• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PEWARISAN SIFAT BUAH TOMAT INHERITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLA PEWARISAN SIFAT BUAH TOMAT INHERITA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PEWARISAN SIFAT BUAH TOMAT

INHERITANCE OF TRAITS OF TOMATO FRUIT

Rudi Hari Murti1, Triasih Kurniawati2, dan Nasrullah3

Sari

Dalam naskah ini diuraikan pola pewarisan sifat buah tomat berdasarkan segregasi hasil persilangan tetua yang mempunyai sifat berbeda. Perbedaan sifat tetua meliputi warna buah mentah, warna buah masak, bentuk buah, jumlah bunga dan buah per tandan, jumlah rongga buah dan beberapa sifat lainnya.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari empat tetua (P) yaitu GM1, GM3, Gondol Hijau dan Gondol Putih serta keturunan F1 dan F2 dari persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP. Jumlah tanaman masing-masing tetua dan F1 sebanyak 20 tanaman, sedangkan F2 dari masing-masing persilangan sebanyak 200 tanaman.

Hasil penelitian menunjukkan warna buah masak dikendalikan oleh dua lokus dengan dua alel pada satu lokus dan tiga alel di lokus yang lain atau tiga lokus dengan dua alel per lokus tetapi salah satu lokus berbeda pada tetua Gondol Putih dan Gondol Hijau. Bentuk buah apel (gepeng) dominan terhadap bentuk bulat, dikendalikan oleh dua lokus dengan interaksi antar lokus epistasis dominan. Jumlah bunga, jumlah buah,

fruitset, dan jumlah rongga buah termasuk sifat kualitatif sedangkan panjang dan diameter buah termasuk sifat kuantitatif. Nisbah potensi pada semua variabel menunjukkan efek dominan, kecuali fruitset pada persilangan GM3xGP. Ada pleotropi atau tautan (linkage) antara gen pengendali jumlah rongga buah, jumlah bunga, dan ukuran buah.

Kata kunci: pola pewarisan, buah tomat, epistesis, korelasi

Abstract

This paper elaborate the pattern of inheritance of fruit characters on tomato based on the segregation F2 generation. The parental used for producing F2 population had some difference characters of fruit. The gene that controlled the fruit characters had elaborated in this research.

The research used four parental (GM1, GM3, Gondol Putih and Gondol Hijau), F1 and F2 of GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP. Each parental and F1 consisted of 20 plants, while F2 generation consisted of 200 plants.

The result of showed that fruit ripe color controlled by two locus (two alel per locus and three allele per locus on the other hand) or three locus (two allele per locus) but one of difference locus conferred by two parental (Gondol Putih and Gondol Hijau). The flattened fruit shape was dominant to sphere shape. The fruit shape was controlled by two locus with epsitesis dominant interaction between locus. The flower number, fruit number, fruitset, and loculus included into qualitative characters, while diameter and length of fruit included into quantitative characters. Potence ratio of all

1

Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Fak. Pertanian UGM 2

Alumni Fakultas Pertanian UGM 3

(2)

characters showed the dominance effect, except fruitset on GM3xGP crossed. The pleotropy or linkage was exist on flower number, fruit number, and loculus

Key words: inheritance, fruit characters, epistasis, correlation

PENDAHULUAN

Permasalahan utama pada budidaya tanaman tomat di Indonesia adalah kurang

tersedianya varietas unggul yang berpotensi hasil tinggi, memiliki kualitas buah yang

baik serta tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Usaha untuk mendapatkan

varietas unggul terus dilakukan yaitu dengan pemuliaan konvensional, introduksi,

seleksi dan persilangan (Jaya, 1995). Pemuliaan tanaman tomat bertujuan untuk

meningkatkan produktivitas dan kualitas, antara lain ukuran buah, warna buah,

kekerasan, rasa serta sifat hortikultura seperti jumlah bunga per tandan, jumlah tandan

bunga per tanaman (Purwati, 1997). Kemajuan genetic hasil di California dan Israel

berturut-turut sebesar 1,54% dan 0,4% per tahun. Kemajuan genetic yang nyata terjadi

untuk warna buah yaitu 1,15%/tahun (1977-1987) di California dan 2,73% /tahun

(1985-1995) di Israel (Grandillo et al., 1999).

Keragaman pada tanaman tomat cukup besar. Rahmat (1983) cit. Panjaitan

(1990) mengatakan bahwa varietas Gondol mempunyai warna dan bentuk buah

menarik, tahan pengepakan dan tidak mudah rusak selama pengangkutan. Ambarwati

dan Murti (1994) menambahkan bahwa varietas Gondol Hijau dan Gondol Putih

merupakan tetua yang baik untuk disilangkan. GM1 dan GM3 mempunyai bentuk buah

apel, warna merah muda saat masak, daging buah tebal, ukuran buah besar, kulit kuat

dan produksinya tinggi. (Murti dan Trisnowati, 2001). Tetua-tetua tersebut telah

disilangkan dan menghasilkan biji F2.

Informasi genetik merupakan hal yang penting dalam menyeleksi hasil

persilangan untuk mendapatkan varietas unggul. Informasi ini sangat sedikit dan jarang

diperoleh. Kajian genetika sifat buah dapat dilakukan dengan menggunakan populasi

F2 dari populasi yang mempunyai sifat berbeda. Generasi F2 tanaman akan mengalami

segregasi sesuai dengan hukum Mendel. Aksi dan interaksi gen yang berbeda akan

membuat pola segregasi berbeda. Tipe aksi gen dapat dibedakan menjadi dua yaitu

interaksi antar alel pada lokus yang berbeda (interlokus) dan interaksi antar alel pada

lokus yang sama (intralokus). Sifat yang dikendalikan oleh satu lokus dua alel per lokus

(3)

3:1 pada keturunan F2, sedangkan jika tidak ada dominansi menghasilkan nisbah 1:2:1.

Pada sifat yang dikendalikan dua lokus dengan dua alel per lokus akan menghasilkan

nisbah 12:3:1 jika interaksi interlokus epistasis dominan, 9:3:4 untuk epistasis resesif ,

15:1 untuk duplikasi epistasis dominan, 9:7 untuk duplikasi epistasis resesif, dan 13:3

untuk interaksi inhibitor (Welsh, 1991).

Hasil penelitian Purwati (1988) menunjukkan bahwa jumlah rongga buah tomat

dikendalikan oleh gen mayor dan rongga buah sedikit dominan terhadap jumlah rongga

banyak. Hasil penelitian Effendi (1993) pada tanaman terung menunjukkan bahwa

jumlah bunga majemuk dominan parsial terhadap bunga tunggal. Hasil penelitian

White et al., (2000) menunjukkan bahwa bentuk buah pears dikendalikan oleh genetic

dengan nilai heritabilitas >0,5 berdasarkan metode regresi tetua-keturunan dan

kompenen varian.

Pada tanaman ada sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif umumnya

dikendalikan oleh sedikit gen (monogenik ataupun oligogenik) yang dicirikan dengan

sebaran fenotipnya diskontinu, pengaruh gen secara individu mudah dikenali, cara

pewarisannya sederhana, tidak atau sedikit dipengaruhi lingkungan. Sifat kuantitatif

dikendalikan oleh banyak gen (poligenik) yang masing-masing gen berpengaruh kecil

terhadap ekspresi suatu sifat (Trustinah, 1997). Sifat tersebut penting diketahui sebagai

dasar dalam pemuliaan tanaman tomat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pewarisan sifat kualitatif dari

beberapa persilangan tanaman tomat dan aksi gen pada beberapa buah tomat. Penelitian

ini diharapkan dapat memberi informasi genetik pada tanaman tomat sehingga

bermanfaat dalam menentukan metode seleksi yang akan dilakukan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Kebun Balai Benih Induk Hortikultura Ngipiksari,

Pakem, Sleman, selama 5 bulan yaitu Juni sampai Oktober. Penelitian dilakukan

dengan menanam keturunan F1 dan F2 persilangan GM1xGH, GM3xGH, dan

GM3XGP, serta keempat tetuanya (Gondol Hijau, Gondol Putih, GM1, GM3). Jumlah

tanaman masing-masing persilangan F1 sebanyak 20 tanaman dan F2 sebanyak 200

tanaman, serta 20 tanaman untuk masing-masing tetua. Keturunan F1, F2 ketiga

persilangan dan keempat tetua (P) ditanam secara terpisah pada bedengan yang

(4)

Pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang (ayam) sebanyak 20 ton/ha,

serta pupuk anorganik yaitu Urea 300 kg, TSP 200 kg dan KCl 150 kg/ha. Kapur

dolomite ditaburkan di atas bedeng secara merata untuk mengurangi keasaman tanah.

Bedengan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak dan dilubangi dengan jarak tanam

60 cm x 50 cm dengan diameter 10 cm. Pembibitan dilakukan dengan menanam benih

di dalam polibag kecil Perawatan tanaman berupa pengairan, penyulaman dan wiwilan

yang dilakukan terhadap daun yang tua, daun yang terserang penyakit, dan tunas-tunas

air. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan pestisida.

Pengamatan dilakukan untuk setiap tanaman pada keturunan F1, F2 ketiga persilangan

dan keempat tetuanya. Sifat yang diamati meliputi warna buah, bentuk buah, jumlah

rongga buah, berat buah (g), ukuran buah (cm), dan fruitset.

Data hasil pengamatan pada populasi F2 untuk setiap tanaman dari ketiga

persilangan dianalisis dengan uji Lilliefor mengunakan program SPSS versi 7.5. untuk

mengetahui apakah data mengikuti distribusi normal atau tidak. Variabel pengamatan

yang termasuk dalam sifat kualitatif dilanjutkan dengan uji Chi-kuadrat untuk

mengetahui nisbah genetik (Crowder, 1993). Nisbah yang mempunyai nilai lack of

fitted paling kecil dipilih karena penyimpangan dari nilai harapan paling kecil.

Nisbah potensi digunakan untuk mengetahui aksi gen dari sifat yang diamati.

Besarnya derajat dominansi gen (h) dihitung dengan menggunakan Nisbah Potensi

menurut Petr dan Frey (1966)

Koefisien korelasi antar variabel yang diamati pada populasi F2 dianalisis

dengan menggunakan program SAS. Koefisien korelasi dihitung dengan rumus Singh

dan Chaudary (1979).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian tomat yang mudah dikenali oleh konsumen adalah sifat fisik buah dan

penampilan buah. Faktor yang mempengaruhi penampilan buah adalah warna, ukuran,

bentuk, dan kerusakan fisik (Grierson dan Kader, 1986). Warna dan bentuk buah

dipengaruhi oleh faktor genetik. Pengendali genetik sifat buah tomat diuraikan sebagai

berikut.

A. Warna dan Bentuk Buah

Warna buah tomat dipengaruhi oleh kandungan klorofil dan betakarotin. Warna

(5)

muda, akan tetapi memiliki warna pangkal buah beragam yaitu hijau tua, hijau dan

hijau muda (seluruh buah berwarna hijau muda). Warna hijau pada kulit buah

dipengaruhi oleh kandungan klorofil a dan b. Total klorofil pada buah hijau mentah

adalah sekitar 13 µg/g buah. Kandungan karotenoid buah mentah jauh lebih kecil

dibandingkan klorofil (Grierson dan Kader, 1986). Hasil analisis warna buah mentah

untuk ketiga persilangan menunjukkan warna buah mentah dikendalikan oleh lokus

tunggal dengan dua alel per lokus. Hal ini tampak dari tanaman F2 (dari ketiga

persilangan) yang menghasilkan buah dengan warna hijau tua dan hijau muda dengan

nisbah 3:1. Sifat warna pangkal buah mentah hijau tua dominan terhadap warna hijau

muda. Warna buah hijau akan berubah menjadi merah akibat destruksi klorofil dan

peningkatan akumulasi β-karotin dan lycopene (Grierson dan Kader, 1986). Gen hp

(high pigment) dan dg (dark green) berkaitan dengan kandungan vitamin C buah tomat,

yang juga mempunyai efek pleotropi terhadap ukuran buah kecil dan hasil rendah

(Martin, ?).

Tabel 1. Nisbah Segregasi Warna Buah Persilangan GM1xGH

GM1 GH F1 GM1xGH

Nisbah Segregasi

a. Buah masak Merah muda

Merah Merah 12 Merah : 3 Merah muda : 1 Merah jingga

b. Buah mentah Hijau muda Hijau tua

Hijau tua 3 Hijau tua : 1 Hijau muda

Keterangan: GP = Gondol Hijau

Tabel 2. Nisbah Segregasi Warna Buah pada persilangan GM3XGP

Warna GM3 GP F1

GM3xGP

F2 GM3xGP b.Buah masak Merah

muda

Merah Merah 12 Merah : 3 Merah muda : 1 Merah jingga

b. Buah Mentah Hijau muda Hijau tua

Hijau tua 3 Hijau tua : 1 Hijau muda

Keterangan: GP = Gondol Putih

Warna buah masak pada F2 persilangan GM1xGH adalah merah, merah muda

(6)

menunjukkan terjadinya interaksi antar alel pada dua lokus yang berbeda sehingga

menyebabkan efek epistasis dominan.

Nisbah segregasi persilangan GM1xGH dan GM3x GP dapat dilihat pada Tabel

1 dan Tabel 2. Warna buah masak tanaman F2 pada kedua persilangan adalah merah,

merah muda dan merah jingga dengan nisbah 12:3:1. Hasil ini menunjukkan warna

buah masak dikendalikan oleh dua lokus dengan dua alel perlokus, dengan interaksi

antar lokus epistasis dominan.

Warna buah masak pada keturunan F2 persilangan GM3xGH adalah merah,

merah jingga dan merah muda dengan nisbah genetik 9:6:1. Hal ini menunjukkan

jumlah lokus dan alel sama dengan dua persilangan lainnya tetapi pada persilangan

GM3xGH terjadi interaksi antar lokus semi epistasis.

Berdasarkan segregasi tampak bahwa warna buah masak dikendalikan oleh dua

gen. Perbedaan nisbah segregasi warna buah masak dan proporsi warna merah jingga

pada F2 GM3 x GP dan GM3 x GH disebabkan oleh perbedaan letak salah satu lokus

pengendali warna buah antara Gondol Putih dan Gondol Hijau sehingga jumlah lokus

diperkirakan ada tiga, atau salah satu lokus pada Gondol Hijau dan Gondol Putih terdiri

dari tiga alel.

Tabel 3. Warna Buah Persilangan GM3xGH

Warna GM3 GH F1 GM3xGH

F2 GM3xGH

a. Buah masak Merah muda

Merah Merah 9 Merah : 6 Merah jingga : 1 Merah muda

b. Buah mentah Hijau muda

Hijau tua Hijau tua 3 Hijau tua : 1 Hijau muda

Keterangan: GH = Gondol Hijau

Bentuk buah dari keempat tetua berbeda, GM3 dan GM1 memiliki bentuk apel

sedangkan Gondol Hijau dan Gondol Putih memiliki bentuk lonjong. Bentuk buah pada

keturunan F1 persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP adalah berbentuk apel

(gepeng) sedangkan pada F2 bentuk buah ketiga persilangan yaitu apel, lonjong dan

bulat (lihat Tabel 4) dengan perbandingan 12:3:1. Sifat bentuk buah tersebut

(7)

Murti et al. (2000) yang menunjukkan bahwa bentuk buah dikendalikan oleh dua lokus

dengan dua alel per lokus. Bentuk lonjong dikendalikan gen resesif maka untuk

menghasilkan buah lonjong atau bulat maka genotipenya harus homosigot. Hasil

penelitian van der Knaap dan Tanksley (2000) menunjukkan bahwa lokus tunggal pada

kromosom 7 (disebut sun) yang mengendalikan perbedaan perkembangan buah pada

tomat TA491 dan LA1589. Lokus pengendalikan bentuk buah pada tomat yaitu fs8.1

dan ovate yang menampakkan pengaruhnya sebelum anthesis dan pada awal

perkembangan bakal buah. Gen sun merupakan lokus pertama yang teridentifikasi

mengendalikan bentuk buah setelah terjadi pembuahan.

Genotipe heterosigot hasil persilangan tetua dengan buah gepeng dan lonjong

akan menghasilkan buah gepeng. Bentuk buah yang banyak diminati bulat atau

lonjong bukan gepeng (apel). Oleh sebab itu dalam pembuatan tomat hibrida yang

berbentuk lonjong hanya dapat dilakukan dengan menyilangkan tomat berbuah lonjong

dengan lonjong atau bulat.

Tabel 4. Bentuk Buah pada Persilangan GM3xGP, GM3xGH dan GM3xGP

Tetua F1 F2

GM1 GH GM1xGH GM1xGH

Apel Lonjong Apel 12 Apel : 3 Lonjong : 1 Bulat

GM3 GH GM3xGH GM3 XGH

Apel Lonjong Apel 12 Apel : 3 Lonjong : 1 Bulat

GM3 GP GM3xGP GM3xGP

Apel Lonjong Apel 12 Apel : 3 Lonjong : 1 Bulat

B. Komponen hasil

Hasil uji normalitas komponen hasil dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil uji

normalitas menunjukkan panjang dan diameter buah dapat digolongkan ke dalam sifat

kuantitatif karena memiliki sebaran kontinu dengan data mengikuti distribusi normal.

Sifat kuantitatif dipengaruhi oleh banyak gen yang pengaruhnya bersifat kumulatif.

Hasil uji normalitas juga menunjukkan bahwa jumlah bunga, jumlah buah,

fruitset, jumlah rongga buah, dan berat buah pada ketiga persilangan yang diamati tidak

(8)

memiliki sebaran diskontinu berarti digolongkan ke dalam sifat kualitatif. Sifat

kualitatif merupakan sifat yang kelasnya dapat dibedakan dengan jelas, karena

dipengaruhi oleh beberapa gen (monogenik atau digenik).

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas pada Persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP

Parameter GM1xGH GM3xGH GM3xGP 1. Jumlah bunga Tidak normal Tidak normal Tidak normal

2. Jumlah buah Tidak normal Tidak normal Tidak normal 3. Fruitset Tidak normal Tidak normal Tidak normal 4. Jumlah rongga buah Tidak normal Tidak normal Tidak normal 5. Panjang buah Normal Normal Normal 6. Diameter buah Normal Normal Normal

Jumlah gen pengendali sifat buah dan nisbah segregasi parameter pada ketiga

persilangan tanaman tomat dapat dilihat pada Tabel 6. Jumlah bunga, jumlah rongga

buah dan fruitset pada persilangan GM1xGH memiliki nisbah genetik 3:1 yang

menunjukkan bahwa kedua variabel ini dikendalikan oleh satu lokus, dengan tindak

gen dominan. Jumlah rongga buah dipengaruhi oleh efek epistasis dominan dan ada

interaksi antar alel pada lokus yang berbeda sehingga memiliki nisbah 12:3:1. Hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Purwati (1988) yang menunjukkan bahwa jumlah

rongga buah tomat dikendalikan oleh gen mayor dan jumlah rongga buah sedikit

dominan terhadap jumlah rongga banyak. Nilai heritabilitas jumlah rongga buah yang

diperoleh termasuk sedang. Jumlah buah GM1xGH menghasilkan nisbah segregasi

13:3. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah buah dipengaruhi oleh efek epistasis resesif.

Jumlah buah pada persilangan GM3xGH dipengaruhi oleh efek dominan, dengan

nisbah genetik 3:1.

Tabel 6. Jumlah Gen dan Nisbah Segregasi pada Persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP

Sifat GM1xGH GM3xGH GM3xGP Jumla gen Nisbah Jumlah gen Nisbah Jumlah gen Nisbah

JB 1 3:1 2 13:3 1 3:1

JBH 2 13:3 1 3:1 2 12:3:1

Fruitset 1 3:1 2 13:3 2 13:3 JRB 1 3:1 2 12:3:1 2 12:3:1 PJ Poligen _ Poligen _ Poligen _ D Poligen _ Poligen _ Poligen _

(9)

Jumlah bunga dan fruitset persilangan GM3xGH memiliki nisbah 13:3, yang

dipengaruhi oleh dua lokus epistasis dominan resesif. Lain halnya jumlah buah, jumlah

rongga buah dan berat pada persilangan GM3XGP yang memiliki nisbah genetik

12:3:1. Sifat tersebut dipengaruhi oleh dua lokus epistasis dominan. Segregasi jumlah

buah yang berbeda tersebut mungkin disebabkan salah satu lokus pada GH sama

dengan salah satu lokus di GM3. Terjadinya perbedaan nisbah disebabkan oleh

interaksi antar lokus yang berbeda untuk kombinasi persilangan yang berbeda.

C. Aksi Gen

Aksi gen suatu sifat dari tanaman hasil persilangan dapat diketahui dengan

melihat nisbah potensinya. Nisbah potensi menunjukkan pengaruh aksi gen dari

persilangan kedua tetua pada keturunan pertama. Hasil perhitungan nisbah potensi

ketiga persilangan dapat dilihat pada Tabel 7. Jika dilihat secara keseluruhan tampak

bahwa ada efek dominansi pada semua sifat dan sesuai dengan hasil analisis pada pola

segregasinya kecuali fruitset pada persilangan GM3 dan Gondol Putih.

Tabel 7. Nisbah Potensi Persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP

Parameter GM1xGH GM3xGH GM3 xGP 1. Jumlah bunga 35 (e) 2,89 (e) -0,29 (c) 2. Jumlah buah 7.33 (e) 2,95 (e) 0,29 (d) 3. Fruitset 1 (b) 1 (b) 0 (a) 4. Jumlah rongga buah 0,02 (d) -0,89 ( c) -0,16 (c) 5. Berat buah 0.43 (d) -1,003 (e) -0,05 ( c) 6. Panjang -0,13 (c) -11 (e) -5,13 (e) 7. Diameter 0,3 (d) -0,89 (c) 0,17 ( d) Keterangan: a : tidak ada dominansi b : dominansi sempurna

c : dominansi negatif tidak sempurna e : dominansi lebih d : dominansi positif tidak sempurna

Jumlah bunga dan jumlah buah pada persilangan GM1XGH dipengaruhi oleh

aksi gen dominan lebih. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Effendi (1993) pada

tanaman terung bahwa jumlah bunga majemuk dominan parsial terhadap bunga

tunggal. Aksi gen dominan lebih menyebabkan nilai F1 melebihi kedua tetuanya,

sehingga didapatkan tanaman dengan sifat superior yaitu jumlah bunga dan jumlah

buah lebih banyak daripada tetuaterbaiknya. Jumlah bunga dan jumlah buah merupakan

sifat komponen hasil, sehingga dengan adanya aksi gen dominan lebih memungkinkan

(10)

Fruitset memiliki nisbah potensi satu yang menunjukkan efek dominan

sempurna. Berat buah, diameter, dan jumlah rongga buah pada persilangan GM1xGH

dipengaruhi aksi gen dominan positif tidak sempurna. Panjang buah dipengaruhi oleh

aksi gen dominan negatif tidak lengkap.

Fruitset pada persilangan GM3xGH memiliki nisbah potensi satu, yang

menunjukkan adanya aksi gen dominan sempurna. Jumlah bunga, jumlah buah, berat

buah dan panjang buah pada persilangan GM3xGH dipengaruhi oleh aksi gen dominan

lebih. Menurut Tesar (1984) cit. Sumpena (1995) hasil buah per pohon ditentukan oleh

jumlah tandan bunga, jumlah bunga dalam satu tandan, banyak bunga yang berhasil

membentuk buah dan bobot buah per buah. Diameter dan jumlah rongga buah

dipengaruhi oleh aksi gen dominan negatif tidak sempurna. Oleh sebab itu pembuatan

hibrida dapat memanfaatkan efek dominansi ini.

Efek dominan positif tidak sempurna pada persilangan GM3xGP terdapat pada

jumlah buah dan diameter buah. Fruitset menunjukkan dominansi negatif tidak

sempurna, berarti tanaman menghasilkan fruitset seperti induk yang mempunyai

fruitset rendah. Panjang buah dipengaruhi oleh efek dominan lebih (negatif) yang

menunjukkan bahwa hasil persilangan menghasilkan ukuran panjang buah yang jauh

lebih kecil dibandingkan tetua dengan ukuran lebih pendek. Jumlah bunga, jumlah

rongga buah dan berat buah dipengaruhi oleh efek dominan negatif tidak sempurna.

Menurut Edward et al., (1976), pengetahuan tentang tindak gen yang terlibat

dalam kenampakan suatu sifat berguna dalam penentuan langkah-langkah pemuliaan

tanaman untuk perbaikan sifat.

D. Korelasi antar sifat

Nilai korelasi ini menunjukkan keeratan hubungan antar variabel. Nilai korelasi

dipengaruhi oleh efek pleotropi dan tautan (Miranda dan Hallauer, 1988). Jika genotipe

bersegregasi secara bebas maka korelasi antar sifat rendah. Tetua yang digunakan yaitu

Gondol Hijau dan Gondol Putih mempunyai banyak bunga dan buah tetapi jumlah

rongga buah sedikit dan sebaliknya pada GM3. Adanya tautan atau pleotropi dapat

(11)

Tabel 8. Koefisien Korelasi pada Persilangan Tanaman Tomat

Sifat JB JBH Fruitset JRB Berat Panjang Dia Meter JB 1

0.00

JBH 0.97** 1

0.0001 0,00

Fruitset -0.20** 0.04tn 1

0.0001 0.3725 0,00

JRB -0.24** -0.25** 0.02tn 1

0.0001 0.0001 0.6999 0,00

Berat -0.07tn -0.05tn 0.10* 0.36** 1

0.1185 0.238 0.017 0.0001 0,00

Panjang 0.14** 0.17** 0.14** -0.17** 0.62** 1

0.0013 0.0001 0.0007 0.0001 0.0001 0,00

Diameter -0.08tn -0.06tn 0.09* 0.49** 0.89** 0.47** 1

0.0658 0.134 0.033 0.0001 0.0001 0.0001 0,00

Keterangan: - angka cetak tebal = koefisien korelasi - angka cetak miring = tingkat kesalahan (α)

- ** : korelasi sangat nyata - JB : jumlah bunga - * : korelasi nyata - tn : korelasi tidak nyata

- JB : jumlah buah - JRB : jumlah rongga buah

Jumlah bunga berkorelasi negatif sangat nyata dengan fruitset dan jumlah

rongga buah. Hal ini menyebabkan efek yang berlawanan arah antara dua sifat,

sehingga menyebabkan jumlah rongga buah semakin sedikit pada tanaman yang jumlah

bunga banyak. Hal ini menunjukkan ada kemungkinan terjadi tautan (linkage)dua atau

lebih gen dan atau pleotropi gen yang mengendalikan jumlah bunga dan jumlah rongga

buah.

Jumlah buah berkorelasi negatif sangat nyata dengan jumlah rongga buah, dan

menunjukkan korelasi positif sangat nyata dengan panjang buah. Fruitset berkorelasi

positif sangat nyata dengan panjang dan diameter buah sehingga apabila prosentase

jumlah buah jadi semakin meningkat maka diameter buah juga memiliki

kecenderungan untuk bertambah.

Jumlah rongga buah berkorelasi positif sangat nyata dengan berat buah.

Korelasi positif nyata pada jumlah rongga buah dengan berat buah sesuai dengan

tetuanya yang menunjukkan semakin bertambah berat buah maka jumlah rongga buah

juga bertambah. Jumlah rongga buah berkorelasi negatif sangat nyata dengan panjang

(12)

Menurut Tesar, (1984) cit. Sumpena (1995) hasil buah pertanaman ditentukan

oleh jumlah tandan buah, jumlah bunga dalam satu tandan, banyaknya bunga yang

berhasil menjadi buah dan berat buah per buah. Perbaikan salah satu sifat komponen

hasil akan mempengaruhi terhadap sifat komponen hasil lainnya. Adanya korelasi

positif pada sifat komponen hasil memudahkan untuk perbaikan hasil tanaman tomat

KESIMPULAN

1. Warna merah dominan terhadap warna merah jingga. Warna buah masak

dikendalikan oleh a) dua lokus dengan dua alel pada satu lokus dan tiga alel di

lokus yang lain atau b) tiga lokus dengan dua alel per lokus.

2. Bentuk buah dikendalikan oleh dua lokus dengan interaksi antar lokus epistasis

dominan. Bentuk buah apel (gepeng) dominan terhadap bentuk bulat.

3. Nisbah potensi pada semua variable menunjukkan efek dominan, kecuali pada

fruitset persilangan GM3xGP

4. Ada pleotropi atau tautan (linkage) antara jumlah rongga buah, jumlah bunga,

dan ukuran buah.

5. Jumlah bunga, jumlah buah, fruitset, dan jumlah rongga buah termasuk sifat

kualitatif sedangkan panjang dan diameter buah termasuk sifat kuantitatif.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E dan Murti, R. H. 1999. Evaluasi Tanaman Tomat hasil Persilangan

.Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

Crowder, L. V. 1993. Plant Genetic (Genetika Tumbuhan alih bahasa L. Kusdiarti dan Soetarso). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 499p.

Duriat, A. S. 1997. Tomat Andalan yang Prospektif. p: 1-8. Dalam Duriat, A. S., Hadisoeganda, W. W., Permadi, A. H., Sinaga, R. M., Hilman, Y., Basuki, R. S (eds). 1997. Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

Effendi, A.R.1993. Pewarisan dan Kemajuan Genetik Sifat Jumlah Bunga per Tandan, Ukuran Buah dan Warna Buah Terung (Solanum melongena Linn.). Tesis Fak. Pertanian UNPAD. Tidak dipublikasikan.

Falconer. D. S. 1960. Introduction to Quantitative Genetics. The Ronald Press Company..New York. 365p.

Grandillo, S., D. Zamir dan S.D. Tanksley. 1999. Genetic improvement of processing tomatoes: A 20 years perspective. Euphytica. 110(2):85-97.

Grierson, D. dan A.A. Kader. 1986. Fruit ripening and quality. Dalam: Atherton, J.G. and J. Rudich. The Tomato Crop. Chapman & Hall. New York.

(13)

Jaya, B. 1995. Identifikasi dan Pemanfaatan Kultivar Tomat di Dataran Tinggi atau Rendah Jawa Barat. p: 31-36. Dalam Duriat, A. S., Hadisoeganda, W. W., Permadi, A. H., Sinaga, R. M., Hilman, Y., Basuki, R. S (eds). 1997. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Komoditi Sayuran. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

Martin, F.W. ?. Interaction of a green fruit color modifying gene on vitamin C content of tomato. Tomato Genetics Coop. Vol. 36.

Murti, R. H dan Trisnowati, S. 2001. Keragaman dan Kandungan Nutrisi Buah Tiga Jenis Tomat Introduksi. Agrivet. 5 (2): 105-115.

Murti, R.H., E. Ambarwati, dan Supriyanta. 2000. Genetika sifat komponen hasil tanaman tomat. Mediagama II(2):58-64.

Panjaitan, I. 1990. Heterosis dan Daya Gabung pada Tanaman Tomat. Tesis Fakultas Pertanian UGM.Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

Petr, F. C dan Frey, K. J. 1966. Genotypic, Correlation, Dominance and Heritability of Quantitative Character in Oats. Crop Sci. ( 6 ): 259-262.

Purwati , E. 1988. Pewarisan Sifat Ukuran Diameter Buah, Jumlah Rongga Buah dan Tebal Daging Buah Tomat (Lycopersicon esculentuk Mill) serta Nilai Duga Heritabilitasnya. Tesis Fak. Pertanian UNPAD. Tidak dipublikasikan.

Purwati, E. 1997. Pemuliaan Tanaman Tomat. p:42-58. Dalam Duriat, A. S., Hadisoeganda, W. W., Permadi, A. H., Sinaga, R. M., Hilman, Y., Basuki, R. S (eds). 1997. Teknologi Produksi Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Lembang.

Sigh, R. K and B. D. Chaudhary.1979. Biometrical Methods in Quantitative Genetic Analysis. Kalyani Publishers. New Dehli.

Trustinah. 1997. Pewarisan Beberapa Sifat Kualitatif dan Kuantitatif pada Kacang Tunggak (Vigna unguiculata (l) Walls). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan.

15 (2): 48-53.

Van der Knaap, E. and S.D. Tanksley. 2000. Identification and characterization of a novel locus controlling early fruit development in tomato. Theoretical Applied Genetics. 103(2/3):353-358

Villareal, R. L. 1980. Tomato in Tropic. Westview Press. Colorado. 134p.

Welsh, J. R. 1991. Fundamental of Plant Genetic and Breeding (Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman alih bahasa Mogea, J. P). Erlangga. Jakarta. 224. White, A.G., P.A. Alspach, R.H. Weskett, dan L.R. Bewer. 2000. Heritability of fruit

Gambar

Tabel 1. Nisbah Segregasi Warna Buah Persilangan GM1xGH
Tabel 3. Warna Buah Persilangan GM3xGH
Tabel 4. Bentuk Buah pada Persilangan GM3xGP, GM3xGH   dan GM3xGP
Tabel 5. Hasil Uji Normalitas pada Persilangan GM1xGH, GM3xGH dan GM3xGP
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kementerian Agama mencatat skor Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) DKI Jakarta hanya 71,3, di bawah rata-rata nasional 73,83. Dengan angka itu Jakarta berada di urutan ke- 27

 Fluida panas bumi muncul ke permukaan dengan cepat. (>

Panggabean, HimpunanPutusan Mahkamah Agung Mencapai Perjanjian Kredit Perbankan(Berikut Tanggapan), Jilid 1, (Bandung : Penerbit PT. Sebagai perbandingan, Pasal

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini merupakan salah satu bentuk kegiatan pelatihan yang dihadapkan langsung pada praktek kerja sebagai pengaplikasian ilmu/kemampuan

Perupa ingin membebaskan ekspresi dan efek emosional penciptaannya untuk mencapai purity of form (kemurnian bentuk), kepuasan estetik, serta menuangkan imajinasinya akan

Berdasarkan indeks keragaman (H’) yang dihubungkan dengan kualitas perairan, kualitas air pada danau sekitar Muara Sungai Jembatan Dua, muara Sungai Koyabo

Dari tabel bobot nilai alternatif 3.10, diperoleh nilai akhir berupa bobot global setiap alternatif yang menyatakan nilai paling optimum. Range Layak dan Tidak Layak diperoleh

Observasi dilakukan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi untuk mengetahui kegiatan dan aktifitas siswa dalam pembelajaran dan mengamati kegiatan guru