BENTUK USAHA TETAP
Disusun oleh:
M.Gardea.Cakrawijaya (1311000284)
Yoga Nauval (131100000)
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara hokum tentunya mempunyai pengaturan terhadap perlakuan pajak di indonesia. Demikan sebagaimana yang di atur pada Undang– Undang Dasar 1945, pasal 23 A yang berbunyi “pajak dan pungutuan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara di atur dengan Undang–Undang, Kemudia di atur lebih konkret dengan di sahkan nya ketentuan dalam Undang–Undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah di ubah nomor 28 tahun 2007. Dan pada ketentuan dalam Undang–Undang nomor 7 tahun 1983 yang di ubah dengan Undang-Undang nomor 17 tahun 2000 dan yang terakhir Undang-Undang nomor 36 tahun 2008.
Pemungutan pajak sebagaimana fungsinya antara lain adalah budgetary, yaitu menghimpung penerimaan negara dari masyarakat sebagai dana pembiayaan fungsi pembagunan. Sistem atau prinsip perpajakan yang di anut oleh suatu negara akan di pengaruhi oleh beberapa hal, antara lain oleh falsafah bangsa yang bersangkutan dan kebijakan-kebijakan tertentu yang berhubungan dengan pemberian dorongan investasi kepada sector-sektor tertentu.
B e n t u k u s a h a t e t a p d a l a m s i s t e m p e r p a j a k a n I n d o n e s i a m e n e m p a t i s u a t u kedudukan yang khusus karena di samping pemajakan atas bentuk usaha tetap tersebut agak berbeda dibandingkan dengan pemajakan atas wajib pajak pada umumnya, juga dalam kaitan nya dengan perjanjian perpajakan (tax treaty), ada tidak nya suatu bentuk usaha tetap sangat menentukan dapat atau tidak nya suatu negara sumber mengenakan pajak atas laba usaha yang diperoleh suatu perusahaan yang berkedudukan di luar negeri
Undang-Undang Dasar 1945, pasal 23 A yang berbunyi “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang
Ketentuan dalam Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2000 dan yang terakhir Undang-Undang-Undang-Undang nomor 28 tahun 2007
Keputusan menteri keuangan nomor: 602/KMK.04/1994 tanggal 21 desember 1994 tentang perlakuan perpajakan atas penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak dari bentuk usaha tetap yang di tanamkan kembali di indonesia juncto surat edaran Direktur Jendral Pajak nomor SE-04/Pj.4/1995 tanggal 8 Februari 1995 tentang perlakuan perpajakan atas penghasilan kena pajak sesudah di kurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap yang di tanamkan kembali di Indonesia.
Ketentuan dalam Undan-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan.
Keputusan menteri keuangan nomor: 113/KMK.03/2002 tanggal 28 maret 2002 tentang perlakuan perpajakan atas penghasilan kena pajak sesudah di kurangi pajak dari suatu bentuk usaha tetap.
Keputusan menteri keuangan nomor: 624/KMK.04/1994 tanggal 17 desember 1994 tentang pemotongan pajak penghasilan pasal 26 atas penghasilan berupa premi asuransi yang dibayar kepada perusahaan luar negri
Keputusan menteri Keuangan nomor: 634/KMK.04./1994 tanggal 29 desember 1994 tentang norma perhitungan khusus penghasilan neto bagi wajib pajak luar negri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia.
1. Apakah yang di maksud dengan bentuk usaha tetap? 2. Bagaimana penentuan laba bentuk usaha tetap?
3. Bagaimana perlakuan perpajakan terhadap bentuk usaha tetap sebagai wajib pajak penghasilan?
1.3 Tujuan Penilitan
1. Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan bentuk usaha tetap? 2. Untuk mengetahui penentuan laba bentuk usaha tetap?
3. Untuk mengetahui perlakuan perpajakan terhadap bentuk usaha tetap?
BAB II
2.1 Bentuk Usaha Tetap
Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian adanya suatu tempat usaha (place of business) yaitu fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk juga mesin-mesin, peralatan, gudang dan computer atau agen elektronik atau peralatan otomatis ( automated equipment ) yang dimiliki, sewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan aktivitas usaha melalui internet.
Tempat usaha bersifat permanen dan di gunakan untuk menjelankan usaha atau melakukan kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia.
Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang pribadi atau badan selaku agen yang kedudukan nya tidak bebas yang bertindak untuk dan atas nama orang pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tidak dapat di anggap mempunyai bentuk usaha tetap di Indonesia apabila orang pribadi atau badan dalam menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia menggunakan agen, broker, atau perantara tersebut dalam kenyataan bertindak sepenuhnya dalam rangka menjalankan perusahaan nya sendiri.
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
Bentuk Usaha Tetap dapat berupa:
7. Gudang
8. Ruang untuk promosi dan penjualan
9. Pertambangan dan penggalian sumber alam, dan 10.Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi.
Bentuk Usaha Tetap di kenakan pajak atas penghasilan baik yang berasal dari usaha atau kegiatan, maupun yang berasal dari harta yang dimiliki atau di kuasai nya. Dengan demikian penghasilan tersebut dikenakan pajak penghasilan di Indonesia
2.11 Subjek pajak Penghasilan Bentuk Usaha Tetap
Dalam hal ini, subjek pajak penghasilan bentuk usaha tetap adalah subjek pajak luar negri yang terdiri dari:
A. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan bada yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
B. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Subjek pajak luar negri baik orang pribadi maupun badan sekaligus menjadi wajib pajak karena menerima dan mempoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia atau menerima dan memperoleh penghasilan yang bersumber dari Indonesia melalui bentuk usaha tetap di Indonesia. Dengan perkataan lain, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif.
Dikenakan pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia.
Dikenakan pajak atas penghasilan bruto
Tarif pajak yang dipergunakan adalah tidak sepadan (Tarif UU PPh pasal 26)
Tidak wajib menyampaikan SPT
Subjek pajak luar negri melalui BUT dimulai saat menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia dan berakhir saat tidak lagi menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
Sedangkan subjek pajak luar negri tidak melalui BUT dimulai saat menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia dan berakhir saat tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia. Sedangkan subjek pajak luar Negeri tidak melalui BUT dimulai saat menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia dan berakhir saat tidak lagimenerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia.
2.1.2. Subjek Pajak Penghasilan Bentuk Usaha Tetap
yang menjadi objek pajak penghasilan BUT adalah:
Penghasilan dari usaha atau kegiatan BUT tersebut dan dari harta yang dimiliki atau dikuasai.sebagai contoh, Communitel LTD. yang bergerak dalam usaha penjulan satelit komunikasi mempunyai cabang di jakarta dengan nama
Communitel Indonesia. Apabila Communitel Indonesia memperoleh laba melalui usaha penjualan satelit komunikasi, maka atas laba penjualan tersebut
dikenakan pajak penghasilan sebagai pajak atas penghasilan wajib pajak BUT. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang atau pemb
Indonesia, maka penghasilan bunga tersebut tetap dianggap sebagai penghasila n BUT ( New York Bank-Indoensia).
Penghasilan sebagaimana tersebut dalam pph pasal 26 yang diterima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang terdapat hubungan efektif antara BUT dengan harta atau kegiatan yang memberikan penghasilan dimaksud.
sebagai contoh, Foodz Inc. membuat perjanjian dengan PT lezzat
untuk menggunakan merek dagang FoodzInc. Atas penggunaan hak tersebut Fo odz Inc menerima imbalan berupa royalti dari PT. Lezzat
Dalam rangka pemasaran produk, Food Inc
juga memberikan jasamanajemen kepada PT. Lezat melalui Foodz - Indonesia (BUT
nya diIndonesia). Dalam hal demikian, penggunaan merek dagang oleh PT. Lezzat mempunyai hubungan efektif BUT di Indonesia. Oleh
karena itu, penghasilan Foodz Inc yang berupa royalti diperlakukansebagai penghasilan BUT (Foodz-Indonesia).
2.2. Penentuan Laba Bentuk Usaha Tetap
Dalam menentukan besarnya laba suatu BUT ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Biaya administrasi kantor pusat yang diperbolehkan dibebankan adalah biaya yang berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT, yang besarnya ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Pembayaran oleh BUT kepada kantor pusat yang tidak diperbolehkan dibebankann sebagai biaya adalah:
a. Royalty atau imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta, paten, dan hak-hak lainnya