• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Konfigurasi Jaringan Logistik. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Rancangan Konfigurasi Jaringan Logistik. pdf"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN LOGISTIK DENGAN PENDEKATAN SISTEM TERTUTUP (STUDI KASUS: DISTRIBUSI LPG 3 KG DI KAB./KOTA

MALANG DAN KOTA BATU)

Faizatul Widad, I Nyoman Pujawan

Jurusan Teknik Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email: faizatulwidad@gmail.com ; pujawan@ie.its.ac.id

Abstrak

Pemerintah membuat kebijakan pengalihan subsidi minyak tanah ke Liquid Petroleum Gas (LPG) pada tahun 2007. Konversi dari minyak tanah ke LPG ditargetkan akan selesai pada tahun 2010. Di Kota Malang dan Kota Batu telah 100% terkonversi sedangkan di Kab. Malang belum sepenuhnya terkonversi. Sistem yang digunakan dalam pendistribusian LPG 3 kg selama ini adalah sistem terbuka. Sistem terbuka merupakan sistem dimana downstream channel dapat memperoleh pasokan lebih dari 1 upstream channel namun sistem tersebut menimbulkan ketidakstabilan demand pada SPPBE dan agen. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Penulis melakukan pendekatan sistem tertutup. Metode yang digunakan dalam dalam Tugas Akhir ini adalah integer programming dengan menggunakan software LINGO. Dari hasil running LINGO, dapat diketahui bahwa adanya perbedaan biaya distribusi selama 1 tahun untuk distribusi terbuka

sebesar Rp 663,845,850,356.90,- sedangkan untuk distribusi tertutup sebesar Rp

813,328,840,727.52,-. Selisih biaya dengan dua pendekatan distribusi tersebut sebesar 149,482,990,370.62. atau 23% lebih mahal daripada distribusi terbuka.

Kata kunci: distribusi tertutup, integer programming, LINGO, dan LPG 3 kg,.

ABSTRACT

The government made the policy of diversion of kerosene subsidy to Liquid Petroleum Gas (LPG) in 2007. This conversion program is targeted to be completed in 2010. In Malang and Batu district have converted 100% while Kabupaten Malang has not fully converted yet. The system used in the distribution of LPG 3 kg is an open system. Open system is a system where the downstream channel can obtain more than one supplies from upstream channel but the system is

causes instability in demand SPPBE and agents.To solve these problems use a closed distribution

approach. The method which is the writer used in the Final Project is an integer programming using Lingo software. From the LINGO’s, we know that the difference in distribution cost for 1 year for the open system is Rp 663,845,850,356.90, - while for the closed system is Rp 813,328,840,727.52, -. This difference between with the two system approaches about Rp 149,482,990,370.62 or 23% more expensive than open system.

Keywords: closed distribution, integer programming, LINGO, and LPG 3 kg.

1. Pendahuluan

Pada tahun 2007 Pemerintah membuat kebijakan yaitu pengalihan subsidi minyak tanah ke Liquid Petroleum Gas (LPG). Dasar persiapan pemasaran LPG 3 kg untuk penggantian minyak tanah terdapat dalam surat dari Menteri ESDM No.32429/26/MEM/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang PT. Pertamina (PERSERO) untuk melakukan pengalihan minyak tanah ke LPG bagi konsumen rumah tangga serta surat Wakil Presiden RI No.20/ WP/ 9/2006 tanggal 1

September 2006 Perihal : Konversi Pemakaian Mitan ke Elpiji.

(2)

hanya pada terpenuhi target pendistribusian paket konversi, selanjutnya permasalahan yang lebih penting untuk dihadapi adalah rangkaian distribusi dari LPG berukuran 3 kg.

Gambar 1.1 Alur Penerimaan dan Distribusi Bulk LPG

Gambar 1.2 Data Penjualan LPG 3 kg Wilayah Jawa Timur

Pada Gambar 1.1 terlihat alur penerimaan dan distribusi LPG 3 kg. Ada mata rantai baru yang muncul dalam distribusi LPG 3 kg, yaitu keberadaaan dari Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE). Pada Gambar 1.2 terlihat bahwa kenaikan demand semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu maka keberadaan dan kapasitas dari SPPBE memegang peranan penting dalam kelancaran distribusi LPG. Padahal untuk mendirikan SPPBE dibutuhkan waktu yang lama dan modal yang besar sehingga pendiriannya harus dengan rencana dan strategi yang matang. Maka dari itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengukur kondisi eksisting SPPBE saat ini agar dapat diketahui kemampuan SPPBE dalam memenuhi kebutuhan demand yang semakin meningkat.

Dari hasil penelitian dapat dijadikan evaluasi untuk menentukan jumlah dan lokasi yang optimal agar pendistribusian LPG dapat berjalan lancar.

Selain SPPBE, peranan dari agen LPG juga penting. Agen mempunyai fungsi sebagai perantara antara PT. Pertamina dengan konsumen dalam penyaluran LPG. Harga jual tertinggi dari LPG 3 kg telah ditetapkan oleh PT. Pertamina dengan harapan masyarakat sasaran tidak akan dirugikan dengan permainan harga oleh agen namun permasalahan justru pada harga jual terendah LPG 3 kg. Agen LPG 3 kg saling berebut konsumen dengan menetapkan harga jual yang lebih rendah dari yang telah ditetapkan Pemerintah sebesar Rp 12.750,- sehingga akan terjadi persaingan yang tidak sehat di level agen. Hal tersebut menjadikan ketidakpastian demand pada masing-masing agen yang berpengaruh pada product availability. Maka dari itu, diperlukan suatu perbaikan konfigurasi supply chain dengan melakukan pendekatan sistem tertutup dengan tujuan dapat memperbaiki kondisi serta menyelesaikan masalah yang terjadi pada sistem terbuka pada distribusi LPG 3 kg selama ini.

Permasalahan mendasar yang terkait dengan pendistribusian LPG berukuran 3 kg adalah sistem yang diterapkan oleh PT. Pertamina dalam pendistribusian dan pemasaran LPG dalam mencapai kestabilan demand supply chain pada masing-masing level. Setiap level memiliki jumlah dan kebijakan untuk mempertahankan kestabilannya. Dalam hal ini kestabilan dan kelancaran distribusi LPG 3 kg adalah yang menjadi tujuan utama. Oleh karena itu perumusan masalah yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa jumlah dan lokasi SPPBE yang harus ada di Kab./Kota Malang dan Kota Batu berdasarkan perkiraaan demand saat ini.

2. Berapa jumlah dan lokasi SPPBE Kab./Kota Malang dan Kota Batu yang harus ada ketika diproyeksikan demand potensial sudah terpenuhi semua dengan pendekatan sistem tertutup.

(3)

sistem tertutup di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu.

4. Bagaimanakah perbandingan distribusi LPG 3 kg dengan pendekatan sistem terbuka dan tertutup.

Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah memberikan kajian dan masukan pada Pemerintah tentang jumlah dan lokasi SPPBE yang optimal di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu dengan adanya pendekatan sistem distribusi tertutup untuk mencapai kestabilan demand.

Batasan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah lokasi distribusi tabung LPG 3 kg berada di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu. Asumsi dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah:

1. Untuk konsumen rumah tangga menghabiskan 1 tabung LPG 3 kg selama 13,04 hari.

2. Untuk konsumen pengusaha kecil menghabiskan 1 tabung LPG 3 kg selama 7,89 hari.

3. Setiap demand point mewakili jumlah demand pada suatu wilayah.

4. Agen dapat menambah kapasitasnya maksimal 50% dari kapasitas awal.

Manfaat dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah :

1. Mengetahui proses dan sistem distribusi dari LPG 3 kg dari pihak PT. Pertamina sampai ke konsumen.

2. Mengetahui faktor-faktor kritis yang mempengaruhi distribusi LPG 3 kg.

3. Memberikan saran perbaikan yang berhubungan dengan penyelesaian studi kasus di Pertamina.

2. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian disusun secara sistematis dan terarah yang digunakan sebagai suatu kerangka dalam sebuah penelitian ilmiah. Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah :

2.1 Tahap Identifikasi Masalah

Tahap ini adalah tahap awal dalam pelaksanaan penelitian yang terdiri dari tahap identifikasi masalah, perumusan masalah,

penentuan tujuan dan studi lapangan. Pada tahap identifikasi awal ini dilakukan pengumpulan informasi mengenai situasi pada Unit Gas Domestik PT. Pertamina Unit Pemasaran V untuk mengidentifikasi permasalahan yang sedang terjadi pada distribusi LPG 3 kg.

2.2 Tahap Studi Pustaka

Pada tahap ini dilakukan literature review yang berasal dari buku, penelitian serta jurnal yang berhubungan dengan sistem tertutup dan integer programming. Dengan adanya studi pustaka maka akan didapatkan rancangan penelitian serta metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan.

2.3 Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang mendukung penyelesaian permasalahan. Data yang dibutuhkan antara lain:

a. Data lokasi dan kapasitas SPPBE yang telah beroperasi

b. Data penjualan elpiji 3 kg yang berada di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu yang dikelompokkan menjadi demand point.

c. Data konversi daerah Jawa Timur khususnya Kab./Kota Malang dan Kota Batu

d. Data demand masing-masing agen LPG 3 kg di Kab./Kota Malang dan Kota Batu.

2.4 Tahap Pengembangan Model

Pada tahap pengembangan model akan dilakukan dengan menggunakan formulasi minimasi biaya pada distribusi LPG 3 kg untuk demand saat ini dan demand potensial baik dengan pendekatan sistem terbuka dan sistem tertutup. Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan kondisi pada saat demand sekarang dan demand potensial adalah:

Minimum :

(1)

Untuk sistem tertutup yang akan dikembangkan modelnya terdapat pada Gambar 2.1. Model yang dibuat berdasarkan struktur distribusi yang terjadi di lapangan. Aktifitas

∑∑

+

+

i w

iw iw iw w

w w i

i

i

y

f

y

c

x

d

(4)

distribusi yang diamati adalah pada SPPBE ke agen dan agen ke demand point. Yang membedakan model untuk menggambarkan sistem tertutup dan sistem terbuka pada level SPPBE-agen adalah konstrain 1 agen hanya bisa mendapatkan LPG dari 1 SPPBE.

Sedangkan untuk pengelompokan demand point yang ada di level kecamatan menjadi demand potensial pada agen akan menggunakan sistem distribusi terbuka dan tertutup dengan fungsi tujuan minimasi jarak antara agen ke kecamatan. Fungsi tujuan yang software LINGO dengan metode integer programming yang melakukan perhitungan biaya transportasi dengan input data berasal dari data PT. Pertamina.

Gambar 2.1 Closed System pada distribusi LPG 3 kg

Adapun konstrain untuk distribusi terbuka yang terdapat pada model yang dibuat

Sedangkan konstrain untuk distribusi tertutup yang terdapat pada model yang dibuat adalah :

: Pengiriman dari SPPBE

fi = biaya-biaya tetap (dikonversi menjadi

(5)

Zwj = 1 bila agen w melayani demand point j dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan software LINGO 8.0 agar dapat dilakukan pendekatan eksak. Dari hasil yang didapatkan dengan pendekatan sistem tertutup dan sistem terbuka akan dapat terlihat hasil yang berbeda.

2.6 Tahap Analisa dan Intepretasi

Pada tahap ini dilakukan analisa dari hasil pengolahan data yang telah diperoleh dari pengolahan data. Analisa yang dilakukan akan mempertimbangkan ketidaksesuaian hasil yang didapatkan dengan keadaan real berdasarkan asumsi yang telah ditentukan sebelumnya.

2.7 Tahap Pengambilan Kesimpulan

Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan dimana kesimpulan yang diambil harus menjawab tujuan awal dari penelitian Tugas Akhir.

3. Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.1 Penyelesaian Model dengan LINGO

Untuk menentukan jumlah SPPBE yang dibutuhkan dalam pemenuhan demand saat ini menggunakan persamaan 3.1 yang dikerjakan dengan LINGO. Adapun fungsi yang

Dalam menentukan kecamatan dari wilayah pengamatan termasuk dalam lingkup agen terdaftar menggunakan dua pendekatan, yaitu: distribusi terbuka dan distribusi tertutup dengan perhitungan menggunakan software LINGO. Berikut adalah fungsi yang digunakan untuk distribusi terbuka :

(6)

Untuk menentukan jumlah SPPBE yang dibutuhkan dalam pemenuhan potensi demand saat terpenuhi target konversi dengan sistem terbuka menggunakan bantuan software LINGO. Adapun fungsi yang dimasukkan ke

Perhitungan LINGO tersebut akan menghasilkan pembagian wilayah kecamatan di Kab./Kota Malang dan Kota Batu menjadi demand potensial pada masing-masing agen yang ada di wilayah terdekat.

Untuk menentukan jumlah SPPBE yang dibutuhkan dalam pemenuhan potensi demand saat terpenuhi target konversi dengan sistem tertutup menggunakan bantuan software LINGO. Adapun fungsi yang dimasukkan ke

Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan LINGO, maka hasil LINGO tersebut dirangkum ke dalam Tabel 3.1 didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 311.993.088.849,-.

Tabel 3.1 Hasil LINGO untuk demand saat ini

1 2 3 4 5 6 7 8

3.2.2 Pengelompokan kecamatan menjadi

demand point dengan sistem terbuka

(7)

Kebijakan distribusi tertutup akan dilaksanakan pada level agen ke demand point. Namun, sebelum membagi demand point ke dalam kelompok agen maka terlebih dulu akan diperhitungkan untuk sistem terbuka. Kapasitas agen semula tidak dapat memenuhi seluruh demand potensial maka akan dilakukan perhitungan dengan menaikkan kapasitas dari agen sebesar 30% dari semula. Pada Tabel 3.2 merupakan output yang dihasilkan dari pengelompokan yang telah dilakukan. Dari hasil pengelompokan tersebut maka biaya distribusi yang terjadi sebesar Rp 663,845,850,356.90.

Tabel 3.2 Hasil LINGO pengelompokan demand

point sistem terbuka

Ampelgading Bantur Bululawang Dampit Dau Donomulyo Gedangan

Karangploso 0 0 0 0 0 0 0

Kepanjen 0757034.5673 0 0 0 0 0

Lawang 0 0 0 0 0 0 0

Pakis 0 0 0 0 0 0 0

Pakisaji 0 0 0 0 0 0 0

Singosari 0 0 0 0 0 0 0

Turen 138355.0096 0 0 493666.01 0 0800918.798

Klojen 0 0 0 0 0 0 0

Blimbing 0 0 0 0 0 0 0

Lowokwaru 0 0 0 0 1585391.538 0 0

Sukun 0 0 0 0 0805572.548 0

Kedungkandang 580512.4904 0 1504077.26 0 0 0 0

Batu 0 0 0 0 0 0 0

Karangploso 0 0 0 581068.8 0 0 0

Kepanjen 0 0 0 0 0 763972.2115 0

Lawang 0 0 0 0 0 0 0

Pakis 0 0 0 0 0 0 0

Pakisaji 0 0 0 0 0 0 0

Singosari 0 0 0 315942.5769 0 0 0

Turen 0 0 0 0 0 0 0

Klojen 0 1447183.967 0 0 0 0 0

Blimbing 0 37572.85962 0 350109.3923 0 0 0

Lowokwaru 0 0 0 0 0 0 0

Sukun 0 0726543.029 0 0 1819648.702 999798.173 Kedungkandang 1,872,218.37 0 0 0830094.231 0 0

Batu 0 0 0 0 0 0 0

Kepanjen 0 1281318.462 0 691587.26 0 0 0

Lawang 720720 0 0 0 0 0 0

Pakis 0 0 0 0 0 1840015.817 0

Pakisaji 0 0 0 0 0 0 0

Singosari 702379.9038 0 0 0 0 0 0

Turen 0 0 0 0 0 0 0

Klojen 0 0 0 0 0 687591.6346 0

Blimbing 0 0 0 0 0 0 0

Lowokwaru 0 0 1228297.206 0 0 0 0

Sukun 0 0 0 0 0 0 1,995,701 Kedungkandang 0 0 0 0 1610408.077 0 0

Batu 0 0 0 0 0 0 0

Singosari 0 0 3118475.769 0 0 0 0

Turen 0 0 0772596.202 0 0 168627.981

Klojen 0 0 0 0 0 0 0

Blimbing 0 0 0 0 0 0 0

Lowokwaru 0 0 0 0 0 0 0

Sukun 0 0 0 0 866481.9231 0 0

Kedungkandang 552984.4269 0 0 0 0 1273906.154 0

Batu 0 1173161.544 0 0 0 0 0

Klojen 1718981.538 0 0 1900583.077 0 2502664.615 0

Blimbing 0 0 0 0 0 0 3815180.048

Lowokwaru 0 0 0 0 0 0 0

Sukun 0 0 1870417.933 0 1119384.808 0 0 Kedungkandang 0705485.337 0 0 0 0 0

Batu 0 0 0 0 0 0 0

3.2.3 Pengelompokan kecamatan menjadi

demand point dengan sistem tertutup

Untuk subbab ini akan dilakukan pengelompokan dengan distribusi tertutup. Namun dengan kapasitas agen semula tidak dapat memenuhi seluruh demand potensial maka akan dilakukan perhitungan dengan menaikkan kapasitas dari agen sebesar 30% dari semula. Pada Tabel 3.3 merupakan sebagian hasil pengelompokan demand point kecamatan ke dalam wilayah agen. Dari hasil pengelompokan tersebut maka biaya distribusi yang terjadi sebesar Rp 813,328,840,727.52.

Tabel 3.3 Hasil LINGO pengelompokan demand

Lowokwaru 0 0 0 0 1585391.538 0 0

Sukun 0 0 0 0 0 0 0

Kedungkandang 0 0 1504077.26 0 0 0 0

(8)

Lawang Ngajum Ngantang Pagak Pagelaran Pakis Pakisaji

Kedungkandang 0 0 0 0 1610408.077 0 0

Batu 0 0 0 0 0 0

Poncokusumo Pujon Singosari Sumbermanjing Wetan Sumberpucung Tajinan Tirtoyudo

Karangploso 0 0 0 0 0 0 0

Kepanjen 0 0 0 0 0 0 0

Lawang 0 0 0 0 0 0 0

Pakis 0 0 0 0 0 0

Pakisaji 0 0 0 0 - 0

Singosari 0 0 3118475.769 0 0 0 0

Turen 0 0 0 0 0

Klojen 2,197,486.01 0 0 0 0 0 742,220.48

Blimbing 0 0 0 0 0 0 0

Lowokwaru 0 0 0 772596.2019 0 0 0

Sukun 0 1,755,506.11 0 0 866481.9231 0 0

Kedungkandang 0 0 0 0 0 1273906.154 0

Batu 0 0 0 0 0 0

Blimbing 0 0 0 0 0 0 3815180.048

Lowokwaru 0 0 0 0 0 0 0

Sukun 0 0 1870417.933 0 1119384.808 0 0

Kedungkandang 1718981.538 0 0 0 0 kecamatan menjadi beberapa demand point sesuai dengan wilayah agen yang ada kemudian dilakukan penyesuaian antara demand potensial

Tabel 3.4 Hasil LINGO untuk demand potensial dengan sistem distribusi terbuka kecamatan menjadi beberapa demand point sesuai dengan wilayah agen yang ada kemudian dilakukan penyesuaian antara demand potensial

(9)

4. Analisis dan Intepretasi Hasil

4.1 Distribusi LPG 3 kg demand saat ini

Dari hasil running LINGO untuk menentukan besarnya biaya yang terjadi pada distribusi LPG 3 kg dengan demand saat ini di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu sebesar Rp 311.993.088.849,-. Dengan menggunakan fungsi minimum sebagai objective function akan didapatkan jalur distribusi dari SPPBE ke agen dengan integer programming. Dengan tujuan setiap agen akan tetap mendapatkan pasokan dengan memperhitungkan biaya distribusi dengan memilih SPPBE terdekat. Untuk biaya distribusi akan ditanggung oleh Pemerintah karena termasuk barang bersubsidi.

4.2 Pengelompokan demand potensial

dengan distribusi terbuka

Model yang digunakan dalam mengelompokkan demand kecamatan tersebut sama dengan model yang digunakan dalam model demand saat ini. Dengan tujuan bahwa setiap kecamatan akan dapat memperoleh pasokan LPG minimal dari 1 agen. Pada kecamatan tertentu memiliki lebih dari 1 agen sedangkan ada juga kecamatan yang sama sekali tidak memiliki agen. Dari 42 kecamatan yang ada di wilayah amatan, hanya 14 kecamatan yang mempunyai agen LPG.

Kapasitas yang digunakan adalah penggabungan dari kapasitas agen-agen yang berasal dari kecamatan yang sama. Pada awal menjalankan software LINGO ternyata kapasitas saat ini agen tidak dapat memenuhi demand potensial, maka dari itu dilakukan kenaikan kapasitas agen secara bertahap mulai dari 10% sampai 50% dari kapasitas semula. Pada kenaikan kapasitas 14% ternyata sudah dapat memenuhi demand potensial. Namun, dengan adanya kenaikan kapasitas yang terlalu berlebihan akan menimbulkan adanya over stock LPG yang berdampak pada kenaikan inventory pada agen.

Peningkatan kapasitas agen yang dipilih adalah 30% karena kenaikan ini dapat memenuhi pengelompokan demand point pada distribusi tertutup. Selain itu, dengan kenaikan kapasitas 30% dianggap optimal dengan inventory sebesar 14 % dari kapasitas masing-masing agen. Dengan adanya inventory sebesar

14% ini akan dapat cukup baik merespon adanya kenaikan demand yang bersifat deterministik. Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa biaya distribusi terbuka dari demand point ke wilayah agen menghasilkan biaya distribusi sebesar Rp 663,845,850,356.90 per tahun.

Tabel 4.1 Perbandingan biaya distribusi untuk kenaikan kapasitas agen

4.3 Pengelompokan demand potensial

dengan distribusi tertutup

Pada pengelompokkan demand dengan distribusi tertutup didapatkan bahwa pada kenaikan kapasitas sebesar 30% mulai dapat memenuhi demand LPG pada level kecamatan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kecamatan yang memiliki demand yang lebih besar dibandingkan dengan kapasitas dari masing-masing agen.

Untuk biaya distribusi LPG dari wilayah agen ke wilayah demand point adalah sebesar Rp 813,328,840,727.52 lebih mahal 23% dibandingkan biaya distribusi sistem tertutup. Selain biaya yang lebih mahal, utilitas dari agen pada distribusi terbuka yang semula 97.2% berkurang menjadi 77.5% pada distribusi tertutup dengan selisih 19.7% lebih rendah dibandingkan distribusi terbuka.

Pada distribusi tertutup memiliki kekurangan yaitu ketidakpastian supply akan lebih tinggi karena hanya boleh mendapatkan pasokan dari 1 upstream (risiko kekurangan pasokan akan lebih tinggi). Sehingga agen akan menggunakan buffer (safety stock) yang lebih tinggi. Namun, kenaikan safety stock akibat ketidakpastian supply yang lebih tinggi akan dioffset oleh penurunan kebutuhan safety stock akibat ketidakpastian demand yang lebih rendah (kepastian yang lebih tinggi dari sisi demand) sehingga secara total mungkin tidak terjadi kenaikan safety stock.

(10)

• Administrasi data akan lebih rapi (lebih mudah menangani sistem informasi penjualannya). Hal ini akan memudahkan pada pemberlakuan kartu kendali untuk pembelian LPG 3 kg.

Selain itu traceability data lebih tinggi sehingga mudah untuk memonitor data penjualan (misalnya, kalau ada pola pemakaian yang tidak wajar akan mudah dilacak).

• Persaingan antar pelaku (misalnya antar agen) dengan tersendirinya hilang karena area pasar mereka tidak bersinggungan. Dan keteraturan pasokan bisa dijaga karena pasar lebih stabil sehingga jumlah permintaan di masing-masing agen akan predictable (demand uncertainty lebih rendah).

Permintaan yang lebih predictable dengan pola yang lebih teratur akan memudahkan menentukan stocking policy dan harapannya service level lebih tinggi namun stock level lebih rendah.

4.4 Demand potensial dengan sistem distribusi terbuka

Untuk lebih memudahkan dalam melakukan pengamatan maka agen akan dikelompokkan menurut distribusi SPPBE. Pada Gambar 4.1 terlihat pembagian distribusi SPPBE ke agen menjadi 4 bagian sesuai masing-masing SPPBE. Untuk biaya distribusi dari SPPBE ke agen didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 403,799,815,771.

Biaya yang terjadi cenderung lebih kecil dibandingkan dengan biaya pada distribusi tertutup, namun resiko atas persaingan agen dalam mendapatkan demand point akan terjadi. Hal ini akan berdampak pada ketidakstabilan supply chain, dimana agen akan dapat mempermainkan harga jual LPG dengan tujuan dapat memperoleh konsumen sebanyak-banyaknya.

Gambar 4.1 Pengelompokkan SPPBE dan agen berdasarkan hasil LINGO untuk demand potensial dengan distribusi terbuka

4.5 Demand potensial dengan sistem distribusi tertutup

Untuk lebih memudahkan dalam melakukan pengamatan maka agen akan dikelompokkan menurut distribusi SPPBE. Pada Gambar 4.2 terlihat pembagian distribusi SPPBE ke agen menjadi 4 bagian sesuai masing-masing SPPBE. Untuk biaya distribusi dari SPPBE ke agen didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 405,787,376,151.

Supaya supply chain tetap robust, rancangan distribusi tertutup seharusnya:

• Distribusi tertutup hanya diterapkan pada tingkat akhir yaitu agen ke kecamatan (demand point). Untuk sisi hulu harus diciptakan fleksibilitas yang cukup yaitu 1 agen bisa mendapatkan pasokan dari lebih dari 1 SPPBE.

(11)

Gambar 4.2 Pengelompokkan SPPBE dan agen berdasarkan hasil LINGO untuk demand potensial dengan distribusi tertutup

5. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Adanya 4 SPPBE pada wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu telah dapat memenuhi demand saat ini sehingga tidak diperlukan adanya penambahan SPPBE. Sedangkan alokasi LPG berbeda dengan alokasi awal. Untuk alokasi optimal dari distribusi LPG 3 kg demand saat ini telah didapatkan dari pemodelan yang telah dibuat dengan sistem terbuka.

2. Pada saat konversi telah terlaksana 100% atau pada saat demand potensial telah sepenuhnya terealisasi maka dengan kapasitas 4 SPPBE saat ini dapat memenuhi semua demand potensial di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu. Sedangkan alokasi optimal dari distribusi LPG 3 kg untuk pemenuhan demand potensial telah didapatkan dari pemodelan yang telah dibuat baik dengan sistem terbuka maupun sistem tertutup.

3. Dari hasil running LINGO didapatkan bahwa adanya biaya distribusi selama 1 tahun untuk demand potensial dengan sistem distribusi terbuka dari agen ke demand point sebesar Rp 663,845,850,356.90. Untuk demand potensial dengan sistem distribusi tertutup sebesar Rp 813,328,840,727.52. Selisih biaya dengan dua pendekatan distribusi tersebut sebesar Rp 149,482,990,370.62. atau 23% lebih mahal daripada distribusi terbuka.

6. Daftar Pustaka

Anggrahini, Dewanti, dan Widad, Faizatul. (2009). Identifikasi Permasalahan Distribusi Elpiji 3 Kg dalam Pelaksanaan Konversi. Teknik Industri. ITS.

Astuti, Widya. (2001). Penentuan Lokasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar : Suatu Aplikasi Model Max Set Covering dengan Algoritma Lagrangian Relaxation. Teknik Industri. ITS.

Daskin, S. Mark. (1995). Network and Discrete Location.

Kawi, Eduward Adolof. (2009). Analisa Penentuan Lokasi Pembangunan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) untuk Program Konversi Minyak Tanah ke LPG 3 Kg di Propinsi Jawa Timur dengan menggunakan Metode p-median. Teknik Industri ITS.

LINGO Systems. (2006). Optimization Modeling with LINGO Sixth Edition. LINGO Systems, Inc. Chicago.

Pujawan, I. N. (2005). Supply Chain Management. Surabaya: Gunawidya. Oliver, R. K. dan Weber, M. D. (1982). Supply

Chain Management: Logistic catches up with strategy. Outlook.

Safrita, Novie. (2007). Pemodelan Sistem Distribusi dengan Pendekatan Sistem Dinamik (Studi Kasus: PT. Trisulapack Indah).

Šeda, Miloš. (2007). Heuristic Set-Covering-Based Postprocessing for Improving the Quine-McCluskey Method World Academy of Science, Engineering and Technology 29.

www.batukota.go.id/ina/index.php Diakses pada 10 Desember 2009

www.malangkab.go.id/ Diakses pada 10 Desember 2009

www.malangkota.go.id/index2.php?id=1606071 . Diakses pada 10 Desember 2009

www.maps.google.com Diakses pada 20 Desember 2009.

www.migas.esdm.go.id. Diakses pada 31 Juli 2009.

Gambar

Gambar 1.1 Alur Penerimaan dan Distribusi Bulk LPG
Tabel 3.1 Hasil LINGO untuk demand saat ini
Tabel 3.5 Hasil LINGO untuk demand potensial dengan sistem distribusi tertutup
Tabel 4.1 Perbandingan biaya distribusi untuk kenaikan kapasitas agen
+3

Referensi

Dokumen terkait

Persoalan cabai merah sebagai komoditas sayuran yang mudah rusak, dicirikan oleh produksinya yang fluktuatif, sementara konsumsinya relatif stabil. Kondisi ini menyebabkan

Dari Tabel 5 terlihat bahwa 12 dari 16 indikator empiris memiliki nilai gap 5 negatif. Indikator yang memiliki nilai gap 5 negatif menunjukkan bahwa kinerja item kualitas

Jika terjadi penjualan atau reklasifikasi atas investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan, maka sisa investasi dimiliki

Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain, terutama ibunya.karena manusia pertama-tama tergantung pada orang

Dari anamnesis ditemukan adanya sumbatan hidung unilateral disertai nasal discharge, kadang-kadang disertai dengan nyeri kepala, serta ditemukannya massa polipoid pada hidung

Pada penelitian ini dilakukan perancangan dan pengujian inverter tiga fase dengan metode sensored menggunakan sensor hall- effect sebagai penentu posisi rotor untuk

Juga perlu diperhatikan bagi dosen untuk memberikan soal latihan kepada mahasiswa/i, karena ternyata setelah draf buku ini disusun tetapi baru disadari bahwa ada soal yang