z= a+bX = (∑ )(∑ )−(∑ )(∑ ) ∑ − (∑ ) =( ∑ )−(∑ )(∑ ) ∑ − (∑ ) Sugiyono (2010:272) Keterangan:

X = Biaya Pemeliharaan Instalasi Air Z = Volume Kebocoran/Kehilangan Air

a = Konstanta yaitu besarnya variabel Y apabila variabel X = 0

b = Koefisien arah garis yang menunjukkan besarnya variabel terikat Y, setiap variabel X berubah satu satuan.

2. Y= a+bZ = (∑ )(∑ )−(∑ )(∑ ) ∑ − (∑ ) =( ∑ )−(∑ )(∑ ) ∑ − (∑ ) Sugiyono (2010:272) Keterangan:

(7)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 7 Y = Tingkat Laba Operasi

a = Konstanta yaitu besarnya variabel Y apabila variabel X = 0

b = Koefisien arah garis yang menunjukkan besarnya variabel terikat Y, setiap variabel X berubah satu satuan.

Analisis Korelasi

Suatu ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat asosiasi atau derajat keeratan antara variabel independen dan variabel intervening, serta variabel intervening dan variabel dependen. Koefisien dalam penelitian ini akan dicari dengan menggunakan analisis Pearson, analisis ini digunakan untuk menentukan apakah variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel intervening, serta apakah variabel intervening mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Derajat hubungan ini ditunjukkan oleh koefisien korelasi yang dihitung dengan rumus:

1. Variabel Independen terhadap Variabel Intervening

= ∑ − (∑ )(∑ )

{ ∑ −(∑ ) }{ ∑ −(∑ ) }

Sugiyono (2010:248) Keterangan:

r = Koefisien korelasi jalur antar variabel X dan Z n = Ukuran Sampel

X = Biaya Pemeliharaan Instalasi Air Z = Volume Kebocoran/Kehilangan Air 2. Variabel Intervening terhadap Variabel Dependen

= ∑ − (∑ )(∑ )

{ ∑ −(∑ ) }{ ∑ −(∑ ) }

Sugiyono (2010:248) Keterangan:

r = Koefisien korelasi jalur antar variabel Z dan Y n = Ukuran Sampel

Z = Volume Kebocoran/Kehilangan Air Y = Tingkat Laba Operasi

(8)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 8 Interpretasi terhadap koefisien korelasi penulis tuangkan dalam Tabel 1.1 sebagai berikut:

Tabel 1.1

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 1,99 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,00 Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sugiyono (2010:250) Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah pengkuadratan korelasi (r2) digunakan untuk menentukan besarnya pengaruh variabel independen dan variabel intervening, serta variabel intervening dan variabel dependen.

Rumus: Kd = (r2) x 100% Keterangan:

Kd = Koefisien determinasi

(r2) = Koefisien korelasi dikuadratkan

Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian yang akan penulis lakukan dengan prosedur: 1. Penetapan Hipotesis Operasional

Ho : ρ1 = 0 : Biaya pemeliharaan instalasi air tidak berpengaruh terhadap

volume kebocoran/kehilangan air.

Ha : ρ1 ≠ 0 : Biaya pemeliharaan instalasi air berpengaruh terhadap volume kebocoran/kehilangan air.

Ho : ρ2 = 0 : Volume kebocoran/kehilangan air tidak berpengaruh

terhadap tingkat laba operasi.

Ha : ρ2 ≠ 0 : Volume kebocoran/kehilangan air berpengaruh terhadap

tingkat laba operasi. 2. Penetapan Tingkat Signifikansi

Tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% dengan taraf

(9)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 9 3. Uji Signifikansi

Untuk mengetahui tingkat signifikansi atas pengaruh variabel independen terhadap variabel intervening, serta variabel intervening terhadap variabel dependen. Maka dilakukan pengujian parameter r dimulai dengan penetapan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Ho adalah hipotesis yang menyatakan pengaruh variabel independen tidak signifikan terhadap variabel intervening, serta variabel intervening tidak signifikan terhadap variabel dependen, sehingga Ha adalah hipotesis penelitian dari peneliti yaitu prediksi yang diturunkan dari teori yang sedang diuji, dihitung dengan rumus:

= √n−2 √1− r

Sugiyono (2010:250) Keterangan:

t = Nilai uji t

r = Nilai koefisien korelasi n-2 = Derajat kebebasan 4. Kaidah Keputusan

Terima Ho, jika – t ½ α < t hitung < t ½ α

Tolak Ho, jika t hitung > t ½ α aau < -t ½ α

5. Kesimpulan

 Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis seperti tahapan diatas, maka akan dilakukan analisis secara kuantitatif. Dari hasil analisis tersebut akan ditarik kesimpulan apakah hipotesis yang ditetapkan dapat diterima atau ditolak (sesuai kaidah keputusan).

 Karena adanya variabel Z (Volume Kebocoran/Kehilangan Air) maka hubungan yang terjadi antara variabel X (Biaya Pemeliharaan Instalasi Air) terhadap variabel Y (Tingkat Laba Operasi) menjadi hubungan yang tidak langsung karena diperantarai oleh Z (Volume Kebocoran/Kehilangan Air).

Uji Intervening

Pengujian menggunakan analisis regresi variabel intervening dengan Metode Kausal Step. Digunakan untuk memastikan bahwa volume kebocoran/kehilangan air

(10)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 10 merupakan variabel intervening antara biaya pemeliharaan instalasi air dan tingkat laba operasi. Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Persamaan regresi variabel X terhadap variabel Y. (Y = a1 + cX) 2. Persamaan regresi variabel X terhadap Z. (Z = a2 + aX)

3. Persamaan regresi variabel X terhadap variabel Y dengan memasukan variabel Z. (Y = a3 + c’X + bM)

4. Menarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut:

1) Variabel Z dinyatakan sebagai variabel intervening jika, setelah memasukan variabel Z pengaruh variabel X terhadap Y menurun menjadi nol (c’=0) atau pengaruh variabel X terhadap Y yang tadinya signifikan (sebelum memasukan variabel Z) menjadi tidak signifikan setelah memasukan variabel Z ke dalam model persamaan regresi variabel intervening.

2) Atau variabel Z dinyatakan sebagai variabel intervening jika, setelah memasukan variabel Z pengaruh variabel X terhadap Y menurun tetapi tidak menjadi nol (c’≠ 0) atau pengaruh variabel X terhadap Y yang tadinya

signifikan (sebelum memasukan variabel Z) menjadi tetap signifikan setelah memasukan variabel Z ke dalam model persamaan regersi variabel intervening tetapi mengalami penurunan koefesien regresi.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian penulis memperoleh data mengenai biaya pemeliharaan instalas air, volume kebocoran/kehilangan air serta data tingkat laba operasi yang diperoleh Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Data yang digunakan untuk diolah dan dianalisis bersumber dari data dan laporan keuangan PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya pada Tahun 2008-2014.

Biaya Pemeliharaan Instalasi Air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya

Pemeliharaan instalasi air dilakukan PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya adalah untuk merawat atau memperbaiki instalasi air agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai dengan pesanan yang telah direncanakan atau ditentukan oleh perusahaan dengan hasil produksi yang berkualitas,

(11)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 11 kerugian yang minimal, dan laba yang maksimal. Biaya yang harus dikeluarkan dalam kegiatan pemeliharaan instalasi air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya meliputi biaya pemeliharaan sumber air, biaya pemeliharaan pengolahan air, dan biaya pemeliharaan transmisi dan distribusi air.

Data biaya pemeliharaan instalasi air yang dikeluarkan oleh PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama tahun 2008 sampai dengan 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut:

Tabel 1.2

Biaya Pemeliharaan Instalasi Air

PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya Periode Tahun 2008 s.d 2014

Tahun

Pemeliharaan Instalasi Air (Rp)

Total Biaya (Rp) Pemeliharaan Sumber Air Pemeliharaan Pengolahan Air Pemeliharaan Transmisi dan Distribusi Air 2008 73.259.875 21.410.375 707.233.541 801.903.791 2009 101.367.500 21.282.500 1.878.103.398 2.000.753.398 2010 79.240.251 21.591.225 1.247.610.394 1.348.441.870 2011 87.590.200 8.589.800 1.154.014.486 1.250.194.486 2012 141.824.070 15.187.375 494.552.708 651.564.153 2013 172.198.615 1.483.390 957.870.925 1.131.552.930 2014 156.136.990 64.380.000 1.037.512.888 1.258.029.878 Jumlah 811.617.501 153.924.665 7.476.898.340 8.442.440.506 % 9,62 1,82 88,56 100

Sumber: Data diolah penulis

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya pemeliharaan instalasi air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 cenderung mengalami fluktuatif. Biaya pemeliharaan instalasi air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya terbesar yaitu terjadi pada Tahun 2009 yakni sebesar Rp 2.000.753.398,00 sedangkan biaya pemeliharaan instalasi air terkecil terjadi pada Tahun 2012 yaitu sebesar Rp 651.564.153,00.

Begitu pula bahwa setiap tahun biaya pemeliharaan instalasi air terus mengalami perubahan yang bervariasi, hal ini disebabkan karena faktor intensitas kegiatan pemeliharaan instalasi air oleh pihak PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya.

(12)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 12 Peningkatan biaya pemeliharaan instalasi air dikarenakan terjadi lonjakan biaya pemeliharaan sumber air, biaya pemeliharaan pengolahan air, dan biaya pemeliharaan transmisi dan distribusi air yang paling besar sehubungan dengan semakin banyaknya pipa distribusi yang sudah rusak. Beberapa kegiatan pemeliharaan instalasi air yang periodik diantaranya perawatan pipa, perawatan sumber air, banyaknya pergantian mesin hydrant, pergantian meter air, pergantian pipa, penambahan jalur, dan berbagai fasilitas lainnya yang membutuhkan biaya tidak sedikit. Sedangkan biaya pemeliharaan instalasi air yang relatif rendah dikarenakan pada Tahun 2012 aktivitas pemeliharaan instalasi air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya relatif rendah. Jalur-jalur pipa serta mesin pompa, hydrant, gate valve, meter air dan peralatan pada waktu itu masih stabil dikarenakan masih baru dilakukan perbaikan atau pergantian.

Tingkat Laba Operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya Laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya diperoleh dari selisih antara laba kotor dari kegiatan perusahaan dikurangi dengan beban operasi perusahaan. Adapun tingkat laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya dalam kurun waktu 7 tahun yang penulis sajikan mulai dari tahun 2008 sampai 2014 dapat dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut:

Tabel 1.3 Tingkat Laba Operasi

PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya Periode Tahun 2008 s.d 2014

Tahun

Tingkat Laba Operasi (Rp)

Laba Kotor Beban Operasi Laba Operasi

2008 15.490.284.139 12.420.328.225 3.069.955.913 2009 25.128.110.661 19.503.971.906 5.624.138.755 2010 24.827.607.618 19.384.776.044 5.442.831.574 2011 13.996.015.688 10.545.919.949 3.450.095.739 2012 13.932.552.443 13.002.541.371 930.011.072 2013 14.107.267.207 10.702.581.753 3.404.685.454 2014 24.782.534.186 19.377.197.758 5.405.336.428 27.327.054.935

(13)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 13 Berdasarkan pada diatas dapat dilihat bahwa tingkat laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 cenderung fluktuatif. Tingkat laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya terbesar yaitu terjadi pada Tahun 2009 yaitu sebesar Rp 5.624.138.755,00 sedangkan tingkat laba operasi terkecil terjadi pada Tahun 2013 yaitu sebesar Rp 930.011.072,00.

Secara keseluruhan dalam kurun waktu 7 tahun tingkat laba operasi yang diperoleh PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya mengalami kenaikan dan penurunan, yang lebih disebabkan karena perusahaan memiliki keterbatasan dalam menurunkan volume kebocoran/kehilangan air atau karena tidak stabil atau tidak konsistennya penerapan biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume kebocoran/kehilangan air, karena salah satu pengaruh tingkat laba operasi yaitu dari volume kebocoran/kehilangan air.

Volume Kebocoran/Kehilangan Air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya

PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya masih belum mencapai 100% dalam mendistribusikan air kepada masyarakat karena masih mengalami hambatan dan gangguan berupa kebocoran/kehilangan air. Tentu saja untuk menangani masalah kebocoran/kehilangan air harus dilaksanakan pemeliharaan instalasi air agar volume kebocoran/kehilangan air dapat diminimalkan dan mengalami penurunan seiring dengan pemeliharaan yang dilakukan. Untuk itu maka PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya berupaya untuk meminimalkan volume kebocoran/kehilangan air guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan memberikan layanan pendistribusian air yang lancar.

Berikut ini data mengenai volume kebocoran/kehilangan air yang dialami PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalayaselama tahun 2008 sampai dengan tahun 2014.

(14)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 14 Tabel 1.4

Volume Kebocoran/Kehilangan Air PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya

Periode Tahun 2008 s.d 2014

Tahun

Volume Kebocoran/Kehilangan Air (M3)

Distribusi Air Penjualan Air Volume Kebocoran/Kehilangan Air 2008 11.048.357,82 6.609.363,22 4.438.994,60 2009 9.453.381,10 6.569.705,00 2.883.676,10 2010 9.436.932,75 6.388.531,94 3.048.400,81 2011 9.665.883,74 6.455.535,72 3.210.348,02 2012 11.256.933,06 6.617.439,00 4.639.494,06 2013 9.745.900,18 6.461.896,00 3.284.004,18 2014 9.581.653,92 6.400.223,12 3.181.430,80 Jumlah 24.686.348,57 Rata-rata 3.526.621,22

Sumber: Data diolah penulis

Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa volume kebocoran/ kehilangan air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 cenderung fluktuatif. Peningkatan volume kebocoran/kehilangan air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya tertinggi yaitu terjadi pada Tahun 2012 yaitu sebesar 4.639.494,06 M3. Hal ini dikarenakan banyaknya pemasangan pipa yang tidak tepat, pipa rusak atau pecah, dan sambungan liar. Sedangakan volume kebocoran/kehilangan air terendah terjadi pada Tahun 2009 yaitu sebesar 2.883.676,10 M3 karena pipa jaringan distribusi dan transmisi air banyak yang baru diperbaharui dan diganti seutuhnya sehingga debit air yang didistribusikan berjalan dengan lancar. Dan rata-rata volume kebocoran/kehilangan air per tahun yaitu sebesar 3.526.621,22 M3 jumlah air yang bocor/hilang tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan. Dalam laporan laba rugi volume kebocoran/kehilangan air diperlakukan sebagai beban yaitu termasuk pada pos beban langsung transmisi dan distribusi air, dan pada catatan atas laporan keuangan volume kebocoran/ kehilangan air tersebut tidak disebutkan secara khusus tetapi berada pada pos beban operasional dalam beban langsung transmisi dan distribusi air.

(15)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 15 Guna mengejar target volume kebocoran/kehilangan air seminim mungkin, PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya berupaya untuk meningkatkan pelayanan agar distribusi air selalu berjalan dengan lancar. Sebagai langkah nyatanya, PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya akan melakukan berbagai upaya berbagai perbaikan kualitas di masa yang akan datang dengan melakukan perawatan instalasi air dan pemeliharaannya jauh lebih rutin lagi. Hal ini dikarenakan kondisi perpipaan yang sudah dimakan usia dan minimnya anggaran untuk itu, perawatan dan pemeliharaan instalasi air menjadi salah satu kendalanya.

Pengaruh Biaya Pemeliharaan Instalasi Air terhadap Volume Kebocoran/ Kehilangan Air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya

Berdasarkan data yang terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS Statistics 22 (Lampiran 1) dianalisis untuk mengukur tingkat hubungan fungsional, keeratan hubungan dan pengaruhnya, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Persamaan Regresi Linier

Berdasarkan hasil analisis penulis dapat diperoleh persamaan regresi yaitu Z = 21,091 – 0,476 X.

2. Koefisien Korelasi

Berdasarkan hasil analisis pada lampiran 1 maka diperoleh koefisien korelasi sebesar –0,858 artinya bahwa antara biaya pemeliharaan instalasi air dengan volume kebocoran/kehilangan air mempunyai hubungan atau korelasi negatif atau berlawanan arah.

3. Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan (lampiran 1) besarnya koefisien determinasi sebesar 0,736 ini berarti bahwa biaya pemeliharaan instalasi air berpengaruh terhadap volume kebocoran/kehilangan air sebesar 73,6%.

4. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang penulis ajukan adalah: Biaya pemeliharaan instalasi air berpengaruh secara signifikan terhadap volume kebocoran/kehilangan air. Dalam pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui tahapan yang penulis sajikan pada BAB III.

(16)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 16 Perhitungan SPSS Statistics 22 (Lampiran 1) maka diperoleh Pvalue = 0,014a pada

tingkat kesalahan sebesar 5% atau (α = 0,05), yaitu Pvalue < α atau 0,014 < 0,05

sehingga Ho ditolak dan ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume kebocoran/kehilangan air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini mengandung arti bahwa setiap penambahan biaya pemeliharaan istalasi air akan menurunkan volume kebocoran/kehilangan air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa biaya pemeliharaan instalasi air mempengaruhi volume kebocoran/kehilangan air. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Zaki Baridwan, (2000:245) bahwa biaya pemeliharaan yang dikeluarkan dapat memelihara suatu aktiva agar berada dalam kondisi yang baik. Sehingga proses distribusi air akan berjalan lancar dan sesuai rencana. Biaya pemeliharaan instalasi air merupakan salah satu faktor dalam menurunkan volume kebocoran/kehilangan air yang diharapkan perusahaan.

Pengaruh Volume Kebocoran/Kehilangan Air terhadap Tingkat Laba Operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya

Berdasarkan data yang terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS Statistics 22 (Lampiran 2) kemudian dianalisis untuk mengukur tingkat hubungan fungsional, keeratan hubungan dan pengaruhnya, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Persamaan Regresi Linier

Berdasarkan hasil analisis penulis dapat diperoleh persamaan regresi yaitu Y = 40,918 – 1,864 Z.

2. Koefisien Korelasi

Berdasarkan hasil analisis (Lampiran 2) maka diperoleh koefisien korelasi sebesar –0,851 artinya volume kebocoran/kehilangan air dengan tingkat laba operasi mempunyai hubungan atau korelasi negatif atau berlawanan arah.

(17)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 17 3. Koefisien Determinasi

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan (Lampiran 2) besarnya koefisien determinasi sebesar 0,724 ini berarti bahwa volume kebocoran/kehilangan air berpengaruh terhadap tingkat laba operasi sebesar 72,4%.

4. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang penulis ajukan adalah: Volume kebocoran/kehilangan air berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat laba operasi. Dalam pengujian hipotesis tersebut dilakukan melalui tahapan yang penulis sajikan pada BAB III. Perhitungan SPSS Statistics 22 (Lampiran 2) maka diperoleh Pvalue = 0,015a pada

tingkat kesalahan sebesar 5% atau (α = 0,05), yaitu Pvalue< α atau 0,015 < 0,05

sehingga Ho ditolak dan ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan volume kebocoran/kehilangan air terhadap tingkat laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya. Hal ini mengandung arti bahwa setiap penurunan volume kebocoran/kehilangan air akan menaikkan tingkat laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa volume kebocoran/ kehilangan air dapat mempengaruhi tingkat laba operasi. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sukmayeni (Kepala Litbang Perpamsi) bahwa volume kebocoran/kehilangan air berhubungan dengan kerugian yang dialami oleh perusahaan, maka volume kebocoran/kehilangan air sangat berpengaruh terhadap tingkat laba operasi yang dihasilkan perusahaan, dengan meminimalisir volume kebocoran/kehilangan air maka pendapatan pun akan meningkat.

Pengaruh Biaya Pemeliharaan Instalasi Air terhadap Tingkat Laba Operasi dengan Volume Kebocoran/Kehilangan sebagai Variabel Intervening pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya

Berdasarkan data yang terkumpul, selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS Statistics 22 (Lampiran 3) dianalisis untuk mengukur tingkat hubungan fungsional, keeratan hubungan dan pengaruhnya. Hasil analisis penulis berdasarkan uji intervening (Lampiran 3) adalah sebagai berikut:

(18)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 18 1. Biaya pemeliharaan instalasi air berpengaruh signifikan terhadap tingkat laba

operasi dengan ß= 1,0003 dan tingkat signifikansi 0,0233.

2. Biaya pemeliharaan instalasi air berpengaruh signifikan terhadap volume kebocoran/kehilangan air dengan ß= -0,4763 dan tingkat signifikansi 0,0136. 3. Biaya pemeliharaan instalasi air tidak berpengaruh signifikan (tidak berpengaruh

langsung) terhadap tingkat laba operasi setelah memasukkan volume kebocoran/kehilangan air dengan ß= 0,4247 dan tingkat signifikansi 0,5080. Volume kebocoran/kehilangan air memediasi secara mutlak hubungan antara biaya pemeliharaan instalasi air dan tingkat laba operasi. Karena sesuai dengan kriteria, yaitu pengaruh biaya pemeliharaan instalasi air terhadap tingkat laba operasi yang tadinya signifikan (sebelum memasukan volume kebocoran/kehilangan air) menjadi tidak signifikan setelah memasukan volume kebocoran/kehilangan air ke dalam model persamaan regresi variabel intervening tersebut. Sehingga sudah dipastikan volume kebocoran/kehilangan air merupakan variabel intervening.

Biaya pemeliharaan instalasi air mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap tingkat laba operasi. Pengaruh tidak langsung tersebut dikarenakan diperantarai oleh adanya volume kebocoran/kehilangan air sebagai variabel intervening. Realisasi dari penggunaan biaya pemeliharaan instalasi air yang besar akan searah dengan meningkatnya tingkat laba operasi, karena dengan adanya biaya pemeliharaan instalasi air maka fasilitas dan peralatan instalasi air akan terjaga dan terpelihara dengan baik sehingga kapasitas produksi dapat dipertahankan, distribusi air berjalan lancar, pipa dan peralatan lainnya dapat terkontrol dan beroperasi dengan baik sehingga dapat menurunkan volume kebocoran/kehilangan air yang berhubungan dengan kerugian perusahaan, yang pada akhirnya akan menaikkan pendapatan dan berdampak positif terhadap tingkat laba operasi.

Hal tersebut sesuai dengan teori mengenai biaya diungkapakan oleh Krismiaji (2002:8) yang menyatakan bahwa biaya merupakan kas atau ekuitas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat bagi perusahaan saat sekarang atau untuk periode masa mendatang. Hal tersebut intinya menggambarkan bahwa biaya pemeliharaan instalasi air yang dikeluarkan menjadi suatu pengorbanan yang dilakukan dengan harapan volume kebocoran/kehilangan air dapat ditekan

(19)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 19 seminimal mungkin sehingga dapat memberikan dampak baik terhadap tingkat laba operasi dimasa yang akan datang.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh biaya pemeliharaan instalasi air terhadap tingkat laba operasi dengan volume kebocoran/kehilangan air sebagai variabel intervening pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Biaya pemeliharaan instalasi air yang dikeluarkan oleh PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 yang terbesar terjadi pada tahun 2009, sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 2012. Tingkat laba operasi yang PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 yang terbesar terjadi pada tahun 2009, sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 2013. Volume kebocoran/kehilangan air PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya selama periode Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2014 yang terbesar terjadi pada tahun 2012, sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 2009.

2. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan yang berlawanan arah antara biaya pemeliharaan instalasi air terhadap volume kebocoran/kehilangan air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya, artinya semakin tinggi biaya pemeliharaan instalasi air yang dikeluarkan oleh PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya maka volume kebocoran/kehilangan air yang dicapai cenderung akan semakin rendah.

3. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan yang berlawanan arah antara volume kebocoran/kehilangan air terhadap tingkat laba operasi pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya, artinya semakin rendah volume kebocoran/kehilangan air pada PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya maka tingkat laba operasi yang dicapai cenderung akan semakin tinggi.

4. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya pemeliharaan instalasi air mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap tingkat laba operasi. Karena volume kebocoran/kehilangan air memediasi secara mutlak hubungan antara biaya

(20)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 20 pemeliharaan instalasi air dan tingkat laba operasi. Dengan adanya biaya pemeliharaan instalasi air maka fasilitas dan peralatan instalasi air akan terjaga dan terpelihara dengan baik sehingga volume kebocoran/kehilangan air dapat diminimalisir dan berdampak positif terhadap tingkat laba operasi.

Saran

Berdasakan hasil kesimpulan yang dikemukakan diatas, maka diperoleh saran yang diharapkan dapat bermanfaat yang berguna bagi pihak perusahaan maupun peneliti selanjutnya dimasa yang akan datang, yaitu:

1. Bagi Perusahaan

 Sebaiknya PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya dapat terus menekan volume kebocoran/kehilangan air agar tidak berdampak negatif kepada perusahaan yang dapat menyebabkan tingkat laba operasi semakin menurun. Perusahaan harus melakukan peningkatan pemeliharaan instalasi air namun dengan efisiensi biaya, agar dapat mengurangi beban-beban perusahaan. Dengan mengurangi beban perusahaan serta elemen-elemen perusahaan dapat bekerja dengan optimal sehingga tingkat laba operasi terus meningkat dengan tetap menekan volume kebocoran/kehilangan air karena hasil dari pemeliharaan instalasi air yang optimal.

 Selanjutnya PDAM Tirta Sukapura Kabupaten Tasikmalaya diharapkan melakukan beberapa pergantian untuk komponen instalasi air yang sudah tua dan sangat krusial, diantaranya pergantian pipa, meter air dan untuk menjaga pelayanan terbaik kepada masyarakat, hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas volume produksi dan menekan volume kebocoran/kehilangan air. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang memiliki objek biaya pemeliharaan bisa menggunakan ruang lingkup lain selain instalasi air seperti mengkhususkan terhadap pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi air, bisa juga dengan menambah atau mengganti salah satu variabelnya, misalnya membahas tentang pengaruh biaya pemeliharaan jaringan distribusi dan transmisi air terhadap pendapatan penjualan dengan volume kebocoran/kehilangan air sebagai variabel intervening.

(21)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 21 DAFTAR PUSTAKA

Agus Ahyari. 2002. Akuntansi Biaya. Edisi Pertama. Jakarta: Kertasindo

Agus Maulana. 2011. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Keenam. Jakarta: Binarupa Aksara.

Asisten Deputi Urusan BUMD. 2000. Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

Blocher, Chen, Lin, diterjemahkan oleh A. Susty Ambarriani. 2002. Manajemen Biaya, Buku I. Jakarta: Salemba Empat.

Departemen Kesehatan. 2000. Pengawasan Kualitas Air. Jakarta: Depkes.

Dian Vitta. 2004. Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Euis Rosidah. 2013. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama. Bandung: Mujahid Press.

Hani T. Handoko, 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

http://teorionline.wordpress.com/2010/03/11/aplikasi-analisis-jalur-dengan-spss-versi-15-0/.(e-book)

I Putu Jaya, 2010. Perencanaan Instalasi Air Bersih. Kediri: Politeknik Kediri. .(e-book)

Irawan. 2008. Sistem Penyediaan Air Bersih. Universitas Tarumanegara: Bahan Ajar. (e-book)

Melda S. 2005. Analisis Anggaran Biaya sebagai Alat Ukur Kinerja PDAM. Skripsi. Medan: Universitas Sumatra Utara.(e-book)

Mohammad Nazir, 2000, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama. Jakarta: Paper Press.

Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya, Bandung: Refika Aditama.

Nana S. 2010. Sistem Plumbing Dalam Gedung. Universitas Widyatama: Bahan Ajar. (e-book)

Nidjo Sandjojo. 2014. Metode Analisis Jalur dan Aplikasinya. Jakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.

(22)

Jurnal Akuntansi 2015 Universitas Siliwangi | 22 Permendagri No. 23 Tahun 2006. Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Air

Minum Pada Perusahaan Daerah Air Minum. Jakarta.

Priyono Salim. 2007. Kebocoran Air PDAM, Edisi Pertama. Jakarta: Java Pena.

Sadeli, Lilik. 2004. Akuntansi Manajemen: Sistem, Proses dan Pemecahan Soal. Jakarta: Bumi Aksara.

S.R, Soemarso. 2003. Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Seyhan. 2013. Distribusi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Tesis. (e-book)

SNI-03-6481-2000. 2000. Instalasi Pipa Air. (e-book)

Suarni Abuzar. 2011. Pendahuluan dan Pengenalan Plumbing. Universitas Andalas: Power Point Jurusan Teknik Lingkungan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: CV. Alvabeta

Supriyono. 2006. Akuntansi Biaya, Edisi Pertama. Jakarta: Risangka.

Suryadi. 2008. Jaringan Pemipaan. Universitas Tarumanegara: Bahan Ajar.

Suyatna. 2010. Biaya Pemeliharaan Distribusi dan Transmisi Air Bersih. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar. 2003. Kamus Akuntansi, Cetakan kedua. Jakarta: Gagas Promosindo.

Gambar

Tabel 1.3  Tingkat Laba Operasi

Referensi

Dokumen terkait

Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian proses implementasi tarif progresif terhadap retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum di Kota Surakarta

Dari data yang diperoleh nampak bahwa pada penggunaan skimmer yang dipasang saat larva berumur 6 hari mempunyai persentase gelembung renang lebih banyak bila dibandingkan

Hasil penugasan pegawai YPPSU dengan menggunakan metode Hungarian, dengan sistem kerja yang sama dengan selama ini maka kinerja pegawai lebih tinggi dibandingkan

[r]

0,000 dapat diketahui bahwa pada kelompok intervensi terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengetahuan setelah diberi- kan promosi kesehatn melalui media

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa: (1) terdapat 5 nilai pendidikan karakter dalam konsep Trikon yang ditemukan melalui hasil analisis, meliputi: kreatif,

Di dalam perancangan pembuatan sistem informasi inventaris laboratorium berbasis Web pada STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi, dapat disimpulkan bahwa adanya website

Bila dalam ayat (1.), (3) dan (4) pasal ini tidak disebut kata desa sebagaimana disebutkan dalam ayat (1) adalah dengan dasar bahwa Pemerintah bermaksud untuk menumbuhkan