• Tidak ada hasil yang ditemukan

Conservation Approach For Redesigning Th

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Conservation Approach For Redesigning Th"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Conservation Approach For Redesigning The Streetscape of Pasar Baru Jakarta

Pasar Baru is part of the old batavia in 19th century, where there are scattered buildings with significance history and heritage culture. The buildings are aged above 100 years with the style of europe and chinese architecture. The history of its past as a hub of shopping arcade and a meeting point of various activities and cultural festival became attraction who made its existence so important until now. Could its history and tradition be preserved and passed on to these days? In which way Pasar Baru Street might be enlivened by its history and tradition? Those are questions that encourage the research and writing of this paper. The existing buildings along the street are documented and scrutinized for its coherency and compatibility to the revitalization process. At the end, the research will be summed up by the concept of streetscape, by using the building conservation as the the guidelines for redesigning the building facades along the street. The paper will present the result of the explorative research in graphics and the simulation of streetscape.

Keywords: conservation, reviltalization, Pasar Baru, Jakarta, streetscape.

Pendahuluan

Pasar Baru merupakan salah satu pusat perbelanjaan tertua di Jakarta, yang dibangun pada tahun 1820 dengan nama Passer Baroe. Perkembangannya dari waktu ke waktu mengakibatkan citra ikon fesyen di masa lalu beralih menjadi pusat perdagangan grosir. Pasar Baru saat ini hanya menjadi sebuah ingatan yang tidak dilupakan bagi sebagian warga saja walaupun keberadaannya masih memberikan identitas kota lama melalui wujud fisik yang tersisa dan memori kejayaannya.

Agar kawasan Pasar Baru dapat terus hidup dan berkesinambungan perlu dilakukan revitalisasi. Dalam kaitannya dengan upaya merevitalisasi kawasan Pasar Baru Jakarta tersebut, dukungan Pemerintah DKI Jakarta telah dilakukan melalui RDTR Propinsi DKI Jakarta tahun 2030 yang menentukan Pasar Baru sebagai kawasan bersejarah dan menetapkan Pasar Baru dan kawasan sekitarnya sebagai kawasan belanja bertaraf internasional, sesuai dengan Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3048/2000 tertanggal 18 Oktober 2000. Dalam artikel Pasar Baru Semrawut Semakin Tidak Nyaman (Pos Kota, 29 Desember 2011), DPRD DKI Jakarta mendesak pemerintah provinsi untuk menata Pasar Baru, bukan hanya semata untuk kenyamanan pengunjung maupun pelaku usaha semata. Namun juga untuk citra Jakarta sebagai kota jasa.

Berdasarkan fenomena-fenomena yang melatarbelakangi permasalahan kawasan tersebut, penulis memandang penting untuk melakukan revitalisasi kawasan Pasar Baru Jakarta. Dimana untuk mengembalikan kejayaan kawasan dan agar segala aspek di dalamnya dapat berkesinambungan, upaya yang dapat dicapai adalah dengan mengembalikan Pasar Baru menjadi salah satu ikon Kota Jakarta dan sepenuhnya menjadi tujuan wisata belanja internasional. Untuk mendukung tujuan tersebut, makalah ini disusun dalam rangka merancang usulan penataan wajah jalan berdasarkan hasil observasi terhadap signifikansi sejarah dan budaya yang ada pada bangunan atau konservasi. Hasil dari makalah ini adalah rekomendasi perancangan wajah jalan yang kontekstual terhadap sejarah dan budaya setempat.

Landasan Teori

Konservasi menurut Piagam Burra (Burra Charter, 1982), merupakan sebagai seluruh proses penanganan suatu tempat sehingga dapat dipertahankan makna budayanya; mencakup kegiatan pemeliharaan dan tergantung pada keadaan; dapat mencakup kegiatan preservasi, restorasi, rekonstruksi dan adaptasi, dan pada umumnya merupakan gabungan lebih dari satu kegiatan tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, konservasi dipahami sebagai pelestarian dan perlindungan pada suatu lingkungan binaan yang bersifat dinamis.

(2)

pengendalian dalam kaitannya dengan preservasi Proses ini dipahami sebagai upaya menghidupkan kembali sebuah distrik/kawasan kota yang telah mengalami degradasi melalui intervensi fisik dan non fisik.

Data

Sebagai salah satu bagian dari kota lama, kawasan Pasar Baru (Passer Baroestraat) memiliki sebaran bangunan yang memiliki sinifikansi sejarah dan budaya kota lama. Bangunan-bangunan tersebut berusia di atas 100 tahun dengan gaya arsitektur Eropa maupun arsitektur Cina yang masih tercatat dengan jelas dan keberadaannya masih dipertahankan sebagaimana bentuk aslinya. Berikut bangunan-bangunan bersejarah yang ada di sekitar kawasan Pasar Baru dan dilindungi berdasarkan Daftar Bangunan Cagar Budaya DKI Jakarta (see Figure 1):

1. Gedung kesenian Jakarta, disebut juga Schouwburg, merupakan bangunan yang dibangun pada pemerintahan Inggris pada tahun 1914, dengan gaya Art Deco. Gedung ini tidak hanya menjadi gedung pertunjukan, tahun 1926 kongres pemuda pertama diadakan di gedung ini kemudian pada jaman pendudukan Jepang gedung ini pernah menjadi markas tentara, kemudian pada tanggal 29 Agustus 1945 Presiden Soekarno meresmikan Komite Nasional Indonesia (KNIP ) di gedung ini.

2. Museum Filateli, disebut juga De Groote Postweg, Bangunan ini dirancang tahun 1913 dengan gaya Art Deco. Kemudian dikembangkan seiring perkembangan kantor pos di Batavia. Pada tahun 1995, setelah layanan pos dipindahkan ke gedung baru, maka Gedung Kantor Pos ini kemudian dikenal sebagai Gedung (Kantor) Filateli. 3. Museum Fotografi (Kantor Antara), sebelumnya dikenal dengan gedung Antara, yang merupakan kantor jurnalis

pada masa kemerdekaan. Bangunan yang memiliki arsitektur bergaya Art Deco ini sekarang dijadikan Museum Fotografi yang memuat berbagai foto tua dan foto yang berhubungan dengan dunia jurnalistik.

4. Batik Sutra Putih, sebelumnya adalah Apotik Kimia Farma dan dikenal dengan nama Apotheek. Bangunan ini memiliki gaya arsitektur dan ornamen khas Art Deco. Hingga saat ini rangka-rangka bangunan masih dipertahankan, namun beberapa material seperti kaca telah mengalami perubahan.

5. Toko Kompak, merupakan bangunan bekas kediaman Majoor Tio Tek Ho. Bangunan ini masih dipertahankan bentuk aslinya dan telah berusia lebih dari 200 tahun. Bangunan dengan gaya arsitektur Cina dengan sedikit pengaruh Art Deco ini didominasi oleh kayu berukiran dan kental dengan ornamen arsitektur Cina. Pada masa jayanya sempat dijadikan sebagai tempat menjual peralatan rumah tangga namun kini menjual tas.

6. Gereja Ayam, dahulu bernama Haantjes Kerk, diresmikan pada tahun 1915. Pada tahun 1953 namanya dirubah dinamakan Gereja Pniel. Bangunan yang mempunyai dua buah menara pada tampak depannya ini bergaya neo-romanik dengan unsur-unsur neo-barok.

7. Sekolah Santa Ursula, disebut juga Ursulint Zuster School, sekolah ini didirikan pada tahun 1859 oleh para suster Ursulin di Indonesia. Sekolah yang memiliki gaya arsitektur Art Deco ini, masih mempertahankan bentuk aslinya.

Gambar 1. Bangunan Bernilai Sejarah pada Koridor Pasat Baru

4. Batik Sutra Putih 5. Toko Kompak 6. Gereja Ayam 7. Santa Ursula

(3)

Dari tujuh bangunan di atas dua di antaranya berada pada koridor jalan Pasar Baru. Perubahan pada bangunan tersebut tidak diperkenankan, namun pemeliharaan dan perbaikan merupakan hal yang harus diupayakan mengingat kondisinya saat ini yang minim pemeliharaan.

Pada koridor jalan Pasar Baru, terdapat beberapa bangunan yang dinilai layak dipertahankan dan dijadikan ikon heritage pada koridor jalan Pasar Baru, karena bentuk dan langgamnya masih dianggap mewakili sejarah kota lama kawasan. Bangunan tersebut merupakan beberapa bangunan yang masuk ke dalam kelompok berpotensi historis yang masih memiliki signifikansi sejarah dan budaya untuk dipreservasi, antara lain (lihat Gambar 2):

a. Garuda, merupakan toko alat olah raga dengan bangunan historis yang telah mengalami perubahan pada fasad. Rangka dan atap bangunan pelana adalah elemen bersignifikansi sejarah bercirikan Art Deco yang masih dapat dikenali.

b. Tekstil Sogo, merupakan toko tekstil dengan bangunan berpotensi historis, dimana atap dan fasad pada lantai 2 (plafon dan lubang angin) memiliki ornamen bercirikan Art Deco yang masih dapat dikenali.

c. Jean Machine, merupakan toko pakaian dengan bangunan berpotensi historis, dimana atap dan fasad pada lantai 2 (railing dan bukaan) memiliki ornamen bercirikan Art Deco yang masih dapat dikenali.

d. Sumber Baru, merupakan toko tas dengan bangunan berpotensi historis, dimana fasad pada lantai 2 (artikulasi garis dan bidang) memiliki ornamen bercirikan Art Deco yang masih dapat dikenali.

e. Dasa Permai, merupakan toko pakaian dengan pengolahan bangunan secara eklektik, dimana fasad pada lantai 2 memiliki ornamen tempelan yang meniru gaya Art Deco.

f. Elite Fashion, merupakan toko pakaian dengan pengolahan bangunan secara eklektik, dimana fasad pada lantai 2 memiliki ornamen tempelan yang meniru gaya Art Deco.

g. Tamar Tamim Tekstil, merupakan toko tekstil dengan bangunan berpotensi historis, dimana atap dan fasad pada lantai 2 (lubang angin dan bukaan) memiliki ornamen bercirikan Art Deco yang masih dapat dikenali.

h. Gedung kosong (eks Nyonya Meneer), adalah bangunan bekas toko jamu yang memiliki muatan memori sejarah dan budaya masa lampau. Toko ini terkenal di masa lalu sebagai penyedia berbagai obat dan jamu tradisional. Wujud fisik bangunannya memperlihatkan gaya arsitektur Art Deco yang jelas dari bentuk, fasad (ornamen lubang angin dan bukaan) serta bentuk atap.

i. Vini Vidi Vici, merupakan toko alat olah raga dengan bangunan berpotensi historis, dimana atap dan fasad pada lantai 2 (bukaan) memiliki ornamen bercirikan Art Deco yang masih dapat dikenali.

j. Batik Sutra Kencana, merupakan toko tekstil dengan bangunan berpotensi historis, dimana elemen atap dan fasad (bukaan) pada lantai 2 memiliki ornamen bercirikan arsitektur Cina yang masih dapat dikenali.

k. Lee Ie Sang, merupakan toko perabot dengan bangunan berpotensi historis, dimana fasad pada lantai 2 (artikulasi garis dan bidang) memiliki ornamen bercirikan Art Deco yang masih dapat dikenali.

Gambar 2. Bangunan Bernilai Sejarah pada Koridor Pasat Baru

Metodologi

a. Garuda b. Textile Sogo

h. Eks Ny. Meneer i. Vini Vidi Vici

e. Dasa Permai g. Tamar Tamim

(4)

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dan observasional. Di mana, bangunan-bangunan eksisting di sepanjang koridor jalan didokumentasikan bentuk, ketinggian, tampak dan gaya arsitekturnya. Kemudian bangunan-bangunan tersebut dianalisis melalui penggambaran wajah jalan, potongan jalan dan fasad bangunan-bangunan. Pada akhirnya, penelitian ini menghasilkan konsep wajah jalan (streetscape), dengan menggunakan pendekatan konservasi bangunan dan lingkungan sebagai panduan penataan tampak bangunan di sepanjang koridor.

Analisis

1. Wajah Jalan (Streetscape)

Wajah jalan merupakan tatanan visual penggal jalan baik secara melintang maupun memanjang. Wajah jalan erat kaitannya dengan skala manusia dalam hal ini pejalan kaki sebagai subjek utama pengguna jalan. Tatanan wajah jalan secara melintang, ditelaah melalui potongan jalan, sedangkan tatanan wajah jalan secara memandang ditelaah melalui fasad bangunan.

2. Potongan Jalan

Potongan pada beberapa penggal jalan seperti terlihat pada Gambar 3 menunjukkan adanya beberapa karakter yang berbeda. Pada potongan A-A dan B-B, skala manusia dibandingkan dengan ketinggian bangunan yang rendah masih terasa nyaman dibandingkan dengan ketinggian bangunan yang relatif tinggi seperti pada potongan C-C. Perbedaan karakter ruang jalan terlihat jelas pada Potongan A-A yang menggunakan atap dan B-B yang tanpa atap, serta keberdaan kanopi pada penggal jalan A-A dan B-B.

Gambar 3. Kondisi Eksisting Koridor Pasar Baru

3. Fasad Bangunan

(5)

Gambar 4. Fasad Bangunan

Perbedaan langgam pada muka bangunan di sepanjang koridor memberikan warna dan karakter ruang yang berbeda terutama dalam skala manusia. Misalnya pada bagian selatan kawasan ruang jalan yang terbentuk secara visual lebih klasik dengan skala yang lebih intim dengan pejalan kaki. Sedangkan pada bagian selatan ruang jalan secara visual lebih kontemporer dengan skala yang lebih besar dari pejalan kaki.

Rekomendasi Penataan

(6)

Gambar 5. Usulan Penataan Bangunan Bersejarah

1) Contextual Uniformity

Pendekatan perancangan dilakukan dengan bentukan bangunan baru yang melanjutkan langgam dan bentukan bangunan historis. Pengolahan fasad, garis dan bidang horisontal ditata dengan ritme dan irama yang sama dengan bangunan historis. Pendekatan pada segmen ini cenderung memanfaatkan potensi lingkungan dan bangunan bersejarah melalui adaptive reuse atau pemanfaatan kembali untuk tujuan baru. Salah satunya adalah sebagai anchor yang mewadahi kegiatan fesyen lokal dan beberapa digunakan untuk toko kriya budaya. Untuk mempreservasi bangunan bersejarah yang tidak dapat dirubah fungsinya, dapat dimanfaatkan sebagai latar belakang kegiatan fesyen di ruang jalan.

Gambar 6. Contextual Uniformity

2) Contextual Continuity

Pendekatan pada Segmen 2, dilakukan dengan penataan langgam yang mengadaptasi bentukan historis namun tidak mengulanginya melainkan dilakukan penyesuaian terhadap fungsi, konteks dan unsur lain. Segmen ini menciptakan fungsi-fungsi baru sebagai ikon baru yang bentukan dan langgamnya tetap mengadaptasi bentukan bangunan historis.

(7)

3) Contextual Juxtaposition

Pendekatan pada Segmen 3, dilakukan dengan penataan langgam yang tidak merujuk pada bentukan bangunan historis. Segmen ini memadukan langgam bangunan berkonsep kontemporer yang kontras dengan segmen sebelumnya.

Gambar 8. Fasad Deret Bangunan Barat

Gambar 9. Fasad Deret Bangunan Timur

Kesimpulan

Penataan fasad pada kawasan bersejarah memerlukan pendekatan signifikansi sejarah dan budaya yang ada pada kawasan. Melalui pendekatan konservasi berdasarkan teori Tiesdell, revitalisasi dengan memanfaatkan bangunan kuno menjadi lebih kontektual. Di mana, dilakukan pemilihan prioritas kawasan yang kemudian mendorong dibaginya koridor menjadi tiga prioritas kelompok bangunan. Pertama, menggunakan pendekatan yang lebih mengadaptasi bangunan lama, dengan mengulang garis, ritme dan irama langgamnya (Contextual Uniformity). Kedua, menggunakan pendekatan yang lebih menyesuaikan pada kondisi saat ini namun tetap mengikuti aturan bentukan bangunan kuno (Contextual Continuity). Ketiga, membuat bentukan yang tidak mengikuti bentukan dan tatanan bangunan lama, sehingga terlihat sangat kontras dan mencolok. Pada akhirnya, pada koridor Pasar Baru dihasilkan tatanan wajah jalan yang suasananya bergradasi dan berangsur-angsur dari yang bersejarah sampai ke kontemporer.

Referensi

Ewing, Reid., Handy, Susan., Brownson, Ross.C., Clemente, Otto., & Winston, Emily. (2006). Identifying and Measuring Urban Design Qualities Related to Walkability. Journal of Physical Activity and Health. Texas.

Gemzøe, Lars. dan Gehl, Jan. (2006). Quality for People: A Set of Quality Criteria for the Design of Pedestrian Places and Networks with People in Mind. The 7th International Conference on Walking and Liveable Communitie. Melbourne.

Shirvani, Hamid. (1985). The Urban Design Process. Van Nostrand Reinhold Company, New York.

Susanti, Retno. (2001). Pengaruh Konsep Pedestrian Mall pada Revitalisasi Jalan Pasar Baru dan Kawasan di Sekitarnya di Jakarta. Tesis Magister Teknik Arsitektur, Universitas Diponegoro, Semarang.

(8)

Burra Charter, 1982

Rencana Detail Tata Ruang Jakarta Pusat Tahun 2010-2030, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2010 Rencana Wilayah Ruang Kota DKI Jakarta Tahun 2010-2030, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2010

Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 3048/2000 tentang Penunjukan Pasar Baru dan Sekitarnya menjadi Kawasan Wisata Belanja Bertaraf Internasional, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2000

Gambar

Gambar 1. Bangunan Bernilai Sejarah pada Koridor Pasat Baru
Gambar 2. Bangunan Bernilai Sejarah pada Koridor Pasat Baru
Gambar 3. Kondisi Eksisting Koridor Pasar Baru
Gambar 5. Usulan Penataan Bangunan Bersejarah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Melalui hasil menunjukkan bahwa dari variabel bebas yakni intensitas pesan, isi berita dan daya tarik pesan secara signifikan berpengaruh langsung terhadap sikap karyawan dalam

Ketiga adalah tidak adanya peraturan yang tegas, artinya eksekusi putusan Peradilan Tata Usaha Negara telah dimuat undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang-undang Nomr 9

Sebelum menjatuhkan putusan akhir, dalam putusan Sela tanggal 17 Juni 2010, Mahkamah Konstitusi berpendapat bahwa surat KPU tertanggal 25 Mei 2010 yang menganggap surat suara

Regulasi di Indonesia diartikan sebagai sumber hukum formil berupa peraturan perundang- undangan yang memiliki beberapa unsur, yaitu merupakan suatu keputusan

Lajista tietämättömyys ennen kerhoon liittymistä nousee puheessa useaan otteeseen esille, mutta repertuaarit luovat silti ajatusta siitä, kuinka haastateltavista monella on ollut

Hal demikian memunculkan persoalan klasik, bahwa sistem peradilan pidana sebagai basis penyelesaian perkara pidana tidak mengakui eksistensi korban tindak pidana

Dalam hal ini KPMG AZSA LLC yang merupakan auditor eksternal selama hingga periode 2009 dan Ernst & Young ShinNihon LLC yang mengeluarkan laporan audit

6 Cisadane”, proses yang dialami pencipta bukanlah proses yang mudah, dalam pengerjaannya pencipta menemukan banyak hambatan baik dari segi sketsa latar, desain