• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELANGGARAN KODE ETIK DALAM BIDANG IT (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PELANGGARAN KODE ETIK DALAM BIDANG IT (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PELANGGARAN KODE ETIK DALAM

BIDANG IT

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Dosen:

Disusun oleh :

Hendri Susanto 10110156

Adam Hermawan

Lufi Adhya Dafila

Randy Maulana

Asep

Hadi

Etika Profesi – 11

(2)

BANDUNG

2013

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...i

KATA PENGANTAR...ii

BAB I Pendahuluan ...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Identifikasi Masalah ...2

BAB II Tinjauan Pustaka ...3

2.1 Pengertian Kode Etik ...5

2.2 Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi ...5

2.3 Upaya Pencegahan Kode Etik Profesi... 2.4 Undang – Undang ITE... BAB III STUDI KASUS...6

3.1 Contoh Kasus ...6

BAB IV ANALISIS ...6

4.1 Analisis Identifikasi Masalah ...6

BAB V PENUTUP ...6

5.1 Kesimpulan...

(3)

KATA PENGANTAR

Makalah ini dimaksudkan sebagai penjelasan ringkas dari etika profesi. Dengan membaca makalah etika profesi ini diharapkan pembaca dapat memahami dan mengerti tentang yang disebut etika profesi dan juga dapat memahami faktor dan hal – hal yang berhubungan dengan etika profesi.

Makalah ini memuat tentang pentingnya etika profesi beserta sub – sub bagiannya seperti; Pengertian Etika, Pengertian Profesi dan Kode etik Profesi, Pentingnya etika profesi, dan tujuannya.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini, hususnya kepada dosen saya yang telah membrikan tugas untuk membuat makalah ini sehingga kami mempunyai semangat yang tinggi dalam menyelesaikan makalah ini. Kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Bandung, 12 Mei 2014

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini teknologi informasi dan komunikasi atau biasa di sebut dengan TIK, dalam hal ini khususnya internet berkembang begitu pesatnya seiring dengan perubahan zaman. Hampir di semua bidang kehidupan masyarakat banyak yang memanfaatkan penggunaan TIK dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Mulai dari bidang ekonomi, sosial, politik, agama, pendididkan, kesehatan, pemerintahan, perbankan, sistem pertahanan dan keamanan suatu Negara. Serta dengan percepatan teknologi yang semakin lama semakin dahsyat menjadikan sebab marterial perubahan yang terus menerus menjadikan suatu Negara dapat mengembangkan teknologinya yang semakin canggih.

Internet merupakan symbol material embrio masyarakat global. Internet membuat global dunia era informasi ditandai dengan aksesibilitas informasi yang amat tinggi. Dalam era ini, informasi merupakan komoditi utama yang diperjual belikan sehingga akan muncul berbagai network dan information company yang akan memperjual belikan berbagai fasilitas bermacam jaringan dan berbagai basis data informasi tentang berbagai hal yang dapat diakses oleh pengguna dan pelanggan.

Akan tetapi di balik manfaat-manfaat itu semua,terkadang ada beberapa pihak tertentu yang menyalahgunakan penggunaan TIK khususnya internet ini. Mereka sengaja masuk kedalam web suatu instansi/lembaga tertentu kemudian melakukan kejahatan didalamnya.baik itu mencuri data ataupun mengacaukan data,bahkan tidak sedikit mencuri uang melalui internet seperti pembobolan nomor pin ATM.

Kejahatan-kejahatan seperti inilah yang disebut sebagai Cybercrime. Banyak jenis dan ragam cybercrime namun semuanya pada dasarnya sama yakni melakukan tindakan kejahatan di dunia maya atau internet.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah kami jelaskan ini, kami mendapat beberapa masalah untuk di identifikasi lebih lanjut, yakni :

1. Kurangnya pengetahuan tentang hukum atau larangan dalam pelanggaran – pelanggaran dan kode etik pada bidang IT ini.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian kode etik

kode etik adalah peraturan yang harus ditaati oleh suatu disiplin ilmu, lembaga, instansi, ataupun pekerjaan. Atau merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas

(6)

Adapunfungsidarikodeetik adalah:

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan

2. Sebagaisaranakontrolsosialbagimasyarakatatasprofesiyangbersangkutan

3. Mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaanprofesi.

Jadi pelanggaran kode etik berarti pelanggaran atau penyelewengan terhadap sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benardanbaikbagisuatuprofesidalammasyarakat.

2.2 Penyebab pelanggaran kode etik profesi

Pelanggaran kode etik profesi merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh sekelompok profesi yang tidak mencerminkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnyaberbuatdansekaligusmenjaminmutuprofesiitudimatamasyarakat.

TujuanKodeEtikProfesiadalah:

1. Untukmenjunjungtinggimartabatprofesi

2. Untukmenjagadanmemeliharakesejakteraanparaanggota

3. Untukmeningkatkanpengabdianparaanggotaprofesi

4. Untukmeningkatkanmutuprofesi

5. Meningkatkanlayanandiataskeuntunganpribadi

(7)

Idealisme yang terkandung dalam kode etik tidak sejalan dengan fakta yang terjadidisekitarparaprofesional,sehinggaharapanterkadangsangatjauhdarikenyataan. Memungkinkanparaprofesionaluntukberpalingkepadakenyataandanmengakibatkan idealismekodeetikprofesi.Kodeetik merupakanhimpunannormamoralyangtidak

dilengkapi dengansanksikeras karenakeberlakuannya semata–mataberdasarkankesadaran profesional.

Penyebab pelanggaran kode etik profesi IT organisasi profesi tidak di lengkapi dengansaranadanmekanismebagimasyarakatuntukmenyampaikankeluhanterhadapsuatu kodeetikIT.Minimnyapengetahuanmasyarakat tentangsubstansikodeetikprofesidanjuga karenaburuknyapelayanansosialisasidaripihakprofesiitusendiri.Belumterbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk menjaga martabat luhur masing – masingprofesi.

AlasanmengabaikankodeetikIT antaralain: 1. Pengaruhsifatkekeluargaan

Misalnya yang melakukan pelanggaran adalah keluarga atau dekat hubungan kekerabatannya dengan pihak yang berwenang memberikan sanksi terhadap pelanggaran kode etik pada suatu profesi, maka mereka akan cenderung untuk tidak memberikan sanksi kepadakerabatnya yangtelahmelakukanpelanggarankodeetiktersebut.

2. Pengaruhjabatan

Misalnya yang melakukan pelanggaran kode etikprofesi itu adalah pimpinanatau orang yang meilikikekuasaanyang tinggipadaprofesitersebut,makabisajadioranglainyang posisidankedudukannya beradadibawahorangtersebutakanuntukengganmelaporkan kepada pihak yang berwenang yang memberikan sanksi, karena kekawatiran akan berpengaruhterhadapjabatandanposisinyapadaprofesitersebut.

1. PengaruhmasihlemahnyapenegakanhukumdiIndonesia,sehinggamenyebabkanpelaku pelanggaran kodeetikprofesitidakmerasakhawatirmelakukanpelanggaran.

2. Tidakberjalannyakontroldanpengawasandarimasyarakat

3. Organisasi profesi tidak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi masyarakat untuk menyampaikan keluhan

(8)

2.3 Upaya pencegahan kode etik profesi

Kasus – kasus pelanggaran kode etik akan ditindak lanjuti dan dinilai oleh dewan kehormatanataukomisiyangterbentukkhususuntukitu,karenatujuannyaadalahmencegah terjadinya perilakuyangtidaketis.Seringkalikodeetisjugaberisikantentangketentuan– ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self regulation yang terwujud dalam kodeetik.

Ada beberapa alasan mengapa kode etik perlu untuk dibuat. Beberapa alasan tersebut adalah:

a) Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga individu-individudapatberperilakusecaraetis.

b) Kontroletisdiperlukankarenasistemlegaldanpasartidakcukupmampumengarahkan perilakuorganisasiuntukmempertimbangkandampakmoraldalamsetiapkeputusan bisnisnya.

c) Perusahanmemerlukankodeetikuntukmenentukanstatusbisnissebagaisebuahprofesi, dimanakodeetikmerupakansalahsatupenandanya.

d) Kodeetikdapatjugadipandangsebagaiupaya menginstitusionalisasikanmoraldan nilai-nilaipendiriperusahaan, sehinggakodeetiktersebutmenjadibagiandaribudaya

perusahaandanmembantusosialisasiindividubarudalammemasukibudaya tersebut.

Seperti kode etik itu berasal dari dirinya sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun demikian, dalam praktek sehari–harikontrolinitidakberjalandenganmuluskarenarasasolidaritastertanamkuat dalamanggota–anggotaprofesi,tetapidenganperilakusemacamitusolidaritasantarkolega ditempatkandiataskodeetikprofesidandengandemikianmakakodeetikprofesiitutidak tercapai,karenatujuanyangsebenarnya adalahmenempatkanetikaprofesidiatas

pertimbangan – pertimbangan lain. Masing – masing pelaksanaan profesi harus memahami betultujuankodeetikprofesibarukemudiandapatmelaksanakannya.

(9)

2.4 Undang – undang ITE

1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Internet & Transaksi Elektronik (ITE)

Undang-undang ini, yang telah disahkan dan diundangkan pada tanggal 21 April 2008, walaupun sampai dengan hari ini belum ada sebuah PP yang mengatur mengenai teknis pelaksanaannya, namun diharapkan dapat menjadi sebuah undang-undang cyber atau cyberlaw guna menjerat pelaku-pelaku cybercrime yang tidak bertanggungjawab dan menjadi sebuah payung hukum bagi masyarakat pengguna teknologi informasi guna mencapai sebuah kepastian hukum.

a. Pasal 27 UU ITE tahun 2008 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Ancaman pidana pasal 45(1) KUHP. Pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Diatur pula dalam KUHP pasal 282 mengenai

kejahatan terhadap kesusilaan.

b. Pasal 28 UU ITE tahun 2008 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.

c. Pasal 29 UU ITE tahun 2008 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mengirimkan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang berisi ancaman kekerasaan atau menakut-nakuti yang dutujukkan secara pribadi (Cyber Stalking). Ancaman pidana pasal 45 (3) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

d. Pasal 30 UU ITE tahun 2008 ayat 3 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum mengakses computer dan/atau system elektronik dengan cara apapun dengan melanggar, menerobos, melampaui, atau menjebol system pengaman (cracking, hacking, illegal access). Ancaman pidana pasal 46 ayat 3 setiap orang yang memebuhi unsure sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) dan/atau denda paling banyak Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

e. Pasal 33 UU ITE tahun 2008 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan tindakan apa pun yang berakibat terganggunya system elektronik dan/atau mengakibatkan system elektronik menjadi tidak bekerja sebagaiman mestinya.

(10)

g. Pasal 35 UU ITE tahun 2008 : Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan manipulasi, penciptaan, perubahan, penghilangan, pengrusakan informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dengan tujuan agar informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik tersebut seolah-olah data yang otentik (Phising = penipuan situs).

2) Kitab Undang Undang Hukum Pidana

1. Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding. 2. Pasal 378 KUHP dapat dikenakan untuk penipuan.

3. Pasal 335 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pengancaman dan pemerasan yang dilakukan melalui e-mail yang dikirimkan oleh pelaku untuk memaksa korban melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkannya.

4. Pasal 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pencemaran nama baik dengan menggunakan media Internet.

5. Pasal 303 KUHP dapat dikenakan untuk menjerat permainan judi yang dilakukan secara

online di Internet dengan penyelenggara dari Indonesia.

6. Pasal 282 KUHP dapat dikenakan untuk penyebaran pornografi.

7. Pasal 282 dan 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus penyebaran foto atau film pribadi seseorang.

8. Pasal 406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking yang membuat sistem milik orang lain.

3) Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Menurut Pasal 1 angka (8) Undang – Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, program komputer adalah sekumpulan intruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema ataupun bentuk lain yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang intruksi-intruksi tersebut.

4) Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Menurut Pasal 1 angka (1) Undang – Undang No 36 Tahun 1999, Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan/atau penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.

(11)

Tahun 1997 tanggal 24 Maret 1997 tentang Dokumen Perusahaan, pemerintah berusaha untuk mengatur pengakuan atas mikrofilm dan media lainnya (alat penyimpan informasi yang bukan kertas dan mempunyai tingkat pengamanan yang dapat menjamin keaslian dokumen yang dialihkan atau ditransformasikan. Misalnya Compact Disk – Read Only Memory (CD – ROM),

dan Write – Once -Read – Many (WORM), yang diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang tersebut

sebagai alat bukti yang sah.

6) Undang-Undang No 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 15

Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Jenis tindak pidana yang termasuk dalam pencucian uang (Pasal 2 Ayat (1) Huruf q). Penyidik dapat meminta kepada bank yang menerima transfer untuk memberikan identitas dan data perbankan yang dimiliki oleh tersangka tanpa harus mengikuti peraturan sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan.

7) Undang-Undang No 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

Referensi

Dokumen terkait

Badan Kehormatan Daerah melalui musyawarah berwenang mengusulkan kepada Ketua Bakohumasda untuk pemberian sanksi administratif bagi anggota yang melanggar Kode Etik Humas

PELANGGARAN KODE ETIK NOTARIS ATAS PEMALSUAN TANDA TANGAN AHLI WARIS DALAM AKTA

Berdasarkan kepada peristiwa awal yang terjadi dalam kasus pelanggaran kode etik, peneliti melihat ada kesamaan dari semua kasus pelanggaran kode etik yang

Komisi Etik Universitas Sari Mulia adalah badan yang dibentuk oleh Rektor yang berwenang mengawasi pelaksanaan Kode Etik, menerima dan memeriksa pengaduan pelanggaran kode

Ika Amiliya Nurhidayah, Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pada Pemberitaan Di Tribunnews.Com Edisi Juni 2022- Februari 2023 223 sedangkan redaksi selanjutnya menuliskan keterangan

Berdasarkan pendapat Song diatas menjalaskan kode etik yang telah ditetapkan oleh pihak terkait pengelola daya tarik wisata apabila terjadi pelanggaran akan diberikan sanksi, dalam hal

Hal ini dapat dilihat dari ketentuan mengenai sanksi pemberhentian sementara bagi Notaris yang diatur dalam Pasal 9 ayat 1 UUJN Pelanggaran kode etik merupakan pelanggaran yang bersifat

Hasil penelitian yaitu pelanggaran yang diberikan kepada Advokat tidak hanya mengacu pada UU no 18 tahun 2003 akan tetapi diatur pada Kode Etik Advokat yang dimana pada pasal 16 1 Kode