PENGARUH DIVIDEN TERHADAP HUBUNGAN ANTARA RETURN ON ASSETS, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN CURRENT RATIO DENGAN HARGA SAHAM
PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI
ZUWINA MIRAZA (zuwinamiraza@gmail.com) Dosen Tetap STIE Harapan Medan
ABSTRACT
The purpose of this study is to empirically analyze the effect of accounting variables – current ratio, return on assets, debt to equity ratio, and dividend – on stock prices of the mining companies registered on Indonesian Stock Exchange between 2008 - 2010. Purposive sampling technique was used in terms of colected samples. There was thirty one mining companies registered on Indonesian Stock Exchange, but only twelve companies involved in this study based on criterias, published audited and comprehensive income statement also provide dividend annually from 2008 to 2010. This study used multiple regression in two way analysis model with level of significance 5%.
The result shows that: (1) current ratio, return on assets, and debt to equity ratio simultaneously and significantly effect dividend; (2) partially only return on asset give significant effect to dividend, while current ratio and debt to equity ratio did not give significant effect to dividen; (3) current ratio, return on asset, and debt to equity ratio simultaneously and significantly effect stock price; (4) partially only return on asset give significant effect to stock price; (5) return on asset directly and indirectly effect stock price, however dividend give higer impact to stock price.
Keywords: Current Ratio, Return on Assets, Debt to Equity Ratio, Dividend Pa yout Ratio, Stock Price
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini pasar modal di Indonesia telah menjadi suatu lembaga investasi yang berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan pasar modal memiliki fungsi ekonomi, yaitu menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) kepada pihak yang membutuhkan dana (perusahaan). Pasar modal menjadi wadah alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan dana guna menjalankan dan mengembangkan usahanya selain melalui lembaga keuangan. Sebagai efeknya yang terjadi di pasar modal, harga saham selalu mengalami fluktuasi.
Turunnya permintaan konsumen terhadap produk manufaktur, terutama di negara-negara industri, berpengaruh pada pengurangan permintaan bahan baku industri seperti logam dan energi. Kondisi ini menyebabkan turunnya permintaan produk
pertambangan yang begitu besar karena daya beli konsumen industri melemah tanpa diikuti pengurangan produksi atau pasokan dari para produsen pertambangan. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 dan anjloknya harga komoditas telah meluruhkan keuntungan perusahaan-perusahaan pertambangan. Menurut survey Pricewaterhouse Coopers, laba perusahaan-perusahaan tambang publik pada tahun 2008 melorot 33% dibandingkan laba mereka tahun 2007, hal ini menurunkan rasio profitabilitas (Rubiyantoro dkk, 2009).
permodalannya, struktur hutang perusahaan, dan sebagainya, kedua adalah menyangkut faktor eksternal, misalnya pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya, faktor ekonomi misalnya terjadinya inflasi, dan sebagainya.
Faktor internal tersebut digambarkan melalui laporan keuangan perusahaan, yang memuat lima macam rasio keuangan, antara lain; rasio likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar relatif terhadap hutang lancarnya. Kedua rasio solvabilitas, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban jangka panjang. Ketiga, rasio profitabilitas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Keempat, rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur seberapa jauh efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber dananya. Kelima adalah rasio pasar yaitu rasio yang mengukur harga pasar saham relatif terhadap nilai bukunya.
Selain mengacu kepada kinerja perusahaan yang tergambar pada laporan keuangan, investor juga mengharapkan pertumbuhan dividen yang stabil. Sesuai dengan pendapat Brigham dan Houston (2006) yang menyatakan bahwa manajer percaya bahwa investor lebih menyukai perusahaan yang mengikuti dividend payout ratio yang stabil. Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besarnya bagian pendapatan perusahaan yang akan dibagikan pada pemegang saham. Dalam menetapkan kebijakan dividen, manajer keuangan dihadapkan pada keputusan penggunaan keuntungan yang diperoleh, akan dibagikan dalam bentuk dividen atau ditahan untuk keperluan tambahan investasi atau kombinasi keduanya (Yuningsih dan Kolmi, 2002). Besarnya dividen dapat dilihat dari rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio (DPR), yaitu persentase dari laba setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2011), Nurmala
(2006) meneliti mengenai keterkaitan antara kebijakan dividen terhadap harga saham pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hasilnya mengindikasikan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi harga saham.
Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan dividen antara lain profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas perusahaan. Menurut Ang (1997), profitabilitas merupakan faktor pertama yang menjadi pertimbangan direksi dalam membayarkan dividen. Peningkatan profitabilitas dapat tercermin dari meningkatnya ROA (Return on Assets) yang kemudian diharapkan akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen. Faktor kedua yang mempengaruhi pembayaran dividen adalah rasio likuiditas. Salah satu ukuran dari likuiditas perusahaan adalah CR (Curent Ratio). CR merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi CR menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Brigham dan Houston, 2006). Faktor ketiga adalah DER (Debt to Equity Ratio), Brigham dan Houston (2006) berpendapat bahwa kontrak hutang biasanya membatasi pembagian dividen dari laba yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena pembayaran hutang dan bunga akan didahulukan dari pada pembayaran dividen, sehingga bagian laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen akan menjadi semakin kecil.
Rumusan Masalah
Dengan demikian rumusan masalah yang dapat diambil adalah:
1. Apakah variabel CR, ROA, dan DER berpengaruh signifikan terhadap dividen?
2. Apakah variabel CR, ROA, dan DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham?
3. Apakah variabel variabel CR, ROA, dan DER berpengaruh tidak langsung terhadap harga saham melalui variabel dividen?
4. Apakah model penelitian fit dengan data?
TINJAUAN PUSTAKA
Current Ratio Terhadap Dividen
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansial untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keutusan untuk menetapkan besarya dividen yang akan dibayarkan (Riyanto, 2001). Karena deviden bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. Salah satu ukuran rasio likuiditas adalah dengan menggunakan current ratio (CR).
Pengaruh ROA Terhadap Dividen
Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan (pemegang saham) dan para calon investor dalam suatu perusahaan adalah profitabilitas. Hanafi (2004) menyatakan bahwa profitabilitas mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen karena dividen dibagikan dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka besarnya keuntungan tentu akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan. Dengan kata lain profitability mempengaruhi hubungan yang positif.
Pengaruh DER terhadap Dividen
Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997). Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya.
Peningkatan utang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar deviden (Sudarsi dalam Marlina dan Danica, 2009). Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya.
Pengaruh CR Terhadap Harga Saham
Current Ratio yang rendah akan menyebabkan terjadi penurunan harga pasar dari harga saham yang bersangkutan. Sebaliknya Current Ratio terlalu tinggi juga belum tentu baik, karena pada kondisi tertentu hal tersebut menunjukkan banyak dana perusahaan yang menganggur (aktivitas sedikit) yang akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan.
Semakin besar current ratio yang dimiliki menunjukkan besarnya kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasionalnya terutama modal kerja yang sangat penting untuk menjaga perfomance kinerja perusahaan yang pada akhirnya mempengaruhi performance harga saham. Hal ini dapat memberikan keyakinan kepada investor untuk memiliki saham perusahaan tersebut sehingga dapat meningkatkan return saham.
Pengaruh ROA Terhadap Harga Saham
Return on Assets (ROA) adalah perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan (Brigham dan Houston, 2006). ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak keuntungan yang mejadi hak pemilik modal sendiri (saham). ROA adalah rasio yang memberikan informasi pada para investor tentang seberapa besar tingkat pengembalian modal dari perusahaan yang berasal dari kinerja perusahaan menghasilkan laba.
Semakin besar nilai ROA maka tingkat pengembalian yang di harapkan investor juga besar. Semakin besar nilai ROA maka perusahaan dianggap semakin menguntungkan oleh sebab itu investor kemungkinan akan mencari saham ini sehingga menyebabkan permintaan bertambah dan harga penawaran dipasar sekunder terdorong naik (Martini dan Yolana, 2005). Pernyataan tersebut di perkuat oleh hasil penelitian Deitiana (2011), Natarsyah (2000) yang menemukan bahwa ROA mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Pengaruh DER Terhadap Harga Saham
Debt to Equity Ratio (DER) adalah perbandingan antara hutang yang dimiliki perusahaan dan total ekuitasnya (Dharmastuti, 2004). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Rasio ini
menunjukkan perbandingan antara dana pinjaman atau utang dan modal dalam upaya pengembangan perusahaan. Jika Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan tinggi, ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena jika perusahaan memperoleh laba, perusahaan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar utangnya dibandingkan dengan membagi dividend (Dharmastuti, 2004).
Pengaruh Dividen Terhadap Harga Saham
Dividen sangat penting karena
mempengaruhi kesempatan investasi
perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi likuiditas. Dengan perkataan lain, dividen menggambarkan informasi mengenai performa (performance)
perusahaan. Dalam membayar dividen
kepada para pemegang sahamnya,
perusahaan mungkin tidak dapat
mempertahankan dana yang cukup untuk
membiayai pertumbuhannya dimasa
mendatang. Sebaliknya, maka saham
perusahaan menjadi tidak menarik bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat mempertimbangkan antara besarnya laba yang akan ditahan untuk mengembangkan perusahaan.
Dividen dapat membantu
memberikan informasi yang baik mengenai manajemen perusahaan ke pasar modal (Myers dalam Deitiana, 2011), sehingga dapat dikatakan bahwa dividen dapat dipandang sebagai sinyal terhadap prospek perusahaan (Miller dalam Deitiana, 2011). Keputusan untuk meningkatkan dividen hanya dilakukan bila manajemen yakin akan dapat mempertahankan peningkatan tersebut pada masa yang akan datang.
Hubungan CR, ROA, DER, Dividen, dan Harga Saham
Gambar 1. Kerangka Hubungan Pengaruh CR, ROA, dan DER Terhadap Harga Saham dengan Dividen Sebagai Variabel Intervening
Hipotesis
Berdasar pada kerangka pemikiran dan dukungan teori-teori dari penelitian terdahulu, maka penulis mengajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:
- Hipotesis untuk substruktur pertama, dengan variabel dividen sebagai endogen: a. H01: Tidak ada hubungan linier
antara CR, ROA, dan DER dengan dividen perusahaan pertambangan
b. Ha1: Ada hubungan linier antara CR, ROA, dan DER dengan dividen perusahaan pertambangan.
- Hipotesis untuk substruktur kedua, dengan variabel harga saham sebagai endogen:
a. H02: Tidak ada hubungan linier antara CR, ROA, dan DER dengan harga saham perusahaan pertambangan. b. Ha2: Ada hubungan linier antara
CR, ROA, dan DER dengan harga saham perusahaan pertambangan.
- Hipotesis ketiga :
a. H03: Dividen tidak berpengaruh secara tidak langsung terhadap hubungan antara CR, ROA,
dan DER dengan harga saham perusahaan pertambangan. b. Ha3: Dividen berpengaruh tidak
langsung terhadap hubungan antara CR, ROA, dan DER dengan harga saham perusahaan pertambangan.
- Hipotesis keempat :
a. H04 : Model penelitian tidak fit dengan data penelitian.
b. Ha4: Model penelitian tidak fit dengan data penelitian
METODE PENELITIAN
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar (listing) di BEI. Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Direktory (ICMD), jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 31 perusahaan.
Sampel yang digunakan ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu pemilihan sampel perusahaan non keuangan selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang ditetapkan untuk memperoleh sampel sebagai berikut:
2007 s/d 2011 secara terus menerus (tidak pernah mengalami delisting) 2. Perusahaan pertambangan yang
mempublikasikan laporan keuangan teraduit sejak tahun 2008-2010.
3. Perusahaan pertambangan yang memberikan dividen selama periode penelitian.
Berdasarkan kriteria tersebut ditetapkanlah jumlah sampel sebanyak 12 perusahaan, dari 31 perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI.
Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional
Definisi operasional variabel merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur. Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel eksogen dan variabel endogen.
1. Variabel eksogen yaitu variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen (Santoso, 2007). Variabel eksogen dalam penelitian ini antara lain:
X1 : Current Ratio
Likuiditas perusahaan menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Sawir, 2005). Untuk mengukur likuiditas perusahaan dalam penelitian ini menggunakan rasio current ratio (CR). Current ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas bertujuan untuk
mengukur kemampuan
perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rasio ini dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendeknya. Rasio ini sering disebut dengan rasio modal kerja yang menunjukkan jumlah aktiva lancar yang tersedia yang dimiliki oleh perusahaan untuk merespon kebutuhan-kebutuhan bisnis dan
meneruskan kegiatan bisnis hariannya.
Current Ratio (CR) merupakan alat ukur bagi kemampuan likuiditas (solvabilitas jangka pendek) yaitu kemampuan untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Sehingga secara matematis Current Ratio (CR) dapat dirumuskan sebagai berikut :
Aktiva Lancar CR =
Kewajiban Lancar
X2 : Return on Assets
Return on Assets (ROA) merupakan rasio keuangan yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, khususnya menyangkut profitabilitas perusahaan. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi dari pemegang saham biasa. ROA dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2006):
Laba bersih yang tersedia bagi pemegang saham ROA =
Total Aset
X3 : Debt to Equity Ratio
Salah satu aspek yang dinilai dalam mengukur kinerja perusahaan adalah aspek leverage atau utang perusahaan. Utang merupakan komponen penting perusahaan, khususnya sebagai salah satu sarana pendanaan. Penurunan kinerja sering terjadi karena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut.
utang dan ekitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sawir, 2005). ROE dapat dihitung sebagai berikut:
Total debt DER =
Total Equity
2. Variabel endogen, yaitu variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen/eksogen (Santoso, 2007). Variabel endogen dalam penelitian ini antara lain:
Z : Dividend Payout Ratio
Dividend Pa yout Ratio adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan pada para pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali
(reinvestment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan. Dividend Pa yout Ratio (DPR) dapat dihitung dengan rumus (Ang, 1997) :
Dividen per lembar saham DPR =
Laba per lembar saham
Y : Harga Saham
Saham merupakan salah satu bentuk efek atau surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal (bursa). Pengukuran dari variabel harga saham ini yaitu harga penutupan saham (closing price) tiap perusahaan yang diperoleh dari rata-rata harga saham setiap bulan.
Kaitan antar variabel penelitian dapat dilihat pada gambar Model Diagram Jalur Penelitian berikut (Gambar 2).
Gambar 2. Model Diagram Jalur Pengaruh Dividen Terhadap Hubungan CR, ROA, dan DER dengan Harga Saham
Keterangan:
X1 : Variabel Return on Asset X2 : Variabel Debt to Equity Ratio X3 : Variabel Current Ratio
Z : Variabel Dividend Payout Ratio Y : Variabel Harga Saham
ρzx1 : Koefisien Jalur X1 ke Z
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan dilakukan melalui penelitian kepustakaan yaitu pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan audit perusahaan yang dipublikasikan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008 sampai dengan 2010.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan regresi linier berganda model analisis dua jalur. Langkah-langkah dalam melakukan pengujian data dengan menggunakan analisis jalur adalah sebagai berikut:
a. Menentukan Hipotesis dan Persamaan Struktural
Ha1: Variabel CR, ROA, dan DER, berpengaruh signifikan terhadap Dividen
(Z = Pzx1X1+Pzx2X2+Pzx3X3+ε1) Ha2: Variabel CR, ROA, dan
DER, berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham (Y = Pzx1X1+Pzx2X2+Pzx3X3+ε2)
b. Membuat Model Jalur
Model jalur yaitu diagram yang menggambarkan hubungan antara variabel bebas, perantara, dan tergantung, yang ditunjukkan melalui anak panah. Anak panah tunggal menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel exogenous dengan variabel endogenous. Model jalur yang memperlihatkan hubungan antara CR, ROA, dan DER dengan dividen dan harga saham dapat dilihat melalui Gambar 1.
c. Uji Asumsi
Penelitian ini juga menguji asumsi yang melekat pada regresi linier berganda agar data-data yang digunakan terbebas dari asumsi klasik. Analisis Jalur mensyaratkan beberapa uji asumsi yang harus dipenuhi, antara lain uji normalitas,
uji multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji linieritas.
d. Menentukan Besar Koefisien Jalur
Besarnya koefisien jalur didapat dari nilai Standardized Coefficients Beta yang tampak pada lembar output tabel t-test uji regresi serta menghitung koefisien penuh (pengaruh langsung dan tidak langsung) variabel eksogen terhadap variabel endogen.
e. Analisis Jalur Model Trimming
Jika ada jalur yang tidak signifikan maka dilakukan analisis jalur model trimming, yaitu model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur analisis jalur, dengan cara mengeluarkan dari model, variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan (Riduwan dan Kuncoro, 2008).
f. F it and Validity Model
Model yang telah dibentuk diuji apakah telah memiliki kesesuaian dengan data atau tidak. Caranya dengan melakukan uji kesesuaian model (goodness-of-fit test) (Darmawan dkk, 2010).
g. Uji Hipotesis
HASIL dan PEMBAHASAN
Hasil Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan uji regresi dan analisis jalur, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah terdapat bias pada model persamaan. Model persamaan yang baik adalah model yang bebas dari bias.
Besaran degree of freedom menentukan apakah model overidentified atau identified. Jika df untuk model penelitian tertentu bernilai negatif maka model tersebut dikatakan underidentified, artinya estimasi dan penilaian model tidak perlu dilakukan. Jika df bernilai nol, maka disebut identified, karena sudah teridentifikasi, estimasi dan penilaian atas model juga tidak perlu dilakukan. Namun jika df bernilai positif maka model tersebut overidentified, artinya pengujian atas model dapat dilakukan (Santoso, 2007). Dengan memperhatikan model diagram jalur sebagaimana tampak pada gambar 1., df positif maka model disebut overidentified, artinya estimasi dan penilaian terhadap model layak dilakukan.
Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov Smirnov satu arah. Dari hasil uji Kolmogrov Smirnov atas model penelitian diperoleh nilai signifikansi K-S Test 0,693 untuk substruktur 1 dan 0,266 untuk substruktur 2, maka dapat disimpulkan data berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal.
Nilai indikator yang umum dipakai untuk menilai ada tidaknya gejala multikolinieritas antar variabel eksogen adalah jika nilai tolerance variabel bebas < 0,10 atau nilai VIF > 10 (Ghozali, 2006). Hasil uji multikolinieritas antar variable diketahui bahwa pada kedua model independen penelitian tidak terjadi multikolinieritas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Dasar pengambilan keputusannya adalah bahwa jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas, demikian sebaliknya. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa data terbebas dari gejala multikolinieritas dan heterokedastisitas. Hasil uji heterokedastisitas menyimpulkan bahwa pada kedua model penelitian tidak terjadi heterokendastisitas.
Uji autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Indikator yang digunakan untuk menilai ada tidaknya gejala autokorelasi yaitu du < DW < 4 – du. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala autokorelasi yang dibuktikan dengan nilai du=1,654 < DW=2,333 < 4-du=2,346 untuk substruktur 1 dan du=1,654 < DW=2,239 < 4-du=2,346 untuk substruktur 2.
Uji liniertitas dilakukan dengan menggunakan Ramsey Test (Ghozali, 2006). Hasil olah data mengindikasikan bahwa kedua model sudah terspesifikasi linier, yang dibuktikan dengan nilai F hitung > F tabel, yaitu 34,26 > 2,92 untuk substruktur 1 dan 45,24 > 2,53 untuk substruktur 2.
Hasil Uji Analisis Jalur
Pengaruh Variabel Cash Ratio, Return on Assets, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividen
Untuk melihat pengaruh variabel CR, ROA, dan DER terhadap dividen, dilakukan uji regresi linier berganda. Nilai koefisien jalur berserta taraf signifikansi yang membuktikan pengaruh CR, ROA, dan DER terhadap Dividen, terlihat dalam Tabel 1
Tabel 1
Hasil Uji Analisis Jalur Pengaruh Variabel Cash Ratio, Return on Assets, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Dividen
Variabel Signifikansi (t) ρ (Koefisien Jalur)
Cash Ratio (X1) 0,430 0,069
Return on Assets (X2) 0,000 0,895
Debt to Equity Ratio (X3) 0,773 -0,026
Hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa variabel CR, ROA, dan DER berpengaruh signifikan terhadap variabel Dividen, dengan nilai koefisien determinasi 84%. Hal ini berarti variasi perubahan dividen dapat dijelaskan sebesar 84% oleh variasi perubahan dari CR, ROA, dan DER. Nilai probabilitas signifikansi adalah sebesar 0,000. Sehingga Ha yang menyatakan CR, ROA, dan DER berpengaruh signifikan terhadap Dividen dapat dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan hasil uji analisis jalur diatas, dapat disimpulkan bahwa CR, ROA, dan DER secara simultan berpengaruh signifikan terhadap dividen Namun secara parsial hanya ROA yang berpengaruh secara signifikan terhadap Dividen (Gambar 3). Artinya semakin tinggi r etur n on a sset dari perusahaan maka akan semakin besar pula sisa laba yang dapat dibagikan sebagai dividen kepada investor. Hasil penelitian ini sejala n dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Marlina dan Danica (2009), yang menyimpulkan bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap dividen.
Beberapa peneliti terdahulu menyimpulkan bahwa ca sh r atio berpengaruh terhadap dividen, namun pada
penelitian ini ditemukan bahwa ca sh r atio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen. Hal ini terjadi karena kenaikan CR di beberapa perusahaan disebebkan oleh kenaikan piutang, sehingga cash tidak dapat didistribusikan untuk peningkatan dividen.
Penelitian yang dilakukan oleh Wicaksana (2012) juga mengemukakan bahwa CR berpengaruh signifikan terhadap dividen, demikian juga DER berpengaruh signifikan terhadap dividen dengan korelasi negatif. Secara teoritis juga dapat ditarik kesimpulan jika hutang yang diproksikan dengan DER meningkat, maka cash akan dalokasikan untuk membayar hutang-hutang yang sifatnya segera, sehingga sisa laba dalam bentuk cash tidak akan dialokasikan sebagai dividen. Namun pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI, DER tidak berpengaruh signifikan terhadap dividen, beberapa perusahaan yang memiliki tingkat hutang tinggi tetap menjaga stabilitas dividennya. Hal ini dilakukan perusahaan untuk menjaga investor agar tetap tidak menjual saham perusahaan secara besar-besaran. Jika terjadi penjualan saham secara besar-besaran maka harga saham akan runtuh.
Pengaruh Variabel Current Ratio, Return on Assets, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham
Nilai koefisien jalur berserta taraf signifikansi yang memperlihatkan pengaruh
CR, ROA, dan DER terhadap Harga Saham, terlihat dalam Tabel 2.
Tabel 2
Hasil Uji Analisis Jalur Pengaruh Variabel Cash Ratio, Return on Assets, dan Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham
Variabel Signifikansi (t) ρ (Koefisien Jalur)
Cash Ratio (X1) 0,421 0,075
Return on Assets (X2) 0,000 0,884
Debt to Equity Ratio (X3) 0,829 -0,021
Sumber: Data Sekunder Diolah
Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa variabel CR, ROA, dan DER berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham, dengan nilai koefisien determinasi 81,8%. Hal ini berarti variasi perubahan harga saham dapat dijelaskan sebesar 81,8% oleh variasi perubahan dari
CR, ROA, dan DER. Nilai probabilitas signifikansinya adalah sebesar 0,000, sehingga Ha yang menyatakan CR, ROA, dan DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham dapat dibuktikan kebenarannya (Gambar 4).
Gambar 4. Model Diagram Jalur Hubungan CR, ROA, dan DER Terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil uji analisis jalur untuk substruktur kedua, dapat disimpulkan bahwa CR, ROA, dan DER secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Namun secara parsial hanya ROA yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga. Semakin tinggi r eturn on asset dari perusahaan maka akan semakin tinggi pula
harga yang bersedia dibayarkan oleh investor atas saham perusahaan yang bersangkutan.
pertambangan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penyebab utama terjadi penurunan harga saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI adalah karena terjadi penurunan yang signifikan pada ROA.
Berbeda dengan beberapa penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) yang mengatakan DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pada penelitian ini DER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. DER yang tinggi mengindikasikan jumlah utang yang tinggi dibandingkan dengan modal sendiri. Namun kenyataan ini jika didukung dengan ROA dan CR yang optimal, maka perusahaan akan mampu mengelola kembali hutang-hutangnya dengan baik. Sehingga DER juga tidak mempengaruhi ekspektasi investor terhadap perusahaan secara signifikan. Pada kenyataannya penurunan nilai DER di beberapa perusahaan pertambangan selama periode penelitian tidak didukung dengan kestabilan tingkat ROA, ROA yang menurun akan meresahkan pemegang saham.
Demikian juga halnya dengan CR yang tinggi pada beberapa perusahaan disebabkan oleh karena jumlah piutang yang
tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan ekspektasi investor, yang lebih menyukai jumlah kas yang tinggi dibandingkan dengan jumlah piutang yang tinggi. Investor yang merasa resah akan penurunan harga saham di masa mendatang akan menjual saham-sahamnya sehingga harga pasar saham akan mengalami penurunan.
Analisis Jalur Model Trimming
Hasil olah data memperlihatkan bahwa ada variabel eksogen yang signifikan mempengaruhi variabel endogen, namun ada juga beberapa variabel yang tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel eksogen. Karenanya model jalur tersebut perlu diperbaiki dengan metode trimming yaitu dengan cara mengeluarkan variabel-variabel yang koefisien jalurnya tidak signifikan (Riduwan dan Kuncoro, 2008).
Metode trimming dilakukan dengan membuang variabel-variabel yang tidak signifikan. Setelah dilakukan metode trimming, maka model analisis jalur akan berubah seperti terlihat pada gambar 5.
Gambar 5. Model Diagram Jalur Hubungan Variabel ROA Terhadap Dividen dan Harga Saham Setelah Dilakukan Metode Trimming
Berdasarkan pada gambar 5., diketahui bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap dividen dengan nilai koefisien jalur sebesar 0,884 yang dibuktikan dengan nilai probabilitas signifikansi (ρ=0,000) yang lebih kecil dari α=0,05. Besar kontribusi variabel ROA terhadap variabel dividen adalah 88%. Dengan demikian,
persamaan struktural untuk pengaruh ROA terhadap Dividen adalah:
.
Z = 0,884X2 + ε1
kontribusi variabel ROA terhadap harga saham adalah 89%. Dengan demikian, persamaan struktural untuk pengaruh ROA terhadap harga saham adalah:
Y = 0,895X1 +ε2
Goodness of F it Model
Nilai chi square (χ2) diperoleh dari tabel distribusi chi square untuk df=2 dan α=0,05 adalah 5,99. Dari hasil perhitungan, diperoleh nilai W hitung 7,80. Dengan demikian W hitung = 7,80 > χ2 = 5,99. Maka dinyatakan H0 ditolak. Kesimpulannya model awal dan model kedua (setelah dilakukan trimming) berbeda secara signifikan. Matriks korelasi sampel berbeda dengan matriks korelasi estimasi. Ini berarti pula, setelah
dilakukan trimming, model kedua dinilai memiliki kemampuan lebih untuk membuat generalisasi tentang pengaruh variabel ROA terhadap dividen dan harga saham.
Pengaruh Variabel Return on Assets Terhadap Harga Saham melalui Variabel Dividen
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai koefisien jalur antara dividen dan harga saham adalah sebesar 0,907 atau 90,7%. Model struktur jalur setelah menggunakan variabel intervening digambarkan seperti terlihat pada gambar 6.
Tabel 3
Standardized Coefficients Beta Pengaruh Dividen Terhadap Harga Saham
Coefficients(a)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -1,750 ,654 -2,677 ,011
DPR ,447 ,017 ,907 26,990 ,000
a Dependent Variable: HS
Sumber: Data Sekunder Diolah
Nilai koefisien jalur sebesar 0,907 kemudian digunakan sebagai pengali untuk variabel eksogen seperti tampak pada Tabel 4.
Tabel 4
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel ROA terhadap Harga Saham
Variabel Pengaruh Langsung (X Y)
Pengaruh Tidak Langsung (X Y Z)
Pengaruh Total (Langsung + Tidak
Langsung) ROA 0,895 0,884 x 0,907 = 0,802 0,895 + 0,802 = 1,697 Sumber: Data Sekunder Diolah
ROA menggambarkan sejauh mana kemampuan aset-aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari setiap aset yang digunakan sehingga sering dikaitkan dalam hal penilaian kinerja operasional perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di perusahaan.
ROA sering dijadikan alat untuk menilai keberlangsungan usaha perusahaan. Kenaikan dan atau penurunan ROA juga akan mempengaruhi ekspektasi investor terhadap yield yang akan diperoleh atas investasi yang dilakukan. Dimana jika ROA meningkat diharapkan dividen juga akan meningkat, sebaliknya jika ROA menurun maka investor beranggapan dividen akan menurun pula. Hal ini dapat dibuktikan dari data beberapa perusahaan yang mengindikasikan peningkatan dan atau penurunan ROA diikuti oleh peningkatan dan atau penurunan dividen.
Peningkatan dividen akan menarik perhatian investor untuk melakukan investasi. Dengan demikian, jika peningkatan ROA yang berarti adanya keberlangsungan usaha, didukung dengan peningkatan dividen yang berarti peningkatan kesejahteraan pemegang saham, maka akan menambah besar kepercayaan investor terhadap perusahaan. Keadaan ini akan menyebabkan kenaikan atas harga saham perusahaan yang bersangkutan.
SIMPULAN dan SARAN
Simpulan
Dari hasil olah data penelitian, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel CR, ROA, dan DER (eksogen)
berpengaruh signifikan terhadap variabel dividen (endogen). Kontribusi pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen adalah sebesar 84%. Namun secara parsial hanya variabel ROA yang memiliki pengaruh signifikan terhadap dividen dengan nilai koefisien jalur sebesar 89%. Semakin tinggi tingkat ROA perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI maka akan semakin tinggi pula ratio dividennya. Sebaliknya, jika tingkat ROA mengalami penurunan maka dividen juga akan menurun. 2. Variabel CR, ROA, dan DER (eksogen)
berpengaruh signifikan terhadap variabel harga saham (endogen). Kontribusi pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen adalah sebesar 81%. Namun secara parsial hanya variabel ROA yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham dengan nilai koefisien jalur sebesar 88%. Semakin tinggi nilai ROA perusahaan maka akan semakin tinggi pula harga saham perusahaan tersebut, dan sebaliknya. 3. Variabel CR dan DER tidak
dividen dengan total pengaruh langsung dan tidak langsung sebesar 167%. 4. Model yang lebih baik dalam
memprediksi perubahan harga saham adalah model setelah dilakukan trimming dimana ROA dianggap lebih mampu memprediksi perubahan harga saham dari pada CR dan DER.
Saran
Saran yang diajukan berdasarkan dengan penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini terkait dengan fenomena yang terjadi pasca krisis global di tahun 2007 dan dibatasi hanya untuk perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Sehingga tidak dapat digeneralisasikan untuk keadaan-keadaan yang berbeda.
2. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, sehingga ada kemungkinan perusahaan melakukan window dressing, meskipun sudah di audit oleh auditor indeoenden.
3. Untuk peneliti yang tertarik dengan topik yang sama, hendaknya menggunakan sebaran data yang lebih luas, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan untuk berbagai keadaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert. (1997). Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta : Mediasoft Indonesia.
Anastasia, Njo. (2003). Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Properti di BEI. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Universitas Indonesia. Vol.5 No.2, November, Hal 123-132.
Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Buku 1, Edisi 10. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Darmawan, B., Saam, Z., Zulkarnain. (2010). Hubungan Pengetahuan, Sikap, Perilaku,
dan Peran Serta Dengan Kesadaran Lingkungan Hidup Serta Kesanggupan MembayarMasyarakat Sekitar Bantaran Sungai di Kota Pekanbaru. Journal of Environmental Science. Program Studi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau, ISSN 1978-5283. Vol.4 No.2, Juni, Hal 103-116.
Deitiana, Tita, (2011). Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan, dan Dividen Terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. STIE Trisakti, Vol.13 No.1, April. Hlm 57-66.
Dharmastuti, Fara. (2004). Analisis Pengaruh Earning Per Share, Price Earnings, Return on Investment, Debt to Equity Ratio dan Profit Margin dalam Menetapkan Harga Saham Perdana (Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI). Jurnal Penelitian Balance Vol.2 No.1, September, Hal 14-28. Ghozali, Imam. (2006). Aplikasi Analisis
Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hanafi, Mamduh. (2004). Manajemen Keuangan. Yogyakarta : BPFE.
Marlina, Lisa dan Danica, Clara. (2009). Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis. Vol.2 No.1, Januari, Hal 1-6.
Martini, D dan Yolana, C. (2005). Variabel yang Mempengaruhi Fenomena Underpricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ tahun 1994-2001. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo, 15-16 September.
Natarsyah, Syahib. (2000). Analisis Pengaruh Beberapa Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham (Kasus Industri Barang Konsumsi yang Go Publik di Pasar Modal Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.15 No.3, Maret, Hal 49-55.
Bursa Efek Jakarta. Jurnal Mandiri. Vol.9 No.1, September, Hal 17-24. Permana, Yogi. (2009). Pengaruh
Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi terhadap Pergerakan Harga Saham (studi Kasus Perusahaan Semen yang terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi-Universitas Gunadarma. September, Hal 1-6.
Riduwan dan Kuncoro, Ahmad Engkos. (2008). Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analisys). Bandung : Alfabeta.
Riyanto, Bambang. (2001). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh. Yogyakarta : BPFE.
Santoso, Singgih. (2007). Structural Equation Modelling: Konsep dan Aplikasi dengan AMOS. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Sasongko, Noer dan Wulandari, Nila. (2006). Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEJ. Empirika. Vol.19 No.1, Juni, Hal 64-80.
Sawir, Agnes. (2005). Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ulupui, I.G.K.A. (2007). Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, dan Profitabilitas terhadap Return Saham (Studi pada Perusahaan Makanan dan Minuman dengan Kategori Industri Barang Konsumsi di BEJ. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol.2 No.1, Januari, Hal 14-25.
Wicaksana, I Gede Anandhita, (2012). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Universitas Udayana, Vol.1 No.2, Juni, Hal 56-66.
Yuningsih dan Kolmi, Maisah.(2002). Akuntansi Biaya. Cetakan Kedua. Malang : Penerbit UMM Press.