• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Unconscious dalam Novel Telegram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep Unconscious dalam Novel Telegram"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN... 2

A. Data Buku... 2

B. Latar Belakang...2

C. Rumusan Masalah...3

D. Tujuan Penulisan...3

E. Landasan Teori... 3

BAB II PEMBAHASAN...8

A. Sinopsis Novel Telegram Karya Putu Wijaya...8

B. Tokoh, Penokohan dan Sudut Pandang dalam Novel Telegram Karya Putu Wijaya...9

C. Konsep Unconscious dalam Novel Telegram Karya Putu Wijaya...11

D. Keterkaitan Unsur Penokohan dan Konsep Unconscious dalam Novel Telegram Karya Putu Wijaya... 12

BAB III PENUTUP...13

A. Simpulan... 13

B. Saran... 13

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Data Buku

Judul : Telegram

Penulis : Putu Wijaya

Penerbit : Pustaka Jaya - Yayasan Jaya Raya

Tahun Terbit : 1986

Tempat Terbit : Jakarta

Tebal : 144 halaman

B. Latar Belakang

(3)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil bacaan penulis, juga resepsi yang penulis cari sebagai bahan referensi, maka ada beberapa hal yang ingin penulis analisa yaitu;

1. Adakah kaitan unsur intrinsik dengan kajian psikologi sebagai unsur ekstrinsik yang terdapat dalam novel Telegram karya Putu Wijaya?

2. Apakah yang dimaksud dengan teori unconscious mind?

3. Bagaimana kaitan unsur intrinsik novel dengan unsur psikologi dalam novel Telegram karya Putu Wijaya?

D. Tujuan Penulisan

Makalah ini ditulis untuk menganalisa pembentukan perilaku dan segala penyimpangan perilaku sebagai akibat proses tak sadar dalam novel Telegram karya Putu Wijaya.

E. Landasan Teori

Penelitian karya sastra, analisis atau pendekatan obyektif terhadap unsur-unsur intrinsik atau struktur karya sastra merupakan tahap awal untuk meneliti karya sastra sebelum memasuki penelitian lebih lanjut. Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32).

Unsur-unsur intrinsik ini meliputi peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 1995:23). Dalam makalah ini penulis memilih unsur tokoh dan sudut pandang sebagai unsur intrinsik novel yang akan dianalisis.

(4)

Dalam sebuah karya fiksi dikenal istilah tokoh, penokohan, dan perwatakan. Kehadiran tokoh dalam cerita fiksi merupakan unsur yang sangat penting karena tidak mungkin ada cerita tanpa kehadiran tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya gerak tokoh yang akhirnya menbentuk alur cerita. Tokoh menunjuk pada orang atau pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2000: 165) sedangkan penokohan mencakup pada tokoh, perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam cerita (Nurgiyantoro, 2009: 166).

Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas peribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2000: 165). Penokohan atau karakter atau disebut juga perwatakan merupakan cara penggambaran tentang tokoh melalui perilaku dan pencitraan. Tokoh rekaan dalam sebuah karya fiksi dapat dibedakan berdasarkan beberapa kategori, seperti;

a) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel. Tokoh yang paling banyak diceritakan, sering hadir dalam setiap kejadian, dan berhubungan erat dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama kemungkinan ada lebih dari satu dalam sebuah novel. Kadar keutamaannya ditentukan dengan dominasi penceritaan dan perkembangan plot secara utuh. Sedangkan tokoh tambahan merupakan lawan dari tokoh utama. Tokoh tambahan lebih sedikit pemunculannya dalam cerita dan kehadirannya hanya ada permasalahan yang terkait tokoh utama (Nurgiyantoro, 2009: 177).

b) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Berdasarkan fungsi penampilannya dalam cerita tokoh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tokoh protagonis dan antagonis. Altenberd dan Lewis (dalam Nurgiyantoro, 2009: 178) mengemukakan bahwa tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi dan sering dijadikan pahlawan yang taat dengan norma-norma, nilai-nilai sesuai dengan konvensi masyarakat. Berbeda dengan Protagonis, tokoh antagonis merupakan tokoh yang menjadi lawan dari tokoh protagonis. Tokoh antagonis tidak banyak digemari karena banyak menganut nilai-nilai penyimpangan.

(5)

Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu perwatakan tertentu, kepribadian yang tunggal dan tidak memungkinkan terjadi perubahan pandangan tentang sifat yang telah dianutnya. Tokoh sederhana mudah diidentifikasi oleh pembaca karena kedataran sifat dari tokoh tertentu ketika menghadapi permasalahan (Nurgiyantoro, 2009:182).

Selain tokoh sederhana, terdapat pula tokoh bulat. Tokoh bulat atau tokoh kompleks merupakan tokoh yang memungkinkan memiliki watak yang bermacam-macam dan sering kali sulit diduga atau diprediksi. Tokoh ini memberi kejutan kepada pembaca karena memiliki beberapa kemungkinan tindakan dan penyikapan terhadap suatu permasalahan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009: 183).

d) Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang

Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan pada tokoh-tokoh dalam cerita, tokoh dibedakan menjadi tokoh statis dan tokoh berkembang. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan watak walaupun menghadapi permasalahan-permasalahan dalam cerita (Altenberd dan Lewis dalam Nurgiyantoro, 2009: 188). Tokoh berkembang adalah tokoh yang memiliki perkembangan watak sesuai dengan peristiwa dan alur cerita yang mempengaruhi tokoh tersebut (Nurgiyantoro, 2009: 188).

Nurgiyantoro (2009: 189) menjelaskan bahwa pada tokoh statis terdapat dua tokoh, yaitu tokoh hitam dan putih. Tokoh hitam yang dimaksud adalah tokoh yang berwatak jahat dan tokoh putih adalah tokoh yang berwatak baik. Kedua tokoh tersebut dari awal kemunculan hingga akhir memiliki watak maupun penyikapan yang tetap dan saling berlawanan.

e) Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral

(6)

Tokoh netral adalah tokoh yang hadir dalam cerita tanpa ada unsur keterkaitan status yang ada pada seseorang di dunia nyata. Kehadirannya berupa pelaku murni imajinasi pengarang dan yang mempunyai cerita dalam novel (Nurgiyantoro, 2009: 191).

2. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara penyajian cerita, peristiwa-peristiwa, dan tindakan-tindakan pada karya fiksi berdasarkan posisi pengarang di dalam cerita (Nurgiyantoro, 2009: 246). Sudut pandang menurut Nurgiyantoro (2009: 256) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sudut pandang persona ketiga (diaan) dan sudut pandang persona pertama (akuan).

1. Sudut Pandang Persona Ketiga (Diaan)

Penceritaan dengan menggunakan sudut pandang persona ketiga adalah penceritaan yang meletakkan posisi pengarang sebagai narator dengan menyebutkan nama-nama tokoh atau menggunakan kata ganti ia, dia, dan mereka.

2. Sudut Pandang Persona Pertama (Akuan)

Sudut pandang persona pertama “aku” merupakan sudut pandang yang menempatkan pengarang sebagai “aku” yang ikut dalam cerita. Kata ganti “dia” pada sudut pandang ini adalah “aku” sang pengarang. Pada sudut pandang ini kemahatahuan pengarang terbatas. Pengarang sebagai “aku” hanya dapat mengetahui sebatas apa yang bisa dia lihat, dengar, dan rasakan berdasarkan rangsangan peristiwa maupun tokoh lain (Nurgiyantoro, 2009: 262).

(7)

Psikoanalisis mendasarkan pemikirannya pada proses bawah sadar (unconscious mind) yang membetuk perilaku dan segala penyimpangan perilaku sebagai akibat proses tak sadar. Psikoanalisis tidak bertujuan atau mencari apapun kecuali penemuan tentang alam bawah sadar dalam kehidupan mental. (Freud, 2002:424)

Freud menyatakan bahwa pikiran manusia lebih dipengaruhi oleh alam bawah sadar (unconscious mind) ketimbang alam sadar (conscious mind). Ia melukiskan bahwa pikiran manusia seperti gunung es yang justru bagian terbesarnya berada di bawah permukaan laut yang tidak dapat dilihat. Ia mengatakan kehidupan seseorang dipenuhi oleh berbagai tekanan dan konflik, untuk meredakan tekanan dan konflik tersebut manusia rapat menyimpannya di alam bawah sadar. Freud merasa yakin bahwa perilaku seseorang kerap dipengaruhi oleh alam bawah sadar yang mencoba memunculkan diri, dan tingkah laku itu tampil tanpa disadari. (Minderop, 2010: 13)

Menurut Freud, hasrat tak sadar selalu aktif, dan selalu siap muncul. Kelihatannya hanya hasrat sadar yang muncul, tetapi melalui suatu analisis ternyata ditemukan hubungan antara hasrat sadar dengan unsur kuat yang datang dari hasrat taksadar. Hasrat yang timbul dari alam taksadar yang direpresi selalu aktif dan tidak pernah mati. (Minderop, 2010: 15)

(8)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sinopsis Novel Telegram Karya Putu Wijaya

Seorang lelaki dihantui firasat akan menerima telegram dari kampungnya. Ia selalu berpikir bahwa sebuah telegram pasti mengabarkan malapetaka. Kesadaran si Lelaki bercampur dengan khayalan-khayalan yang ia ciptakan sendiri. Dalam khayalannya, ia betul-betul menerima telegram dari kampungnya yang mengabarkan bahwa ibunya meninggal dunia, itu berarti malapetaka baginya.

Masalahnya, sebagai anak sulung ia bertanggungjawab terhadap pengurusan jenazah ibunya (red. ngaben), mengurus beberapa hektar tanah, tiga buah rumah dengan semua penghuninya dan tugas berat lainnya yang harus ia pikul sebagai seorang kepala keluarga. Semuanya wajib ia lakukan, sebab kalau tidak itu berarti ia putus hubungan dengan keluarganya.

Sewaktu Sinta, anak angkatnya menanyakan isi telegram itu. Lelaki itu terpaksa berbohong kepada Sinta. Ia tidak tahu bahwa sebenarnya Sinta sudah mengetahui isi telegram tersebut. Sehingga, ketika Sinta mendesaknya, terpaksa ia harus mengakui yang sebenarnya. Akhirnya, keduanya sepakat untuk segera bersiap-siap ke Bali.

Sebelum berangkat tiba- tiba muncul masalah baru, yaitu ibu kandung Sinta kembali. Awalnya, si Lelaki menolak mentah-mentah permintaan ibu kandung Sinta. Namun, akhirnya keduanya sepakat untuk menyerahkan pilihannya itu pada Sinta. Belum selesai masalahnya dengan ibu kandung Sinta, datang lagi masalah baru yaitu ia tiba-tiba merasa takut akibat kesehatannya yang makin menurun. Ia berpikir pasti penyakit itu datangnya dari Nurma, pelacur yang sering ditidurinya.

(9)

Sampai suatu hari, seseorang mengantarkan sebuah telegram kerumahnya yang mengabarkan bahwa Ibunya telah meninggal dunia. Hal itu seakan menjadikan khayalannya sebuah kenyataan.

B. Tokoh, Penokohan dan Sudut Pandang dalam Novel Telegram Karya Putu Wijaya

1. Tokoh dan Penokohan

Tokoh Sentral

Si Lelaki Tepat waktu

“Udara bulan Oktober yang sangat gerah, dalam kibasan angin yang penuh debu, tak menghalangiku untuk sampai di tempat perjanjian setengah jam sebelum waktu. Ini sebuah prestasi yang biasa kulakukan.” (Wijaya, 1986:5)

Pengecut

“Moral yang sempat ditusukkan oleh bapak kepadaku sejak kecil, tidak bulat. Ia terlalu lurus pada mengalah dan mengorbankan diri sendiri, tanpa diimbangi oleh puji-pujian pada keberanian. Aku dididik sebagai pengecut.” (Wijaya, 1986:15) tinggal tidak jauh dari rumah.” (Wijaya, 1986:79)

Keras kepala

(10)

Rosa Jujur

“Ia sudah tahu semua. Ia adalah wanita yang tak suka menyembunyikan kebenaran tebakan orang.” (Wijaya, 1986:12)

Cantik

“Aku gambarkan, pada suatu masa aku mengawini Rosa, seorang wanita yang sangat kucintai. Wanita itupun demikian pula. Ia cantik.” (Wijaya, 1986:90)

Cerdas

“Cerdas, penuh pengertian dan memiliki segalanya yang diperlukan oleh seorang lelaki.” (Wijaya, 1986:90)

Tepat janji

“Rosa sendiri masih menepati janji, walaupun aku tahu dalam tempo singkat telah banyak yang berubah.” (Wijaya, 1986:112)

Tokoh Bawahan

“Kujelaskan kepadanya bahwa aku mempunyai seorang anak pungut. Aku mempunyai keinginan untuk tidak mau terikat tanggung jawab. Dengan wajah yang cukup meyakinkan, diterima segala keserakahanku. (Wijaya, 1986:35)

2. Sudut Pandang

Novel ini disampaikan oleh pencerita tunggal, yaitu si Lelaki yang merupakan salah satu tokoh dalam cerita. Dalam berkisah si Lelaki mengacu kepada dirinya sendiri dengan kata ganti “aku”.

(11)

C. Konsep Unconscious dalam Novel Telegram Karya Putu Wijaya

Dalam novel “Telegram” karya Putu Wijaya tindakan-tindakan tokoh utamanya yaitu ”si Lelaki” selalu dipengaruhi oleh tekanan atau konflik yang berada di alam bawah sadarnya (unconscious mind) yang berusaha mencari pelepasan ketegangan. Tindakan-tindakan pelepasan ketegangan tersebut akhirnya berwujud sebagai Rosa, yang merupakan pacar khayalan ciptaan “si Lelaki”.

Setiap “si Lelaki” mengalami masalah dalam kesehariannya, “si Lelaki” akan selalu menghadirkan sosok Rosa. Namun, kebiasaan “si Lelaki” yang selalu mencari objek pelepasan ketegangan dengan menghayalkan Rosa, menjadikan “si Lelaki” terkadang tak dapat lagi membedakan kapan ia berkhayal dan kapan ia dalam keadaan tidak berkhayal. Pada puncaknya, khayalan “si Lelaki” mengenai Rosa tidak dapat lagi dikontrol. Rosa menjadi hidup, ia tidak lagi berupa tokoh khayalan “si Lelaki”, namun ia menjadi sosok yang mempunyai kesadaran sendiri. Akhirnya, “si Lelaki” menghentikan khayalannya tentang Rosa karena ia menganggap khayalannya ini berbahaya dan jika diteruskan memungkinkan “si Lelaki” menjadi gila.

D. Keterkaitan Unsur Penokohan dan Konsep Unconscious dalam Novel Telegram Karya Putu Wijaya

Tokoh ”si Lelaki” dalam novel ini telah menciptakan seorang tokoh lain yang merupakan hasil imajinasinya, Rosa. Tokoh ini kemudian menjadi menarik karena pada awalnya merupakan objek pelepasan ketegangan yang terepresi dalam alam bawah sadar “si Lelaki”, bahkan penokohan yang diberi seolah merupakan khayalan “si Lelaki” akan sosok perempuan idamannya. Namun pada saat menjelang akhir cerita, tokoh Rosa ini tidak dapat lagi dikontrol oleh “si Lelaki”.

Tokoh khayalan ini menjadi seolah hidup dan muncul diluar kendali tokoh utama. Ini menandakan bahwa konflik yang berada dalam alam bawah sadar “si Lelaki” sudah begitu menekan kesadaran ‘”si Lelaki” sehingga “si Lelaki” bahkan tak dapat mengontrol kesadarannya sendiri.

(12)

bekerja secara otomatis sehingga terbiasa mengulangi sendiri pekerjaan yang kita lakukan berulang-ulang. Apabila “si Lelaki” memiliki kebiasaan menghadirkan sosok Rosa ketika ia mengalami masalah, maka objek pelepasan ketegangan ini bisa muncul ketika “si Lelaki” merasa tertekan.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Sebagai sebuah karya sastra, novel Telegram karya Putu Wijaya ini memiliki keunggulan bangunan cerita yang menarik. Ceritanya merupakan perpaduan antara realitas dan khayalan yang dialami tokoh utamanya. Bahkan terdapat seorang tokoh yang merupakan rekaan dari tokoh lainnya, bersifat khayalan dan tak nyata, namun tetap digambarkan hidup di dalam novel ini.

Putu Wijaya sukses menggambarkan bagaimana kehidupan pada saat itu yang penuh dengan tekanan dalam keseharian yang muncul sebagai masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia melalui sebuah karya novel.

(13)

Lelaki” memilih mewujudkan pelepasan ketegangannya sebagai sosok Rosa, hingga kemudian sosok ini lepas dari kendalinya dan ia memilih untuk menghapus Rosa.

Dari novel ini, pengarang ingin memperlihatkan bahwa orang yang terlihat biasa-biasa saja bisa melakukan tindakan-tindakan luar biasa-biasa yang diakibatkan oleh represi konflik dalam alam bawah sadarnya (unconscious).

B. Saran

Dengan membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami pesan yang terkandung dalam novel Telegram karya Putu Wijaya ini. Selain itu penulis berharap pembaca mendapatkan pembelajaran mengenai teori psikologi kejiwaan dalam novel ini yang telah dibahas dengan cukup jelas melalui hasil analisis dalam makalah ini.

Daftar Pustaka

Freud, Sigmund. General Introduction to Psychoanalysis: Psikoanalisis diterjemahkan oleh Ira Puspitorini. 2002. Yogyakarta: Ikon Teralitera.

Minderop, Dr.Albertine,M.A. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh Kasus. Edisi Pertama. 2010. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Sudjiman, Panuti. Memahami Cerita Rekaan. 1988. Jakarta: Pustaka Jaya.

Satoto, Soediro.1993. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: UNS Press.

Referensi

Dokumen terkait

sebelumnya maka dapat dipaparkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai penggunaan media timbangan modifikasi dalam pembelajaran konsep

Salah satu tanaman yang dibahas dalam penelitian ini adalah daun kemangi Ocimum citriodorum yang mana dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman tersebut terbukti memiliki

Variabel ini diadopsi dengan asumsi bahwa perusahaan yang termasuk golongan intensif dalam menghasilkan karbon akan mendapat tekanan lebih besar dari masyarakat

Berdasarkan data diatas yang menggam- barkan besarnya indikator-indikator yang mempengaruhi perilaku penawaran atau penyaluran kredit maka dapat dikatakan bahwa bank

Ahli media memberikan penilaian dengan jumlah skor 131 dan presentase yang diperoleh dari masing-masing aspek yang terdiri dari 4 aspek yaitu aspek desain media

12 Pada penelitian kali ini akan dibahas mengenai Peran Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dalam hal tindakan untuk meningkatkan literasi Asuransi Syariah di Indonesia

Jika salah satu himpunan bukan merupakan sub himpunan yang lain dimana tidak ada anggota himpunan B yang menjadi anggota himpunan A atau sebaliknya, sehingga irisannya

Tidak semua pasien PPOK akan mengalami pulmonary heart disease, karena banyak usaha pengobatan yang dilakukan untuk mempertahankan kadar oksigen darah arteri mendekati normal