• Tidak ada hasil yang ditemukan

Budaya Konsumerisme and Gaya Hidup (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Budaya Konsumerisme and Gaya Hidup (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH EKONOMI MAKRO ISLAM TENTANG GAYA HIDUP DAN

BUDAYA KONSUMERISME

OLEH:

MAESARATURRIJAL

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) NURUL HAKIM

KEDIRI LOMBOK BARAT NTB

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat modern adalah masyarakat konsumtif. Masyarakat yang terus menerus berkonsumsi. Namun konsumsi yang dilakukan bukan lagi hanya sekedar kegiatan yang berasal dari produksi. Konsumsi tidak lagi sekedar kegiatan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dan fungsional manusia. Konsumsi telah menjadi budaya, budaya konsumsi. Sistem masyarakat pun telah berubah, dan yang ada kini adalah masyarakat konsumen, yang mana kebijakan dan aturan-aturan sosial masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebijakan pasar. Seiring dengan berjalannya waktu, sekarang ini perubahan yang terjadi dalam masyarakat berjalan sangat cepat sehingga membingungkan manusia yang menghadapinya. Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat perlu diketahui sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya proses perubahan masyarakat beserta dengan kebudayaan dari hal-hal yang bersifat tradisional ke modern yang sering disebut dengan istilah modernisasi. Proses globalisasi muncul sebagai akibat adanya arus informasi dan komunikasi yang sering online setiap saat dan dapat dijangkau dengan biaya yang relatif murah. Sebagai akibatnya adalah masyarakat dunia menjadi satu lingkungan yang seolah-olah saling berdekatan dan menjadi satu sistem pergaulan dan satu sistem budaya yang sama. Karena ketidaksiapan manusia-manuusia tersebut dalam menghadapi perubahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya menimbulkan adanya problema sosial.

(3)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa penyebab budaya konsumerisme?

2. Pengertian gaya hidup dan budaya konsumerisme? 3. Faktor-factor terjadinya konsumerisme?

4. Faktor apa saja yang mempengaruhi budaya konsumerisme? 5. Faktor hubungan lingkungan dan konsumerisme?

C. TUJUAN PENULISAN

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Gaya hidup merupakan ciri sebuah dunia modern. Maksudnya adalah siapa pun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lainnya. Pola-pola kehidupan sosial yang khusus seringkali disederhanakan dengan istilah budaya. Sementara itu, gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, tata krama, cara menggunakan barang-barang, tempat dan waktu tertentu yang merupakan karakteristik suatu kelompok.

Dalam istilah gaya hidup (lifestyle) sekarang ini kabur. Sementara istilah ini memiliki arti sosiologis yang lebih terbatas dengan merujuk pada gaya hidup yang khas dari berbagai kelompok status tertentu, dalam budaya konsumen kontemporer istilah ini mengkonotasikan individualitas, ekspresi diri, serta kesadaran diri yang semu. Tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman, rumah, kendaraan, dan pilihan hiburan, dan seterusnya di pandang sebagai indikator dari individualitas selera serta rasa gaya dari pemilik atau konsumen.1

Weber mengemukakan bahwa persamaan status dinyatakan melalui persamaan gaya hidup. Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah. Selain adanya pembatasan dalam pergaulan, menurut Weber kelompok status ditandai pula oleh adanya berbagai hak istimewa dan monopoli atas barang dan kesempatan ideal maupun material. Kelompok status di beda-bedakan atas dasar gaya hidup yang tercermin dalam gaya konsumsi.

Gaya hidup menurut Weber, berarti persamaan status kehormatan yang di tandai dengan konsumsi terhadap simbol-simbol gaya hidup yang sama.2 Estetika realitas

melatarbelakangi arti penting gaya yang juga di dorong oleh dinamika pasar modern dengan pencarian yang konstan akan adanya model baru, gaya baru, sensasi dan pengalaman baru.

1Featherstone, Mike (Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth). 2005. Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Hal 201.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

(5)

Gaya hidup yang ditawarkan berbagai media pada saat sekarang ini adalah ajakan bagi khalayaknya untuk memasuki apa yang disebut budaya konsumer.

Menurut Lury, budaya konsumer diartikan sebagai bentuk budaya materi yakni budaya pemanfaatan benda-benda dalam masyarakat Eropa-Amerika kontemporer. Kini, apa yang dinikmati oleh masyarakat Eropa-Amerika kontemporer tersebut “yang notabene adalah negara kaya” di tiru oleh masyarakat dunia lain termasuk negara Indonesia. Budaya consumer dicirikan dengan peningkatan gaya hidup (lifestyle). Justru, menurut Lury, proses pembentukan gaya hidup-lah yang merupakan hal terbaik yang mendefenisikan budaya konsumer.

Menurut Hans Peter Muller terdapat 4 pendekatan dalam memahami gaya hidup yaitu : 1. Pendekatan psikolog perkembangan.

2. Pendekatan kuantitatif sosial struktur. 3. Pendekatan kualitatif dunia kehidupan. 4. Pendekatan kelas.3

Di dalam penelitian ini peneliti memakai salah satu pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dunia kehidupan. Pendekatan ini memandang gaya hidup sebagai lingkungan pergaulan (milieu). Di mana meletakkan seseorang pada miliu yang ditentukan oleh keadaan hidup dan gaya hidup subyektif yang dimiliki. Teori Milieu berpendapat bahwa bukan turunan yang menetapkan sifat-sifat manusia, melainkan alam lingkungannya dimana manusia itu hidup.

Teori milieu menggambarkan pengaruh lingkungan, yang meliputi lahir dan batin manusia.4 Dalam teori sosialisasi juga mempunyai beberapa agen yang salah satunya di pakai

dalam penelitian ini adalah lingkungan kerja dan media.5 Ini di dukung juga oleh teori

kebutuhan, yang mana kebutuhan manusia sangatlah tidak terbatas. Sementara kaum kapitalis beranggapan kebutuhan manusia tersebut harus senantiasa dipenuhi.

Kaum kapitalis senantiasa menciptakan kebutuhan baru yang menjamin bahwa manusia akan terus didorong untuk melaksanakan jenis-jenis peran yang dibutuhkan guna mempertahankan sistem kapitalis. Kebutuhan senantiasa di bentuk dan di eksploitasi untuk

3Ibid Hal: 120 dan 123

4Shadily, Hassan. 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Hal 136. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

(6)

memperbesar kesediaan para konsumen menyesuaikan diri dengan persyaratan sistem dan mendukung bertahannya sistem itu.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN BUDAYA KONSUMEN

Budaya konsumen dilatarbelakangi oleh munculnya masa kapitalisme yang diusung oleh Karl Marx yang kemudian disusul dengan liberalisme. Budaya konsumen yang merupakan jantung dari kapitalisme adalah sebuah budaya yang di dalamnya terdapat bentuk halusinasi, mimpi, artifilsialitas, kemasan wujud komoditi, yang kemudian dikonstruksi sosial melalui komunikasi ekonomi (iklan, show, media) sebagai kekuatan tanda (semiotic power) kapitalisme.

Asal mula konsumerisme dikaitkan dengan proses industrialisasi pada awal abad ke-19. Karl Marx menganalisa buruh dan kondisi-kondisi material dari proses produksi. Menurutnya, kesadaran manusia ditentukan oleh kepemilikan alat-alat produksi. Prioritas ditentukan oleh produksi sehingga aspek lain dalam hubungan antarmanusia dengan kesadaran, kebudayaan, dan politik dikatakan dikonstruksikan oleh relasi ekonomi.

Kapitalisme yang dikemukakan oleh Marx adalah suatu cara produksi yang dipremiskan oleh kepemilikan pribadi sarana produksi. Kapitalisme bertujuan untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, terutama dengan mengeksploitasi pekerja. Realisasi nilai surplus dalam bentuk uang diperoleh dengan menjual produk sebagai komoditas. Komoditas adalah sesuatu yang tersedia untuk dijual di pasar. Sedangkan komodifikasi adalah proses yang diasosiasikan dengan kapitalisme di mana objek, kualitas, dan tanda berubah menjadi komoditas.6

C. BUDAYA KONSUMERISME

Budaya konsumen merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji karena terkait dengan budaya pop karena budaya konsumen ini mengacu seperti budaya pop, yaitu bersifat massal. Beberapa jenis budaya populer yang juga berhubungan dengan budaya konsumen, antara lain iklan, televisi, radio, pakaian, internet, dan lain-lain. Budaya konsumen diciptakan dan ditujukan kepada negara-negara berkembang guna menciptakan sebuah pola

6http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/17/budaya-konsumen/#more-133 (diakses

(7)

hidup masyarakat yang menuju hedonisme. Budaya konsumen merupakan istilah yang menyangkut tidak hanya perilaku konsumsi, tetapi adanya suatu proses reorganisasi bentuk dan isi produksi simbolik di dalamnya. Perilaku di sini bukan sebatas perilaku konsumen dalam artian pasif. Namun, merupakan bentuk konsumsi produktif, yang menjanjikan kehidupan pribadi yang indah dan memuaskan, menemukan kepribadian melalui perubahan diri dan gaya hidup. Budaya konsumen menekankan adanya suatu tempat di mana kesan memainkan peranan utama. Saat ini dapat dilihat bahwa banyak makna baru yang terkait dengan komoditi “material” melalui peragaan, pesan, iklan, industri gambar hidup serta berbagai jenis media massa. Dalam pembentukannya, kesan terus menerus diproses ulang dan makna barang serta pengalaman terus didefinisikan kembali. Tidak jarang tradisi juga “diaduk-aduk dan dikuras” untuk mencari simbol-simbol kecantikan, roman, kemewahan, dan eksotika.

Masyarakat modern adalah masyarakat konsumtif. Masyarakat yang terus menerus berkonsumsi. Konsumsi telah menjadi budaya, yaitu budaya konsumsi. Bagi masyarakat konsumen, saat ini hampir tidak ada ruang dan waktu tersisa untuk menghindari diri dari serbuan berbagai informasi yang berurusan dengan kegiatan konsumsi. Di rumah, kantor, ataupun tempat-tempat lain masyarakat tidak henti-hentinya disajikan berbagai informasi yang menstimulasi konsumsi melalui iklan di tv, koran, ataupun majalah. Fenomena masyarakat konsumsi tersebut, yang telah melanda sebagian besar wilayah dunia, saat ini juga sudah terjadi pada masyarakat Indonesia, terutama di masyarakat perkotaan. Menurut Yasraf Amir Piliang, fenomena yang menonjol dalam masyarakat Indonesia saat ini yang menyertai kemajuan ekonomi adalah berkembangnya budaya konsumsi yang ditandai dengan berkembangnya gaya hidup.

(8)

berhubungan dengan budaya konsumen, serta dampak yang muncul dari adanya budaya konsumen.

Budaya konsumen juga dapat diartikan sebagai budaya-budaya yang dilakukan oleh seorang konsumen. Adapun budaya konsumen menggunakan image, tanda-tanda, dan benda-benda, simbolik yang mengumpulkan mimpi-mimpi, keinginan, dan fantasi yang menegaskan keautentikan romantik dan pemenuhan emosional dalam hal menyenangkan diri sendiri bukan orang lain; secara narsistik. Dalam budaya konsumen terdapat tiga macam perspektif, yaitu:

1. Pandangan bahwa konsumen dipremiskan dengan ekspansi produk komoditas kapitalis yang memunculkan akumulasi besar-besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen dan tempat-tempat belanja dan konsumsi.

2. Pandangan bahwa masyarakat mempunyai cara-cara yang berbeda dalam menggunakan benda-benda untuk menciptakan ikatan-ikatan atau perbedaan masyarakat.

3. Adanya masalah kesenangan emosional untuk konsumsi, mimpi-mimpi dan keinginan yang ditampakan dalam bentuk budaya konsumsi dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara beragam memunculkan kenikmatan jasmaniah langsung serta kesenangan estetis.

Dalam mode-mode konsumsi terdapat logika konsumsi, yaitu cara yang terstruktur secara sosial di mana benda-benda digunakan untuk membatasi hubungan sosial. Dalam logika konsumsi ini, benda konsumsi sebagai komunikator yang mampu menunjukkan identitas atau status sosial ketika konsumen mampu membelinya atau memilikinya.

(9)

sosial yang lain. Fenomena konsumsi dimana individu mengkonsumsi sesuatu komoditi secara ekspresif disebut dengan budaya konsumen.

Budaya konsumen sebagai bagian dari kajian sosiologis tidak berdiri secara sendirinya. Budaya konsumen merupakan hasil kontruksi dari kapitalis, sehingga saat ini berbelanja telah menjadi kegiatan rekreasi atau pengisi waktu luang ataupun hanya sekedar

windows shooping. Salah satu instrumen kapitalis dalam upaya penyebaran budaya konsumen adalah melalui komoditifikasi dan spasialization. Komoditifikasi adalah usaha kaum kapitalis dalam rangka mengubah segala sesuatu menjadi komoditi. Dikarenakan proses ini saat ini berbagai produk telah tersebar, dan proses ini ditunjang pula dengan proses spasialisasi atau usaha-usaha menghilangkan batas-batas demografis guna menghilangkan hambatan ruang dan waktu melalui penciptaan teknologi mutakhir. Saat ini kita lebih mengenal proses ini sebagai globalisasi.

Menurut Cellia Lurry, penyebab perkembangan budaya konsumen adalah: 1. Berbagai jenis barang (komoditas) tersedia di pasar

2. Pasar menempati posisi penting untuk mendapatkan komoditas 3. Kegiatan berbelanja berubah menjadi kegiatan mengisi waktu luang 4. Terciptanya beberapa inovasi dalam kegiatan berbelanja

5. Berkembangnya model pembelian secara kredit

6. Terjadinya manipulasi ruang dan waktu melalui media periklanan.

Pengaruh budaya terhadap perilaku konsumen, dapat dilihat dari produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Di mana makna budaya tersebut nantinya akan dipindahkan ke produk dan jasa, dan produk kemudian dipindahkan ke konsumen. Makna budaya atau makna simbolik yang telah melekat kepada produk akan dipindahkan kepada konsumen dalam bentuk pemilikan produk (possession ritual), pertukaran (exchange), pemakaian (grooming ritual), pembuangan (divestment ritual).

(10)

jangkauan global budaya promosi ini dan menunjukkan kaitan antara kapitalisme global, iklan, dan homogenitas kultural. Jadi, bagi beberapa kritikus, proses global mewakili bentuk homogenisasi kultural, khususnya di bidang budaya konsumen di mana Coca Cola, McDonald’s, Nike, dan Microsoft Windows beredar ke seluruh dunia.

D. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BUDAYA KONSUMEN

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan munculnya budaya konsumen, antara lain, Faktor yang Melatarbelakangi Munculnya Budaya Konsumen.

1. Faktor Lingkungan

Assael (1992) mengelompokkan faktor lingkungan yang mempengaruhi konsumen terdiri atas:

1) Budaya dan kelas sosial, 2) Pengaruh sub-budaya,

3) Pengaruh global dan lintas budaya, 4) Pengaruh kelompok rujukan,

(11)

membeli sejumlah barang atau materi, seperti televisi dan handphone. Akan tetapi, juga mengkonsumsi jasa, seperti rekreasi. Beberapa contoh dari gaya hidup yang nampak menonjol saat ini adalah nge-mall, hang out, fitness, dll.

E. DAMPAK BUDAYA KONSUMEN

Perkembangan televisi global sebagai bangunan bisnis utama telah menempatkan budaya konsumen, iklan berbasis visual, di barisan depan aktivitasnya. Dampak yang sangat mencolok dari budaya konsumen, yaitu:

1. Dampak positif

- Membuka dan menambah lapangan pekerjaan, karena akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak untuk memproduksi barang dalam jumlah besar.

- Meningkatkan motivasi konsumen untuk menambah jumlah penghasilan agar bisa membeli barang/jasa yang diinginkan dalam jumlah dan jenis yang beraneka ragam. - Menciptakan pasar bagi produsen, karena bertambahnya jumlah barang yang

dikonsumsi masyarakat maka produsen akan membuka pasar-pasar baru guna mempermudah memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Dampak negatif

Pola hidup masyarakat, seperti hedonisme, konsumerisme, dan kapitalisme. Budaya konsumen pada dasarnya merupakan cara berpikir atau memandang sesuatu yang kemudian menginternalisasi dalam kehidupannya karena dibiasakan yang akhirnya popular dan menjadi budaya massa. Contoh nyata dari budaya konsumen, yaitu TV di mana pada mulanya tujuan dari adanya TV sebagai sumber/transfer informasi, pengetahuan, dan pendidikan. Tujuan tersebut kini telah berubah seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi khususnya TV, internet, dll. Tujuan semula yaitu sebagai transfer informasi, pengetahuan, dan pendidikan, kini beubah tujuan menjadi media hiburan yang semata-mata dilakukan untuk meraup keuntungan materiil oleh para pelaku bisnis hiburan dan TV.

Senang dengan budaya-budaya atau kegiatan yang tidak memiliki banyak manfaat, seperti mengalihkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih penting.

(12)

merupakan jantung dari kapitalisme adalah sebuah budaya yang di dalamnya terdapat bentuk halusinasi, mimpi, artifilsialitas, kemasan wujud komoditi, yang kemudian dikonstruksi sosial melalui komunikasi ekonomi (iklan, show, media) sebagai kekuatan tanda (semiotic power) kapitalisme.

Budaya konsumen merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji karena terkait dengan budaya pop karena budaya konsumen ini mengacu seperti budaya pop, yaitu bersifat massal. Beberapa jenis budaya populer yang juga berhubungan dengan budaya konsumen, antara lain iklan, televisi, radio, pakaian, internet, dan lain-lain.

Faktor yang mempengaruhi budaya konsumen adalah faktor lingkungan dan gaya hidup. Sedangkan, faktor yang mempengaruhi pola konsumsi yaitu konsumen individu, pengaruh lingkungan, dan marketing strategy.

(13)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Budaya konsumen dilatarbelakangi oleh munculnya masa kapitalisme yang diusung oleh Karl Marx yang kemudian disusul dengan liberalisme. Budaya konsumen yang merupakan jantung dari kapitalisme adalah sebuah budaya yang di dalamnya terdapat bentuk halusinasi, mimpi, artifilsialitas, kemasan wujud komoditi, yang kemudian dikonstruksi sosial melalui komunikasi ekonomi (iklan, show, media) sebagai kekuatan tanda (semiotic power) kapitalisme.

Budaya konsumen merupakan suatu hal yang menarik untuk dikaji karena terkait dengan budaya pop karena budaya konsumen ini mengacu seperti budaya pop, yaitu bersifat massal. Beberapa jenis budaya populer yang juga berhubungan dengan budaya konsumen, antara lain iklan, televisi, radio, pakaian, internet, dan lain-lain.

Faktor yang mempengaruhi budaya konsumen adalah faktor lingkungan dan gaya hidup. Sedangkan, faktor yang mempengaruhi pola konsumsi yaitu konsumen individu, pengaruh lingkungan, dan marketing strategy.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Shadily, Hassan. 1993. Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Hal 136. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Narwoko, J. Dwi dan Suyanto, Bagong. 2004. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan. Hal: 72. Jakarta: Kencana.

Featherstone, Mike (Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth). 2005. Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Kencana. Jakarta. Jones, Pit. 2010. Pengantar Teori-Teori Sosial. Yayasan Obor. Jakarta.

Barker, Chris. 2004. Cultural Studies, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/05/17/budaya-konsumen/#more-133 (diakses

pada tanggal 7 November 2014, pukul 22.00 WITA)

http://eprints.undip.ac.id/9820/1/POSMODERNISME_DAN_BUDAYA_KONSUMEN.doc

(diakses pada tanggal 7 November 2014, pukul 21.00 WITA)

http://novian-r-p-fisip08.web.unair.ac.id/artikel_detail-37217-Informasi%20dan%

Referensi

Dokumen terkait

Pada pelaksanaan, dapat disimpulkan bahwa penerapan manajemen risiko likuiditas secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja keuangan perbankan

Kepala Seksi Pendaftaran Tanah dan Kepala Sub Direktorat Agraria atas nama Bupati atau Walikota Kepala Daerah menandatangani buku tanah tersebut dan menerbitkan salinan buku tanah

UPAYA PEMBINAAN KOMUNITAS MARGINAL SUKU KUBU DALAM MEMBERDAYAKAN HIDUP PERCAYA DIRI DAN KEMISKINAN (Studi Kasus Suku Anak Dalam Kabupaten Marangin Provinsi Jambi). 1435 UIN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan pada siswa kelas IV SD 4 Jekulo Kecamatan

Nah, saya melihat di sini bahwa ya orang tidak pernah memikirkan ada perjanjian kawin dan kemudian kalau orang menikah dengan warga negara asing itu akan

Then, the method of data analyze is logistic regression (binomial and ordinal).The results show that level of dependence, wealth, expenditure, follow up on audit findings and

dari senam lantai karena dilakukan di atas matras. Senam lantai merupakan bagian dari pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya materi

Penilaian mengenai persepsi user terhadap suatu sistem menjadi hal yang penting karena user adalah aspek yang sangat menentukan kesuksesan implementasi dari suatu sistem